• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Retinopati Diabetik di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2008 – Juli 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Retinopati Diabetik di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2008 – Juli 2010"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2008 – JULI 2010

Oleh:

RODEO VALENTINO SIAHAAN 070100136

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2008 – JULI 2010

KARYA TULIS ILMIAH

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

RODEO VALENTINO SIAHAAN 070100136

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Retinopati Diabetik di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2008 – Juli 2010

Nama : Rodeo Valentino Siahaan NIM : 070100136

Pembimbing Penguji

(dr. Rodiah Rahmawati, Sp. M) (dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc) NIP: 197604172005012002 NIP: 196705271999032001

(dr. Muhammad Ali, Sp. A (K)) NIP: 196905241999031001

Medan, 29November 2010 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Retinopati diabetika merupakan salah satu penyebab kebutaan.

Beberapa keadaan di anggap merupakan faktor penunjang terjadinya retinopati ini.

Penelitian mengenai kondisi retinopati diabetika dan keadaan-keadaan yang

menyertainya belum banyak dilakukan di Indonesia.

Metode. Secara objektif, penelitian ini ingin mengetahui pevalensi retinopati diabetik

di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2008 - Juli 2010. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional dan

menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0.

Populasi yang diteliti berjumlah 40 orang dan teknik pengambilan sampel diambil

dengan teknik total sampling pada penderita retinopati diabetik di RSUP H. Adam

Malik Medan.

Hasil. Telah di periksa 40 orang penderita diabetes selama 2 tahun. Dari hasil

penelitian diperoleh laki-laki 20 orang (50%) dan perempuan 20 orang (50%). Umur

yang paling banyak adalah 41-60 tahun (75%). Dan lama menderita diabetes mellitus

adalah 11-20 tahun (70%). Dari semua penderita ini didapatkan non poliratif diabetic

retinopati / NPDR dengan jumlah 33 orang (82,5%) dan diikuti poliratif diabetic retinopati / PDR sebanyak 7 orang (17,5%).

Diskusi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keadaan gula darah yang

terkontrol merupakan faktor yang ikut menentukan terjadinya retinopati ini.

Selanjutnya akan di bahas beberapa keadaan yang terkait dengan kejadian retinopati

diabetika ini.

(5)

ABSTRACT

Introduction. Diabetic Retinopathy (DR) is gone of the complications of Diabetess

Mellitus in the eye, witch is one of the leading cause of blindness. A few condition were thought to be the factor witch is predisposing to have DR.

Methods. The objective of this study is to find out the pevalensi of diabetic

retinopathy patient in RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2008-Juli 2010. This research uses descriptive research with cross-sectional planning, by using Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0. The responder is 40, the sample technical is taken by total sampling technique of diabetic retinopathy patient in RSUP H. Adam Malik Medan.

Results. We looked for the retinopathy in 40 diabetic patients. The result of this study

showed 20 male (50%) and 20 female (50%). The most age of diabetic retinopathy was in the group of 41-60 years old (75%). And the most suffer from diabetic retinopathy was 11-20 years (70%). We found that 33 patients (82,5%) non poliratif diabetic retinopathy / NPDR and 7 patients (17,5%) poliratif diabetic retinopati / PDR.

Discussion. From the result mentioned above, we can conclude that the good

controlled of the blood sugar made the incidents of DR decreased. It will discuss the possibility of other diseases in accordance with the DR.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

“PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2008 – JULI 2010”. Karya tulis ilmiah ini merupakan

suatu kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

untuk memperoleh lulusan sarjana kedokteran.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD (KGEH) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

2. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) selaku Pembantu Dekan I atas izin

penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

3. dr. Rodiah Rahmawati, Sp. M, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis dalam penyusunan laporan hasil karya tulis ilmiah ini,

4. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM,MPd.Ked dan dr. Muhammad Ali, Sp. A (K),

sebagai dosen penguji pada seminar hasil dan seminar proposal karya tulis ilmiah

yang telah memberi saran dan kritik yang membangun penulis untuk

memperbaiki dan menyusun karya tulis ilmiah ini,

5. Kepala Tata Usaha dan semua tenaga kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan

atas bantuan dalam penyediaan karakteristik lokasi penelitian, berbagai urusan

administrasi di RSUP H. Adam Malik Medan, dan semua dukungan moril dalam

mendukung penyelesaian karya tulis ilmiah ini,

6. Kak Ester, Pak Triwanda, Ibu Nurhaidah, Bapak Abdul Halim, dan Bapak Retno

selaku KAPOJA peyimpanan data rekam medik dan rekan-rekannya di RSUP H.

Adam Malik Medan dalam pengambilan data rekam medik,

7. Dosen-dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran

Pencegahan/Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang juga telah membantu dan membimbing penulis selama perkuliahan

penyusunan proposal dan laporan hasil karya tulis ilmiah ini,

8. Semua dosen dan staf/pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga

(7)

9. Orang tua penulis, Alm. M. Siahaan dan Melati Samosir serta saudara penulis,

Dewi berliana Siahaan, SE., Frengsip Orlando Siahaan, Elis Mindo Siahaan,

S.Kom., Fani Bramita Siahaan, AMKEB., Paulus Ryanto Siahaan. yang telah

memberikan dukungan materi dan moril selama pengerjaan karya tulis ilmiah ini

serta untuk doanya terhadap penulis yang selalu menguatkan penulis untuk tetap

bersandar dan percaya akan rencana Allah yang indah pada waktunya,

10. Kekasih penulis, Sondang Lenni veronica Napitupulu dimana mahasiswi Fakultas

Kedokteran stambuk 2007 yang telah memberi bantuan, saran, dan dukungan

materi dan moril serta doanya yang menguatkan penulis untuk menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini,

11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran stambuk 2007, Santy, Dedek

kurniawan, Otneil, Dewi Puji Nora, Lowely, Laura, dan rekan-rekan lain, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, yang juga telah memberi saran, kritik, dan

dukungan materi dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, maka

penulis memohon saran dan kritik yang membangun, demi perbaikan karya tulis

ilmiah ini, dari berbagai pihak.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 23 November 2010

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... . v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Diabetes Melitus ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Epidemiologi ... 5

2.1.3. Etiologi, Klasifikasi, dan Ciri Klinik ... 5

2.1.4. Patogenesis ... 7

2.1.5. Penatalaksanaan ... 8

2.1.6. Komplikasi Jangka Panjang ... 8

2.2. Retina ... 10

2.3. Retinopati Diabetik ... 11

2.3.1. Definisi ... 11

2.3.2. Klasifikasi ... 11

2.3.3. Patofisiologi ... 12

2.3.4. Pemeriksaan Penunjang ... 13

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Rancangan Penelitian ... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 18

4.5. Metode Analisis Data ... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 19

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel 5.1.2.1.Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 5.1.2.2.Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur 5.1.2.3.Deskripsi Sampel berdasarkan Lama Menderita Diabetes Melitus 5.1.2.4.Deskripsi Sampel berdasarkan Derajat Retinopati Diabetik 5.2. Pembahasan BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1. Kesimpulan 6.2. Saran DAFTAR PUSTAKA ... 27

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Etiologi, Klasifikasi, dan Ciri Klinik Diabetes Melitus 7

2. Komplikasi Jangka Panjang Diabetes Melitus 10

3. Definisi Operasional 15

5.1 Distribusi Jenis Kelamin Penderita Retinopati Diabetik 20

5.2 Distribusi Kelompok Umur Penderita Retinopati Diabetik 21

5.3 Distribusi Lama Menderita Diabetes Melitus 21

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Retinopati diabetik non proliferatif 11

(12)

ABSTRAK

Pendahuluan. Retinopati diabetika merupakan salah satu penyebab kebutaan.

Beberapa keadaan di anggap merupakan faktor penunjang terjadinya retinopati ini.

Penelitian mengenai kondisi retinopati diabetika dan keadaan-keadaan yang

menyertainya belum banyak dilakukan di Indonesia.

Metode. Secara objektif, penelitian ini ingin mengetahui pevalensi retinopati diabetik

di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2008 - Juli 2010. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional dan

menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0.

Populasi yang diteliti berjumlah 40 orang dan teknik pengambilan sampel diambil

dengan teknik total sampling pada penderita retinopati diabetik di RSUP H. Adam

Malik Medan.

Hasil. Telah di periksa 40 orang penderita diabetes selama 2 tahun. Dari hasil

penelitian diperoleh laki-laki 20 orang (50%) dan perempuan 20 orang (50%). Umur

yang paling banyak adalah 41-60 tahun (75%). Dan lama menderita diabetes mellitus

adalah 11-20 tahun (70%). Dari semua penderita ini didapatkan non poliratif diabetic

retinopati / NPDR dengan jumlah 33 orang (82,5%) dan diikuti poliratif diabetic retinopati / PDR sebanyak 7 orang (17,5%).

Diskusi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keadaan gula darah yang

terkontrol merupakan faktor yang ikut menentukan terjadinya retinopati ini.

Selanjutnya akan di bahas beberapa keadaan yang terkait dengan kejadian retinopati

diabetika ini.

(13)

ABSTRACT

Introduction. Diabetic Retinopathy (DR) is gone of the complications of Diabetess

Mellitus in the eye, witch is one of the leading cause of blindness. A few condition were thought to be the factor witch is predisposing to have DR.

Methods. The objective of this study is to find out the pevalensi of diabetic

retinopathy patient in RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2008-Juli 2010. This research uses descriptive research with cross-sectional planning, by using Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0. The responder is 40, the sample technical is taken by total sampling technique of diabetic retinopathy patient in RSUP H. Adam Malik Medan.

Results. We looked for the retinopathy in 40 diabetic patients. The result of this study

showed 20 male (50%) and 20 female (50%). The most age of diabetic retinopathy was in the group of 41-60 years old (75%). And the most suffer from diabetic retinopathy was 11-20 years (70%). We found that 33 patients (82,5%) non poliratif diabetic retinopathy / NPDR and 7 patients (17,5%) poliratif diabetic retinopati / PDR.

Discussion. From the result mentioned above, we can conclude that the good

controlled of the blood sugar made the incidents of DR decreased. It will discuss the possibility of other diseases in accordance with the DR.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Retinopati akibat diabetes disebabkan terjadinya gangguan metabolisme tubuh

secara umum dan retina khususnya, sehingga mengakibatkan kelainan retina dan

pembuluh-pembuluh darahnya. (Ilyas, 2008). Retinopati diabetik merupakan

penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes di seluruh dunia, disusul katarak.

Bila kerusakan retina sangat berat, seorang penderita diabetes dapat menjadi buta

permanen sekalipun dilakukan usaha pengobatan. (Victor, 2008).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004 melaporkan 4,8 persen

penduduk di seluruh dunia menjadi buta akibat retinopati diabetik. Dalam urutan

penyebab kebutaan secara global, retinopati diabetik menempati urutan ke-4 setelah

katarak, glaukoma, dan degenerasi makula. (Victor, 2008).

Diestimasi bahwa jumlah penderita diabetes di seluruh dunia akan meningkat

dari 117 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta tahun 2030. Di Asia diramalkan

diabetes akan menjadi ”epidemi”, disebabkan pola makan masyarakat Asia yang

tinggi karbohidrat dan lemak disertai kurangnya berolahraga. Akibatnya, kebutaan

akibat retinopati diabetik juga diperkirakan meningkat secara dramatis. (Victor,

2008).

Pasien diabetes memiliki resiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan

dibandingkan non diabetes. Resiko mengalami retinopati pada pasien diabetes

meningkat sejalan lamanya diabetes. Pada waktu diagnosis diabetes tipe 1 ditegakkan,

retinopati diabetes hanya ditemukan pada kurang dari 5% pasien. Setelah 10 tahun,

prevalensi meningkat menjadi 40-50% dan sesudah 20 tahun lebih dari 90% pasien

sudah menderita retinopati diabetik. Pada diabetes tipe 2 ketika diagnosis diabetes

ditegakkan sekitar 25% sudah menderita retinopati diabetik non-proliferatif

(background retinopathy). Setelah 20 tahun, prevalensi retinopati diabetik meningkat

menjadi lebih dari 60%. Di Amerika Utara, 3,6% pasien diabetes tipe 1 dan 1,6%

pasien diabetes tipe 2 mengalami kebutaan total. Di Inggris dan Wales, sekitar 1000

pasien diabetes tercatat mengalami kebutaan sebagian dan total setiap tahun. Metode

pengobatan retinopati diabetik dewasa ini telah mengalami perkembangan yang

(15)

angka kejadian diabetes di seluruh dunia cenderung meningkat maka retinopati

diabetik masih tetap menjadi masalah penting. (Pandelaki, 2006).

Dengan perubahan pola kehidupan ke arah modern diperkirakan pada

tahun-tahun mendatang penyakit diabetes melitus juga sebagai penyebab utama kebutaan di

negara sedang berkembang termasuk di Indonesia. Berbeda dengan kebutaan yang

disebabkan oleh katarak yang dapat ditanggulangi, kebutaan yang disebabkan oleh

komplikasi diabetes melitus (retinopati diabetik) tidak dapat ditingkatkan tajam

penglihatannya dengan upaya apapun, terjadi buta permanen. (Wilardjo, 2001).

Data Poliklinik Mata RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang tidak

dipublikasikan menunjukkan bahwa retinopati diabetik merupakan kasus terbanyak

yang dilayani di Klinik Vitreo-Retina. Dari seluruh kunjungan pasien Poliklinik Mata

RSCM, jumlah kunjungan pasien dengan retinopati diabetik meningkat dari 2,4

persen tahun 2005 menjadi 3,9 persen tahun 2006. (Victor, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian evaluasi

terhadap terjadinya penyakit retinopati diabetik untuk menjawab pertanyaan

penelitian, yaitu: Berapa prevalensi penyakit retinopati diabetik di RSUP H. Adam

Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi retinopati diabetik di RSUP Adam Malik

Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian pasien yang menderita retinopatik diabetik

berdasarkan umur.

2. Mengetahui angka kejadian pasien yang menderita retinopatik diabetik

berdasarkan jenis kelamin.

3. Mengetahui angka kejadian pasien yang menderita retinopatik diabetik

berdasarkan derajat retinopatik diabetik.

4. Mengetahui angka kejadian pasien yang menderita retinopatik diabetik

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bagi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dalam mendukung

pemerintah mengenai perencanaan strategis nasional penanggulangan gangguan

penglihatan dan kebutaan untuk mencapai Vision 2020: The Right to Sight yang

ditetapkan WHO.

2. Bagi Penderita

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang

komplikasi diabetes melitus yang dapat mengakibatkan retinopati diabetik.

3. Bagi Peneliti

Dapat memperoleh informasi dan menambah pengetahuan tentang retinopati

diabetik pada penderita diabetes melitus.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Diabetes melitus 1.1.1 Definisi

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kelainan metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau

kedua-duanya. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa

diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban

yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan

problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bagi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dalam mendukung

pemerintah mengenai perencanaan strategis nasional penanggulangan gangguan

penglihatan dan kebutaan untuk mencapai Vision 2020: The Right to Sight yang

ditetapkan WHO.

2. Bagi Penderita

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang

komplikasi diabetes melitus yang dapat mengakibatkan retinopati diabetik.

3. Bagi Peneliti

Dapat memperoleh informasi dan menambah pengetahuan tentang retinopati

diabetik pada penderita diabetes melitus.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Diabetes melitus 1.1.1 Definisi

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kelainan metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau

kedua-duanya. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa

diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban

yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan

problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi

(18)

secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di

hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi

pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan

penyimpanannya. (Smeltzer, 2001).

Diabetes adalah kata Yunani yang berarti mengalirkan/mengalihkan (siphon). Mellitus adalah kata Latin untuk madu atau gula. Diabetis melitus adalah penyakit di mana seseorang mengeluarkan/ mengalirkan sejumlah besar urin yang terasa manis.

(Corwin, 2000).

Berdasarkan definisi, glukosa darah harus lebih besar daripada 140 mg/100 ml

pada dua kali pemeriksaan terpisah agar diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan.

(Corwin, 2000). Akan tetapi menurut Suherman (2007), diabetes melitus ditandai oleh

poliuri, polidipsi dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau

hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau postprandial ≥ 200 mg/dL atau

glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL).

Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat

menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan

ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut

seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik

(HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi

mikrovaskular yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati

(penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit

makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskular perifer.

(Smeltzer, 2001).

1.1.2 Epidemiologi

Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di antara penyakit

tidak menular yang meningkat jumlahnya di masa yang akan datang. Diabetes sudah

merupakan salah satu anacaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000

jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam

kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak

menjadi 300 juta orang. (Suyono, 2006).

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menerang kurang lebih 12

(19)

sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes

baru didiagnosis setiap tahunnya (Healthy People 2000, 1990).

Menurut penelitian epidemiologi sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia

kekerapatan di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6% kecuali di dua tempat yaitu

di Pekajangan, di suatu desa dekat Semarang, 2,3% dan di Manado 6%. Penelitian

terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan prevalensi DM tipe

2 sebesar 14,7% suatu angka yang sangat mengejutkan. Demikian juga di Makasar

prevalensi diabetes terakhir 2005 mencapai 12,5%. (Suyono, 2006).

1.1.3 Etiologi, klarifikasi, dan ciri klinik

Diabetes melitus diklasifikasikan berdasarkan etiologinya yaitu : diabetes

melitus tipe I, diabetes melitus tipe II, diabetes melitus tipe lain, dan diabetes melitus

kehamilan. Diabetes melitus tipe II (DM tipe II) merupakan diabetes melitus

terbanyak, diperkirakan 90 - 95% dari semua penderita diabetes melitus yang

disebabkan oleh resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. (American Diabetes

Association, 2004).

(20)

Tipe I :

Diabetes melitus

tergantung insulin

(IDDM) (5-10% dari

seluruh penderita

diabetes)

Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasa pada usia

muda (< 30 tahun).

Biasanya bertubuh kurus saat didiagnosis; dengan

penurunan berat yang baru saja terjadi.

Etiologi mencakup faktor genetik, imunologi atau

lingkungan ( misalnya virus).

Sering memiliki antibodi sel pulau langerhans.

Sering memiliki antibodi terhadap insulin sekalipun

belum pernah mendapatkan terapi insulin.

Sedikit atau tidak mempunyai nsulin endokrin,\.

Memerlukan insulin untuk mempertahankan

kelangsungan hidup.

Cenderung mengalami ketosis jika tidak memilki insulin

komplikasi akut hiperglikemia; ketoasidosis diabetik.

Tipe II :

Diabetes melitus

tidak tergantung

insulin (NIDDM)

(90-95% dari seluruh

penyandang diabetes

obes 80% dari tipe

II; non obes 20%

dari tipe II)

Awitan terjadi di segala usia, biasanya diatas 30 tahun.

Biasanya bertubuh gemuk (obes) pada saat terdiagnosis.

Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter atau

lingkungan.

Tidak ada antibodi sel pulau langerhans.

Penurunan insulin endogen atau peningkatan resistensi

insulin.

Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar

glukosa darahnya melalui penurunan berat badan.

Agen hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar

glukosa darah bila modifikasi diet dan latihan tidak

berhasil.

Mungkin memerlukan insulin dalam waktu pendek atau

panjang untuk mencegah hiperglikemia.

Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stress

atau menderita infeksi.

Diabetes melitus

yang berkaitan

dengan keadaan atau

Disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai

dapat menyebabkan penyakit: pankreatitis; kelainan

(21)

Tabel 1. Etiologi, Klasifikasi, dan Ciri Klinik Diabetes Melitus.

(Gustaviani, 2006)

1.1.4 Patogenesis

Peran insulin sebagai mengatur glukosa dalam darah sangat dipengaruhui

fungsi hepar, pankreas, adenohipofisis dan adrenal. Kecuali itu fungsi tiroid, kerja

fisik, faktor imunologik dan genetik dapat berpengaruh pada kadar glukosa darah.

(Suherman, 2007).

Hepar, glukosa yang berasal dari absorbsi makanan di intestin dialirkan ke

hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat

ini kadar glukosa di vena porta lebih tinggi dari di vena hepatika. Setelah absorbsi

selesai glikogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena

hepatika lebih tinggi dari di vena porta. Jadi, hepar berperan sebagai glukosa (gambar

1.1). Pada keadaan normal, glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar

glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi

hipoglikemia atau hiperglikemia. (Suherman, 2007).

Pankreas, Peran insulin dan glukagon penting pada metabolisme karbohidrat.

Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang sindrom lain. preparat yang mengandung estrogen menyandang

diabetes.

Bergantung pada kemampuan pancreas untuk

menghasilkan insulin; pasien mungkin memerlukan terapi

dengan obat oral atau insulin.

Diabetes gestasional Awitan selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester

kedua atau ketiga.

Disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan

menghambat kerja insulin.

Resiko terjadi komplikasi perinatal diatas normal,

khususnya makrosomia (bayi yang secara abnormal

berukuran besar). Diatasi dengan diet, dan insulin (jika

diperlukan). Untuk mempertahankan secara ketat kadar

glukosa darah normal.

(22)

dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk

glikogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan

lebih aktif. (Suherman, 2007).

1.1.5 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan diabetes melitus adalah secara konsisten menormalkan

kadar glukosa darah dengan variasi minimum. Penelitian-penelitian terakhir

mengisyaratkan bahwa mempertahankan kadar glukosa darah senormal dan sesering

mungkin dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian. Tujuan ini dicapai melalui

berbagai cara, yang masing-masing disesuaikan secara individual. (Corwin, 2000).

1.1.6 Komplikasi Jangka Panjang

Terdapat banyak komplikasi jangka panjang pada diabetes melitus. Sebagian

besar tampaknya disebabkan oleh tingginya konsentrasi lukosa darah, dan berperan

menyebekan morbiditas dan mortalitas penyakit. Komplikasi-komplikasi tersebut

mengenai hampir semua organ tubuh. (Corwin, 2000).

Sistem kardiovaskular dipengaruhi oleh diabetes melitus kronik. Terjadi

kerusakan mikrovaskular di arteriol, kapiler, dan venula. Kerusakan makrovaskular

terjadi di arteri besar dan sedang. Semua organ dan jaringan di tubuh akan terkena

akibat dari gangguan mikrovaskular dan makrovaskular ini. Komplikasi

mikrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluh-pembuluh kecil.

Penyebab penebalan tersebut tidak dapat diketahui, tetapi tampaknya berkaitan

langsung dengan tingginya kadar glukosa darah. Penebalan mikrovaskular

menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan.

Komplikasi makrovaskular timbul terutama akibat arterosklerosis. Komplikasi

makrosvaskular ikut berperan menyebabkan gangguan aliran darah, timbulnya

penyulit jangka panjang, dan peningkatan mortalitas. Stroke, atau cerebral vascular

accident, adalah akibat diabetes yang sering dijumpai, terutama diabetes tipe II, terjadi

karena aterosklerosis pembuluh-pembuluh otak dan hipertensi, yang menyebabkan

pembuluh menjadi lemah dan akhirnya pecah. (Corwin, 2000).

Gangguan penglihatan adalah komplikasi jangka panjang diabetes yang sering

dijumpai. Ancaman paling serius terhadap penglihatan adalah retinopati, atau

kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen. Retina adalah jaringan yang

(23)

secara progresif dalam struktur kapilernya, membentuk mikroaneurisme, dan

memperlihatkan bercak-bercak perdarahan. Timbul daerah-daerah infark (jaringan

yang mati) diikuti oleh neovaskularisasi (pembentukan pembuluh darah baru),

bertunasnya pembuluh-pembuluh lama, dan pembentukan jaringan parut, akhirnya

timbul edema interstisium dan tekanan intraokulus meningkat, yang menyebabkan

kolapsnya kapiler dan saraf yang tersisa sehingga menjadi kebutaan. Diabetes adalah

penyebab nomor satu kebutaan di Amerika Serikat. Diabetes juga berkaitan dengan

peningkatan pembentukan katarak dan glaukoma. (Corwin, 2000).

Kerusakan ginjal akibat diabetes melitus yang kronik sering dijumpai. Di

ginjal, yang paling parah mengalami kerusakan adalah glomerulus, walaupun arteriol

dan nefron juga terkena. Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka

panjang, glomerulus, seperti sebagian besar kapiler lainnya, menebal. (Corwin, 2000).

Sistem saraf perifer, termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatik

dan otonom, mengalami kerusakan pada diabetes melitus kronik. Penyakit saraf yang

disebabkan oleh diabetes melitus disebut neuropati diabetes. Neuropati diabetes

disebabkan oleh hipoksia kronik sel-sel saraf. Kerusakan pada saraf otonom perifer

dapat menyebabkan hipotensi postural, perubahan fungsi gastrointestinal, gangguan

pengosongan kandung kemih, disertai infeksi saluran kemih, dan pada pria, impotensi.

(Corwin, 2000).

No. Organ Tubuh Komplikasi-komplikasi

1. Sistem kardiovaskuler Stroke

2. Pengihatan Retinopati diabetik, Katarak, Glukoma

3. Ginjal Hipertrofi ginjal, proteinuria

4. Sistem saraf perifer Neuropati diabetes,

Tabel 2. Komplikasi Jangka Panjang Diabetes Melitus.

(Corwin, 2000).

1.2 Retina

Retina dibentuk dari lapisan neuroektoderma sewaktu proses embriologi. Ia

berasal dari divertikulum otak bagian depan (proencephalon). Pertama-tama vesikel

optik terbentuk kemudian berinvaginasi membentuk struktur mangkuk berdinding

ganda, yang disebut optic cup. Dalam perkembangannya, dinding luar akan

(24)

lapisan retina lainnya. Retina akan terus melekat dengan proensefalon sepanjang

kehidupan melalui suatu struktur yang disebut traktus retinohipotalamikus (Vaughan,

2000).

Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotorepseptor yang mengubah

energi cahaya menjadi impuls sarap. Seperti dinding hitam di studio foto, pigmen di

koroid dan retina menyerap cahaya setelah cahaya mengenai retina untuk mencegah

pemantulan atau penghamburan cahaya di dalam mata (Sherwood, 2001).

Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor

yang menerimah rangsagan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen

epitel retina, dan terdiri atas lapisan : lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina

terdiri atas sel batang dan sel kerucut, membran limitan eksternal yang merupakan

membran ilusi. lapis nukleus luar, lapis pleksiform luar, lapis nukleus dalam, lapis

pleksiform dalam, lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron

kedua, lapis serabut sarap, dan membran limitan interna. (Ilyas, 2008).

Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri

retina sentral masuk retina melalui papil sarap optik yang akan memberi nutrisi pada

retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari

koroid. (Ilyas, 2008).

1.3 Retinopati diabetik 2.3.1. Defenisi

Retinopati diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada

penderita daibetes melitus. Retinopati akibat diabetes melitus lama berupa

aneurismata,melebarnya vena, pendarahan dan eksudat lemak. (Ilyas, 2008).

2.3.2. Klasifikasi

Secara umum klasifikasi retinopati diabetik dibagi menjadi dua, yaitu:

(25)

Gambar 1. Retinopati diabetik non proliferatif

Gambar 2. Retinopati diabetik proliferatif

Retinopati diabetik nonproliferatif

1. retinopati nonproliferatif minimal: terdapat ≥1 tanda berupa dilatasi v ena,

mikoroaneurisma, pendarahan intraretina yang kecil atau eksudat keras.

2. retinopati nonproliferatif ringan, sampai sedang: terdapat ≥1 tanda berupa dilatasi

vena derajat ringan, pendarahan, eksudat keras, eksudat lunak, IRMA.

3. retinopati nonproliferatif berat: terdapat ≥1 tanda berupa pendarahan dan

mikroaneurisma pada empat kuadran retina, dilatasi vena pada dua kuadran, atau

IRMA pada satu kuadran.

4. retinopati nonproliferatif sangat berat: ditemukan ≥ 2 tanda pada retinopati

nonproliferatif berat. (Karel Pandelaki, 2006).

Retinopati diabetik proliferatif

1. retinopati proliferatif ringan (tanpa resiko tinggi) : bila ditemukan minimal adanya

neovaskular pada discus (NVD) yang mencakup <¼ dari daerah discus tanpa

disertai perdarahan preretina atau vitreus ; atau neovaskular dimana saja di retina

(NVE) tanpa disertai perdarahan preretina.

2. retinopati proliferatif resiko tinggi: apabila ditemukan 3 atau 4 dari faktor resiko

sebagai berikut, a) ditemukan pembuluh darah baru dimana saja di retina, b)

ditemukan pembuluh darah baru pada atau dekat discus optikus, c) pembuluh

darah baru yang tergolong sedang atau berat yang mencakup > ¼ daerah diskus,

d) pendarahan vitreus adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus optikus

atau setiap adanya pembuluh darah baru yang disertai perdarahan, merupakan dua

ganbaran yang paling sering pada retinopati proliferatif dengan resiko lebih tinggi.

(26)

2.3.3. Patofisiologi

Merupakan bentuk yang paling umum yang dijumpai dan merupakan

cerminan klinis dari hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh darah yang

terkena. Disebabkan oleh penyumbatan dan kebocoran kapiler, mekanisme

perubahannya tidak diketahui tetapi telah diteliti adanya perubahan endotel vaskuler

(penebalan membran basalis dan hilangnya perisit) dan gangguan hemodinamik (pada

sel darah merah dan agregasi platelet). Di sini perubahan mikrovaskuler pada retina

terbatas pada lapisan retina (intra retina). Karakteristik pada jenis ini adalah

dijumpainya mikroaneurisma multipel yang dibentuk kapiler-kapiler yang

membentuk kantong-kantong kecil yang menonjol seperti titik-titik, vena retina

mengalami dilatasi dan berkelok-kelok, bercak perdarahan intra retina. Perdarahan

dapat terjadi pada semua lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya di

dalam lapisan serat saraf yang berorientasi horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk

titik-titik atau bercak terletak di lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson

berorientasi vertikal. (Lubis, 2007).

Edema makula merupakan stadium yang paling berat dari retinopati diabetik

non proliferatif. Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler mikrovaskuler dan

kebocoran plasma yang lanjut disertai iskemik pada dinding retina (cotton wall spot),

infark pada lapisan serabut saraf. Hal ini menimbulkan area non perfusi yang luas dan

kebocoran darah atau plasma melalui endotel yang rusak. Ciri khas dari edema

makula adalah cotton wall spot, intra retina mikrovaskuler abnormal (IRMA), dan

rangkaian vena yang seperti manik-manik. Bila satu dari keempatnya dijumpai maka

ada kecenderungan progresif. (Lubis, 2007).

Retinopati diabetik non proliferatif dapat mempengaruhi fungsi penglihatan

melalui dua mekanisme yaitu: perubahan sedikit demi sedikit daripada pembentukan

kapiler dari intra retina yang menyebabkan iskemik makular dan peningkatan

permeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema makular. (Lubis, 2007).

2.3.4 Pemeriksaan penunjang

Bila telah terlihat retinopati diabetik maka dapat dilakukan pemeriksaan

tambahan untuk melihat letak pembuluh darah yang memberikan perdarahan atau

yang bocor. Pemeriksaan angiografi fluoresin fundus dilakukan untuk menentukan

apakah kelainan retina telah memerlukan pengobatan sinar laser. Pada angiografi

(27)

fluoresein. Zat warna fluoresein ini akan beredar dalam darah selaput jala pasien.

Pemotretan dilakukan berulang kali dengan cepat karena ia akan memperlihatkan

kebocoran pembuluh darah. (Ilyas, 2008).

2.3.5 Penatalaksanaan

Pasien dengan retinopati nonproliferatif harus dipantau secara ketat, karena

kemungkinan untuk berkembang menuju retinopati proliferatif sangat besar. Fokus

pengobatan bagi pasien retinopati diabetes non proliferatif tanpa edema makula

adalah pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemik yang menyertai.

(Lubis, 2007).

Suatu percobaan klinis terkontrol memperlihatkan bahwa terapi inhibitor

aldosa reduktase tidak mencegah perkembangan retinopati diabetik. Sedangkan

percobaan klinis yang baru-baru ini dilakukan memberi bukti meyakinkan bahwa

terapi laser argon fokal terhadap titik-titik kebocoran retina pada pasien yang secara

klinis memperlihatkan edema bermakna dalam memperkecil risiko penurunan

penglihatan dan meningkatkan kemungkinan perbaikan fungsi penglihatan.

Sedangkan mata dengan edema makula diabetik yang secara klinis tidak bermakna

biasanya hanya dipantau secara ketat tanpa terapi laser. (Lubis, 2007).

BAB 3

(28)

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah :

3.2. Definisi Operasional

Sesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka yang menjadi

variabel dalam penelitian beserta dengan definisi operasionalnya masing-masing

sesuai dengan yang dicatat oleh petugas rumah sakit sebagai berikut :

1. Penderita retinopati diabetik, yaitu: penderita yang dikatakan menderita

retinopatik diabetik berdasarkan hasil diagnosa dokter yang tercatat dalam

rekam medik RSUP Adam Malik Medan.

2. Umur, yaitu: umur saat responden pertama kali didiagnosis menderita retinopati

diabetik yang tercatat dalam rekam medik di RSUP Adam Malik Medan.

3. Jenis kelamin, yaitu: perbedaan di antara pria dan wanita yang didasarkan pada

tipe gamet yang dihasilkan oleh individu yang tercatat dalam rekam medik

RSUP Adam Malik Medan.

4. Derajat retinopati, yaitu: derajat retinopati saat reponden didiagnosis menderita

retinopati diabetik yang tercatat dalam rekam medik di RSUP Adam Malik

Medan.

5. Lama menderita diabetes melitus, yaitu: lama menderita diabetes melitus pada

saat reponden didiagnosis menderita retinopati diabetik yang tercatat dalam

rekam medik di RSUP Adam Malik Medan.

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

Umur Umur saat responden

pertama kali didiagnosis

menderita retinopati Data rekam medik Data rekam medik

- 20-40 tahun

- 41-60 tahun

- > 60 tahun

Numerik Penderita

Retinopati Diabetik

- Umur

- Jenis Kelamin

- Lama menderita

diabetes melitus

(29)

diabetik yang tercatat

dalam rekam medik di

RSUP H.Adam Malik.

Jenis

kelamin

Jenis kelamin responden

saat didiagnosis

menderita retinopati

diabetik yang tercatat

dalam rekam medik di

RSUP H.Adam Malik.

Data rekam medik Data rekam medik - Laki-laki - Perempuan Nominal Derajat retinopati

Derajat retinopati saat

reponden didiagnosis

menderita retinopati

diabetik yang tercatat

dalam rekam medik di

RSUP Adam Malik.

Data rekam medik Data rekam medik

- Tipe NPDR

- Tipe PDR

Nominal

Lama

menderita

diabetes

melitus

Lama menderita diabetes

mellitus pada saat

reponden didiagnosis

menderita retinopati

diabetik yang tercatat

dalam rekam medik di

RSUP Adam Malik.

Data rekam medik Data rekam medik

- < 10 tahun

- 11-20 tahun

- > 20 tahun

Numerik

Tabel 3. Definisi Operasional

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross

sectional. Desain cross sectional adalah suatu desain penelitian dimana pengumpulan data atau variabel yang akan diteliti dilakukan secara bersamaan dengan melihat data

rekam medik penderita retinopati hipertensi yang tercatat selama periode 1 Juli 2008 -

(30)

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2010 di RSUP H.

Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dengan beberapa

alasan yaitu, RSUP H. Adam Malik merupakan pusat pelayan kesehatan pemerintah

yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara, dan jumlah penderita retinopati

diabetik di RSUP H. Adam Malik relatif memadai untuk dijadikan sampel penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita retinopati

diabetik selama periode 1 Juli 2008 – 1 Juli 2010.

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi

kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling. (Notoatmodjo, 2005)

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah semua penderita retinopati hipertensi

yang mempunyai riwayat diabetes melitus dan tidak menderita penyakit hipertensi.

Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah penderita retinopati diabetes melitus yang

menderita penyakit hipertensi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dengan membawa surat pengantar dari Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara ke poliklinik mata, direktur RSUP H. Adam

Malik. Pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder yang diperoleh dari

pencatatan pada rekam medis pada pasien retinopati diabetik di poli mata RSUP H.

Adam Malik.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS ver.17

(Statistical Package for the Social Science version 17), dan kemudian disajikan

dengan menggunakan tabel distribusi, frekuensi, dan dilakukan pembahasan sesuai

(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di

Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan.

Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.

355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah meiliki fasilitas

kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu,

RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah

pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau

sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991tanggal 6

September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit

(32)

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki 1.995 orang tenaga yang terdiri 790

orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang

paramedik perawatan, 298 orang paramedik non perawatan dan 263 tenaga non medis

serta ditambah dengan Dokter Brgade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari

pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat,

bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu,

patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik. Kardiovaskular,

mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi,farmasi, Central

Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha

pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah). Bagian rekam medik terletak di lantai

dasar tepat di belakang poliklinik Obstetri Ginekologi.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diperoleh selama periode Juli 2008 sampai Juli 2010 sebanyak

40 sampel. Semua data diperoleh dari data sekunder yatu rekam medis pasien yang

menderita hernia inguinalis.

5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel 5.1, jenis kelamin sampel penelitian penderita retinopati diabetik

[image:32.595.110.477.610.696.2]

adalah laki-laki sebanyak 20 orang (50%) dan perempuan 20 orang (50%).

Tabel 5.1. Distribusi Jenis Kelamin Penderita Retinopati Diabetik

No. Jenis kelamin Jumlah Persentasi (%)

1. laki-laki 20 50,0

2. Perempuan 20 50,0

Jumlah 40 100,0

(33)

Dari tabel 5.2., diperoleh data penderita retinopati diabetik paling banyak

dijumpai pada kelompok umur 41 – 60 tahun sebanyak 30 orang (75,0%) dan diikuti

kelompok umur diatas 60 tahun sebanyak 9 orang (22,5%), lalu diikuti kelompok

[image:33.595.124.450.257.372.2]

umur 20 – 40 tahun sebanyak 1 penderita (2,5%).

Tabel 5.2. Distribusi Kelompok Umur Penderita Retinopati Diabetik

No Umur jumlah %

1 20 – 40 tahun 1 2,5

2

3

41 – 60 tahun

> 60 tahun

30

9

75,0

22,5

Total 40 100,0

5.1.2.3. Deskripsi Sampel berdasarkan Lama Menderita Diabetes Melitus

Dari tabel 5.3, sampel penelitian penderita retinopati diabetik berdasarkan

lama menderita diabetes melitus yang paling banyak adalah 11-20 tahun sebanyak 28

orang (70,0%), dan diikuti lama menderita diabetes melitus yang di bawah 10 tahun

sebanyak 9 orang (22,5%), lalu di ikuti lama menderita diabete melitus yang diatas 20

tahun sebayak 3 orang (7,5%).

Tabel 5.3. Distribusi Lama Menderita Diabetes Melitus

No Lama Menderita DM jumlah %

1 <10 tahun 9 22,5

2 3. 11–20 tahun >21 tahun Total 28 3 40 70,0 7,5 100,0

[image:33.595.143.450.559.662.2]
(34)

Dari tabel 5.4., derajat retinopati diabetik yang dominan adalah non poliratif

[image:34.595.145.448.238.322.2]

diabetic retinopati / NPDR dengan jumlah 33 orang (82,5%) dan diikuti poliratif diabetic retinopati / PDR sebanyak 7 orang (17,5%).

Tabel 5.4. Distribusi Derajat Retinopati Diabetik

No Derajat RD jumlah %

1 NPDR 33 82,5

2 PDR

Total

7

40

17,5

100,0

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi dari retinopati diabetik

secara umum dan mengetahui prevalensi retinopati diabetik berdasarkan jenis

kelamin, usia, dan derajat retinopati pada penderita retinopati diabetik di RSUP H

Adam Malik Medan pada periode Juli 2008 – Juli 2010.

Berdasarkan hasil penelitian, prevalensi penderita retinopati diabetik di RSUP

H Adam Malik Medan periode Juli 2008 – Juli 2010 adalah 0,875%. Sedangkan

menurut Pandelaki (2006) di Amerika Utara, 3,6% pasien diabetes tipe 1 dan 1,6%

pasien diabetes tipe 2 mengalami kebutaan total. Berdasarkan penelitian Khalilul

Rahman, di Poliklinik Khusus Diabetes di bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unand /

Perjan RS Dr. M. Djamil, selama empat bulan, dari awal bulan Januari - akhir April,

diabetes Tipe I (IDDM) yang ditemukan 9 orang (2,4%) dibandingkan dengan tipe II

(NIDDM), yang berjumlah 368 orang (97,6%).

Dari tabel 5.1, jenis kelamin sampel penelitian penderita retinopati diabetik

adalah laki-laki sebanyak 20 orang (50%) dan perempuan 20 orang (50%).

(35)

Ilmu Penyakit Dalam FK Unand / Perjan RS Dr. M. Djamil, selama empat bulan, dari

awal bulan Januari - akhir April, telah di periksa sebanyak 377 penderita. Terdiri dari

191 orang laki-laki (50,7%) dan 186 orang perempuan (49,3%).

Dari tabel 5.2., diperoleh data penderita retinopati diabetik paling banyak

dijumpai pada kelompok umur 41 – 60 tahun sebanyak 30 orang (75,0%) dan diikuti

kelompok umur diatas 60 tahun sebanyak 9 orang (22,5%), lalu diikuti kelompok

umur 20 – 40 tahun sebanyak 1 penderita (2,5%). Sedangkan umur termuda yang

ditemukan dalam penelitian Khalilul Rahman adalah 22 tahun dan yang paling tua

berumur 81 tahun. Rata-rata penderita ini adalah 56,69 tahun.

Lama menderita diabetes mellitus secara langsung mempunyai kaitan dengan

meningkatnya insiden retinopati diabetika. Dari tabel 5.3, sampel penelitian penderita

retinopati diabetik berdasarkan lama menderita diabetes melitus yang paling banyak

adalah kurang dari 10 tahun sebanyak 26 orang (65,0%), lalu diikuti lama menderita

yang sudah selama 11 – 20 tahun sebanyak 13 orang (32,5 %) serta diikuti lama yang

lebih dari 21 tahun sebanyak 1 orang (2,5 %). Pada penelitian Khalilul Rahman,

penderita yang lebih lama menderita diabetesnya (rata-rata 11.04 tahun), lebih besar

kemungkinan untuk mendapatkan retinopati diabetika. Perbedaan ini secara statistik

sangat bermakna Waked menemukan lama menderita diabetes pada kelompok yang

ditelitinya sekitar 9.19 tahun.

Dari tabel 5.4., derajat retinopati diabetik yang dominan adalah non poliratif

diabetic retinopati / NPDR dengan jumlah 33 orang (82,5%) dan diikuti poliratif diabetic retinopati / PDR sebanyak 7 orang (17,5%). Sedangkan menurut penelitian Olivarius, di Kopenhagen menemukan hanya 3 orang dari 1251 penderita diabetes

yang diperiksanya menderita retinopati proliferatifa.(7) Matsushashi menemukan

angka yang lebih banyak yaitu 31% untuk penderita retinopati diabetika non

proliferatifa dan 5% yang menderita diabetika proliferatifa. Hesse, juga menemukan

angka yang lebih rendah yaitu 11,9% untuk retinopati diabetika non proliferatifa dan

2,6% yang menderita retinopati diabetika proliferatifa. Chi menemukan angka 42%

untuk retinopati diabetika non proliferatifa dan 8,3% untuk retinopati diabetika

proliferatifa. Begitu juga penelitian Khalilul Rahman di bagian Ilmu Peny. Mata FK

(36)

dengan pembagian 176 orang (46,7%) menderita retinopati diabetika non proliferatifa

(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Prevalensi retinopati diabetik di RSUP H Adam Malik Medan adalah

0,875%, dimana jumlah penderita yang mengalami penyakit pada mata dari

Juli 2008- Juli 2010 adalah 4575 orang. Sedangkan yang menderita

retinopati diabetik adalah 40 orang.

2. Jenis kelamin penderita retinopati diabetik di RSUP H Adam Malik Medan

adalah seimbang, dimana ditemukan anak laki-laki (50%) dan anak

perempuan (20%).

3. Umur penderita retinopati diabetik di RSUP H Adam Malik Medan paling

banyak dijumpai adalah pada kelompok umur 41 – 60 tahun (75,0%) dan

diikuti kelompok umur diatas 60 tahun (22,5%), lalu diikuti kelompok

umur 20 – 40 tahun (2,5%).

4. Penderita yang lebih lama menderita diabetesnya, rata-rata kurang dari 10

tahun (65%), lebih besar kemungkinan untuk mendapatkan retinopati

diabetika. Lalu diikuti lama menderita yang sudah selama 11 – 20 tahun

(32,5 %) serta diikuti lama yang lebih dari 21 tahun (2,5 %).

5. Derajat retinopati diabetik yang dominan di RSUP H. Adam Malik Medan

adalah non poliratif diabetic retinopati / NPDR (82,5%) dan diikuti

poliratif diabetic retinopati / PDR (17,5%).

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Pemerintah dan petugas kesehatan setempat bekerja sama untuk memikirkan

dan menyusun upaya-upaya pencegahan terjadinya komplikasi lanjut pada

pasien yang menderita retinopati diabetik melalui mengubah pola pikir

(38)

2. Petugas kesehatan seperti dokter, bidan, dan perawat dalam melakukan

tindakan medis seperti menyediakan informasi dan memberikan motivasi

kepada masyarakat untuk langkah-langkah strategis bagi penatalaksanaan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2004. Diagnosis and Classification of Diabetes

Melitus. Diabetes Care, 27.

Corwin, E.J., 2000. Pankreas dan Diabetes Melitus. Dalam: Pakaryaningsih, E., ed.

Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC, 539-558.

Gunawan, S.G., 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam: Gunawan, Setiabudi,

Rianto, Nafrialdi, ed. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK UI, 481-495.

Gustaviani, Reno, 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam:

Sudoyono, W aru., Bambang Setiyohadi., Idrus Alwi., Marcellus Simadibrata

K., dan Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta:

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1857 - 1859.

Hesse L, Grusser M, Hofstadt K,: Population based study of Diabetic retinopathy in

Wolfsburg. Ophthalmologie. 2001 Nov.. 98 (11): 1065-1068.

Ilyas, H.S., 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke- 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Rahman, Khalilul., 2002. Epidemiologi retinopati diabetika di bagian ilmu penyakit

mata fakultas kedokteran unand/perjan rs dr. M. Djamil padang. Majalah

Kedokteran Andalas. 26 (2).

Loh-Shan B., Leung AB, Edward Chow.: Incidence of diabtes mellitus, diabetic eye

examination and risk factor for diabetic retinopathy in a population of Chinese. June30 - July 1,2000. San Francisco.

Loh-Shan B.,Leung AB, Edward Chow.: Incidence of diabetes mellitus, diabetic eye

(40)

Lubis, R.R., 2007. Retinopati Diabetik, Departemen Ilmu Penyakit Mata FK USU.

Availabel from:

http://Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1898/1/rodiah. [Accesed 19

March 2010].

Pandelaki, K., 2007. Retinopati Diabetik. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiayohadi, B.,

Idrus, A., Simadibrata, M. K., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid III. Jakarta: FK UI, 1889-1893.

Regillo CD, Brow GC, Flynn HW.: Vitreotinal disease. The Essentials. Thieme 1999.

New York. Pp. 133-158.

Robbins, S.L., 2007. Pankreas. Dalam: Kumar, V., Votran, R.S., Robins, S.L., ed.

Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC, 711-734.

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G., 2002. Pengkajian dan Penatalaksanaan Pasien Diabetes

Melitus. Dalam: Smeltzer, S.C., & Bare, B.G., ed. Buku Ajar Keperawatan

Medikal-Bedah. Jakarta: EGC, 1219-1287.

Suyono, S., 2007. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiayohadi,

B., Idrus, A., Simadibrata, M. K., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid III. Jakarta: FK UI, 1852-1856.

Vaughan, G.D., Asbury, T., Riordan-Eva, P., 2000. Oftamologi Umum. Edisi 14.

Jakarta: Widya Medika.

Victor, A.A., 2008. Retinopati Diabetik Penyebab Kebutaan Utama Penderita

Diabetes, Departemen Mata FKUI/RSCM. Available from:

(41)

Wilardjo, 2001. Kebutaan Sebagai akibat dari Retinopati Diabetik dan Upaya

Pencegahannya, Universitas Diponegoro. Availabel from:

(42)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rodeo Valentino Siahaan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 30 Januari 1989

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Urip Sumodiharjo No: 21, Rantau Parapat.

Riwayat Pendidikan :

1. TK Bayangkari, Rantau Parapat 1994-1995

2. SD Bayangkari, Rantau Parapat 1995-2001

3. SLTP RK Bintang Timur, Rantau Parapat 2001-2004

4. SMA Atas Negeri 2, Rantau Utara 2004-2007

Riwayat Organisasi :

1. Sie Konsumsi Pra KKS FK USU tahun 2008

2. Sie Dana Panitia Natal FK USU tahun 2009

3. Sie Konsumsi Panitia Pengabdian Masyarakat Mahasiswa

Kristen FK USU 2010

4. Sie Kakak Asuh Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru FK

(43)
(44)
(45)

LAMPIRAN 4

FORMULIR PENELITIAN

No. Rekam Medik :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Lama menderita DM :

(46)

LAMPIRAN 5

DATA INDUK

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2008 – JULI 2010

No

No

Rekam

medik

Jenis

kelamin Umur

Derajat retinopati

diabetik

Lama menderita

diabetes melitus

1. 393725 Laki-laki 53 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

2 tahun

2. 389970 Laki-laki 46 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

15 tahun

3. 362590 Perempuan 50 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

13 tahun

4. 433149 Perempuan 58 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

11 tahun

5. 419613 Perempuan 62 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

16 tahun

6. 252834 Laki-laki 54 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

12 tahun

7. 365141 Laki-laki 44 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

4 tahun

8. 372104 Perempuan 71 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

12 tahun

9. 385480 Laki-laki 57 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

15 tahun

10. 376274 Laki-laki 51 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

13 tahun

11. 343952 Perempuan 55 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

13 tahun

(47)

retinopati / NPDR 14. 004455 Perempuan 50 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

5 tahun

15. 252053 Laki-laki 68 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

11 tahun

16. 367314 Perempuan 53 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

14 tahun

17. 361556 Perempuan 66 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

12 tahun

18. 365631 Perempuan 95 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

11 tahun

19. 433149 Perempuan 59 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

15 tahun

20. 393725 Laki-laki 54 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

16 tahun

21. 319595 Laki-laki 51 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

21 tahun

22. 362768 Perempuan 53 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

22 tahun

23. 002730 Laki-laki 49 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

12 tahun

24. 365141 Laki-laki 43 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

8 tahun

25. 388978 Laki-laki 60 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

13 tahun

26. 383460 Laki-laki 66 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

15 tahun

27. 399151 Laki-laki 45 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

11 tahun

28. 390031 Perempuan 56 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

12 tahun

29. 405660 Laki-laki 71 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

(48)

30. 418107 Laki-laki 50 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

10 tahun

31. 385025 Perempuan 53 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

10 tahun

32. 383299 Perempuan 50 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

13 tahun

33. 206712 Laki-laki 41 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

8 tahun

34. 317019 Perempuan 65 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

11 tahun

35. 405660 Laki-laki 71 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

7 tahun

36. 390817 Perempuan 54 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

13 tahun

37. 385480 Perempuan 57 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

12 tahun

38. 215248 Perempuan 57 tahun poliratif diabetic

retinopati / PDR

12 tahun

39. 306851 Laki-laki 54 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

12 tahun

40. 073580 Perempuan 42 tahun non poliratif diabetic

retinopati / NPDR

(49)

LAMPIRAN 6

HASIL OUTPUT

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2008 – JULI 2010

1. Umur Pasien

Statistics

umur pasien

N Valid 40

Missing 0

umur pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-40 tahun 1 2.5 2.5 2.5

41-60 tahun 30 75.0 75.0 77.5

>60 tahun 9 22.5 22.5 100.0

(50)

2. Jenis Kelamin

Statistics

jenis kelamin

N Valid 40

Missing 0

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 20 50.0 50.0 50.0

perempuan 20 50.0 50.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

3. Derajat Retinopati Diabetik

Statistics

derajat diabetik retinopati

N Valid 40

Missing 0

derajat diabetik retinopati

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid NPDR 33 82.5 82.5 82.5

PDR 7 17.5 17.5 100.0

(51)

4. Lama Menderita Diabetes Melitus

Statistics

lama menderitaDM

N Valid 40

Missing 0

lama menderitaDM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 10 tahun 9 22.5 22.5 22.5

11-20 tahun 28 70.0 70.0 92.5

>21 tahun 3 7.5 7.5 100.0

Gambar

Tabel 1. Etiologi, Klasifikasi, dan Ciri Klinik Diabetes Melitus.
Tabel 2. Komplikasi Jangka Panjang Diabetes Melitus.
Gambar 1. Retinopati diabetik non proliferatif
Tabel 3. Definisi Operasional
+4

Referensi

Dokumen terkait

Persiapan Kegiatan diawali dari penyusunan Renja yang dibuat pada

[r]

on Anxiety in Learning English (A Case Study of The Low English Proficiency Female and Male Students of The Eighth Grade of MTs Nabaul Ulum Pati in Academic

[r]

U07.2 ICD-10 code description COVID19, virus not identified Primary outcomes 1 Description Oxygen saturation Timepoint Clinical examination and Pulse Oximetry before starting

3 14 days without any drug off period Method of measurement Questionnaire 6 Description Manual maneuvers to facilitate defecations Timepoint 0:Before intervention, 14: 14 days after

Terkait dengan fokus pemeriksaan Wajib Pajak Orang Pribadi sebagaimana dimaksud pada Romawi II Huruf B angka 5 huruf b, data Wajib Pajak Orang Pribadi yang

Viktor Hasiholan siburian: Analisis Pengaruh Proses Bisnis Internal terhadap Return On Investment Pada..., 2004... Viktor Hasiholan siburian: Analisis Pengaruh Proses Bisnis

This chapter describe about some of the previous study that using a database system to store and display data through website and Android application in smartphone

[r]

4. Pameran literasi dapat dilaksanakan di luar kelas dengan meja-meja yang diatur untuk memamerkan karya tulisan siswa dan bahan bacaan. Kegiatan membaca dapat dilakukan di