• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi terhadap Kebiasaan Makan Remaja di Pedesaan dan Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi terhadap Kebiasaan Makan Remaja di Pedesaan dan Perkotaan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI

DENGAN KEBIASAAN MAKAN REMAJA SMA

DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN

KSATRIADI WIDYA DWINUGRAHA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan Remaja SMA di Pedesaan dan Perkotaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Ksatriadi Widya Dwinugraha

(4)

ii

ABSTRAK

Ksatriadi Widya Dwinugraha. Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan Remaja SMA di Pedesaan dan Perkotaan. Dibimbing oleh Hadi Riyadi.

Penelitian bertujuan mempelajari hubungan antara gaya hidup dan pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan remaja SMA kemudian melihat perbedaan antara remaja SMA di desa dan kota. Desain penelitian adalah cross sectional study. Contoh adalah remaja kelas X di SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan contoh menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah contoh sebanyak 110 orang. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi kebiasaan merokok semakin rendah kebiasaan jajan, semakin tinggi waktu penggunaan internet semakin tinggi jumlah air yang diminum contoh, dan semakin tinggi pengetahuan gizi contoh semakin rendah frekuensi makan serta jumlah air yang diminum.

Kata kunci: kebiasaan makan, kebiasaan merokok, pengetahuan gizi, penggunaan internet, remaja

ABSTRACT

Ksatriadi Widya Dwinugraha. Relationship of lifestyle and nutritional knowledge with food habit among high school adolescent in urban and rural. Supervised by Hadi Riyadi.

The objective of this research was to study correlation between life styles and nutrition knowledge with eating habit of rural and urban adolescent. Research design was cross sectional study.Samples were selected from adolescent of Senior High School of 10th grader at SMA Negeri 109 Jakarta Selatan and SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor. Sampling was done using Simple Random Sampling. The sample consisted of 110 students. The results that the higher the smoking habit the lower the habit of buying street or junk food, the higher internet usage the higher the water consumption, and the higher the nutrition knowledge the lower the eating frequency and the water consumption.

(5)

iii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

Dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI

DENGAN KEBIASAAN MAKAN REMAJA SMA DI

PEDESAAN DAN PERKOTAAN

KSATRIADI WIDYA DWINUGRAHA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

iv

Judul : Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi terhadap Kebiasaan Makan Remaja di Pedesaan dan Perkotaan

Nama : Ksatriadi Widya Dwinugraha NIM : I14080042

Disetujui oleh

Dr Ir Hadi Riyadi, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(7)

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang berjudul

―Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan Remaja SMA di Pedesaan dan Perkotaan‖. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama menempuh mata kuliah serta penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani M.Sc yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menjadi bagian dari penelitian payung yang berjudul

Lifestyle and Nutrition Aspects of Rural and Urban Adolescents‖.

3. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi.

4. Kepala sekolah dan staf guru di SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor yang telah memberikan izin meneliti dan menerima penulis dengan baik selama pengambilan data. 5. Bapak dan ibu yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dorongan,

serta semangat tiada henti kepada penulis. Kakakku Karina Rahmadia Ekawidyani yang selalu mendukung serta memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Adikku Liberty Trirahmadika Widyakusuma yang juga senantiasa memberikan dukungan serta keceriaan kepada penulis. 6. Teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 45 dan 46.

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(8)

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Tujuan Umum 2

TujuanKhusus 2

Hipotesis 2

Kegunaan 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE PENELITIAN 3

Desain, Tempat, dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 5

Definisi Operasional 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Karakteristik Contoh 8

Usia 8

Jenis Kelamin 9

Uang Saku 9

Karakteristik Keluarga 9

Besar Keluarga 9

Pendapatan Orang Tua 10

Pekerjaan Orang Tua 11

Pengetahuan Gizi 11

Gaya Hidup 12

Merokok 12

Konsumsi Alkohol 14

Penggunaan Internet 15

Kebiasaan Makan 18

Hubungan antar Variabel 21

(9)

vii Hubungan Penggunaan Internet dengan Kebiasaan Makan 21 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan 22

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data peubah dan cara pengumpulan data 5

Tabel 2 Sebaran karakteristik contoh 8

Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga contoh 10

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 12 Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok 13 Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi alkohol 15 Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan penggunaan internet 16 Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan 19 Tabel 9 Hasil uji korelasi Spearman antara merokok dengan kebiasaan

makan 21

Tabel 10 Hasil uji korelasi Spearman antara penggunaan internet dengan

kebiasaan makan 21

Tabel 11 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan

kebiasaan makan 22

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan gaya hidup dan pengetahuan gizi

dengan kebiasaan makan contoh 3

(10)
(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan makan seseorang merupakan hal yang penting, karena kelebihan atau kekurangan dalam hal makan akan membahayakan status gizinya. Status gizi seseorang merupakan keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh faktor langsung, seperti konsumsi pangan dan adanya penyakit infeksi, serta faktor tak langsung, seperti faktor fisiologis, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi (Tarwoto et al. 2010). Gangguan kesehatan dapat terjadi apabila seseorang mengalami kelebihan atau kekurangan zat gizi (malnutrition) akibat pola makan tidak seimbang (Khomsan 2004).

Ketika seorang anak memasuki masa remaja, banyak yang kemudian mulai terlibat dalam perilaku yang berisiko terhadap kesehatannya. Terdapat 6 tipe perilaku yang berisiko terhadap kesehatan remaja tersebut, yaitu kurang aktivitas fisik, kebiasaan makan yang buruk, merokok, minum alkohol, perilaku yang mengarah pada seksualitas dan kekerasan, yang semuanya dapat menjadi penyebab terjadinya kematian dan kecacatan (Escobar &Anderson 2008).

Kelompok rentan gizi merupakan kelompok dalam masyarakat yang paling mudah terganggu kesehatannya akibat kekurangan gizi. Keadaan rentan gizi sering dialami oleh remaja SMA karena mereka sedang mengalami pertumbuhan cepat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang lebih banyak dibandingkan kelompok usia lain (Khomsan 2009). Behrman et al. (2004) mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir (late adolescence) yang sedang mengalami masa peralihan baik secara fisik, psikis, maupun sosial dari masa remaja menuju dewasa. Hal ini menyebabkan munculnya gaya hidup (life style) tertentu di kalangan remaja SMA.

Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dan simbol untuk menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Seorang remaja yang mudah terpengaruh oleh teman (peer group) akan kehilangan identitas sosial, sehingga dapat berisiko terhadap masalah kesehatannya (McMurray 2003). Bereksperimen dengan alkohol atau rokok merupakan hal yang paling sering ditemukan selama masa remaja. Kebiasaan merokok dan/atau konsumsi alkohol di kalangan remaja SMA sangat berkaitan dengan krisis aspek psikososial, yaitu masa ketika seorang remaja sedang mencari identitas dirinya.

(12)

2

Peneliti ilmu sosial dan kesehatan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara eksposur berlebihan terhadap media dengan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan remaja (Escobar & Anderson 2008). Seperti diketahui remaja menjadi target mudah bagi pasar komersial di internet, karena cenderung mudah terpengaruh tanpa mempertimbangkan terlebih dulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat mengakses aktivitas internet tertentu (Montgomery 2000). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan antara gaya hidup (penggunaan internet, merokok, dan konsumsi alkohol) dan pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan remaja SMA.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara gaya hidup (merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan internet) dan pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan remaja SMA kemudian melihat perbedaan antara remaja SMA di kota dan desa.

TujuanKhusus

1. Mengetahui karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang saku.

2. Mengetahui karakteristik keluarga contoh berupa besar keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

3. Mengkaji dan membandingkan pengetahuan gizi contoh di kota dan di desa.

4. Mengkaji dan membandingkan gaya hidup contoh (meliputi merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan internet) di kota dan di desa.

5. Mengkaji dan membandingkan kebiasaan makan contoh di kota dan di desa.

6. Mengetahui hubungan antara gaya hidup dan pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan contoh.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dan gaya hidup (meliputi merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan internet) dengan kebiasaan makan remaja SMA.

Kegunaan

(13)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai dengan 20 tahun yang ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi, dan aspek fungsional. Masa remaja adalah salah satu tahap yang paling dinamik dalam perkembangan manusia, karena merupakan transisi antara masa kanak-kanak ke kehidupan orang dewasa. Hal yang paling terlihat dari remaja, selain perubahan bentuk dan ukuran tubuh adalah perubahan gaya hidup.

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan gaya hidup dan pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan contoh

Keterangan:

: : Peubah yang diteliti : Peubah yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Gaya hidup dapat didefinisikan sebagai pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

―keseluruhan diri seseorang‖ dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Karakteristik seseorang berupa usia, jenis kelamin, dan uang saku akan mempengaruhi gaya hidup, begitu juga karakteristik keluarga berupa besar keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

Karakteristik Contoh

- - Usia

- - Jenis Kelamin

- - Uang saku

Karakteristik Keluarga

- - Besar Keluarga

- - Pendapatan orangtua

- - Pekerjaan orangtua

Gaya Hidup

- - Penggunaan internet

- - Merokok

- - Konsumsi alkohol

Kebiasaan Makan

Status Gizi Pengetahuan Gizi

- Ketersediaan makanan

(14)

4

Gaya hidup yang terbentuk dalam diri seseorang akan mempengaruhi kebiasaan makan. Selain dipengaruhi oleh gaya hidup, pengetahuan gizi dan ketersediaan makanan juga ikut memberikan pengaruh terhadap kebiasaan makan. Kebiasaan makan yang berlangsung terus menerus inilah yang nantinya akan mempengaruhi status gizi seseorang. Bagan kerangka hubungan pengetahuan gizi dan gaya hidup dengan kebiasaan makan contoh dapat dilihat pada Gambar 1.

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul

Lifestyle and Nutrition Aspects of Rural and Urban Adolescents‖ (Dwiriani et al.

2012). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu mempelajari hubungan pengetahuan gizi dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan anak SMA di kota dan di desa dengan cara mengamati gaya hidup yang biasa dilakukan pada individu dari suatu populasi secara bersamaan dalam satu waktu. Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2013.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah contoh yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu remaja kelas X, dapat berkomunikasi dengan baik, dan bersedia diwawancarai sebagai responden. Remaja yang telah memenuhi kriteria kemudian diambil dengan menggunakan metode simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 110 orang yang terdiri dari 27 remaja putra dan 28 remaja putri SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan 25 remaja putra dan 30 remaja putri SMK Giri Taruna Jasinga. SMA Negeri 109 Jakarta Selatan mewakili SMA kota dan SMK Giri Taruna Jasinga mewakili SMA desa. Teknik penarikan contoh disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Cara penarikan contoh Sekolah Menengah Atas

(SMA)

SMAN109 Jakarta Selatan SMK Giri Taruna Jasinga

25 Remaja Putra 25 Remaja Putri

(15)

5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer (Tabel 1). Data primer meliputi peubah-peubah yang akan diteliti, yaitu: 1) Karakteristik contoh, berupa usia, jenis kelamin, serta uang saku; 2) Karakteristik keluarga, meliputi besar keluarga, pendapatan orangtua, dan pekerjaan orangtua; 3) Gaya hidup, meliputi penggunaan internet, merokok, dan konsumsi alkohol; 4) Pengetahuan gizi; 5) Kebiasaan makan. Tipe data, peubah, dan metode pengumpulan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Data peubah dan cara pengumpulan data No Peubah Indikator Alat dan Cara

Pengumpulan Skala Data 1. Karakteristik contoh a. Usia

b. Jenis Kelamin

a. Besar keluarga Wawancara langsung dengan kuesioner

Nominal b. Pendapatan orang tua Ordinal c. Pekerjaan orang tua Nominal 3. Gaya hidup a. Penggunaan internet

b. Merokok 4. Pengetahuan gizi - Wawancara langsung

dengan kuesioner Ordinal 5. Kebiasaan makan - Wawancara langsung

dengan kuesioner

Ordinal

Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang telah diperoleh diolah dengan tahapan-tahapan, meliputi

editing, coding, entry, cleaning untuk dianalisis selanjutnya. Data kuesioner yang telah diperoleh dilakukan editing untuk mengecek konsistensi informasi. Kemudian dilakukan coding sesuai dengan peubah sebagai panduan entri dan dilakukan entri data sesuai dengan kode yang telah dibuat. Cleaning dilakukan apabila data terlalu berlebihan dengan cara menghapus data tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan dianalisis menggunakan program SPSS version 20.0 for Windows.

Karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang saku, sedangkan karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua diolah dengan memberikan pengelompokan atau skala pada setiap peubah. Pengelompokan usia contoh dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok usia 15-16 tahun, 17-18 tahun, dan >18 tahun. Pengkategorian jenis kelamin contoh dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Pengelompokan uang saku contoh dikelompokkan ke dalam dua

kelompok, yaitu uang saku besar (≥median) dan uang saku kecil (< median).

(16)

6

orang tua tinggi (≥ median) dan pendapatan orang tua rendah (< median). Pekerjaan orang tua dibagi ke dalam tujuh kelompok, yaitu tidak bekerja, PNS/polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa, dan lainnya.

Gaya hidup yang diukur meliputi tiga indikator, yaitu penggunaan internet, merokok, dan konsumsi alkohol. Merokok serta konsumsi alkohol dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kelompok ―ya‖ dan kelompok ―tidak‖. Penggunaan internet diukur melalui beberapa peubah, yaitu penggunaan internet dalam seminggu, lama menjadi pengguna internet, kepemilikan PC/laptop/tablet, langganan akses internet, tempat yang paling sering digunakan untuk akses internet, alasan penggunaan internet, apakah penggunaan internet membantu pengerjaan tugas sekolah, pengenalan internet, apakah internet mengubah kebiasaan hidup contoh dari sebelum mengenal internet, kepemilikan akun media sosial, lama bergabung dengan website social networking, akses website social networking dalam satu minggu, dan fasilitas yang paling sering digunakan di website social networking.

Pengetahuan gizi diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan yang jenisnya tertutup. Kategori pengetahuan gizi baik jika pertanyaan dijawab benar lebih dari 80%, sedang jika pertanyaan dijawab benar antara 60-80%, dan pengetahuan gizi kurang jika pertanyaan dijawab benar kurang dari 60%. Kebiasaan makan yang diamati meliputi frekuensi makan per hari, kebiasaan makan bersama keluarga, waktu makan bersama keluarga, frekuensi makan bersama keluarga di luar rumah, jumlah air yang diminum, kebiasaan sarapan pagi, konsumsi suplemen, frekuensi konsumsi suplemen, makan siang, konsumsi fast food 1 minggu terakhir, kebiasaan jajan di sekolah, dan frekuensi makan snack.

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan uji statistik sesuai jenis data. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensia. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tiap-tiap peubah dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Statistik inferensia yang digunakan adalah uji korelasi.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS version20.0

for Windows. Uji statistik yang dilakukan, antara lain: 1. Analisis Deskriptif

a. Karakteristik contoh: usia, jenis kelamin, dan uang saku.

b. Karakteristik keluarga: besar keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2. Uji Mann Whitney digunakan untuk melihat perbedaan gaya hidup, pengetahuan gizi, dan kebiasaan makan contoh di kota dan desa.

3. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui keterkaitan hubungan antar peubah penelitian dengan skala ordinal, meliputi :

(17)

7 Definisi Operasional

Contoh adalah remaja yang berusia 15-17 tahun, murid SMA kelas X di SMK Giri Taruna Jasinga dan SMA N 109 Jakarta, dapat berkomunikasi dengan baik, dan bersedia diwawancarai sebagai responden.

Remaja adalah seseorang yang berusia 10-20 tahun.

Karakteristik contoh adalah ciri khusus yang dimiliki oleh contoh yang dapat mempengaruhi gaya hidupnya, yaitu usia, jenis kelamin, dan uang saku. Karakteristik keluarga adalah ciri khusus terkait kondisi keluarga contoh yang

memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi gaya hidup contoh, yaitu besar keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya.

Penggunaan internet adalah suatu kegiatan yang diukur (dinyatakan dalam byte, kilobyte, megabyte, atau gigabyte) melalui jumlah data yang mengalir melalui komputer dan jaringan internet untuk periode tertentu.

Merokok adalah mengisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar

Konsumsi alkohol adalah konsumsi zat psikoatif yang bersifat adiktif.

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan.

Kebiasaan makan adalah cara-cara yang dipakai orang pada umumnya untuk memilih bahan makanan yang mereka makan sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, kebudayaan, dan sosial.

Status gizi adalah ukuran mengenai kondisi tubuh remaja yang dapat dilihat dari indeks massa tubuh (IMT) dan makanan yang dikonsumsi. Pengkategorian IMT dibedakan menjadi kurang (<18.5 kg/m2), normal

(≥18.5-22.9 kg/m2), pre-obese (23-24.9 kg/m2), obese I (25-29.9 kg/m2),

(18)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Jumlah contoh dalam penelitian ini berjumlah 110 orang yang terdiri atas 55 orang siswa/i SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan 55 orang siswa/i SMK Giri Taruna Jasinga. Karakteristik contoh dari penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, dan uang saku.

Tabel 2 Sebaran karakteristik contoh

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Usia:

15-16 tahun 50 90.9 23 41.8 73 66.4

17-18 tahun 05 09.1 30 54.5 35 31.8

>18 tahun 00 00.0 02 03.6 02 01.8

Total 55 100 55 100 110 100

Jenis Kelamin:

Laki-laki 27 49.1 25 45.5 52 47.3

Perempuan 28 50.9 30 54.5 58 52.7

Total 55 100 55 100 110 100

Uang Saku:

<Rp 10 000,00 01 01.8 22 40 23 20.9

≥Rp 10 000,00 54 98.2 33 60 87 79.1

Total 55 100 55 100 110 100

Usia

Remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai dengan 20 tahun yang ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi usia, masa remaja dapat dibagi menjadi remaja awal (10-13 tahun), remaja menengah (14-16 tahun), dan remaja akhir (17-20 tahun) (Behrman et al.2004). Contoh dalam penelitian ini memiliki usia yang berada pada kisaran 15 sampai dengan 19 tahun dan dibagi ke dalam 3 kelompok usia, yaitu kelompok usia 15-16 tahun, 17-18 tahun, dan >18 tahun.

(19)

9 Jenis Kelamin

Data jenis kelamin yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin laki-laki maupun perempuan cukup seimbang, baik SMA di kota maupun di desa. Hal ini disebabkan dari metode penelitian, dimana pengambilan contoh minimal 25 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. SMA di kota memiliki 27 contoh berjenis kelamin laki-laki dan 28 contoh berjenis kelamin perempuan. SMA di desa memiliki 25 contoh berjenis kelamin laki-laki dan 30 contoh berjenis kelamin perempuan.

Uang Saku

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian, mingguan atau bulanan (Napitu diacu dalam Lusiana 2008). Jumlah uang saku per hari yang diterima contoh yang berasal dari SMA di kota hampir seluruhnya berjumlah ≥Rp 10 000,00 (98.2%). Hal yang berbeda dirasakan 40% contoh yang berasal dari SMA di desa dimana jumlah uang saku yang diterima per harinya <Rp 10 000,00 (Tabel 2). Perbedaan pemberian uang saku di kota dan desa dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya jumlah anggota keluarga−dimana semakin banyak jumlah anggota keluarga alokasi uang saku akan semakin rendah, perbedaan harga barang dan jasa di desa dan kota, serta rendahnya penghasilan yang dimiliki keluarga di desa dibandingkan dengan keluarga di kota.

Karakteristik Keluarga

Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah (keturunan), maupun karena adopsi (pengangkatan) dan tinggal dalam satu rumah tangga (Effendy1995). Karakteristik keluarga dari penelitian ini meliputi besar keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua−yang dibagi ke dalam pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu.

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama (Sanjur dalam Fitriadini 2010). Menurut Hurlock (1998), besar keluarga dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu keluarga kecil (≤4 orang anggota keluarga), keluarga sedang (5-7 orang anggota keluarga), dan keluarga besar (≥8 orang anggota keluarga).

(20)

10

Dari penjabaran di atas, dapat dilihat pada masyarakat pedesaan program Keluarga Berencana (KB) kurang berjalan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pahlupi et al. (2012) yang menyatakan bahwa sasaran utama program KB adalah penduduk pedesaan. Mereka dianggap masih memiliki informasi yang sedikit tentang keutamaan dan manfaat yang dapat diperoleh dari program pemerintah ini.

Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga contoh

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n % pendapatan orang tua contoh yang berasal dari SMA di desa sangat berkebalikan dengan contoh yang berasal dari SMA di kota. Pendapatan orang tua contoh yang berasal dari SMA di desa hampir seluruhnya berjumlah <Rp 2 000 000,00 per bulan (81.8%) (Tabel 3).

(21)

11

explanation, kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa mereka ke dalam kemiskinan. Akibatnya mereka juga tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian secara terus menerus dan turun temurun. Ketiga, subcultural explanation, kemiskinan dapat disebabkan oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku lingkungan. Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan, kebiasaan yang enggan untuk bekerja keras dan menerima apa adanya, keyakinan bahwa mengabdi kepada para raja atau orang terhormat meski tidak diberi bayaran dan berakibat pada kemiskinan. Keempat, structural explanations, kemiskinan timbul akibat ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat, kebijakan, dan aturan lain yang menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan haknya terbatas. Kemiskinan yang disebabkan oleh dampak kebijakan pemerintah, atau kebijakan yang tidak berpihak pada kaum miskin juga termasuk pada faktor ini.

Pekerjaan Orang Tua

Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan, karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memungkinkan pengalokasian waktu yang lebih besar untuk memperhatikan konsumsi, kesehatan diri, dan keluarga (Suhardjo 1989).

Pekerjaan ayah contoh yang berasal dari SMA di kota terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu karyawan swasta (34.5 %) dan wiraswasta/pedagang (30.9%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok PNS, buruh, dan lainnya (pensiunan PNS dan satpam) (Tabel 3). Pekerjaan orang tua contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar buruh (52.7%), diikuti dengan

wiraswasta/pedagang (20%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok tidak

bekerja, PNS/polisi/ABRI, karyawan swasta, dan jasa (penjahit, supir ojeg, reparasi) (Tabel 3).

Pekerjaan ibu contoh yang berasal dari SMA di kota sebagian besar berada dalam kelompok tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga (54.5%), diikuti dengan PNS/polisi/ABRI (21.8%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok karyawan swasta, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit, salon), dan lainnya (guru tidak tetap, guru TK) (Tabel 3). Senada dengan contoh yang berasal dari SMA di kota, pekerjaan ibu contoh yang berasal dari SMA di desa juga sebagian besar menjadi ibu rumah tangga (81.8%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok buruh, wiraswasta/pedagang, dan jasa (penjahit, salon) (Tabel 3).

Pengetahuan Gizi

(22)

12

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada status gizinya (Khomsan et al. 2007).

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Pengetahuan berada pada kategori sedang (74.5%), dan hanya 3.6% yang berada pada kategori kurang. Adapun pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar berada pada kategori kurang (69.1%) dan tidak ada contoh yang berada pada kategori baik (Tabel 4). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata (p=0.000) dimana tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di kota lebih baik dibanding tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di desa. Hal ini menunjukkan sangat rendahnya tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di desa. Tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di kota pun masih harus ditingkatkan sebab hanya terdapat 21.8% contoh yang berada pada kategori baik

Diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan sadar gizi kepada contoh, khususnya yang berasal dari SMA di desa. Upaya peningkatan pengetahuan dan sadar gizi perlu diprioritaskan dan mendapat dukungan dari berbagai sektor termasuk tenaga pendidik. Remaja yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan lebih mampu memilih makanan sesuai dengan kebutuhannya (Parmenter & Wardle 1999).

Gaya Hidup

Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Gaya hidup dapat dibagi ke dalam beberapa peubah. Pada penelitian ini terdapat tiga peubah yang diamati, yaitu merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan internet.

Merokok

(23)

13 Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Jumlah Rokok yang Dihisap per Hari:

1-2 batang 3 60.0 5 45.5 8 50.0 Semua contoh yang merokok berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar contoh, baik di kota maupun desa, telah merokok selama setahun kurang (87.5%). Hal ini

(24)

14

bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara kebiasaan merokok contoh yang berasal dari SMA di kota dengan di desa (p = 0.106).

Contoh yang berasal dari SMA di kota mengenal rokok dari teman sekolah (60%) dan teman di luar sekolah (40%). Contoh yang berasal dari SMA di desa mengenal rokok dari teman sekolah (45.5%) dan teman di luar sekolah (54.5%) (Tabel 5). Dari data dapat dilihat bahwa teman sebaya, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah, sangat mempengaruhi pembentukan gaya hidup seorang remaja. Semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya maka akan semakin tinggi intensi merokoknya, sebaliknya semakin rendah konformitas terhadap teman sebaya maka semakin rendah pula intensi merokoknya (Sartika et al. 2009). Baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun SMA di desa lebih dari 50% menyatakan bahwa faktor utama mereka merokok adalah karena ikut-ikutan teman. Sebanyak 60% contoh yang berasal dari SMA di kota dan 54.5% contoh yang berasal dari SMA di desa menyatakan hal tersebut (Tabel 5). Pengaruh teman sebaya merupakan pemicu kuat timbulnya intensi merokok remaja. Hal ini didukung oleh pendapat McCool et al. (2003) yang menyatakan bahwa pengaruh teman sebaya merupakan prediktor yang lebih kuat daripada faktor lainnya terhadap intensi merokok remaja.

Cara contoh memperoleh rokok, baik kota maupun desa, dapat dikatakan sama. Sebagian besar contoh memperoleh rokok dengan membeli menggunakan uang sendiri. Sebanyak 60% contoh yang berasal dari SMA di kota dan 63.6% contoh yang berasal dari SMA di desa menyatakan hal tersebut (Tabel 5). Sebagian lagi memperoleh rokok dari pemberian teman, hal ini berlaku untuk contoh yang berasal dari SMA di kota maupun di desa.

Seperti yang telah disebutkan di atas, dikarenakan sebagian besar contoh

masih berada pada taraf ―coba-coba‖ maka jumlah rokok yang dihisap per hari pun cenderung tidak terlalu banyak. Secara umum, jumlah rokok yang dihisap per hari oleh contoh tersebar ke dalam dua kelompok, yaitu 1-2 batang per hari dan 3-5 batang per hari. Contoh yang berasal dari SMA di kota lebih banyak yang menghisap 1-2 batang rokok per hari (60%), sementara contoh yang berasal dari SMA di desa lebih banyak yang menghisap 3-5 batang per hari (54.5%) (Tabel 5).

Sebanyak 100% contoh mengetahui bahaya merokok (Tabel 5). Namun faktanya mereka tetap merokok meskipun mengetahui bahaya merokok. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya contoh telah memasuki gejala

tobacco dependency atau tahap ketergantungan tembakau yang disebabkan oleh nikotin, contoh merasa tidak akan diterima oleh lingkungan atau teman sepermainannya bila tidak merokok, serta merokok dianggap menjadi salah satu cara untuk melepaskan ketegangan dan membuat rileks.

Konsumsi Alkohol

(25)

15 baik yang berasal dari SMA di kota maupun desa, yang mengkonsumsi alkohol (Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi alkohol Konsumsi

Internet adalah sebuah alat yang memiliki informasi meliputi dimensi sosial-ekonomi, budaya dan politik. Penggunaan komputer dan internet memiliki potensi untuk mengembangkan dan mengubah kebiasaan yang ada pada masyarakat (Demir dalam Adalier 2012). Media sosial adalah sebuah media di internet, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring social, dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Kaplan dan Haenlein(2010) mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Peubah penggunaan internet dalam penelitian ini meliputi penggunaan internet dalam seminggu, lama menjadi pengguna internet, kepemilikan PC/laptop/tablet, langganan akses internet, tempat yang paling sering digunakan untuk akses internet, alasan penggunaan internet, apakah penggunaan internet membantu pengerjaan tugas sekolah, pengenalan internet, apakah internet mengubah kebiasaan hidup contoh dari sebelum mengenal internet, kepemilikan akun media sosial, lama bergabung dengan website social networking, akses website social networking dalam satu minggu, dan fasilitas yang paling sering digunakan di website social networking.

Penggunaan internet contoh yang berasal dari SMA di kota tersebar ke dalam 3 kelompok, yaitu 0-14 jam per minggu sebanyak 58.2%, 15-35 jam per minggu sebanyak 25.5%, dan lebih dari 35 jam per minggu sebanyak 16.4%. Hal yang cukup berbeda diperlihatkan oleh contoh yang berasal dari SMA di desa dimana penggunaan internet sebagian besar berkisar antara 0-14 jam per minggu (94.5%). Hanya terdapat 5.5% contoh yang berasal dari SMA di desa menggunakan internet antara 15-35 jam per minggu (Tabel 7).

(26)

16

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan penggunaan internet Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Tempat yang Sering Digunakan untuk Akses Internet (jawaban boleh lebih dari satu)

Handphone 35 63.6 32 58.2 67 60.9

Alasan Penggunaan Internet (jawaban boleh lebih dari satu)

Social networking 49 89.1 29 52.7 78 70.9

Apakah Penggunaan Internet Membantu Pengerjaan Tugas Sekolah:

(27)

17 Tabel 7 (lanjutan) Sebaran contoh berdasarkan penggunaan internet

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Internet Mengubah Kebiasaan HidupAnda dari Sebelum Mengenal Internet:

Ya 47 85.5 39 70.9 86 78.2

Akses Website Social Networking per Minggu:

Setiap hari 23 41.8 07 12.7 30 27.3

Fasilitas yang Sering Digunakan di Website Social Networking (jawaban boleh lebih dari satu)

Chatting 43 78.2 19 34.2 62 56.4 yang berasal dari SMA di kota berlangganan akses internet, namun hanya 10.9% contoh yang berasal dari SMA di desa berlangganan akses internet (Tabel 7). Dari

ketiga hal yang dijelaskan tadi−meliputi lama penggunaan internet, kepemilikan

PC/tablet/laptop, dan langganan akses internet dapat dilihat bahwa contoh yang berasal dari SMA di desa kurang terpapar dengan teknologi. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi yang lebih rendah daripada contoh yang berasal dari SMA di kota.

Lebih dari setengah, baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun di desa, paling sering mengakses internet melalui handphone (berturut-turut 63.6% dan 58.2%) (Tabel 7). Hasil penelitian dimana lebih dari setengah total contoh (60.9%) mengakses internet melalui handphone menunjukkan pergeseran fungsi handphone dewasa ini. Sementara untuk akses kedua terbanyak setelah

handphone, sesuai dengan pembahasan sebelumnya mengenai kepemilikan PC/laptop/tablet dan langganan internet, contoh yang berasal dari SMA di kota mengakses internet dari PC di rumah (36.4%) sementara contoh yang berasal dari SMA di desa mengakses internet dari warnet (41.8%) (Tabel 7).

(28)

18

Tingginya jumlah contoh yang menjadikan social networking sebagai alasan utama menggunakan internet (70.9%) sesuai dengan pertanyaan lanjutan mengenai kepemilikan akun media sosial dimana sebanyak 84.5% dari total contoh menyatakan memiliki akun media sosial (Tabel 7). Adapun alasan utama kedua terbanyak, yaitu mengerjakan tugas (69.1%) sesuai dengan pertanyaan

lanjutan, yaitu ―apakah penggunaan internet membantu pengerjaan tugas sekolah?‖. Sebagian besar contoh, baik yang berasal dari SMA di kota maupun di desa menyatakan ―ya‖ (94.5%) (Tabel 7).

Lebih dari setengah, baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun di desa, menyatakan pertama kali pengenalan internet dilakukan oleh teman (berturut-turut 58.2% dan 72.7%). Pengenalan internet kepada contoh yang berasal dari SMA di kota juga dilakukan oleh saudara (25.5%), orang tua (14.5%), dan guru (1.8%), sementara pengenalan internet kepada contoh yang berasal dari SMA di desa juga dilakukan oleh guru (16.4%), saudara (9.1%), dan mencoba

sendiri−dimasukkan dalam kategori ―lainnya‖ (1.8%) (Tabel 7).

Mayoritas contoh yang berasal dari SMA di kota telah bergabung dengan website social networking lebih dari 1 tahun (94.5%). Akses ke website social networking per minggu contoh yang berasal dari SMA di kota berkisar antara 2 rentang waktu utama, yaitu setiap hari (41.8%) dan 3-4 kali per minggu (30.9%). Hal yang berbeda terlihat pada contoh yang berasal dari SMA di desa. Lama bergabung contoh yang berasal dari SMA di desa dengan website social networking kebanyakan kurang dari satu tahun (41.8%), selain itu akses ke website social networking per minggu contoh yang berasal dari SMA di desa berkisar antara 2 rentang waktu utama, yaitu 1-2 kali per minggu (34.5%) dan 3-4 kali per minggu (30.9%) (Tabel 7).

Fasilitas di website social networking yang sering digunakan contoh yang berasal dari SMA di kota cukup beragam. Chatting merupakan fasilitas yang paling sering digunakan (78.2%), sementara sisanya tersebar secara merata pada pencarian produk/jasa, update informasi produk/jasa, bermain game yang disediakan, dan membuat/membalas e-mail (14.5%). Senada dengan contoh yang berasal dari SMA di kota, contoh yang berasal dari SMA di desa pun paling banyak menggunakan fasilitas chatting di website social networking (34.2%). Penggunaan fasilitas yang lain juga dilakukan oleh contoh yang berasal dari SMA di desa, yaitu bermain game yang disediakan (23.6%), update informasi produk/jasa (18.2%), membuat/membalas e-mail (14.5%), dan mencari produk/jasa (5.5%) (Tabel 7).

Kebiasaan Makan

(29)

19 kebiasaan sarapan pagi, konsumsi suplemen, frekuensi konsumsi suplemen, makan siang, konsumsi fast food 1 minggu terakhir, kebiasaan jajan di sekolah, dan frekuensi makan snack.

Frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di kota sebagian besar berada pada kategori makan tiga kali sehari (61.8%), dan hanya 29.1% yang berada pada kategori makan satu sampai dua kali sehari. Adapun frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar berada pada kategori makan satu sampai dua kali sehari (58.2%), dan yang berada pada kategori makan tiga kali sehari hanya 36.4% (Tabel 8). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (p=0.002) antara contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa, dimana frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di kota lebih tinggi dibanding frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di desa.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Waktu Makan Bersama Keluarga (jawaban boleh lebih dari satu)

Makan pagi 13 23.6 20 36.4 33 30.0

Makan siang 08 14.5 24 43.6 32 29.1

Makan malam 49 89.1 32 58.2 81 73.6

Frekuensi Makan Bersama Keluarga di Luar Rumah:

(30)

20

Tabel 8 (lanjutan) Sebaran contoh beradasarkan kebiasaan makan Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Konsumsi Fast Food 1 Minggu Terakhir:

0-1 kali 27 49.1 41 74.5 68 61.8

Kebiasaan makan bersama keluarga contoh yang berasal dari SMA di kota terbagi ke dalam dua kategori utama, yaitu selalu (45.5%) dan kadang (50.9%). Contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar hanya kadang-kadang makan bersama keluarga (80%). Waktu makan yang biasa digunakan untuk makan bersama keluarga adalah malam hari, baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun di desa (73.6%) (Tabel 8).

Contoh yang berasal dari SMA di kota memiliki kebiasaan minum air yang terbagi ke dalam dua kategori utama, yaitu 5-7 gelas dalam sehari (50.9%)

dan ≥8 gelas dalam sehari (41.8%). Kebiasaan minum air contoh yang berasal dari SMA di desa terbagi secara merata, yaitu <5 gelas dalam sehari (36.4%), 5-7 gelas

dalam sehari (36.4%), dan ≥8 gelas dalam sehari (27.3%) (Tabel 8). Hal ini menunjukkan contoh yang berasal dari SMA di kota lebih memperhatikan jumlah air yang diminum dibandingkan contoh yang berasal dari SMA di desa.

(31)

21 cukup sedikit (23.6%) dengan frekuensi konsumsi suplemen hanya 1-3 kali dalam seminggu (57.7%) (Tabel 8).

Kebiasaan makan siang contoh yang berasal dari SMA di kota kebanyakan berasal dari jajanan di sekolah (60%) dan membawa bekal (27.3%). Hanya 12.7% contoh yang berasal dari SMA di kota yang makan siang di rumah. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh contoh yang berasal dari SMA di desa. Sebanyak 56.4% contoh yang berasal dari SMA di desa terbiasa makan siang di rumah (Tabel 8).

Baik contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa hanya mengkonsumsi fast food 0-1 kali dalam seminggu (61.8%). Contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa menyatakan terbiasa jajan di sekolah (93.6%). Rata-rata frekuensi makan snack pada contoh hanya 2-3 kali dalam seminggu (61.8%).

Hubungan antar Variabel

Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kebiasaan Makan

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara rokok dengan kebiasaan jajan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi kebiasaan merokok maka semakin rendah kebiasaan jajan pada contoh, baik yang berasal dari SMA di kota maupun di desa. Menurut Worsley et al. (2012), kebiasaan jajan berhubungan positif dengan usia dan pendidikan, namun berbanding terbalik dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.

Tabel 9 Hasil uji korelasi Spearman antara merokok dengan kebiasaan makan Peubah Frekuensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang siginifikan (p>0.05) antara kebiasaan merokok dengan frekuensi makan utama, kebiasaan sarapan, jumlah air minum, serta frekuensi makan snack, fast food, dan suplemen. Hal ini diduga karena kebutuhan contoh terhadap hal tersebut masih bergantung dengan pola kebiasaan makan keluarga, sedangkan kebiasaan merokok lebih dipengaruhi dari keinginan contoh.

Hubungan Penggunaan Internet dengan Kebiasaan Makan

(32)

22

Tabel 10 Hasil uji korelasi Spearman antara penggunaan internet dengan kebiasaan makan

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p< 0.05)antara pengetahuan gizi dengan frekuensi makan dan jumlah air minum pada contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa. Hal ini berarti semakin tinggi pengetahuan gizi maka semakin rendah frekuensi makan dan jumlah air yang diminumcontoh. Hal ini diduga karena sebagian contoh masih mengabaikan pengetahuan gizi mereka, meskipun contoh memiliki pengetahuan gizi yang baik. Selain itu, diduga ada beberapa contoh yang melakukan diet. Tabel 11 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan

makan kisaran usia 15 sampai dengan 16 tahun, sementara remaja yang berasal dari SMA

di desa sebagian besar berada pada kisaran usia 17 sampai 18 tahun−bahkan ada juga yang berusia lebih dari 18 tahun. Hampir seluruh remaja yang berasal dari SMA di kota memiliki uang saku ≥Rp 10 000,00, sementara masih cukup banyak remaja yang berasal dari SMA di desa memiliki uang saku <Rp 10 000,00. Besar keluarga, baik remaja yang berasal dari SMA di kota maupun desa, pada umumnya tergolong keluarga sedang (5-7 orang). Pendapatan orang tua remaja yang berasal dari SMA di kota hampir seluruhnya berjumlah ≥Rp 2 000000,00 per bulan, hal ini berbanding terbalik dengan pendapatan orang tua remaja yang berasal dari SMA di desa. Sebagian besar pekerjaan orang tua remaja yang berasal dari SMA di kota bekerja sebagai karyawan swasta dan wiraswasta, sedangkan di desa bekerja sebagai buruh.

(33)

23 berasal dari SMA di desa berjumlah 20%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara keduanya. Waktu penggunaan internet remaja yang berasal dari SMA di kota sangat berkebalikan dengan remaja yang berasal dari SMA di desa. Remaja yang berasal dari SMA di kota mayoritas menggunakan internet lebih lama daripada remaja yang berasal dari SMA di desa. Frekuensi makan remaja yang berasal dari SMA di kota sebagian besar berada pada kategori makan tiga kali sehari, sedangkan frekuensi makan remaja yang berasal dari SMA di desa berada pada kategori makan satu sampai dua kali sehari.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rokok dengan kebiasaan jajan, namun tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan frekuensi makan, kebiasan sarapan, jumlah air yang diminum, frekuensi makan snack, fast food, dan suplemen. Selain itu, hasil uji hubungan antara penggunaan internet dengan kebiasaan makan menunjukkan bahwa hanya penggunaan internet dengan jumlah air minum yang terdapat hubungan. Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan menunjukkan bahwa hanya pengetahuan gizi dengan frekuensi makan dan jumlah air minum yang memiliki hubungan signifikan.

Saran

(34)

24

DAFTAR PUSTAKA

Adalier A, Balkan E. 2012. The relationship between internet addiction and psychological symptoms. International Journal of Global Education. 1 (2) : 1—8.

Behrman et al.2004. Adolescence. In : Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed. Philadelphia (US) : Saunders.

Escobar SL, Anderson CA. 2008. Media and risky behaviors. The Future of Children. 18 (1): 147—180.

Fitriadini NA. 2010. Perilaku KADARZI serta PHBS ibu kaitannya dengan status gizi dan status kesehatan balita BGM di Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hurlock. 1998. Perkembangan Anak Edisi ke-6. M. Tjandra dan Zarkasih, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.

Kaplan M, Haenlein M. 2010. Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media. Business Horizons. 53(1): 59—68.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID): PT. Grasindo.

et al. 2007. Studi Implementasi Program Gizi : Pemanfaatan, cakupan, keefektifan, dan dampak terhadap status gizi. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

. 2009. Pola Makan Kaum Remaja dalam Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada.

Lusiana SA. 2008. Status gizi, konsumsi pangan, dan usia menarche anak perempuan sekolah dasar di Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

McCool J, Cameron L, Petrie K, Robinson E. 2003. Smoking behavior and expectations among Auckland adolescents. The New Zealand Medical Journal 116: 1—9.

McMurray A. 2003. Community Health and Welness: A Sociological Approach. Toronto (US) : Mosby.

Minor M, Mowen JC. 2002. Perilaku Konsumen alih bahasa Lina Salim. Jakarta (ID) : Erlangga.

(35)

25 Nafisse M, Mohammad A, Ahmad PB, Omid R, Ayatollahi A, Bidaki R, Fatemeh ABA. 2013. The prevalence of internet addiction among the students of Rafsanjan University of Medical Sciences. ASEAN Journal of Psychiatry. 14 (2) : 1—8.

NasutionIK. 2011.Jurnal Perilaku Merokok pada

Remaja.http://respository.usu.ac.id/perilakumerokokpadaremaja/132316815. pdf. Diakses pada 10 Juni 2013.

Spicker P, Morris S, Strachan V. 2002. Consultation on the review of Scottish charity law, Scottish Executive Central Research Unit85pp. Poverty and the Welfare State: dispelling the myths. London (ED): Catalyst.

Pahlupi R, Suryana A, Setiaman A. 2012. Hubungan antara kegiatan penyuluhan program Keluarga Berencana (KB) dengan perubahan sikap penduduk Kabupaten Garut. eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran. 1 (1) : 1— 18.

Parmenter K, Wardle J. 1999. Development of a general nutrition knowledge questionnaire for adults. European Journal of Clinical Nutrition. 53:298— 308.

Sartika AA, Indrawati ES, Sawitri DR. 2009. Hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan intensi merokok pada remaja perempuan di SMA Kesatrian 1 Semarang. Psycho Idea. (1) : 14—25.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID) : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta (ID) : Bumi Aksara bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Tarwoto et al. 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta (ID): Salemba Medika.

(36)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Ithaca, New York pada tanggal 10 Januari 1991. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Bambang Sapta Purwoko dan Ibu Iswari Saraswati Dewi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi I Bogor pada tahun 2002, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Bogor pada tahun 2005, dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2008.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan gaya hidup dan pengetahuan gizi
Gambar 2 Cara penarikan contoh
Tabel 1 Data peubah dan cara pengumpulan data
Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga contoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan untuk steganografi dalam penelitian adalah Low Bit Encoding dengan enkripsi

Untuk menyuguhkan tontonan yang mampu mengulas lebih dalam suatu kebudayaan dan memberikan pengetahuan yang lebih luas, Penulis memilih program dokumenter dalam

Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secnra wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Reksa Dana Panin Dana Teladan tanggal 31

 New Public Service memandang keterlibatan citizen dalam proses administrasi dan pemerintahan lebih penting ketimbang pemerintahan yang digerakkan oleh semangat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran membaca Alquran dengan metode Tilawati di Pondok Pesantren Ibnul Amin Putri Pamangkih Barabai dan

Sebagai perbandingan bangunan fasilitas cottage, ada beberapa kawasan wisata dengan fasilitas akomodasinya yang memanfaatkan lingkungan sekitarnya sehingga fasilitas wisata

the remote sensing of land surface temperature and ground emissivity using NOAA-AVHRR data. Remote

(1) Wakapolres sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b merupakan unsur pimpinan Polres yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolres..