• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan Pencegahan Luka Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan Pencegahan Luka Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

53

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

61

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

73

62 12 SMA 47 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 3 12 2

63 2 SMA 41 L 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 8 2 2 1

64 16 SMA 62 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 3 16 2

65 10 S1 48 L 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3 10 1

66 6 S1 44 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 3 6 1

67 4 SMA 51 L 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 10 2 4 1

68 9 SMA 46 P 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 9 1

69 14 SMP 54 L 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 3 14 2

(22)
(23)

51

DAFTAR PUSTAKA

Alimun Hidayat Aziz A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Alimun Hidayat Aziz A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika.

Alimun Hidayat Azis A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan: Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Salemba Medika.

Boulton AJ. The Diabetic Foot. Blackweel Publising, 2002.

Boyko. A Prospective Study of Risk factor For Diabetic Foot ulcer. The Seattle Diabetic Foot Study, Departement of Medicine of Washington, Seattle, USA, 1999.

Dep.Kes RI. Diabetes Merupakan Masalah yang Serius, diakses tanggal 12 oktober 2015.http;//www.depkes.go.id/index.php.

Diani, Noor. (2013). Pengetahuan dan Praktik Perawata Kaki Pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kalimantan Selatan. Tesis Program Studi Ilmu Keperawatan FIK. Universitas Indonesia

Hastuti , Rini Tri.Faktor-faktor Resiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes

Melitus. Universitas Diponegoro Semarang

Eprints.undip.ac.id/1886/1/Rini_Tri_Hastuti.pdf.2008.

Kementrian Kesehatan RI. File;///F:/DM/414-tahun2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html diakses tanggal 21 oktober 2015

Lavery, Lawrence A, DPM; Hunt, Nathan A, DPM; LaFontaine, Javier, DPM; Baxter, Cory L, DPM ; Ndip, Agb...Diabetes Care; Jul 2010;33,7; ProQuest. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2015.

Misnadiarly . Diabetes Melitus : Ulcer, Infeksi, Gangren. Jakarta:Penerbit Populer Obor. 2006.

Notoatmodjo , Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta. 2010.

(24)

Nurhasan .2002. Kiat Melawan Penyakit . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Smeltzer , Suzzane C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth /editor, Suzzane C. Smeltzer , Brenda G. Bare ; alih bahasa , Agung Waluyo...[et al.]; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.-Ed.8.-Jakarta :EGC,2001.

Suyono , S.2007. Diabetes Melitus di Indonesia, Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III , Edisi 4. Jakarta: FKUI.

Suyono . 2009. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes. Jakarta: FK UI

Tara, M.D., (2003), The Art And Science Of Nursing. Lippicott Philadelphia. Waspadji , S. 2006. Kaki Diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.

Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI.

Waspadji , (2007). Manajemen Hidup Sehat Diabetes Melitus. Jakarta :Balai Penerbit FK UI

WHO.Prevention of Diabetes Mellitus.Technical Report Series 844 of WHO/IDF Consultation, Geneva, 2000

WHO, 2004. Original Article : Global Prevalence of Diabetes Estimates For The Year and Projections For 2030. Diakses pada 21 Oktober 2015 dari http./www.who.int/entity/diabcare 0504.pdf.

World Health Organization, 2006. Defenition and Diagnosis Of Diabetes Mellitus and Intermediate Hiperglycaemia, Report of WHO/IDF Consultation 2006.

World Health Organization, 2011. Defenition and Diagnosis Of Diabetes Mellitus and Intermediate Hiperglycaemia, Report of WHO/IDF Consultation 2011.

(25)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel terikat (dependen) yaitu pengetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes. Sedangakan variabel bebas (independen) adalah lamanya pasien menderita diabetes dalam hitungan tahun. Maka kerangka konsep penelitian terlihat pada bagan :

Variabel independen Variabel dependen

Skema 2. kerangka konsep hubungan lama menderita diabetes melitus

dengan pengetahuan pencegahan luka kaki diabetes.

Pengetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Lama menderita

(26)
(27)

30

3. Hipotesis Penelitian

(28)

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan desain cross-sectional untuk mengidentiikasi hubungan lama menderita diabetes melitus dengan penegtahuan pencegahan terjadinya luka kaki diabetes di RSUP Haji Adam Malik.

2. Populasi, sampel dan teknik sampling

2.1 Populasi

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo 2012).

(29)

32

d = tingkat kepercayaan ang diinginkan

maka didapat besar sampel penelitian ini adalah : n = probability sampling dengan accidental sampling, yaitu dilakukan dengan

mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Peneliti menggunakan teknik sampling ini karena ada keterbatasan dalam hal waktu pengumpulan data.

1. Pengambilan sampel dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a) Peneliti datang ke rumah sakit dan mencari pasien DM yang berobat/dirawat di rumah sakit.

b) Pasien yang sesuai dengan kriteria sampel akan dipilih menjadi responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1 Lokasi Penelitian

(30)

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai september 2015 sampai dengan Agustus 2016.

4. Pertimbangan etik

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena manusia memiliki hak asasi dalam penelitian (Hidayat, 2008). Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Salah satu adalah ethical clerence yakni surat persetujuan pelaksanaan penelitian dari komisi etik bidang kesehatan Fakultas Keperawatan USU, bawa penelitian tersebut tidak bertentangan dengan nilai kemanusiaaan dan kode etik penelitian. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan memerikan lembar informed consent. Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:

1. Lembar persetujuan (informed consent )

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksuddan tujuan penelitian .

2. Tanpa nama (anonimity)

(31)

34

3. Kerahasiaan (confidentally)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari dua bagian berisi: Kuesioner Data Demografi (KDD) dan Kuesioner Pegetahuan Luka Kaki Diabetes.

Untuk kuesioner data demografi terdapat inisial, jenis kelamin, usia pasien serta lama pasien menderita luka kaki diabetes. Untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes peneliti menggunakan lembar kuesioner yang berisi 16 pernyataan tentang luka kaki diabetes. Pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan skala gutman dan skoring. Pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Responden menjawab dengan jawaban benar atau salah (Hidayat, 2007). Pernyataan positif pada kuesioner adalah nomor 1,2,3,4,7,8,9,10,12,13,14,15,16. Sedangakan pernyataan negatif ada pada nomor 5,6 dan 11. Pernyataan positif yang dijawab “benar” diberi nilai 1, jika dijawab “salah” diberi nilai 0. Pernyataan negatif yang dijawab “salah” diberi nilai 1, jika dijawab “benar” diberi nilai 0.

(32)

P =

Pengetahuan baik, apabila nilai responden mencapai skor 11-16 Pengetahuan cukup, apabila nilai responden mencapai skor 6-10 Pengetahuan kurang, apabila nilai responden mencapai skor 1-5

6. Validitas dan Reliabilitas

6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menujukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang di teliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi unsur penting dengan menentukan validitas pengukuran instrumen yaitu: relevan isi, instrumen disesuaikan dengan tujuan penelitian agar dapat mengukur objek dengan jelas. Pada penelitian ini akan dilakukan penyesuaian instrumen penelitian sesuai dengan tujuan penelitian,yaitu relevan pada sasaran subjek dan cara pengukuran melalui instrumen yang disusun sesuai dengan tinjauan pustaka.

Instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan uji validasi oleh Dosen Fakultas Keperawatan yaitu Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes, CWCCA, CHt.N dan Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB yang memiliki kesesuaian bidang dengan judul penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6.2 Reliabilitas

(33)

36

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Uji reliabilitas akan dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi medan, dengan jumlah responden sebanyak 30 responden. Uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan dihitung menggunakan rumus Kr21 dalam progran komputerisasi. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila kofisiennya 0,70 atau lebih (Polit & Hunger, 1999). Setelah dilakukan uji reliabilitas maka didapatkan nilai koefisien untuk pengetahuan 0,803, sehingga kuesioner yang di gunakan reliabel.

7. Pengumpulan Data

(34)

8. Analisa Data

Dalam proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-langkah

pengolahan data menurut Hidayat (2007) diantaranya: 1) Editing

Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book ) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3) Entry data

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master table atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.

4) Cleaning data

(35)

38

(36)

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik

responden dan variabel lama menderita diabetes melitus dan pengetahuan pencegahan luka kaki diabetes serta bagaimana hubungan lama menderita diabetes melitus terhadap pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan. Jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 70 pasien diabetes yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan. Data hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.

5.1.1. Karakteristik responden

(37)

40

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik

Responden di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=70)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia

36-45tahun(dewasa akhir) 11 15,7%

46-55tahun(lansia awal) 40 57,1%

56-65tahun(lansia akhir) 18 25,7%

>65tahun(masa manula) 1 1,4%

(38)

5.2. Tabel distribusi frekuensi dan persentase lama menderita diabetes melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Variabel lama

5.1.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan Luka

Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Distribusi frekuensi pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki

(39)

42

5.3 Tabel Frekuensi dan persentase Pengetahuan Pasien Tentang

Pencegahan Luka Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Variabel Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan Luka Kaki Diabetes

(40)

5.1.4 Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan

Pasien Tentang Pencegahan Luka Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik

Medan.

Berdasarkan hasil uji statistik, data dinyatakan terdistribusi normal melalui uji normalitas kolmogorov smirnov, dengan nilai signifikansi sebesar 0,953. Berdasarkan hasil uji statistic hubungan lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes diperoleh nilai koefisien korelasi r=0,439 artinya terdapat hubungan yang positif dengan kekuatan sedang antara lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes. Kemudian diperoleh tingkat signifikan p=0,000 artinya terdapat hubungan yang signifikan/ bermakna antara lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes.

Berdasarkan hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa hipotesa diterima (ada korelasi yang sedang dan positif antara lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes).

Tabel 5.4 Hasil Analisa Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus

Dengan Pengetahuan Tentang Pencegahan Luka Kaki Diabetes Melitus di

RSUP Haji Adam Malik Medan (n=70)

(41)

44

5.2. Pembahasan

5.2.1. Lama Menderita Diabetes Melitus

Dari hasil analisa data lama menderita diabetes melitus pada pasien diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan terhadap 70 responden terdapat bahwa pasien yang menderita diabetes melitus selama 10 tahun memiliki persentase lebih besar yaitu mencapai 10 orang dari jumlah responden dan semuanya belum mengalami luka kaki diabetes hal ini tidak sejalan dengan penelitian di USA oleh Boyko (2002) menunjukkan bahwa lama DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko

terjadi ulkus diabetika. Menurut teori, pada penderita diabetes melitus yang telah

menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, akan

muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengakibatkan

menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan atau luka pada kaki (Boyko, 2002).

Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama

menderita DM dengan kejadian luka kaki diabetes (p=0,000) dan lama DM > 10

tahun merupakan faktor resiko untuk terjadinya luka kaki diabetes (OR=6,0; 95%

CI=2,2-16,7), Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus dengan hasil bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya luka kaki diabetes dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI :1,2 – 6,9). Dari hasil analisa lama menderita diabetes dapat dilihat bahwa pasien yang menderita

diabetes >10 tahun sebanyak 36 responden tidak mengalami luka kaki diabetes ini

menunjukkan bahwa lama menderita diabetes tidak menjadi faktor resiko terjadinya

(42)

5.2.2. Pengetahuan Tentang Pencegahan Luka Kaki Diabetes

Menurut Bloom dan Skinner (2003), pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapakan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan ataupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan maupun tulisan. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang diketahui oleh pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes. Dalam hal ini peneliti memperoleh informasi tentang pengetahuan responden dengan kuesioner pengetahuan pencegahan luka kaki diabetes yang diisi sendiri oleh responden. Dari hasil pengisian kuesioner akan dihitung jumlah jawaban yang benar dari responden lalu diskoring. Semakin banyak jawaban yang benar maka akan semakin tinggi skor, ini menunjukkan semakin baik pengetahuan pasien DM tentang pencegahan luka kaki diabetes.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pengetahuan pasien DM (responden) baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis data bahwa sebanyak 63 responden (90%) memiliki pengetahuan yang baik tentang pencegahan luka kaki diabetes, dan 7 responden (10%) memiliki pengetahuan cukup tentang pencegahan luka kaki diabetes. Dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan kurang. Peningkatan pengetahuan penderita diabetes melitus tentang penyakit dan pengelolaannya mempunyai tujuan penderita diabetes melitus dapat merawat sendiri

sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut

(Mansjoer, 2001).

(43)

46

pemeriksaan kaki setiap hari, perawatan yang tepat pada kaki, termasuk kuku, perawatan kulit dan pemilihan alas kaki yang sesuai. Untuk mengontrol komlikasi luka kaki diabetes, pengetahuan pasien dan praktek dapat berkontribusi untuk mencegah luka kaki diabetes (Pollock, Unwin, & Connolly, 2003). Menurut penelitian sayeed (2005), perawatan kaki dapat menurunkan masalah kaki sebesar 40% pada pasien diabetes melitus. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik mengurangi resiko terjadinya luka kaki diabetes.

5.2.3. Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan

Tentang Pencegahan Luka Kaki Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik

Medan

Analisis hubungan lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan

pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes menunjukkan bahwa semakin lama menderita diabetes maka semakin baik pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes. Untuk menginterpretasikan hasil koefisien korelasi dengan memberikan beberapa kriteria sebagai berikut :

1. 0-0,199 : sangat lemah 2. 0,20-0,399 : lemah

(44)

Berdasarkan kriteria diatas maka hubungan kedua variabel dalah korelasi sedang (r=0,439). Dan untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut

1. Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kdua variabel signifikan.

2. Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Maka hasil uji statistik lebih lanjut disimpulkan, adanya hubungan yang bermakna antara lama menderita diabetes dengan pengetahuan pencegahan luka kaki diabetes (p=0,000).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Sehingga semakin banyak pengalaman seseorang, maka akan semakin tinggi juga pengetahuanya (Notoatmodjo, 2003). Pengalaman dalam penelitian ini adalah pengalaman (lamanya) pasien menderita diabetes melitus.

(45)

48

responden dengan demikian selain lama menderita diabetes usia dan pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian washilah (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara lamanya menderita diabetes melitus dengan pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes dengan nilai p=0,061. Hal ini terjadi dikarenakan pada penelitian washilah (2013) tidak meneliti variabel confounding seperti usia, jenis kelamin dan juga tingkat pendidikan responden. Instrumen yang digunakan hanya menggunakan kuesioner tentang pengetahuan pencegahan luka kaki diabetes dan juga jumlah dan karakteristik sampel yang belum terlalu homogen.

(46)

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

positif yang signifikan antara lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa semakin lama menderita diabetes melitus maka semakin baik pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan dan mahasiswa

tentang hubungan lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes.

6.2.2. Bagi pelayanan keperawatan

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa terdapat hubungan lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes maka diharapkan seorang perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai pencegahan luka kaki diabetes untuk mengurangi angka kejadian luka kaki diabetes.

6.2.3. Bagi penelitian keperawatan selanjutnya

(47)

50

peran perawat dalam upaya edukasi tentang pencegahan luka kaki diabetes untuk mengurangi angka kejadian luka kaki diabetes.

(48)

1. Pengetahuan

1.1. Definisi Pengetahuan

Menurut Bloom dan Skinner (2003), pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketauinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan maupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan maupun tulisan. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari indra penglihatan/mata dan indra pendengaran/telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2011).

1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan manusia dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

(49)

8

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang lebih paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menujukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.

(50)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor internal dan faktor eksternal yang

mempengaruhi terbentuknya pengetahuan. Faktor internal diantaranya adalah kesehatan inderaseseorang sedang faktor eksternal diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif individu. Faktor internal dan eksternal ini jika diperluas lagi akan terbagi sebagai berikut :

a. Intelegensi

Intelegensi merupakan kemempuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir menggunakan inteleknya atau pikiranya. Cepat atau tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu fktor yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Secara commonsence dapat dikatakan bahwa orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

(51)

10

Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Pendidikan formal dan non formal. Sisitem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2003). Jadi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan.

c. Pengalaman

Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO, menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003).

d. Informasi

(52)

menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo, 2003). Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi booklet, leaflet, rubrik yang terdapatpada surat kabar atau majalah dan poster. Kemudian media elektronikyang meliputi televisi, video, slide, dan filmserta papan (billboard) (Notoatmodjo, 2003). e. Kepercayaan

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasr pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.

f. Umur

Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan menerima informasi.

g. Sosial budaya

Sosial budaya termasuk didalamnya pandangan agama, kelompok etnis dapat memepengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memeprkuat super egonya.

h. Status sosial ekonomi

(53)

12

depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.

1.4. Pengukuran Pengetahuan

Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu, mendasarkan diri pada rasional dan pengalaman. Cara pengukuran penegtahuan dalam penelitian bisa menggunakan angket dan biasanya dituliskan dalam presentase. Baik=76-100%; cukup=56-75%; kurang ≤ 55% (Nursalam, 2003).

2. Diabetes Melitus

2.1 Definisi Diabetes Melitus

(54)

2.2 Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi DM oleh Boedisantoso, Subekti, dan Waspadji (2007) dibedakan dalam

1. Komplikasi akut berupa : hipoglikemi dan hiperglikemi (dengan manifestasi Keto Asidosis Diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik (HONK), dan Asidosis Laktat.

2. Komplikasi kronik berupa : 1) mikrovaskuler (ginjal neuropati dan retina mata: retinopati), 2) makrovaskuler (jantung koroner : CAD, pembuluh darah kaki; ulkus kaki diabetik, pembuluh darah otak : stroke ; 3) komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler : neuropati dan rentan infeksi.

3. Luka kaki diabetes

3.1. Definisi

Luka kaki diabetes adalah infeksi, ulserasi, atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah (waspadji, 2006).

(55)

14

3.2. Diagnosis Luka Kaki Diabetes

Diagnosis kaki diabetes meliputi :

1. Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka / ulkus pada kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi / rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.

2 Pemeriksaan Penunjang :

X-ray, EMG (Electromyographi) dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebabnya (Waspadji, 2006).

3.3. faktor resiko luka kaki diabetes

faktor-faktor risiko terjadinya luka kaki diabetes lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :

a. Umur ≥ 60 tahun.

Umur, menurut penelitian di Swiss dikutip oleh Suwondo bahwa penderita luka kaki diabetes 6% pada usia < 55 tahun dan 74% pada usia ≥ 60 tahun42. Penelitian kasus kontrol di Iowa oleh Robert menunjukkan bahwa umur penderita luka kaki diabetes pada usia tua ≥ 60 tahun 3 kali lebih banyak dari usia muda < 55 tahun.

(56)

Amerika Serikat dikutip oleh Rochmah W menunjukkan bahwa dari tahun 1996-1997 pada lansia umur > 60 tahun, didapatkan hanya 12% saja pada usia tua dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali, 8% kadar kolesterol normal, hipertensi 40%, dan 50% mengalami gangguan pada aterosklerosis, makroangiopati, yang faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi luka kaki diabetes.

b. Lama DM ≥ 10 tahun.

Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus dengan hasil bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya luka kaki diabetes dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI :1,2 – 6,9)22.

(57)

16

*diabetes tidak terkontrol (diet, pengobatan, olah raga, perawatan kaki) *hipertensi

Skema 1. Perjalanan luka kaki diabetes.

Sumber : Boulton AJ, 2002 dengan modifikasi. c. Neuropati.

Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek.

(58)

dikutip oleh Levin menunjukkan bahwa 66% penderita Diabetes mengalami neuropati dengan gangguan sensasi rasa/sensasi vibrasi pada kaki, 20% terjadi luka kaki diabetes.

Penelitian kohort prospektif yang dilakukan oleh Boyko pada penderita Diabetes mellitus bahwa neuropati berhubungan dengan kejadian luka kaki diabetes dengan RR-nya sebesar 4 (95 % CI : 2,6 – 7,4) dan apabila sudah terjadi deformitas pada kaki berhubungan dengan luka kaki diabetes dengan RR-nya sebesar 12,1 (95 % CI : 4,2 – 17,6)22. Penelitian kasus kontrol di RSCM oleh Toton Suryatono, neuropati yang dinyatakan dengan insensitivitas terhadap pemeriksaan monofilamen Semmes-Weinstein 10 g mempunyai risiko 11 kali terjadi luka kaki diabetes dibandingkan dengan penderita DM tanpa neuropati. d. Obesitas.

Pada obesitas dengan IMT ≥ 23 kg/m2 (wanita) dan IMT ≥ 25 kg/m2 (pria) atau BBR lebih dari 120 % akan lebih sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 ≥U/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi luka kaki diabetes.

(59)

18

e. Hipertensi.

Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita Diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mm Hg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya luka. Penelitian studi kasus kontrol oleh Robert di Iowa menghasilkan bahwa riwayat hipertensi akan lebih besar 4 X terjadi luka kaki diabetes dengan tanpa hipertensi pada DM.

(60)

g. Kolesterol Total, HDL, Trigliserida tidak terkendali.

(61)

20

merupakan faktor risiko terjadi penyakit pembuluh darah perifer yang dapat mengakibatkan terjadinya luka kaki diabetes.

h. Kebiasaan merokok.

Penelitian case control di California oleh Casanno dikutip oleh WHO pada penderita Diabetes mellitus yang merokok ≥ 12 batang per hari mempunyai risiko 3 X untuk menjadi luka kaki diabetes dibandingkan dengan penderita DM yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance lemak darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun.

i. Ketidakpatuhan Diet DM.

Kepatuhan Diet DM merupakan upaya yang sangat penting dalam pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti luka kaki diabetes.

(62)

j. Kurangnya aktivitas Fisik.

Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olah raga rutin (lebih 3 kali dalam seminggu selama 30 menit) akan memperbaiki metabolisme karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan sumbangan terhadap penurunan berat badan. Salah satu penelitian tentang efek olah raga pada penderita DM menunjukkan bahwa olah raga akan menurunkan kadar trigliserida. Penelitian di Swiss oleh Rocher dikutip oleh Wibisono pada penderita DM dengan neuropati, hasil penelitian olah raga tidak teratur akan terjadi luka kaki diabetes lebih tinggi 4 kali dibandingkan dengan olah raga yang teratur.

k. Pengobatan tidak teratur.

Pengobatan rutin pada penderita Diabetes mellitus tipe I, menurut hasil penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Minadiarly didapatkan bahwa pengobatan intensif akan dapat mencegah dan menghambat timbulnya komplikasi kronik, seperti luka kaki diabetes.

l. Perawatan kaki tidak teratur.

(63)

22

melaksanakan perawatan kaki teratur dan kelompok II (95 responden) tidak melaksanakan perawatan kaki, pada kelompok I terjadi ulkus sejumlah 7 responden dan kelompok II terjadi luka kaki diabetes sejumlah 30 responden. Kelompok I dilakukan tindakan amputasi sejumlah 1 responden dan kelompok II sejumlah 19 responden. Hasil penelitian pada diabetisi dengan neuropati yaitu kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki 13 kali risiko terjadi luka kaki diabetes dibandingkan kelompok yang melakukan perawatan kaki secara teratur. m. Penggunaan alas kaki tidak tepat.

Diabetisi tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena tanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan luka kaki diabetes, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau hilang. Penelitian eksperimental oleh Gayle tentang tekanan pada kaki karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat dengan kejadian luka kaki diabetes, menghasilkan bahwa penggunaan alas kaki tidak tepat menyebabkan tekanan yang tinggi pada kaki sehingga risiko terjadi luka kaki diabetes 3 kali dibandingkan dengan penggunaan alas kaki yang tepat.

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetik dibagi menjadi faktor endogen dan eksogen :

1. Faktor endogen : genetik, metabolik, angiopati diabetik dan neuropati diabetik

(64)

3.4. Klasifikasi

Menurut wagner kaki diabetes dibagi menjadi :

1. Derajat 0: tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan kalus “claw”

2. Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit

3. Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang 4. Derajat III: abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis

5. Derajat IV: gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis

6. Derajat V: gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah (Waspadji, 2007).

3.5. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala luka kaki diabetes yaitu: 1. Sering kesemutan.

2. Nyeri kaki saat istirahat. 3. Sensasi rasa berkurang.

4. Kekurangan jaringan (nekrosis).

5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea. 6. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.

(65)

24

3.6. Penatalaksanaan

Lebih dari 90% ulkus akan sembuh apabila diterapi secara komprehensif dan multidisipliner, melalui upaya; mengatasi penyakit komorbid, menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi sesuai dengan indikasi

Pengelolaan luka diabetik dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu pencegahan terjadinya ulkus diabetik dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah.

4. Pencegahan Luka Kaki Diabetes

Pedoman dasar untuk perawatan kaki dan pemilihan alas kaki yang dikembangkan oleh National Institutes of Health dan American Diabetes Association untuk mencegah terjadinya cidera (Heitzman, 2010), yaitu :

a. Kaki bersih, kering, dan lembut

Mencuci kaki dan antara jari-jari kaki dengan air hangat (tidak panas) dan sabun dan dikeringkan dengan kain lembut. Lotion dapat digunakan pada atas atau bawah kaki dan bukan antara jari-jari kaki. Bedak antara jari-jari kaki untuk menjaga kulit tetap kering.

b. Perawatan kulit

(66)

memiliki jahitan tebal, atau memiliki band elastis yang menyebabkan cedera pada kulit. Kaos kaki harus diganti setiap hari untuk mencegah kelembaban dari keringat yang bisa menyebabkan iritasi kulit.

c. Perawatan kuku

Kuku harus dipotong lurus untuk menghindari lesi pada kuku. Klien yang mengalami kesulitan melihat kaki mereka, mencapai jari-jari kaki mereka, atau memiliki kuku kaki menebal harus dibantu oleh orang lain atau perawat kesehatan untuk memotong kuku kaki. Memghilangkan kalus untuk mengurangi tekanan dibawah tulang dan dapat membantu membebaskan beban tekanan setempat untuk mengurangi kemungkinan pembentukan luka kaki diabetes.

d. Sepatu

(67)

26

terlalu longgar dapat menyebabkan iritasi mekanis. Sepatu harus disimpan pada udara kering pada malam hari untuk mencegah penumpukan air, yang dapat menyebabkan iritasi kulit lebih lanjut.

Adapun menurut smeltzer et al.(2010), tips atau cara melakukan perawatan kaki adalah :

a. Memelihara kadar glukosa darah dalam batas normal bersama tim kesehatan yang memberikan perawatan diabetes.

b. Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari dengan mengamati adanya luka, lecet, bintik kemerahan dan pembengkakan, gunakan kaca untuk memeriksa bagian dasar kaki, dan periksa adanya perubahan suhu.

c. Mencuci kaki setiap hari, mencuci kaki dengan air hangat, keringkan dengan lembut terutama diantara jari kaki, kaki jangan digosok-gosok, dan tidak memeriksa suhu air dengan kaki, gunakan termometer atau siku. d. Menjaga kulit agar tetap halus dan lembut dengan memberikan pelembab

diatas dan dibawah kaki, tetapi tidak diantara jari kaki.

e. Menggunakan batu apung untuk melembutkan kapalan (callus)

f. Memotong kuku kaki setiap minggu atau ketika diperlukan: memotong kuku jari kaki lurus dan bagian tepi kuku dihaluskan.

(68)

h. Lindungi kaki dari panas atau dingin, memakai sepatu pada area yang panas, memakai kaos kaki pada waktu malam jika kaki dingin.

i. Mempertahankan kelancaran aliran darah ke kaki, meninggikan kaki ketika duduk, gerakan jari dan sendi kaki keatas dan kebawah selama 5 menit, selama 2 atau 3 kali sehari. Jangan menyilangkan kaki dalam jangka waktu lama, dan tidak merokok.

(69)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Hiperglikemia atau gula darah yang meningkat, merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2011).

Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2012 sebesar 8,4 % dari populasi penduduk dunia, dan mengalami peningkatan menjadi 382 kasus pada tahun 2013. IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 55% (592 juta) di antara usia penderita DM 40-59 tahun (IDF, 2013). Indonesia merupakan negara urutan ke 7 dengan kejadian diabetes mellitus tertinggi dengan jumlah 8,5 juta penderita setelah Cina (98,4 juta), India (65,1 juta), USA (24,4 juta), Brazil (11,9 juta), Rusia (10,9 juta), Mexico (8,7 juta), Indonesia (8,5 juta) Jerman (7,6 juta), Mesir (7,5 juta), dan Jepang (7,2 juta).

(70)

glomerulus ginjal, saraf, dan pada otot jantung (kardiomiopati). Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi kronik DM dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung (penyakit jantung koroner) dan pembuluh darah perifer (tungkai bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetes (Waspadji, 2007).

Salah satu komplikasi umum yang terlihat pada pasien adalah luka kaki diabetes. Luka kaki diabetes adalah masalah serius bagi pasien diabetes yang akan mempengaruhi 15% dari waktu dalam kehidupan mereka (Divisi Bedah Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009).

Luka kaki diabetes adalah salah satu komplikasi DM yang paling serius dan melumpuhkan. Ini adalah penyebab paling umum amputasi kaki nontraumatik diseluruh dunia. Pasien diabetes dari 15 sampai 20 kali lebih mungkin memerlukan amputasi daripada mereka yang tidak menderita DM. Hampir 14% -24% pasien dengan luka kaki diabetes memerlukan amputasi, yang berarti bahwa setiap 30 detik ekstremitas bawah seseorang hilang karena diabetes. The Global Lower Extremity Amputation Study Group memperkirakan bahwa 25% -90% dari

(71)

3

terus meningkat. 15% orang dengan DM akan mengalami luka kaki diabetes selama hidup mereka, dan 24% orang dengan luka kaki diabetes akan memerlukan amputasi (Lott et al., 2012). Saat ini, prevalensi dari luka kaki diabetes di Iran diperkirakan sebesar 3%. Angka ini diperkirakan akan meningkat jauh pada tahun 2025 (Yekta et al., 2011).

Waspadji, S, 2008 dalam Maryunani, 2013 menyebutkan data di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo bahwa angka kematian dan amputasi akibat luka kaki diabetes masih tinggi yaitu masing-masing sebesar 23% dan 32,5%. Nasib penderita luka kaki diabetes pasca amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,8% akan meninggal dalam setahun pasca amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca amputasi. Didapatkan pula bahwa 30-50% pasien yang telah diamputasi akan memerlukan tindakan amputasi kaki sebelahnya dalam jangka waktu 1-3 tahun. Suatu nasib yang sangat tidak menyenangkan dan sangat mengkhawatirkan.

(72)

perokok aktif, kadar glukosa darah yang tidak terkontrol, gangguan penglihatan yang dapat berpengaruh pada kemampuan melakukan perawatan kaki, polineuropati, trauma kaki (lecet), kekurangan latihan fisik, pengetahuan tentang penyakit DM yang kurang, tidak maksimalnya kepatuhan dalam pencegahan luka, kadar kolesterol ≥200mg/dl, kadar HDL ≤45mg/dl, ketidakpatuhan diit rendah gula, perawatan kaki yang tidak teratur, penggunaan alas kaki yang tidak tepat, hal-hal tersebut dapat menjadi faktor pemicu timbunya luka sebesar 99,9% dari kasus yang ditimbulkan (Hartini, 2009).

(73)

5

Luka kaki diabetes merupakan kompilkasi DM yang dapat dicegah atau diminimalkan kejadianya. Hal ini dapat dilakukan dengan pencegahan luka kaki diabetes, seperti perawatan kaki dan pemakaian alas kaki yang tepat. Apabila perawatan dilakukan dengan tepat maka dapat membantu proses penyembuhan dan diharapkan pasien menjadi sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Nurhasan, 2002).

Program untuk mencegah luka kaki diabetes dan amputasi umumnya melibatkan perawatan kaki secara teratur dan pendidikan pasien. Pendidikan pasien tentang kebersihan kaki, perawatan kuku, alas kaki yang tepat sangat penting untuk mengurangi resiko cidera yang dapat menyebabkan pembentukan luka kaki (Lavery, 2010).

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan lama menderita diabetes dengan pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan di atas penulisan

memfokuskan pada batasan pokok berikut: “bagaimana hubungan lama menderita diabetes dengan pengetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes?”.

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan umum

(74)

3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui lama menderita diabetes.

b. Mengetahui pengetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes.

c. Mengetahui hubungan lama menderita Diabetes Melitus dengan penegetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.

4.1 Pendidikan keperawatan

Sebagai informasi bagi pendidikan keperawatan tentang hubungan lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes.

4.2Pelayanan Keperawatan

Sebagai masukan bagi pelayanan keperawatan untuk dapat memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan kepada klien dengan diabetes tentang cara pencegahan luka kaki diabetes.

4.3Penelitian Keperawatan

(75)

Judul Penelitian : Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan Pencegahan Luka Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Jurusan : Sarjana Keperawatan Peneliti : Aster Primawati Sitompul Tahun Akademik : 2015/2016

ABSTRAK

Luka kaki diabetes merupakan luka dengan angka kejadian paling sering muncul dibandingkan dengan luka lain dari keseluruhan pasien yg mengalami luka. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya luka kaki diabetik diantaranya adalah lamanya penderita menderita diabetes melitus, luka kaki diabetes terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan terjadinya luka. Selain itu pengetahuan tentang penyakit DM yang kurang, tidak maksimalnya kepatuhan dalam pencegahan luka, ketidakpatuhan diit rendah gula, perawatan kaki yang tidak teratur, penggunaan alas kaki yang tidak tepat, hal-hal tersebut dapat menjadi faktor pemicu timbunya luka sebesar 99,9% dari kasus yang ditimbulkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan lama menderita Diabetes Melitus dengan penegetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan desain cross-sectional untuk mengidentifikasi hubungan lama menderita diabetes melitus dengan penegtahuan pencegahan terjadinya luka kaki diabetes di RSUP Haji Adam Malik. Analisis hubungan lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes menunjukkan bahwa semakin lama menderita diabetes maka semakin baik pengetahuan pasien tentang pencegahan luka kaki diabetes. Hubungan kedua variabel adalah korelasi sedang (r=0,439). Hasil uji statistik lebih lanjut disimpulkan, adanya hubungan yang bermakna antara lama menderita diabetes dengan pengetahuan pencegahan luka kaki diabetes (p=0,000). Dan juga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan tentang pencegahan luka kaki diabetes.

Kata kunci:Lama menderita diabetes melitus, pengetahuan pencegahan luka

(76)

Name of student : Aster Primawati Sitompul Student ID number : 121101071

Faculty : Nursing, University of Sumatera Utara Academic Year : 2016

ABSTRACT

Diabetic foot ulcer is the ulcer with the highest incidence rate compared to other ulcer among the whole patients who get wounded. There are many factors that influence the incidence of diabetic foot ulcer, such as the length of Diabetes Mellitus Suffering. Such ulcer is mainly found in patients who have been suffered from Diabetes Mellitus for 10 years or more. If blood sugar rate is uncontrolled, there will be vascular complications which cause macroangiopathy leading to vasculopathy and neuropathy ending up with ulcer. Apart from that, the minim knowledge of DM (Diabetes Mellitus), not maximum compliance with wound prevention, disobedience to low sugar diet, irregular foot treatment, and wrong sandal using can also become the factors that cause ulcer contributing 99% of cases emerged. The objective of the research was to observe how the length of DM Suffering is correlated with the knowledge of diabetic foot wound prevention. This is a descriptive correlation research with cross-sectional design to identify the correlation between the length of DM suffering and patients’ knowledge of diabetic foot ulcer prevention at RSUP (Central General Hospital) Adam Malik. The analysis of the correlation between the length of DM suffering and patients’ knowledge of diabetic foot ulcer prevention showed that the longer the patients were suffered from Diabetes Mellitus, the better their knowledge of diabetic foot wound prevention was. The correlation between both variables was sufficiently correlated (r=0.439). The results of further statistical test showed that there was significant correlation between the length of DM suffering and the knowledge of diabetic foot ulcer prevention (p=0.000). It can also be concluded that there was significantly positive correlation between the length of DM suffering and patients’ knowledge of diabetic foot ulcer prevention.

(77)

Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus Dengan

Pengetahuan Pencegahan Luka Kaki Diabetes

di RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Aster Primawati Sitompul 121101071

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(78)
(79)
(80)

memberi berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan Pencegahan Luka Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata I di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari doa, bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Terima kasih kepada kedua orang tua saya (Humisar Sitompul dan Tarida br. Sihombing) yang berkontribusi besar dalam penyelesaian skripsi ini dan juga terima kasih kepada abang (Alpa Immanuel Sitompul), serta adik-adik saya (Afles Sitompul, Ani Sitompul, Amor Sitompul) untuk setiap dukungannya. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku wakil dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku wakil dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah, S.Kp., M.Kep, Sp.Mat selaku wakil dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan juga selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Ns. Asrizal, S.Kep., M.Kep., RN., WOC(ET)N,CHt.N selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan meluangkan waktunya selama membimbing penulis dalam pengerjaan skripsi dari awal sampai akhir.

(81)

7. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II 8. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara atas

semua ilmu pengetahuan dan bimbingan yang telah diberikan selama perkuliahan.

9. Pimpinan RSUP H. Adam Malik Medan atas ijinya untuk penulis bias melakukan penelitian.

10.Seluruh pasien diabetes melitus yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah bersedia menjadi responden dan berbaik hati mendengarkan penulis menjelaskan penelitian.

11.Teman-temanku terkasih marta, juliana, paramitha, minar dan teman-teman di Talitakum (Kak maruli, kak juni, kak astika, asnita, indah, hana, ranafika),

12.Teman-teman seperjuangan seluruh mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan, khususnya teman-temanku sedoping (anita,fatricia,bebi) dan teman-teman yang selalu bersama-sama dalam mengerjakan skripsi (Desi, Ade, Advent, Dian, Ramen, Intan, Dian, Anita, Vania, Gelora).

Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkatdan kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantupenulis. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan Ilmu Pengetahuan khususnya profesi Keperawatan.

Medan, 12 Agustus 2016 Penulis

(82)

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Orisinalitas ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

1.1. Definisi pengetahuan... 7

1.2.Tingkat pengetahuan ... 7

1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 9

1.4. Pengukuran pengetahuan ... 12

2. Diabetes Melitus ... 12

4. Pencegahan luka kaki diabetes………. 24

Bab 3. Kerangka Penelitian ... 28

3.1. Kerangka penelitian ... 28

(83)

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 31

4.1. Desain Penelitian ... 31

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 31

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 33

4.5. Instrumen Penelitian ... 34

4.6. Validitas dan Reliabilitas ... 35

4.7. Pengumpulan Data ... 36

4.8. Analisa Data ... 37

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 39

5.1. Hasil Penelitian... 39

5.2. Pembahasan ... 44

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 49

6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Saran ... 49

6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan... 49

6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan ... 49

6.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan selanjutnya ... 49

(84)

Lampiran 1. Jadwal tentatif penelitian Lampiran 2. Informed consent

Lampiran 3. Instrument penelitian Lampiran 4. Lembar bukti bimbingan Lampiran 5. Daftar riwayat hidup Lampiran 6. Taksasi dana

Lampiran 7. Lembar persetujuan validitas Lampiran 8. Surat ijin reliabilitas

Lampiran 9. Surat ijin penelitian

Lampiran 10. Surat persetujuan komisi etik Lampiran 11. Master data

(85)

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 29

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 40

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase lama menderita DM ... 41

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan pencegahan luka kaki diabetes... ... 42

Tabel 5.4 Hasil analisa hubungan lama menderita diabetes melitus dengan

(86)

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=70)
Tabel 5.4 Hasil Analisa Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus

Referensi

Dokumen terkait

1) Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kemandirian belajar terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial sebesar10,1%. Oleh

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memaparkan representasi dari visi dan misi program acara televisi Ini Talk Show Net Tv melalui pemilihan genre setting tata

Tahap ini merupakan rincian fungsi berdasarkan skenario yang telah digambarkan se- cara umum melalui diagram-diagram pada tahap sebelumnya, dimana pada tahap ini setiap aktifitas

[r]

Kata yang dilantunkan oleh Pamaliatn (Dukun) menimbulkan syair-syair yang variatif sehingga terdengar estetis. Selain itu, Pamaliatn juga memperlihatkan kemampuan

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Berdasarkan analisis data pada bab terdahulu dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai berikut: (1) kemampuan disposisi matematis

[r]