• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Katarak dengan Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Katarak dengan Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI KATARAK DENGAN DIABETES MELLITUS

DI RSUP.H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2012

TESIS

Oleh:

FAISAL BUSTAMI

NIM : 107110006

PROGRAM MAGISTER SPESIALIS ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua baik yang kutipan maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

(4)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Faisal Bustami NIM : 107110006

Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara hak bebas Royalti Non –ekslusif ( Non Exclusif Free Right ), atas tesis saya yang berjudul :

Prevalensi Katarak dengan Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 “

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media / formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya .

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 31 Oktober 2013 Yang Menyatakan

(5)

ABSTRAK

Tujuan: Penelitian bertujuan mendapatkan angka kejadian katarak dengan diabetes mellitus di RSUP.H.Adan Malik Medan Tahun 2012

Metode: Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Data subjek penelitian diambil dari data rekam medis penderita katarak dengan diabetes mellitus yang

berobat di poli mata RSUP.H.Adam Malik Medan

Hasil : Data pasien berjumlah 72 orang yang didiagnosa katarak dengan diabetes mellitus, Dari hasil diperoleh angka penderita katarak dengan diabetes mellitus tahun 2012 yang terbanyak adalah umur 61-70 tahun 25 orang (34,70%), mata yang terkena bilateral 66 orang (91,66%), perempuan 36 orang (52,80%), suku Toba 21 orang (29,20%), Pendidikan SMA 26 orang (36,10%), Pekerjaan PNS 29 orang (40,30%), visus 1/300- LP 39 orang (54,2%), Lamanya menderita tidak diketahui 25 orang (34,70%), Prevalensi katarak dengan diabetes mellitus 0,88 %.

Kesimpulan: angka katarak dengan diabetes mellitus tahun 2012 adalah umur 61-70 tahun, mata yang terkena bilateral, perempuan, suku Toba, Pendidikan SMA, Pekerjaan PNS, Tajam Penglihatan 1/300- LP, Lamanya menderita tidak diketahui, Prevalensi katarak dengan diabetes mellitus 0,88 %.

(6)

ABSTRACT

Purpose: The research aims to obtain the incidence of cataracts with diabetes mellitus in Adam Malik Medan hospital

in 2012.

Method: This research is a descriptive study. Data subjects were taken from medical records of cataract patients with diabetes mellitus who seek treatment in the eyes of Adam

Malik Medan Hospital.

Result: Data totaling 72 patients who were diagnosed with diabetes mellitus cataract, From the results obtained number of cataract patients with diabetes mellitus in 2012 the vast majority were aged 61-70 years is 25 people (34.70%), bilateral affected eye is 66 people (91.66%), women is 36 people (52.80%), ethnic Toba is 21 people (29.20%), high school education is 26 people (36.10%), PNS is 29 people (40.30%), vision 1/300- LP is 39 people (54.2%), length of suffering is not known 25 people (34.70%), prevalence of cataract with diabetes mellitus 0.88%. Conclusion: number of cataract with diabetes mellitus in 2012 were aged 61-70 years, affected eye bilateral, women, ethnic Toba, High School Education, Employment PNS, Sharp Vision 1/300- LP, suffered unknown duration, prevalence of cataract with diabetes mellitus 0, 88

%.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim,

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu kewajiban dalam menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis pada Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Delfi, SpM (K), M. Ked (Oph), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah memberikan kesempatan pada penulis mengikuti pendidikan dan keahlian dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis.

2. Dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra, SpM, Mked (Oph) dan Dr. Bobby R Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph) selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah sangat banyak membantu, membimbing dan mengarahkan penulis menjadi dokter Spesialis Mata yang siap mengamalkan spesialisasi tersebut kepada masyarakat.

(8)

4. Para Guru-guru, Dr. H. Mohd. Dien Mahmud, SpM, Dr. H. Chairul Bahri AD, SpM, Dr. H. Azman Tanjung, SpM, Prof. Dr. H. Aslim D Sihotang, SpM (KVR), Dr. Masang Sitepu, SpM, Dr. Suratmin, SpM (K), Dr. H.Bachtiar, SpM (K), (Alm) Dr. H. Abdul Gani, SpM, Dr. Hj. Adelina Hasibuan SpM, Dr. Hj. Nurhaida Djamil, SpM, Dr. Beby Parwis, SpM, Dr. Syaiful Bahri, SpM, Dr. Riza Fatmi SpM, Dr. Pinto Y Pulungan, SpM (K), Dr. Hj.Heriyanti Harahap, SpM, Dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra,SpM, M.Ked (Oph), Dr. Delfi, SpM (K), M.Ked (Oph), Dr. Nurchaliza H Siregar, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Masitha Dewi Sari, SpM, M.Ked (Oph) Dr, Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Bobby Ramses Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph), Dr. T. Siti Harilza Zubaidah, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Vanda Virgayanti, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Ruly Hidayat SpM, M.Ked (Oph), Dr. Fithria Aldy SpM, M.Ked (Oph), Dr. Marina Albar, SpM, M.Ked (Oph), penulis haturkan hormat dan terimakasih yang tak terhingga atas perhatian, kesabaran, bimbingan, dan kesediaan berbagi pengalaman selama mendidik penulis di bagian Ilmu Kesehatan Mata.

5. Drs. Abdul Djalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu dalam diskusi dan pengolahan data penelitian ini.

6. Keluarga besar Perdami Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan pada penulis menjadi bagian dari keluarga besar Perdami dan membantu penulis dalam meningkatkan keahlian di bidang kesehatan mata.

(9)

8. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

9. PPDS Ilmu Kesehatan Mata (Abang dan Kakak senior dan Teman-teman serta adik-adik semua) yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat, sekaligus mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan, kerjasama, keceriaan dan kekompakan dalam menjalani kehidupan sebagai residen.

10. Seluruh perawat/paramedik di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Medan dan di berbagai tempat di mana penulis pernah bertugas selama pendidikan, dan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU, terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

Rasa hormat dan terimakasih tak terhingga kepada kedua orangtua penulis tercinta, ayahanda (alm) H.Bustami,BA dan ibunda Hj.Masmaimun Hsb, tak terbalaskan segala doa, kebaikan,kasih sayang dan pengorbanan , hanya doa tulus dari ananda agar Allah SWT membalas kebaikan ayah dan ibunda dengan Ridha Nya. Terimakasih penulis haturkan pula kepada kedua mertua, ayahanda H.A.Malik Dalimunthe,SH.MM dan ibunda Hj. Mariawaty, Amkeb.

(10)

Akhirnya kepada semua yang telah berpartisipasi penulis ucapkan terimakasih setulus-tulusnya, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan. Amin

Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita, khususnya bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran USU.

Medan, 2013 Penulis

(11)
(12)

3.8 Jalannya Penelitian dan Cara Kerja... 18

3.9 Analisa Data... 18

3.10 Personalia Penelitian... 18

3.11 Pertimbangan Etika... 18

3.12 Biaya Penelitian... 18

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 19

4.1 Hasil Penelitian... 19

4.2 Pembahasan…... 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 31

5.1 Kesimpulan…... 31

5.2 Saran…... 33

(13)

ABSTRAK

Tujuan: Penelitian bertujuan mendapatkan angka kejadian katarak dengan diabetes mellitus di RSUP.H.Adan Malik Medan Tahun 2012

Metode: Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Data subjek penelitian diambil dari data rekam medis penderita katarak dengan diabetes mellitus yang

berobat di poli mata RSUP.H.Adam Malik Medan

Hasil : Data pasien berjumlah 72 orang yang didiagnosa katarak dengan diabetes mellitus, Dari hasil diperoleh angka penderita katarak dengan diabetes mellitus tahun 2012 yang terbanyak adalah umur 61-70 tahun 25 orang (34,70%), mata yang terkena bilateral 66 orang (91,66%), perempuan 36 orang (52,80%), suku Toba 21 orang (29,20%), Pendidikan SMA 26 orang (36,10%), Pekerjaan PNS 29 orang (40,30%), visus 1/300- LP 39 orang (54,2%), Lamanya menderita tidak diketahui 25 orang (34,70%), Prevalensi katarak dengan diabetes mellitus 0,88 %.

Kesimpulan: angka katarak dengan diabetes mellitus tahun 2012 adalah umur 61-70 tahun, mata yang terkena bilateral, perempuan, suku Toba, Pendidikan SMA, Pekerjaan PNS, Tajam Penglihatan 1/300- LP, Lamanya menderita tidak diketahui, Prevalensi katarak dengan diabetes mellitus 0,88 %.

(14)

ABSTRACT

Purpose: The research aims to obtain the incidence of cataracts with diabetes mellitus in Adam Malik Medan hospital

in 2012.

Method: This research is a descriptive study. Data subjects were taken from medical records of cataract patients with diabetes mellitus who seek treatment in the eyes of Adam

Malik Medan Hospital.

Result: Data totaling 72 patients who were diagnosed with diabetes mellitus cataract, From the results obtained number of cataract patients with diabetes mellitus in 2012 the vast majority were aged 61-70 years is 25 people (34.70%), bilateral affected eye is 66 people (91.66%), women is 36 people (52.80%), ethnic Toba is 21 people (29.20%), high school education is 26 people (36.10%), PNS is 29 people (40.30%), vision 1/300- LP is 39 people (54.2%), length of suffering is not known 25 people (34.70%), prevalence of cataract with diabetes mellitus 0.88%. Conclusion: number of cataract with diabetes mellitus in 2012 were aged 61-70 years, affected eye bilateral, women, ethnic Toba, High School Education, Employment PNS, Sharp Vision 1/300- LP, suffered unknown duration, prevalence of cataract with diabetes mellitus 0, 88

%.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu diwaspadai di Indonesia. Prevalensi diabetes melitus untuk Indonesia cukup besar menurut RISKESDAS; sebesar 14,7% populasi dikawasan Urban terancam DM. Jika di proyeksikan ,sebanyak 8,2 juta penduduk di urban dan 5,5 juta penduduk area pedesaan di Indonesia mengalami diabetes yang artinya akan terjadi penambahan jumlah penderita katarak yang signifikan.¹

Meskipun telah banyak penelitian mengenai katarak, belum dapat menentukan penyebab katarak yang pasti dimana faktor degenerasi lensa merupakan penyebab utama kekeruhan lensa tersebut. Diduga banyak faktor yang berperan dalam degenerasi lensa, antara lain usia, paparan ultraviolet, serta gizi. Selain itu katarak juga bisa lebih cepat terjadi pada penderita Diabetes melitus, mata yang mengalami trauma, riwayat infeksi intraokular atau pernah mengalami operasi intraokular sebelumnya.³

(16)

Di negara berkembang di seluruh dunia selain masalah sosial dan ekonomi, maka kebutaan masih merupakan masalah yang besar. Pada tahun 1990, WHO memperkirakan prevalensi kebutaan berkisar antara 0,3%-0,7% dan angka ini diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya.⁴'⁵Menurut WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama adalah Katarak (47,8%), Glaukoma (12,3%), Uveitis (10,2%), Age macular degereration (AMD)(8,7%), Trakhoma (3,6%), Corneal Opacity(5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%).⁶

Di indonesia, katarak merupakan penyebab utama kebutaan dengan prevalensi buta katarak 0,7% dari prevalensi kebutaan 1,5% pada tahun 1996, walaupun katarak adalah penyakit usia lanjut, namun 16-20% buta katarak telah dialami oleh penduduk Indonesia pada usia 40-54 tahun yang menurut kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) termasuk usia produktif. Makin tinggi angka harapan hidup penduduk Indonesia maka jumlah penderita katarak makin meningkat, sehingga pelayanan bedah katarak semakin bertambah. Operasi katarak adalah satu-satunya cara untuk mencegah kebutaan akibat katarak yang dilakukan oleh seluruh Spesialis mata di Indonesia, baik di rumah sakit maupun secara massal.⁷'⁸

Tingginya angka penderita katarak dan penderita diabetes melitus menjadi latar belakang bagi peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP.H.Adam Malik Medan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

(17)

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan angka kejadian katarak dengan diabetes melitus di RSUP.H.Adam Malik Medan tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui umur rata-rata penderita katarak dengan diabetes melitus

2. Untuk mengetahui jenis kelamin terbanyak penderita katarak dengan diabetes melitus.

3. Untuk mengetahui tingkat pendidikan rata-rata penderita katarak dengan diabetes melitus.

4. Untuk mengetahui pekerjaan terbanyak pada penderita katarak dengan diabetes melitus

5. Untuk mengetahui suku terbanyak pada penderita katarak dengan diabetes melitus

6. Untuk mengetahui lamanya menderita diabetes melitus sehingga terjadi komplikasi katarak.

(18)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

(19)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. DEFENISI

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara sempurna. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas,yang merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik degeneratif tersering dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tertinggi di dunia. Word Health Organization (WHO) melaporkan bahwa Indonesia merupakan negara urutan keempat dengan jumlah penderita DM terbanyak. Jumlah ini akan mencapai 21,3 juta pada tahun 2030.¹'⁹

Katarak adalah kekeruhan lensa. Kejernihan lensa dapat terganggu oleh karena proses degenerasi yang menyebabkan kekeruhan serabut lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah penyakit sistemik seperti diabetes melitus.¹º

2.1.1. Anatomi

(20)

Pankreas merupakan kelenjar endokrin yang terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.³

Insulin di sentesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transpor glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel-sel otot, fibroblas dan sel lemak.³

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, vaskular, tidak berwarna , dan hampir transparan sempurna, lensa tidak mempunyai asupan darah ataupun inervasi syaraf, dan bergantung sepenuhnya pada akuos humor untuk metabolisme dan pembuangan. Lensa terletak dibelakang iris dan di depan korpus vitreous. Posisinya di topang oleh Zonula Zinni, terdiri dari serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris.⁷'¹⁰

(21)

Lensa dapat membiaskan cahaya karena memiliki indeks refraksi, normalnya 1,4 di sentral dan 1,36 di perifer. Dalam keadaan non akomodatif, kekuatannya 15-20 dioptri(D).⁷

Struktur lensa terdiri dari kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi oleh membran hialin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding posterior.¹⁰ Lensa disokong oleh serabut zonular berasal dari lamina nonpigmented epithelium pars plana pars plikata dari pada corpus siliaris.Zonular ini termasuk kedalam lensa di regio equator.⁷ Epitel berada tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapisan sel epitel. Dibagian ekuator, sel ini aktif membelah dan membentuk serabut lensa baru sapanjang kehidupan.⁷'¹⁰ Nukleus pada bagian sentralnya terdiri serabut serabut tua. Terdiri beberapa zona berbeda, yang menumpuk kebawah sesuai dengan perkembangannya. Korteks pada bagian perifer terdiri dari serabut-serabut lensa yang muda.⁷'¹⁰

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa dari pada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.¹⁰

Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

• Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi untuk menjadi cembung.

• Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.

• Terletak ditempatnya.

(22)

• Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,

• Keruh atau yang disebut katarak.

• Tidak berada ditempat atau subluksasi dan dislokasi.

Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.²¹'²²

2.1.2. Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya katarak sangat bervariasi bergantung dari proses patogenesis, proses umur, genetik, makanan, Diabetes melitus, radiasi ultra violet, merokok merupakan faktor penyebab terjadinya katarak.¹¹

(23)

1. Pekerjaan

Gambar 1. Proses terjadinya katarak (dikutip dari gambar II.3 ) faktor resiko buta katarak usia produktip ( Tinjauan khusus terhadap enzim Glutation reduktase dan Ribolflavin darah ).

Diabetes melitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan amplitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah ,maka meningkat pula kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh karena glukosa dari akuos humor masuk kedalam lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat. Sebagian glukosa tersebut

Ultra violet

Gangguan struktur protein

K A T A R A K

(24)

dirubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolisme tapi tetap berada dalam lensa.¹²'¹⁹

2.1.3. Gejala Klinis

Diabetes melitus umumnya terlihat lemah, lemas, dan tidak bugar, adapun gejala umum yang dirasakan oleh penderita diabetes adalah:

1. Banyak kencing terutama pada malam hari

2. Gampang haus dan banyak minum 3. Mudah lapar dan banyak makan 4. mudah lelah dan sering mengantuk

5. Penglihatan kabur 6. Sering pusing dan mual

7. Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu 8. Berat badan menurun terus

9. Sering kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki ²'¹⁹'²⁰.

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering di keluhkan adalah:

1. Silau

(25)

siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular.¹⁴'¹⁵

2. Diplopia monokular atau polypia

Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel ditengah lensa.¹⁵ Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini kadang-kadang menyebabkan diplopia monokular atau polypia. ¹⁴'¹⁵

3. Halo

Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kendungan air dalam lensa.¹⁶

4. Distorsi

Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang, sering dijumpai pada stadium awal katarak.¹⁶'¹⁷

5. Penurunan tajam penglihatan

(26)

6. Sensitivitas Kontras

Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang bervariasi dalam hal kontras, luminance, dan frekuensi spasial.¹⁶

7. Myopic Shift

Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa, yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatknya miopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik, sehingga kacamata atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Namun seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut akhirnya hilang juga.¹⁴'¹⁵

2.5. Tiga tipe katarak senilis, adalah:

1. Katarak Nuklear

(27)

2. Katarak Kortikal

Perubahan komposisi ion pada korteks lensa dan perubahan hidrasi pada serabut lensa menyebabkan kekeruhan kortikal.¹² Gejala katarak kortikal yang sering dijumpai adalah silau.¹²'¹⁸ Akibat sumber cahaya fokal, seperti lampu mobil.¹² Monokular diplopia bisa juga dijumpai. Tanda pertama pembentukan katarak kortikal terlihat dengan slit-lamp sebagai vakuola dan celah air(water clefts) di korteks anterior atau posterior.¹²

3. Katarak Posterior Subkapsular Katarak Posterior Subkapsular (Posterior subcapsular cataract=PSCs) sering dijumpai pada pasien yang lebih muda dari pada katarak nuklear atau kortikal. PSCs berlokasi lapisan kortikal posterior dan biasanya aksial. Indikasi pertama pembetukan PSCs adalah kilauan warna yang samar ( subtle iridescent sheen ) pada lapisan kortikal posterior yang terlihat dengan slit-lamp.¹²

Pasien sering mengeluh silau dan penglihatan jelek pada kondisi cahaya terang karena PSCs menutupi pupil ketika miosis akibat cahaya terang, akomodasi atau miotikum. Penglihatan dekat lebih jelek dari pada penglihatan jauh. Beberapa pasien juga mengalami monokular diplopia. ¹²'¹⁸

2.2.KERANGKA KONSEPSIONAL

(28)

Kerangka konsep :

2.4. STRUKTUR RSUH.ADAM MALIK MEDAN

Penelitian dilakukan di RSUP. H..Adam Malik Medan yang dibangun diatas tanah seluas 10 Ha, berlokasi dijalan Bunga Lau No. 17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan, Propinsi Sumatera Utara.

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan RS kelas A dan RS pendidikan sesuai dengan SK MENKES. Rumah Sakit ini juga sebagai pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral

Pekerjaan

Katarak Pada

Penderita

Diabetes Melitus

Lamanya diabetes melitus

Lateralisasi Jenis Kelamin

Umur Pendidikan

(29)
(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif, dengan mengambil data sampel dari catatan rekam medis pasien yang datang berobat ke RSUP.H. Adam Malik Medan Periode Januari- Desember 2012.

3.2.PEMILIHAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan Periode Januari- Desember 2012.

3.3. POPULASI PENELITIAN

Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung ke poli mata RSUP.H. Adam Malik Medan tahun 2012.

3.4. BESAR SAMPEL

Besar sampel di tentukan dengan metode consecutive sampling, yaitu semua objek yang didiagnosa Katarak dengan diabetes melitus.

3.5 KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI

Kriteria Inklusi :

• Semua pasien dengan diagnosa Katarak dengan Diabetes melitus.

(31)

• Umur penderita > 7 tahun

Kriteria ekslusi :

 Penderita Katarak dengan diabetes melitus disertai hipertensi

 Dijumpai kelainan di segment anterior

 Umur penderita < 7 tahun 3.6. IDENTIFIKASI VARIABEL

 Variabel terikat adalah katarak dengan diabetes melitus di poliklinik mata

 Variabel bebas adalah :

f. Lamanya menderita diabetes melitus g. Lateralisasi

3.7. BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data dari rekam medis

(32)

3.8 JALANNYA PENELITIAN DAN CARA KERJA

Pengumpulan data diambil dari rekam medis pasien yang berkunjung ke poliklinik mata RSUP.H. Adam Malik Medan tahun 2012 dengan didiagnosa katarak dengan diabetes melitus. Semua data pasien dicatat, setelah data terkumpul diolah dalam bentuk tabel.

3.9 ANALISIS DATA

Analisa data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi data.

3.10. PERSONALIA PENELITIAN

Peneliti : Faisal Bustami 3.11. PERTIMBANGAN ETIKA

Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian ilmu penyakit mata FK-USU/RSUP H.Adam Malik medan. Penelitian ini kemudian diajukan untuk disetujui oleh rapat komite etika Fakultas Kedokteran universitas Sumatera Utara.

3.12 BIAYA PENELITIAN

(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini berbentuk deskriptif yang dilakukan selama tahun 2012 yaitu jumlah pasien yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP.H. Adam Malik Medan yang dicatat dari rekam medis pada periode Januari sampai dengan Desember 2012 yang berjumlah 8120 pasien. Dari jumlah tersebut dijumpai sampel penderita katarak sebanyak 505 orang pada katarak dengan diabetes melitus bilateral (dua mata) dan unilateral (satu mata) sebanyak 72 orang.

Tabel 4.1. jumlah penderita Katarak dengan Diabetes melitus

berdasarkan umur

Umur Satu mata Dua mata Total

n % n % n %

(34)

Dari tabel 4.1. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak dijumpai pada kelompok umur 61-70 tahun sebesar 25 orang (34,70 % ) , dimana hanya dijumpai katarak dengan diabetes melitus pada dua mata.

Tabel 4.2. Jumlah penderita Katarak dengan Diabetes Melitus

berdasarkan mata yang terkena

Mata yang terkena n %

(lateralitas)

unilateral 6 8,33

bilateral 66 91,66

Jumlah 72 100,00

(35)

Tabel 4.3. Jumlah penderita Katarak dengan Diabetes Melitus

Berdasarkan Jenis Kelamin

Satu mata Dua mata Total

Jenis kelamin n % n % n %

Laki-laki 4 5,60 30 41,60 34 47,20 perempuan 2 2,80 36 50,00 36 52,80 Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

(36)

Tabel 4.4. Jumlah penderita katarak dengan Diabetes Melitus

berdasarkan suku.

Satu mata Dua mata Total

Suku n % n % n %

Toba 0 00,00 21 29,20 21 29,20 Mandailing 0 0,00 6 8,30 6 8,30

Karo 0 0,00 8 11,10 8 11,10 Aceh 2 2,80 6 8,30 8 11,10

Chinese 0 0,00 3 4,20 3 4,20 Jawa 0 0,00 4 5,60 4 5,60 Padang 0 0,00 2 2,80 2 2,80

Melayu 0 0,00 10 13,90 10 13,90 Nias 3 4,20 1 1,40 4 5,60

Lain – lain 1 1,40 5 6,90 6 8,30

Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

(37)

Tabel 4.5. Jumlah penderita katarak dengan Diabetes Melitus

berdasarkan tingkat pendidikan.

Tingkat Satu mata Dua mata Total

Pendidikan n % n % n %

Tidak Sekolah 0 0,00 3 4,20 3 4,20

SD 0 0,00 12 16,70 12 16,70

SMP 1 1,40 18 25,00 19 26,40

SMA 3 4,20 23 31,90 26 36,10

Akademi 0 0,00 5 6,90 5 6,90

Perguruan Tinggi 2 2,80 5 6,90 7 9,70

Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

(38)

Tabel 4.6. Jumlah kebutaan akibat katarak berdasarkan pekerjaan.

Satu mata Dua mata Total

Pekerjaan n % n % n %

PNS 3 4,20 26 36,10 29 40,30 Wiraswasta 1 1,40 10 13,90 11 15,30

IRT 1 1,40 17 23,60 18 25,00

Petani 0 0,00 12 16,70 12 16,70 Nelayan 1 1,40 1 1,40 2 2,80

Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

(39)

Tabel 4.7. Jumlah kebutaan akibat katarak berdasarkan Tajam

penglihatan ( Visus ).

Tajam Satu mata Dua mata Total

Penglihatan n % n % n %

6/18-6/60 2 2,80 13 18,00 15 20,80 5/60-3/60 0 0,00 7 9,7 7 9,7

2/60-1/60 3 4,20 8 11,10 11 15,3 1/300-LP 1 1,40 38 52,80 39 54,2

NLP 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

(40)

Tabel 4.8. Jumlah katarak dengan Diabetes melitus berdasarkan

lamanya Menderita Diabetes Melitus.

Lamanya Satu mata Dua mata Total

DM n % n % n %

1-3 Thn 2 2,80 8 11,10 10 13,90

4-6 Thn 1 1,40 14 19,40 15 20,80 7-9 Thn 0 0,00 6 8,30 6 8,30

10-13 Thn 0 0,00 9 12,50 9 12,50 > 13 Thn 1 1,40 6 8,30 7 9,70

Tidak Diketahui 2 2,80 23 31,90 25 34,70

Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

(41)

Tabel 4.9. Estimasi Prevalensi katarak dengan Diabetes Melitus di

RSUP.Haji Adam Malik Medan tahun 2012

RSUP.Haji Adam Malik Medan Estimasi CI (95 %)

(Batas Bawah;Batas Atas)

Prevalensi Katarak dengan Diabetes Melitus

0,88 % ( 0,69% ; 1,07% )

(42)

BAB V

PEMBAHASAN

Dari tabel 4.1. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak dijumpai pada kelompok umur 61-70 tahun sebesar 25 orang (34,70 % ) , dimana hanya dijumpai katarak dengan diabetes melitus pada dua mata yakni 25 orang. Distribusi umur ini sesuai dengan meningkatnya usia harapan hidup dari 55 – 65 tahun menyebabkan peningkatan kasus mata degeneratif seperti katarak dan pasien termuda penderita katarak dengan diabetes melitus yaitu usia 41-50 tahun sebesar 8 orang (11,1%)

Dari tabel 4.2. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus lebih banyak mengenai dua mata daripada 1 mata, yaitu sejumlah 66 orang ( 91,66 %), dan pada satu mata sebanyak 6 orang (8,33%). Hal ini sesuai dengan pemeriksaaan langsung di RSUP.H.Adam Malik Medan yang dilakukan peneliti kepada 20 orang pasien usia diatas 60 tahun dijumpai 19 orang menderita katarak pada kedua mata dan 1 orang pada satu mata.

(43)

Dari tabel 4.4. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus yang terbanyak adalah toba ,yaitu sebesar 21 orang ( 29,20 % ) dan hanya dijumpai pada dua mata. Hal ini dimungkinkan bahwa suku Toba adalah pasien diabetes melitus dengan katarak yang lebih banyak berobat ke RSUP.Haji Adam Malik Medan yang dirujuk dari daerah.

Dari tabel 4.5. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak pada tingkat SMA sebesar 26 orang ( 36,1 % ), dimana pada dua mata lebih banyak yaitu 23 orang (31,80 %). Hal ini dimungkinkan dikarenakan pasien yang berkunjung ke RSUP.H.Adam Malik lebih banyak pada tingkat pendidikan SMA, namun demikian tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan proses terjadinya katarak.

Dari tabel 4.6. ini menunjukkan bahwa jumlah katarak dengan diabetes melitus berdasarkan pekerjaan terbanyak pada PNS sebesar 29 orang ( 40,30 %), lebih banyak pada dua mata sebanyak 26 orang ( 36,10%). Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa pekerjaan yang lebih sering mengalami stres dan duduk dalam waktu yang lama dan kurang berolah raga merupakan faktor resiko besar terkena diabetes melitus.

(44)

Dari tabel 4.8. ini menunjukkan bahwa jumlah katarak dengan diabetes melitus terbanyak berdasarkan lamanya menderita diabetes melitus yaitu Tidak diketahui sebesar 25 orang ( 34,7 %) lebih besar pada dua mata sebanyak 23 orang (31,90%), sedangkan pada satu mata sebanyak 2 orang (2,80%). Hal ini dimungkinkan pasien sudah mengalami gejala diabetes melitus sangat lama tetapi tidak memeriksakan dirinya kedokter disebabkan banyak faktor antara lain: biaya berobat, tempat tinggal yang jauh dari fasilitas kesehatan, dan minimnya pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes melitus dan lainnya.

(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Katarak dengan diabetes melitus terbanyak dijumpai pada kelompok umur 61-70 tahun sebesar 25 orang (34,70 % ) , dimana hanya dijumpai katarak dengan diabetes melitus pada dua mata yakni 25 orang.

2. Jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus lebih banyak mengenai dua mata daripada 1 mata, yaitu sejumlah 66 orang ( 91,66 %), dan pada satu mata sebanyak 6 orang (8,33%).

3. jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus dijumpai perempuan lebih besar dari pada laki-laki yakni 38 orang (52,80%). Pada perempuan lebih besar dua mata daripada satu mata yaitu sebanyak 36 orang ( 50,00 %), dan satu mata sebanyak 2 orang (2,80 %). Sedangkan pada laki-laki lebih besar dua mata daripada satu mata yaitu sebanyak 30 orang ( 41,60 %), dan satu mata sebanyak 4 orang (5,60 %).

4. Suku Toba adalah jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus yang terbanyak ,yaitu sebesar 21 orang ( 29,20 % ) dan hanya dijumpai pada dua mata. Hal ini dimungkinkan bahwa suku Toba adalah pasien diabetes melitus dengan katarak yang lebih banyak berobat ke RSUP.Haji Adam Malik Medan yang dirujuk dari daerah.

(46)

6. Katarak dengan diabetes melitus berdasarkan pekerjaan terbanyak pada PNS sebesar 29 orang ( 40,30 %), lebih banyak pada dua mata sebanyak 26 orang ( 36,10%). Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa pekerjaan yang lebih sering mengalami stres dan duduk dalam waktu yang lama dan kurang berolah raga merupakan faktor resiko besar terkena diabetes melitus.

7. Penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak dengan Tajam Penglihatan ( Visus )1/ 300-LP sebanyak 39 orang yaitu pada dua mata sebanyak 38 orang ( 52,80 % ) dan satu mata 1 orang (1,40% ).

8. Penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak berdasarkan lamanya menderita diabetes melitus yaitu Tidak diketahui sebesar 25 orang ( 34,7 %) lebih besar pada dua mata sebanyak 23 orang (31,90%), sedangkan pada satu mata sebanyak 2 orang (2,80%)

(47)

B. SARAN

Sangat dibutuhkannya pengetahuan bagi masyarakat secara umum mengenai penyakit katarak dengan diabetes melitus sehingga dapat memperbaiki pola hidup pada masyarakat.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.

2. Anatomi dan Fisiologi. Available from:

diabetes-melitus

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.1473/ MENKES/ SK/ X/ 2005, Tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatandan Kebutaan Untuk Mencapai Vision 2020,p2-6

.

7. American Academy of Ophthalmology, 2009-2010, Anatomy in lens and Cataract.Section 11.Chapter 1.Basic and Clinical Science Course: 2011-2012.p5-9.

.

8. Sirlan F.Blindness Reduction Rate,is it infortant to Evaluate/ Majalah Ophthalmologica Indonesia. Volume 3. No.3. September-Desember 2006.CV.Usaha Prima. Jakarta;2006.p241.

(49)

10. Khurana A.K Community Ophthalmologi. Chapter 20, in Comprehensive ophthalmology.Fourth Edition, New Delhi, New Age International Limited Publisher, 2007,p443-446.

11. Balasubramanian D, Bansal AK, Basti S, Bhatt KS, Murthy JS, Rao CM. The biology of cataract. The Hyderbad Cataract research group. Indian J Ophthalmology( Serial online) 1993(Cited 2008 Mar 12);41:153-71. Available from:

12. American Academy of Ophthalmology, Pathology in Lens and Cataract, Section 11. Chapter 5. Basic and Clinical Science Course; 2011-2012.p43-51.

http;//www.ijo.in/text.asp?1993/41/4/153/25600.

13. Gejala Umum Diabetes Melitus. Available from:

http:// info kesehatan 101.blogspot.com/2012

14. Ocampo VVD. Foster CS. Cataract, Senile. Available from: .

15. American Academy of Ophthalmology, Evaluationt and Management of Cataract in Adult in Lens and Cataract. Section 11. Chapter 7. Basic and Clinical Sciencde Course; 2011-2012.p 75-77.

http://

www.emedicine.com

16. Khurana AK.Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology. Fourht Edition. Chapter 8.New Delhi. New Age International Limited Publisher, 2007.p 167-176.

17. Langston DP.The Crystalline Lens and Cataract in Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia; 2002.p142.

(50)

19. Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.

20. Soewondo P, Soegondo S, Suastika K, Pranoto A, Soeatmadji Dw, Tjokroprawira A, the DiabCare Asia 2008 Study – Out comes on control and complication of tipe 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones, 2010:19 (4);43-235.

21. Vaughan DG, Asbury T. Riordan- Eva P Ofthalmologi Umum Edisi 14, Penerbit Widya Medika, Jakarta 2000.

22. James Broce, New Chris, Bron Anthon; Lecture Notes Oftalmologi edisi 9, Penerbit Erlangga Medical Series, Jakarta, 2005.

(51)
(52)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Istri : dr. Nurmawaty Dalimunthe Anak : Najla Nafa Bustami

Carissa Nafa Bustami II. Pendidikan

SD 112143 Rantau Prapat, Tamat Tahun 1993 MTS Negeri Rantau Prapat, Tamat Tahun 1996 MAN 1 Medan, Tamat Tahun 1999

S1 Universitas Islam Sumatera Utara, Tamat Tahun 2007 III. Riwayat Pekerjaan

Dokter PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas Utara, Tahun 2009 – sekarang

IV. Perkumpulan Profesi Anggota IDI Medan

Pengurus IDI Sumatera Utara

(53)

V. Tulisan

1. Ocular Surface Squamous Neoplasia After Corneal Graft

2. Randomized Trial of Intravitreal Clindamycin And Dexamethasone Versus Pyrimethamine, Sulfadiazine, and Prednisolone in Treatment of Ocular Toxoplasmosis

3. Factors Influencing the Reliability of Autorefractometry After LASIK for Myopia and Myopic Astigmatism

Gambar

Gambar 1. Proses terjadinya katarak (dikutip dari gambar II.3 ) faktor resiko    buta
Tabel 4.1. jumlah penderita Katarak dengan Diabetes melitus
Tabel 4.4. Jumlah penderita katarak dengan Diabetes Melitus
Tabel 4.5. Jumlah penderita katarak dengan Diabetes Melitus
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan Ilmiah ini penulis membahas pembuatan Aplikasi Multimedia Tentang Iklan Layanan Masyarakat Dengan Tema âBahaya Merokokâ Menggunakan Macromedia Flash MX sebagai

Pada hari ini Senin Tanggal Sembilan Belas Bulan September Tahun Dua Ribu Enam Belas bertempat di IAIN Palangka Raya melalui website : lpse.kemenag.go.id Kelompok

PSM may strengthen the positive relationship between personal resources (e.g., optimism and self-effi cacy) and work engagement because public servants with high levels of

[r]

Kata yang dilantunkan oleh Pamaliatn (Dukun) menimbulkan syair-syair yang variatif sehingga terdengar estetis. Selain itu, Pamaliatn juga memperlihatkan kemampuan

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Berdasarkan analisis data pada bab terdahulu dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai berikut: (1) kemampuan disposisi matematis

4. Pameran literasi dapat dilaksanakan di luar kelas dengan meja-meja yang diatur untuk memamerkan karya tulisan siswa dan bahan bacaan. Kegiatan membaca dapat dilakukan di