• Tidak ada hasil yang ditemukan

Public Attitudes Towards The Program Of Resilient Coastal Village Development In Teluk Naga Sub District Tangerang District Banten Province

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Public Attitudes Towards The Program Of Resilient Coastal Village Development In Teluk Naga Sub District Tangerang District Banten Province"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP

PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR

TANGGUH DI KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN

TANGERANG PROVINSI BANTEN

NINI KUSRINI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

(4)

RINGKASAN

NINI KUSRINI. 2014. Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Dibimbing oleh: SITI AMANAH dan ANNA FATCHIYA

Wilayah pesisir Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat, (2) tingginya kerusakan sumberdaya pesisir, (3) rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal, serta (4) rendahnya infrastruktur desa dan kesehatan lingkungan pemukiman. Hal tersebut berpengaruh pada tingginya kerentanan terhadap bencana alam dan perubahan iklim pada desa-desa pesisir.

Kondisi tersebut juga dialami oleh masyarakat pesisir yang berada di Kecamatan Teluk Naga, Tangerang, Banten. Sebagai respon terhadap situasi tersebut pemerintah melaksanakan program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh pada tahun 2012. Program PDPT merupakan salah satu langkah dalam penguatan kondisi pesisir, melalui pelaksanaan lima kegiatan program yakni bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina infrastruktur dan lingkungan, serta bina siaga bencana. Dalam implementasi kegiatan program membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam mensukseskan tujuan program.

Penelitian ini menganalisis sikap masyarakat terhadap program PDPT dan faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap Program PDPT. Penelitian didesain dengan menggunakan metode survai. Lokasi penelitian adalah Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara, di Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Penentuan desa dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa desa-desa tersebut merupakan desa-desa yang sedang melaksanakan program. Sampel penelitian adalah 60 responden, dipilih dengan menggunakan stratified random sampling diambil secara proporsional berdasarkan sebaran kegiatan kelompok peserta program PDPT. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2013. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner untuk memperoleh informasi terkait karakteristik personal responden, karakteristik sosial, tingkat pengelolaan program, serta gambaran sikap masyarakat pemanfaat program di desa penelitian. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait. Pengolahan dan analisis data menggunakan statistik deskriptif, dan statistik inferensial (Rank Spearman) dengan menggunakan software SPSS 20.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat memiliki sikap positif terhadap program, hanya saja belum memperlihatkan aksi nyata dalam peneliharaan lingkungan secara berkelanjutan. Tingkat penerimaan dan respon masyarakat berada pada kategori tinggi yakni 55.0 % dan 48.3%. Namun pada sikap menghargai dan pembentukan nilai berada pada kategori sedang yakni 48.3 % dan 73.3 %, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum mampu membentuk karakter dalam menjaga kondisi lingkungan, infrastruktur, ekonomi, serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Analisis Rank Spearman menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program PDPT, adalah karakteristik lingkungan sosial dan tingkat pengelolaan program.

(5)

SUMMARY

NINI KUSRINI. 2014. Public Attitudes towards The Program of Resilient Coastal Village Development in Teluk Naga Sub District Tangerang District Banten Province. Supervised by SITI AMANAH and ANNA FATCHIYA.

Indonesian coastal areas faces four main issues, namely: (1) high levels of poverty, (2) high damage of coastal resources, 3) low independence of the village social organization and fading local culture, and (4) low infrastructure in the village and residential environmental health. Those factors are likely to increase vulnerability of the community to natural disasters and climate risks.

The above condition is also experienced by coastal community living in Teluk Naga Sub District, Tangerang, Banten. Has also experiencing the above condition, in response to the situation the government launced Resilient Coastal Village Development program in 2012. This program is one of the steps in strengthening the coastal conditions by implementing five main things (the coaching of people, effort, resources, infrastructure, environment, and disaster awareness as well). In implementing the program, it requires the community involvement, therefore, the program could be successful.

This study analyzes the attitude of people towards the program and factors associated with the attitudes towards program. The study was designed by using survey method. The location of this research was in the village of Tanjung Pasir and Muara, in Teluk Naga District, Tangerang Regency. The determination of the village was done by considering that the village was still implementing the program. The sample was 60 respondents, selected by using stratified random sampling, taken proportionally, based on the group activity distribution of the participants of program. Data collection was conducted in June to August 2013. Primary data were collected through direct observation and structured interviews used questionnaire to obtain the information related to the characteristic of respondents, social, the level of program management, and the attitude description of people using the program in the village.The secondary data were obtained from various related institutions. The data management and analysis used descriptive statistics, and inferential statistics (Rank Spearman) by using SPSS 20 software.

The results showed the coastal community had attitude positive respon but attitudes not showing the real action in the maintenance of sustainable environment. The level of acceptance and community response were at high category, i.e. 55.0% and 48.3%, but in the attitude of respecting and value establishment were in the middle category, i.e. 48.3% and 73.3%. This indicated that the community had not been able to develop character that could maintain the environmental conditions, infrastructure, economy, and disaster awareness. Spearman rank analysis showed that the factors associated with people’s attitudes towards program were the characteristic of social environment and program management level.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)
(8)
(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP

PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH DI

KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG

PROVINSI BANTEN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan berkah-Nya, penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian tentang Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh sangat diperlukan untuk mendalami pandangan dan respon masyarakat terhadap upaya pembenahan kondisi pesisir baik dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi.

Tesis yang berjudul “Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Desa Pesisir Tanggguh di Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Magister Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Penelitian disusun atas bimbingan Dr Ir Siti Amanah, MSc sebagai Ketua Komisi dan Dr Ir Anna Fatchiya, MSi sebagai Anggota Komisi. Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan Ibu-ibu Komisi Pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sejawat PPN 2011(Hafni Zahara, Krisnawati, Ibu Irma Febrianis, Pak Suherdi, Pak Zainuddin, Pak Multi Sukrapi, Rikhlata, Rafnel Azhari, Pak Iwan Setiawan, Pak Darojat Prawiranegara, dan Pak Akrab) atas dukungan yang diberikan. Terima kasih juga disampaikan kepada Direktorat Pendidikan Tinggi selaku pemberi dana beasiswa studi (BPPS) bagi penulis. Tidak lupa pula kepada pemerintah Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara sebagai lokasi penelitian. Kepada seluruh responden dan enumerator yang telah membantu sehingga seluruh data yang dibutuhkan dapat dikumpulkan, diucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga, kakak-kakakku tercinta, atas kasih sayang, dukungan dan segala doa yang diberikan selama ini.

Penulis terbuka atas masukan, koreksi, dan saran terhadap karya ilmiah ini. Atas perhatian yang diberikan, diucapkan terima kasih. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh 5

Karakteristik Masyarakat Pesisir 6

Pengembangan Masyarakat 7

Konsep Sikap 9

Faktor yang Mempengaruhi Sikap 10

Karakteristik Personal 11

Karakteristik Lingkungan Sosial 15

Pengelolaan Program 18

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 19

Kerangka Berpikir 19

Hipotesis 21

METODE PENELITIAN 22

Rancangan Penelitian 22

Lokasi dan Waktu Penelitian 22

Populasi dan Sampel 22

Data dan Teknik Pengumpulan Data 24

Validitas dan Reliabilitas Instrumen 25

Konseptualisasi dan Definisi Operasional 26

Analisis Data 30

HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Gambaran Umum dan Pelaksanaan Program Pengembangan

Desa Pesisir Tangguh 30

Karakteriristik Personal 36

Karakteristik Lingkungan Sosial 41

Tingkat Pengelolaan Program 44

Sikap Masyarakat terhadap Komponen Program Pengembangan

Desa Pesisir Tangguh. 48

Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Desa Pesisir

Tangguh 50

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Masyarakat Pesisir

(14)

SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58

LAMPIRAN 61

DAFTAR TABEL

1. Sebaran populasi berdasarkan kegiatan program 23

2. Gambaran umum dua desa penelitian, 2013 31

3. Perkembangan kegiatan PDPT di Desa Tanjung Pasir 34

4. Perkembangan kegiatan PDPT di Desa Muara 35

5. Umur peserta program PDPT di dua desa penelitian, 2013. 36 6. Tingkat pendidikan formal peserta program PDPT di dua desa

penelitian, 2013. 37

7. Tingkat pendidikan non formal peserta program PDPT di dua desa

penelitian, 2013. 38

8. Jumlah tanggungan keluarga peserta program PDPT di dua desa

penelitian, 2013. 38

9. Tingkat kekosmopolitan peserta program PDPT di dua desa penelitian,

2013. 39

10.Tingkat pengetahuan peserta, tentang program PDPT di dua desa

penelitian, 2013. 40

11.Tingkat dukungan tokoh masyarakat terhadap peserta program PDPT di

dua desa penelitian, 2013. 41

12.Pendapat peserta program PDPT terhadap peran kelompok di dua desa

penelitian, 2013. 42

13.Pendapat peserta program tentang intensitas kegiatan kelompok PDPT

di dua desa penelitian, 2013. 43

14.Pendapat peserta program PDPT terhadap kejelasan program (konteks)

di dua desa penelitian, 2013. 44

15.Pendapat peserta program PDPT terhadap pengelolaan sumberdaya

(input) di dua desa penelitian, 2013. 45

16.Pendapat peserta program PDPT terhadap proses kegiatan program, di

dua desa penelitian, 2013. 46

17.Pendapat peserta program PDPT terhadap tingkat pencapaian program,

di dua desa penelitian, 2013. 47

18.Tingkat penerimaan masyarakat pesisir terhadap program PDPT di dua

desa penelitian, 2013. 48

19.Tingkat menanggapi masyarakat pesisir terhadap program PDPT di dua

desa penelitian, 2013. 49

20.Tingkat penghargaan masyarakat pesisir terhadap program PDPT di dua

(15)

21.Tingkat pembentukan nilai peserta program PDPT di dua desa

penelitian, 2013. 50

22.Sikap masyarakat terhadap program PDPT di dua desa penelitian, 2013. 51 23.Hubungan karakteristik lingkungan sosial dengan sikap masyarakat

terhadap program PDPT di dua desa penelitian, 2013. 52 24.Hubungan tingkat pengelolaan program dengan sikap masyarakat

terhadap program PDPT di dua desa penelitian, 2013. 54 25.Hubungan karakteristik personal dengan sikap masyarakat terhadap

program PDPT di dua desa penelitian, 2013. 56

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka berpikir operasional 21

2. Bagan penarikan sampel 24

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Kecamatan Teluk Naga 63

2. Foto-foto Penelitian 64

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan upaya untuk mewujudkan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sejahtera, adil dan beradab. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk membangun kehidupan masyarakat secara berkesinambungan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Namun hingga saat ini, pembangunan nasional belum mampu mewujudkan tujuan pembangunan tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada kondisi yang ada di wilayah desa pesisir Indonesia.

Fakta yang dikemukakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP 2011) menyatakan bahwa saat ini desa-desa pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat, di mana tercatat sebanyak 7 juta jiwa di 10.639 desa pesisir, (2) tingginya kerusakan sumberdaya pesisir, (3) rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal, serta (4) rendahnya infrastruktur desa dan kesehatan lingkungan pemukiman. Keempat persoalan pokok ini memberikan andil terhadap tingginya kerentanan terhadap bencana alam dan perubahan iklim pada desa-desa pesisir.

Upaya yang selama ini dilakukan pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam membangun masyarakat pesisir belum memberikan hasil yang maksimal. Hasil penelitian Razali (2004) menemukan bahwa tingkat kesejahteraan pelaku perikanan masih berada di bawah sektor-sektor lain. Sejalan dengan hal tersebut Setiawan (2009) juga menemukan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir belum mampu membentuk masyarakat menjadi mandiri, sehingga strategi, kolaborasi dan rencana aksi sangat diperlukan untuk membangun masyarakat dan desa pesisir. Sebagai upaya membangun masyarakat dan desa pesisir, pemerintah mengembangkan dan melaksanakan beberapa program, meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM-KP), Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), dan program yang dilaksanakan pada tahun 2011 yakni Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT).

(18)

2

memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir melalui pelaksanaan lima hal pokok yakni bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina infrastruktur dan lingkungan, serta bina siaga bencana.

Kecamatan Teluk Naga memiliki kawasan pesisir yang padat dengan aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Tingginya aktivitas sosial ekonomi di kawasan membuat daerah pesisir ini sangat rentan terhadap bencana, baik yang disebabkan oleh ulah manusia maupun yang disebabkan oleh terjadinya perubahan iklim. Dari hasil observasi yang dilakukan, ditemukan beberapa kondisi lingkungan pesisir di Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara yang kurang baik, diantaranya abrasi pantai yang terjadi di wilayah pesisir Tangerang, rusaknya hutan mangrove, kemiskinan serta lingkungan yang tidak tertata.

Data Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia (2002) menunjukkan bahwa abrasi telah terjadi di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, yang disebabkan oleh pembabatan hutan mangrove (bakau) secara berlebihan untuk dijadikan tambak. KLH juga menemukan terjadinya abrasi pantai sepanjang satu kilometer, dan ombak besar telah menelan 20-100 meter pantai di Kampung Garapan, sehingga banyak rumah penduduk yang akhirnya harus dipindahkan. Selain berakibat pada abrasi, penggundulan hutan mangrove juga mengakibatkan intrusi air laut, akibatnya, air tanah di Kampung Garapan sudah tidak ada lagi yang tawar. Amanah (2011) juga mengemukakan bahwa nelayan di Desa Muara dihadapkan pada kondisi sumberdaya pesisir dan laut yang semakin menurun kualitasnya, meliputi pencemaran air laut oleh limbah pabrik, sedimentasi semakin tinggi, dan kelembagaan nelayan yang perlu berkembang menjadi lebih kuat dan terorganisir.

PDPT merupakan program yang berfokus pada masyarakat pesisir. Pengembangan program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir, menata sarana dan prasarana, sehingga diharapkan pada saat terjadi bencana risiko yang dirasakan kecil. Keberhasilan dan kesuksesan suatu program sangat erat kaitannya dengan sikap masyarakat terhadap program, bagaimana pengetahuan atau pandangan masyarakat secara umum terhadap program, persepsi, partisipasi dan tindakan masyarakat dalam mendukung kegiatan program.

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah pesisir yang sedang melaksanakan program PDPT sejak tahun 2012. Kegiatan PDPT di kecamatan ini mencakup Bina Sumberdaya, Infrastruktur dan Lingkungan, Bina Usaha dan Bina Siaga Bencana. Namun secara umum program ini belum mampu memperbaiki kondisi desa tersebut dengan baik hal ini karena masyarakat cenderung belum mampu mengelola program dengan baik. informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa baru sekitar 40% masyarakat Kecamatan Teluk Naga yang berpatisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan program PDPT, hal tersebut tentunya belum cukup mendukung pencapaian tujuan program.

(19)

3 Sikap memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku masyarakat yang menunjukkan respon masyarakat terhadap program demi terwujudnya tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu pengembangan sikap masyarakat diharapkan akan membentuk perilaku positif masyarakat dalam medukung pengembangan desa pesisir yang tangguh. Terkait dengan kondisi di atas, maka dirasa perlu melakukan penelitian untuk melihat bagaimana sikap masyarakat pesisir terhadap program pengembangan masyarakat, khususnya pada Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh.

Perumusan Masalah

Pengembangan masyarakat merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Pengembangan masyarakat dan desa pesisir dikembangkan untuk memandirikan masyarakat serta mengembangkan potensi-potensi dan kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat serta meningkatkan kehidupan desa pesisir. Berbagai macam kegiatan telah dikembangkan dan dilaksanakan di wilayah pesisir, namun dalam mencapai tujuan program diperlukan dukungan masyarakat, baik sikap positif, maupun partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program, serta kemampuan semua pihak yang terlibat dalam proses pengembangan masyarakat.

Berbagai hasil penelitian mengkaji implementasi program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh Muktazam (2012) memperlihatkan bahwa ketidakberhasilan program disebabkan persepsi negatif dari masyarakat, pendekatan yang tidak mengkoordinir partisipasi masyarakat sasaran, pendekatan yang bersifat “top down”, serta tidak terkoordinasi dengan baik. Penelitian Hamdan (2005) tentang program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) di Kabupaten Jepara, menemukan bahwa kurangnya keinginan masyarakat mengembalikan pinjaman, persepsi masyarakat yang menganggap bantuan tersebut sebagai hibah yang tidak perlu untuk dikembalikan, serta kurangnya kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan bantuan untuk mengembangkan usaha mereka menyebabkan tidak berlanjutnya program oleh masyarakat.

Program PDPT dirancang untuk menata dan meningkatkan kehidupan masyarakat dan desa-desa pesisir nelayan yang tangguh terhadap bencana serta berbasiskan pada kegiatan sosial ekonomi masyarakat pesisir. Dengan demikian muara dari model PDPT adalah terjadinya pengentasan kemiskinan, keberlanjutan kelembagaan masyarakat, kelestarian lingkungan, kemandirian keuangan desa dan kesiapsiagaan terhadap bencana dan perubahan iklim. Sehingga diharapkan mampu mewujudkan kondisi lingkungan pesisir yang lebih baik. Namun demikian sikap masyarakat terhadap program akan menjadi faktor yang sangat menentukan terhadap keberhasilan kegiatan program pengembangan. Pentingnya sikap positif dalam menentukan keberhasilan suatu program juga kemukakan oleh Ayunita (2006) di mana sikap masyarakat cenderung positif terhadap program PEMP, mereka mampu memanfaatkan kegiatan program dengan sehingga berpengaruh pada peningkatan pendapatan bakul dan pengolah ikan.

(20)

4

menujukkan kurangnya sikap postif masyarakat dalam mewujudkan pencapaian tujuan program. Di lain pihak penurunan kualitas lingkungan yang saat ini dihadapi oleh masyarakat pesisir tidak lepas dari tekanan aktivitas kehidupan yang dilakukan masyarakat. Tekanan berupa pencemaran air yang disebabkan oleh kegiatan industri, pengelolaan tambak, penebangan tanaman mangrove serta tekanan arus laut yang telah menyebabkan terjadinya abrasi. Melihat masalah yang terdapat di wilayah pesisir pelaksanaan Program Pengembangan Desa Pesisir Tanggguh diharapkan mampu berperan sebagai alternatif strategi pengembangan desa pesisir secaara berkelanjutan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini berfokus pada telaah tentang sikap masyarakat terhadap program PDPT. Dimana sikap masyarakat yang menolak atau pun mendukung program sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dan pencapaian tujuan program..

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan pelaksanaan program PDPT di desa penelitian. 2. Menganalisis sikap masyarakat terhadap program PDPT.

3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program PDPT.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis.

Secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kajian tentang pengembangan masyarakat pesisir pada khususnya, maupun bagi masyarakat luas pada umumnya. Di samping itu dapat mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis.

(21)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh

Program merupakan rencana kegiatan yang tersusun secara sistematis dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan. Program didefinisikan sebagai unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

KKP (2013) mengemukakan bahwa program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh merupakan upaya pemerintah dalam penguatan ekonomi masyarakat pesisir dan ketahanan desa terhadap bencana alam dan dampak perubahan iklim yang diharapkan mampu memberikan daya dorong bagi kemajuan desa-desa pesisir di Indonesia. Kegiatan PDPT merupakan salah satu bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Pengembangan Desa Pesisir Tangguh merupakan implementasi kebijakan Presiden terkait peningkatan dan perluasan program pro-rakyat dan merupakan wujud dari intervensi Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam menata desa pesisir dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Menghasilkan keluaran yang dapat memberikan manfaat riil bagi masyarakat pesisir, sesuai skala prioritas kebutuhan masyarakat, pembelajaran bagi masyarakat pesisir untuk menemukan cara pemecahan masalah secara mandiri, dan mendorong masyarakat pesisir sebagai agen pembangunan. Program PDPT bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana dan perubahan iklim, meningkatkan kualitas lingkunagn hidup, meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat, memfasilitasi kegiatan pembangunan dan/atau pengembangan sarana dan/atau prasarana sosial ekonomi di desa-desa pesisir dan pulau-pulau kecil.

(22)

6

dan pengelolaan lingkungan sekitarnya, (5) Bina Siaga Bencana dan Perubahan iklim, yaitu kegiatan yang mencakup usaha-usaha pengurangan risiko bencana dan dampak perubahan iklim, rencana aksi desa dalam pengurangan risiko bencana, penyadaran masyarakat, pembangunan sarana dan prasarana penanggulan bencana (antara lain jalur evakuasi, shelter, struktur pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, dan cadangan strategis) yang menekankan pada partisipasi dan keswadayaan dari kelompok-kelompok sosial yang terdapat pada masyarakat atau komunitas pesisir.

Karakteristik Masyarakat Pesisir

Wilayah pesisir merupakan sumberdaya potensial bagi bangsa Indonesia yang terbentang sepanjang 81.000 km. Sumberdaya ini menyimpan kekayaan alam yang besar dan beragam, seperti perikanan, hutan mangrove, rumput laut dan terumbu karang memainkan peran penting bagi kehidupan penduduk sekitar, dan ekonomi bangsa (Dahuri et al., 2008). Secara ilmiah Dahuri et al., (2008) mendefinisikan pesisir sebagai daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Wilayah pesisir memiliki karakteristik spesifik yang berbeda dengan wilayah daratan. Pengelolaan ekosistem pesisir lebih menantang dibandingkan dengan pengelolaan ekosistem di darat maupun di laut lepas. Hal ini dikarenakan adanya sistem lingkungan alam yang kompleks, pemanfaatan yang sangat beragam, dan kepemilikan. Di wilayah pesisir dan laut terdapat berbagai kegiatan seperti konservasi, jasa wisata, pelayaran, dan transportasi, perikanan, industri pertambangan, dan pencemaran lingkungan, sehingga dilihat dari berbagai macam peruntukannya, wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat produktif (Supriharyono 2000).

(23)

7 Dahuri, (2003) mengemukakan bahwa pada umumnya masyarakat pesisir merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial dan budaya dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Amanah (2010) juga menyatakan bahwa masyarakat pesisir terutama nelayan kecil, masih terbelit oleh persoalan kemiskinan dan keterbelakangan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Astono (2010) mengemukakan bahwa masyarakat nelayan di wilayah Pekalongan, secara sosial ekonomi masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, di mana satu-satunya sumberdaya sosial ekonomi yang dapat diandalkan adalah ketidakpastian mendapatkan penghasilan dari kegiatan melaut.

Ekosistem wilayah pesisir dan lautan dipandang dari dimensi ekologis memiliki empat fungsi bagi kehidupan umat manusia yaitu (1) sebagai penyedia sumberdaya alam, (2) penerima limbah, 3) penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan manusia (life support services), (4) penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenity services) (Bengen, 2001). Mengingat peran penting wilayah pesisir bagi kehidupan, program PDPT hadir untuk memperhatikan dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan pesisir melalui beberapa kegiatan program. Diperkirakan wilayah yang dihuni oleh masyarakat dengan karakteristik keluarga yang khas ini, merupakan tumpuan bagi masa depan masyarakat pesisir.

Sumberdaya pesisir merupakan lokasi bagi beberapa kegiatan pembangunan antara lain: (1) budidaya maupun tangkapan; (2) pariwisata (3) industri; (4) pertambangan; (5) perhubungan dan (6) kegiatan konservasi seperti mangrove, terumbu karang, dan biota laut lainnya. Pemanfaatan sumber daya pesisir secara optimal dan terkendali dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memberikan kesejahteraan masyarakat pesisir. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa dalam mengelola sumberdaya pesisir masyarakat cenderung tidak memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutannya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Masydzulhak (2005), bahwa masih terjadi eksploirasi dan eksploitasi terhadap pemanfatan sumberdaya pesisir yang mengancam kapasitas keberlanjutan sumberdaya perikanan, selain itu berbagai kasus pencemaran menunjukkan bahwa pengelolaan sumberdaya pesisir belum dilakukan secara optimal dan berkelanjutan.

Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat saat ini menjadi cara popular bagi pemerintah, pihak-pihak swasta maupun lembaga kemasyarakatan dalam mendorong terjadinya perubahan sosial. Tujuan program pengembangan masyarakat yakni untuk mengentaskan kemiskinan, mencari solusi persoalan social, serta mengatasi konflik dalam masyarakat.

Rothman et., al (2001), mengembangkan tiga model pengembangan masyarakat yakni:

(24)

8

lebih baik dan kemajuan sosial bagi seluruh masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Perubahan dalam masyarakat melalui Pengembangan Masyarakat Lokal dapat dilakukan secara optimal apabila melibatkan partisipasi aktif dari semua masyarakat di mana setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut melalui penggunaan prosedur demokrasi dan kerjasama atas dasar kesukarelaan, keswadayaan, pengembangan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat.

b. Model perencanaan sosial (Social Planning)

Model perencanaan sosial merupakan proses pemecahan masalah secara teknis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan terhadap masalah sosial tertentu, seperti: kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan dll. Selain itu, model Perencanaan Sosial ini mengungkap pentingnya menggunakan cara perencanaan yang matang dan perubahan yang terkendali yakni untuk mencapai tujuan akhir secara sadar dan rasional dan dalam pelaksanaannya dilakukan pengawasan-pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi.

Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah dengan mengumpulkan atau menungkapkan fakta dan data mengenai suatu permasalahan. Kemudian, mengambil tindakan yang rasional dan mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilaksanakan. Berbeda dengan Pengembangan Masyarakat Lokal, Perencanaan Sosial lebih berorientasi pada “tujuan tugas”. Sistem klien Pengembangan Masyarakat Lokal umumnya kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) atau kelompok rawan sosial ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, janda, yatim piatu, wanita atau pria tunasosial, dst.

c. Model aksi sosial (Social Action)

(25)

9 Konsep Sikap

Sikap (attitude) mempengaruhi manusia dalam berperilaku serta erat kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan antar kelompok. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi sikap merupakan suatu faktor pendorong individu untuk melakukan tindakan.Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan obyek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan untuk masa yang akan datang (Suharyat, 2009).

Spencer dan Spencer (1993) mengartikan sikap (attitude) sebagai “status mental seseorang” atau "kesiapan untuk merespon suatu situasi tertentu. Sikap berisikan komponen berupa cognitive (pengalaman, pengetahuan, pandangan, dan lain-lain), affective (emosi, senang, benci, cinta, dendam, marah, masa bodoh, dan lain-lain) dan behavioral/overt actions (perilaku, kecenderungan bertindak). Suharyat (2009) mengemukakan bahwa setiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu obyek yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan situasi lingkungan.

Azwar (2009) menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Thurstone, Likert dan Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan caracara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu obyek.

Berdasarkan beberapa literatur di atas dapat disimpulkan bahwa sikap pada dasarnya adalah kecenderungan individu menanggapi secara positif atau negatif atas suatu program. Program pengembangan desa pesisir yang ditinjau dari dimensi kognisi, afeksi dan konasi yang merupakan hasil dari proses sosialisasi dan interaksi seseorang dengan lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari pikiran, perasaan seseorang serta penilaian terhadap obyek, yang didasarkan pada pengetahuan, pemahaman, pendapat dan keyakinan dan gagasan-gagasan terhadap suatu obyek sehingga menghasilkan suatu kecenderungan untuk bertindak pada suatu obyek.

(26)

10

persepsi terhadap obyek tersebut. (3) sikap dapat tertuju pada satu atau sekumpulan obyek, yakni apabila seseorang mempunyai sikap negatif pada orang lain maka kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang sama pada di mana orang tersebut bergabung. (4) sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. Artinya apabila sikap telah terbentuk dan merupakan nilai dalam kehidupan maka sikap tersebut akan bertahan lama, sebaliknya, sikap yang belum mendalam dalam diri seseorang relatif akan mudah untuk di ubah. (5) sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, motivasi juga memiliki peran dalam mendorong individu untuk berperilaku terhadap obyek yang dihadapinya.

Kemampuan afektif berkaitan dengan minat dan sikap seseorang. Jika kemampuan afektif tidak muncul atau tumbuh maka efek yang dimunculkan adalah individu tidak dapat menyenangi atau mereson dengan baik obyek yang disekitarnya. Bloom Krathwohl, et., al (Wicaksono 2011) membagi kemampuan afektif ke dalam lima jenjang Taksonomi yaitu: (1) penerimaan (receiving), yakni kepekaan seseorang dalam menerima stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. Atau dengan kata lain kemauan seseorang menerima keberadaan fenomena di sekitarnya. (2) menanggapi (responding), mengandung arti “adanya partisipasi aktif” dengan kata lain respon merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi terhadapnya. (3) Menilai atau Menghargai (valuing), merupakan tingkatan sikap yang lebih tinggi dari receiving dan responding. Valuing artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu obyek atau kegiata, tidak hanya mampu menerima atau merespon fenomena tetapi mampu untuk menilai baik atau buruk fenomena tersebut. (4) mengorganisasikan (organization), yakni mempertemukan perbedaan nilai baru yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Sehingga organisasi dapat juga didefenisikan sebagai pembentukan nilai. Tingkatan yang terakhir yakni (5) Karakterisasi berdasarkan nilai (Characterization by Value) yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisasi nilai atau karakterisasi merupakan hirarki tertinggi dalam ranah afektif Bloom, di mana nilai tersebut telah tertanam dalam diri individu, mempengaruhi emosi, dan menjad sebuah kebiasaan dalam diri seseorang.

Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Sikap dapat diubah dengan berbagai cara, informasi yang diterima seseorang akan mampu mengubah komponen pengetahuan dari sikap seseorang. Sikap individu dipengaruhi oleh dua hal, yakni oleh lingkungan, dan unsur yang datang dari dalam diri sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suranto (1999), yang menyatakan bahwa sikap dipengaruhi oleh (a) faktor fisiologis, mencakup umur (b) faktor pengalaman, di mana pengalaman buruk pada suatu obyek akan memberikan sikap negatif pada obyek tersebut. (c) faktor komunikasi sosial yang berbentuk informasi atau pengetahuan terhadap obyek.

(27)

11 menyenangkan mengakibatkan persepsi yang kurang positif, sehingga keterlibatan yang ada sering merupakan partisipasi semu. Keadaan yang demikian apabila sering terjadi akan berakibat pada sulitnya pencapaian tujuan program secara utuh dan mantap. (b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting. (c) Kebudayaan, di mana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap. sikap cenderung diwarnai kebudayaan yang ada di daerahnya. Saifuddin (2000) menyatakan bahwa kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. (d) Media Massa, media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Pemberian informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang, serta memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Penelitian Rini (2011) juga menemukan bahwa peran media sebagai pemberi informasi berkaitan dengan adanya perubahan sikap masyarakat. Media dapat menciptakan perubahan sikap yang diinginkan dari penyebarluasan informasi. Media menghasilkan opini masyarakat yang terimbas melalui sikap masyarakat itu sendiri. Perubahan sikap yang lebih baik atau lebih tidak baik ditentukan oleh media sendiri. Mednick, Higgins dan Kirschenbaum (Dayakisni dan Hudaniah 2003) menyebutkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (a) Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan, (b) Karakter kepribadian individu, (c) Informasi yang selama ini diterima individu.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap individu dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari dalam individu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar individu. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan bereaksi terhadap obyek di lingkungan.

Karakteristik Personal

(28)

12

menentukan karakteristik pribadi seseorang di antaranya tingkat pendidikan formal, pengelaman, kekosmopolitan, serta nilai-nilai budaya.

Secara konseptual karakteristik personal adalah segala hal yang menjadi ciri yang melekat pada seseorang yang dapat membedakan dengan individu lainnya. Dalam penelitian ini karakteristik personal meliputi; umur, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah tanggungan, kekosmopolitan, serta pengetahuan tentang program.

Umur

Umur seseorang berkaitan dengan tingkat kematangan fisik, sikap dan mental. Hawkins 1986, mengemukakan bahwa umur, jenis kelamin, dan pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang, umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan akan terjadi sehingga terdapat keragaman tindakan berdasarkan usia yang dimiliki. Berdasarkan taraf perkembangan individu dikelompokkan pada usia balita, anak-anak, remaja, usia desawa, dan dewasa lanjut. Havighurst 1972, mengemukakan pengelompokkan umur yakni, dewasa awal pada usia 18-29 tahun, usia pertengahan pada usia 30-50 tahun, dan masa tua yakni pada usia di atas 50 tahun.

Sehubungan dengan proses adopsi inovasi berdasarkan pada beberapa penelitian, Soekartawi 1998, mengemukakan bahwa proses difusi inovasi paling tinggi adalah pada petani yang berumur paruh baya. Petani yang berumur lanjut memiliki kebiasaan kurang respon terhadap berbagai kegiatan perubahan atau inovasi, petani yang lebih muda memiliki semangat lebih dalam menjalankan kegiatan usahatani dan mencari pengalaman. Abdullah dan Jahi (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa umur petani sayuran di Kota Kendari berhubungan dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan usahatani sayuran. Sejalan dengan hal tersebut Batoa et.,al (2008) juga menemukan bahwa umur memiliki hubungan dengan kompetensi petani rumput laut di kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan menunjukkan tingkat inteligensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperoleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

(29)

13 Amanah dkk (2005) juga mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin baik pula sikap seseorang dalam menanggapi sesuatu.

Pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Slamet (2003) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Perubahan perilaku yang ditimbulkan oleh proses pendidikan dapat dilihat melalui (1) perubahan dalam hal pengetahuan, (2) perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan seseuatu, dan (3) perubahan dalam sikap mental terhadap segala sesuatu yang dirasakan. Pendidikan formal menurut Winkel (Yunita 2011), adalah pendidikan sekolah yang dalam penyelenggaraannya menempuh serangkaian kegiatan terencana dan terorganisir. Sedangkan, pendidikan non formal lebih dikenal sebagai bentuk pendidikan luar sekolah. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan meningkatkan kemampuan kapasitas rasional dari masyarakat. Masyarakat yang rasional sebelum memutuskan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, didahului oleh masa belajar dan menilai manakala partisipasi itu mendatangkan manfaat bagi dirinya. Jika bermanfaat, akan berpartisipasi, dan jika tidak, masyarakat tidak tergerak untuk berpartisipasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suciati (2008) menemukan bahwa partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Keikutsertaan dalam Pelatihan (Pendidikan Non Formal)

Pendidikan non formal menjadi salah satu faktor yang membentuk sikap masyarakat. Nasution (Pahlupi dkk 2012) mengemukakan bahwa penyuluhan sebagai kegiatan mendidik masyarakat memberi pengetahuan, informasi dan kemampuan-kemampuan baru agar mereka dapat membentuk sikap dan perilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Hasil penelitian Pahlupi 2012 menemukan bahwa penyuluh atau komunikator dalam program keluarga Berencana di Kecamatan Bayongbong memiliki hubungan yang nyata dengan perubahan sikap peserta program.

(30)

14

Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga yang terdapat istri, anak, dan tanggungan lainnya yang tinggal seatap dan sedapur. Soekartawi (1998) mengemukakan bahwa jumlah keluarga sering menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima inovasi. Hal ini karena konsekuensi penerimaan inovasi akan berpengaruh pada sistem keluarga baik pada anak, istri maupun pada anggota keluarga lainnya. Sejalan dengan hal tersebut Soekartawi (1999) juga mengemukakan bahwa semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani.

Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

Tingkat Kekosmopolitan

Kekosmopolitan merupakan keterbukaan seseorang terhadap berbagai sumber informasi sehingga memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa kekosmopolitan adalah tingkat hubungan seseorang dengan dunia luar di luar sistem sosialnya sendiri. Kekosmopolitan seseorang dapat dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Hanafi 1986, mengemukakan bahwa kekosmopolitan individu dicirikan oleh sejumlah atribut yang membedakan mereka dengan orang lain di dalam komunitasnya, yakni; (1) individu tersebut memiliki status sosial, (2) partisipasi sosial lebih tinggi, (3) lebih banyak berhubungan dengan dunia luar, (4) lebih banyak menggunakan media massa, dan (5) memiliki hubungan yang lebih banyak dengan orang lain maupun lembaga yang berada diluar komunitasnya.

(31)

15 Tingkat Pengetahuan tentang Program

Soekanto (2003) menyatakan pengetahuan adalah kesan yang didapatkan dari hasil pengolahan pancainderanya. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui kenyataan (fakta), penglihatan, pendengaran, serta keterlibatan langsung dalam suatu aktivitas. Pengetahuan juga didapatkan dari hasil komunikasi dengan orang lain seperti teman dekat dan relasi kerja. Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan ini digali saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Nasution (1999) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang berpengaruh dalam tingkatan pengetahuan seseorang antara lain (1) tingkat pendidikan, (2) informasi, (3) budaya, (4) pengalaman (5) sosial ekonomi, (6) pengukuran tingkat pengetahuan.

Walgito (2003) mendefinisikan pengetahuan adalah mengenal suatu obyek baru yang selanjutnya menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang obyek itu. Bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, itu berarti orang tersebut telah mengetahui tentang obyek tersebut.

Karakteristik Lingkungan Sosial

Lingkungan merupakan segala hal yang ada di sekitar manusia yang dapat dibedakan menjadi benda-benda mati atau benda-benda hidup, dengan kata lain terdapat lingkungan yang bersifat kealaman atau fisik, dan terdapat pula lingkungan yang mengandung kehidupan atau sosial (Walgito, 2003). Kedua jenis lingkungan tersebut akan mempengaruhi perilaku individu.

Rakhmat, (2001) mengemukakan bahwa terdapat faktor situasional yang dapat mempengaruhi perilaku individu, di antaranya adalah lingkungan sosial masyarakat yang di dalamnya terdapat interaksi antar individu. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial adalah hubungan interaksi antara masyarakat dengan lingkungan.Sikap masyarakat terhadap lingkungan sosial dipengaruhi oleh nilai sosial, itulah hubungannya. Jika nilai sosial tentang lingkungan lantas berubah/terjadi pergeseran, maka sikap masyarakat terhadap lingkungan juga berubah/bergeser. Itulah sebabnya masyarakat dan nilai sosial selalu terlihat dinamis, terlepas dari baik dan buruknya lingkungan sosial. Lingkungan yang baik biasanya menggambarkan masyarakat yang baik, begitupun sebaliknya.

(32)

16

Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, di mana mereka mampu mengindentifikasikan kebutuhan dan masalah secara bersama (Raharjo 2006). Ada pula yang mengartikan bahwa pembangunan masyarakat adala kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat. Zamhariri (2008) mengemukakan bahwa dalam Community Development (pembangunan masyarakat) mengandung upaya untuk meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki (participating and belonging together) terhadap program yang dilaksanakan, dan harus mengandung unsur pemberdayaan masyarakat. Sikap dan partisipasi masyarakat tidak akan terlepas oleh dukungan dari lingkungan sosialnya. Oleh karena itu karakteristik sosial dalam penelitian ini dibatasi pada bagaimana peran tokoh masyarakat, peran kelompok dan intensitas kegiatan program.

Tingkat Dukungan Tokoh Masyarakat

Studi kepemimpinan dikenal adanya pemimpin formal dan informal. Tokoh masyarakat adalah orang-orang yang memiliki pengaruh pada masyarakat, tokoh masyarakat ada yang bersifat formal dan informal. Tokoh masyarakat yang bersifat formal adalah orang-orang yang diangkat dan dipilih oleh lembaga Negara dan bersifat struktural, Sedangkan tokoh masyarakat yang bersifat informal adalah orang-orang yang diakui oleh masyarakat karenah dipandang pantas menjadi pemimpin yang disegani dan berperan besar dalam memimpin dan mengayomi masyarakat.

Pembangunan desa akan berhasil baik apabila didukung oleh partisipasi seluruh warga masarakat. Dan optimalisasi pembangunan sangat dipengaruhi oleh bagaimana fungsi yang dijalankan oleh pihak pemerintah sebagai pihak koordinator pelaksanaan pembangunan. Dalam hal ini pemerintahan harus mampu mengkoordinasikan berbagai unit dalam pemerintahan agar dapat mendayagunakan fungsi mereka dengan baik dan memberikan kontribusi yang nyata bagi proses pembangunan. Rogers dan Shoemaker 1971, menguraikan ciri-ciri yang harus dimiliki seorang pemimpin informal (opinion leaders) yang dapat mempengaruhi warga desa dalam adopsi inovasi yaitu yang memiliki ciri-ciri antara lain : (1) banyak berhubungan dengan media massa, (2) kosmopolit, (3) sering berhubungan dengan agen pembaharu, (4) partisipasi sosialnya besar, (5) status sosial ekonominya tinggi, dan (6) lebih inovatif dibanding dengan pengikutnya.

(33)

17 Peran Kelompok

Peran adalah tugas atau kewajiban yang harus dijalankan oleh seseorang oleh seseorang tersebut harus dilaksanakan dengan baik dan penuh dengan rasa tanggungjawab. Dalam pengembangan kegiatan program pendekatan kelompok juga merupakan suatu keharusan, karena secara sendiri-sendiri warga masyarakat sulit untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, selain itu organisasi/kelompok adalah suatu power yang penting. Selain itu dengan pendekatan kelompok juga paling efektif, dan di lihat dari penggunaan sumberdaya juga lebih efisien (Karsidi, 2001). Jamasy (2004) mengemukakan bahwa, salah satu pola pendekatan pemberdayaan yang dianggap mampu mengangkat derajat ketidak-berdayaan masyarakat pesisir adalah dengan pendekatan kelompok. Melalui media kelompok, kreativitas masing-masing anggota kelompok akan mewarnai kehidupan kelompoknya masing-masing sekaligus menjadi media tukar menukar informasi, pengetahuan dan sikap. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon et al., (2006) bahwa tingkat keberhasilan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan kelompok dipengaruhi oleh keefektifan dan kekeompakan kelompok.

Setiawan (2009) menemukan bahwa pemberdayaan masyarakat pesisir tidak dapat dilakukan secara sendiri, akan tetapi perlu adanya kerjasama yang simultan dan lintas sektoral, dengan cara pendekatan partisipatif yakni melibatkan masyarakat dan pemerintah setempat daam bentuk pengelolaan bersama, di mana masyarakat berpartisipasi aktif baik dalam perencanaan sampai pada pelaksanaan. Pada hakekatnya, kegiatan pengembangan masyarakat adalah sebuah pembangunan yang menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi kemajuan kehidupan di berbagai bidang, baik ekonomi, sosial budaya maupun aspek kehidupan lain sehingga tercapai kesejahteraan, Dalam pengembangan masyarakat kita telah mengetahui prinsip-prinsip pengembangan masyarakat, namun dari sekian puluh prinsip yang ada, pokok intinya adalah partisipasi, kemandirian dan keswadayaan. Partisipasi diartikan bahwa setiap program melibatkan masyarakat, baik fisik, ide, dan materi. Keterlibatan disini memiliki makna keikutsertaan masyarakat secara fisikal dan mentalitas. Program selalu berasal dan untuk pemenuhan masyarakat, sehingga yang merencanakan adalah agen bersama masyarakat

Intensitas Kegiatan Program

Pengertian intensitas dalam kehidupan sehari-hari dapat dipahami sebagai ukuran atau tingkat. Intensitas juga dipahami sebagai suatu kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap (Chaplin, 2006). Azwar mengartikan intensitas sebagai kekuatan atau kedalaman sikap terhadap sesuatu. Intensitas dapat diukur berdasarkan sejauhmana kedalaman informasi yang dapat dipahami oleh responden.

(34)

18

(2011) menemukan bahwa peran pendamping berhubungan nyata dengan sikap kelompok pemanfaat program untuk berpartisipasi. Hal tersebut sejalan dengan Zamzami (2012) mengemukakan bahwa pendamping dalam program Mitra Mina membantu masyarakat agar lebih mudah untuk mengakses program dan membantu dalam mengelola modal yang diperoeh secara efisien.

Karsidi (2001) juga mengungkapkan bahwa dalam pemberdayaan, seorang pendamping harus mampu belajar dari masyarakat. Pendamping adalah fasilitator, bukan guru dan tidak menggurui, saling belajar, saling berbagi pengalaman. Leilani dan Jahi (2006), mengemukakan bahwa kinerja seorang pendamping dapat dilihat dari kinerja yang merupakan fungsi dari karakteristik individu, dan merupakan peubah penting yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. sejalan hal tersebut, Budiyanto (2011) mengemukakan bahwa peran pendamping sebagai Tenaga Ahli Perencanaan Partisipatif (TAPP) dalam tahap perencanaan bukan untuk mengambil alih pengambilan keputusan melainkan untuk menunjukkan konsekuensi dari tiap keputusan yang diambil masyarakat, dengan kata lain menjadi fasilitator dalam proses pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil akan rasional.

Pengelolaan Program

Keberhasilan suatu program tidak lepas dari bentuk pengelolaan yang dilakukan, di mana pengelolaan merupakan suatu bentuk aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Model CIPP (Conteks, Input, Proses, dan Produk) merupakan model yang dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam dkk yang terkait pada perangkat pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasi sebuah program.

Stufflebeam (Zhang et.,al 2011) membagi evaluasi menjadi empat komponen yaitu: Pertama Konteks (kejelasan program), yakni mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu (Widoyoko 2010). Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Stufflebeam yang menyatakan bahwa tahap konteks sebagai fokus institusi dengan mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Tahap konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan berjalan.

(35)

19 Ketiga yakni proses,merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang erjadi secara jujur dan cermat. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Keempat yakni Hasil (tingkat pencapaian produk) evaluasi hasil merupakan kumpulan deskripsi dan idquo: judgement outcomes & rdquo; dalam hubungan dengan konteks, input, dan proses, kemudian diinterprestasikan harga dan jasa yang diberikan.

Evaluasi hasil adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Evaluasi hasil merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkan antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Kerangka Berpikir

Masyarakat pesisir sangat rentan dengan berbagai perubahan, baik pada kondisi lingkungan maupun pada kondisi sosial ekonomi. Kondisi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik dan terkesan kumuh dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada dalam tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat.

(36)

20

Desa Tanjung Pasir 35 persen lebih tinggi daripada nelayan di Desa Muara. Hal ini berkaitan dengan akses kepada sarana dan prasarana perikanan yang jauh lebih mudah dan tersedia di Desa Tanjung Pasir. Fasilitas yang tersedia di desa tersebut meliputi Tempat Pelelangan Ikan, kios sarana produksi perikanan, ketersediaan Bahan Bakar Minyak, dan infra struktur jalan raya yang jauh lebih baik daripada di Desa Muara.

Program pengembangan desa pesisir merupakan program yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat dan membangun kawasan pesisir yang berkualitas, program pengembangan diharapkan mampu membantu menyelesaiakan masalah yang dihadapi masyarakat. Namun beragam program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam mengembangkan desa pesisir akan sulit mencapai tujuan apabila belum melibatkan masyarakat, sehingga dalam posisi ini peran aktif masyarakat sangat penting bagi kelancaran dan keberhasilan pencapaian tujuan program.

Sikap masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam pelaksanaan program. Sikap positif terhadap program PDPT menjadi modal yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan dan keberlanjutan program karena merupakan dasar utama bagi timbulnya kesediaan untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan program tersebut. Indikator keberhasilan program PDPT dapat dilihat dengan adanya perubahan kehidupan masyarakat baik dalam hal perbaikan infrastruktur desa maupun dalam hal peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu dukungan sikap positif berupa kesadaran dan kesediaan masyarakat serta partisipasi aktif untuk terlibat dalam kegiatan program baik pada setiap pertemuan, sosialisasi, dan pada pelaksanaan menjadi kunci kesuksesan dan keberlanjutan PDPT.

(37)

21

Gambar 1 Kerangka berpikir operasional

Hipotesis

Hipotesis umum pada penelitian ini adalah diduga karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial dan pengelolaan program memiliki hubungan nyata dengan sikap masyarakat pesisir terhadap Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh. Sedangkan hipotesis khusus yakni:

1. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan program dengan tingkat penerimaan masyarakat terhadap program PDPT

(38)

22

3. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan program dengan tingkat penghargaan masyarakat terhadap PDPT.

4. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan program dengan pembentukan nilai-nilai masyarakat terhadap PDPT.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode survei, yakni dengan mengamati pada sejumlah bagian dari populasi yang dianggap mampu merepresentasikan dari keseluruhan populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Singarimbun dan Effendi, (1995) mengemukakan bahwa metode survai umumnya digunakan dengan tujuan untuk menerangkan suatu fenomena sosial atau suatu peristiwa (event) sosial dan memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu pada masyarakat yang diteliti dan dapat mengungkapkan secara jelas kaitan antar berbagai gejala sosial.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua desa pesisir di Kecamatan Teluk Naga yakni Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Penentuan desa dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa dua desa tersebut merupakan pelaksana program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2013.

Populasi dan Sampel

Populasi dan Sampel Penelitian

(39)

23 Tabel 1 Sebaran populasi berdasarkan kegiatan program

Nama a. Pembangunan MCK dan Sarana Air

Bersih

b. Pembangunan Sarana Air Bersih c. Pembangunan saluran air limbah 3. Bina usaha

a. Pelatihan dan pengadaan sarana untuk kerajinan d. Rehab sarana ibadah dan pembuatan

MCK

e. Pembangunan jalan Papin Block f. Pembangunan sarana air bersih g. Pembangunan sarana air bersih 3. Bina usaha

a. Pengadaan perahu wisata dan pondok wisata

(40)

24

Gambar 2 Bagan penarikan sampel

Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data

Jenis data dalam penelitian ini terdapat data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari sumber pertama, dan merupakan data yang belum diolah, yakni dari responden, tokoh masyarakat dan pengelola program. Data dari responden didapat melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik personal, karakteristik lingkungan soaial, tingkat pengelolaan program, serta sikap masyarakat terhadap komponen progrm. Data sekunder sebagai data pendukung diperoleh dari sumber kedua dan telah diolah, berupa data masyarakat pemanfaat program PDPT, serta data monografi penduduk di Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.

Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui:

1. Pengamatan langsung, yaitu pengumpulan data dengan observasi langsung pada lokasi penelitian, yakni di Desa Tanjung Pasir dan Muara. Pengamatan dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi masyarakat, kondisi lingkungan, dan pelaksanaan kegiatan PDPT.

2. Wawancara, sebagai pengumpulan data dengan melakukan tatap muka dengan menggunakan pedoman wawancara terstruktur dalam bentuk kuesioner dilakukan untuk memperoleh informasi secara sistematis tentang sikap masyarakat terhadap program sehingga diperoleh data yang lebih lengkap dan akurat. Selain itu pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan

Gambar

Gambar 1 Kerangka berpikir operasional
Tabel 1 Sebaran populasi berdasarkan kegiatan program
Gambar 2 Bagan penarikan sampel
Tabel 3 Perkembangan kegiatan PDPT Desa Tanjung Pasir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti3. Pendidikan Pancasila

Dengan diberikannya soal dalam bentuk pernyataan, siswa dituntut untuk teliti dan cermat dalam membaca, baik membaca pernyataan maupun membaca buku pelajaran untuk

2015 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tapin, maka dengan ini Saudara diundang untuk hadir dalam acara Klarifikasi, Negosiasi Teknis dan Biaya dan Pembuktian Kualifikasi

d ipe rluk an untuk ditampilkan dan konelcsi bas is data sudah berhasil, maka fil e map di atas dapat kita pan ggil atau di- include - Un pada]ile indu..p hlml yang

Berilah tanda pada kotak yang tersedia pada salah satu kolom yang menurut anda paling sesuai dengan kenyataan yang anda alami saat ini STP : Sangat Tidak Puas.. TP :

the Riau Islands Province of Indonesia , across the Strait of Singapore , the third-largest city in Sumatra region after Medan and Palembang , and the eighth-largest city

Tiga subjek penelitian yang lain menyetujui bahwa berdoa dengan spiritualitas level satu menyebabkan stres. dengan alasan yang sama dengan pendapat Zsolnai dan Okoro,

Makna judul “Pakaian Sebagai Sumber Inspirasi Lukisan” tersebut merupakan sebuah ungkapan melalui bentuk pakaian yang dijadikan ide dalam karya seni lukis.