• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

memberikan jaminan. Untuk benda jaminan yang berupa benda bergerak, maka

hak kebendaan tersebut adalah gadai dan fidusia, sedangkan benda jaminan yang

berupa benda tidak bergerak maka hak kebendaan tersebut adalah hak

tanggungan.

Perumusan pengertian hukum gadai diatur dalam Pasal 1150 KUHPerdata

yakni ; 1

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berputang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang berpiutang lainnya dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.

Dalam ketentuan Pasal 1150 KUHPerdata dapat dilihat bahwa para pihak yang

terlibat dalam perjanjian gadai, ada 2 (dua), yaitu pihak berutang (pemberi

gadai/debitur).

Gadai merupakan suatu badan atau organisasi yang bergerak dalam bidang

pelayanan jasa peminjaman uang dengan menggadaikan suatu barang sebagai

jaminannya. Nasabah yang ingin mendapatkan uang pinjaman harus

1

(2)

menggadaikan barang sebagai jaminan. Sedangkan hak tanggungan merupakan

jaminan dengan tanpa menguasai bendanya. Jaminan dengan menguasai

bendanya bagi kreditur akan lebih aman, karena mengingat pada benda bergerak

mudah untuk dipindahtangankan dalam arti dijual lelang jika debitur wanprestasi

walaupun mudah untuk berubah nilainya.2

Perkembangan kehidupan masyarakat semakin hari semakin meningkat

sejalan dengan laju pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula

kebutuhan yang semakin bertambah dan membawa persoalan dalam

pemenuhannya. Dalam rangka meningkatkan taraf ekonomi masyarakat,

pemerintah melakukan berbagai usaha untuk mencapai stabilitas ekonomi yang

merata dan memenuhi segala macam kebutuhan masyarakat. Untuk mewujudkan

kehidupan adil dan merata maka hal yang terpenting yang mesti diperhatikan

adalah peningkatan ekonomi masyarakat golongan bawah

Permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat golongan bawah dalam

meningkatkan taraf kehidupan ekonominya adalah modal. Pemerintah telah

berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan memberikan berbagai bentuk

kredit, salah satuya bentuk kredit yang dikenal masyarakat adalah kredit yang

didasarkan atas Hukum Gadai (pand).

Perkembangan praktek kegiatan pegadaian dalam masyarakat sudah cukup

luas dan dapat dilihat dari lembaga gadai yang ada. Lembaga gadai ini ada yang

secara resmi diadakan oleh pemerintah dan ada juga lembaga gadai yang tidak

2

(3)

diakui keberadaannya. Salah satu lembaga gadai yang tidak resmi yaitu dilakukan

oleh rentenir atau lintah darat dengan bunga gadai yang sangat besar, selain

penetapan bunga gadai secara sepihak kegiatan gadai yang tidak resmi ini juga

tidak menjamin hak-hak sipenggadai.

Lembaga gadai yang ada di Indonesia adalah Pegadaian, yang merupakan

salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memberikan kredit kepada

masyarakat. Pegadaian sebagai lembaga (perusahaan) yang memberikan pinjaman

uang dengan jaminan barang-barang bergerak telah lama dikenal di Indonesia,

yaitu sejak masa VOC (± tahun 1746). Bank Van Leening (nama lembaga gadai

pada masa itu), selain memberikan pinjaman gadai, juga bertindak sebagai wesel

bank.3

Adapun misi utama pegadaian adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 2

ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk

Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan

Perseroan (Persero) adalah:

“Untuk melakukan usaha di bidang gadai dan fidusia, baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas.”

Sehubungan dengan tujuan tersebut maka PT. Pegadaian (Persero) dalam

menyalurkan pinjaman tidak terbatas untuk membiayai sektor produktif saja, tapi

3

(4)

juga memberikan pinjaman kepada masyarakat berpenghasilan rendah, guna

memenuhi kebutuhannya yang mendesak.

Instansi PT. Pegadaian (Persero) kota Kisaran khususnya PT Pegadaian UPC

Kartini sebagai salah satu Perum Pegadaian di Sumatera Utara, di dalam

menjalankan pekerjaannya sangat banyak dihadapkan pada masalah. Dari

banyaknya masyarakat yang menggadaikan barangnya pada PT. Pegadaian

(Persero) ini menunjukan bahwa lembaga gadai memang sangat diperlukan oleh

masyarakat luas guna meningkatkan taraf hidupnya.

Nasabah dari PT. Pegadaian (Persero) secara umum adalah masyarakat yang

selama ini tidak pernah mengetahui bagaimana aspek hukum perlindungan

terhadap obyek jaminannya dari kemungkinan rusak atau hilang, kerusakan

terhadap obyek secara standar sangat sulit dibuktikan karena kondisi fisik obyek

jaminan selain model benda jaminan tidak dibuatkan catatan dalam suatu surat

bukti kredit atau tanda terima lainnya, hal ini sangat tidak mendukung komplain

terhadap kerusakan fisik yang kemungkinan dapat saja terjadi pada saat benda

berpindah tangan. Namun dalam prakteknya, tidak jarang pihak-pihak yang

bersangkutan baik itu sengaja atau tidak sengaja melakukan perbuatan yang tidak

sesuai dengan yang diperjanjikan yang dikenal dengan nama ingkar janji

(Wanprestasi) oleh nasabah.

Apabila siberhutang tidak melaksanakan apa yang dijanjikannya maka

dikatakan ia melakukan wanprestasi, ia alpa atau lalai atau ingkar janji atau ia

(5)

boleh dilakukan.4 Sehubung dengan adanya masalah ini, penulis tertarik untuk

mengungkapkannya dalam suatu penelitian dengan judul : “WANPRESTASI

DALAM PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN (Persero) UPC

Kartini, KISARAN.

B. Permasalahan

Bertitik tolak dari uraian yang dikemukakan di atas maka penulis akan

membahas mengenai :

1. Apa sebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian

(Persero) UPC Kartini, Kisaran.

2. Bagaimana bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian gadai

pada PT. Pegadaian (Pesero) UPC Kartini, Kisaran.

3. Apa upaya-upaya hukum yang ditempuh oleh PT. Pegadaian (Persero) UPC

Kartini, Kisaran jika terjadi wanprestasi.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

diatas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui sebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian gadai pada

PT. Pegadaian (Pesero) UPC Kartini, Kisaran.

4

(6)

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian

gadai pada PT. Pegadaian (Pesero) UPC Kartini, Kisaran.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya hukum yang ditempuh oleh PT. Pegadaian

(Pesero) UPC Kartini, Kisaran.

D. Manfaat Penelitian

Pada umumnya suatu penulisan yang dibuat diharapkan dapat memberikan

manfaat, begitu juga yang diharapkan dari penulisan skripsi ini. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi

pembaca. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis

a. Diharapkan penulisan ini bermanfaat sebagai bahan kepustakaan Hukum

Perdata dan menambah pengetahuan penulis tentang masalah Pegadaian

yang mengacu pada KUHPerdata khususnya Pasal 1150-1160 Buku II

Titel XX.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan penulis maupun masyarakat khususnya mahasiswa tentang

Hukum Perdata terutama hal-hal yang menyangkut wanprestasi.

2. Secara praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi ilmu hukum pada umumnya dan khususnya mengenai hukum perdata

(7)

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi,

teori atau konsep baru sebagai deskripsi dalam menjelaskan masalah yang

dihadapi.5

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang

timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam

kerangka know-how di dalam hukum.6

Metode dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan yuridis empiris

yaitu pendekatan yang menekankan pada aspek hukum, dalam praktek

penerapannya di dalam masyarakat. Sedangkan tipe penelitian bersifat

deskriptif, yaitu tipe penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan

tertentu yang berhubungan dengan perumusan masalah d iatas.

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini yaitu penelitian deskriptif analitis yang

merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara

menjabarkan fakta secara sistematik, faktual dan akurat.7

5

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Fh, Unair, Surabaya, 2010, hal 35

6

(8)

3. Data penelitian

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan baik

dilakukan melalui wawancara dengan pihak nasabah dan pihak pegadaian.

Sedangkan data sekunder adalah data atau bahan-bahan yang di peroleh atau

berasal dari bahan kepustakaan yang berhubungan dengan tulisan ini yang

meliputi :

a. Bahan hukum primer, yaitu :

1. KUH Perdata .

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Perubahan

Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi

Perusahaan Perseroan (Persero).

b. Bahan hukum sekunder, yaitu literatur yang berkaitan dengan tulisan ini

serta memberikan penjelasan terhadap bagian hukum primer, misalnya

hasil penelitian (hukum), hasil karya (ilmiah) dari kalangan hukum, dan

sebagainya,

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan - bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukun primer dan sekunder, misalnya:

kamus (kamus hukum), ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya

agar diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan

permasalahannya.

7

(9)

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian penulisan menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

1) Data sekunder, yaitu data yang secara tidak langsung di peroleh dari

sembernya dengan cara: Library Research (kepustakaan) dengan

membaca buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan wanprestasi

dalam perjanjian gadai.

2) Data primer yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara field

research (studi lapangan). Data dikumpulkan dengan melakukan

wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan tanya

jawab antara Kepala PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran

dan Nasabah PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran yang

terdiri dari 3 nasabah.

5. Teknik pengolahan dan analisis data

a. Pengolahan data

Data yang diperoleh setelah penelitian diolah melalui proses editing.

Kegiatan ini dilakukan untuk menarik kembali dan mengoreksi atau

melakukan pengecekan terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan

sehingga tersusun dan akhirnya melahirkan suatu kesimpulan.

b. Analisis data

Terhadap data yang telah ada selain dilakukan pengolahan data juga

dilakukan analisis data. Metode analisa data sebagai cara untuk menarik

(10)

analisis normatif kualitatif yaitu uraian-uraian yang dilakukan terhadap data

yang bukan berupa angka-angka tetapi berdasarkan perundang-undangan

yang ada, pandangan para pakar dan pengalaman penulis sehingga data yang

yang diperoleh nantinya berupa data yang bersifat deskriptif.

F. Keaslian Penelitian

Penulisan skripsi ini merupakan ide atau gagasan pemikiran dari penulis

secara pribadi. Berdasarkan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Sumatra Utara ternyata skripsi dengan judul “Wanprestasi Dalam

Perjanjian Gadai Pada PT Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran.” belum

pernah ditulis sebelumnya. Oleh karena itu skripsi ini dapat dikatakan merupakan

skripsi yang pertama sekali ditulis sehingga dapat dipertanggungjawabkan baik

judul maupun isinya secara akademis oleh penulis.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan

kemudahan dalam membaca, memahami makna dan dapat pula memperoleh

manfaatnya, keseluruhan sistematika ini merupakan suatu kesatuan yang sangat

berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika dari penelitian

ini terdiri dari :

BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini akan membahas mengenai latar belakang

(11)

manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan dan diakhiri dengan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Berisikan tentang tinjauan umum yang memaparkan mengenai

perjanjian pada umumnya, asas-asas perjanjian, syarat sah perjanjian dan

jenis-jenis perjanjian, serta menjelaskan gadai dan perjanjain gadai, syarat sah

perjanjian gadai, hak dan kewajiban para pihak menurut BW dan PT. Pegadaian

(Persero).

BAB III : Pada bab ini menjelaskan tentang pengertian wanprestasi, apa

penyebab terjadinya wanprestasi, dan akibat dari wanprestasi tersebut.

BAB IV : Menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan yaitu

gambaran umum PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran. Sebab terjadinya

wanprestasi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini,

Kisaran. Upaya-upaya hukum yang ditempuh oleh pihak PT. Pegadaian (Persero)

UPC Kartini, Kisaran jika terjadi wanprestasi.

BAB V : Kesimpulan dan Saran, Bab terakhir ini berisi kesimpulan yang

diambil oleh penulis terhadap bab-bab sebelumnya yang telas penulis uraikan dan

yang ditutup dengan mencoba memberikan saran-saran yang penulis anggap perlu

Referensi

Dokumen terkait

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas sesuatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang

”Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya,

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak yang diserahkannya kepadanya oleh seorang berhutang atau orang lain atas namanya dan

Pengertian gadai menurut KUHPerdata adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berutang atau oleh orang lain atas

Zainuddin, Hukum Gadai Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.. Badrulzaman Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Alumni,

Perjanjian gadai pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau