• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan RUPS terhadap Pengalihan Hak Atas Saham pada Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan RUPS terhadap Pengalihan Hak Atas Saham pada Perseroan Terbatas"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN RUPS TERHADAP PENGALIHAN HAK ATAS

SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

ILHAM DODI PRAWIRA ZEBUA

NIM: 060200145

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERANAN RUPS TERHADAP PENGALIHAN HAK ATAS

SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

ILHAM DODI PRAWIRA ZEBUA

NIM: 060200145

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

Dr. Hasyim Purba, SH. M. Hum NIP: 196603031985081001

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

Dr. Hasyim Purba, SH. M. Hum Mulhadi, SH. M. Hum

NIP: 196603031985081001 NIP: 197308042002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh undang-undang dalam hal ini KUH Perdata Pasal 1457 adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli membayar harga yang telah dijanjikan. Dalam UUPT Pasal 56 angka 1 dikatakan bahwa pengalihan hak atas saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan keterangan yang terdapat dalam KUH Perdata bahwa saham dapat dijadikan sebagai obyek jual beli namun pengalihan hak atas saham menurut UUPT harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta otentik maupun di bawah tangan.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimanakah kedudukan saham dalam perseroan terbatas, bagaimanakah mekanisme pengalihan hak atas saham pada perseroan terbatas, bagaimanakah manfaat pengalihan hak atas saham pada perseroan terbatas, bagaimanakah peran RUPS terhadap pengalihan hak atas saham pada perseroan terbatas

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal

research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis

didalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through

judicial process). Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data

sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah akan kehadhirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan bagi penyelesaian penulisan

skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan dan

menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari

oleh nur iman dan Islam.

Skripsi ini berjudul: “Peranan RUPS terhadap Pengalihan Hak Atas

Saham pada Perseroan Terbatas”.

Pelaksanaan pendidikan guna memperoleh gelar sarjana ini diakui banyak

mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta

petunjuk dari dosen pembimbing, maka tulisan ini dapat diselesaikan dengan

baik.. Penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan serta

kekurangan-kekurangan, oleh karena itu diharapkan adanya suatu masukan serta saran yang

bersifat membangun di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak bantuan, bimbingan dan motivasi dari

berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, sebagai Rektor Universitas Sumatera

(5)

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M. Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M. Hum, sebagai Pembantu Dekan

I Fakultas Hukum USU.

4. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, sebagai Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum USU.

5. Bapak Muhammad Husni, SH, M. Hum sebagai Pembantu Dekan III

Fakultas Hukum USU.

6. Bapak Dr. Hasyim Purba, SH, M. Hum sebagai Ketua Jurusan Departemen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing I.

7. Bapak Mulhadi, SH. M. Hum sebagai Dosen Pembimbing II skripsi ini.

8. Seluruh staf Departemen Hukum Perdata Dagang Fakultas Hukum USU.

9. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum USU.

10.Kepada ayahanda ibunda tercinta, yang telah memberikan kasih sayang,

perhatian, dan memberi kesempatan untuk berjuang menuntut ilmu

sehingga dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini.

11.Kepada saudara-saudaraku terima kasih atas dukungan, doa dan perhatian

yang sangat besar yang selalu mendukungku terima kasih kepada seluruh

keluarga besarku yang memberikan dorongan semangat kepada penulis

selama mengikuti perkuliahan hingga selesai skripsi ini.

12.Kepada teman-teman, khusunya stambuk 2006 Fakultas Hukum USU

(6)

13.Dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi atas penulisan skripsi

ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Demikianlah yang dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan

kekurangannya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 15 September 2011

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 4

D. Keaslian Penulisan ... 5

E. Tinjauan Kepustakaan... 6

F. Metode Penelitian ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT ... 12

A. Pengertian Perseroan Terbatas ... 12

B. Pendirian Badan Hukum Perseroan Terbatas... 15

C. Prosedur Lahirnya Badan Hukum Perseroan Terbatas ... 22

BAB III KEDUDUKAN SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS ... 33

A. Pengertian Saham... 33

B. Saham Sebagai Surat Berharga ... 35

C. Jenis-jenis Saham ... 38

D. Modal dan Saham Perseroan Terbatas ... 51

(8)

BAB IV PERAN RUPS TERHADAP PENGALIHAN HAK ATAS

SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS ... 61

A. Mekanisme Pemindahan Hak Atas Saham pada Perseroan Terbatas ... 61

B. Manfaat Pengalihan Hak Atas Saham pada Perseroan Terbatas... 73

C. Peranan RUPS terhadap Pemindahan Hak Atas Saham pada Perseroan Terbatas ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran... 87

(9)

ABSTRAK

Jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh undang-undang dalam hal ini KUH Perdata Pasal 1457 adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli membayar harga yang telah dijanjikan. Dalam UUPT Pasal 56 angka 1 dikatakan bahwa pengalihan hak atas saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan keterangan yang terdapat dalam KUH Perdata bahwa saham dapat dijadikan sebagai obyek jual beli namun pengalihan hak atas saham menurut UUPT harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta otentik maupun di bawah tangan.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimanakah kedudukan saham dalam perseroan terbatas, bagaimanakah mekanisme pengalihan hak atas saham pada perseroan terbatas, bagaimanakah manfaat pengalihan hak atas saham pada perseroan terbatas, bagaimanakah peran RUPS terhadap pengalihan hak atas saham pada perseroan terbatas

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal

research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis

didalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through

judicial process). Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data

sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebijakan dalam sektor ekonomi adalah pengembangan pasar

modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

modal, merupakan suatu kebijakan dari pemerintah, dengan demikian maka

jelaslah perlu adanya keseimbangan yang saling menunjang dalam segala bidang,

sehingga saling memperkokoh satu sama lain1.

Istilah “pasar modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah “capital

market”, yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhinya

kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu perusahaan, merupakan pasar

tempat orang membeli dan menjual surat efek yang dikeluarkan2. Jadi sama

seperti di pasar-pasar lainnya, pasar modal merupakan tempat orang-orang

melakukan perdagangan efek.

Bursa efek merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan perdagangan

efek. Dalam Bab I Pasal 1 Angka 4 UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

(selanjutnya dalam tulisan ini disebut UUPM), dijelaskan mengenai definisi bursa

efek sebagai berikut:

“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan

sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia tahun 1999-2004.

1

Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 10.

(11)

efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara

mereka”.

Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan yang

teratur, wajar dan efisien. Dengan demikian harga yang terjadi mencerminkan

mekanisme pasar berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran.3 Untuk itu,

secara operasional kegiatan pasar modal perlu mendapatkan pengawasan agar

dapat dilaksanakan secara teratur, wajar dan efisian. Pembinaan, pengawasan dan

pengaturan sahari-hari pasar modal dilakukan oleh Bapepam sesuai dengan

ketentuan dalam UUPM.

Pasar modal perlu ada karena dapat merupakan indikator kemajuan

perekonomian suatu negara, serta menunjang perkembangan ekonomi negara yang

bersangkutan. Pasar modal merupakan sumber dana alternatif bagi pembiayaan

beroperasinya perusahaan-perusahaan yang merupakan tulang ekonomi suatu

negara. Pasar modal muncul sebagai salah satu alternatif solusi pembiayaan

jangka panjang. Disisi lain, dengan adanya pasar modal maka memberikan

banyak kesempatan kepada perusahaan untuk go public, yang berarti pula

memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk memiliki saham

perusahaan tersebut.4

Pasar modal adalah salah satu sumber pembiayaan perusahaan secara

jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber

3

KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk Anggota Baru, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hal.1.

4

(12)

pembiayaan saja, tetapi juga sebagai sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan

kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan.5

Mengenai jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh

undang-undang dalam hal ini KUH Perdata Pasal 1457 adalah suatu perjanjian atau suatu

persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk

menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli

membayar harga yang telah dijanjikan.6 Dengan demikian, jual beli dianggap

telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelah para pihak yang

bersangkutan mencapai kata sepakat tentang barang dan harganya, meskipun

barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.7

Menurut Pasal 613 KUH Perdata saham ditempatkan sebagai barang

bergerak dan penyerahannya (levering) dilakukan dengan akta otentik ataupun

dibawah tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada

orang lain. Dalam UUPT Pasal 56 angka 1 dikatakan bahwa pengalihan hak atas

saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan keterangan yang terdapat

dalam KUH Perdata bahwa saham dapat dijadikan sebagai obyek jual beli namun

pengalihan hak atas saham menurut UUPT harus dilakukan dengan akta

pengalihan hak, baik akta otentik maupun akta di bawah tangan.

Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham

dari penjual kepada pembeli saham. pengalihan hak atas saaham tersebut harus

dilakukan berdasarkan Akta pengalihan Hak Atas Saham yang dapat dibuat

dihadapan Notaris atau secara bawah tangan (Pasal 56 ayat (1) UU No. 40 Tahun

M. Irsan Nasarudin, et. al., Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 27

5

I. G. Ray Widjaja, Merancang Suatu Kontrak (Teori dan Praktek), (Bekasi: Megapoin, 2004), hal. 150.

6

Ibid, hal. 150

(13)

2007). Para pihak diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau salinannya

secara tertulis kepada Perseroan (Pasal 56 ayat (2)) dan kemudian Direksi

Perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai perubahan

susunan pemegang yang saham yang terjadi akibat pengalihan hak atas saham

tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan HAM

(Pasal 56 ayat (3)).

B. Permasalahan

1. Bagaimanakah mekanisme pengalihan hak atas saham pada perseroan

terbatas?

2. Bagaimanakah manfaat pengalihan hak atas saham pada perseroan

terbatas?

3. Bagaimanakah peran RUPS terhadap pengalihan hak atas saham pada

perseroan terbatas?

C. Tujuan dan manfaat penulisan 1. Tujuan

a. Untuk mengetahui mekanisme pengalihan hak atas saham pada

perseroan terbatas

b. Untuk manfaat pengalihan hak atas saham pada perseroan terbatas

c. Untuk mengetahui peran RUPS terhadap pengalihan hak atas saham

pada perseroan terbatas

(14)

Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah

dirumuskan akan memberikan kontribusi pemikiran serta

menimbulkan pemahaman tentang pengalihan saham perseroan

terbatas yang ada dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas.

b. Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca

terutama para pihak yang ingin melakukan pengalihan atas saham dan

juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dalam menambah

wawasan pengetahuan terutama dalam bidang hukum perusahaan yang

berasas.

D. Keaslian Penulisan

Penelitian mengenai “Peran RUPS terhadap Pengalihan Hak Atas Saham

pada Perseroan Terbatas” ini belum pernah dilakukan dalam topik dan

permasalahan-permasalahan yang sama. Dengan demikian penelitian ini

merupakan penelitian yang baru dan asli sesuai dengan asas-asas keilmuan, yaitu

jujur, rasional, objektif dan terbuka untuk kritikan-kritikan yang sifatnya

membangun dengan topik dan permasalahan dalam penelitian ini. Penulis

mengangkat tulisan ini karena ingin mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana

pengalihan hak atas saham pada perseroan terbatas menurut Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007. Semua ini merupakan implikasi pengetahuan dalam

(15)

E. Tinjauan Kepustakaan

Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas merumuskan pengertian saham sebagai berikut:

“Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 52 kepada pemiliknya”.

Selanjutnya penjelasan Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 menyatakan sebagai berikut:

“Kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak memberikan hak

kebendaan kepada pemiliknya. Hak tersebut dapat dipertahankan kepada

setiap orang”.

Berkaitan dengan rumusan ketentuan di atas, Pasal 52 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 mengatur sebagai berikut:

“(1) Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:

a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;

b. menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi;

c. menjalankan hak-hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini”.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

dari konsep yuridis saham adalah sebagai berikut:

(a) Bukti atas kepemilikan suatu Perseroan yang biasanya tercipta dengan

memberikan kontribusi ke dalam modal Perseroan yang bersangkutan;8

(b) memberikan hak kepada pemiliknya untuk (i) menghadiri dan

mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham suatu

Perseroan; (ii) menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil

Steven H.Gifs, Law Dictionary, (Woodbury: Baron’s Educational Series Ind, 1984), hal. 584.

(16)

likuidasi Perseroan; dan (iii) menjalankan hak-hak lain yang dapat

dilakukan oleh pemegang saham Perseroan menurut ketentuan

Undang-Undang;

(c) memberikan hak kebendaan kepada pemiliknya yang dapat dipertahankan

kepada setiap orang. Lebih lanjut lagi, Pasal 49 Undang-Undang Nomor

40 tahun 2007 mengatur sebagai berikut :

“(1) Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang Rupiah;

(2) Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan;

(3) Ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (2) tidak menutup

kemungkinan diaturnya pengeluaran saham tanpa nilai nominal dalam

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal”.

Rumusan Pasal di atas semakin mempertegas karakteristik saham yang

harus memiliki nilai nominal yang dicantumkan dalam mata uang rupiah. Namun

demikian, hal ini secara hukum dapat disimpangi sejauh diatur secara berbeda

dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Nilai nominal bisa

saja tidak sama dengan nilai pasar (harga pasar) dari saham yang bersangkutan,

karenanya seseorang dapat menjual sahamnya dengan harga di atas nilai

nominalnya, dimana hal ini sangat bergantung kepada nilai dari perusahaan itu

sendiri pada saat saham tersebut dijual.9

Pemegang saham akan mendapatkan bukti kepemilikan saham yang

dimilikinya (Pasal 51 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007). Sedangkan

mengenai bentuk dari bukti kepemilikan atas saham tersebut, dapat diatur lebih

Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 36.

(17)

lanjut dalam anggaran dasar Perseroan (Penjelasan Pasal 51 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007).

F. Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian dimulai ketika seseorang berusaha

untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis dengan metode dan

teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang

digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan

menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap

fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.10

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis, artinya bahwa penelitian ini

termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan

secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pengalihan dalam perseroan terbatas.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian normatif yang

merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan

logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.11 Logika keilmuan yang juga dalam

penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara

kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.

10

Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004), hal. 1.

11

(18)

Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap

sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan,

dokumen-dokumen terkait dan beberapa buku tentang pengalihan saham perseroan terbatas.

2. Sumber Data

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah dokumen peraturan yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak yang berwenang.12 Dalam penelitian ini bahan

hukum primer diperoleh melalui Kitab Undang-undang Hukum

Perdata, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dan peraturan lain yang terkait.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang

berkaitan dengan penelitian ini, yaitu seminar-seminar, jurnal-jurnal

hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah, dan

beberapa sumber dari internet.

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus,

ensiklopedia dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang

12

(19)

digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik

koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari

media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk

peraturan perundang-undangan.

4. Analisis Data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa

dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan

dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif

dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan

topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan

penelitian yang telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain

memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan

Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Bab ini akan membahas perseroan terbatas sebagai badan hukum

privat, yang memuat tentang pengertian perseroan terbatas,

pendirian badan hukum perseroan terbatas, dan prosedur lahirnya

badan hukum perseroan terbatas.

BAB III: Bab ini akan membahas tentang kedudukan hukum saham dalam

(20)

saham sebagai surat berharga, jenis-jenis saham, dan modal dan

saham perseroan terbatas.

BAB IV: Bab ini akan dibahas tentang peran RUPS terhadap pengalihan hak

atas saham pada perseroan terbatas, yang membahas dan

menganalisa mekanisme pengalihan hak atas saham pada perseroan

terbatas, manfaat pengalihan hak atas saham pada perseroan

terbatas, dan peran RUPS terhadap pengalihan hak atas saham pada

perseroan terbatas

BAB V: Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang

berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang

(21)

BAB II

PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT

A. Pengertian Perseroan Terbatas

Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

berasal dari kata “Sero", yang mempunyai arti “Saham”. Sedangkan kata Terbatas

menunjukkan adanya tanggung jawab yang terbatas. Dengan demikian Perseroan

Terbatas dapat dijelaskan sebagai bentuk usaha yang modalnya terdiri dari saham-

saham yang masing–masing pemegangnya atau anggotanya bertanggungjawab

terbatas sampai pada nilai saham / modal yang dimilikinya.

Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

dalam Pasal 1 angka (1) dinyatakan bahwa:13

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut dengan Perseroan, adalah

badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya“.

Selain defenisi yang disebutkan di dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas terdapat juga defenisi lain tentang Perseroan Terbatas yakni

menurut Wasis, yang menyebutkan bahwa Perseroan Terbatas adalah perusahaan

yang modalnya dibagi-bagi atas saham-saham dengan harga nominal yang sama

besarnya dan yang para pemiliknya bertanggung jawab secara terbatas sampai

sejumlah modal yang disetorkan atau sejumlah saham yang dimiliki.14

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 1

13

Wasis, Pengantar Ekonomi Perusahaan, (Bandung: Alumni, 1997), hal. 22

(22)

Menurut Abdulkadir Muhammad:15

Perseroan Terbatas adalah perusahaan akumulasi modal yang dibagi atas

saham-saham dan tanggung jawab sekutu pemegang saham terbatas pada

jumlah saham yang dimilikinya. PT adalah perusahaan persekutuan badan

hukum.

Sedangkan pengertian badan hukum tersebut menurut beberapa ahli adalah

sebagai berikut:16

1. E. Utrecht

Badan hukum ialah badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang)

menjadi pendukung hak

2. R.Subekti

“Badan Hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki

hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki

kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan hakim”.

3. Meyers.

“Badan Hukum adalah meliputi sesuatu yang menjadi pendukung hak dan

kewajiban”

4. Wirjono Prodjodikoro.

“Badan Hukum adalah badan yang di samping manusia perseorangan juga

dapat dianggap bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak,

kewajiban-kewajiban, dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau

badan lain”.

Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hal. 68

15

Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1991), hal. 18

(23)

Dari batasan yang diberikan tersebut di atas ada lima hal pokok yang dapat

dikemukakan disini:17

1. Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum;

2. Didirikan berdasarkan perjanjian;

3. Menjalankan usaha tertentu;

4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham;

5. Memenuhi persyaratan Undang-Undang.

Dalam Perseroan ada dikenal pendiri dan pemegang saham. Di dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendiri adalah orang yang mendirikan suatu

lembaga atau badan hukum. Sedangkan pemegang saham ialah orang yang

memiliki saham. Kepemilikan atas saham ini memberikan hak-hak kepada

pemegangnya yaitu:18

1. Hak memesan efek

2. Hak mengajukan gugatan ke pengadilan

3. Hak saham dibeli dengan harga yang wajar

4. Hak meminta ke Pengadilan Negeri untuk menyelenggarakan RUPS

5. Hak untuk menghadiri RUPS

Selain memiliki hak, pemegang saham juga memiliki kewajiban. Adapun

kewajiban dari pemegang saham adalah kewajiban untuk mengalihkan sahamnya

apabila pemegang saham kurang dari 2 (dua) orang.

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 7

17

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), hal. 61

(24)

B. Pendirian Badan Hukum Perseroan Terbatas

Untuk mendirikan suatu badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas

dibutuhkan beberapa persyaratan. Adapun persyaratan tersebut dibagi atas dua

yakni syarat formal dan syarat materiil.19

1. Syarat Formal

Yang menjadi syarat formal dari pendirian PT adalah sebagai berikut:

a. Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang

dibuat dalam bahasa Indonesia.20

b. Dalam hal setelah perseroan memperoleh status badan hukum dan

pemegang saham menjadi kurang dari (2) dua orang, dalam jangka waktu

paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang

saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada

orang lain atau perseroan mengeluarkan baru kepada orang lain.21

c. Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 5 (lima) telah

lampau, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang

saham bertanggungjawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian

perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan

negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.22

Dari ketentuan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa

dalam UUPT, bila seseorang hendak mendirikan PT harus ada minimal 2 (dua)

orang. Dapat dilihat bahwa PT sebagai badan hukum dididirikan berdasarkan

perjanjian.

Ibid, hal. 3

19

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7 angka (1).

20

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7 angka (5).

21

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7 angka (6).

(25)

2. Syarat Materiil

Adapun syarat materiil dalam pendirian PT adalah harus mempunyai

modal. Modal dalam PT terdiri dari 3 (tiga) jenis, yakni sebagai berikut:

a. Modal dasar (Authorized Capital atau Equity)

b. Modal yang ditempatkan (Issued Capital)

c. Modal yang disetor (Paid up Capital)

Hal diatas berlaku bagi perseroan tertutup dan terbuka sedangkan syarat

untuk perseroan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut

BUMN) karena status dan karakteristiknya yang khusus, maka persyaratan jumlah

pendiri diatur dalam peraturan perundang-undangan.23

Hal ini dapat dilihat pada Pasal 7 angka (7) yang menyatakan ketentuan

yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana

dimaksud pada Pasal 7 angka (1), angka (5) serta angka (6) tidak berlaku bagi:

a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara; atau

b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,

lembaga penyimpanan dan penyelesaian dan lembaga lain sebagaimana

diatur dalam Undang-undang tentang Pasar Modal.

Mengenai kewarganegaraan pendiri PT tampak hanya disinggung pada

penjelasan Pasal 8 angka (2) huruf a UUPT, bahwa dalam mendirikan perseroan

diperlukan kejelasan mengenai kewarganegaraan pendiri. Pada dasarnya badan

hukum Indonesia yang berbentuk perseroan didirikan oleh warga negara

Indonesia, namun demikian kepada warga negara asing diberikan kesempatan

Untuk pendirian BUMN diatur dalam UU Nomor 19 Tahun 2003. Dalam Pasal 1 angka (1) disebutkan, BUMN adalah Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.

(26)

untuk mendirikan perusahaan sepanjang undang-undang mengatur bidang usaha

perseroan tersebut memungkinkan, atau pendirian perseroan tersebut diatur

dengan undang-undang tersendiri. Dari penjelasan itu terlihat bahwa UUPT tidak

melarang warga negara asing mendirikan PT di Indonesia.24 Selanjutnya dalam

pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan

surat kuasa.25

Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan

dengan pendirian perseroan.26 Keterangan lain sebagaimana dimaksud memuat

sekurang-kurangnya:27

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan

kewarganegaraan pendiri perseroangan atau nama, tempat kedudukan dan

alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai

pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan.

b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,

kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama

kali diangkat.

c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian

jumlah saham dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan

disetor.

Setelah mengetahui isi minimal yang dimuat dalam akta pendirian,

undang-undang juga mengatur tentang hal-hal yang tidak boleh dimuat

didalamnya. Anggaran Dasar tidak boleh memuat antara lain:28

Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru, (Jakarta: Djambatan, 1996), hal. 6-7

24

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 8 angka (3).

25

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 8 angka (1).

26

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 8 angka (2).

(27)

a. ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham;

b. ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak

lain.

Dalam mendirikan PT tidak cukup dengan cara membuat akta pendirian

yang dilakukan dengan akta otentik. Merupakan suatu keharusan, akta pendirian

PT setelah selesai dibuat mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman, agar PT

memperoleh status badan hukum.

Untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan

hukum Perseroan, pendiri bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa

telekomunikasi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik

kepada menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya:29

a. nama dan tempat kedudukan Perseroan

b. jangka waktu berdirinya Perseroan

c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan.

d. alamat lengkap Perseroan.

Permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 angka (1) harus diajukan kepada Menteri paling lambat

60 (enampuluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani,

dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung.30 Dalam hal permohonan

pengesahan ditolak maka penolakan itu harus diberitahukan kepada pemohon

secara tertulis beserta alasannya.31

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 15 angka (3) huruf a dan b.

28

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 9 angka (1).

29

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 10 angka (1).

30

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 10 angka (3).

(28)

Ketentuan dalam waktu paling lama 60 (enampuluh) hari adalah waktu

untuk memberikan pengesahan atau penolakan dan bukan waktu terjadinya

pengesahan. Karena itu dalam hal, waktu 60 (enampuluh) hari itu telah berlalu

tanpa ada pemberian pengesahan atau penolakan, hal ini tidak menjadikan

Perseroan Terbatas yang dimintakan pengesahannya itu otomatis menjadi sah atau

menjadi badan hukum.32

Daftar perseroan diterbitkan dan diselenggarakan oleh menteri dengan

memuat data tentang perseroan yang meliputi:33

a. Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha,

jangka waktu pendirian dan permodalan;

b. Alamat lengkap perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5;

c. Nomor dan tanggal akta pendirian dan keputusan Menteri mengenai

pengesahan badan hukum perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

angka (3);

d. Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan

Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 angka (2);

e. Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan tanggal

penerimaan pemberitahuan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 angka (1)

f. Nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian dan

akta perubahan anggaran dasar;

Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), hal. 57

32

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 29 angka (1 dan 2).

(29)

g. Nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota direksi, dan anggota

dewan komisaris perseroan;

h. Nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal penetapan

pengadilan tentang pembubaran perseroan yang telah diberitahukan

kepada Menteri;

i. Berakhirnya status badan hukum perseroan;

j. Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi

perseroan yang wajib diaudit;

Data perseroan sebagaimana dimaksud di atas, dimasukkan dalam daftar

perseroan pada tanggal yang bersamaan dengan tanggal:34

a. Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan,

persetujuan atas perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan.

b. Penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar yang tidak

memerlukan persetujuan; dan

c. Penerimaan pemberitahuan perubahan data perseroan yang bukan

merupakan perubahan anggaran dasar.

Ketentuan daftar perseroan juga berhubungan dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1998 dan aturan pelaksana yang diatur dalam Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor

12/MPP/Kep/1/1998 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Wajib Daftar

Perusahaan.35

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 29 angka (3).

34 35

Perusahaan wajib mendaftarkan perusahaan yang terdiri atas :

(30)

Adapun tujuan dari pendaftaran perusahaan ini mencatat bahan-bahan

keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber

informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas

perusahaan yang tercantum di dalam daftar perusahaan dalam rangka menjamin

kepastian berusaha.36

Setiap perusahaan dan termasuk juga perusahaan asing yang berkedudukan

di wilayah negara Republik Indonesia dan telah memiliki izin, wajib didaftarkan

dalam daftar perusahaan.

Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik

Indonesia:

a. akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 angka (3);

b. akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta Keputusan Menteri

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 angka (1)

c. akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh

Menteri

Pengumuman sebagaimana dimaksud pada angka (1) dilakukan oleh

Menteri dalam waktu paling lambat 14 (empatbelas) hari terhitung sejak tanggal

diterbitkannya keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada aangka (1) huruf a

dan b atau sejak diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka

(1) huruf c.37

b. Akta perubahan anggaran dasar beserta surat persetujuan Menteri Hukum dan

HAM

c. Akta perubahan anggaran dasar beserta laporan kepada Menteri Hukum dan HAM. Jamin Ginting, Hukum Perusahaan Terbatas UU Nomor 40 tahun 2007, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), hal. 51

36

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 30 angka (2).

(31)

Pengumuman perseroan dalam tambahan Berita Negara dilakukan oleh

Menteri Hukum dan HAM. Dengan demikian, perihal pengumuman ini bukan

merupakan hal yang sangat prinsip bagi Direksi perseroan dalam hal

pertanggungjawaban secara pribadi karena sahnya suatu perseroan menjadi badan

hukum bukan berdasarkan dari pengumuman dalam Tambahan Berita Negara

Republik Indonesia.

C. Prosedur Lahirnya Badan Hukum Perseroan Terbatas 1. Akta pendirian

Di dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, prosedur

pendirian PT juga tidak banyak berubah dengan prosedur pendirian PT yang

ditentukan oleh UU No. 1 Tahun 1995. Prosedur pendirian PT di dalam UU No.

40 Tahun 2007 tentang PT diatur di dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 14

(delapan pasal).

Menurut Pasal 7 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT, dikatakan

bahwa “Perseroan didirikan minimal oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta

notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.38 Pada prinsipnya, sebagai badan

hukum, maka pendirian Perseroan memang harus dilakukan dengan perjanjian

dengan lebih dari 1 (satu) orang pendiri atau pemegang saham yakni dengan

bantuan Notaris di daerah hukum tempat dimana para pendiri berada. Menurut

Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan,

baik Warga Negara Indonesia maupun yang asing atau badan hukum Indonesia

atau asing.39

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7 ayat (1)

38

Disampaikan dalam perkuliahan Hukum Dagang I oleh Mulhadi

(32)

Pada saat Perseroan didirkan, setiap pendiri Perseroan wajib mengambil

saham.40 Alasan mengambil bagian saham pada “Perseroan Baru” adalah para

pemegang saham dari Perseroan yang meleburkan diri sedangkan pendiri dari

“Perseroan Baru” yang didirkan dalam rangka peleburan adalah badan hukum

Perseroan yang meleburkan diri. Apabila Perseroan memperoleh status badan

hukum pemegang sahamnya menjadi kurang dari 2 (dua), dalam jangka waktu

paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham

yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau

Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.41 Setelah jangka waktu 6

(enam) bulan dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, maka

keadaan ini akan berpengaruh pada pertanggung jawaban, yakni pemegang saham

bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan,

dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, Pengadilan Negeri dapat

membubarkan Perseroan tersebut.42 Akan tetapi, menurut Pasal 7 ayat (7) UU No.

40 Tahun 2007, ketentuan pemegang saham minimal 2 (dua) orang atau lebih

tidak berlaku bagi:

a. Perseroan yang sahamnya dimiliki oleh negara;

b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,

lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal.

Berbeda dengan UUPT Tahun 2007 sebagaimana diatur dalam ketentuan

Pasal 7 ayat (7) di atas, maka UUPT Tahun 1995 (Pasal 7 ayat (5)) mengatur

bahwa ketentuan yang mewajibkan perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7 ayat (2)

40

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7 ayat (5)

41

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7 ayat (6)

(33)

lebih atau minimal memiliki 2 (dua) orang pemegang saham tidak berlaku bagi

Perseroan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Ketentuan Pasal 7 ayat (7) UUPT Tahun 2007 tentu saja mengandung

makna berbeda dengan ketentuan Pasal 7 ayat (5) UUPT Tahun 1995. Hal ini

berarti bahwa tidak semua BUMN yang dikecualikan untuk memiliki pemegang

saham kurang dari 2 (dua) orang tetapi hanya BUMN yang berstatus Persero

(Perusahaan Persero) yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh negara. Menurut

UUPT Tahun 2007 ini, pengecualian itu diperluas, tidak hanya bagi BUMN

berstatus Persero tetapi juga termasuk dalam hal ini Perseroan Terbatas yang

khusus bergerak di bidang bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga

penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang tentang Pasar Modal.

Akta pendirian PT memuat anggaran dasar dan keterangan “lain” berkaitan

dengan pendirian Perseroan. Bila para pendiri tidak memiliki waktu luang dalam

pembuatan akta pendirian, para pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan

surat kuasa. Adapun keterangan “lain” memuat sekurang-kurangnya:43

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan

kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan

alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai

pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan.

b. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,

kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama

kali diangkat;

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 8 ayat (2)

(34)

c. Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian

jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan

disetor.

2. Pengesahan

Agar Perseroan diakui secara resmi sebagai badan hukum, akta pendirian

dalam bentuk akta notaris tersebut harus diajukan oleh para pendiri secara

bersama-sama melalui sebuah permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri

(Menteri Hukum dan HAM) mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.

Pengajuan permohonan pengesahan dilakukan dengan melampirkan akta

pendirian yang di dalamnya terdapat anggaran dasar dari perusahan. Anggaran

dasar memuat sekurang-kurangnya:44

a. Nama dan tempat kedudukan Perseroan

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan

c. Jangka waktu berdirinya Perseroan

d. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor

e. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk

tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai

nominal setiap saham

f. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris

g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS

h. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan

Dewan Komisaris

i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 15 ayat (1)

(35)

Anggaran dasar tidak boleh memuat:45

a. Ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham, dan

b. Ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pribadi atau pihak

lain

Pengajuan permohonan itu dilakukan melalui jasa teknologi informasi

sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan

mengisi format isian (Akta Notaris Model I) yang memuat sekurang-kurangnya:46

a. Nama dan tempat kedudukan Perseroan

b. Jangka waktu berdirinya Perseroan

c. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan

d. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor

e. Alamat lengkap Perseroan

Permohonan pengesahan Perseroan tidak boleh memakai nama yang:47

a. Telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada pokoknya

dengan nama Perseroan lain

b. Bertentangan dengan ketertiban umum dan / atau kesusilaan

c. Sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau

lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan

d. Tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau

menunjukkan maksud dan tujuan Perseroan saja tanpa nama diri

e. Terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang

tidak membentuk kata; atau

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 15 ayat (3)

45

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 9 ayat (1)

46

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 16 ayat (1)

(36)

f. Mempunyai arti sebagai Perseroan, badan hukum, atau persekutuan

perdata.

Pengajuan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan dilakukan

oleh Notaris sebagai kuasa dari pendiri. Notaris mengajukan permohonan kepada

Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.48 Permohonan diajukan oleh Notaris melalui

Sisminbakum49 dengan cara mengisi Format Isian Akta Notaris (FIAN) model I

setelah pemakaian nama disetujui Menteri atau Pejabat yang ditunjuk dan

dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung.50 Di dalam Pasal 4 Permen

Kehakiman & HAM No. M-01-HT. 01-10 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan

Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan

Perubahan Data Perseroan dikatakan bahwa Menteri atau Pejabat yang ditunjuk

dapat menyatakan tidak berkeberatan atau menolak permohonan yang diajukan

dan dilakukan langsung melalui Sisminbakum.

Jika FIAN dan keterangan mengenai dokumen pendukung telah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri atau Pejabat yang

ditunjuk langsung menyatakan tidak berkeberatan atas permohonan yang

bersangkutan. Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung

sejak tanggal pernyataan tidak berkeberatan, Notaris yang bersangkutan wajib

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor: M-01-HT.01-10 tahun 2007 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan, Pasal 2

48

Sisminbakum atau Sistem Administrasi Badan Hukum adalah jenis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam proses pengesahan badan hukum Perseroan dan proses pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar, penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan perubahan data Perseroan serta pemberian informasi lainnya secara elektronik, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.

49

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor: M-01-HT.01-10 tahun 2007, Loc. Cit, Pasal 3 ayat (1)

(37)

menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen

pendukung dan dibuktikan dengan tanda terima. Dokumen pendukung yang

dimaksud adalah:51

a. Salinan akta pendirian Perusahaan dan salinan akta perubahan pendirian

Perseroan, jika ada;

b. Salinan akta peleburan dalam hal pendirian perseroan dilakukan dalam

rangka peleburan;

c. Bukti pembayaran biaya untuk:

1) Persetujuan pemakaian nama;

2) Pengesahan badan hukum Perseroan; dan

3) Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia

d. Bukti setor modal Perseroan berupa:

1) Slip setoran atau keterangan bank atas nama Perseroan atau rekening

bersama atas nama para pendiri atau pernyataan telah menyetor modal

Perseroan yang ditandatangani oleh semua anggota Direksi

bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan,

jika setoran modal dalam bentuk uang;

2) Keterangan penilaian dari ahli yang tidak terafiliasi atau bukti

pembelian barang jika setoran modal dalam bentuk lain selain uang

yang disertai pengumuman dalam surat kabar jika setoran dalam

bentuk benda tidak bergerak;

3) Peraturan Pemerintah dan/atau surat keputusan Menteri Keuangan bagi

Perseroan Persero; atau

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7

(38)

4) Neraca dari Perseroan atau neraca dari badan usaha bukan badan

hukum yang dimasukkan sebagai setoran modal.

e. Surat keterangan alamat lengkap Perseroan dari Pengelola Gedung atau

surat pernyataan tentang alamat lengkap Perseroan yang ditandatangani

oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua

anggota Dewan Komisaris Perseroan; dan

f. Dokumen pendukung lain dari instansi terkait sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Jika semua persyaratan telah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 7

(tujuh) hari, Menteri atau Pejabat yang ditunjuk menerbitkan keputusan tentang

pengesahan badan hukum Perseroan. Pengesahan badan hukum Perseroan

ditandatangani secara elektronik. Bentuk tanda tangan ternyata mempunyai variasi

yang cukup banyak, tidak baku harus berupa tanda tangan dengan tinta, sehingga

tanda tangan elektronik (termasuk di dalamnya tanda tangan digital) sah sebagai

tanda tangan sepanjang proses cryptography dilaksanakan dengan benar.52

3. Pendaftaran

Di dalam UU No. 1 Tahun 1995 tentang PT yang melakukan pendaftaran

setelah diperoleh pengesahan dibebankan kepada Direksi Perseroan maka di

dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT ini maka yang menyelenggarakan

daftar perseroan setelah diperoleh pengesahan adalah Menteri yang memberikan

pengesahan badan hukum dan memasukkan data perseroan secara langsung.53

Raharjo Ignasius Sumarsono, Informasi Elektronik Pada Electronic - Commerce

Dalam Hukum Pembuktian Perdata, <http:// 52

www.Lib.unair.ac.id>, Diakses pada tanggal 10 Agustus 2011, hal 1

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 29 ayat (1)

(39)

Daftar perseroan memuat data tentang Perseroan yang meliputi:54

a. Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha,

jangka waktu pendirian, dan permodalan

b. Alamat lengkap Perseroan

c. Nomor dan tanggal akta pendirian dan Keputusan Menteri mengenai

pengesahan badan hukum Perseroan

d. Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan

Menteri

e. Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan tanggal

penerimaan pemberitahuan oleh Menteri

f. Nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian dan

akta perubahan anggaran dasar

g. Nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota Direksi dan anggota

Dewan Komisaris Perseroan

h. Nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal penetapan

pengadilan tentang pembubaran Perseroan yang telah diberitahukan

kepada Menteri

i. Berakhirnya status badan hukum Perseroan

j. Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi

Perseroan yang wajib diaudit.

Data Perseroan dimasukkan dalam daftar perseroan pada tanggal yang

bersamaan dengan tanggal:55

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 29 ayat (2)

54

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 29 ayat (3)

(40)

a. Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan,

persetujuan atas perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan

b. Penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar yang tidak

memerlukan persetujuan, atau

c. Penerimaan pemberitahuan perubahan data Perseroan yang bukan

merupakan perubahan anggaran dasar.

Daftar Perseroan yang diselenggarakan oleh Menteri ini sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan terbuka

untuk umum.

4. Pengumuman

Pengumuman pendirian PT ini juga dilakukan oleh Menteri yang

mengesahkan PT di dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia:56

a. Akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri

b. Akta perubahan anggaran dasar Perseroan berserta Keputusan Menteri

c. Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya

oleh Menteri.

Pengumuman ini dilakukan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas)

hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri atau sejak

diterimanya pemberitahuan. Tujuan dari pendaftaran dan pengumuman ini adalah

untuk memenuhi asas publisitas, yang bertujuan agar masyarakat luas mengetahui

seluruh informasi yang berkaitan dengan perseroan tersebut.57

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 30 ayat (1)

56

Wirawan, Mendirikan Perseroan Terbatas, <http://

57

(41)

BAB III

KEDUDUKAN SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS

A. Pengertian Saham

Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah

perusahaan, pengertian ini terlihat dari bunyi Pasal 1 angka 1 Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas yaitu: “Perseroan Terbatas,

yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang ini serta peraturan

perlaksanaanya”.

Dari ketentuan tersebut dapat diambil pengertian bahwa saham merupakan

bukti persekutuan modal perusahaan. Hal ini ditegaskan juga oleh M. Irsan

Nasarudin dan Indra Surya dalam bukunya yang mengatakan bahwa saham pada

dasarnya merupakan instrument penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam

sebuah perusahaan.58 Ketentuan tersebut sesuai dengan aturan yang terdapat

dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas yang berbunyi: “modal dasar perusahaan terdiri atas seluruh nominal

saham”.

Para pemegang saham diberikan bukti kepemilikan atas saham yang

dimilikinya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 51 Undang-undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi: “pemegang saham diberi bukti

58

(42)

pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya”. Dalam penjelasan Pasal yang

sama diterangkan bahwa penggaturan bentuk bukti pemilikan saham ditetapkan

dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.

Pada ketentuan lain dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas tepatnya dalam Pasal 48 ayat (1) disebutkan bahwa saham

perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Jadi dengan demikian dapat

disimpulkan juga, bahwa bukti kepemilikan saham adalah adanya nama yang

tertera/tertulis dalam sertifikat saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.

Nama yang tercantum dalam sertifikat saham merupakan bukti, bahwa pemilik

sertifikat saham itu adalah sesuai dengan nama yang tercantum.

Selain itu bukti kepemilikan lain, adalah adanya catatan kepemilikan

saham yang dimiliki oleh perusahaan yang mengeluarkan saham yang dibuat oleh

Direksi Perseroan. Dalam catatan tersebut dapat dilihat pihak-pihak yang

memiliki saham dan hal-hal yang tersangkut dengan saham-saham, misalnya

apakah saham itu dijadikan jaminan utang atau tidak, serta perubahan pemilikan

saham dan klasifikasi sahamnya. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 50 ayat (1) dan

ayat (2) dan ayat (3) yang berbunyi:

Ayat (1): direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar

pemegang saham, yang sekurang-kurangnya memuat:

a. Nama dan alamat pemegang saham;

b. Jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang

saham, dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi;

(43)

d. Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang

mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia

saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan

fidusia tersebut;

e. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 34 ayat (2)

Ayat (2): selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang

memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris

berserta keluarganya dalam perseroan dan/atau pada perseroan lain serta tanggal

saham itu diperoleh.

Ayat (3): dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) di catat pula setiap perubahan kepemilikan

saham.

B. Saham Sebagai Surat Berharga

Saham dapat dikatakan sebagai surat berharga apabila telah memenuhi

beberapa persyaratan, yaitu syarat materil dan syarat formil. Agar memenuhi

syarat materil, saham sebagai surat berharga, saham tersebut harus nilai

nominalnya sama dengan nilai perikatan dasar diterbitkannya saham tersebut,

dapat dijadikan alat bukti, dapat dialihkan kepada orang lain, dan sebagai objek

ekonomi yang dapat diperdagangkan.

Sedangkan untuk memenuhi syarat formilnya, apabia saham tersebut nilai

(44)

tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan, dan saham atas tunjuk hanya dapat

dikeluarkan apabila nilai nominal saham atau nilai yang diperjanjikan disetor

penuh. Karena saham merupakan benda, dalam hal ini benda bergerak dan

memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya, maak saham tentu dapat juga

beralih dialihkan maupun diagunkan kepada pihak lain.

Saham beralih apabila kematian dari pemegang saham atau badan hukum

yang menjadi pemegang saham tersebut dilikuidasi. Dalam hal pemegang saham

meninggal dunia, maka saham tersebut jatuh kepada ahli warisnya. Sementara jika

perusahaan yang memegang saham di perusahaan lain tersebut dilikuidasi, maka

saham tersebut beralih kepada yang berhak sesuai dengan urutan-urutan yang

berhak dalam likuidasi.

Selanjutnya kepemilikan atas saham wajib dinyatakan dalam suatu bukti

pemilikan untuk saham yang diberikan kepada pemegang saham (vide Pasal 51

UU 40/2007). Oleh Agus Sardjono hal ini diartikan sebagai saham dalam arti

sempit,59 yaitu surat bukti penyertaan modal ke dalam suatu perseroan terbatas.

Dalam sistem common law, surat tersebut disebut sebagai share certificate yang

artinya:60

“An instrument of a corporation certifying that the person therein named

is entitled to a certain number of shares; it is prima facie evidence of his

title thereto”.

Dalam kaitannya dengan yang disebut di atas, Pasal 60 UU 40/2007

menyatakan bahwa saham memberikan hak-hak sebagaimana yang dimaksud

Agus Sardjono, Buku Ajar: Buku A, Hukum Dagang, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004), hal. 36.

59

Ibid.

(45)

dalam Pasal 52 UU 40/2007 kepada pemiliknya. Hak-hak tersebut adalah sebagai

berikut:61

1. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;

2. menerima pembayaran dividend dan sisa kekayaan hasil likuidasi;

3. menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-undang ini.

Hak-hak yang disebutkan di atas, tidak dapat dibagi-bagi yang artinya

hanya dapat digunakan oleh pemegang saham yang sahamnya telah dicatat dalam

daftar pemegang saham atas nama pemiliknya. Selanjutnya, hak lain yang

dimaksud dalam butir c. di atas adalah:

1. mendapatkan penawaran saham terlebih dahulu untuk saham yang baru

akan dikeluarkan dari portepel perusahaan atau saham yang sudah ada;62

2. mengajukan gugatan terhadap Perseroan kepada pengadilan negeri apabila

dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa

alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan

Komisaris;63

3. meminta sahamnya dibeli oleh Perseroan dengan harga yang wajar apabila

ia tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham

atau Perseroan berupa tindakan-tindakan yang disebutkan dalam Pasal 62

UU 40/2007. Selain hak-hak yang terbatas disebutkan dalam paparan di

atas, saham juga memberikan hak kebendaan kepada pemiliknya. Dalam

kaitannya dengan hukum jaminan, maka hak kebendaan ini terikat kepada

dua ketentuan yaitu, pertama, saham dapat menjadi tanggungan segala

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 2.

61

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 57 ayat (1).

62

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 61 ayat (1).

(46)

perikatan yang dibuat oleh si pemegang saham. Hal ini sesuai dengan

Pasal 1131 KUHPer yang menyatakan:

“Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak

bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian

hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perserorangan”.

Selanjutnya, kedua adalah saham dapat dijaminkan dengan gadai64 atau

dengan jaminan fidusia. Dalam kaitannya dengan penjaminan saham, Pasal 60

ayat (4) secara tegas menyatakan bahwa hak suara atas saham yang dijaminkan

tetap berada pada pemegang saham. Ketentuan ini perlu dijelaskan lebih lanjut,

bahwa untuk jaminan gadai,65ketentuan ini diperlukan untuk memaksa para pihak

agar tidak mengatur bahwa hak suara berpindah ke penerima gadai.66 Sedangkan

untuk jaminan fidusia,67 ketentuan ini hanya menegaskan saja, karena pada

jaminan fidusia terjadi pengalihan kepemilikan saham dari si pemberi fidusia

kepada penerima fidusia, sehingga hak-hak yang timbul dari kepemilikan atas

saham mutatis mutandis dimiliki oleh si penerima fidusia kecuali diperjanjikan

lain (khusus untuk hak memberikan suara tidak bisa dikecualikan).

Biro Direksi BNI 1946, Himpunan Advis Hukum, (Jakarta: Biro Direksi Sub Divisi Hukum, 1984), hal, 21-22.

64

Dalam gadai saham, terjadi inbezitstelling yaitu saham dikeluarkan dari kekuasaan si pemberi gadai dan ditaruh dalam kekuasaan penerima gadai sehingga tidak menyebabkan beralihnya hak milik atas saham tersebut.

65

Ketentuan ini sesuai dengan asas hukum yang menyatakan bahwa kepemilikan saham tidak dapat dilepas dari hak suara dalam RUPS (vide Penjelasan Pasal 60 ayat (4) UU 40/2007)

66

Dalam jaminan fidusia saham, terjadi pengalihan kepemilikan hak atas saham dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia dan si pemberi fidusia selanjutnya kedudukannya hanya sebagai bezitter (constitutum poccessorium)

(47)

C. Jenis-jenis Saham

Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas hanya dikenal satu jenis saham yaitu saham atas nama. Hal ini diatur

dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, yaitu: saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Dan tidak

dikenal lagi adanya saham atas unjuk sebagaimana pernah diatur dalam

Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.68

Pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

yang dikeluarkan pada 16 Agustus 2007 dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 106 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4756 Tahun 2007 ditentukan ada beberapa klasifikasi saham, sebagaimana

diatur dalam Pasal 53 ayat (4) yang berbunyi : klasifikasi saham sebagaimana

dimaksud pada ayat (3), antara lain:

a. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;

b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi

dan/atau anggota Dewan Komisaris;

c. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar

dengan klasifikasi saham lain;

d. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima

dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas

pembagian dividen secara kumulatif atau non kumulatif;

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 42 ayat (3)

Referensi

Dokumen terkait

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang yang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berutang atau oleh seorang lain

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain

“Gadai adalah suatu hak yang diperolah seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan

suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk

Pengertian gadai menurut KUHPerdata adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berutang atau oleh seseorang lain

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor si berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur si berutang,atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang