(Studi Kasus Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok
Pesantren (FKPP) dalam Pemilihan Bupati Kuningan
tahun 2009)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana S1 Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh :
Muhajir Affandi
NIM . 41805868
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iv
O eh:
Muhajir Affandi
NIM. 41805868
Pembimbing:
Drs. Manap Solihat, M.Si
Penelitian ini mengangkat kasus mengenai komunikasi politik pengurus
besar Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan, hal ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi politik Forum Komunikasi
Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam Pemilihan Bupati
Kuningan tahun 2009.
Metode yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah kualitatif
dengan menggunakan pendekatan studi kasus.
Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam, dokumentasi, studi
pustaka dan Observasi. Subjek dari penelitian ini yaitu beberapa pengurus FKPP
Kabupaten Kuningan. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah
purposive sampling
adalah seseorang atau sesuatu diambil sebagai sempel karena
peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi
yang diperlukan bagi penelitian, lalu dilanjutkan dengan wawancara, observasi
dan dokumen, lalu hasil wawancara dideskripsikan berdasarkan interprestasi
peneliti yang didasarkan oleh hasil wawancara tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses komunikasi politiknya
adalah pengurus FKPP membentuk tim Ting Teng yang kemudian membentuk
Tim Khusus Ulama (TKU) yang bertugas untuk mensosialisasikan keputusan
politik nya kepada pengurus-pengurus FKPP di tingkatan Kecamatan dan Desa.
Budaya yang terbangun adalah budaya
kumaha ceuk kiai. Keputusan politiknya
ditentukan oleh kiai-kiai tertentu, sehingga terkesan kiai lainnya hanya mengikuti
keputusan politik yang sudah di tentukan.
Kesimpulan dari hasil penelitian, bahwa FKPP melakukan komunikasi
politik pada pemilihan Bupati Kuningan tahun 2009, meskipun secara organisasi
tidak terbuka, namun secara individu-individu terlihat adanya keterlibatan FKPP.
v
By:
Muhajir Affandi
NIM. 41805868
This Essay Guided under:
Drs. Manap Solihat, M. Si
This study raised the case of political communication board of the
Communication Forum of Pondok Pesantren (FKPP) Kuningan District, it aims
to find out how political communication Communication Forum Pondok
Pesantren (FKPP) Kuningan district in Election District Brass 2009.
This type of study is a qualitative approach, the analysis used are the type of
case study analysis. Techniques of data collection is done using in-depth
interviews, documentation, literature and internet searching. The subject of this
research is a great board FKPP Regency Brass. Sampling technique used was
purposive sampling is someone or something is taken as sempel because
researchers assume that someone or something has the information necessary for
research, then followed by interview, observation and documents, and interviews
based on the interpretations of researchers that described by the theory-based
existing theories.
These results indicate that the process of political communication is the
caretaker FKPP form a team "Teng Ting" which later formed the "Special Team
Ulama (TKU)" which served to disseminate his political decisions to managers,
administrators FKPP at District and Village levels. Culture is a culture that is
built up kumaha ceuk kiai. Political decisions are determined by certain kiai, so
impressed the other kiai just follow the political decisions that have been
specified.
Conclusions from the study,thats FKPP use political communication in election
year 2009, not use organization but individualis show in election year 2009.
vi
Assallamualaikum Wr. Wb
✠✡☛ ☞✌✍ ✎✡✏✡✡ ☞☛ ✑ ✒✓✔ ☞✡ ☞
p
u
✕✏✍☞✖sy
✎✗✎✘p
✓✖✎✡✏s
✙☞✖ ✕☞t
✗☞✖ ✗✓ ☛ ☞✍ ✏r
☞t
✠✡✡ ☞☛✚
WT, karena atas ridho dan karunia-Nya serta berkah dan rahmat-Nya segala
jalan dan upaya peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan. Penelitian skripsi ini peneliti lakukan dalam rangka
memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Komunikasi pada Program Studi
Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas di Universitas Komputer Indonesia
Bandung.
Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini bukan merupakan suatu
yang
✛✜✢ ✣✤ ✜ ✣. Ini merupakan buah dari proses yang relatif panjang, menyita
segenap tenaga dan fikiran. Tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta
hambatan baik teknis maupun non tekhnis. Namun atas izin Allah SWT, juga
berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis
terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Penulis menerima kritik dan
saran tentang penelitian ini agar penelitian ini menjadi lebih baik. Namun penulis
yakin bagaimanapun wujudnya, penelitian skripsi ini adalah salah satu
vii
dan terkasih Apa dan Umi, serta Adikku, yang selalu membantu dan memberikan
dukungan baik moral, spiritual, dan material serta doa kepada penulis hingga detik
ini. Doa ananda, semoga ananda dapat membahagiakan Apa dan Umi, serta
mampu menjadi seperti apa yang Apa dan Umi harapkan untuk menjadi manusia
yang berguna setidaknya untuk hidup ananda sendiri. Amiien.
Pada kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan rasa hormat, terimakasih, serta penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Tentu, tanpa dukungan dan partisipasi mereka,
kesuksesan ini tidak dapat diraih. Secara khusus, perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terimakasih itu dengan sepenuh rasa hormat kepada:
1. Yang Terhormat Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo. Drs., M.A, selaku
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer
Indonesia Bandung, yang telah menandatangani skripsi ini.
2. Yang Terhormat Drs. Manap Solihat., M.Si, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia Bandung, dan juga selaku dosen wali
dan dosen pembimbing peneliti yang telah membimbing peneliti dari
semester awal sampai sekarang dan banyak sekali meluangkan waktu
viii
3. Yang Terhormat Melly Maulin, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan
Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing yang
telah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi penulis dalam
perkuliahan.
4. Yang Terhormat Rismawaty S.Sos., M.Si., selaku Dosen Program
Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis baik saat
penulis melakukan kegiatan perkuliahan maupun dalam menyelesaikan
penelitian.
5. Yang Terhormat Desayu Eka Surya S.Sos., M.Si., selaku Dosen
Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis
khususnya melalui pengetahuan dan wawasan yang ibu berikan kepada
penulis pada saat penulis mengikuti perkuliahan.
6. Yang Terhormat Tine Wulandari M.Si., selaku Dosen Program Studi
Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis baik saat
kegiatan perkuliahan maupun dalam pembuatan surat perizinan yang
berkaitan dengan penelitian yang penulis laksanakan.
7. Yang Terhormat Arie Prasetio M.Si., selaku Dosen Program Studi
Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis baik saat
kegiatan perkuliahan maupun
motivasi
dalam menyelesaikan
ix
berjuang dalam menyelesaikan penelitian.
9. Yang Terhormat Astri Ikawati A.Md.Kom., selaku Staff Kesekretarian
Program Studi Ilmu Komunikasi atas segala bantuannya dalam
mengurus perizinan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis
laksanakan serta telah membantu penulis dalam hal administrasi
perkuliahan.
10. Yang Terhormat Dosen-dosen dan seluruh Staff Sekretariat Program
Studi Ilmu Komunikasi yang telah ikut membantu dalam kelancaran
penyusunan skripsi.
11. Yang Terhormat Staff Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia
Bandung, yang telah membantu penulis dalam melancarkan segala
administrasi keperpustakaan.
12. Yang Terhormat Bapak KH. Abdul Aziz AN selaku Ketua Umum
Dewan Pengurus Harian Forum Komunikasi Pondok Pesantren
(FKPP) Kabupaten Kuningan yang telah banyak sekali membantu
peneliti dalam memperoleh data serta membantu peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
13. Yang Terhormat Bapak KH. Aman Syamsyul Falah, S.,Pd.I. selaku
Ketua III Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten
Kuningan yang telah banyak sekali membantu peneliti dalam
x
Kuningan yang telah membantu peneliti dalam memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian.
15. Yang Terhormat Bapak KH.Drs. N. Abdullah Dunun selaku Dewan
Pembina Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten
Kuningan yang telah membantu peneliti dalam memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian.
16. Yang Terhormat Bapak Dadang selaku anggota tim kampanye yang
telah membantu peneliti dalam memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian.
17. Terima kasih juga untuk adiku tersayang, Ia Hisnika Zakiyah yang
selalu memberikan motivasi serta doanya dan menjadi tujuan serta
penyemangat hidup saya.
18. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk rekan-rekan seperjuangan
di MAY band : Rizky MAY, Arif MAY, Iwan MAY dan Aan MAY,
terima kasih atas kepercayaannya. Crew MAY band (Topan MAY
Familly , Yandi MAY Familly , Rema MAY Familly dan Orin
MAY Familly ) yang selalu membantu dan mensuport peneliti. Fans
MAY Friends yang selalu mendukung dan memberikan semangat
xi
agar peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.
20. Untuk a Umar
M-three
dan a Ipey
Music Director
yang selalu
bilang
Ayo beresin kuliahnya
. Terima kasih saran, masukan dan
motivasinya.
21. Untuk Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Poltik Universitas Komputer Indonesia Bandung, khususnya
Kelas IK Humas angkatan 2006 dam 2007 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan dukungan,
semangat dan doa kepada penulis.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini
semoga ketulusan serta bantuan dari semua pihak tersebut diatas kiranya mndapat
berkah dan anugrah dari Allah SWT, amiien. Serta semoga skripsi ini kiranya
dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri dan khususnya bagi pembaca
lainnya umumnya.
Amien.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung,
Juli 2011
✥
1.1.
✯✰ ✱✰ ✲✦✳✴✰ ✵✰ ✶✷✸✰ ✹ ✰ ✴✰ ✺✻✼✽✾ ✿✾❀✿ ✼❁❂ ❃❄❃ ❅✾ ✽✾ ❆ ✽❇ ❁❈❉ ❁✼❃❈❊❃ ❅❋❂ ✿ ✼❈❃ ❅❋✾ ❁❅❋●❃❈❃❍❆ ❇❈❆❍❀ ✿❍❂ ❃ ❅❋❁❅❃ ❅
●❆■❅●✽ ❅✿✾ ❆❃❉✿❈ ❃❄❍✿ ❅❏❃❍❃❄✾ ✿❉❆❃❀✾ ❁●❁❉ ❇✿❄ ❆●❁❀❃ ❅❑✻✿✾ ❃ ❅❉✼✿ ❅▲✾ ✿❂❃❋❃❆✾ ❃❈❃❄✾ ❃❉ ❁
✾ ❁❂❇❁❈❉ ❁✼ ✾ ✽✾ ❆❃❈ ❊❃ ❅❋ ✾✿ ✼❆ ❅❋❇❃❈❆ ●❆✾ ✿❂ ❁❉ ✽ ✼❃ ❅❋ ❈✿❍❂ ❃❋❃ ❉✼❃●❆✾ ❆ ✽❅❃❈ ●❆ ■❅●✽ ❅✿✾ ❆❃ ▲
❉❆●❃ ❇ ❈ ❁❀ ❁❉ ●❃ ✼❆ ❏❃ ❅❋❇❃ ❁❃ ❅ ❀ ✼ ✽✾ ✿✾ ❉✿ ✼✾✿❂❁❉❑ ▼ ❇✾ ❆✾ ❉✿ ❅✾❆ ❅❊❃ ❃ ❇❃ ❅ ✾ ✿❈❃❈ ❁ ●❆❉❃ ❅❉❃ ❅❋
✽❈✿❄ ❀ ✿ ✼❁❂ ❃❄ ❃ ❅ ✾ ✿❂ ❃❋❃❆ ✾ ✿❂❁❃❄ ❇✿❂❁❉ ❁❄❃ ❅ ❊❃❅❋ ❍✿ ❅❋❃❈❃❍❆ ❀✿ ✼❋✿✾ ✿ ✼❃❅ ❅❆❈❃❆❑
◆✿❍❃❍❀❁❃ ❅❀ ✿✾ ❃ ❅❉ ✼✿ ❅❍✿❍✿ ❅❁❄❆❉ ❁❅❉❁❉❃ ❅❀✿ ❅●❁ ❇❁ ❅❋❅❊❃❍✿ ❅❏❃●❆❂ ❃❉ ❁❁❏❆❃ ❅❂❃❋❆
❇✿❈❃ ❅❋✾ ❁ ❅❋❃ ❅ ✿ ❇✾ ❆✾ ❉✿ ❅✾ ❆ ❅❊❃ ✾ ✿❄❆ ❅❋❋❃ ❉ ✼❃ ❅✾❖✽ ✼❍❃✾ ❆ ✾ ✽✾❆ ✽P❇❁❈❉ ❁ ✼❃❈ ❊❃ ❅❋
●❆❉✿❍❀❁❄❅❊❃ ❄❃ ✼ ❁✾ ✾ ✿ ❅❃ ❅❉❆❃✾❃ ❍✿❍❀✿ ✼❄ ❃❉❆ ❇❃ ❅ ❀ ✿ ✼❁❂❃❄ ❃ ❅ ❊❃ ❅❋ ❉✿ ✼❏ ❃●❆ ❀❃●❃
❈❆ ❅❋❇❁ ❅❋❃ ❅❅❊❃❑
◗✿ ❅ ❁✼ ❁❉ ▼●❆ ◆❁✾❍❃❊❃●❆ ❘ ❙❚ ✥❚ ❯ ▲ ❱❆ ❀✿✾ ❃ ❅❉ ✼✿ ❅ ❉✿❈❃❄ ❉✿ ✼❉❃ ❅❃❍ ❂ ❁●❃❊❃
❉❃ ❅❀❃❀ ❃❍✼❆❄●❃❈❃❍ ❍✿ ❅❋✿ ✼❏❃ ❇❃ ❅❃❀❃✾ ❃ ❏❃ ❊❃ ❅❋●❆❀ ✿ ✼❆ ❅❉❃❄ ❇❃ ❅❇❆❃❆ ▲❃✾❃❈ ❀✿❇✿ ✼❏❃❃ ❅
❆❉ ❁❂❃❆ ❇●❃ ❅❂✿ ✼❍❃ ❅❖❃❃❉ ❁❅❉ ❁❇ ❁❍❃❉●❃ ❅✽ ✼❃ ❅❋❂ ❃ ❅❊❃ ❇
.
1
Dalam tradisi pesantren,
sikap ini disebut ikhlas dan patuh. Misalnya, kiai mengisyaratkan kepada para
santrinya untuk memilih partai politik tertentu, maka mereka mematuhinya
dengan dasar bahwa partai politik yang dipilihnya itu akan menegakkan politik
moral, bukan hanya politik kekuasaan. Adapun di partai politik, budaya tanpa
pamrih dan politik moral merupakan sesuatu yang kecil kemungkinan terjadi
karena setiap tindakan yang dilakukan anggota partai telah terbentuk beberapa
rumus politik, yaitu, (a) siapa mendapatkan apa?, (b) siapa mengalahkan siapa?,
(c) siapa yang menjadisaingan?, dan (d) siapa yang menjadi teman seiring?. Jadi,
di pesantren telah terbangun citra bahwa partai itu semestinya membangun politik
moral sebagai salah satu basis utamanya dalam meraih dan mempertahankan
kekuasaan. Dengan demikian, politik kekuasaan yang sudah menjadi ciri utama
partai politik harus didampingi dengan politik moral agar kekuasaan yang
diraihnya tidak mengarah pada penghalalan segala cara.
Sebuah pesantren bisa muncul dan terkenal biasanya karena ketokohan dan
aura keulamaan kiainya. Kiai dalam konteks ini adalah simbol masyarakat santri
yang santun, pandai, dan berwibawa yang sangat dihormati dan dicintai
pengikutnya, bahkan oleh masyarakat luas yang simpati kepadanya. Pada sisi lain,
partai politik pun bisa berkembang menjadi besar, di samping karena sistem
yang dibangunnya baik dan modern juga karena pemimpin partainya pintar dan
memiliki karisma besar yang mampu menyedot perhatian dan simpati masyarakat
luas. Itulah sebabnya pemimpin partai itu harus mampu menjadi magnet yang
dapat merebutsimpati rakyat dan harus berupaya sekuat tenaga untuk
menyejahterakan rakyat pendukungnya.
Menurut Edi Kusmayadi (2010) tentang politik bagi pesantren adalah :
pendukungnya untuk meraih kekuasaan berdasarkan politik moral, politik
itu menjadi tidak berguna sama sekali.
2
Bagi para santri di Pesantren, politik harus dijalankan secara santun dan
menurut kaidah politik moral yang kemudian bisa membimbing para pemegang
amanah kekuasaan agar tidak keluar dari rel moral agama. Hal ini perlu
ditekankan karena saat ini banyak orang yang tergelincir ke dalam
❲❳❨ ❩ ❳❲ ❬❭❬❪❫,
yaitu politik praktis yang selalu mempragmatiskan persoalan yang seharusnya
berada di atas nilai-nilai luhur agama dan susila.
Jadi, sebuah pesantren
seharusnya dapat memposisikan dirinya secara tepat dalam arus besar
(
❴❵ ❬❛ ❫ ❭❜❝ ❵❴) politik nasional dan politik daerah agar jati dirinya tetap terjaga dan
citranya sebagai lembaga pendidikan tetap terpelihara.
Hal ini memang sangat sulit karena Pesantren senantiasa berada dalam
arus persaingan kekuatan-kekuatan politik yang mengharapkan dukungan moral
dan kontribusi suara politik dari pesantren ini melalui figur kiainya. Ketika zaman
Orde Baru, tidak sedikit pesantren yang dipandang lebih condong ke sebuah partai
politik besar yang ketika itu menjadi penguasa negeri ini. Akan tetapi pada zaman
reformasi, ketika perundang-undangan politik Indonesia menerapkan sistem
multipartai, tidak sedikit pula pesantren yang menggeser bandul politiknya ke
partai politik baru. Perubahan orientasi dan kontribusi suara kiai ke
partai-partai politik baru diibaratkan sebuah "pasangan pengantin baru" yang sedang
berbulan madu, yang kemungkinan akan mencair kembali setelah "bulan madu"
itu selesai.
Dalam konteks ini, hal yang perlu diperhatikan oleh pesantrten adalah
sistem nilai yang sudah lama dibangun oleh kiai dan masyarakat pesantrennya.
Apabila tidak hati-hati menghadapi setiap perubahan sosial politik nasional,
orientasi pesantren akan bergeser dari
❞❡❢ ❡❣ ❣❤✐ ❢❥❦ ❧❦❥♠(mendalami agama) ke
❞❡❢ ❡❣ ❣❤✐❢❥♥❧♥❥♦❡♥❡✐
(mendalami politik) yang lebih kompleks dan berisiko tinggi
(
✐❥♣✐ q❥♥r). Apabila hal ini terjadi, para pengelola pesantren akan berhadapan
dengan nilai-nilai baru yang bisa berdampak positif, tetapi bisa juga berdampak
negatif. Dampak positif yang diperoleh pesantren adalah terbukanya akses yang
lebar terhadap insfrastruktur politik dan ekonomi sehingga akan memudahkan
pesantren dalam memperluas jaringan kerja sama dengan pihak luar, baik dari
dalam maupun luar negeri. Akibatnya, pesantren akan dikenal lebih luas oleh
masyarakat nasional dan internasional. Adapun dampak negatif yang mungkin
dirasakan pesantren adalah kegamangan dan kehilangan pegangan para santri dan
masyarakat pendukungnya apabila sebuah pesantren terlalu jauh terjun dalam
politik praktis.
Menghadapi peristiwa politik seperti pemilihan Bupati secara langsung akan
sangat dibutuhkan figure individu maupun kelompok yang mampu memberikan
dorongan kepada masyarakat untuk dapat berperan aktif. Hal ini memiliki tujuan
untuk memotivasi pendapat umum atau mewujudkan partisipasi politik,
pendidikan politik, dan perilaku politik serta dapat mengelola pesan politik secara
bijaksana sesuai kebutuhan dalam pemilihan Bupati secara langsung di Kabupaten
Kuningan, seperti peristiwa politik pemilihan Bupati secara langsung yang
Oleh sebab itu kiai dan pesantrennya merupakan komunikator infrastruktur
yang mempunyai fungsi politik (
st✉ ✈✇) yaitu memberikan respon dari umpan balik
atas kebijakan publik (
✉ ✈① ②s③✉④②s③⑤) yang dikeluarkan (
④✈✇✉✈✇) oleh suprastruktur.
Respon yang diberikan infrastruktur adalah berupa tuntutan dan dukungan yang
akan mempengaruhi proses pembuatan keputusan (
⑥⑦ ③s⑧s④t ⑨⑩ ❶s t❷ ✉❸ ④ ③⑦ ⑧s) di
konversi (diolah dan diracik) menjadi bahan pertimbangan atau alternatif untuk
membuat kebijakan. Dalam proses sistem politik tersebut diungkap oleh G.A.
Almond dan S. Coleman dikualifikasikan ke dalam lima kelompok, yaitu :
1) Partai politik (
✉④②s✇s③⑩②✉⑩❸✇⑤)
2) Kelompok kepentingan (
s t✇⑦❸ ⑦ ⑧✇❷❸ ④✈✉)
3) Kelompok penekan (
✉❸ ⑦ ⑧ ⑧✈❸ ⑦❷ ❸ ④✈✉)
4) Tokoh politik (
✉④②s✇s③⑩②❹s❷✈❸ ⑦)
5)
Alat-alat komunikasi politik (
✉④②s✇s③⑩②③④ ⑨⑨✈ts③⑩✇s④t✇④ ④② ⑧)
Kelima kelompok komunikator infrastruktur tersebut sangat berpengaruh
terhadap situasi kehidupan politik, karena mereka memiliki kemampuan
menggerakan massa dan mampu untuk memobilisasi pendapat umum agar
berpihak kepada mereka. Karena itu elit suprastruktur sangat berkepentingan
untuk saling berhubungan dan menjalin komunikasi dengan komunikator
infrastruktur terutama dalam kepentingan untuk mempertahankan kekuasaannya.
Kelompok komunikator infrastruktur tersebut selalu berusaha untuk mendapatkan
dukungan masyarakat pada waktu terjadi pergeseran atau pergantian elit
kekuasaan seperti pada pemilihan umum dan pemilihan kepala negara dan kepala
Dalam mengkaji permasalahan ini maka Forum Komunikasi Pondok
Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan ada pada ranah atau level Infrastruktur
politik yang menarik untuk diteliti dalam pemilihan Bupati secara langsung di
Kabupaten Kuningan. Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) yang
notabene diisi oleh para kiai dan figur-figur pondok pesantren yang ada di
Kabupaten Kuningan serta memiliki budaya partisipatif yang memiliki peranan
penting di Kabupaten Kuningan. Forum Komunikasi Pondok Pesantren ini
mempunyai 225 pesantren yang ada di Kabupaten Kuningan yang bisa
diperkirakan mempunyai santri dan simpatisan yang bisa di jumlahkan secara total
ribuan orang yang terdiri dari santri, simpatisan, ataupun alumni dari
pesantren-pesantren tersebut.
FKPP Kabupaten Kuningan adalah wadah para kiai pesantren yang konsen
terhadap kebenaran, kejujuran dan keadilan. satu lembaga strategis baik untuk
mengembangkan dakwah atau untuk mengembangkan sumber daya manusia.
Kapasitasnya sebagai pimpinan pesantren merupakan potensi yang sangat
berharga karena mereka merupakan panutan yang dihormati dan ditaati di
masing-masing wilayahnya.
Visi FKPP adalah terbangunnya keharmonisan yang kokoh antara pondok
pesantren untuk mewujudkan pengembangan dan penyediaan sumber daya
manusia yang berkualitas. Dalam fungsinya FKPP merupakan penggerak gerakan
moral di Kabupaten Kuningan, sehingga untuk menjalankan fungsinya perlu
Sehingga FKPP bisa menentukan arah hak suara nya pada calon bupati yang
dianggap mendukung dan menguntungkan bagi FKPP di Kabupaten Kuningan.
Dalam memobilisasi masanya, FKPP melakukan komunikasi politik dengan
pesantren-pesantren anggotanya untuk menyamakan suara demi
Amar Ma ruf
Nahyi Munkar. Sehingga pada momentum pemilihan kepada daerah FKPP akan
menentukan pilihannya.
Pada prinsipnya komunikasi politik menurut dahlan (1999) dalam Cangara
(2009) mengatakan :
Komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan
lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan
politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk
membuka wawasan atau cara berfikir, serta mempengaruhi sikap dan
tingkah laku khlayak yang menjadi target politik (Hafied Cangara,
2009:35).
Terdapat beberapa bentuk komunikasi politik yang dilakukan komunikator
infrastruktur politik untuk mencapai tujuannya (Arifin, 2003:65-98) yaitu :
1. Retorika adalah seni berbicara yang berupa berpidato kepada orang banyak
(khalayak).
2. Agitasi Politik adalah proses untuk membangkitkan rakyat kepada suatu
gerakan politik, baik lisan maupun tulisan dengan merangsang dan
membangkitkan emosi khlayak.
3. Propaganda adalah penanaman sugesti untuk mengontrol sikap kelompok
individu lainnya.
4. Public Relations (PR) Politik merupakan suatu upaya alternatif dalam
mengimbangi propaganda yang dianggap membahayakan kehidupan sosial
5. Kampanye Politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan orang
atau organisasi dalam waktu tertentu untuk memperoleh dan memperkuat
dukungan politik dari rakyat atau pemilih.
6. Lobi Politik adalah adanya kesepahaman dan kesepakatan bersama yang akan
diperkuat melalui pembicaraan formal dalam rapat atau sidang politik yang
akan menghasilkan keputusan sikap politik tertentu.
7. Lewat Media Massa sebagai perluasan panca indra manusia dan sebagai
media pesan dalam hal ini pesan politik untuk mendapatkan pengaruh,
kekuasaan-otoritas, membentuk dan merubah opini publik atau dukungan
serta citra politik, untuk khalayak yang lebih luas yang tidak bisa terjangkau
oleh bentuk komunikasi yang lain.
Bedasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti mengambil
rumusan masalah yaitu:
B
❺❻ ❺❼m
❺❽❺Ko
❼❾ ❺❿❼m
u
n
➀➁➂❼❼❾t
➃Ko
o
r
u
m
❼❾ ❺m
u
n
❼s
➀
o
n
➄➁❾ ➀➅ ❿❺ ❽➅tr
n
(
➃K
➀ ➀)
K
❺➆❺➇➅p
u
n
Ku
❼n
❻n
❺❽ ➈❺➂ ❺➉ ➀➅❼➂❼➊ ❺❽m
K
➅p
❺➂ ❺ ➈❺➅r
❺➊ ➋❺ ❽❻ ❿➌n
❻(
➍tu
➄❼K
❺ ❿➌s
➀❺ ➄❺ ➀➅❻➌n
r
u
s
B
➅ ❿ ❺➎ ➃o
r
u
m
Ko
m
u
n
❼❾ ❺❿❼➀
o
n
➄➁❾ ➀➅ ❿❺ ❽tr
➅n
(
➃➏ ➀➀)
K
❺➆❺ ➇➅p
u
n
Ku
❼n
❻❺❽n
➄❺➂ ❺➉ ➀➅❼➂❼➊ ❺❽m
Bu
p
❺➇❼ ➋❺❽❻❿➌❻n
➄❼K
❺➆u
p
❺ ➇➅n
Ku
❼n
❻❺❽n
➐❺➊u
n
➑ ➒ ➒9
)
➓ ➔→➣➑ ➣ ↔➄➅❼↕❼❾ ❺ ❿❼
n
t
➙❺ ❿❺➂ ❺➊Berdasarkan dari latar belakang yang terurai diatas peneliti mengambil
1.
Bagaimana proses komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren
(FKPP) Kabupaten Kuningan terbentuk dalam pemilihan Bupati langsung di
Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
2.
Bagaimana budaya komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok
Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung
di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
3.
Faktor-faktor apa yang mendasari komunikasi politik Forum Komunikasi
Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati
langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
4.
Bagaimana konstruksi realitas komunikasi politik Forum Komunikasi
Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati
langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
5.
Bagaimana komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren
(FKPP) Kabupaten Kuningan terbentuk dalam pemilihan Bupati langsung di
Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
1.
➛ ➜ ➝➞ ➟su
➠➠➞n
➡➢u
➞u
n
➤➥n
➥ ➦➧t
➧➞ ➨➩➜➛ ➜➩➜➝➞ ➟➠
su
➤➥n
➥ ➦➧t
➧➞➨Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
dan mendalami
komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren dalam Pemilihan
1.
➫ ➭➫➭➯u
➲➳➵u
➸➺n
➺➻➼t
➼➳➵Sementara, untuk tujuan dari penelitian ini didasarkan pada rincian
identifikasi masalah yang telah dikemukakan, yaitu:
1.
Untuk mengetahui proses komunikasi politik Forum Komunikasi
Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan
Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.
2.
Untuk mengetahui budaya komunikasi politik Forum Komunikasi
Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan
Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.
3.
Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang mendasari komunikasi
politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten
Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan
Tahun 2009.
4.
Untuk mengetahui Konstruksi Realitas komunikasi politik Forum
Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam
pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.
5.
Untuk mengetahui komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok
Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati
1.
➽ ➾ ➚➪➶➹n
➘ ➘➴➷ ➪n
➪➬➮➮ ➘ ➴t
1.
➽ ➾➱➾➚➪➶➹n
➘ ➘➴✃➪➮o
r
➮t
s
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
bagi perkembangan Ilmu Komunikasi secara umum, secara teoritis dapat
memberikan masukan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi.
1.
➽ ➾❐➾➚➪➶➹n
➘ ➘➴➷❒ ➘❮➮t
s
Kegunaan penelitian adalah untuk membantu memecahkan dan
mengantisipasi masalah pada permasalahan yang sedang diteliti.
➘➾ ❰ ➘➶➮Ï➮ Ð ➪
n
Ñ➮r
➘Ñt
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
dijadikan literatur dalam mendukung materi-materi perkuliahan bagi
Universitas dan Mahasiswa/i Program Studi Ilmu Komunikasi, juga
sebagai literatur bagi yang memerlukan atau melakukan penelitian
pada kegiatan yang sama.
Ò➾
B
➘➶➮➷➪n
➪➬➮➮t
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan
masukan dan dijadikan literatur sebagai bentuk aplikasi yang
diperoleh selama Program Studi Ilmu Komunikasi serta pengetahuan
ÓÔ
B
Õ Ö× Øo
r
u
m
Ko
× ÙÕ Ú×m
u
n
ÛÜÝ Ùo
n
ÛÞÚ Õ ßtr
Þn
(
Øà Û Û) K
Õ áÕ âÞu
p
n
Ku
n
×n
ÖÕßPenelitian yang dilakukan ini juga diharapkan bermanfaat bagi
Pihak Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten
Kuningan, sebagai suatu pemahaman serta pertimbangan dalam
melaksanakan komunikasi politik yang tepat.
ãÔäÔ
K
Þr
Õ ßÖ ÙÕÛÞ× Ù×m
r
Õß ãÔäÔãÔK
ÞÕ ßÖ ÙÕr
åÞ×o
r
×t
s
Bertolak dari konsep komunikasi dan konsep politik, upaya untuk
mendekati pengertian apa yang dimaksud komunikasi politik, menurut
Dahlan (1999) :
pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses
pengoperan lambang-lambang atau symbol-simbol komunikasi yang
berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang
lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berfikit, serta
mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target
politik . (Cangara, 2009 : 35)
Agar dapat membantu mengindentifikasi unsur
unsur yang terjadi
ketika pesan-pesan komunikasi politik diarahkan untuk mempengaruhi sikap
dan perilaku khalayak, maka dalam penelitian ini teori yang dapat dijadikan
rujukan dari komunikasi politik itu sendiri mengenai perspektif komunikasi
pada opini publik yang diadopsi Nimmo dari paradigma komunikasi
Lasswel (Nimmo : 2005) dalam buku Komunikasi Politik komunikator,
Siapa ?
Mengatakan Apa?
Dengan Saluran Apa ?
Dengan Siapa ?
Dengan akibat apa ?
(Nimmo, 2005 : 13)
1.
Siapa ? / Komunikator Politik
Komunikator politik tidak hanya menyangkut partai politik,
melainkan melainkan juga lembaga pemerintahan legislatif dan
eksekutif. Dengan demikian, komunikator politik adalah mereka yang
dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna
atau bobot politik. Menurut Sosiolog J.D. Halloran mengungkapkan
tentang komunikator massa bahwa :
komunikator massa sebagai orang yang menduduki posisi penting
yang peka di dalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan
dengan menolak dan memilih informasi yang semuanya terjadi di
dalam sistem sosial yang bersangkutan . (Adiyana, 2008 : 58)
Apa yang dikatakan oleh Halloran tentang komunikator massa
berlaku juga bagi komunikator politik. Komunikator politik ini
memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam proses opini
publik. Menurut Nimmo (2000:72) :
2.
Mengatakan Apa ? / Pesan Politik
Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara
tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non-berbal,
tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun
tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik.
Fishbein dan Ajzen (Perloff, 1993) mengatakan bahwa pesan akan
dapat mempunyai pengaruh yang besar untuk merubah perilaku
khalayak jika dikemas sesuai dengan kepercayaan yang ada pada diri
khalayak. Karenanya dari tujuan dan tema utama kampanye
hendaknya dibuat pesan-pesan yang sesuai dengan kepercayaan
khalayak . (Venus, 2004)
3.
Dengan Saluran Apa ? / Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan
oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya.
Dalam masalah ini lebih tepat menggunakan Saluran komunikasi
kelompok, misalnya partai politik, organisasi profesi, ikatan alumnim
organisasi sosail keagaamaan, karang taruna, kelompok pengajian,
kelompok tani dan nelayan, koperasi, persatuan olahraga, kerukunan
keluarga, perhimpunan minat dan semacamnya.
4.
Dengan Siapa ? / SasaranPolitik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat
memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada
partai atau kandidat dalam pemilihan umum. Mereka adalah
5.
Dengan Akibat Apa ? / efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya
pemahan terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, di
mana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara (vote) dalam
pemilihan umum.
Dalam membicarakan komunikasi politik maka erat kaitannya dengan
budaya komunikasi politik. budaya komunikasi politik pada kehidupan
bernegara di Indonesia berkaitan dengan kampanye, agitasi,
dan
propaganda. Sampai tahun 2002 calon presiden dan wakil presiden, calon
gubernur, calon bupati, dan pejabat-pejabat lainnya yang memerlukan
pemilihan tidak pernah melakukan kampanye secara terbuka. Pada
umumnya para calon tersebut tidak pernah menampakan ambisinya terhadap
kekuasaan.
Hal itu melahirkan sikap bahwa bukanlah calon penguasa atau calon
pemimpin yang harus aktif berkampanye untuk mendapatkan kekuasaan,
melainkan sebaliknya calon penguasa itu harus tenang-tenang saja, dan
rakyatlah atau perwakilan dari rakyat yang ramai-ramai yang memintanya.
Jika seorang pemimpin telah dipilih, maka ia memperoleh mandat
penuh dan dipandangnya sebagai suatu kepercayaan atau amanah. Konsep
mandataris sebagaimana yang dikenal UUD 1945 menimbulkan anggapan
bahwa sangat kurang etis atau kurang layak, jika kekuasaan diserahkan oleh
digugat secara terbuka dimuka umum. Dari pola pikir ini, kemudian lahir
budaya komunikasi politik yang tidak terlalu terbuka pada kritik.
Meskipun demikian, memasuki era reformasi dengan segala
kebebasannya budaya komunikasi politk cenderung mengalami pergeseran.
Saat ini, dengan mengedepankan demokratisasi, maka budaya komunikasi
politik cenderung terbuka seperti melalu media massa.
Konstruksi sosial (Social Construction) merupakan sebuah teori
sosiologi kotemporer yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann. Menurut kedua ahli tersebut teori ini dimaksudkan sebagai satu
kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan ( penalaran
teoritis yang sistematis ), dan bukan sebagai suatu tinjauan historis
mengenai perkembangan disiplin ilmu. Oleh karena itu, teori ini
memfokuskan pada hal-hal semacam tinjauan tokoh, pengaruh dan
sejenisnya, tetapi lebih menekankan pada tindakan manusia sebagai aktor
yang kreatif dari realitas sosialnya.
Realitas menurut Berger adalah eksis dan struktur dunia sosial
bergantung pada manusia yang menjadi subejknya. Berger memiliki
kecenderungan untuk mencoba menggabungkan dua perspektif berbeda,
yaitu perspektif fungsionalis dan interaksi simbolik, dengan mengatakan
bahwa realitas sosial secara objektif memang ada (perspektif fungsionalis),
namun maknanya berasal dari dan oleh hubungan subjektif individu dengan
dunia objektif (perspektif interaksionis simbolik) (paloma dalam adiyana,
1.
æ çèçéêë ìíîër
éo
n
ï êë ðp
tu
Dari uraian tentang kerngka teori di atas, maka untuk mengkaji dan
mendalami komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren
(FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di
Kabupaten Kuningan tahun 2009 dapat digambarkan suatu kerangka
pemikiran sebagai berikut :
ñë ò óë ôõç õ
K
êëìíîër
éï êo
n
ëðp
tu
Sumber : Peneliti 2011
õ ç öç ÷êëìøë ë ì
r
t
֐n
êðùt
ùë ì1.
Proses Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP)
Kabupaten Kuningan.
KOMUNIKASI POLITIK
(Tuntutan dan Dukungan)
FKPP
Parpol Pengusung
CABUB
Komunikasi
Politik Pengurus
Besar Forum
Komunikasi
Pondok
Pesantren
(FKPP)
Kabupaten
Kuningan dalam
Pemilihan
Bupati Secara
Langsung di
Kabupaten
a.
Bagaimana terbentuknya komunikasi politik Forum Komunikasi
Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam menyikapi
pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
b.
Bagaimana Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten
Kuningan Mensosialisaikan keputusan politik dalam pemilihan Bupati
langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 dalam konteks
komunikasi politik ?
c.
Bagaimana Konsolidasi Forum Komunikasi Pondok Pesantren baik di
tingkat cabang-cabang maupun anggota sehingga pesan-pesan politik
menjadi keputusan dan sikap politik dalam pemilihan Bupati langsung
di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
2.
Budaya Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP)
Kabupaten Kuningan.
a.
Bagaimana budaya komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok
Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati
Langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
b.
Apa yang mendasari budaya komunikasi politik Forum Komunikasi
Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan
Bupati langsung di Kabupaten Kuningan.
3.
Faktor-faktor Yang Mendasari Komunikasi Politik Forum Komunikasi
a.
Hal-hal apa yang mendasari Forum Komunikasi Pondok Pesantren
(FKPP) Kabupaten Kuningan melakukan komunikasi politik dalam
pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
b.
Mengapa Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten
Kuningan merasa perlu melakukan komunikasi politik dalam
pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
4.
Konstruksi Realitas Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok
Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan.
a.
Bagaimana realitas yang terjadi pada Forum Komunikasi Pondok
Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati
Langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?
Catatan
: Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikembangkan dan disesuaikan di
lapangan.
1.
ú û üu
ýþÿ ✁ÿn
ÿ✂✄✄☎ ✆t
✝☎✆✞n
✟☎ ✆o
r
m
✠ûú û✠ûüýþÿ
u
✁ÿÿ✂✄n
✄☎ ✆t
Subjek penelitian ini adalah Forum Komunikasi Pondok Pesantren
(FKPP) Kabupaten Kuningan, subjek penelitian ini dipilih karena
keunikannya. Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten
Kuningan adalah salah satu ormas islam yang hingga saat ini masih
mempertahankan eksistensinya dan FKPP merupakan komunikator dalam
ranah infrastruktur komunikasi politik serta kelompok terorganisir dan
komunikasi politik di banding dengan warga negara atau masyarakat pada
umumnya.
Penulis menganggap Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP)
Kabupaten Kuningan sebagai sumber informasi atau informan. Menurut
Webster s New Collegiate Dictionary
dalam adiyana slamet, seorang
informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang
kata-kata, frase, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model
imitasi dan sumber informasi (Nugraha, 2011:24).
1.
✡ ☛☞☛✌✍✎✏✍o
r
m
Dalam menentukan informan, digunakan teknik sampling purpose.
Menurut Sugiono dalam bukunya yang berjudul
Memahami penelitian
Kulalitatif
dikatakan bahwa purpoisive adalah teknik penentuan informasi
dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2007 : 61).
✑✒ ✓✔✕
1.1
✖ ✗✘o
r
✙✒✗✚✔n
✔✕✛t
✛✒ ✗Sumber : Peneliti 2011
1.
✜ ✢ ✣ ✔✤ ✥✔t
✚✔n
✔✕✛t
✛✒ ✗Metode yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah kualitatif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus. Lindlof dan Meyer, (dalam Mulyana,
2001:148-149) memasukan semua penelitian naturalistik kedalam paragdigma
interpretif, varian-variannya mencakup teori dan prosedur yang dikenal sebagai
etnografi, fenomenologi, etnometodologi, interaksionisme simbolik, psikologi
lingkungan, analisis semiotika, dan studi kasus. Studi kasus adalah suatu
eksplorasi dari sebuah sistem terbatas atau suatu kasus secara mendetail,
pengumpulan data secara mendalam dari informasi-informasi (Creswell, 1998:61).
✦✧ ✦★✣ ★ ✩ ★
B
★✑ ★✦✪
K.H. Abd. Aziz A.N
Ketua FKPP
2
K.H. Drs. Abdullah Dunun
Dewan Pembina FKPP
3
K.H. Dodo Murtadlo, Lc
Dewan Pembina FKPP
5
KH. Aman Syamsul Falah
Ketua III FKPP
Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa
keuntungan.
✫✬n
✭✮✯n
dan
Gu
✰✱(dalam Mulyana, 2008:201) mengemukakan
bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut:
1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian eknik, yakni menyajikan
pandangan subjek yang diteliti.
2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara
peneliti dan responden.
4. Studi kasus memungkinkan pmbaca untuk menemukan konsistensi internal
yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi
juga kepercayaan (tustworthiness).
5. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas
transferabilitas.
6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konstek yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Dalam penelitian ini, pendekatan kasus yang diamati yakni mengenai
komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten
Kuningan.
Penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi adalah sebagai perspektif
subjektif. Asumsi-asumsi dan pendekatan serta teknik penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini sangat relevan dengan ciri-ciri dari penelitian yang
1.
Sifat realitas yang bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah
berubah-ubah), dikonstruksikan, dan
holistic
(pembenaran realitas bersifat relatif),
2.
Aktor (subyek) bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas, dimana
prilaku komunikai secara internal dikendalikan oleh individu,
3.
Sifat hubungan dalam dan mengenai realitas,
4.
Hubungan peneliti dengan subjek penelitian juga bersifat strata, empati,
akrab, interaktif, timbal balik, saling mempengaruhi dan berjangka lama,
5.
Tujuan penelitian terkait dengan hal-hal yeng bersifat khusus,
6.
Metode penelitian yang deskriptif,
7.
Analisis bersifat induktif,
8.
Otentisitas adalah kriteria kualitas penelitian subyektif, dan
9.
Nilai, etika, dan pilihan moral penelitian melekat dalam proses penelitian.
(Mulyana, 2008:147-148).
Bodgan dan Taylor (Moleong, 2002:3) menyatakan bahwa pendekatan
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Metode penelitian merupakan prosedur yang digunakan dalam upaya
mendapatkan data atau informasi yang diperlukan guna memperoleh jawaban atas
pertanyaan penelitian. Penentuan dan teknik yang digunakan haruslah dapat
mencerminkan relevansi dengan fenomena penelitian yang telah diuraikan dalam
1.
✲ ✳ ✴✵✶n
✷✸ ✹✵n
✺✻✼p
u
✽✾✿❀✾❁ ✾✾✳ ❂✾❃✾✿❄✾❅✾❆✵
n
❇✾✽✾✼(
Indepth Interview
)
Untuk memperdalam lagi data yang akan diperoleh maka dalam
penelitian ini akan menggunakan wawancara mendalam
(Indepth interview).
Jenis wawancara ini dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih
mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan yang menjadi pokok
dari minat penelitian. Pedoman wawancara mengancar-ancarkan peneliti
mengenai data mana yang akan lebih dipentingkan. Pedoman wawancara
biasanya tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, tetapi sekadar
garis besar tentang data atau informasi apa yang ingin didapatkan dari
informan yang nanti akan dikembangkan dengan memperhatikan
perkembangan, konteks, dan situasi wawancara. Agar hasil wawancara yang
didapat, terekam dengan baik, peneliti akan melakukan wawancara kepada
informan yang telah ditentukan, maka dibutuhkan alat-alat sebagai berikut:
1.
Buku catatan, yang berfungsi untuk mencatat semua hasil dari
interview
dengan informan,
2.
Tape recorder, berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan pada saat
interview
berlangsung,
3.
Hasil wawancara yang berisikan pertanyaan dan jawaban dari informan
secara lengkap.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer)
yang mengajukan
pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara itu sendiri, seperti yang
ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), dikutip dalam Moleong yakni,
untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Moleong, 2002: 186).
Untuk dapat memperoleh data yang akurat peneliti telah menetapkan
narasumber yang akan diwawancara dalam penelitian ini adalah Bapak K.H.
Dunun selaku Wakil Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP),
bapak K.H. Mahmud Silahudin selaku anggota Nahdlatul Ulama (NU) Selaku
pihak yang bersikap netral, Cecep selaku santri pondok pesantren Nurul
Huda, dan tim sukses dari calon bupati yang diusung.
❈❉ ❊❋ ●❍
u
m
■ ❏ ❑n
t
Metode atau teknik pengumpulan data melalui dokumentasi adalah
salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial.
Dokumen merupakan catatan yang didalamnya terdapat sebuah peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen tersebut bisa dalam bentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental seseorang.
▲❉ ▼
tu
◆ ❑K
❍■●■■ ❖p
u
st
Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memenuhi atau mempelajari
serta mengutip pendapat-pendapat para ahli yang berbungan dengan
permasalahan yang diteliti. Studi pustaka menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) adalah suatu kajian, telaah literatur tertulis (buku, artikel,
P
.
◗ ❘t
❙r
n
❙t
Searching
❚❯ ❚❱❲ ❙n
❙❳u
su
r
❚❘Online
Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
peneliti juga memanfaatkan
Internet Searching
untuk memperoleh data yang
lebih maksimal. Sebagaimana dikutip bahwa Metode penelusuran data
Online
dalam tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti
internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas
online,
sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online
yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin,
dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bugin, 2007:125).
❙
.
❨ ❩❬ ❙❭ ❚ ❬❪r
Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, Banyak gejala yang hanya
dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit dibantah.
3
❫❴ ❫❵❴ ❛ ❙❜❪❝
n
❞n
❚❳❪❬ ❚❡ ❚❯❚Analisis data menurut Patton (dalam Meleong, 2002:103), adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori, dan
satuan urutan dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang
penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan melalui deskripsi data penelitian,
penelaahan tema-tema yang ada, serta penonjolan-penonjolan pada tema tertentu
3
(Creswell, 1998:61). Teknik analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian
sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data.
Menurut Maman (2002:3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan
suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi.
Menurut
❢ ❣❤ ✐❥❦, analisis data adalah,
Proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008:244) .
Terdapat beberapa tahap dalam analisa data yang umum dilakukan dalam
penelitian kualitatif, yaitu (Huberman dan Miles dalam Bungin, 2003:69)
1.
Kategorisasi data, peneliti mengumpulkan informasi-informasi yang penting
yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya mengelompokan data
tersebut sesuai dengan topik masalahnya.
2.
Reduksi data. dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan
perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang
diperoleh.
3.
Sajian data. Data yang telah terkumpul dan dikelompokan itu kemudian
disusun sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah
komponen-komponen penting dari sajian data.
4.
Penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data
sesuai dengan konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari interpretasi
yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah
Triangulasi adalah tiga langkah pengumpulan data, Triangulasi dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu
wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk
mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut
Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas
tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.(Nugraha,
2011:32)
1.11.
❧♠ ♥♦♣ qr ♦n
s♦ ♥tu
t✉n
✉✈qt
q ♦✇①② ① ①② ①②❧♠ ♥♦♣ qt✉
n
✉✈qt
q ♦✇Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada organisasi
masyarakat Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten
Kuningan, alamat Jl. Syekh Muhibbat Rt 04/01 Kelurahan Windusengkahan
Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan. Telepon (0232) 875650
①② ① ①② ③②s♦ ♥
tu
t✉n
✉✈qt
q ♦✇Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan terhitung dari bulan April
sampai bulan Mei 2011. Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel
④⑤ ⑥⑦⑧
1.1
⑨⑤ ⑩
w
⑤ ⑧❶⑦n
⑦⑧❷❷⑤❸t
❹
o
❺r
❻ ❼❻n
❽❻
r
❾t
❿➀➁➁ ➂p
r
❼➃❿➀➁➁ ❽ ❾❼❿➀➁➁ ➄u
n
❼❿➀➁➁ ➄u
➃❼❿➀➁ ➁➂➅
u
stu
s
❿➀➁➁ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇1
Persiapan
Pengajuan
judul
ACC Judul
Bertemu
pembimbing
Penulisan BAB
I
Bimbingan
Seminar UP
Penulisan BAB
II
Bimbingan
Penulisan BAB
III
Bimbingan
2
Pengumpulan
data
Instansi
Wawancara
Bimbingan
3
Pengolahan
data
Penulisan BAB
IV
Bimbingan
4
Penulisan BAB
V
Bimbingan
5
Penyusunan
skripsi
Bimbingan
6
Sidang
➈➉ ➈➊➉ ➋❷
st
⑦⑤m
❷➌⑤t
❶⑦n
u
⑧❷➍⑤❸Hasil dari penelitian ini, dituangkan dalam skripsi yang disusun berdasarkan
➎➏ ➎➐ ➑➒ ➓➔➏ →➣↔ ➣➏ ➓
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian secara
teoritis dan praktis, kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual,
teknik pengumpulan dan analisis data, populasi dan sampel, lokasi dan
waktu penelitian, serta sistematika penulisannya.
➎➏ ➎➐ ➐ ↕➐ ➓➙➏➣➏ ➓➑➣➛↕ ➏
K
➏Dalam bab ini diuraikan dan dijelaskan mengenai teori-teori
berdasarkan studi kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan
atau kasus yang diteliti dalam penelitian ini.
B
➏B
➐ ➐➐ ➜B
➙➒K
➑E
➓E
↔ ➐ ↕ ➐➏ ➓Sementara pada bab ini berisikan uraian mengenai objek atau tempat
peneliti melakukan penelitian, yaitu di Kantor Forum Komunikasi
Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan.
B
➏B
➐ ➝H
➏➛➐ ↔➑E
➓E
↔ ➐ ↕➐ ➏ ➓➔➏ ➓➑E
➞B
➏H
➏➛➏ ➓Dalam bab ini berisikan tentang uraian dari hasil penelitian
berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti. Uraian dari
hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dari lapangan,
mencakup Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren
(FKPP) dalam pemilihan kepala daerah yang peneliti peroleh melalui
searching
atau penelusuran data
online. Kemudian dalam Bab ini akan
dilakukan pula penganalisisan terhadap data-data tersebut.
➟➠ ➟➡
➢➤ ➥➦ ➧➨➩➫ ➠➭➯➠➭➥➠ ➲➠➭
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan guna
menjawab identifikasi masalah yang menjadi acuan dalam penelitian
ini serta di cantumkan pula saran-saran untuk kampus Universitas
Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, serta para peneliti
➳ ➵ ➹➘ ➴➘ ➼➷➬➮ ➱✃ ➱➬ ➼❐➬❒ ➱➬❮➶❰ Ï✃➬➷Ð ➱Ñ➷
➹➘ ➴➘ ➴➘ ➚❐ÒÐ❐ ÏÓ➱➬❮ ➱➬Ô➱➬Õ❐Ö➷➬➷ Ñ➷➻×Ï✃➶❰ Ï✃➬➷Ð ➱Ñ➷
ØÙÚÛÜÛÝ ÞÝ Þ ßàÞÝ á â ÞÝ ã ßáÛä ß Ûå ÛàÛæ ç Ùã è Ùé ÛæÝÛã é Ùãé Ûãè çÙÜ ßäé ßêÛ
áâÞÝãßá Ûä ß
y
Ûãè åßçÙÜ âàÙæ Þ ÙàÛàÝß ä Ý ÛéÝ ç Ùã Ùàßé ßÛã é Ùãé Ûãè ä ßä é ÙÞë ç Üâä ÙäåÛã ç ÙãèÛÜÝ æã
y
Ûy
ÛãèåÛç ÛéåßàÛáÝ á Ûã ä ÙÚÛÜÛ Ü Ûä ßâãÛàåÛãä ßä é ÙÞÛé ßäë ä ÙÜé ÛáÙìÙãÛÜÛã ãÛ
y
åÛç Ûéå ßÝíßåÛãåßèÙãÙÜÛàßä Ûä ßá ÛãîïÙã Ý ÜÝé ç ÛÜÛÛæ àßë ð ÞÝ ñ âÞÝãßá Ûä ßåßÛã è èÛç ìÛè ßÛãåÛÜß ßàÞÝ ä âä ßÛà
åÛã ÞÙÜÝçÛáÛã ßàÞÝ é ÙÜ ÛçÛã òóô ôõö÷ø ù úö÷ûú÷ üë å Ûã áÛÜÙã Û é ÙÜÞ Ûä Ýá áÙ
åÛàÛÞ ßàÞÝ ä âä ßÛà å Ûã ßàÞÝ é ÙÜÛçÛãë ÞÛáÛ ð àÞÝ ñ â ÞÝ ã ßáÛä ß ä ßý Ûéã þÛ
öûÿ÷ ø öù öôõöû ÷ òÛã é ÛÜå ßä ßç àßã Ûé ÛÝ ìßåÛã è ä éÝ å ßü å Ûã ✁✂õÿöøöù öô õöû÷
òÞÙàßìÛéáÛã ìÙÜìÛè Ûß å ßä ßçàßã ßàÞÝü î ✄ Ûà ßéÝ å ßä ÙìÛìá Ûã â àÙæ âìíÙá
Þ Ûé ÙÜßÛàãÛ
y
ä ÛÞ Û å ÙãèÛã ßàÞÝ ☎ßàÞÝ àÛßã ãÛëy
é ÙÜÝé ÛÞ Ûy
Ûãè é ÙÜ ÞÛä Ý á á ÙåÛàÛÞßàÞÝä âä ßÛà✆ßàÞÝá ÙÞÛä
y
ÛÜ Ûá Ûé ÛãîKomunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate)
(Mulyana, 2008:62).
Istilah Komunikasi menurut
✝✞❐ÒÒ✟dalam
✠ÿ ✂ó ÿ(1983) berasal dari
bahasa Latin
ú✡✁✁ ✂ûöùyang artinya membuat kesamaan atau membangun
✌✍✎✏ ✑✒✓✏ ✔✏✕ ✖ ✏✓✗ ✏ ✘✏✓ ✘✏✙✏ ✖✏✕✏ ✚ ✑✏ ✛✏ ✔✏ ✕✏✙✗✜ ✢ ✣ ✤ ✥✥✦✧ ★✩✤ ✪ ✩✤✥✥✦✧★✩✫ ✬★✤
✏✙✏ ✍✩✤✥✥✦✧ ★ ✩✫✭✮✏✜ ✎
y
✑✒✓ ✏✓ ✙✗✚✒ ✚ ✑✏ ✎✗✢ ✯✰✏✜ ✎✏✓ ✏✱✲✳✳ ✴ ✵✲ ☞✶✢✷✒ ✸✏✓✏ ✔✒✖ ✒✓ ✛✏✜ ✏ ✘✹ ✚✍✜ ✗✘✏ ✔✗ ✖ ✏✺✏✙ ✙✒✓ ✌✏✖ ✗ ✏✺ ✏ ✑✗✕✏ ✏✖✏ ✘✒ ✔✏ ✚✏✏✜
✏✜ ✙✏✓✏✺ ✒✜✏ ✚✺ ✏✗✏✜
y
✺ ✒ ✔✏✜ ✖✏ ✜ ✹✓✏✜ ✎✏✜ ✎y
✚✒✜ ✒✓✗ ✚✏ ✺✒ ✔✏✜ ✢ ✻✕✒ ✛ ✔✒ ✑✏ ✑✗✙ ✍✱✘ ✹✚ ✍✜ ✗ ✘✏ ✔✗ ✑✒✓✎ ✏✜✙ ✍✜✎ ✺✏✖ ✏ ✘✒ ✚✏ ✚✺ ✍✏✜ ✘✗✙✏ ✍✜✙ ✍ ✘ ✖ ✏✺✏✙ ✚✒ ✚✏ ✛✏ ✚✗ ✔✏✙ ✍
✖ ✒✜✎ ✏✜✏✜ ✎
y
✕✏✗✜✜✏y
✯ ✩✤✥✥✦✧★✩✫ ✬★✤ ✧ ✼✮ ✽✮✧✼ ✾ ✤✧ ✤ ✦✭✫✿★❀★✬y
✬✤ ✦✧✼ ✮ ✭✾✬✫ ✧✼✤ ✧✮ ✫✧ ✤ ✬❁✮ ✭ ✶✢ ❂✒✕✏✕ ✍✗ ✘ ✹✚ ✍✜ ✗ ✘✏ ✔✗✱ ✔✗ ✘✏✺ ✖ ✏✜ ✺ ✒✓✏ ✔✏✏✜ ✔✒ ✔✒ ✹✓✏✜ ✎ ✏✙✏ ✍
✔✒ ✘✒✕ ✹ ✚✺✹✘✹✓✏✜ ✎✖✏✺ ✏✙✖✗✺ ✏ ✛✏ ✚✗ ✹✕✒ ✛✺✗ ✛✏ ✘✕✏✗✜✢ ❃✘✏✜✙✒✙✏✺✗✱ ✘✹ ✚✍✜✗ ✘✏ ✔✗
✛✏✜✏
y
✏ ✘✏✜ ✒ ❄✒ ✘✙✗ ❄ ✏✺ ✏ ✑✗✕✏ ✺ ✒ ✔✏✜ ✏✜ ✎y
✖✗ ✔✏ ✚✺ ✏✗ ✘✏✜ ✖✏✺ ✏✙ ✖ ✗✙✏ ❄✔✗✓ ✘✏✜ ✔✏ ✚✏✹✕✒ ✛✺ ✒✜ ✒✓✗ ✚✏✺ ✒ ✔✏✜✙✒✓ ✔✒ ✑✍✙✢
❅✹ ✚✍✜✗ ✘✏ ✔✗ ✔ ✍✖ ✏ ✛✖✗✺ ✒✕✏ ✌✏✓✗ ✔✒ ✌✏ ✘✕✏ ✚✏ ✖✏✜✙✒ ✓ ✚✏ ✔✍ ✘✑✏✓✏✜ ✎ ✏✜ ✙✗ ✘❆✱
✙ ✹✺✗ ✘ ✗✜✗ ✚✒✜✌✏✖✗ ✺ ✒✜✙✗✜ ✎ ✘ ✛✍ ✔✍ ✔✜✏
y
✺✏✖ ✏ ✏ ✑✏✖ ✲✳ ✘✏✓✒✜ ✏ ✺ ✒✓✙ ✍✚ ✑✍ ✛✏✜✘ ✹✚ ✍✜ ✗ ✘✏ ✔✗ ✖✗✎ ✏ ✚✑✏✓ ✘✏✜ ✔✒ ✑✏✎✏✗ ✺ ✒✜✒ ✚ ✍✏✜ ✏✜✎
y
✓✒ ❇ ✹✕ ✍ ✔✗ ✹✜✒✓, hal ini
dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio,
televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi
bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam
tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana
komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi
pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan
dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.
Menurut
❈❉ ❊❋ ●dan
❍ ■ ❏ ❑●❋ ▲c
❋(1981), mengatakan bahwa
komunikasi adalah:
❖P◗P ❘❙❚❚❙
y
❙❯❙❚ ❱P ❲❙ ❳❙ ❨❙ ❩ ❙ ◗P❚ ❖ ❳ ❬❚❖❬❘ ❱P❙❚y
❙❚ ❖ ❭ ❬❚ ❨❙ ◗❙❭.
(Cangara, 2004 :19)
Lain halnya dengan definisi komunikasi yang diberikan oleh
❪❫❴❫ ❵❛
c
❜❝❞❫❞ ❡ ❢❢ ❣❫❤✐. Menurutnya komunikasi yaitu: Proses pernyataan
antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
(Effendy, 1998 :28).
Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan
atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti
atau makna diantara mereka.
Dimulai dengan pengambilan kata
Humas yang merupakan
terjemahan dari
❥❦ ❧♠♥♦ ♣q♠r s♥ t✉ ✈. Maka tak heran, kita sering menemui
penggunaan sebutan
Direktorat Hubungan Masyarakat atau
Biro
Hubungan Masyarakat bahkan Bagian Hubungan Masyarakat sesuai
dengan ruang lingkup yang dijangkau.
Jika dikaitkan dengan
✈ srsq t✇ ❧q♥✉ ①, dan sesuai dengan
②q s③ t④ t ✇♦ t②②❦✉ ♥♦r s♥ t✉
, maka istilah Humas dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi,
jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat itu, hanya
mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya
menyebarkan
⑤ ⑥q ✈ ✈ ⑥q♠qr✈qke media massa , mengundang wartawan untuk
jumpa pers atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut
⑨⑩❶❷ ❸❷ ❹
J
❺❻❼ ❽❾ ❿ ➀➁➁➂➃ ➄ ➅ ⑩➆ ➇➈ ➇➉➊ ➇❶ ➇ ➋➉ ➌❷ ❹➉ ➍ ➎➏ ⑩➐ ➑❷ ➅ ➇➋➉ ➑❷ ➅➏ ➇❶ ➋➇➏ ➇➊ ➆ ❷ ➌❷ ❶y
➇➄M
➒ ➓➒ ➔ →➣→➓ ↔ ↕➓ ➙➛ ➜➝↕➞ ➟ →➠ ➡↕➞ →➢ ↔➤ → ➥➛→➢↔ ➦➧➠ →➦➦ →➞↔↕➡ →➨→➠➦➧ ➠ ➣➒➓ ➞ →➄
y
➇❶➈ ➇❸ ❹➉ ❶➩➇ ➍⑩❸ ➇❶ ➫❷ ➊ ➇➅➭➯ ➑ ➋ ➉ ❶➇➅ ➉ ❶ ➅❹➇❶ ➅➉ ➇❹➇❷ ➏ ⑩➊➆➇➈➇➌ ⑩➍⑩➊⑩❸➉ ❶❹➇➐➇❶ ❹⑩❸➋ ➇➍ ➇❹ ➆ ⑩➆⑩❸