HUBUNGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN RETINOPATI HIPERTENSI DENGAN STADIUM RETINOPATI HIPERTENSI
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
T E S I S
Oleh
ERFITRINA NIM : 087110007
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
HUBUNGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN RETINOPATI HIPERTENSI DENGAN STADIUM RETINOPATI HIPERTENSI
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Spesialis
Mata dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Mata pada Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
ERFITRINA NIM : 087110007
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : HUBUNGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN RETINOPATI HIPERTENSI DENGAN STADIUM RETINOPATI
HIPERTENSI DI RSUP. H ADAM MALIK MEDAN
Nama Mahasiswa : Erfitrina Nomor Induk Mahasiswa : 087110007
Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata
Telah disetujui :
Dr. Delfi, M.Ked (Oph),Sp.M (K) Pembimbing
___________________________________________________________
Prof. Dr. H. Aslim D. Sihotang, Sp.M (KVR) Pembimbing
___________________________________________________________
Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD Pembimbing
___________________________________________________________
Dr. Aryani A. Amra, M.Ked (Oph),Sp.M Ketua Program Studi
___________________________________________________________
Dr. Delfi, M.Ked (Oph),Sp.M (K) Ketua Departemen
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua baik yang kutipan
maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : Erfitrina
NIM : 087110007
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang
bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Erfitrina
NIM : 087110007
Program Studi : Ilmu Kesehatan mata
Jenis Karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non
Exclusif Free Right) atas tesis saya yang berjudul :
“Hubungan Tekanan Darah Pada Pasien Retinopati Hipertensi Dengan Stadium Retinopati Hipertensi Di RSUP H Adam Malik
Medan”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti
Non-eksklusif ini. Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat
dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.
Demikan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : September 2012
Yang Menyatakan
ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering di seluruh dunia. Kelainan pembuluh darah ini
dapat berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap sistem organ
tubuh, termasuk mata. Retinopati hipertensi adalah kondisi dengan
karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi yang
menderita hipertensi.
Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui hubungan tekanan darah pada pasien retinopati hipertensi dengan stadium retinopati hipertensi di RSUP.
H. Adam Malik Medan
Metode : Penelitian ini merupakan cross sectional observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan
perlakuan dan pengambilan data dilakukan dengan sekali pengukuran.
Pasien terdiri dari 51 subjek (102 mata), kemudian dilakukan pemeriksaan
oftalmoskopi direk dan indirek
Hasil Penelitian : Retinopati Hipertensi sangat erat kaitannya dengan peningkatan tekanan darah. Dari penelitian ini stadium retinopati
hipertensi yang terbanyak adalah stadium II sebanyak 49 mata (48.03%)
sesuai klasifikasi Scheie oleh American Academy of Ophthalmology. Dan
28 orang (54.5%) merupakan penderita retinopati hipertensi dengan
hipertensi sistemik tahap II menurut Joint National Committee 7
Kesimpulan : Hasil ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara peningkatan tekanan darah dengan stadium retinopati hipertensi
ABSTRACT
Background : Hypertensive retinopathy has long been regarded as a risk indicator for systemic morbidity and mortality. Based studies show that
hypertensive retinopathy caused direct or indirect to organs system and eye is one of them. These data support the concept that an assessment of
retina vascular changes may provide further information for vascular risk
stratification in persons with hypertension.
Objective : To find out association between blood pressure on hypertension patient and hypertensive retinopathy in Adam Malik Hospital
Medan
Method : This study using observational cross sectional method which means the subject undergo examination one time. The patient consist of
51 subjects (102 eyes), then underwent a direct and indirect
ophthalmoscopy
Result : There were 51 subjects with hypertensive retinopathy, 22 patient of them (43.13%) are in 46 - 55 years age group and the most frequent
grade of hypertensive retinopathy is grade II according to Scheie
classification, American Academy of Ophthalmology, is 49 eyes (48.03%).
Most of subjects is 28 person (54.9%) had stage II of systemic
hypertensive, Joint National Commitee 7. Anova research showed that
there is correlation between blood pressure with staging hypertensive
retinopathy. From the table we can see significant blood pressure to find
out existence of hypertensive retinopathy which p = 0.0001 (p < 0.05)
Conclusion : The result shows that grading of Hypertension has association between blood pressure and staging hypertensive retinopathy
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim,
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu kewajiban
dalam menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis pada Ilmu
Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa
hormat, penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada:
1. Dr. Delfi, M.Ked (Oph), SpM (K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FK USU yang telah memberikan kesempatan
pada penulis mengikuti pendidikan dan keahlian dalam Program
Pendidikan Dokter Spesialis.
2. Dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra, M.ked (Oph), SpM dan Dr. Bobby
R Erguna Sitepu, M.Ked (Oph), SpM selaku Ketua dan Sekretaris
Program Studi Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah sangat
banyak membantu, membimbing dan mengarahkan penulis menjadi
dokter Spesialis Mata yang siap mengamalkan spesialisasi tersebut
3. Prof. Dr. H. Aslim D Sihotang, SpM (KVR), Dr. Delfi, M.Ked
(Oph), Sp.M (K) dan DR. Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD
sebagai pembimbing yang senantiasa memberikan dorongan dan
bimbingan, serta telah meluangkan waktu untuk berdiskusi
sehingga memberikan kemudahan dan kelancaran dalam
pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
4. Para Guru-guru, Dr. H. Mohd. Dien Mahmud, SpM, Dr. H. Chairul
Bahri AD, SpM, Dr. H. Azman Tanjung, SpM, Prof. Dr. H. Aslim
D Sihotang, SpM (KVR), Dr. Masang Sitepu, SpM, Dr. Suratmin,
Spm (K), Dr. H.Bachtiar, SpM (K), (Alm) Dr. H. Abdul Gani, SpM,
Dr. Hj. Adelina Hasibuan SpM, Dr. Hj. Nurhaida Djamil, SpM, Dr.
Beby Parwis, SpM, Dr. Syaiful Bahri, SpM, Dr. Riza Fatmi SpM,
Dr. PintoY Pulungan, SpM (K), Dr. Hj.Heriyanti Harahap, SpM,
Dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra, M.Ked (Oph), SpM, Dr. Delfi,
M.Ked (Oph), SpM (K), Dr. Nurchaliza H Siregar, M.Ked (Oph),
SpM, Dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), SpM, Dr. Rodiah
Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), SpM, Dr. Bobby Ramses
Erguna Sitepu, M.Ked (Oph), SpM, Dr. T. Siti Harilza Zubaidah,
M.Ked (Oph), SpM, Dr. Vanda Virgayanti, M.Ked (Oph), SpM, Dr.
Ruly Hidayat M.Ked (Oph), SpM, Dr. Fithria Aldy, M.Ked (Oph),
SpM, Dr. Marina Albar, M.Ked (Oph), SpM, penulis haturkan
hormat dan terimakasih yang tak terhingga atas perhatian,
kesabaran, bimbingan, dan kesediaan berbagi pengalaman selama
5. Dr. Vanda Virgayanti, M.Ked (Oph), SpM, sebagai guru di Bagian
Vitreo Retina yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan
diskusi selama penulisan tesis ini.
6. Drs. Abdul Djalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik
yang telah banyak meluangkan waktu dalam diskusi dan
pengolahan data penelitian ini.
7. Keluarga besar Perdami Sumatera Utara, yang telah memberikan
kesempatan pada penulis menjadi bagian dari keluarga besar
Perdami dan membantu penulis dalam meningkatkan keahlian di
bidang kesehatan mata.
8. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi
Medan, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani pendidikan.
9. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP
PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
10. PPDS Ilmu Kesehatan Mata (Teman-teman dan adik-adik
semua) yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat,
sekaligus mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan,
kerjasama, keceriaan dan kekompakan dalam menjalani kehidupan
11. Seluruh perawat/paramedik di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr.
Pirngadi Medan dan di berbagai tempat di mana penulis pernah
bertugas selama pendidikan, dan seluruh pegawai administrasi
Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU, terimakasih atas
bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.
12. Para pasien yang pernah penulis lakukan pemeriksaan selama
pendidikan dan juga pasien yang telah bersedia ikut dalam
penelitian ini sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud.
Rasa hormat dan terimakasih tak terhingga kepada kedua orangtua
penulis tercinta, ayahanda Drs. H Nawawi dan ibunda Hj T Erwina, tak
terbalaskan segala doa, kebaikan,kasih sayang dan pengorbanan , hanya
doa tulus dari ananda agar Allah SWT membalas kebaikan ayah dan
ibunda dengan Ridha Nya. Terimakasih penulis haturkan pula kepada
kedua mertua tercinta, ayahanda (Alm) Prof Dr Adenin Adenan Sp. THT
dan ibunda Hj. Rustina Adenin , juga kepada adik-adikku serta kakak dan
abang ipar.
Kepada suami tercinta, Dr Ichwanul Adenin Sp OG (K), juga anak
anakku tersayang Indri Adriztina, Rizka Tania, Nashwa Zahira dan M.
Rafi Ichwanul, terimakasih tak terhingga atas pengertian, kesabaran,
kasih sayang, doa dan motivasi yang menjadi semangat penulis dalam
menyelesaikan pendidikan ini.
Akhirnya kepada semua yang telah berpartisipasi tiada kata yang
dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih setulus-tulusnya,
Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
USU.
Medan, September 2012
3.11 Lama Penelitian ... 27
4.1.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 29
4.1.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur ... 30
4.1.3 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan suku ... 30
4.1.4 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan lamanya menderita hipertensi ... 31
4.1.5 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan diagnosa (stadium retinopati hipertensi)... 32
4.1.6. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan diagnosa (stadium hipertensi) ... 33
4.1.7. Hubungan antara lamanya menderita hipertensi dengan stadium retinopati hipertensi ... 34
4.1.8. Hubungan antara tekanan darah sistole dengan stadium retinopati hipertensi ... 35
Lampiran
1. Lembaran Penjelasan kepada Calon Subyek Penelitian
2. Surat Pernyataan Persetujuan ( Informed Consent)
3. Master Data Penelitian
4. Surat Persetujuan Komite Etika
5. Surat Mohon Izin Penelitian
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7 ... 6
2.2 Komplikasi hipertensi ... 9
2.3 Modifikasi klasifikasi Scheie oleh American Academy of Ophthalmology ... 17
2.4 Klasifikasi dari retinopati hipertensi berdasarkan data populasi oleh New England Journal of Medicine2004 ... 17
4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 29
4.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur ... 30
4.3 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan suku ... 30
4.4 Distribusi sampel menurut lamanya menderita hipertensi ... 31
4.5 Distribusi kasus menurut diagnosa ... 32
4.6 Distribusi kasus menurut diagnosa Penyakit Dalam ... 33
4.7 Hubungan antara lamanya menderita hipertensi dengan stadium retinopati hipertensi ... 34
4.8 Hubungan antara tekanan darah sistole dengan stadium retinopati hipertensi ... 35
ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering di seluruh dunia. Kelainan pembuluh darah ini
dapat berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap sistem organ
tubuh, termasuk mata. Retinopati hipertensi adalah kondisi dengan
karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi yang
menderita hipertensi.
Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui hubungan tekanan darah pada pasien retinopati hipertensi dengan stadium retinopati hipertensi di RSUP.
H. Adam Malik Medan
Metode : Penelitian ini merupakan cross sectional observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan
perlakuan dan pengambilan data dilakukan dengan sekali pengukuran.
Pasien terdiri dari 51 subjek (102 mata), kemudian dilakukan pemeriksaan
oftalmoskopi direk dan indirek
Hasil Penelitian : Retinopati Hipertensi sangat erat kaitannya dengan peningkatan tekanan darah. Dari penelitian ini stadium retinopati
hipertensi yang terbanyak adalah stadium II sebanyak 49 mata (48.03%)
sesuai klasifikasi Scheie oleh American Academy of Ophthalmology. Dan
28 orang (54.5%) merupakan penderita retinopati hipertensi dengan
hipertensi sistemik tahap II menurut Joint National Committee 7
Kesimpulan : Hasil ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara peningkatan tekanan darah dengan stadium retinopati hipertensi
ABSTRACT
Background : Hypertensive retinopathy has long been regarded as a risk indicator for systemic morbidity and mortality. Based studies show that
hypertensive retinopathy caused direct or indirect to organs system and eye is one of them. These data support the concept that an assessment of
retina vascular changes may provide further information for vascular risk
stratification in persons with hypertension.
Objective : To find out association between blood pressure on hypertension patient and hypertensive retinopathy in Adam Malik Hospital
Medan
Method : This study using observational cross sectional method which means the subject undergo examination one time. The patient consist of
51 subjects (102 eyes), then underwent a direct and indirect
ophthalmoscopy
Result : There were 51 subjects with hypertensive retinopathy, 22 patient of them (43.13%) are in 46 - 55 years age group and the most frequent
grade of hypertensive retinopathy is grade II according to Scheie
classification, American Academy of Ophthalmology, is 49 eyes (48.03%).
Most of subjects is 28 person (54.9%) had stage II of systemic
hypertensive, Joint National Commitee 7. Anova research showed that
there is correlation between blood pressure with staging hypertensive
retinopathy. From the table we can see significant blood pressure to find
out existence of hypertensive retinopathy which p = 0.0001 (p < 0.05)
Conclusion : The result shows that grading of Hypertension has association between blood pressure and staging hypertensive retinopathy
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas paling sering di seluruh dunia. Kelainan pembuluh darah ini
dapat berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap sistem organ
tubuh, termasuk mata. Retinopati hipertensi adalah kondisi dengan
karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi yang menderita
hipertensi. Kelainan pada retina dapat dilihat dengan adanya penyempitan
arteriolar secara general dan fokal, perlengketan atau “nicking”
arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk flame-shape dan
blot-shape, cotton-wool spot, dan papil edema. (Retina and Vitreous, American
Academy of Ophthalmology, 2009-2010) (Wong YT, Mcintosh R, 2005)
Kejadian retinopati hipertensi sangat erat kaitannya dengan
peningkatan tekanan darah. Penderita hipertensi memiliki kemungkinan
50 - 70% mengalami hipertensi retinopati. Penelitian yang dilakukan pada
masyarakat Amerika Serikat, didapatkan insidensi 3 tahun yaitu tahun
1993-1996 dari retinopati hipertensi adalah 2.9% - 4.3% (Wong TY et al,
2007).
Penelitian lain yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang,
menjelaskan bahwa retinopati hipertensi dipengaruhi oleh usia dan
stadium hipertensi, dimana ditemukan usia terbanyak penderita retinopati
penderita retinopati hipertensi dengan hipertensi sistemik stadium II.
(Kristiani S, Wilardjo, 2001). Retinopati hipertensi telah lama dianggap
sebagai indikator resiko dari morbiditas dan mortalitas sistemik. Banyak
penelitian yang melaporkan hubungan yang erat antara retinopati
hipertensi dengan kejadian stroke dan penyakit penyakit serebrovaskular.
Studi yang dilakukan Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) tahun
2002, menunjukkan bahwa penderita retinopati hipertensi memiliki
kecenderungan 2 kali lipat untuk menderita stroke, walaupun faktor faktor
lain seperti merokok, dan kadar lipidnya terkontrol. Penderita retinopati
hipertensi juga memiliki kecenderungan 2 kali lipat untuk menderita gagal
jantung kongestif dan juga lebih cenderung menderita disfungsi renal.
(Wong TY et al, 2004)
Perubahan retina dapat diuraikan dan diklasifikasikan dengan
pemeriksaan oftalmoskop dan angiografi. Perubahan pembuluh darah
pada segmen posterior juga harus diperhatikan oleh dokter ahli mata pada
pasien dengan diagnosa hipertensi dan selalu waspada terhadap adanya
komplikasi dari kondisi ini (Retina and Vitreous, American Academy of
Ophthalmology, 2009-2010)
Joint National Committee on prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC) dan British Society of
Hypertension telah bersama sama memberikan penuntun panduan yang
menekankan tentang penanganan yang agresif pada penderita retinopati
hipertensi karena penyakit tersebut merupakan indikator dari kerusakan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu apakah ada hubungan tingginya
tekanan darah pada pasien retinopati hipertensi dengan stadium retinopati
hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tekanan darah pada pasien retinopati
hipertensi dengan stadium retinopati hipertensi di RSUP. H. Adam
Malik Medan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan kasus hipertensi retinopati, gambaran dan
interpretasi kelainan retina berdasarkan derajat hipertensi
retinopati dengan pemeriksaan oftalmoskopi pada penderita
retinopati hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan
b. Berdasarkan kelainan yang terjadi pada retina dapat ditentukan
terapi selanjutnya untuk mencegah kondisi mata yang lebih
buruk lagi
c. Mampu menjelaskan kepada pasien hipertensi mengenai
kondisi kerusakan mata yang terjadi akibat hipertensi yang
dialaminya dan menjelaskan prognosis tajam penglihatan dan
kerusakan retina yang terjadi sesuai dengan gambaran
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk :
1. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dalam mendukung
pemerintah mengenai perencanaan strategi nasional penanggulangan
gangguan penglihatan dan kebutaan untuk mencapai Vision 2020 :
The Right to Sight yang ditetapkan WHO.
2. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan agar meningkatkan
usaha dalam tindakan pencegahan dan diagnosa dini penyakit
retinopati hipertensi
3. Masyarakat agar mau melakukan pencegahan terhadap penyakit
retinopati hipertensi
4. Sebagai acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang
ada kaitannya dengan penelitian ini
1.5 Hipotesa
Ada hubungan tekanan darah pada pasien retinopati hipertensi
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Hipertensi
2.1.1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Yanoff M,
2009). Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi
primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder
karena penyebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah
pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2. (Yogiantoro M, 2006), (Chobanian AV
et al, 2003)
2.1.2. Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui
dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan
khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang sering berkaitan.
Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu
seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan
hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Resiko relatif
hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor resiko yang
dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang
tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan
etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas
dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006) (Tasman W, 2004)
2.1.3. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran
rata-rata dua kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Kategori
Sistole (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap II ≥160 Atau ≥100
Sumber : WHO Regional 2005
2.1.4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Selanjutnya oleh hormon, renin akan diubah menjadi angiotensin I.
oleh ACE, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah
aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon anti
diuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume
urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang dieksresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. (Sharma S et al, 2008) (Sehu WK, 2005)
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorpsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis
dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat komplek.
Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon. Aktivitas vaskuler,
volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung,
elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi
esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan
garam dalam diet, tingkat stres dapat berinteraksi untuk memunculkan
hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten.
Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang
menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di
aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.
(Sharma S et al, 2008) (Sehu WK, 2005) (Sunir JG, 2008)
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur
10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi
hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer
meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan
akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.
(Sharma S et al, 2008)
2.1.5. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan, dan
penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua
sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20
tahun. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketehui komplikasi yang
Table 2.2. Komplikasi Hipertensi
Sisem organ komplikasi Komplikasi hipertensi
Jantung Gagal Ginjal Kongestif
Angina pectoris
Infark miokard
Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif
Ginjal Gagal ginjal kronis
Mata Retinopati hipertensif
Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Sumber : Hoeymans N, 1999
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan
retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain
kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang
disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli
dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA)
(Sharma S et al, 2008)
2.1.6. Penatalaksanaan
Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan
farmakologis (Isselbcher et al,1994), (Chobanian AV et al, 2003) :
a. Terapi non farmakologis
- Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. Peningkatan berat
darahnya. Oleh karenanya manajemen berat badan sangat penting
dalam prevensi dan kontrol hipertensi
- Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktifitasnya rendah beresiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit
sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi
- Mengurangi asupan natrium
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian
obat anti hipertensi oleh dokter
- Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara
konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/haridapat meningkatkan resiko
hipertensi.
b. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron
antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium
antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI),
Angiotensin II Reseptor Blocker atau AT I receptor antagonist/ blocker
Adapun tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg dan untuk individu beresiko
tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah
adalah < 130/80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
3. Menghambat laju penyakit ginjal
2.2. Retina
Retina dibentuk dari lapisan neuroektoderma sewaktu proses
embriologi. Ia berasal dari divertikulum otak bagian depan
(proencephalon). Pertama tama vesikel optic terbentuk kemudian
berinvaginasi membentuk struktur mangkuk berdinding ganda, yang
disebut optic cup. Dalam perkembangannya, dinding luar akan
membentuk epitel pigmen sementara dinding dalam akan membentuk
sembilan lapisan retina lainnya. Retina akan terus melekat dengan
proencefalon sepanjang kehidupan melalui suatu struktur yang disebut
traktus retinohipotalamikus. (Vaughan, 2000) (Fundamental and Principles
of Ophthalmology, American Academy of Ophthalmology, 2009)
Retina merupakan lapisan bola mata yang paling dalam. Secara
kasar, retina terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan fotoreseptor (pars optica
retinae) dan lapisan non-fotoreseptor atau lapisan epitel pigman (retinal
pigment epithelium/RPE). Lapisan RPE merupakan suatu lapisan sel
berbentuk heksagonal, berhubungan langsung dengan epitel pigmen pada
transparan dengan ketebalan antara 0.4 mm berhampiran nervus optikus
sehingga 0.15 mm berhampiran ora serata. Di tengah - tengah makula
terdapat fovea yang berada 3 mm di bagian temporal dari margin temporal
nervus optikus. (Lang GK, 2000) (Pavan PR, 2008)
Lapisan dalam retina mendapatkan suplai darah dari retina
sentralis. Arteri ini berasal dari arteri oftalmikus yang masuk ke mata
bersama-sama dengan nervus optikus dan bercabang pada permukaan
dalan retina. Arteri sentralis merupakan arteri utuh dengan diameter
menjadi empat cabang utama. Sementara itu, lapisan luar retina tidak
mempunyai vaskularisasi. Bagian ini mendapatkan nutrisinya melalui
proses difusi dari lapisan koroid. Arteri retina biasanya berwarna merah
cerah, tanpa disertai pulsasi manakala vena retina berwarna marah gelap
dengan pulsasi spontan pada diskus optikus. (Lang GK, 2000) (Pavan PR,
2008)
Secara histologis, retina terdiri dari 10 lapisan,yaitu :
Membrane limitans interna ( serat saraf glial yang memisahkan retina dari
corpus vitreus)
1. Lapisan serat saraf optikus (akson dari neuron ke-3)
2. Lapisan sel ganglion (nuclei ganglion sel dari neuron ke-3)
3. Lapisan pleksiform dalam (sinapsis antara akson ke-2 neuron dengan
dendrite dari neuron ke-3)
4. Lapisan nuklear dalam
5. Lapisan pleksiform luar (sinapsis antara akson pertama neuron dengan
6. Lapisan nuklear luar (neuron pertama)
7. Membrana limitans eksterna
8. Lapisan fotoreseptor (rods dan cones)
9. Retinal Pigment Epithelium
Alur cahaya melalui lapisan retina akan melewati beberapa tahap.
Apabila radiasi elektromagnetik dalam spektrum cahaya (380-760nm)
menghantam retina, maka akan diserap oleh fotopigmen yang berada
dilapisan luar. Sinyal listrik terbentuk dari serangkaian reaksi fotokimiawi.
Sinyal ini kemudian akan mencapai fotoreseptor sebagai aksi potensial
dimana akan diteruskan ke neuron kedua, ketiga keempat sehingga
akhirnya mencapai korteks visual. (Lang GK, 2000), (Pavan PR, 2008),
(Fundamental and Principles of Ophthalmology, American Academy of
Ophthalmology, 2009)
2.3 Retinopati Hipertensi
2.3.1 Definisi
Retinopati hipertensi merupakan suatu keadaan yang ditandai
dengan kelainan pembuluh darah retina pada penderita dengan
peningkatan tekanan darah. Kelainan ini pertama kali dikemukakan oleh
Markus Gunn pada kurun abad ke 19 pada sekelompok penderita
hipertensi dan penyakit ginjal. Tanda tanda pada retina yang diobservasi
adalah penyempitan arteriolar secara general dam fokal, perlengketan
atau nicking arterionenosa, perdarahan retina dengan bentuk flame-shape
Keith et al menunjukkan bahwa tanda-tanda retinopati ini dapat dipakai
untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi. (Wong T.Y, Mitchell
P, 2004) (Kanski JJ, 2007) (Khurana AK, 2007).
2.3.2. Epidemiologi
Sejak tahun 1990, sebanyak tujuh penelitian epidemiologis telah
dilakukan ke atas sekelompok populasi penduduk yang menunjukkan
gejala retinopati hipertensi dan didapatkan bahwa kelainan ini banyak
ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Prevalensi retinopati hipertensi
bervariasi antara 2% - 5%. Data ini berbeda dengan hasil studi
epidemiologi yang dilakukan oleh Framingham Eye Study yang
mendapatkan hasil prevalensi rata-rata kurang dari 1%. Ini mungkin
disebabkan oleh sensitivitas alat yang sensivitas alat yang semakin baik
apabila dibandingkan dengan pemeriksaan oftalmoskopi di klinik-klinik
(NEJM, 2004). Prevalensi yang lebih tinggi juga ditemukan pada orang
berkulit hitam berbanding orang kulit putih berdasarkan insiden kejadian
hipertensi yang lebih banyak ditemukan pada orang berkulit hitam. Akan
tetapi, tidak ada predileksi rasial yang pernah dilaporkan berkaitan
kelainan ini hanya saja pernah dilaporkan bahwa hipertensi lebih banyak
ditemukan pada orang Caucasian berbanding orang Amerika Utara.(Wong
2.3.3. Patofisiologi
Pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami
beberapa seri perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap
peningkatan tekanan darah. Terdapat teori bahwa terjadi spasme
arterioles dan kerusakan endothelial pada tahap akut sementara pada
tahap kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang menyebabkan
berkurangnya elastisitas pembuluh darah. (Wong TY, 2004) (Hughes BM,
2007) (Vaughan, 2000) (Jackson TL, 2008)
Pada tahap awal, pembuluh darah retina akan mengalami
vasokonstriksi secara generalisata. Ini merupakan akibat dari peningkatan
tonus arterioles dari mekanisme autoregulasi yang seharusnya berperan
sebagai fungsi proteksi. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan kelihatan
penyempitan arterioles retina secara generalisata.(Wong TY, 2004)
(Hughes BM, 2007) (Lang GK, 2000, dkk)
Peningkatan tekanan darah secara persisten akan menyebabkan
terjadinya penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika
media dan degenerasi hyaline. Pada tahap ini akan terjadi penyempitan
arteriolar yang lebih berat dan perubahan pada persilangan arteri vena
yang dikenal sebagai arteriovenous nicking. Terjadi juga perubahan pada
refleks cahaya arteriolar terjadi pelebaran dan aksentuasi dari refleks
cahaya sentral yang dikenal sebagai copper wiring. .(Wong TY, 2004)
(Hughes BM, 2007) (Lang GK, 2000, dkk)
Setelah itu akan terjadi tahap pembentukan eksudat, yang akan
sel-sel endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemik retina.
Perubahan-perubahan ini bermanifestasi pada retina sebagai gambaran
mikroaneurisma, hemoragik, hard exudates dan infark pada lapisan serat
saraf yang dikenal sebagai cotton-wool spot. edema diskus optikus dapat
terlihat pada tahap ini, dan biasanya merupakan indikasi telah terjadi
peningkatan tekanan darah yang sangat berat. .(Wong TY, 2004) (Hughes
BM, 2007) (Lang GK, 2000, dkk)
Akan tetapi perubahan-perubahan ini tidak bersifat spesifik
terhadap hipertensi saja, karena ia juga dapat terlihat pada penyakit
kelainan pembuluh darah retina yang lain. Perubahan yang terjadi juga
tidak selalu berurutan atau berangkai. Contohnya perubahan tekanan
darah yang terjadi mendadak dapat langsung menimbulkan hard exudat
tanpa perlu mengalami perubahan-perubahan lain terlebih dulu. .(Wong
TY, 2004) (Hughes BM, 2007) (Lang GK, 2000, dkk)
2.3.4. Klasifikasi
Klasifikasi tradisional retinopati hipertensi pertama kali dibuat pada
tahun 1939 oleh Keith et al. Sejak itu, timbul bermacam-macam kritik
yang mengkomentari sistem klasifikasi yang dibuat oleh Keith dkk tentang
relevansi sistem klasifikasi ini dalam praktek sehari-hari. Klasifikasi dan
modifikasi yang dibuat terdiri atas empat kelompok retinopati hipertensi
berdasarkan derajat keparahan. Namun kini terdapat tiga skema mayor
yang disepakati digunakan dalam praktek sehari-hari.(Hughes BM, 2007),
Tabel 2.3. Modifikasi Klasifikasi Scheie oleh American Academy of Ophthalmology
Stadium Karakteristik
Stadium 0 Tidak ada perubahan
Stadium I Penyempitan arteriolar yang hampir tidak
terdeteksi
Stadium II Penyempitan yang jelas dengan kelainan
fokal
Stadium III Stadium II disertai perdarahan retina
dan/atau eksudat
Stadium IV Stadium III disertai papil edema
Sumber : Dikutip dari Retina and Vitreus 2009-2010
Berdasarkan penelitian, telah dibuat suatu tabel klasifikasi retinopati
hipertensi tergantung dari berat ringannya tanda-tanda yang kelihatan
pada retina.
Tabel 2.4 Klasifikasi dari Retinopati Hipertensi Berdasarkan Data
Populasi oleh New England Journal of Medicine 2004
Retinopati Deskripsi Asosiasi sistemik Mild Satu atau lebih dari tanda
berikut : Penyempitan arteriolar
menyeluruh atau fokal, AV
nicking, dinding arterioler lebih
padat (silver-wire)
Asosiasi ringan
Moderate Retinopati mild dengan satu
atau lebih tanda berikut :
Perdarahan retina (blot, dot
Accelerated Tanda-tanda retinopati moderate
dengan edema papil : dapat
disertai dengan kebutaan
Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Selain itu pemeriksaan penunjang seperti
funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan tonometri terutama pada
pasien lanjut usia dan pemeriksaan USG B-Scan untuk melihat kondisi di
belakang lensa diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis pasti.
Pemeriksaan laboratorium juga penting untuk menyingkirkan penyebab
lain retinopati selain dari hipertensi. Pasien dengan hipertensi biasanya
akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata. Penurunan
penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III atau
stadium IV perubahan vaskularisasi akibat hipertensi (Pavan PR, 2000)
Hipertensi dan perubahan arteriosklerosis pada fundus diketahui
melalui pemeriksaan funduskopi, dengan pupil dalam keadaan dilatasi.
Biasa didapatkan perubahan pada vaskularisasi retina, infark koroid tetapi
kondisi ini jarang ditemukan pada hipertensi akut yang memberikan
gambaran Elschnig’s spot yaitu atrofi sirkumskripta dan proliferasi epitel
pigmen pada tempat yang terkena infark. Pada bentuk yang ringan,
hipertensi akan menyebabkan peningkatan reflek arteriolar yang akan
terlihat sebagai gambaran copper wire atau silver wire. Penebalan lapisan
arterioler sehingga terjadi perlengketan atau nicking arteriovenousa. Pada
bentuk yang lebih ekstrem, kompresi ini dapat menimbulkan oklusi cabang
vena retina (Branch Retinal Vein Occlusion / BRVO). Dengan level
tekanan darah yang lebih tinggi dapat terlihat perdarahan intraretinal
dalam bentuk flame shape yang mengindikasikan bahwa perdarahannya
berada dalam lapisan serat saraf, dan/atau edema retina. Malignant
hipertensi mempunyai ciri-ciri papil edema dan dengan perjalanan waktu
akan terlihat gambaran makula berbentuk bintang. (Hughes BM, 2007)
(Vaughan, 2000) (Lang GK, 2000, dkk)
Lesi pada ekstravaskular retina dapat terlihat sebagai gambaran
mikroaneurisme yang diperkirakan akan terjadi pada area dinding kapiler
yang paling lemah. Gambaran ini paling jelas terlihat melalui pemeriksaan
dengan angiografi. Keadaan statis kapiler dapat menyebabkan anoksia
dan berkurangnya suplai nutrisi, sehingga menimbulkan formasi
mikroaneurisma. Selain itu, perdarahan retina dapat terlihat. Ini akibat
hilang atau berkurangnya integritas endotel sehingga terjadi ekstravasasi
ke plasma, hingga terjadi perdarahan. Bercak-bercak perdarahan
kelihatan berada di lapisan serat saraf kelihatan lebih jelas dibandingkan
dengan perdarahan yang terletak jauh dilapisan fleksiform luar. Pada
edema retina dan makula, yang terlihat secara histologist adalah residu
edema dan makrofag yang mengandung lipid. Walaupun deposit lipid ini
ada dalam perbagai bentuk dan terdapat dimana-mana di dalam retina,
gambaran makular star merupakan bentuk yang paling dominan.
yang berbentuk radier. (Wong TY, 2005), (Hughes BM, 2007), (Vaughan,
2000)
2.3.6 Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan retinopati hipertensi, mengobati faktor
primer adalah sangat penting jika ditemukan perubahan pada fundus
akibat retinopati arterial. Tekanan darah penderita retinopati hipertensi
harus diturunkan dibawah 140/90 mmHg. Jika telah terjadi perubahan
pada fundus akibat arteriosklerosis, maka kondisi ini tidak dapat diobati
lagi. Beberapa studi eksperimental dan percobaan klinik telah
menunjukkan bahwa tanda-tanda retinopati hipertensi dapat berkurang
dengan mengontrol kadar tekanan darah. Masih tidak jelas apakah
pengobatan dengan obat anti hipertensi mempunyai efek langsung
terhadap struktur mikrovaskuler. Penggunaan obat ACE Inhibitor terbukti
dapat mengurangi kekeruhan dinding arteri retina sementara penggunaan
HCT tidak memberikan efek apapun terhadap pembuluh darah retina.
Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Pasien dinasehati
untuk menurunkan berat badan jika sudah melewati standar berat badan
ideal seharusnya. Konsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh harus
dikurangi sementara asupan lemak tak jenuh dapat menurunkan tekanan
darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi dan pasien
memerlukan kegiatan olahraga yang teratur. (Wong TY, 2005), (Hughes
Dokter atau petugas kesehatan harus tetap meneruskan
pengobatan pada pasien hipertensi walaupun tanpa tanda-tanda
retinopati.(Wong YT, 2005)
2.3.7. Komplikasi
Pada tahap yang masih ringan, hipertensi akan meningkatkan
refleks cahaya arterioler sehingga timbul gambaran silver wire atau copper
wire. Namun dalam kondisi yang lebih berat, dapat timbul komplikasi
seperti Branch retinal vein occlusion (BRVO) atau Central retinal artery
occlusion (CRAO). (Retina and Vitreous, American Academy of
Ophthalmology, 2009-2010), (Ilyas SH, 2005)
Walaupun BRVO akut tidak terlihat pada gambaran funduskopi,
dalam hitungan jam atau hari ia dapat menimbulkan edema yang bersifat
opak pada retina akibat infark pada pembuluh darah retina. Seiring waktu,
vena yang tersumbat akan mengalami rekanalisasi sehingga kembali
terjadi reperfusi dan berkurangnya edema. Namun, tetap terjadi kerusakan
yang permanen terhadap pembuluh darah. Oklusi yang terjadi merupakan
akibat dari emboli. Ciri-ciri dari CRAO adalah kehilangan penglihatan yang
berat dan terjadi secara tiba-tiba. Retina menjadi edema dan lebih opak,
terutama pada kutub posterior dimana serat saraf dan lapisan sel ganglion
paling tebal. Refleks oranye dari vaskulatur koroid yang masih intak di
bawah foveola menjadi lebih kontras dari sekitarnya hingga memberikan
gambaran cherry-red spot. CRAO sering disebabkan oleh thrombosis
sindroma iskemik okuler juga dapat menjadi komplikasi dari retinopati
hipertensi. Sindroma iskemik okuler adalah istilah yang diberikan untuk
gejala okuler dan tanda-tanda yang menandakan suatu keadaan kronis
dari obstruksi arteri karotis yang berat. Arteriosklerosis merupakan etiologi
yang paling sering. Simptom termasuk hilang penglihatan yang terjadi
dalam kurun waktu satu bulan atau lebih, nyeri pada daerah orbital mata
yang terkena dan penyembuhan yang terlambat akibat paparan cahaya
langsung. (Retina and Vitreous, American Academy of Ophthalmology,
2009-2010), (Ilyas SH, 2005), (Pavan PR, 2008)
2.3.8 Prognosis
Prognosis tergantung kepada kontrol tekanan darah. Kerusakan
penglihatan yang serius biasanya tidak terjadi sebagai dampak langsung
dari proses hipertensi kecuali terdapat oklusi vena atau arteri lokal. Pasien
dengan perdarahan retina, atau edema retina tanpa papiledema
mempunyai jangka hidup kurang lebih 27.6 bulan. Pasien dengan
papiledema, jangka hidupnya diperkirakan sekitar 10.5 bulan. Namun
pada setengah kasus, komplikasi tetap tidak terelakkan walaupun dengan
kontrol tekanan darah yang baik. (Hughes BM, 2007), (Lang GK, 2000),
(Pavan PR, 2008)
2.4. Kerangka Konsep
2.5. Definisi Operasional
- Hipertensi : penderita dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat
anti hipertensi.
- Retinopati Hipertensi : penderita yang mengalami kerusakan/kelainan
pada retina (retinopati) akibat tekanan darah tinggi
- Tekanan Darah : nilai curah jantung sistole per diastole dengan satuan
mmHg
Hipertensi
Tekanan Darah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengukuran
data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan
dan pengambilan data dilakukan dengan sekali pengukuran.
3.2. Pemilihan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan
3.3. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua penderita hipertensi yang datang
ke poli penyakit dalam dan poli mata RSUP H. Adam Malik Medan
3.4. Besar Sampel
Sampel penelitian ditentukan sesuai rumus untuk penelitian ini
(
)
Qo : 1 - Po = 0.4
Po – Pa : selisih yang bermakna, ditetapkan sebesar 0.25
Pa : perkiraan proporsi hipertensi retinopati yang diteliti 0.85
Jadi :
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
- Pasien hipertensi yang datang ke poli mata dan pasien dari poli
penyakit dalam yang didiagnosa hipertensi.
- Pasien poli mata sub divisi retina dengan gejala dan tanda yang
mengarah pada retinopati hipertensi, walaupun pasien tidak
mengetahui bahwa ia menderita hipertensi dan bersedia dilakukan
pemeriksaan mata dan pemeriksaan tekanan darah.
Kriteria Eksklusi
- Pasien hipertensi dengan kelainan segmen anterior mata
- Pasien hipertensi dengan kekeruhan lensa
- Pasien hipertensi dengan tekanan intraokular > 21 mmHg
- Pasien hipertensi dengan keadaan umum jelek (lemah) sehingga tidak
3.6. Identifikasi Variabel
1. Variabel terikat adalah hipertensi
2. Variabel bebas adalah retinopati hipertensi
3.7. Bahan
• Pulpen
• Kertas folio
• Senter
• Slit lamp
• Snellen chart
• Oftalmoskopi direk
• Oftalmoskopi indirek
• Mydriatil 1% tetes mata
• Tono non kontak
3.8. Cara Kerja
- Dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan pada penderita hipertensi
- Pemeriksaan segmen anterior
- Pengukuran TIO, bila < 21 mmHg mata diberi tetes midriatyl 1% untuk
melebarkan pupil.
- Pemeriksaan oftalmoskopi direk
- Pemeriksaan oftalmoskopi indirek
- Penilaian dan interpretasi kelainan retina pada penderita hipertensi
- Data akan disimpan dan dikomputerisasi dengan menggunakan SPSS
versi 17
3.9. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskripsi dan disajikan dalam bentuk
tabulasi data. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 17
3.10. Pertimbangan Etika
Usulan penelitian ini terlebih terlebih dahulu disetujui oleh rapat
bagian Ilmu Kesehatan Mata FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan
kemudian akan diajukan ke Komite Etika Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran USU
3.11. Lama Penelitian
Dilakukan pengambilan data selama dua minggu pada bulan
februari 2012 - Agustus 2012
Bulan/Minggu Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Usulan Penelitian
Penelitian
Penyusunan
Laporan
3.12. Personal Penelitian
Peneliti : dr. Erfitrina
3.13. Biaya Penelitian
Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti
3.14. Ethical Clearance dan Informed Consent
Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Informed consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang
bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dalam kurun
waktu Pebruari 2012 sampai dengan Juni 2012. Pasien diseleksi di
poliklinik Nefrologi dan Hipertensi bagian Ilmu Penyakit Dalam dan poli
Ilmu Kesehatan Mata R.S.U.P H Adam Malik Medan dan selanjutnya
dilakukan pemeriksaan oftalmoskop direk dan indirek di poli Ilmu
Kesehatan Mata R.S.U.P H Adam Malik Medan. Data yang ditampilkan
dalam tulisan ini merupakan data dari 51 pasien, 102 mata. Berdasarkan
subjek penelitian diperoleh data dasar yang ditampilkan dalam bentuk
tabulasi.
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 25 49
Perempuan 26 51
Dari jenis kelamin pada penelitian ini tampak jumlah penderita
perempuan lebih banyak dari pada jumlah penderita laki-laki.
Dari subjek penelitian yang berjumlah 51 pasien retinopati
hipertensi jumlah penderita perempuan lebih banyak dari pada jumlah
4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan umur Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Berdasarkan Umur
Umur (tahun) n %
Seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas, kategori umur 46 – 55
tahun menempati urutan tertinggi sebanyak 22 orang (43.13%).
Kemudian diikuti oleh kelompok umur 56 – 65 tahun yaitu sebanyak 14
orang (27.45%). Ini mempunyai makna bahwa memang retinopati
hipertensi banyak terjadi pada individu berusia di atas 40 tahun.
4.1.3 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Tabel 4.3 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Suku
Subjek penelitian berasal dari berbagai suku bangsa, pada
penelitian ini tampak jumlah penderita suku karo dan batak paling banyak
menderita retinopati hipertensi dibandingkan dengan suku lainnya. Data
ini menggambarkan variasi subjek yang mengikuti penelitian dan
menunjukkan heterogenitas populasi penelitian.
4.1.4 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Lamanya Menderita Hipertensi
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Menurut Lamanya Menderita Hipertensi
Lama menderita HT
Dari data penelitian berdasarkan lamanya hipertensi yang dialami
subjek, lebih banyak jumlah yang mengalami hipertensi dalam kurun
waktu 6-10 tahun yaitu 21 subjek (41.17%). Referensi menyatakan bahwa
kejadian retinopati hipertensi sangat erat kaitannya dengan peningkatan
tekanan darah. Penderita hipertensi memiliki kemungkinan 50 – 70 %
mengalami retinopati hipertensi. Komplikasi bisa terjadi 10 – 15 tahun
setelah menderita hipertensi. Akan tetapi perubahan pembuluh darah
retina yang terjadi juga tidak selalu berurutan atau berangkai. Contohnya
menimbulkan hard exudat tanpa perlu mengalami perubahan perubahan
lain terlebih dahulu. Dari penelitian ini didapatkan besar subjek penelitian
yang mengalami hipertensi retinopati selama kurun waktu 6 - 10 tahun
sebanyak 21 subjek (41,17%) dibandingkan subjek yang mengalami
hipertensi retinopati 10 tahun ke atas sebanyak 18 subjek (35,29%).
Lamanya subjek penelitian mengalami hipertensi memberikan pengaruh
gambaran kelainan retinopati hipertensi yang dialaminya, meskipun tidak
dapat disingkirkan kemungkinan hipertensi telah berlangsung lebih lama
dari yang diketahui subjek.
4.1.5 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Diagnosa (Stadium Retinopati Hipertensi)
Tabel 4.5 Distribusi Kasus Menurut Diagnosa
Diagnosa n %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa stadium retinopati hipertensi
paling banyak yaitu stadium II sebanyak 49 mata (48.0%) kemudian
stadium III sebanyak 47 mata ( 47.0%). Data ini menunjukkan bahwa
rata-rata subjek penelitian mempunyai klasifikasi diagnosis retinopati hipertensi
stadium II dan III, artinya sejalan dengan lama subjek menderita hipertensi
4.1.6 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Diagnosa (Stadium Hipertensi)
Tabel 4.6 Distribusi Kasus Menurut Diagnosa Penyakit Dalam
Diagnosa n %
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi Tahap I
Hipertensi Tahap II
2
5
16
28
3.92
9.80
31.37
54.90
Total 51 100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa stadium retinopati hipertensi
paling banyak yaitu Hipertensi Tahap II sebanyak 28 subyek (54.90%),
kemudian Hipertensi Tahap I sebanyak 16 subyek (31.37%). Dan 2
subyek mempunyai tekanan darah normal setelah pengobatan hipertensi
yang terkontrol tetapi telah mengalami kelainan pada retinanya (retinopati
4.1.7 Hubungan antara Lamanya Menderita Hipertensi dengan Stadium Retinopati Hipertensi
Tabel 4.7 Hubungan antara Lamanya Menderita Hipertensi dengan Stadium Retinopati Hipertensi
Diagnosa
n X ± SD
Lama menderita HT P
I
II
III
IV
4 7.00 ± 2.309
49 10.10 ± 6.820
47 12.57 ± 5.424
2 9.00 ± 0.000
0.111
Total 51
Keterangan :
Dari uji statistik yang dilakukan (ANOVA) menunjukkan hubungan
antara lamanya menderita hipertensi dengan stadium retinopati
4.1.8 Hubungan antara Tekanan Darah Sistole dengan Stadium Retinopati Hipertensi
Tabel 4.8 Hubungan antara Tekanan Darah Sistole dengan Stadium Retinopati Hipertensi
Diagnosa TDS P n x ± SD
I
II
III
IV
4 150.00 ± 23.094
49 152.29 ± 18.958
47 170.04 ± 23.773
2 240.00 ± 0.000
0.0001*
Total 51
Keterangan : * Signifikans
Dari uji statistik yang dilakukan (ANOVA) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara tingginya tekanan darah sistole
dengan stadium retinopati hipertensi. Dari tabel dapat dilihat
tekanan darah sistole signifikan untuk mengetahui terjadinya
4.1.9 Hubungan antara Tekanan Darah Diastole dengan Stadium Retinopati Hipertensi
Tabel 4.9 Hubungan antara Tekanan Darah Diastole dengan Stadium Retinopati Hipertensi
Keterangan : * Signifikans
Dari uji statistik yang dilakukan (ANOVA) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara tingginya tekanan darah diastole
dengan stadium retinopati hipertensi. Dari tabel dapat dilihat
tekanan darah diastole signifikan untuk mengetahui terjadinya
retinopati hipertensi dimana p = 0.0001 (p < 0.05)
Referensi menyatakan bahwa penyempitan arteri berhubungan
nyata dengan peningkatan diastole pada pengukuran tekanan
darah. Pada penelitian ini didapati bahwa tekanan darah diastole
Pada penelitian ini tekanan darah sistole yang dapat menyebabkan
retinopati hipertensi adalah pada 163.5 mmHg
Sedangkan pada tekanan darah diastole yang dapat menyebabkan
retinopati hipertensi pada penelitian ini adalah 93.5 mm Hg
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Sensitivity
1 - Specificity
Point 17 : 163.5
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sensitivity
1 - Specificity
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian ini, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
- Penelitian ini mendapatkan penderita retinopati hipertensi pada
perempuan lebih banyak dari laki-laki. Dan kelainan ini banyak
ditemukan pada usia 40 tahun ke atas yaitu pada kelompok umur
subjek 46 – 55 tahun menempati urutan tertinggi sebanyak 22
orang (43.13%).
- Peningkatan tekanan darah terutama tekanan darah diastole
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan atau
kelainan pada retina mata dan dipengaruhi oleh lamanya menderita
hipertensi.
- Pemeriksaan oftalmoskop direk dan inderek dapat menentukan
derajat keparahan retinopati hipertensi. Retinopati hipertensi telah
lama dianggap sebagai indikator resiko dari morbiditas dan
mortalitas sistemik. Data ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek
penelitian mempunyai klasifikasi diagnosis retinopati hipertensi
stadium II Dan III
5.2. Saran
- Perlu dilakukan penyuluhan untuk deteksi dini dan penanganan
yang tepat terhadap penderita hipertensi. Diharapkan
mengenai kemungkinan kelainan mata yang dapat terjadi akibat
hipertensi sehingga lebih disiplin untuk berobat dan mengontrol
tekanan darahnya juga memeriksa mata di poli mata.
- Perlunya Sarana dan Prasarana Kesehatan yang lebih lengkap dan
efektif di Rumah Sakit Daerah atau Kabupaten untuk memberikan
pelayanan dalam mengatasi berbagai kasus dengan komplikasi
akibat hipertensi seperti retinopati hipertensi.
- Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Pasien
dinasehati untuk menurunkan berat badan jika sudah melewati
standar berat badan ideal seharusnya. Konsumsi makanan dengan
kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara asupan lemak tak
jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan
garam perlu dibatasi dan pasien memerlukan kegiatan olahraga
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology. Retina and Vitreous, 2009-2010.
Basic and Clinical Science Course, San Fransisco. 207-9
Wong YT, Mcintosh R, editor, 2005, Hypertensive retinopaty signs as risk
indicators of cardiovascular morbidity and mortality. British Medical
Bulletin ; 73-4 ; 5770. Available from :
Kristiani S, Wilarjo, 2001, Distribusi Retinopati Hipertensi di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang, Volume 36, Nomor 1 Available
fro
Wong TY, Mitchell P, 2004, Current Concept Hypertensive Retinopathy.
The New England Journal of Medicine, 351: : 2310-7. Available
from : URL
Wong TY, 2004, Retinal arteriolar diameter and risk for hypertension, Ann
Intern Med ; 140 ; 248-55
Wong TY et al, 2007, The eye in Hypertension, Lanset ; 369(9559) :
425-35
Hughes BM, et al, Hypertension. [Online]. 2007 Jan 4 [cited 2008 May 21]
: [7 screens]. Available fro
Lang GK. 2000, Ophtalmology a short textbook : retina, New York, Thieme
Isselbacher, at al, 1994, Principles of Internal Medicine, Harrison’s,
Volume 1, Chapter 209, Thirteenth Edition, McGraw-hill, p.1116-31
Chobanian AV, et al, 2003, The Seventh Report of Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure : The JNC 7 Report JAMA; 289 : 2560-72
Fundamentals and Principles of Ophthalmology, American Academy of
Ophtalmology 2009-2010, Basic and Clinical Science Course, San
Fransisco; 71-9
Eva RP, Whitcher PJ, 2007, The Retina, Vaughan & Asbury,s General
Ophthalmology 17 th ED, Mc. Graw Hill,s.
Pavan PR, 2008, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy : Retina and
Vitreous. 6th ed. Massacchusetts. Lippincotts Williams and Wilkins ;
213-22
Sehu WK, 2005, Opthalmic pathology an illustrated guide for clinicians :
retina : vascular diseases, degenerations and dystrophies. 1st ed.
Carlton Australia, Blackwell Publishing Limited ; 204, 213-4
Khaw PT Shah P, 2004, General Medical Disorders and The Eye, 4th ed.
London. BMJ Publishing Group Limited ; 69-71
Ilyas S, 2008, Ilmu Penyakit Mata, Retinopati Hipertensi. Edisi 3. Jakarta,
Balai Penerbit FK UI ; 9-10, 221-3
Tasman W, 2004, Hypertension and Arteriosclerosis, Duane’s Clinical
Kanski JJ,2007, Hypertensive Disease, Clinical Opthalmology A
Systematic Approach, Eleventh Edition, Chapter 13, Butterwortf
Hanemann, China, Elsevier; 567-569
Yanoff M, Duker JS, 2009, Retina and Vitreous, Hypertensive Retinopathy.
In : Yanoff & Duker Ophthalmology, 3rd ED. China, Elsevier ; 584-8
Khurana AK, 2007, Diseases of the Retina. In : Comprehensive
Ophthalmology. 4th Ed. Chapter 11, New Delhi, New Age
Internationmal (P) Ltd ; 249-52, 257-9
Jackson TL, 2008, Hypertensive Retinopathy. In : Moorfields Manual of
Ophthalmology. China, Elsevier ; Page 479-80
Yogiantoro M, 2006, Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I, Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, Jakarta FK UI ; 610-14
Sharma S et al, 2008, Hypertension, Last up date Aug 8 2008, Available at
; http//:www.emedicine.com.(diakses pada tanggal 10 Agustus
2008)
Hoeymans N et al, 1999, Cardiovascular Risk Factors in Netherlands, Eur
Heart ; 520
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya Dr. Erfitrina akan
melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Tekanan Darah Pada
Pasien Retinopati Hipertensi Dengan Derajat Retinopati Hipertensi”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingginya tekanan
darah pada pasien hipertensi dengan kejadian retinopati hipertensi di
RSUP.H. Adam Malik Medan. Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai perencanaan strategi nasional penanggulangan gangguan
penglihatan dan kebutaan untuk mencapai Vision 2020 : The Right to
Sight yang ditetapkan WHO serta sebagai usaha dalam tindakan
pencegahan dan diagnosa dini penyakit retinopati hipertensi.
Pada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini secara suka
rela nantinya akan diharuskan mengisi surat persetujuan ikut dalam
penelitian, mengikuti wawancara, dan bersedia untuk diperiksa matanya.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan tajam penglihatan, segmen anterior bola mata, pengukuran tekanan bola mata, dan
pemeriksaan oftalmoskop untuk dilihat apakah ada kelainan pada retina
mata akibat tingginya tekanan darah. Sebelum dilakukan pemeriksaan
oftalmoskop anak mata (pupil) pasien dilebarkan dengan tetes mata
akibatnya penglihatan menjadi kabur dan silau untuk sementara sekitar 4
jam setelah ditetes, kemudian anak mata (pupil) normal kembali.
Pemeriksaan ini dilakukan ± 1jam.
Segala biaya pemeriksaan dan penyediaaan obat menjadi
tanggung jawab peneliti. Bila masih terdapat pertanyaan, maka Bapak/Ibu
dapat menghubungi saya :
Nama : Dr. Erfitrina
Alamat : Jl. Setia Budi Kompleks TASBI Blok M No 38 Medan.
Telepon/ HP : 085275398319
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONCERN)
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : ……….(L/P)
Umur : …………Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Alamat : ………
Pekerjaan : ………...
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan
keburukan prosedur penelitian ini, saya menyatakan bersedia
Demikian surat persetujuan bersedia ikut dalam penelitian ini saya buat
untuk dapat dipergunakan seperlunya.
ikut serta
dalam penelitian tentang “ Hubungan Tekanan Darah Pada Pasien
Retinopati Hipertensi Dengan Derajat Retinopati Hipertensi”. Apabila
sewaktu-waktu saya mengundurkan diri dari penelitian ini, kepada saya
tidak dituntut apapun.
Medan, ………..2012