• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Dalam Pemilihan Kepala Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Dalam Pemilihan Kepala Daerah"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok

Pesantren (FKPP) dalam Pemilihan Bupati Kuningan

tahun 2009)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana S1 Pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

Muhajir Affandi

NIM . 41805868

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

iv

O eh:

Muhajir Affandi

NIM. 41805868

Pembimbing:

Drs. Manap Solihat, M.Si

Penelitian ini mengangkat kasus mengenai komunikasi politik pengurus

besar Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan, hal ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi politik Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam Pemilihan Bupati

Kuningan tahun 2009.

Metode yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah kualitatif

dengan menggunakan pendekatan studi kasus.

Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam, dokumentasi, studi

pustaka dan Observasi. Subjek dari penelitian ini yaitu beberapa pengurus FKPP

Kabupaten Kuningan. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah

purposive sampling

adalah seseorang atau sesuatu diambil sebagai sempel karena

peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi

yang diperlukan bagi penelitian, lalu dilanjutkan dengan wawancara, observasi

dan dokumen, lalu hasil wawancara dideskripsikan berdasarkan interprestasi

peneliti yang didasarkan oleh hasil wawancara tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses komunikasi politiknya

adalah pengurus FKPP membentuk tim Ting Teng yang kemudian membentuk

Tim Khusus Ulama (TKU) yang bertugas untuk mensosialisasikan keputusan

politik nya kepada pengurus-pengurus FKPP di tingkatan Kecamatan dan Desa.

Budaya yang terbangun adalah budaya

kumaha ceuk kiai. Keputusan politiknya

ditentukan oleh kiai-kiai tertentu, sehingga terkesan kiai lainnya hanya mengikuti

keputusan politik yang sudah di tentukan.

Kesimpulan dari hasil penelitian, bahwa FKPP melakukan komunikasi

politik pada pemilihan Bupati Kuningan tahun 2009, meskipun secara organisasi

tidak terbuka, namun secara individu-individu terlihat adanya keterlibatan FKPP.

(3)

v

By:

Muhajir Affandi

NIM. 41805868

This Essay Guided under:

Drs. Manap Solihat, M. Si

This study raised the case of political communication board of the

Communication Forum of Pondok Pesantren (FKPP) Kuningan District, it aims

to find out how political communication Communication Forum Pondok

Pesantren (FKPP) Kuningan district in Election District Brass 2009.

This type of study is a qualitative approach, the analysis used are the type of

case study analysis. Techniques of data collection is done using in-depth

interviews, documentation, literature and internet searching. The subject of this

research is a great board FKPP Regency Brass. Sampling technique used was

purposive sampling is someone or something is taken as sempel because

researchers assume that someone or something has the information necessary for

research, then followed by interview, observation and documents, and interviews

based on the interpretations of researchers that described by the theory-based

existing theories.

These results indicate that the process of political communication is the

caretaker FKPP form a team "Teng Ting" which later formed the "Special Team

Ulama (TKU)" which served to disseminate his political decisions to managers,

administrators FKPP at District and Village levels. Culture is a culture that is

built up kumaha ceuk kiai. Political decisions are determined by certain kiai, so

impressed the other kiai just follow the political decisions that have been

specified.

Conclusions from the study,thats FKPP use political communication in election

year 2009, not use organization but individualis show in election year 2009.

(4)

vi

Assallamualaikum Wr. Wb

✠✡☛ ☞✌✍ ✎✡✏✡✡ ☞☛ ✑ ✒✓✔ ☞✡ ☞

p

u

✕✏✍☞✖

sy

✎✗✎✘

p

✓✖✎✡✏

s

✙☞✖ ✕☞

t

✗☞✖ ✗✓ ☛ ☞✍ ✏

r

t

✠✡✡ ☞☛

WT, karena atas ridho dan karunia-Nya serta berkah dan rahmat-Nya segala

jalan dan upaya peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada

waktu yang telah ditentukan. Penelitian skripsi ini peneliti lakukan dalam rangka

memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Komunikasi pada Program Studi

Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas di Universitas Komputer Indonesia

Bandung.

Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini bukan merupakan suatu

yang

✛✜✢ ✣✤ ✜ ✣

. Ini merupakan buah dari proses yang relatif panjang, menyita

segenap tenaga dan fikiran. Tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta

hambatan baik teknis maupun non tekhnis. Namun atas izin Allah SWT, juga

berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis

terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Penulis menerima kritik dan

saran tentang penelitian ini agar penelitian ini menjadi lebih baik. Namun penulis

yakin bagaimanapun wujudnya, penelitian skripsi ini adalah salah satu

(5)

vii

dan terkasih Apa dan Umi, serta Adikku, yang selalu membantu dan memberikan

dukungan baik moral, spiritual, dan material serta doa kepada penulis hingga detik

ini. Doa ananda, semoga ananda dapat membahagiakan Apa dan Umi, serta

mampu menjadi seperti apa yang Apa dan Umi harapkan untuk menjadi manusia

yang berguna setidaknya untuk hidup ananda sendiri. Amiien.

Pada kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis ingin

menyampaikan rasa hormat, terimakasih, serta penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik. Tentu, tanpa dukungan dan partisipasi mereka,

kesuksesan ini tidak dapat diraih. Secara khusus, perkenankan penulis

menyampaikan ucapan terimakasih itu dengan sepenuh rasa hormat kepada:

1. Yang Terhormat Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo. Drs., M.A, selaku

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer

Indonesia Bandung, yang telah menandatangani skripsi ini.

2. Yang Terhormat Drs. Manap Solihat., M.Si, selaku Ketua Program

Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia Bandung, dan juga selaku dosen wali

dan dosen pembimbing peneliti yang telah membimbing peneliti dari

semester awal sampai sekarang dan banyak sekali meluangkan waktu

(6)

viii

3. Yang Terhormat Melly Maulin, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan

Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing yang

telah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi penulis dalam

perkuliahan.

4. Yang Terhormat Rismawaty S.Sos., M.Si., selaku Dosen Program

Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis baik saat

penulis melakukan kegiatan perkuliahan maupun dalam menyelesaikan

penelitian.

5. Yang Terhormat Desayu Eka Surya S.Sos., M.Si., selaku Dosen

Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis

khususnya melalui pengetahuan dan wawasan yang ibu berikan kepada

penulis pada saat penulis mengikuti perkuliahan.

6. Yang Terhormat Tine Wulandari M.Si., selaku Dosen Program Studi

Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis baik saat

kegiatan perkuliahan maupun dalam pembuatan surat perizinan yang

berkaitan dengan penelitian yang penulis laksanakan.

7. Yang Terhormat Arie Prasetio M.Si., selaku Dosen Program Studi

Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis baik saat

kegiatan perkuliahan maupun

motivasi

dalam menyelesaikan

(7)

ix

berjuang dalam menyelesaikan penelitian.

9. Yang Terhormat Astri Ikawati A.Md.Kom., selaku Staff Kesekretarian

Program Studi Ilmu Komunikasi atas segala bantuannya dalam

mengurus perizinan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis

laksanakan serta telah membantu penulis dalam hal administrasi

perkuliahan.

10. Yang Terhormat Dosen-dosen dan seluruh Staff Sekretariat Program

Studi Ilmu Komunikasi yang telah ikut membantu dalam kelancaran

penyusunan skripsi.

11. Yang Terhormat Staff Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia

Bandung, yang telah membantu penulis dalam melancarkan segala

administrasi keperpustakaan.

12. Yang Terhormat Bapak KH. Abdul Aziz AN selaku Ketua Umum

Dewan Pengurus Harian Forum Komunikasi Pondok Pesantren

(FKPP) Kabupaten Kuningan yang telah banyak sekali membantu

peneliti dalam memperoleh data serta membantu peneliti dalam

melaksanakan penelitian.

13. Yang Terhormat Bapak KH. Aman Syamsyul Falah, S.,Pd.I. selaku

Ketua III Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten

Kuningan yang telah banyak sekali membantu peneliti dalam

(8)

x

Kuningan yang telah membantu peneliti dalam memperoleh data yang

diperlukan dalam penelitian.

15. Yang Terhormat Bapak KH.Drs. N. Abdullah Dunun selaku Dewan

Pembina Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten

Kuningan yang telah membantu peneliti dalam memperoleh data yang

diperlukan dalam penelitian.

16. Yang Terhormat Bapak Dadang selaku anggota tim kampanye yang

telah membantu peneliti dalam memperoleh data yang diperlukan

dalam penelitian.

17. Terima kasih juga untuk adiku tersayang, Ia Hisnika Zakiyah yang

selalu memberikan motivasi serta doanya dan menjadi tujuan serta

penyemangat hidup saya.

18. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk rekan-rekan seperjuangan

di MAY band : Rizky MAY, Arif MAY, Iwan MAY dan Aan MAY,

terima kasih atas kepercayaannya. Crew MAY band (Topan MAY

Familly , Yandi MAY Familly , Rema MAY Familly dan Orin

MAY Familly ) yang selalu membantu dan mensuport peneliti. Fans

MAY Friends yang selalu mendukung dan memberikan semangat

(9)

xi

agar peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

20. Untuk a Umar

M-three

dan a Ipey

Music Director

yang selalu

bilang

Ayo beresin kuliahnya

. Terima kasih saran, masukan dan

motivasinya.

21. Untuk Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Poltik Universitas Komputer Indonesia Bandung, khususnya

Kelas IK Humas angkatan 2006 dam 2007 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan dukungan,

semangat dan doa kepada penulis.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini

semoga ketulusan serta bantuan dari semua pihak tersebut diatas kiranya mndapat

berkah dan anugrah dari Allah SWT, amiien. Serta semoga skripsi ini kiranya

dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri dan khususnya bagi pembaca

lainnya umumnya.

Amien.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung,

Juli 2011

(10)

1.1.

✯✰ ✱✰ ✲✦✳✴✰ ✵✰ ✶✷✸✰ ✹ ✰ ✴✰ ✺

✻✼✽✾ ✿✾❀✿ ✼❁❂ ❃❄❃ ❅✾ ✽✾ ❆ ✽❇ ❁❈❉ ❁✼❃❈❊❃ ❅❋❂ ✿ ✼❈❃ ❅❋✾ ❁❅❋●❃❈❃❍❆ ❇❈❆❍❀ ✿❍❂ ❃ ❅❋❁❅❃ ❅

●❆■❅●✽ ❅✿✾ ❆❃❉✿❈ ❃❄❍✿ ❅❏❃❍❃❄✾ ✿❉❆❃❀✾ ❁●❁❉ ❇✿❄ ❆●❁❀❃ ❅❑✻✿✾ ❃ ❅❉✼✿ ❅▲✾ ✿❂❃❋❃❆✾ ❃❈❃❄✾ ❃❉ ❁

✾ ❁❂❇❁❈❉ ❁✼ ✾ ✽✾ ❆❃❈ ❊❃ ❅❋ ✾✿ ✼❆ ❅❋❇❃❈❆ ●❆✾ ✿❂ ❁❉ ✽ ✼❃ ❅❋ ❈✿❍❂ ❃❋❃ ❉✼❃●❆✾ ❆ ✽❅❃❈ ●❆ ■❅●✽ ❅✿✾ ❆❃ ▲

❉❆●❃ ❇ ❈ ❁❀ ❁❉ ●❃ ✼❆ ❏❃ ❅❋❇❃ ❁❃ ❅ ❀ ✼ ✽✾ ✿✾ ❉✿ ✼✾✿❂❁❉❑ ▼ ❇✾ ❆✾ ❉✿ ❅✾❆ ❅❊❃ ❃ ❇❃ ❅ ✾ ✿❈❃❈ ❁ ●❆❉❃ ❅❉❃ ❅❋

✽❈✿❄ ❀ ✿ ✼❁❂ ❃❄ ❃ ❅ ✾ ✿❂ ❃❋❃❆ ✾ ✿❂❁❃❄ ❇✿❂❁❉ ❁❄❃ ❅ ❊❃❅❋ ❍✿ ❅❋❃❈❃❍❆ ❀✿ ✼❋✿✾ ✿ ✼❃❅ ❅❆❈❃❆❑

◆✿❍❃❍❀❁❃ ❅❀ ✿✾ ❃ ❅❉ ✼✿ ❅❍✿❍✿ ❅❁❄❆❉ ❁❅❉❁❉❃ ❅❀✿ ❅●❁ ❇❁ ❅❋❅❊❃❍✿ ❅❏❃●❆❂ ❃❉ ❁❁❏❆❃ ❅❂❃❋❆

❇✿❈❃ ❅❋✾ ❁ ❅❋❃ ❅ ✿ ❇✾ ❆✾ ❉✿ ❅✾ ❆ ❅❊❃ ✾ ✿❄❆ ❅❋❋❃ ❉ ✼❃ ❅✾❖✽ ✼❍❃✾ ❆ ✾ ✽✾❆ ✽P❇❁❈❉ ❁ ✼❃❈ ❊❃ ❅❋

●❆❉✿❍❀❁❄❅❊❃ ❄❃ ✼ ❁✾ ✾ ✿ ❅❃ ❅❉❆❃✾❃ ❍✿❍❀✿ ✼❄ ❃❉❆ ❇❃ ❅ ❀ ✿ ✼❁❂❃❄ ❃ ❅ ❊❃ ❅❋ ❉✿ ✼❏ ❃●❆ ❀❃●❃

❈❆ ❅❋❇❁ ❅❋❃ ❅❅❊❃❑

◗✿ ❅ ❁✼ ❁❉ ▼●❆ ◆❁✾❍❃❊❃●❆ ❘ ❙❚ ✥❚ ❯ ▲ ❱❆ ❀✿✾ ❃ ❅❉ ✼✿ ❅ ❉✿❈❃❄ ❉✿ ✼❉❃ ❅❃❍ ❂ ❁●❃❊❃

❉❃ ❅❀❃❀ ❃❍✼❆❄●❃❈❃❍ ❍✿ ❅❋✿ ✼❏❃ ❇❃ ❅❃❀❃✾ ❃ ❏❃ ❊❃ ❅❋●❆❀ ✿ ✼❆ ❅❉❃❄ ❇❃ ❅❇❆❃❆ ▲❃✾❃❈ ❀✿❇✿ ✼❏❃❃ ❅

❆❉ ❁❂❃❆ ❇●❃ ❅❂✿ ✼❍❃ ❅❖❃❃❉ ❁❅❉ ❁❇ ❁❍❃❉●❃ ❅✽ ✼❃ ❅❋❂ ❃ ❅❊❃ ❇

.

1

Dalam tradisi pesantren,

sikap ini disebut ikhlas dan patuh. Misalnya, kiai mengisyaratkan kepada para

santrinya untuk memilih partai politik tertentu, maka mereka mematuhinya

dengan dasar bahwa partai politik yang dipilihnya itu akan menegakkan politik

moral, bukan hanya politik kekuasaan. Adapun di partai politik, budaya tanpa

(11)

pamrih dan politik moral merupakan sesuatu yang kecil kemungkinan terjadi

karena setiap tindakan yang dilakukan anggota partai telah terbentuk beberapa

rumus politik, yaitu, (a) siapa mendapatkan apa?, (b) siapa mengalahkan siapa?,

(c) siapa yang menjadisaingan?, dan (d) siapa yang menjadi teman seiring?. Jadi,

di pesantren telah terbangun citra bahwa partai itu semestinya membangun politik

moral sebagai salah satu basis utamanya dalam meraih dan mempertahankan

kekuasaan. Dengan demikian, politik kekuasaan yang sudah menjadi ciri utama

partai politik harus didampingi dengan politik moral agar kekuasaan yang

diraihnya tidak mengarah pada penghalalan segala cara.

Sebuah pesantren bisa muncul dan terkenal biasanya karena ketokohan dan

aura keulamaan kiainya. Kiai dalam konteks ini adalah simbol masyarakat santri

yang santun, pandai, dan berwibawa yang sangat dihormati dan dicintai

pengikutnya, bahkan oleh masyarakat luas yang simpati kepadanya. Pada sisi lain,

partai politik pun bisa berkembang menjadi besar, di samping karena sistem

yang dibangunnya baik dan modern juga karena pemimpin partainya pintar dan

memiliki karisma besar yang mampu menyedot perhatian dan simpati masyarakat

luas. Itulah sebabnya pemimpin partai itu harus mampu menjadi magnet yang

dapat merebutsimpati rakyat dan harus berupaya sekuat tenaga untuk

menyejahterakan rakyat pendukungnya.

Menurut Edi Kusmayadi (2010) tentang politik bagi pesantren adalah :

(12)

pendukungnya untuk meraih kekuasaan berdasarkan politik moral, politik

itu menjadi tidak berguna sama sekali.

2

Bagi para santri di Pesantren, politik harus dijalankan secara santun dan

menurut kaidah politik moral yang kemudian bisa membimbing para pemegang

amanah kekuasaan agar tidak keluar dari rel moral agama. Hal ini perlu

ditekankan karena saat ini banyak orang yang tergelincir ke dalam

❲❳❨ ❩ ❳❲ ❬❭❬❪❫

,

yaitu politik praktis yang selalu mempragmatiskan persoalan yang seharusnya

berada di atas nilai-nilai luhur agama dan susila.

Jadi, sebuah pesantren

seharusnya dapat memposisikan dirinya secara tepat dalam arus besar

(

❴❵ ❬❛ ❫ ❭❜❝ ❵❴

) politik nasional dan politik daerah agar jati dirinya tetap terjaga dan

citranya sebagai lembaga pendidikan tetap terpelihara.

Hal ini memang sangat sulit karena Pesantren senantiasa berada dalam

arus persaingan kekuatan-kekuatan politik yang mengharapkan dukungan moral

dan kontribusi suara politik dari pesantren ini melalui figur kiainya. Ketika zaman

Orde Baru, tidak sedikit pesantren yang dipandang lebih condong ke sebuah partai

politik besar yang ketika itu menjadi penguasa negeri ini. Akan tetapi pada zaman

reformasi, ketika perundang-undangan politik Indonesia menerapkan sistem

multipartai, tidak sedikit pula pesantren yang menggeser bandul politiknya ke

partai politik baru. Perubahan orientasi dan kontribusi suara kiai ke

partai-partai politik baru diibaratkan sebuah "pasangan pengantin baru" yang sedang

berbulan madu, yang kemungkinan akan mencair kembali setelah "bulan madu"

itu selesai.

(13)

Dalam konteks ini, hal yang perlu diperhatikan oleh pesantrten adalah

sistem nilai yang sudah lama dibangun oleh kiai dan masyarakat pesantrennya.

Apabila tidak hati-hati menghadapi setiap perubahan sosial politik nasional,

orientasi pesantren akan bergeser dari

❞❡❢ ❡❣ ❣❤✐ ❢❥❦ ❧❦❥♠

(mendalami agama) ke

❞❡❢ ❡❣ ❣❤✐❢❥♥❧♥❥♦❡♥❡✐

(mendalami politik) yang lebih kompleks dan berisiko tinggi

(

✐❥♣✐ q❥♥r

). Apabila hal ini terjadi, para pengelola pesantren akan berhadapan

dengan nilai-nilai baru yang bisa berdampak positif, tetapi bisa juga berdampak

negatif. Dampak positif yang diperoleh pesantren adalah terbukanya akses yang

lebar terhadap insfrastruktur politik dan ekonomi sehingga akan memudahkan

pesantren dalam memperluas jaringan kerja sama dengan pihak luar, baik dari

dalam maupun luar negeri. Akibatnya, pesantren akan dikenal lebih luas oleh

masyarakat nasional dan internasional. Adapun dampak negatif yang mungkin

dirasakan pesantren adalah kegamangan dan kehilangan pegangan para santri dan

masyarakat pendukungnya apabila sebuah pesantren terlalu jauh terjun dalam

politik praktis.

Menghadapi peristiwa politik seperti pemilihan Bupati secara langsung akan

sangat dibutuhkan figure individu maupun kelompok yang mampu memberikan

dorongan kepada masyarakat untuk dapat berperan aktif. Hal ini memiliki tujuan

untuk memotivasi pendapat umum atau mewujudkan partisipasi politik,

pendidikan politik, dan perilaku politik serta dapat mengelola pesan politik secara

bijaksana sesuai kebutuhan dalam pemilihan Bupati secara langsung di Kabupaten

Kuningan, seperti peristiwa politik pemilihan Bupati secara langsung yang

(14)

Oleh sebab itu kiai dan pesantrennya merupakan komunikator infrastruktur

yang mempunyai fungsi politik (

st✉ ✈✇

) yaitu memberikan respon dari umpan balik

atas kebijakan publik (

✉ ✈① ②s③✉④②s③⑤

) yang dikeluarkan (

④✈✇✉✈✇

) oleh suprastruktur.

Respon yang diberikan infrastruktur adalah berupa tuntutan dan dukungan yang

akan mempengaruhi proses pembuatan keputusan (

⑥⑦ ③s⑧s④t ⑨⑩ ❶s t❷ ✉❸ ④ ③⑦ ⑧

s) di

konversi (diolah dan diracik) menjadi bahan pertimbangan atau alternatif untuk

membuat kebijakan. Dalam proses sistem politik tersebut diungkap oleh G.A.

Almond dan S. Coleman dikualifikasikan ke dalam lima kelompok, yaitu :

1) Partai politik (

✉④②s✇s③⑩②✉⑩❸✇⑤

)

2) Kelompok kepentingan (

s t✇⑦❸ ⑦ ⑧✇❷❸ ④✈✉

)

3) Kelompok penekan (

✉❸ ⑦ ⑧ ⑧✈❸ ⑦❷ ❸ ④✈✉

)

4) Tokoh politik (

✉④②s✇s③⑩②❹s❷✈❸ ⑦

)

5)

Alat-alat komunikasi politik (

✉④②s✇s③⑩②③④ ⑨⑨✈ts③⑩✇s④t✇④ ④② ⑧

)

Kelima kelompok komunikator infrastruktur tersebut sangat berpengaruh

terhadap situasi kehidupan politik, karena mereka memiliki kemampuan

menggerakan massa dan mampu untuk memobilisasi pendapat umum agar

berpihak kepada mereka. Karena itu elit suprastruktur sangat berkepentingan

untuk saling berhubungan dan menjalin komunikasi dengan komunikator

infrastruktur terutama dalam kepentingan untuk mempertahankan kekuasaannya.

Kelompok komunikator infrastruktur tersebut selalu berusaha untuk mendapatkan

dukungan masyarakat pada waktu terjadi pergeseran atau pergantian elit

kekuasaan seperti pada pemilihan umum dan pemilihan kepala negara dan kepala

(15)

Dalam mengkaji permasalahan ini maka Forum Komunikasi Pondok

Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan ada pada ranah atau level Infrastruktur

politik yang menarik untuk diteliti dalam pemilihan Bupati secara langsung di

Kabupaten Kuningan. Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) yang

notabene diisi oleh para kiai dan figur-figur pondok pesantren yang ada di

Kabupaten Kuningan serta memiliki budaya partisipatif yang memiliki peranan

penting di Kabupaten Kuningan. Forum Komunikasi Pondok Pesantren ini

mempunyai 225 pesantren yang ada di Kabupaten Kuningan yang bisa

diperkirakan mempunyai santri dan simpatisan yang bisa di jumlahkan secara total

ribuan orang yang terdiri dari santri, simpatisan, ataupun alumni dari

pesantren-pesantren tersebut.

FKPP Kabupaten Kuningan adalah wadah para kiai pesantren yang konsen

terhadap kebenaran, kejujuran dan keadilan. satu lembaga strategis baik untuk

mengembangkan dakwah atau untuk mengembangkan sumber daya manusia.

Kapasitasnya sebagai pimpinan pesantren merupakan potensi yang sangat

berharga karena mereka merupakan panutan yang dihormati dan ditaati di

masing-masing wilayahnya.

Visi FKPP adalah terbangunnya keharmonisan yang kokoh antara pondok

pesantren untuk mewujudkan pengembangan dan penyediaan sumber daya

manusia yang berkualitas. Dalam fungsinya FKPP merupakan penggerak gerakan

moral di Kabupaten Kuningan, sehingga untuk menjalankan fungsinya perlu

(16)

Sehingga FKPP bisa menentukan arah hak suara nya pada calon bupati yang

dianggap mendukung dan menguntungkan bagi FKPP di Kabupaten Kuningan.

Dalam memobilisasi masanya, FKPP melakukan komunikasi politik dengan

pesantren-pesantren anggotanya untuk menyamakan suara demi

Amar Ma ruf

Nahyi Munkar. Sehingga pada momentum pemilihan kepada daerah FKPP akan

menentukan pilihannya.

Pada prinsipnya komunikasi politik menurut dahlan (1999) dalam Cangara

(2009) mengatakan :

Komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan

lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan

politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk

membuka wawasan atau cara berfikir, serta mempengaruhi sikap dan

tingkah laku khlayak yang menjadi target politik (Hafied Cangara,

2009:35).

Terdapat beberapa bentuk komunikasi politik yang dilakukan komunikator

infrastruktur politik untuk mencapai tujuannya (Arifin, 2003:65-98) yaitu :

1. Retorika adalah seni berbicara yang berupa berpidato kepada orang banyak

(khalayak).

2. Agitasi Politik adalah proses untuk membangkitkan rakyat kepada suatu

gerakan politik, baik lisan maupun tulisan dengan merangsang dan

membangkitkan emosi khlayak.

3. Propaganda adalah penanaman sugesti untuk mengontrol sikap kelompok

individu lainnya.

4. Public Relations (PR) Politik merupakan suatu upaya alternatif dalam

mengimbangi propaganda yang dianggap membahayakan kehidupan sosial

(17)

5. Kampanye Politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan orang

atau organisasi dalam waktu tertentu untuk memperoleh dan memperkuat

dukungan politik dari rakyat atau pemilih.

6. Lobi Politik adalah adanya kesepahaman dan kesepakatan bersama yang akan

diperkuat melalui pembicaraan formal dalam rapat atau sidang politik yang

akan menghasilkan keputusan sikap politik tertentu.

7. Lewat Media Massa sebagai perluasan panca indra manusia dan sebagai

media pesan dalam hal ini pesan politik untuk mendapatkan pengaruh,

kekuasaan-otoritas, membentuk dan merubah opini publik atau dukungan

serta citra politik, untuk khalayak yang lebih luas yang tidak bisa terjangkau

oleh bentuk komunikasi yang lain.

Bedasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti mengambil

rumusan masalah yaitu:

B

❺❻ ❺❼

m

❺❽❺

Ko

❼❾ ❺❿❼

m

u

n

➀➁➂❼❼❾

t

Ko

o

r

u

m

❼❾ ❺

m

u

n

s

o

n

➄➁❾ ➀➅ ❿❺ ❽➅

tr

n

(

K

➀ ➀

)

K

❺➆❺➇➅

p

u

n

Ku

n

n

❺❽ ➈❺➂ ❺➉ ➀➅❼➂❼➊ ❺❽

m

K

p

❺➂ ❺ ➈❺➅

r

❺➊ ➋❺ ❽❻ ❿➌

n

(

tu

➄❼

K

❺ ❿➌

s

➀❺ ➄❺ ➀➅❻➌

n

r

u

s

B

➅ ❿ ❺➎ ➃

o

r

u

m

Ko

m

u

n

❼❾ ❺❿❼

o

n

➄➁❾ ➀➅ ❿❺ ❽

tr

n

(

➃➏ ➀➀

)

K

❺➆❺ ➇➅

p

u

n

Ku

n

❻❺❽

n

➄❺➂ ❺➉ ➀➅❼➂❼➊ ❺❽

m

Bu

p

❺➇❼ ➋❺❽❻❿➌❻

n

➄❼

K

❺➆

u

p

❺ ➇➅

n

Ku

n

❻❺❽

n

➐❺➊

u

n

➑ ➒ ➒

9

)

➓ ➔

→➣➑ ➣ ↔➄➅❼↕❼❾ ❺ ❿❼

n

t

➙❺ ❿❺➂ ❺➊

Berdasarkan dari latar belakang yang terurai diatas peneliti mengambil

(18)

1.

Bagaimana proses komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren

(FKPP) Kabupaten Kuningan terbentuk dalam pemilihan Bupati langsung di

Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

2.

Bagaimana budaya komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok

Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung

di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

3.

Faktor-faktor apa yang mendasari komunikasi politik Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati

langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

4.

Bagaimana konstruksi realitas komunikasi politik Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati

langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

5.

Bagaimana komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren

(FKPP) Kabupaten Kuningan terbentuk dalam pemilihan Bupati langsung di

Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

1.

➛ ➜ ➝➞ ➟

su

➠➠➞

n

➡➢

u

u

n

➤➥

n

➥ ➦➧

t

➧➞ ➨

➩➜➛ ➜➩➜➝➞ ➟➠

su

➤➥

n

➥ ➦➧

t

➧➞➨

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui

dan mendalami

komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren dalam Pemilihan

(19)

1.

➫ ➭➫➭➯

u

➲➳➵

u

➸➺

n

➺➻➼

t

➼➳➵

Sementara, untuk tujuan dari penelitian ini didasarkan pada rincian

identifikasi masalah yang telah dikemukakan, yaitu:

1.

Untuk mengetahui proses komunikasi politik Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan

Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.

2.

Untuk mengetahui budaya komunikasi politik Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan

Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.

3.

Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang mendasari komunikasi

politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten

Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan

Tahun 2009.

4.

Untuk mengetahui Konstruksi Realitas komunikasi politik Forum

Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam

pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.

5.

Untuk mengetahui komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok

Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati

(20)

1.

➽ ➾ ➚➪➶➹

n

➘ ➘➴➷ ➪

n

➪➬➮➮ ➘ ➴

t

1.

➽ ➾➱➾➚➪➶➹

n

➘ ➘➴✃➪➮

o

r

t

s

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

bagi perkembangan Ilmu Komunikasi secara umum, secara teoritis dapat

memberikan masukan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi.

1.

➽ ➾❐➾➚➪➶➹

n

➘ ➘➴➷❒ ➘❮➮

t

s

Kegunaan penelitian adalah untuk membantu memecahkan dan

mengantisipasi masalah pada permasalahan yang sedang diteliti.

➘➾ ❰ ➘➶➮Ï➮ Ð ➪

n

Ñ➮

r

➘Ñ

t

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

dijadikan literatur dalam mendukung materi-materi perkuliahan bagi

Universitas dan Mahasiswa/i Program Studi Ilmu Komunikasi, juga

sebagai literatur bagi yang memerlukan atau melakukan penelitian

pada kegiatan yang sama.

Ò➾

B

➘➶➮➷➪

n

➪➬➮➮

t

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan

masukan dan dijadikan literatur sebagai bentuk aplikasi yang

diperoleh selama Program Studi Ilmu Komunikasi serta pengetahuan

(21)

ÓÔ

B

Õ Ö× Ø

o

r

u

m

Ko

× ÙÕ Ú×

m

u

n

ÛÜÝ Ù

o

n

ÛÞÚ Õ ß

tr

Þ

n

(

Øà Û Û

) K

Õ áÕ âÞ

u

p

n

Ku

n

×

n

ÖÕß

Penelitian yang dilakukan ini juga diharapkan bermanfaat bagi

Pihak Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten

Kuningan, sebagai suatu pemahaman serta pertimbangan dalam

melaksanakan komunikasi politik yang tepat.

ãÔäÔ

K

Þ

r

Õ ßÖ ÙÕÛÞ× Ù×

m

r

Õß ãÔäÔãÔ

K

ÞÕ ßÖ ÙÕ

r

åÞ×

o

r

×

t

s

Bertolak dari konsep komunikasi dan konsep politik, upaya untuk

mendekati pengertian apa yang dimaksud komunikasi politik, menurut

Dahlan (1999) :

pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses

pengoperan lambang-lambang atau symbol-simbol komunikasi yang

berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang

lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berfikit, serta

mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target

politik . (Cangara, 2009 : 35)

Agar dapat membantu mengindentifikasi unsur

unsur yang terjadi

ketika pesan-pesan komunikasi politik diarahkan untuk mempengaruhi sikap

dan perilaku khalayak, maka dalam penelitian ini teori yang dapat dijadikan

rujukan dari komunikasi politik itu sendiri mengenai perspektif komunikasi

pada opini publik yang diadopsi Nimmo dari paradigma komunikasi

Lasswel (Nimmo : 2005) dalam buku Komunikasi Politik komunikator,

(22)

Siapa ?

Mengatakan Apa?

Dengan Saluran Apa ?

Dengan Siapa ?

Dengan akibat apa ?

(Nimmo, 2005 : 13)

1.

Siapa ? / Komunikator Politik

Komunikator politik tidak hanya menyangkut partai politik,

melainkan melainkan juga lembaga pemerintahan legislatif dan

eksekutif. Dengan demikian, komunikator politik adalah mereka yang

dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna

atau bobot politik. Menurut Sosiolog J.D. Halloran mengungkapkan

tentang komunikator massa bahwa :

komunikator massa sebagai orang yang menduduki posisi penting

yang peka di dalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan

dengan menolak dan memilih informasi yang semuanya terjadi di

dalam sistem sosial yang bersangkutan . (Adiyana, 2008 : 58)

Apa yang dikatakan oleh Halloran tentang komunikator massa

berlaku juga bagi komunikator politik. Komunikator politik ini

memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam proses opini

publik. Menurut Nimmo (2000:72) :

(23)

2.

Mengatakan Apa ? / Pesan Politik

Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara

tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non-berbal,

tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun

tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik.

Fishbein dan Ajzen (Perloff, 1993) mengatakan bahwa pesan akan

dapat mempunyai pengaruh yang besar untuk merubah perilaku

khalayak jika dikemas sesuai dengan kepercayaan yang ada pada diri

khalayak. Karenanya dari tujuan dan tema utama kampanye

hendaknya dibuat pesan-pesan yang sesuai dengan kepercayaan

khalayak . (Venus, 2004)

3.

Dengan Saluran Apa ? / Media Politik

Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan

oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya.

Dalam masalah ini lebih tepat menggunakan Saluran komunikasi

kelompok, misalnya partai politik, organisasi profesi, ikatan alumnim

organisasi sosail keagaamaan, karang taruna, kelompok pengajian,

kelompok tani dan nelayan, koperasi, persatuan olahraga, kerukunan

keluarga, perhimpunan minat dan semacamnya.

4.

Dengan Siapa ? / SasaranPolitik

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat

memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada

partai atau kandidat dalam pemilihan umum. Mereka adalah

(24)

5.

Dengan Akibat Apa ? / efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya

pemahan terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, di

mana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara (vote) dalam

pemilihan umum.

Dalam membicarakan komunikasi politik maka erat kaitannya dengan

budaya komunikasi politik. budaya komunikasi politik pada kehidupan

bernegara di Indonesia berkaitan dengan kampanye, agitasi,

dan

propaganda. Sampai tahun 2002 calon presiden dan wakil presiden, calon

gubernur, calon bupati, dan pejabat-pejabat lainnya yang memerlukan

pemilihan tidak pernah melakukan kampanye secara terbuka. Pada

umumnya para calon tersebut tidak pernah menampakan ambisinya terhadap

kekuasaan.

Hal itu melahirkan sikap bahwa bukanlah calon penguasa atau calon

pemimpin yang harus aktif berkampanye untuk mendapatkan kekuasaan,

melainkan sebaliknya calon penguasa itu harus tenang-tenang saja, dan

rakyatlah atau perwakilan dari rakyat yang ramai-ramai yang memintanya.

Jika seorang pemimpin telah dipilih, maka ia memperoleh mandat

penuh dan dipandangnya sebagai suatu kepercayaan atau amanah. Konsep

mandataris sebagaimana yang dikenal UUD 1945 menimbulkan anggapan

bahwa sangat kurang etis atau kurang layak, jika kekuasaan diserahkan oleh

(25)

digugat secara terbuka dimuka umum. Dari pola pikir ini, kemudian lahir

budaya komunikasi politik yang tidak terlalu terbuka pada kritik.

Meskipun demikian, memasuki era reformasi dengan segala

kebebasannya budaya komunikasi politk cenderung mengalami pergeseran.

Saat ini, dengan mengedepankan demokratisasi, maka budaya komunikasi

politik cenderung terbuka seperti melalu media massa.

Konstruksi sosial (Social Construction) merupakan sebuah teori

sosiologi kotemporer yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas

Luckmann. Menurut kedua ahli tersebut teori ini dimaksudkan sebagai satu

kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan ( penalaran

teoritis yang sistematis ), dan bukan sebagai suatu tinjauan historis

mengenai perkembangan disiplin ilmu. Oleh karena itu, teori ini

memfokuskan pada hal-hal semacam tinjauan tokoh, pengaruh dan

sejenisnya, tetapi lebih menekankan pada tindakan manusia sebagai aktor

yang kreatif dari realitas sosialnya.

Realitas menurut Berger adalah eksis dan struktur dunia sosial

bergantung pada manusia yang menjadi subejknya. Berger memiliki

kecenderungan untuk mencoba menggabungkan dua perspektif berbeda,

yaitu perspektif fungsionalis dan interaksi simbolik, dengan mengatakan

bahwa realitas sosial secara objektif memang ada (perspektif fungsionalis),

namun maknanya berasal dari dan oleh hubungan subjektif individu dengan

dunia objektif (perspektif interaksionis simbolik) (paloma dalam adiyana,

(26)

1.

æ çèçéêë ìíîë

r

é

o

n

ï êë ð

p

tu

Dari uraian tentang kerngka teori di atas, maka untuk mengkaji dan

mendalami komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren

(FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di

Kabupaten Kuningan tahun 2009 dapat digambarkan suatu kerangka

pemikiran sebagai berikut :

ñë ò óë ôõç õ

K

êëìíîë

r

éï ê

o

n

ëð

p

tu

Sumber : Peneliti 2011

õ ç öç ÷êëìøë ë ì

r

t

֐

n

êðù

t

ùë ì

1.

Proses Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP)

Kabupaten Kuningan.

KOMUNIKASI POLITIK

(Tuntutan dan Dukungan)

FKPP

Parpol Pengusung

CABUB

Komunikasi

Politik Pengurus

Besar Forum

Komunikasi

Pondok

Pesantren

(FKPP)

Kabupaten

Kuningan dalam

Pemilihan

Bupati Secara

Langsung di

Kabupaten

(27)

a.

Bagaimana terbentuknya komunikasi politik Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam menyikapi

pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

b.

Bagaimana Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten

Kuningan Mensosialisaikan keputusan politik dalam pemilihan Bupati

langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 dalam konteks

komunikasi politik ?

c.

Bagaimana Konsolidasi Forum Komunikasi Pondok Pesantren baik di

tingkat cabang-cabang maupun anggota sehingga pesan-pesan politik

menjadi keputusan dan sikap politik dalam pemilihan Bupati langsung

di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

2.

Budaya Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP)

Kabupaten Kuningan.

a.

Bagaimana budaya komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok

Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati

Langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

b.

Apa yang mendasari budaya komunikasi politik Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan

Bupati langsung di Kabupaten Kuningan.

3.

Faktor-faktor Yang Mendasari Komunikasi Politik Forum Komunikasi

(28)

a.

Hal-hal apa yang mendasari Forum Komunikasi Pondok Pesantren

(FKPP) Kabupaten Kuningan melakukan komunikasi politik dalam

pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

b.

Mengapa Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten

Kuningan merasa perlu melakukan komunikasi politik dalam

pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

4.

Konstruksi Realitas Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok

Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan.

a.

Bagaimana realitas yang terjadi pada Forum Komunikasi Pondok

Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati

Langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

Catatan

: Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikembangkan dan disesuaikan di

lapangan.

1.

ú û ü

u

ýþÿ ✁ÿ

n

ÿ✂✄✄☎ ✆

t

✝☎✆✞

n

✟☎ ✆

o

r

m

✠ûú û✠ûüýþÿ

u

✁ÿÿ✂✄

n

✄☎ ✆

t

Subjek penelitian ini adalah Forum Komunikasi Pondok Pesantren

(FKPP) Kabupaten Kuningan, subjek penelitian ini dipilih karena

keunikannya. Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten

Kuningan adalah salah satu ormas islam yang hingga saat ini masih

mempertahankan eksistensinya dan FKPP merupakan komunikator dalam

ranah infrastruktur komunikasi politik serta kelompok terorganisir dan

(29)

komunikasi politik di banding dengan warga negara atau masyarakat pada

umumnya.

Penulis menganggap Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP)

Kabupaten Kuningan sebagai sumber informasi atau informan. Menurut

Webster s New Collegiate Dictionary

dalam adiyana slamet, seorang

informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang

kata-kata, frase, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model

imitasi dan sumber informasi (Nugraha, 2011:24).

1.

✡ ☛☞☛✌✍✎✏✍

o

r

m

Dalam menentukan informan, digunakan teknik sampling purpose.

Menurut Sugiono dalam bukunya yang berjudul

Memahami penelitian

Kulalitatif

dikatakan bahwa purpoisive adalah teknik penentuan informasi

dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2007 : 61).

(30)

✑✒ ✓✔✕

1.1

✖ ✗✘

o

r

✙✒✗✚✔

n

✔✕✛

t

✛✒ ✗

Sumber : Peneliti 2011

1.

✜ ✢ ✣ ✔✤ ✥✔

t

✚✔

n

✔✕✛

t

✛✒ ✗

Metode yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah kualitatif dengan

menggunakan pendekatan studi kasus. Lindlof dan Meyer, (dalam Mulyana,

2001:148-149) memasukan semua penelitian naturalistik kedalam paragdigma

interpretif, varian-variannya mencakup teori dan prosedur yang dikenal sebagai

etnografi, fenomenologi, etnometodologi, interaksionisme simbolik, psikologi

lingkungan, analisis semiotika, dan studi kasus. Studi kasus adalah suatu

eksplorasi dari sebuah sistem terbatas atau suatu kasus secara mendetail,

pengumpulan data secara mendalam dari informasi-informasi (Creswell, 1998:61).

✦✧ ✦★✣ ★ ✩ ★

B

★✑ ★✦

K.H. Abd. Aziz A.N

Ketua FKPP

2

K.H. Drs. Abdullah Dunun

Dewan Pembina FKPP

3

K.H. Dodo Murtadlo, Lc

Dewan Pembina FKPP

5

KH. Aman Syamsul Falah

Ketua III FKPP

(31)

Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa

keuntungan.

✫✬

n

✭✮✯

n

dan

Gu

✰✱

(dalam Mulyana, 2008:201) mengemukakan

bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut:

1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian eknik, yakni menyajikan

pandangan subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang

dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara

peneliti dan responden.

4. Studi kasus memungkinkan pmbaca untuk menemukan konsistensi internal

yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi

juga kepercayaan (tustworthiness).

5. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas

transferabilitas.

6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konstek yang turut berperan bagi

pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Dalam penelitian ini, pendekatan kasus yang diamati yakni mengenai

komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten

Kuningan.

Penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi adalah sebagai perspektif

subjektif. Asumsi-asumsi dan pendekatan serta teknik penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini sangat relevan dengan ciri-ciri dari penelitian yang

(32)

1.

Sifat realitas yang bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah

berubah-ubah), dikonstruksikan, dan

holistic

(pembenaran realitas bersifat relatif),

2.

Aktor (subyek) bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas, dimana

prilaku komunikai secara internal dikendalikan oleh individu,

3.

Sifat hubungan dalam dan mengenai realitas,

4.

Hubungan peneliti dengan subjek penelitian juga bersifat strata, empati,

akrab, interaktif, timbal balik, saling mempengaruhi dan berjangka lama,

5.

Tujuan penelitian terkait dengan hal-hal yeng bersifat khusus,

6.

Metode penelitian yang deskriptif,

7.

Analisis bersifat induktif,

8.

Otentisitas adalah kriteria kualitas penelitian subyektif, dan

9.

Nilai, etika, dan pilihan moral penelitian melekat dalam proses penelitian.

(Mulyana, 2008:147-148).

Bodgan dan Taylor (Moleong, 2002:3) menyatakan bahwa pendekatan

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Metode penelitian merupakan prosedur yang digunakan dalam upaya

mendapatkan data atau informasi yang diperlukan guna memperoleh jawaban atas

pertanyaan penelitian. Penentuan dan teknik yang digunakan haruslah dapat

mencerminkan relevansi dengan fenomena penelitian yang telah diuraikan dalam

(33)

1.

✲ ✳ ✴✵✶

n

✷✸ ✹✵

n

✺✻✼

p

u

✽✾✿❀✾❁ ✾

✾✳ ❂✾❃✾✿❄✾❅✾❆✵

n

❇✾✽✾✼

(

Indepth Interview

)

Untuk memperdalam lagi data yang akan diperoleh maka dalam

penelitian ini akan menggunakan wawancara mendalam

(Indepth interview).

Jenis wawancara ini dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih

mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan yang menjadi pokok

dari minat penelitian. Pedoman wawancara mengancar-ancarkan peneliti

mengenai data mana yang akan lebih dipentingkan. Pedoman wawancara

biasanya tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, tetapi sekadar

garis besar tentang data atau informasi apa yang ingin didapatkan dari

informan yang nanti akan dikembangkan dengan memperhatikan

perkembangan, konteks, dan situasi wawancara. Agar hasil wawancara yang

didapat, terekam dengan baik, peneliti akan melakukan wawancara kepada

informan yang telah ditentukan, maka dibutuhkan alat-alat sebagai berikut:

1.

Buku catatan, yang berfungsi untuk mencatat semua hasil dari

interview

dengan informan,

2.

Tape recorder, berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan pada saat

interview

berlangsung,

3.

Hasil wawancara yang berisikan pertanyaan dan jawaban dari informan

secara lengkap.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer)

yang mengajukan

(34)

pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara itu sendiri, seperti yang

ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), dikutip dalam Moleong yakni,

untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Moleong, 2002: 186).

Untuk dapat memperoleh data yang akurat peneliti telah menetapkan

narasumber yang akan diwawancara dalam penelitian ini adalah Bapak K.H.

Dunun selaku Wakil Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP),

bapak K.H. Mahmud Silahudin selaku anggota Nahdlatul Ulama (NU) Selaku

pihak yang bersikap netral, Cecep selaku santri pondok pesantren Nurul

Huda, dan tim sukses dari calon bupati yang diusung.

❈❉ ❊❋ ●❍

u

m

■ ❏ ❑

n

t

Metode atau teknik pengumpulan data melalui dokumentasi adalah

salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial.

Dokumen merupakan catatan yang didalamnya terdapat sebuah peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen tersebut bisa dalam bentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental seseorang.

▲❉ ▼

tu

◆ ❑

K

❍■●■■ ❖

p

u

st

Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memenuhi atau mempelajari

serta mengutip pendapat-pendapat para ahli yang berbungan dengan

permasalahan yang diteliti. Studi pustaka menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008) adalah suatu kajian, telaah literatur tertulis (buku, artikel,

(35)

P

.

◗ ❘

t

r

n

t

Searching

❚❯ ❚❱❲ ❙

n

❙❳

u

su

r

❚❘

Online

Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,

peneliti juga memanfaatkan

Internet Searching

untuk memperoleh data yang

lebih maksimal. Sebagaimana dikutip bahwa Metode penelusuran data

Online

dalam tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti

internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas

online,

sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online

yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin,

dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bugin, 2007:125).

.

❨ ❩❬ ❙❭ ❚ ❬❪

r

Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, Banyak gejala yang hanya

dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit dibantah.

3

❫❴ ❫❵❴ ❛ ❙❜❪❝

n

n

❚❳❪❬ ❚❡ ❚❯❚

Analisis data menurut Patton (dalam Meleong, 2002:103), adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori, dan

satuan urutan dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang

penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan melalui deskripsi data penelitian,

penelaahan tema-tema yang ada, serta penonjolan-penonjolan pada tema tertentu

3

(36)

(Creswell, 1998:61). Teknik analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian

sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data.

Menurut Maman (2002:3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan

suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi.

Menurut

❢ ❣❤ ✐❥❦

, analisis data adalah,

Proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008:244) .

Terdapat beberapa tahap dalam analisa data yang umum dilakukan dalam

penelitian kualitatif, yaitu (Huberman dan Miles dalam Bungin, 2003:69)

1.

Kategorisasi data, peneliti mengumpulkan informasi-informasi yang penting

yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya mengelompokan data

tersebut sesuai dengan topik masalahnya.

2.

Reduksi data. dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan

perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang

diperoleh.

3.

Sajian data. Data yang telah terkumpul dan dikelompokan itu kemudian

disusun sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah

komponen-komponen penting dari sajian data.

4.

Penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data

sesuai dengan konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari interpretasi

yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah

(37)

Triangulasi adalah tiga langkah pengumpulan data, Triangulasi dapat

dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu

wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk

mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut

Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas

tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.(Nugraha,

2011:32)

1.11.

❧♠ ♥♦♣ qr ♦

n

s♦ ♥

tu

t✉

n

✉✈q

t

q ♦✇

①② ① ①② ①②❧♠ ♥♦♣ qt✉

n

✉✈q

t

q ♦✇

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada organisasi

masyarakat Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten

Kuningan, alamat Jl. Syekh Muhibbat Rt 04/01 Kelurahan Windusengkahan

Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan. Telepon (0232) 875650

①② ① ①② ③②s♦ ♥

tu

t✉

n

✉✈q

t

q ♦✇

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan terhitung dari bulan April

sampai bulan Mei 2011. Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel

(38)

④⑤ ⑥⑦⑧

1.1

⑨⑤ ⑩

w

⑤ ⑧❶⑦

n

⑦⑧❷❷⑤❸

t

o

r

❻ ❼❻

n

❽❻

r

t

❿➀➁➁ ➂

p

r

❼➃❿➀➁➁ ❽ ❾❼❿➀➁➁ ➄

u

n

❼❿➀➁➁ ➄

u

➃❼❿➀➁ ➁

➂➅

u

stu

s

❿➀➁➁ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇ ➁ ❿ ➆ ➇

1

Persiapan

Pengajuan

judul

ACC Judul

Bertemu

pembimbing

Penulisan BAB

I

Bimbingan

Seminar UP

Penulisan BAB

II

Bimbingan

Penulisan BAB

III

Bimbingan

2

Pengumpulan

data

Instansi

Wawancara

Bimbingan

3

Pengolahan

data

Penulisan BAB

IV

Bimbingan

4

Penulisan BAB

V

Bimbingan

5

Penyusunan

skripsi

Bimbingan

6

Sidang

➈➉ ➈➊➉ ➋❷

st

⑦⑤

m

❷➌⑤

t

❶⑦

n

u

⑧❷➍⑤❸

Hasil dari penelitian ini, dituangkan dalam skripsi yang disusun berdasarkan

(39)

➎➏ ➎➐ ➑➒ ➓➔➏ →➣↔ ➣➏ ➓

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi

masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian secara

teoritis dan praktis, kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual,

teknik pengumpulan dan analisis data, populasi dan sampel, lokasi dan

waktu penelitian, serta sistematika penulisannya.

➎➏ ➎➐ ➐ ↕➐ ➓➙➏➣➏ ➓➑➣➛↕ ➏

K

Dalam bab ini diuraikan dan dijelaskan mengenai teori-teori

berdasarkan studi kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan

atau kasus yang diteliti dalam penelitian ini.

B

B

➐ ➐➐ ➜

B

➙➒

K

E

E

↔ ➐ ↕ ➐➏ ➓

Sementara pada bab ini berisikan uraian mengenai objek atau tempat

peneliti melakukan penelitian, yaitu di Kantor Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan.

B

B

➐ ➝

H

➏➛➐ ↔➑

E

E

↔ ➐ ↕➐ ➏ ➓➔➏ ➓➑

E

B

H

➏➛➏ ➓

Dalam bab ini berisikan tentang uraian dari hasil penelitian

berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti. Uraian dari

hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dari lapangan,

mencakup Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren

(FKPP) dalam pemilihan kepala daerah yang peneliti peroleh melalui

(40)

searching

atau penelusuran data

online. Kemudian dalam Bab ini akan

dilakukan pula penganalisisan terhadap data-data tersebut.

➟➠ ➟➡

➢➤ ➥➦ ➧➨➩➫ ➠➭➯➠➭➥➠ ➲➠➭

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan guna

menjawab identifikasi masalah yang menjadi acuan dalam penelitian

ini serta di cantumkan pula saran-saran untuk kampus Universitas

Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, serta para peneliti

(41)

➳ ➵ ➹➘ ➴➘ ➼➷➬➮ ➱✃ ➱➬ ➼❐➬❒ ➱➬❮➶❰ Ï✃➬➷Ð ➱Ñ➷

➹➘ ➴➘ ➴➘ ➚❐ÒÐ❐ ÏÓ➱➬❮ ➱➬Ô➱➬Õ❐Ö➷➬➷ Ñ➷➻×Ï✃➶❰ Ï✃➬➷Ð ➱Ñ➷

ØÙÚÛÜÛÝ ÞÝ Þ ßàÞÝ á â ÞÝ ã ßáÛä ß Ûå ÛàÛæ ç Ùã è Ùé ÛæÝÛã é Ùãé Ûãè çÙÜ ßäé ßêÛ

áâÞÝãßá Ûä ß

y

Ûãè åßçÙÜ âàÙæ Þ ÙàÛàÝß ä Ý ÛéÝ ç Ùã Ùàßé ßÛã é Ùãé Ûãè ä ßä é ÙÞë ç Üâä Ùä

åÛã ç ÙãèÛÜÝ æã

y

Û

y

ÛãèåÛç ÛéåßàÛáÝ á Ûã ä ÙÚÛÜÛ Ü Ûä ßâãÛàåÛãä ßä é ÙÞÛé ßäë ä ÙÜé Û

áÙìÙãÛÜÛã ãÛ

y

åÛç Ûéå ßÝíßåÛãåßèÙãÙÜÛàßä Ûä ßá Ûãî

ïÙã Ý ÜÝé ç ÛÜÛÛæ àßë ð ÞÝ ñ âÞÝãßá Ûä ßåßÛã è èÛç ìÛè ßÛãåÛÜß ßàÞÝ ä âä ßÛà

åÛã ÞÙÜÝçÛáÛã ßàÞÝ é ÙÜ ÛçÛã òóô ôõö÷ø ù úö÷ûú÷ üë å Ûã áÛÜÙã Û é ÙÜÞ Ûä Ýá áÙ

åÛàÛÞ ßàÞÝ ä âä ßÛà å Ûã ßàÞÝ é ÙÜÛçÛãë ÞÛáÛ ð àÞÝ ñ â ÞÝ ã ßáÛä ß ä ßý Ûéã þÛ

öûÿ÷ ø öù öôõöû ÷ òÛã é ÛÜå ßä ßç àßã Ûé ÛÝ ìßåÛã è ä éÝ å ßü å Ûã ✁✂õÿöøöù öô õöû÷

òÞÙàßìÛéáÛã ìÙÜìÛè Ûß å ßä ßçàßã ßàÞÝü î ✄ Ûà ßéÝ å ßä ÙìÛìá Ûã â àÙæ âìíÙá

Þ Ûé ÙÜßÛàãÛ

y

ä ÛÞ Û å ÙãèÛã ßàÞÝ ☎ßàÞÝ àÛßã ãÛë

y

é ÙÜÝé ÛÞ Û

y

Ûãè é ÙÜ ÞÛä Ý á á Ù

åÛàÛÞßàÞÝä âä ßÛà✆ßàÞÝá ÙÞÛä

y

ÛÜ Ûá Ûé Ûãî

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang

(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya

lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate)

(Mulyana, 2008:62).

Istilah Komunikasi menurut

✝✞❐ÒÒ✟

dalam

✠ÿ ✂ó ÿ

(1983) berasal dari

bahasa Latin

ú✡✁✁ ✂ûöù

yang artinya membuat kesamaan atau membangun

(42)

✌✍✎✏ ✑✒✓✏ ✔✏✕ ✖ ✏✓✗ ✏ ✘✏✓ ✘✏✙✏ ✖✏✕✏ ✚ ✑✏ ✛✏ ✔✏ ✕✏✙✗✜ ✢ ✣ ✤ ✥✥✦✧ ★✩✤ ✪ ✩✤✥✥✦✧★✩✫ ✬★✤

✏✙✏ ✍✩✤✥✥✦✧ ★ ✩✫✭✮✏✜ ✎

y

✑✒✓ ✏✓ ✙✗✚✒ ✚ ✑✏ ✎✗✢ ✯✰✏✜ ✎✏✓ ✏✱✲✳✳ ✴ ✵✲ ☞✶✢

✷✒ ✸✏✓✏ ✔✒✖ ✒✓ ✛✏✜ ✏ ✘✹ ✚✍✜ ✗✘✏ ✔✗ ✖ ✏✺✏✙ ✙✒✓ ✌✏✖ ✗ ✏✺ ✏ ✑✗✕✏ ✏✖✏ ✘✒ ✔✏ ✚✏✏✜

✏✜ ✙✏✓✏✺ ✒✜✏ ✚✺ ✏✗✏✜

y

✺ ✒ ✔✏✜ ✖✏ ✜ ✹✓✏✜ ✎✏✜ ✎

y

✚✒✜ ✒✓✗ ✚✏ ✺✒ ✔✏✜ ✢ ✻✕✒ ✛ ✔✒ ✑✏ ✑✗✙ ✍✱

✘ ✹✚ ✍✜ ✗ ✘✏ ✔✗ ✑✒✓✎ ✏✜✙ ✍✜✎ ✺✏✖ ✏ ✘✒ ✚✏ ✚✺ ✍✏✜ ✘✗✙✏ ✍✜✙ ✍ ✘ ✖ ✏✺✏✙ ✚✒ ✚✏ ✛✏ ✚✗ ✔✏✙ ✍

✖ ✒✜✎ ✏✜✏✜ ✎

y

✕✏✗✜✜✏

y

✯ ✩✤✥✥✦✧★✩✫ ✬★✤ ✧ ✼✮ ✽✮✧✼ ✾ ✤✧ ✤ ✦✭✫✿★❀★✬

y

✬✤ ✦✧✼ ✮ ✭✾✬✫ ✧✼

✤ ✧✮ ✫✧ ✤ ✬❁✮ ✭ ✶✢ ❂✒✕✏✕ ✍✗ ✘ ✹✚ ✍✜ ✗ ✘✏ ✔✗✱ ✔✗ ✘✏✺ ✖ ✏✜ ✺ ✒✓✏ ✔✏✏✜ ✔✒ ✔✒ ✹✓✏✜ ✎ ✏✙✏ ✍

✔✒ ✘✒✕ ✹ ✚✺✹✘✹✓✏✜ ✎✖✏✺ ✏✙✖✗✺ ✏ ✛✏ ✚✗ ✹✕✒ ✛✺✗ ✛✏ ✘✕✏✗✜✢ ❃✘✏✜✙✒✙✏✺✗✱ ✘✹ ✚✍✜✗ ✘✏ ✔✗

✛✏✜✏

y

✏ ✘✏✜ ✒ ❄✒ ✘✙✗ ❄ ✏✺ ✏ ✑✗✕✏ ✺ ✒ ✔✏✜ ✏✜ ✎

y

✖✗ ✔✏ ✚✺ ✏✗ ✘✏✜ ✖✏✺ ✏✙ ✖ ✗✙✏ ❄✔✗✓ ✘✏✜ ✔✏ ✚✏

✹✕✒ ✛✺ ✒✜ ✒✓✗ ✚✏✺ ✒ ✔✏✜✙✒✓ ✔✒ ✑✍✙✢

❅✹ ✚✍✜✗ ✘✏ ✔✗ ✔ ✍✖ ✏ ✛✖✗✺ ✒✕✏ ✌✏✓✗ ✔✒ ✌✏ ✘✕✏ ✚✏ ✖✏✜✙✒ ✓ ✚✏ ✔✍ ✘✑✏✓✏✜ ✎ ✏✜ ✙✗ ✘❆✱

✙ ✹✺✗ ✘ ✗✜✗ ✚✒✜✌✏✖✗ ✺ ✒✜✙✗✜ ✎ ✘ ✛✍ ✔✍ ✔✜✏

y

✺✏✖ ✏ ✏ ✑✏✖ ✲✳ ✘✏✓✒✜ ✏ ✺ ✒✓✙ ✍✚ ✑✍ ✛✏✜

✘ ✹✚ ✍✜ ✗ ✘✏ ✔✗ ✖✗✎ ✏ ✚✑✏✓ ✘✏✜ ✔✒ ✑✏✎✏✗ ✺ ✒✜✒ ✚ ✍✏✜ ✏✜✎

y

✓✒ ❇ ✹✕ ✍ ✔✗ ✹✜✒✓

, hal ini

dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio,

televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi

bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam

tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana

komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi

pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan

dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.

Menurut

❈❉ ❊❋ ●

dan

❍ ■ ❏ ❑●❋ ▲

c

(1981), mengatakan bahwa

komunikasi adalah:

(43)

❖P◗P ❘❙❚❚❙

y

❙❯❙❚ ❱P ❲❙ ❳❙ ❨❙ ❩ ❙ ◗P❚ ❖ ❳ ❬❚❖❬❘ ❱P❙❚

y

❙❚ ❖ ❭ ❬❚ ❨❙ ◗❙❭

.

(Cangara, 2004 :19)

Lain halnya dengan definisi komunikasi yang diberikan oleh

❪❫❴❫ ❵

c

❜❝❞❫❞ ❡ ❢❢ ❣❫❤✐

. Menurutnya komunikasi yaitu: Proses pernyataan

antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang

kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

(Effendy, 1998 :28).

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat

disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan

atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti

atau makna diantara mereka.

Dimulai dengan pengambilan kata

Humas yang merupakan

terjemahan dari

❥❦ ❧♠♥♦ ♣q♠r s♥ t✉ ✈

. Maka tak heran, kita sering menemui

penggunaan sebutan

Direktorat Hubungan Masyarakat atau

Biro

Hubungan Masyarakat bahkan Bagian Hubungan Masyarakat sesuai

dengan ruang lingkup yang dijangkau.

Jika dikaitkan dengan

✈ srsq t✇ ❧q♥✉ ①

, dan sesuai dengan

②q s③ t④ t ✇

♦ t②②❦✉ ♥♦r s♥ t✉

, maka istilah Humas dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi,

jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat itu, hanya

mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya

menyebarkan

⑤ ⑥q ✈ ✈ ⑥q♠qr✈q

ke media massa , mengundang wartawan untuk

jumpa pers atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut

(44)

⑨⑩❶❷ ❸❷ ❹

J

❺❻❼ ❽❾ ❿ ➀➁➁➂➃ ➄ ➅ ⑩➆ ➇➈ ➇➉➊ ➇❶ ➇ ➋➉ ➌❷ ❹➉ ➍ ➎➏ ⑩➐ ➑❷ ➅ ➇➋➉ ➑❷ ➅➏ ➇❶ ➋➇➏ ➇➊ ➆ ❷ ➌❷ ❶

y

➇➄

M

➒ ➓➒ ➔ →➣→➓ ↔ ↕➓ ➙➛ ➜➝↕➞ ➟ →➠ ➡↕➞ →➢ ↔➤ → ➥➛→➢↔ ➦➧➠ →➦➦ →➞↔↕➡ →

➨→➠➦➧ ➠ ➣➒➓ ➞ →➄

y

➇❶➈ ➇❸ ❹➉ ❶➩➇ ➍⑩❸ ➇❶ ➫❷ ➊ ➇➅➭➯ ➑ ➋ ➉ ❶➇➅ ➉ ❶ ➅❹➇❶ ➅➉ ➇❹➇❷ ➏ ⑩➊➆➇➈➇

➌ ⑩➍⑩➊⑩❸➉ ❶❹➇➐➇❶ ❹⑩❸➋ ➇➍ ➇❹ ➆ ⑩➆⑩❸

Gambar

Gambar 4.1Model Proses Komunikasi Politik Pengurus Besar Forum Komunikasi
Gambar 4.2Bagan Kategori Kubu Pengurus Besar Forum Komunikasi Pondok

Referensi

Dokumen terkait

Aziz, untuk mengetahui Azizah strategi atau cara 2012, yang ditempuh dengan oleh Bank judul Syariah Mandiri “Strategi Cabang Pembantu Penanganan Bone dalam Pembiayaan

Hasil utama dari pengembangan yang dilakukan di SMA Negeri 2 Meng- gala adalah instrumen penilaian lapo- ran hasil praktikum yang dilengkapi dengan perangkat praktikum

Bagaimana algoritma untuk menampilkan hasil pembacaan masukan sinyal analog ke dalam bentuk grafik pada monitor dengan tampilan meniru osiloskop sebenarnya.. Bagaimana

Kerjasama antara kedua sektor ini adalah dilihat sebagai program terbaik di dalam melestarikan pendidikan dan pembangunan sumber manusia Negara.Menurut Zaini Ujang

Jika ketika akad nikah maharnya disebutkan dan belum terjadi jima‟ antara suami dan isteri lalu suami mentalak isterinya, maka isteri berhak mendapatkan setengah

4.4 Mempraktikkan dasarpengenalan di air menggunakan variasi gerak dasar dalam bentuk permainan terutama yang berhubungan dengan gerakan lengan tangan, tungkai kaki dan

Bersama ini, kami ingin menyampaikan kepada Bapak/Ibu bahwa Divisi Hematologi-Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RSHAM Medan, bermaksud mengadakan penelitian mengenai

HasH percobaan pengambilan kadmium oleh Perna Viridis yang merepresentasikan kenaikan konsentrasi terhadap lamanya kontak dengan I09Cd dalam air taut dan konsentrasi I09Cd