• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Retinopati Hipertensi yang Datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Periode Januari 2012 – Mei 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Retinopati Hipertensi yang Datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Periode Januari 2012 – Mei 2013"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maria Monalisa

Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang / 18 Juni 1992

Agama : Katolik

Alamat : Jalan Anggrek no. 97 RT/RW 003/02, Cipondoh

Makmur, Tangerang Banten Riwayat Pendidikan :

1. TK Dwi Dharma (1997-1998)

2. Sekolah Dasar St. Fransiskus Tangerang (1998-2004)

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tangerang (2004-2007) 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tangerang (2007-2010)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Kewirausahaan PEMA FK USU tahun 2011-2012

(2)

ISMKI 2011

4. Anggota Seksi Administrasi dan Kesekretariatan National Symposium and Workshop FK USU 2011

5. Anggota Seksi Dana Perayaan Paskah FK USU tahun 2012

6. Koordinator Administrasi dan Kesekretariatan Regional Medical Olympiad Wilayah 1 ISMKI 2013

(3)
(4)
(5)

No REKAM NO

MEDIK USIA

JENIS

KEKAMIN PEKERJAAN TEKANAN DARAH RIWAYAT HTN (TAHUN)

1. 545413 42 Perempuan Ibu Rumah Tangga 280/160 1

2. 546331 58 Perempuan Pegawai Negeri 170/80 5

3. 543845 40 Perempuan Ibu Rumah Tangga 160/100 23

4. 495275 45 Kaki - Kaki Supir 180/105 1

5. 546683 59 Perempuan Pegawai Negeri 140/90 1

6. 545494 59 Perempuan Ibu Rumah Tangga 200/140 3

7. 519303 30 Perempuan Ibu Rumah Tangga 230/140 3

8. 512717 61 Perempuan Pen.iunan 160/72 >5

9. 519729 56 Perempuan Wira.wa.ta 230 10

10. 507031 76 Perempuan Pen.iunan 167/81 5

11. 520533 36 Kaki - Kaki Wira.wa.ta 130/90 3

12. 467903 53 Perempuan Pegawai Negeri 160/71 3

13. 533848 43 Kaki - Kaki Pegawai Negeri 140/80 5

14. 558083 62 Kaki - Kaki Petani 230/100 3

15. 550205 37 Perempuan Ibu Rumah Tangga 130/80 1

16 553202 56 Perempuan Ibu Rumah Tangga 180/100 1

17. 552652 58 Kaki - Kaki Pen.iunan 150/80 1

18. 554648 71 Kaki - Kaki Pen.iunan 230 10

19 557107 65 Perempuan Ibu Rumah Tangga 200 5

20. 506409 42 Perempuan Wira.wa.ta 160/80 1

21. 505236 64 Kaki - Kaki Wira.wa.ta 150/90 1

22. 504322 62 Kaki - Kaki Wira.wa.ta 171/83 1

23. 502579 48 Kaki - Kaki Pegawai Negeri 180/100 5

24. 503643 53 Kaki - Kaki Wira.wa.ta 180/90 10

25. 533918 48 Kaki - Kaki Guru 170/80 2

26. 466876 60 Perempuan Ibu Rumah Tangga 150/90 9

27. 492154 67 Kaki - Kaki Petani 260/120 15

28. 474841 64 Kaki - Kaki Pegawai Swa.ta 140/80 5

29. 433104 75 Kaki - Kaki Wira.wa.ta 171/93 5

30. 416975 37 Kaki - Kaki Petani 160/80 5

31. 85785 64 Perempuan Pegawai Negeri 150/80 3

32. 219965 69 Perempuan Pen.iunan 160/80 2

33. 89166 59 Kaki - Kaki Pegawai Swa.ta 160/80 3

34. 242857 58 Kaki - Kaki Pegawai Negeri 190/100 5

35. 237271 60 Kaki - Kaki Pegawai Swa.ta 170/100 8

36. 184257 58 Perempuan Pegawai Negeri 200/120 10

(6)

40. 303882 72 Kaki - Kaki Purn Tni Ad 140/70 10

41. 395315 68 Perempuan Ibu Rumah Tangga 160/90 9

42. 54416 77 Kaki - Kaki Pen.iunan 140/90 10

43. 410225 73 Perempuan Ibu Rumah Tangga 191/59 >5

44. 515906 54 Perempuan Ibu Rumah Tangga 160/94 5

45. 557107 65 Perempuan Ibu Rumah Tangga 150/80 5

46. 552298 45 Kaki - Kaki Wira.wa.ta 160/90 1

47. 539579 61 Perempuan Ibu Rumah Tangga 160/100 5

48. 530819 47 Kaki - Kaki Petani 170/100 1

49. 516487 41 Perempuan Ibu Rumah Tangga 210/140 5

50. 502993 67 Kaki - Kaki Pen.iunan 120/70 8

51. 525825 74 Kaki - Kaki Wira.wa.ta 150/90 10

52. 525869 69 Kaki - Kaki Wira.wa.ta 180/100 >5

53. 508243 44 Perempuan Ibu Rumah Tangga 160/100 6

54. 549191 19 Perempuan Maha.i.wi 110/80 3

55. 513182 56 Perempuan Ibu Rumah Tangga 110/80 8

56. 489588 49 Perempuan Ibu Rumah Tangga 140/90 1

(7)

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

a. Frekuensi Data Hasil Penelitian

JENISKELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI - LAKI 26 45.6 45.6 45.6

PEREMPUAN 31 54.4 54.4 100.0

Total 57 100.0 100.0

USIAKEL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15-24 1 1.8 1.8 1.8

25-44 11 19.3 19.3 21.1

45-64 29 50.9 50.9 71.9

>64 16 28.1 28.1 100.0

Total 57 100.0 100.0

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid mahasiswa 1 1.8 1.8 1.8

pegawai swasta 3 5.3 5.3 7.0

wiraswasta 15 26.3 26.3 33.3

pns 13 22.8 22.8 56.1

tidak bekerja 25 43.9 43.9 100.0

(8)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <120 2 3.5 3.5 3.5

120-139 3 5.3 5.3 8.8

140-159 12 21.1 21.1 29.8

160-179 22 38.6 38.6 68.4

>179 18 31.6 31.6 100.0

Total 57 100.0 100.0

TDDIASTOLIKKEL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <80 6 10.5 10.5 10.5

80-89 19 33.3 33.3 43.9

90-99 14 24.6 24.6 68.4

100-119 12 21.1 21.1 89.5

>119 6 10.5 10.5 100.0

Total 57 100.0 100.0

riwayatHTNkel2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <5 25 43.9 43.9 43.9

5-10 30 52.6 52.6 96.5

11-15 1 1.8 1.8 98.2

>15 1 1.8 1.8 100.0

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Besharati, M.R., Rastegar, A., Shoja, M.R., Maybodi, M.E., 2006. Prehalence of Retinopathy in Hypertensihe Patients. Yazd. Saudi Med J.

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi : Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta, 60-64.

Eva, P., 2007. Anatomi dan Embriologi Mata. In: Eva, P. and Whitcher, J.P., ed. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Edisi 17. Jakarta: EGC, 12-14.

Giles, Thomas D., Materson, Barry J., Cohn, Jay N., Kostis, John B., 2009. Emerging Concepts: Definition and Classification of Hypertension: An Update. LA: Tulane University of Medicine, Metairie, LA.

Gray, Huon H., Dawkins, Keith D., Simpson, Iain A., Morgan, John M., 2005. Lecture Notes : Kardiologi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Erlangga, 64-69.

Grosso, A., Veglio, F., Porta, M., Grignolo, F M., and Wong T Y., 2005. Hypertensihe Retinopathy Rehisited: Some Answers, More Questions. Italy: Turin University.

Ilyas, Sidarta Ilya, 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 221-223.

Irza, Syukraini, 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Kartikawati, Anggi, 2008. Prehalensi dan Determinan Hipertensi Pada Pasien Puskesmas di Jakarta Utara Tahun 2007. Depok: Universitas Indonesia.

(10)

Hypertension. In: Lily, Leonard S., ed. Pathophysiology of Heart Disease. Edisi 5. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 302.

Leung, H., et al., 2003. Relationships Between Age, Blood Pressure, and Retinal Vessel Diameters inan Older Population. Australia. University of Sidney.

Levanita, Shanthi, 2010. Prehalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008 - Agustus 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Oluwole, OC, 2010. Hypertensihe Retinopathy in a Nigerian Community. Ondo State. Sudan Med J.

O’Toole, Louise, 2011. Hypertensihe Retinopathy. CET: 46-50.

Reddigan, JI., Ardern, CI., Riddell, MC., Kuk, JL., 2011. Relation of Physical Actihity to Cardiohascular Disease Mortality and the Influence Cardiometabolic Risk Factor. Ontario. York University.

Saseen, Joseph J. and Carter, Barry L., 2005. Hypertension. Riyadh: King Saud University.

Sastroasmoro, Sudigdo and Ismael, Sofyan, 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto

Setyowati, Susie, 2005. Faktor – Faktor yang Berperan Terhadap Kejadian Retinopati Hipertensif pada Pasien Hipertensi Esensial Non Diabetik. Semarang: Universitas Diponegoro.

(11)

Supartha, M., Suarta, I K., Winaya, IBA., 2009. Hipertensi Pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia, 59 (5): 225.

U.S. Department of Health and Human Services, 2004. The Sehenth Report of the Joint National Committee on: Prehention, Detection, Ehaluation, and Treatment of High Blood Pressure. National Institutes of Health, National Heart, Lung, and Blood Institute.

Wong. Tien Y. and Mitchell, Paul, 2004. Current Concepts Hypertensihe Retinopathy. Australia: Massachusetts Medical Society.

Wong, Tien Y. and McIntosh, Rachel, 2005. Hypertensive Retinopathy Sign As Risk Indicators Of Cardiovascular Morbidity and Mortality. British Medical Bulletin 2005; 73 and 74: 57–70.

World Health Organization, 2012. World Health Statistics 2012. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. Available from: http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2012/en/. [Accessed 26 April 2013].

(12)

KERANGKA KONSEP PENELITIAN dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep penelitian ini adalah

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Retinopati Hipertensi

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Karakteristik Retinopati Hipertensi

Karakteristik Retinopati Hipertensi adalah indetitas yang ingin dilihat pada penderita Retinopati Hipertensi berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, tekanan darah, dan lama menderita hipertensi. Penderita Retinopati Hipertensi yang menjadi sample adalah yang mengalami komplikasi akibat hipertensi.

3.2.2 Usia

Usia adalah umur saat penderita pertama kali didiagnosa menderita Retinopati Hipertensi yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik. 3.2.3 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin adalah jenis kelamin penderita yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik.

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan 4. Tekanan Darah 5. Lama Menderita

hipertensi

Karakteristik Retinopati

(13)

3.2.4 Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan ekonomi penderita yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik.

3.2.5 Tekanan Darah

Tekanan Darah adalah tekanan dalam pembuluh darah pada penderita yang diukur pada saat pertama kali didiagnosis hipertensi yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik.

3.2.6 Lama menderita hipertensi

Lama menderita hipertensi adalah durasi penderita mengalami hipertensi sejak pertama kali didiagnosis hipertensi yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik.

Table 3.1 Kerangka Konsep penelitian

Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Usia Data rekam

medik  5 - 14 tahun 15 - 24 tahun  25 – 44 tahun  45 – 64 tahun  ≥ 65 tahun

Skala Interval

Jenis

Kelamin Data medik rekam  Laki-laki  Perempuan

Nominal

Pekerjaan Data rekam

medik  Siswa Mahasiswa  Tidak bekerja  Wiraswasta  Pegawai Negeri

Sipil

Nominal

Tekanan

darah Data medik rekam   140-159/90-99 160-179/100-119

 ≥ 180/≥120

Skala Interval

Lama Menderita hipertensi

Data rekam

medik   < 5 tahun 5 – 10 tahun  11 – 15 tahun  > 15 tahun

(14)

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan berdasarkan metode penelitian survei yang bersifat deskriptif. Penelitian Survei adalah suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga disebut penelitian noneksperimen. Dalam penelitian survey deskriptif, peneliti diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan retrospektif. Dalam penelitian retrospektif, peneliti melakukan pengumpulan data atau variabel yang akan diteliti berdasarkan data yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik periode Januari 2012 – Mei 2013.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli hingga Nopember 2013. 4.2.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik, Medan. Pemilihan lokasi penelitian dimaksudkan karena RSUP H. Adam Malik merupakan salah satu rumah sakit rujukan Indonesia bagian barat.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

(15)

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro dan Ismael, 2008). Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode total sampling dimana yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh populasi.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah semua penderita retinopati hipertensi yang mempunyai riwayat hipertensi. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah penderita retinopati hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik lainnya dan data rekam medik yang tidak lengkap.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian diawali dengan mengajukan permohonan ijin untuk melaksanakan penelitian kepada institusi pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya, permohonan ijin tersebut dikirim ke bagian Tata Usaha RSUP H. Adam, Medan, yang kemudian peneliti dapat melakukan pengumpulan data untuk penelitian.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder penderita Retinopati hipertensi yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik pada periode Januari 2012 – Mei 2013.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(16)
(17)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Peneltian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Data penelitian ini diambil dari bagian instalasi rekam medis yang terletak di lantai 1 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

5.1.2 Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis penderita retinopati hipertensi yang berobat ke Poliklinik RSUP H. Adam Malik pada periode Januari 2012 – Mei 2013. Jumlah data keseluruhan adalah 57 data rekam medis lengkap yang berisi nomor rekam medis, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tekanan darah, dan durasi riwayat hipertensi.

5.1.2.1 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

(18)

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persentase (%)

Laki-laki 26 45.6

Perempuan 31 54.4

Total 57 100

Berdasarkan tabel 5.1, didapati bahwa untuk periode Januari 2012 – Mei 2013, jumlah pasien laki-laki yang mengalami retinopati hipertensi sebanyak 26 orang (45.6%) dan perempuan sebanyak 31 orang (54.4%).

5.1.2.2 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi Berdasarkan Usia

Distribusi data penelitian pasien yang mengalami retinopati hipertensi berdasarkan jenis usia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Frekuensi (N) Persentase (%)

5 – 14 0 0

15 – 24 1 1.8

25 – 44 11 19.3

45 – 64 29 50.9

≥ 65 16 28.1

Total 57 100

(19)

tahun sebanyak 11 orang (19.3%), pada rentang usia 45 – 64 tahun sebanyak 29 orang (50.9%), dan pada rentang usia ≥65 tahun sebanyak 16 orang (28.1%).

5.1.2.3 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan

Distribusi data penelitian pasien yang mengalami retinopati hipertensi berdasarkan jenis usia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi (N) Persentase (%)

Mahasiswa 1 1.8

Pegawai Swasta 3 5.3

Wiraswata 15 26.3

Pegawai Negeri Sipil 13 22.8

Tidak bekerja 25 43.9

Total 57 100

Berdasarkan tabel 5.3, didapati bahwa jumlah pasien retinopati hipertensi yang merupakan mahasiswa sebanyak 1 orang (1.8%), pasien dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 3 orang (5.3%), pasien dengan pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 15 orang (26.3%), pasien dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 13 orang (22.8%), dan pasien yang tidak bekerja sebanyak 25 orang (43.9%).

5.1.2.4 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik

(20)

Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah

Sistolik (mmHg) Frekuensi (N) Persentase (%)

<120 2 3.5

120-139 3 5.3

140-159 12 21.1

160-179 22 38.6

>179 18 31.6

Total 57 100

Berdasarkan tabel 5.4, didapati bahwa jumlah pasien yang mengalami retinopati hipertensi pada tekanan darah sistolik <120 mmHg sebanyak 2 orang (3.5%), pada tekanan darah sistolik dengan rentang 120-139 mmHg sebanyak 3 orang (5.3%), pada tekanan darah sistolik dengan rentang 140-159 mmHg sebanyak 12 orang (21.1%), pada tekanan darah sistolik dengan rentang 160-179 mmHg sebanyak 22 orang (38.6%), dan pada tekanan darah sistolik >179 mmHg sebanyak 18 orang (31.6.%).

5.1.2.5 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik

(21)

Tabel 5.5 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopa Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik

Tekanan Darah

Diastolik (mmHg) Frekuensi(N) Persentase (%)

<80 6 10.5

80-89 19 33.3

90-99 14 24.6

100-119 12 21.1

>119 6 10.5

Total 57 100

Berdasarkan tabel 5.5, didapati bahwa jumlah pasien yang mengalami retinopati hipertensi pada tekanan darah diastolik <80 mmHg sebanyak 6 orang (10.5%), pada tekanan darah diastolik dengan rentang 80-89 mmHg sebanyak 19 orang (33.3%), pada tekanan darah diastolik dengan rentang 90-99 mmHg sebanyak 14 orang (24.6%), pada tekanan darah diastolik dengan rentang 100-109 mmHg sebanyak 12 orang (21.1%), dan pada tekanan darah diastolik >119 mmHg sebanyak 16 orang (10.5%).

5.1.2.6 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi Berdasarkan Riwayat Menderita Hipertensi

(22)

Berdasarkan Riwayat Menderita Hipertensi Riwayat Menderita

Hipertensi Frekuensi (N) Persentase (%)

<5 tahun 25 43.9

5 – 10 tahun 30 52.6

11 – 15 tahun 1 1.8

≥ 15 tahun 1 1.8

Total 57 100

Berdasarkan tabel 5.6, didapati bahwa jumlah pasien retinopati hipertensi yang memiliki riwayat hipertensi <5 tahun sebanyak 25 orang (43.9%), yang memiliki riwayat hipertensi 5 – 10 tahun sebanyak 30 orang (52.6%), yang memiliki riwayat hipertensi 11 – 15 tahun sebanyak 1 orang (1.8%), yang memiliki riwayat hipertensi ≥ 15 tahun sebanyak 1 orang (1.8%).

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita retinopati hipertensi yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013.

5.2.1 Karakteristik Penderita Retinopati Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

(23)

ini disebabkan oleh adanya pengaruh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Namun pada masa premenopause, wanita mulai kehilangan hormon estrogen, sehingga pada usia di atas 45 – 55 tahun prevalensi hipertensi pada wanita menjadi lebih tinggi (Kumar, et al., 2005 dalam Irza, 2009). Peningkatan kejadian hipertensi ini akan meningkatkan risiko kerusakan target organ termasuk retinopati hipertensi.

(24)

Pekerjaan

Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi pasien terbanyak yang mengalami retinopati hipertensi berdasarkan pekerjaan adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 25 penderita (43.9%). Kurangnya aktivitas fisik pada orang yang tidak bekerja dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi. Aktivitas fisik memberi efek pelindung terhadap risiko mortalitas akibat penyakit jantung. Reddigan, et al., pada tahun 2011, menyebutkan kemungkinan efek pelindung dari aktivitas fisik terhadap risiko mortalitas penyakit jantung adalah menjaga fungsi endotel dan fungsi anti oksidan. Selain itu, aliran darah yang meningkat karena aktivitas fisik dapat menjaga endotel pembuluh darah dengan dihasilkannya nitrit oksida, suatu bahan yang bersifat vasodilator (Kusmana, 2011, dalam Kartikawati, 2008). Menurut penelitian Oluwole, pada tahun 2010, penderita retinopati hipertensi paling banyak memiliki pekerjaan sebagai pedagang (38%).

5.2.4 Karakteristik Penderita Retinopati Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik

(25)

morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik mempunyai peranan yang lebih penting untuk terjadinya komplikasi hipertensi termasuk retinopati hipertensi.

5.2.5 Karakteristik Penderita Retinopati Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik

Dari hasil penelitian ini didapatkan kejadian retinopati hipertensi terbanyak berdasarkan tekanan darah diastolik adalah pada kelompok dengan rentang tekanan darah diastolik 80 – 89 mmHg, yaitu sebanyak 19 penderita (33.3%). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Setyowati pada tahun 2005 di Semarang. Dalam penelitiannya, Setyowati mendapatkan kejadian retinopati hipertensi terbanyak terjadi pada kelompok dengan rentang tekanan darah diastolik derajat dua, yaitu 100 – 119 mmHg (62.5%). Perbedaan ini dimungkinkan karena distribusi usia yang berbeda. Dalam penelitian Setyowati, didapatkan distribusi usia terbanyak pada usia ≤ 55 tahun, sehingga kejadian hipertensi diastolik lebih tinggi dibanding hasil penelitian ini yang memiliki distribusi terbanyak pada usia yang lebih tua. Menurut Tessy pada tahun 2003 dalam Setyowati tahun 2005, peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik berbeda pada usia muda dengan usia tua. Pada usia lanjut, tekanan darah sistolik mengalami kenaikan sampai umur dekade delapan sedangkan tekanan darah diastolik naik sampai dekade kelima kemudian menetap.

5.2.6 Karakteristik Penderita Retinopati Hipertensi Berdasarkan Durasi Menderita Hipertensi

(26)
(27)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Prevalensi penderita retinopati hipertensi yang berobat ke Poliklinik RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2012 – Mei 2013 sebanyak 57 penderita.

2. Distribusi berdasarkan usia penderita retinopati hipertensi diperoleh jumlah paling banyak terdapat pada kelompok usia 45 – 64 tahun, yaitu sebanyak 29 penderita (50.9%).

3. Distribusi berdasarkan jenis kelamin pada penderita retinopati hipertensi diperoleh jumlah paling banyak terdapat pada perempuan, yaitu sebanyak 31 penderita (54.4%).

4. Distribusi berdasarkan pekerjaan pada penderita retinopati hipertensi diperoleh jumlah paling banyak terdapat pada kelompok penderita yang tidak bekerja, yaitu sebanyak 25 penderita (43.9%).

5. Distribusi berdasarkan tekanan darah sistolik pada penderita retinopati hipertensi diperoleh jumlah paling banyak terdapat pada kelompok dengan tekanan darah sistolik 160 – 179 mmHg, yaitu sebanyak 22 penderita (38.6%).

6. Distribusi berdasarkan tekanan darah diastolik pada penderita retinopati hipertensi diperoleh jumlah paling banyak terdapat pada kelompok dengan tekanan darah diastolik 80 – 89 mmHg, yaitu sebanyak 19 penderita (33.3%).

(28)

1. Menurut hasil penelitian ini, jumlah penderita retinopati hipertensi yang paling banyak adalah pada perempuan, pada kelompok usia 45 – 64 tahun, pada kelompok penderita yang tidak bekerja, tekanan darah sistolik 160 – 179 mmHg dan memiliki riwayat hipertensi > 5 tahun, untuk itu pada penderita hipertensi dengan karakteristik yang mendekati hasil penelitian ini disarankan agar dilakukan pemeriksaan mata.

2. Rekam Medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya ditingkatkan kualitas dalam hal pencatatan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara optimal.

3. Bagi peneliti selanjutnya, lokasi penelitian sebaiknya diperluas dan sampel yang diambil lebih banyak sehingga data yang diperoleh semakin akurat untuk melihat karakteristik retinopati hipertensi. .

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi 2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah dengan sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg (Lee, et al., 2011). Hipertensi, kenaikan tekanan darah diastolik atau sistolik, ditemukan dalam dua tipe: hipertensi esensial (primer), yang paling sering terjadi, dan hipertensi sekunder, yang disebabkan oleh penyakit renal atau penyebab lain yang dapat diidentifikasi. Hipertensi Malignan adalah bentuk hipertensi yang berat, fulminan, dan sering dijumpai pada kedua tipe hipertensi tersebut. Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal (Kowalak, et al., 2011).

2.1.2 Epidemiologi

Data dari World Health Statistics 2012 menyatakan bahwa hipertensi

merupakan salah satu faktor risiko terjadinya peningkatan angka kesakitan dan kematian di dunia. Prevelensi hipertensi yang tertinggi terjadi di beberapa negara dengan angka pendapatan rendah di benua Afrika. Berdasarkan World Health Day 2013, prevalensi hipertensi tertinggi terjadi di Afrika (46% orang dewasa) sementara prevalensi terendah di Amerika (35% orang dewasa). Secara keseluruhan, negara-negara dengan angka pendapat tinggi memiliki prevalensi hipertensi yang lebih rendah (35% orang dewasa) dibandingkan dengan negara- Negara dengan angka pendapatan yang lebih rendah (40% orang dewasa).

(30)

1. Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Sebagai suatu proses degeneratif, hipertensi tentu hanya ditemukan pada golongan dewasa. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi menurut peningkatan usia.

2. Sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi.

Karena itu mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat karena penderita tidak berupaya mengubah dan menghindari faktor risiko.

3. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, karena itu hipertensi banyak

diacuhkan atau terabaikan sampai saat ini menjadi ganas (hipertensi maligna)

4. Sejumlah 90% merupakan hipertensi esensial, mereka dengan hipertensi

yang tidak diketahui seluk-beluk penyebabnya. Artinya, karena penyebabnya tidak jelas, maka sulit untuk mencari bentuk intervensi dan pengobatan yang sesuai.

2.1.3 Etiologi

Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen. Pada sebagian besar pasien, hipertensi merupakan akibat dari etiologi dengan patofisiologi yang tidak diketahui (hipertensi esensial atau primer). Walaupun bentuk hipertensi ini tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Sejumlah kecil presentasi pasien memiliki penyebab hipertensi yang spesifik (hipertensi sekunder). Terdapat banyak penyebab sekunder yang potensial, baik karena kondisi medis atau diinduksi secara endogen. Jika penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien dapat disembuhkan (Saseen dan Carter, 2005).

Lebih dari 90% individu dengan hipertensi memiliki hipertensi esensial

(Chobanian, et al., 2003 dalam Saseen dan Carter ,2005). Faktor risiko untuk

(31)

Penyebab hipertensi sekunder meliputi koarktasio aorta, stenosis arteri renalis dan penyakit parenkim ginjal, tumor otak, kuadriplegia, dan cedera kepala, feokromasitoma, sindrom cushing, hiperaldosteronisme dan disfungsi tiroid, hipofisis atau paratoroid, pemakaian preparat kontrasepsi oral, kokain, epoetin alfa, obat-obatan stimulasi saraf simpatik, inhibitor monoamin oksidase yang digunakan bersama tiramin, terapi sulih estrogen dan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid, hipertensi yang ditimbulkan oleh kehamilan, dan konsumsi alkohol yang berlebihan (Kowalak, et al., 2011).

2.1.4 Klasifikasi

[image:31.595.127.501.384.550.2]

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa didasarkan pada pengukuran rata-rata dua atau lebih pengukuran, pembacaan tekanan darah pada dua atau lebih kunjungan.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah dewasa Klasifikasi Tekanan darah sistolik

(mmHg)

Tekanan darah diastolik (mmHg) Normal 120 80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi

derajat I

140-159 90-99

Hipertensi derajat II

≥ 160 ≥ 100

(32)
[image:32.595.128.515.194.336.2]

pengukuran. Tekanan darah anak dikatakan normal pada tekanan darah < 90 persentil.

Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi pada anak Derajat

hipertensi

Prosentase kenaikan di atas batas normal

Usia 1-5 tahun tekanan darah diastolik (mmHg)

Usia 6-12 tahun tekanan darah diastolik (mmHg)

Ringan 5-15% 75-85 90-100

Sedang 15-30% 85-95 100-110

Berat 30-50% 95-112 110-120

Krisis >50% >112 >120

Dikutip dari: Majalah Kedokteran Indonesia, 2009

2.1.5 Patofisiologi

Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer dan curah jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang meningkatkan frekuensi jantung, volume sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer meningkat karena faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen pembuluh darah, khususnya pembuluh arteriol (Kowalak, et al., 2011).

Beberapa teori membantu menjelaskan terjadinya hipertensi. Teori-teori tersebut meliputi:

1. Perubahan pada bantalan dinding pembuluh darah arteriolar yang

menyebabkan peningkatan resistensi perifer

2. Peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal

dari dalam pusat sistem vasomotor; peningkatan tonus ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskular perifer

3. Penambahan holume darah yang terjadi karena disfungsi renal atau

hormonal

4. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang

(33)

5. Pelepasan renin yang abnormal sehingga terbentuk angiotension II yang

menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan holume darah

(Kowalak, et al., 2011).

Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Untuk meningkatkan kekuatan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan jantung akan oksigen dan beban kerja jantung meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi ketika keadaan hipertrofi tidak lagi mampu mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memacu proses aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung dapat mengalami gangguan lebih lanjut akibat penurunan aliran darah ke dalam miokardium sehingga timbul angina pectoris atau infark miokard. Hipertensi juga menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin mempercepat proses aterosklerosis serta kerusakan organ, seperti cedera retina, gagal ginjal, stroke, dan aneurisma serta diseksi aorta (Kowalak, et al., 2011).

Patofisiologi hipertensi sekunder berhubungan dengan penyakit yang mendasari, sebagai contoh:

1. Penyebab hipertensi sekunder yang paling sering adalah penyakit ginjal

kronis. Serangan pada ginjal akibat glomerulonefritis kronis atau stenosis arteri renalis akan mengganggu ekskresi natrium, sistem renin-angiotensin-aldosteron, atau perfusi renal sehingga tekanan darah meningkat.

2. Pada sindrom Cushing, peningkatan kadar kortisol akan menaikkan

tekanan darah melalui peningkatan resistensi natrium renal, kadar angiotensin II, dan respons vaskuler terhadap norepinefrin.

3. Pada aldosteronisme primer, penambahan volume intravaskular,

perubahan konsentrasi natrium dalam dinding pembuluh darah, atau kadar aldosteron yang terlampau tinggi menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan resistensi.

(34)

resistensi vaskular perifer (Kowalak, et al., 2011).

2.1.6 Faktor risiko

Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi adalah (Bustan, 2007) :

1. Umur : tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai sejak usia

usia 40 tahun

2. Ras / suku : orang kulit hitam lebih banyak menderita hipertensi

dibanding orang kulit putih, sementara itu ditemukan variasi antarsuku di Indonesia; terendah di Lembah Baliem Jaya, Papua (0,6%), dan tertinggi di Sukabumi (Suku Sunda), Jabar (28,6%)

3. Urban / rural : tekanan darah penduduk kota lebih tinggi dibanding

penduduk desa

4. Geografis : tekanan darah penduduk pantai lebih tinggi dibanding

penduduk pegunungan

5. Jenis kelamin : wanita memiliki risiko lebih besar dibanding laki - laki

6. Obesitas

7. Stres

8. Kepribadian tipe A

9. Diet : orang dengan diet tinggi garam

10. Diabetes Mellitus

11. Komposisi air

12. Alkohol (minuman keras) : risiko meningkat bila minum > 3x/hari

13. Rokok

14. Kopi

15. Pil KB : risiko meninggi dengan lamanya pakai, yakni meninggi 5 kali

(35)

2.1.7 Penatalaksanaan

- Nilai tambah dari terapi

Sejak lama penelitian telah dilakukan untuk menilai manfaat terapi dan karenanya sebagian besar data yang ada berkaitan dengan penggunaan obat

antihipertensi lama, terutama β blocker dan diuretik. Meta-analisis dari studi

terapi menunjukkan 40% penurunan stroke dan 16% penurunan kasus jantung (Gray, et al., 2005).

- Modifikasi gaya hidup

Semua pasien dan individu dengan riwayat keluarga hipertensi perlu dinasihati mengenai perubahan gaya hidup, seperti menurunkan kegemukan, asupan garam (total <5 g/hari), asupan lemak jenuh dan alkohol, banyak makan buah dan sayuran (setidaknya 7 porsi/hari), tidak merokok, dan berolahraga teratur, semua ini terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi penggunaan obat-obatan. Bagi penderita hipertensi ringan atau nilai batas tanpa komplikasi, pengaruh perubahan ini dapat dievaluasi dengan pengawasan selama 4-6 bulan pertama (Gray, et al., 2005).

- Terapi obat

Jika penggunaan obat dirasakan perlu, gunakan dosis awal paling rendah dan secara bertahap ditingkatkan, tergantung respon terhadap terapi, dengan membiarkan 4 minggu untuk melihat efek, kecuali jika penurunan tekanan darah itu memang amat diperlukan. Umumnya obat diminum pada waktu pagi hari, bukan pada waktu malam hari untuk menghindari eksaserbasi penurunan tekanan darah mendadak di pagi hari yang mungkin merupakan faktor yang berkontribusi pada tingginya insidensi kejadian kardiovaskular antara jam 05.00-08.00 pagi (Gray, et al., 2005).

- Diuretik

(36)

sebagai efek samping. Untuk terapi hipertensi gunakan tiazid kerja jangka panjang, seperti hidroklorotiazid (12,5-50 mg/hari), atau bendofluazid (2,5-5,0 mg/hari), barangkali dengan tambahan obat hemat kalium seperti amilorid, kecuali jika penghambat ACE juga digunakan. Indapamid adalah diuretik sulfonamid dengan kerja seperti tiazid tetapi dengan efek ringan pada glukosa dan kolesterol. Tiazid merupakan obat pilihan pertama pada penderita lanjut usia (Gray, et al., 2005).

- Penghambat adrenergik

Obat-obat ini dapat bekerja sentral pada pusat vasomotor di batang otak, di perifer pada pelepasan katekolamin neuron, atau menyekat reseptor α atau β, atau keduanya. Pada otot polos vaskular, stimulasi alfa menyebabkan vasokonstriksi dan stimulasi beta menyebabkan relaksasi. Pada pusat vasomotor, arus simpatik dihambat oleh stimulasi alfa. Efek sentral penyekat β kurang jelas (Gray, et al., 2005).

Penyekat β dapat digunakan secara luas sebagai antihipertensi. Efektivitas semua obat ini hampir sama dalam menurunkan tekanan darah tetapi sebagian ada yang mempunyai selektivitas lebih besar terhadap reseptor beta jantung dibanding obat yang tidak kardioselektif. Juga beberapa penyekat beta mempunyai aktivitas simpatomimetik intrinsik (ISA) (pindolol, oxprenolol, acebutalol, dan celiprolol), suatu sifat yang menyebabkan lebih sedikit penurunan denyut jantung, curah jantung, dan renin untuk perubahan tekanan darah yang sama jika dibandingkan dengan penyekat β tanpa ISA. Penyekat β dapat memperberat bronkospasme, klaudikasio, dan gagal jantung kongestif yang tidak diterapi dan relatif merupakan kontraindikasi untuk keadaan tersebut (Gray, et al., 2005).

- Vasodilator langsung

(37)

sindrom lupus jika digunakan dengan dosis tinggi dan minoksidil biasanya menyebabkan hirsutisme (Gray, et al., 2005).

- Antagonis kalsium

Sekarang merupakan obat antihipertensi yang paling sering digunakan. Pilihan obat tergantung pada efek yang berbeda, pada perlambatan denyut jantung (kronotropisme negatif), mengurangi kontraktilitas miokard (inotropisme negatif) dan kemampuan menyebabkan efek samping seperti muka merah, edema perifer, dan konstipasi. Antagonis kalsium mempunyai efek samping ringan pada lipid dan glukosa (Gray, et al., 2005).

- Penghambat renin-angiotensin

Penyekat reseptor adrenergik menghambat produksi renin ginjal dari aparatus jukstaglomerulus dan mungkin menyekat konversi substrat renin menjadi angiotensin. Namun, obat yang paling banyak digunakan dari kelompok ini untuk terapi hipertensi adalah penghambat ACE, seperti captopril, nelapril, lisinopril,dan ramipril, dan yang paling akhir dikembangkan penyekat reseptor angiotensin II seperti losartan dan valsartan. Angiotensin II adalah vasokonstriktor dan memacu produksi aldosteron, sehingga menyekat produksinya (penghambat ACE) atau terikat pada reseptornya (penyekat reseptor A II), menurunkan resistensi vaskular perifer, dengan efek minimal atau tanpa efek terhadap denyut jantung, atau

holume cairan tubuh. Penghambat ACE dapat menyebabkan hilangnya rasa

pengecapan, kulit merah, dan biasanya menyebabkan batuk kering iritatif, yang mungkin disebabkan peningkatan kadar bradikinin. Batuk dan efek samping lainnya tidak banyak terjadi pada penyekat reseptor A II. Penghambat ACE amat berguna untuk nefropati diabetik, dimana dilatasi arteriol eferen memperlambat penurunan pro memperlambat penurunan progresif fungsi ginjal dan dapat mengurangi proteinuria (Gray, et al., 2005).

- Pilihan Obat

(38)

termasuk:

1. Diuretik tiazid dan penyekat β;

2. Diuretik tiazid dan penghambat ACE;

3. Penyekat β dan antagonis kalsium;

4. Antagonis kalsium dan penghambat ACE;

5. Penghambat ACE dan penyekat α;

6. Penyekat α dan antagonis kalsium.

Setiap pasien hipertensi diperlakukan berbeda dalam pemberian terapi, pilihan ditetapkan tergantung faktor-faktor seperti usia, komorbiditas (misalnya diabetes, penyakit jantung koroner, asma), dan profil farmakologis serta efek samping obat (Gray, et al., 2005).

Krisis hipertensi

Jika tekanan darah meningkat dalam beberapa hari sampai sekitar 180/120 mmHg, maka gagal ginjal dan ensefalopati hipertensif dapat terjadi. Penurunan tekanan darah sangat penting, tetapi dilakukan dengan terkontrol dan bertahap, karena jika penurunan terlalu cepat akan mengakibatkan penurunan perfusi (underperfusion) otak dan ginjal (Gray, et al., 2005).

Terapi obat tambahan - Aspirin

Aspirin digunakan secara luas dalam pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular. Secara umum British Hypertension Society menganjurkan aspirin tidak digunakan untuk profilaksis rutin, tetapi digunakan untuk:

1. Pencegahan primer pada pasien hipertensi terkontrol <50 tahun yang

mempunyai bukti kerusakan organ target. Diabetes, atau risiko kardiovaskular 10 tahun sebesar ≥ 15%;

2. Pencegahan sekunder pasien hipertensi dimana ada bukti penyakit

kardiovaskular (Gray, et al., 2005). - Statin

Golongan obat penurun lipid akan mengurangi kejadian koroner,

(39)

meskipun pasien hipertensi tidak diperiksa secara khusus, bukti-bukti mendukung penggunaannya pada kasus hipertensi yang risiko kardiovaskular 10 tahunnya >6%. British Hypertension Society membuat rekomendasi pragmatis, yaitu statin digunakan untuk hipertensi dengan keluhan sebagai berikut :

1. Pencegahan primer pada pasien usia <70 tahun dengan kolesterol total

puasa ≥5,0 mmol/L dan risiko kardiovaskular 10 tahun ≥30%,

2. Pencegahan sekunder hipertensi pada pasien usia <75 tahun dengan bukti

adanya penyakit kardiovaskular dan kolesterol total puasa ≥5,0 mmol/L (Gray, et al., 2005).

2.1.8 Komplikasi

[image:39.595.167.506.404.607.2]

Menurut Lily, 2011, komplikasi hipertensi kronis menyebabkan terjadinya kerusakan pada beberapa target organ, yaitu jantung, otak, pembuluh darah aorta dan perifer, ginjal, dan retina.

Tabel 2.3 Komplikasi hipertensi menurut Lily, 2011 Organ System Manifestasi

Jantung Hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung, iskemik dan infark miokardial

Otak Stroke

Aorta dan pembuluh darah perifer

Aneurisma dan / atau diseksi aorta, arteriosklerosis

Ginjal Nefrosklerosis, gagal ginjal

Mata Penyempitan arterial,

(40)

Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan berakhir pada ora serrata dengan tepi yang tidak rata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensoris bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga berhubungan dengan membrane Bruch, koroid, dan sklera. Di sebagian besar tempat, retina dan epitel pigmen retina saling melekat kuat sehingga perluasan cairan subretina pada ablasi retina dapat diatasi. Hal ini berlawanan dengan ruang subkoroid yang dapat terbentuk antara koroid dan sclera, yang meluas ke taji sklera. Dengan demikian, ablasi koroid akan meluas melampaui ora serrata, di bawah pars plana dan pars plicata. Lapisan-lapisan pada permukaan dalam corpus ciliare dan permukaan posterior iris merupakan perluasan retina dan epitel pigmen retina ke anterior. Permukaan dalam retina berhadapan dengan vitreus (Vaughan dan Asbury, 2012).

Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut: (1) membrane limitans interna; (2) lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus optikus; (3) lapisan sel ganglion; (4) lapisan pleksiform dalam, yang mengandung sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar; (5) lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horizontal; (6) lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar dan sel horisontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan inti luar sel fotoreseptor; (8) membran limitans eksterna; (9) lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut; (10) epitel pigmen retina. Lapisan-lapisan dalam membran Bruch sebenarnya merupakan membran basalis epitel pigmen retina (Vaughan dan Asbury, 2012).

(41)

sebagai area centralis, yang secara histologis merupakan bagian retina yang ketebalan lapisan sel ganglionnya lebih dari satu lapis. Makula lutea secara anatomis didefinisikan sebagai daerah berdiameter 3 mm yang mengandung pigmen luteal kuning – xantofil. Fovea yang berdiameter 1,5 mm ini merupakan zona avaskular retina pada angiografi fluoresens. Secara histologis, fovea ditandai sebagai daerah yang mengalami penipisan lapisan inti luar tanpa disertai lapisan parenkim lain. Hal ini terjadi karena akson-akson sel fotoreseptor berjalan miring (lapisan serabut Henle) dan lapisan-lapisan retina yang lebih dekat dengan permukaan-dalam retina lepas secara sentrifugal. Di tengah makula, 4 mm lateral dari diskus optikus, terdapat foveola yang secara berdiameter 0,25 mm, yang secara klinis tampak jelas dengan oftalmoskop sebagai cekungan yang menimbulkan pantulan khusus. Foveola merupakan bagian retina yang paling tipis (0,25 mm) dan hanya mengandung fotoreseptor kerucut. Gambaran histologis fovea dan foveola ini memungkinkan diskriminasi visual yang tajam; foveola memberikan ketajaman visual yang optimal. Ruang ekstraseluler retina yang normalnya kosong cenderung paling besar di macula. Penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan ekstrasel secara khusus dapat mengakibatkan penebalan daerah ini (edema makula) (Vaughan dan Asbury, 2012).

(42)

2.3.1 Definisi

Retinopati hipertensi adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada retina berupa retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina dan perdarahan retina. Kelainan pembuluh darah dapat berupa penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena crossing atau sklerose pembuluh darah (Ilyas, 2005).

Penyempitan (spasme) pembuluh darah tampak sebagai (Ilyas, 2005) :

1. Pembuluh darah (terutama arteriol retina) yang berwarna lebih pucat.

2. Kaliber pembuluh yang menjadi lebih kecil atau irregular (karena spasme

lokal)

3. Percabangan arteriol yang tajam

Bila kelainan berupa sklerosis dapat tampak sebagai (Ilyas, 2005) :

1. Refleks copper wire

2. Refleks silher wire

3. Sheating

4. Lumen pembuluh darah yang irregular

5. Terdapat fenomena crossing sebagai berikut :

- Elevasi : pengangkatan vena oleh arteri yang berada di bawahnya

- Deviasi : penggeseran posisi vena oleh arteri yang bersilangan dengan

vena tersebut dengan sudut persilangan yang lebih kecil

- Kompresi : penekanan yang kuat oleh arteri yang menyebabkan

bendungan vena.

(43)

Eksudat retina tesebut dapat berbentuk (Ilyas, 2005) :

1. Cotton wool patches yang merupakan edema serat saraf retina akibat

mikroinfark sesudah penyumbatan arteriol, biasanya terletak sekitar 2-3 diameter papil di dekat kelompok pembuluh darah utama sekitar papil.

2. Eksudat pungtata yang tersebar

3. Eksudat putih pada daerah yang tak tertentu dan luas.

(44)
[image:44.595.136.515.158.534.2]

2.3.2

Table 2.4 Klasifikasi retinopati hipertensi menurut Keith, Wagener, Baker: Derajat Klasifikasi Gejala Derajat I

(hipertensi ringan )

Penyempitan menyeluruh arteriolar retina yang ringan atau sklerosis

Tidak ada gejala

Derajat II

(hipertensi retinopati yang lebih jelas)

Penyempitan fokal dan

fenomena arteriohenous

crossing yang nyata.

Sklerosis arteriol retina sedang hingga nyata. Reflex cahaya artei yang berlebihan.

Tidak menunjukkan gejala

Derajat III Perdarahan retina, terbentuknya eksudat dan

cotton wool spots.

Sklerosis dan lesi spastik pada arteriol retina

Menunjukkan gejala

Derajat IV Derajat III yang berat dengan tanda-tanda edem papil

Angka

kelangsungan hidup menurun

Dikutip dari: Grosso, et al., 2005

Klasifikasi Retinopati Hipertensi menurut Scheie (Ilyas, 2005), adalah sebagai berikut :

- Stadium1 : terdapat penciutan setempat pada pembuluh darah

kecil

- Stadium II : penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, dengan

(45)

benang, pembuluh darah arteri tegang, membentuk cabang keras.

- Stadium III : lanjutan stadium II, dengan eksudat Cotton, dengan

perdarahan yang terjadi akibat diastole diatas 120

mmHg, kadang-kadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan.

- Stadium IV : seperti stadium III dengan edema papil dengan eksudat

star figure, disertai dengan keluhan penglihatan menurun dengan tekanan diastole kira-kira 150 mmHg. Gambar berdasarkan klasifikasi retinopati hipertensi menurut Wong dan McIntosh .

Gambar 2.1 Retinopati hipertensi ringan : penebalan arteri vena (panah hitam) and penyempitan fokal (panah putih).

[image:45.595.199.494.319.526.2]
(46)

Gambar 2.2 (kiri) Retinopati hipertensi derajat sedang: perdarahan retina (panah hitam), penebalan arteri vena (panah putih), penyempitan menyeluruh arteriol retina.Gambar 2.3 (kanan) keganasan retinopati yang dipercepat : penebalan diskus optic, perdarahan retina, cotton-wool spots.

Sumber : Wong dan McIntosh, 2005

2.3.3 Patofisiologi

Pada pasien yang menderita hipertensi terjadi beberapa perubahan patofisiologi pada pembuluh darah retina sebagai akibat dari peningkatan tekanan darah. Pada fase akut retinopati hipertensi terjadi spasme arteriol dan kerusakan endothelial, sementara pada fase kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah (Wong, 2004 dalam levanita, 2010).

[image:46.595.161.503.106.256.2]
(47)

Dinding aretriol normal bersifat transparan, sehingga yang terlihat sebenarnya adalah darah yang mengalir. Pantulan cahaya yang tipis dibagian tengah lumen tampak sebagai garis refraktif kuning sekitar selebar seperlima dari lebar lumen. Apabila dinding arteriol diinfiltrasi oleh sel lemak dan kolesterol akan menjadi sklerotik. Dinding pembuluh darah secara bertahap menjadi tidak transparan dan dapat dilihat, dan refleksi cahaya yang tipis menjadi lebih lebar. Produk-produk lemak kuning keabuan yang terdapat pada dinding pembuluh darah bercampur dengan warna merah darah pada lumen pembuluh darah akan

menghasilkan gambaran khas copper-wire. Hal ini menandakan telah terjadi

arteriosklerosis tingkat sedang. Apabila sklerosis berlanjut, refleksi cahaya dinding pembuluh darah berbentuk silher-wire. Tahap pembentukan eksudat, akan menimbulkan kerusakan pada sawar darah-retina, nekrosis otot polos dan sel-sel endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemik retina (Wong, 2005 dalam Levanita, 2010).

Perubahan-perubahan ini bermanifestasi pada retina sebagai gambaran mikroaneurisma, hemoragik, eksudat keras dan infark pada lapisan serat saraf yang dikenal sebagai cotton-wool spot. Edema diskus optikus dapat terlihat pada tahap ini, dan biasanya merupakan indikasi telah terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat berat. Edema retina dan makula diperkirakan terjadi melalui dua mekanisme. Hayreh membuat postulat bahwa edema retina timbul akibat transudasi cairan koroid yang masuk ke retina setelah runtuhnya struktur RPE. Namun selama ini peneliti lain percaya bahwa cairan edematosa muncul akibat kegagalan autoregulasi, sehingga meningkatkan tekanan transmural pada arteriol distal dan kapiler proksimal dengan transudasi cairan ke dalam jaringan retina. Absorpsi komponen plasma dari cairan edema retina akan menyebabkan terjadinya akumulasi protein. Perubahan-perubahan yang terjadi ini tidak bersifat spesifik hanya pada hipertensi, karena selain itu juga dapat terlihat pada penyakit kelainan pembuluh darah retina yang lain. Perubahan yang terjadi juga tidak bersifat sekuensial, misalnya perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak

(48)

perubahan-lebih sempit pada orang-orang yang perubahan-lebih tua yaitu usia diatas 40 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia lebih tua, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah semakin menyempit dan kaku, hal yang sama juga berlaku pada arteriol retina. Penelitian tersebut juga menunjukkan hubungan yang erat antara peningkatan tekanan darah dengan penyempitan arteriol retina, dimana semakin tinggi tekanan darah, maka semakin sempit pula arteriol retina (Wong TY, 2003; Klein R, 1994 dalam Levanita, 2010).

2.3.4 Diagnosis

Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Selain itu pemeriksaan penunjang seperti funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan tonometri terutama pada pasien lanjut usia dan

pemeriksaan USG B-Scan untuk melihat kondisi di belakang lensa diperlukan

untuk membantu menegakkan diagnosis pasti. Pemeriksaan laboratorium juga penting untuk menyingkirkan penyebab lain retinopati selain dari hipertensi. Pasien dengan hipertensi biasanya akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata. Penurunan penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III atau stadium IV peubahan vaskularisasi akibat hipertensi (Pavan PR, 2000 dalam Levanita, 2010).

Hipertensi dan perubahan arteriosklerosis pada fundus diketahui melalui pemeriksaan funduskopi, dengan pupil dalam keadaan dilatasi. Biasa didapatkan perubahan pada vaskularisasi retina, infark koroid tetapi kondisi ini jarang ditemukan pada hipertensi akut yang memberikan gambaran Elschnig’s spot yaitu atrofi sirkumskripta dan dan proliferasi epitel pigmen pada tempat yang terkena infark. Pada bentuk yang ringan, hipertensi akan meyebabkan peningkatan reflek

arteriolar yang akan terlihat sebagai gambaran copper wire atau silher wire.

(49)

retina (Branch Retinal Vein Occlusion/ BRVO). Dengan level tekanan darah yang

lebih tinggi dapat terlihat perdarahan intraretinal dalam flame shape yang

mengindikasikan bahwa perdarahannya berada dalam lapisan serat saraf, dan/ atau edema retina. Malignant hipertensi mempunya ciri-ciri papiledema dan dengan perjalanan waktu akan terlihat gambaran makula berbentuk bintang (Wong, 2005 dalam Levanita, 2010).

Lesi pada ekstravaskuler retina dapat terlihat sebagai gambaran mikroaneurisme yang diperkirakan akan terjadi pada area dinding kapiler yang paling lemah. Gambaran ini paling jelas terlihat melalui pemeriksaan dengan angiografi. Keadaan stasis kapiler dapat menyebabkan anoksia dan berkurangnya suplai nutrisi, sehingga menimbulkan formasi mikroanuerisma. Selain itu, perdarahan retina dapat terlihat. Ini akibat hilang atau berkurangnya integritas endotel sehingga terjadi ekstravasasi ke plasma, hingga terjadi perdarahan. Bercak-bercak perdarahan kelihatan berada di lapisan serat saraf kelihatan lebih jelas dibandingkan dengan perdarahan yang terletak jauh dilapisan fleksiform luar. Pada edema retina dan makula, yang terlihat secara histologis adalah residu edema dan makrofag yang mengandung lipid. Walaupun deposit lipid ini ada dalam pelbagai bentuk dan terdapat dimana-mana di dalam retina, gambaran macular star merupakan bentuk yang paling dominan. Gambaran seperti ini muncul akibat orientasi lapisan Henle dari serat saraf yang berbentuk radier (Wong, 2005 dalam Levanita, 2010).

2.3.5 Penatalaksanaan

(50)

optic nerhe head, otak, dan organ vital lainnya (O’Toole, 2011).

2.3.6 Komplikasi

Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tanda-tanda retinopati hipertensi dengan gejala klinis dan subklinis dari penyakit

cerebrohascular dan kematian akibat stroke. Pada penelitian ARIC, individu

dengan perdarahan retina, mikroaneurisma, dan cotton wool spots, memiliki

kecenderungan dua sampai emapatkali lebih besar untuk mengalami stroke dalam waktu 3 tahun(Wong dan McIntosh, 2005).

Tanda-tanda retinopati hipertensi juga telah dihubungkan dengan gejala klinis dan subklinis penyakit jantung koroner dan gagal jantung kongestif. Dalam

penelitian ARIC dilaporkan bahwa, setelah kontrol terhadap faktor risiko yang

sudah ada, individu dengan perdarahan retina, mikroaneurisma, dan cotton wool

(51)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan semakin meningkat. Prevalensi hipertensi meningkat pada usia lanjut hingga titik pada lebih dari setengah populasi masyarakat yang berusia 60-90 tahun dan sekitar tiga – perempat populasi masyarakat yang berusia 70 tahun dan lebih tua dipengaruhi. Peningkatan tekanan darah sistolik yang dipengaruhi oleh usia, secara utama bertanggung jawab terhadap prevalensi dan insidensi hipertensi seiring dengan pertambahan usia (The Sehenth Report of The Joint National Committee on Prehention, Detection, Ehaluation, and Treatment of High Blood Pressure).

Hipertensi merupakan sindrom kardiovaskular progresif yang disebabkan oleh etiologi yang kompleks dan saling terkait. Tanda awal dari sindrom ini sering kali muncul sebelum terjadi peningkatan tekanan darah yang mendukung, oleh karena itu hipertensi tidak dapat diklasifikasikan hanya berdasarkan ambang tekanan darah itu sendiri (Giles, et al., 2009).

(52)

beberapa penelitian epidemiologi telah dilakukan pada sekelompok populasi penduduk yang menunjukkan gejala retinopati hipertensi dan didapatkan bahwa kelainan ini banyak ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Prevalensi retinopati hipertensi bervariasi antara 2%-15%. Data ini berbeda dengan hasil studi epidemiologi yang dilakukan oleh Framingham Eye Study yang mendapatkan hasil prevalensi rata-rata kurang dari 1%. Ini mungkin disebabkan oleh sensivitas alat yang semakin baik apabila dibandingkan dengan pemeriksaan oftalmoskopik di klinik-klinik. Prevalensi retinopati yang lebih tinggi ditemukan pada orang berkulit hitam dibanding orang kulit putih, perbedaan ini dijelaskan oleh level tekanan darah yang lebih tinggi pada orang berkulit hitam (Wong dan Mitchell, 2004).

Oleh karena tanda-tanda retinopati ini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi, hal tersebut menjadi latar belakang peneliti untuk meneliti mengenai karakteristik penderita retinopati hipertensi yang berobat di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu bagaimana karakteristik penderita retinopati hipertensi yang datang berobat di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013?

1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umun

(53)

2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik berdasarkan usia penderita retinopati

hipertensi yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013.

2. Untuk mengetahui karakteristik berdasarkan jenis kelamin penderita

retinopati hipertensi yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013.

3. Untuk mengetahui karakteristik berdasarkan pekerjaan penderita retinopati

hipertensi yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013.

4. Untuk mengetahui karakteristik berdasarkan tekanan darah sistolik dan

diastolik penderita retinopati hipertensi yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013.

5. Untuk mengetahui karakteristik berdasarkan lamanya menderita hipertensi

pada penderita retinopati hipertensi yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

- Bagi peneliti

1. Sebagai tambahan pengetahuan mengenai karakteristik penderita retinopati

hipertensi yang berobat di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2012 – Mei 2013

2. Sebagai pemenuhan tugas akhir pendidikan di FK USU

- Bagi pembaca

1. Agar memahami karakteristik retinopati hipertensi dan berupaya

melakukan pencegahan .

(54)

1. Memberikan informasi mengenai karakteristik penderita retinopati hipertensi yang berobat di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2012 – Mei 2013

2. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan agar meningkatkan

(55)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan semakin meningkat. Progresi hipertensi yang terjadi menyebabkan kerusakan target organ, diantaranya mata. Retinopati hipertensi sebagai salah satu komplikasi hipertensi pada mata, dapat memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita retinopati hipertensi yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan data sekunder penderita Retinopati hipertensi yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik pada periode Januari 2012 – Mei 2013. Data yang sudah terkumpul akan diolah dengan program komputerisasi dan dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi menurut usia, jenis kelamin, pekerjaan, tekanan darah, dan lama menderita hipertensi.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik penderita retinopati hipertensi yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013 sebagian besar adalah perempuan dengan kelompok usia 45 – 64 tahun dan tidak bekerja. Sebagian besar penderita memilki tekanan darah sistolik 160 – 179 mmHg, tekanan darah diastolik 80 – 89 mmHg dan memiliki riwayat hipertensi 5 – 10 tahun.

Bagi peneliti selanjutnya, lokasi penelitian sebaiknya diperluas dan sampel yang diambil lebih banyak sehingga data yang diperoleh semakin akurat untuk melihat karakteristik retinopati hipertensi.

Kata kunci: Retinopati hipertensi, karakteristik.

(56)

Hypertension is an important and progressihe public health problem. Progression of hypertension that occurs causes damage to the target organs, including the eyes. Hypertensihe retinopathy as a complication of hypertension in the eye which can predict mortality in hypertensihe patient.

This study aims to inhestigate the characteristics of patients with hypertensihe retinopathy who went for treatment at the Eye Polyclinic in Hospital Haji Adam Malik, Medan from January 2012 until Mei 2013. This is a descriptihe study with retrospectihe design. The sample was taken using secondary data of the hypertensihe retinopathy patients, recorded in the medical record at Hospital H. Adam Malik in the period January 2012 - May 2013. The data that hahe been collected are processed by a computerized program and analyzed descriptihely using distribution tables according to age, sex, occupation, blood pressure, and duration of hypertension.

The results of this study showed that the characteristics of patients with hypertensihe retinopathy who went for treatment to the Eye Polyclinic in Hospital Haji Adam Malik, Medan mainly women with age group 45-64 years and who are not working. Most patients had systolic blood pressure of 160-179 mm Hg, diastolic blood pressure of 80-89 mmHg and a history of hypertension 5-10 years.

Suggestion to the other researchers, study sites should be expanded and more samples should be taken so that the data obtained will be more accurate to study the characteristics of hypertensihe retinopathy.

(57)

KARAKTERISTIK PENDERITA RETINOPATI HIPERTENSI YANG DATANG BEROBAT

KE POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2012-MEI 2013

Oleh:

MARIA MONALISA

100100067

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

(58)

DATANG BEROBAT

KE POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2012-MEI 2013

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

MARIA MONALISA 100100067

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(59)
(60)

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan semakin meningkat. Progresi hipertensi yang terjadi menyebabkan kerusakan target organ, diantaranya mata. Retinopati hipertensi sebagai salah satu komplikasi hipertensi pada mata, dapat memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita retinopati hipertensi yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan data sekunder penderita Retinopati hipertensi yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik pada periode Januari 2012 – Mei 2013. Data yang sudah terkumpul akan diolah dengan program komputerisasi dan dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi menurut usia, jenis kelamin, pekerjaan, tekanan darah, dan lama menderita hipertensi.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik penderita retinopati hipertensi yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Januari 2012 – Mei 2013 sebagian besar adalah perempuan dengan kelompok usia 45 – 64 tahun dan tidak bekerja. Sebagian besar penderita memilki tekanan darah sistolik 160 – 179 mmHg, tekanan darah diastolik 80 – 89 mmHg dan memiliki riwayat hipertensi 5 – 10 tahun.

Bagi peneliti selanjutnya, lokasi penelitian sebaiknya diperluas dan sampel yang diambil lebih banyak sehingga data yang diperoleh semakin akurat untuk melihat karakteristik retinopati hipertensi.

Kata kunci: Retinopati hipertensi, karakteristik.

(61)

ABSTRACT

Hypertension is an important and progressihe public health problem. Progression of hypertension that occurs causes damage to the target organs, including the eyes. Hypertensihe retinopathy as a complication of hypertension in the eye which can predict mortality in hypertensihe patient.

This study aims to inhestigate the characteristics of patients with hypertensihe retinopathy who went for treatment at the Eye Polyclinic in Hospital Haji Adam Malik, Medan from January 2012 until Mei 2013. This is a descriptihe study with retrospectihe design. The sample was taken using secondary data of the hypertensihe retinopathy patients, recorded in the medical record at Hospital H. Adam Malik in the period January 2012 - May 2013. The data that hahe been collected are processed by a computerized program and analyzed descriptihely using distribution tables according to age, sex, occupation, blood pressure, and duration of hypertension.

The results of this study showed that the characteristics of patients with hypertensihe retinopathy who went for treatment to the Eye Polyclinic in Hospital Haji Adam Malik, Medan mainly women with age group 45-64 years and who are not working. Most patients had systolic blood pressure of

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Retinopati Hipertensi
Table 3.1 Kerangka Konsep penelitian
Tabel 5.2 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi
Tabel 5.3 Distribusi Pasien yang Mengalami Retinopati Hipertensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menurut Bompa (1994: 13) individualisasi dalam latihan adalah suatu kebutuhan yang utama dari suatu bentuk usaha latihan bagi setiap atlet dalam pelaksanaannya

POKJA ULP PENGADAAN PENYEDIA BARANG / JASA.. KEGIATAN PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

 Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal dengan menahan beban yang diangkatnya..  Daya tahan otot adalah

Penilaian kualifikasi dilakukan terhadap 1 (satu) penawaran yang masuk dan ternyata dari hasil klarifikasi serta pembuktian terhadap keabsahan dokumen kualifikasi asli berdasarkan

1) Peralatan: tempat berlari yang sudah terukur termasuk di dalamnya batas/lintasan dan stopwatch.. Ingatkan kepada mereka untuk berlari atau berjalan dengan kecepatan yang

Persiapan Kegiatan diawali dari penyusunan Renja yang dibuat pada

Rangkaian Running Led 10 adalah animasi lampu yang bergerak dari satu led ke led yang lainnya, dan running led ini juga bisa dibuat sesuai dengan keinginan kita contohnya papan