DETERMINAN PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE GO
PUBLIC DI INDONESIA
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Fani Karina
7211411158
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
i
DETERMINAN PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE GO
PUBLIC DI INDONESIA
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Fani Karina
7211411158
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Beberapa hal
terlalu jauh tergapai oleh tangan. Lalu manusia
menyerah. Mereka lupa, tak ada hal yang tak terjangkau doa.” (Fala
Adinda)
“Having a bad day? Place your hand on your chest. Do you feel that?
That’s called purpose. You are alive for
a
reason.” (Dimas Novri
andi)
“Khawatir itu semacam doa terselubung yang negatif. Semacam
menyumpahi diri sendiri.”
(Gabrielle Connie Wongsoredjo)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Agus Subekhi, Bapak nomor satu di seluruh dunia.
Nur Aeni, Ibu terbaik yang bisa Tuhan berikan.
Aditia dan Irena, malaikat-malaikat penebar tawa dan bahagia.
Kurawas (Hesti, Rosyi, Pipit, Cancan, Arif, Devina, & Citra), teman-teman paling
brutal-namun-tak-terlupakan-sepanjang masa.
Intan dan Aruna, pengajar ilmu bertahan hidup khas anak kos sejati.
Yaya, teman jarak jauh yang senantiasa menginspirasi.
vi PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
tak pernah putus memberikan rahmat dan hidayah, sehingga penyusunan karya
akhir berupa skripsi yang berjudul “DETERMINAN PROFITABILITAS
PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE GO PUBLIC DI
INDONESIA” dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini tidak mungkin dapat berjalan sejauh ini tanpa adanya
dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa yang senantiasa datang dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi Program Strata I
(S1) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri semarang.
4. Dr. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing yang telah
tulus dan sabar membimbing, mengarahkan, serta memberikan
masukan, nasihat, semangat kepada penulis.
5. Drs. Heri Yanto, MBA., PhD., Dosen Penguji I yang telah
memberikan saran dan masukan untuk penulis.
6. Drs. Subowo, M.Si., Dosen Penguji II yang telah memberikan saran
vii
7. Nanik Sri Utaminingsih, SE., M.Si., Akt, Dosen Wali Jurusan
Akuntansi C Angkatan tahun 2011 Program Strata I (S1) Universitas
Negeri Semarang.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang tak pernah sungkan membagikan ilmunya.
9. Bapak dan Ibu atas segala cinta dan kasih sayangnya yang tak pernah
habis, perjuangannnya yang tak pernah lelah, dukungannya yang tak
terbatas, serta doanya yang tidak sekalipun padam demi kesuksesan
penulis.
10. Teman-teman satu perjuangan di Akuntansi C 2011, atas segala
keceriaan yang pernah dirasakan bersama penulis.
11. Tim KKN Desa Rejosari Kec. Kalikajar Kab. Wonosobo atas segala
dukungannya.
12. Teman-teman lain yang tidak mungkin penulis sebutkan seluruhnya.
Akhir kata, dalam skripsi ini tentu masih banyak celah yang harus
dikoreksi dan diberikan masukan. Untuk itu, penulis membuka tangan
selebar-lebarnya atas kritik, saran, masukan, dan tanggapan dari penulisan skripsi ini.
Semarang, Maret 2015
viii SARI
Karina, Fani. 2015. “Determinan Profitabilitas pada Perusahaan Properti dan
Real Estate Go Public di Indonesia”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dr. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si.
Kata Kunci: Profitabilitas, Ukuran Perusahaan (Size), Perputaran Piutang,
Debt to Equity Ratio, Market Capitalization.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Profitabilitas yang diproksikan melalui Return on Asset (ROA) pada perusahaan properti dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih bersifat fluktuatif. Nilainya mengalami kenaikan dan penurunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan (size), perputaran piutang, debt to equity ratio, dan market capitalization terhadap profitabilitas.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan properti dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 – 2013. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Sampel yang masuk kriteria sebanyak 28 perusahaan dengan 79 unit analisis. Metode analisis data penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
ix ABSTRACT
Karina, Fani. 2015. “Determinants of Profitability in Property and Real Estate Companies Go Public in Indonesia”. Final Project. Accounting Department. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor: Dr. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si.
Keyword: Profitability, Company Size, Receivable Turnover, Debt to Equity Ratio, Market Capitalization.
Profitability is the ability of the company to raise profit with respect to sales, total assets, or equity. Profitability is proxied by Return on Asset (ROA) of property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). In addition, profitability rate still fluctuates. This study aims to analyze the effect of company size, receivable turnover, debt to equity ratio, and market capitalization on profitability.
The population of the study is all property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) year of 2011 to 2013. The study uses purposive sampling. The companies that meet requirements stated by this study was 28 companies with 79 data in term of financial reports. Methods of data analysis used in this study is multiple linier regression.
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TELAAH TEORI 2.1 Kajian Teori ... 9
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) ... 9
2.1.2 Profitabilitas ... 10
xi
2.1.4 Ukuran Perusahaan (Size) ... 19
2.1.5 Perputaran Piutang ... 21
2.1.6 Debt to Equity Ratio ... 22
2.1.7 Market Capitalization ... 23
2.2 Penelitian Terdahulu ... 24
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 33
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 33
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35
3.3.1 Variabel Dependen ... 35
3.3.2 Variabel Independen ... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 38
3.5.1 Statistik Deskriptif ... 38
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 38
3.5.3 Analisis Regresi Berganda ... 42
3.5.4 Uji Hipotesis ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif ... 46
4.2 Uji Asumsi Klasik ... 48
4.2.1 Uji Normalitas ... 48
4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 50
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 51
xii
4.3 Uji Hipotesis ... 54
4.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 54
4.3.2 Uji Statistik F ... 55
4.3.3 Uji Statistik T ... 55
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 57
4.5 Pembahasan ... 58
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 64
5.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Seleksi Sampel ... 34
Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 37
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Uji Durbin-Watson ... 42
Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 46
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pertama ... 49
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kedua ... 50
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 51
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 52
Tabel 4.6 Kriteria Nilai Uji Durbin-Watson ... 53
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 53
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi (R2) ... 54
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F ... 55
Tabel 4.10 Hasil Uji Statisik T ... 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek
Indonesia (BEI) ... 71
Lampiran 2 Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 73
Lampiran 3 Pengukuran Profitabilitas ... 74
Lampiran 4 Pengukuran Ukuran Perusahaan (Size) ... 77
Lampiran 5 Pengukuran Perputaran Piutang... 80
Lampiran 6 Pengukuran Debt to Equity Ratio (DER) ... 83
Lampiran 7 Pengukuran Market Capitalization (MC) ... 86
Lampiran 8 Pengukuran Perputaran Total Aset ... 89
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri properti dan real estate adalah industri yang bergerak di bidang pengembangan jasa dengan memfasilitasi pembangunan kawasan-kawasan yang
terpadu dan dinamis. Produk yang dihasilkan industri ini dapat berupa perumahan,
apartemen, ruko, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan.
Pada tahun 1997, proyek industri properti dan real estate sempat berhenti seketika, padahal saat itu industri tersebut sedang tumbuh pesat. Begitu
juga di penghujung tahun 2008, sektor ini kembali diguncang oleh krisis global
yang berawal dari Amerika Serikat. Namun, seiring dengan penurunan BI rate, pertumbuhan sektor ini kembali meningkat. Penurunan suka bunga telah membuat
masyarakat yang menyimpan dananya di deposito kembali mengeluarkan dananya
untuk diinvestasikan, salah satunya pada sektor properti dan real estate.
Sektor properti dan real estate telah mengalami perkembangan setelah
krisis moneter dan mulai menunjukkan kontribusinya pada pertumbuhan
akhir-akhir ini. Hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunan perumahan,
apartemen, perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, ruko, dan tempat-tempat
rekreasi yang tersebar di berbagai daerah berpotensi kuat di Indonesia.
Sektor ini memiliki cakupan usaha yang sangat luas, sehingga dengan
ramainya bisnis di sektor ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
juga dianggap sebagai investasi yang paling aman dilakukan di Indonesia,
mengingat harga lahan yang semakin melonjak seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk dan meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat.
Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi, mengakibatkan
persaingan semakin tajam, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa
berproduksi secara efisien apabila ingin tetap memiliki keunggulan daya saing.
Perusahaan sebagai suatu entitas yang beroperasi dengan menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi, umumnya tidak hanya berorientasi pada pencapaian laba
maksimal, tetapi juga berusaha meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran
pemiliknya (Kesuma, 2009).
Meningkatnya pertumbuhan properti dan real estate di Indonesia diindikasikan dengan banyaknya masyarakat yang menginvestasikan modalnya di
sektor ini. Penyebabnya adalah supply tanah bersifat tetap, sedangkan demand
akan selalu besar seiring dengan pertambahan penduduk. Investasi di sektor ini
pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan bertumbuh sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi (Marinda, 2014).
Tahun 2011 lalu, industri properti dan real estate di Indonesia mengalami pertumbuhan yang spektakuler, dengan transaksi yang mencapai Rp.
301,27 triliun atau naik 24,6% dibanding tahun 2010 sebesar Rp. 249,7 triliun.
Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya kredit real estate, konstruksi, Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), dan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA)
3
Menurut data yang diperoleh dari Bank Indonesia, pangsa pasar untuk
Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA)
adalah penyumbang terbesar yaitu sebesar 60,62%, disusul kredit konstruksi
sebesar 24,86%, dan kredit real estate sebesar 14,52%.
Meningkatnya transaksi industri properti dan real estate ini tidak lepas dari meningkatnya kinerja perusahaan-perusahaan dalam negeri yang bergerak di
sektor ini yang melakukan ekspansi secara besar-besaran di tahun 2011 lalu.
Menurut Amin (2012), sepuluh emiten properti dengan nilai aset diatas Rp. 4
trilyun membukukan kenaikan penjualan diatas rata-rata 60% dan tiga emiten
properti pengelola kawasan industri membukukan kenaikan pendapatan rata-rata
diatas 85%.
Menurut Amin (2012), dalam lima tahun terakhir, kinerja grup
perusahaan properti dan real estate di Indonesia tumbuh pesat. Banyak mega proyek yang dikerjakan mendapat respons positif dari pasar, sehingga proyek
yang masih dalam tahap perencanaan sudah laku terjual karena lokasi yang
ditawarkan sangat strategis dengan jaminan nilai investasi yang tingga, dan
hampir semua perbankan dalam negeri sangat mendukung industri ini.
Dari 25 grup perusahaan yang diteliti oleh Amin (2012), hampir
semuanya mengalami pertumbuhan yang pesat, baik dari segi total aset, penjualan,
maupun laba bersih. Lippo Karawaci memimpin dengan pendapatan sebesar Rp.
4,1 triliun, disusul Bumi Serpong Damai dan Surya Semesta Internusa dengan
pendapatan sebesar Rp. 2,8 triliun, Summarecon Agung Rp. 2,3 triliun, Ciputra
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate
semakin berambisi untuk terus meningkatkan kinerjanya dan berkompetisi untuk
menguasai pasar sektor ini. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya dilakukan
pembangunan perumahan, pusat perbelanjaan, dan apartemen, terutama di
kota-kota besar di Indonesia. Peningkatan kinerja yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor ini dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Contohnya, beberapa perusahaan properti dan real estate menawarkan perumahan dengan konsep green living, yaitu konsep perumahan yang berfokus pada penghematan energi, air, pelestarian sumber daya alam, dan peningkatan kualitas
udara. Ada juga konsep one stop living, yaitu perumahan dengan berbagai fasilitas penunjang di sekitarnya, seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan sekolah
(Dzulkirom, 2014).
Situs web Housting Estate pada tanggal 29 Juni 2014 lalu menerbitkan sebuah artikel mengenai 20 perusahaan properti dan real estate yang mencatatkan kinerja positif di Bursa Efek Indonesia. Dari sekian banyak perusahaan yang
bergerak di bidang tersebut dan tercatat di Bursa Efek Indonesia, bagaimana
dengan kinerja perusahaan-perusahaan lainnya? Artikel tersebut hanya
menyebutkan 20 perusahaan, apakah sisanya berkinerja tidak baik? Padahal sudah
jelas sekali bahwa sektor ini sedang hangat dan ramai diperbincangkan di dunia
bisnis Indonesia.
Menurut Kusumaningrum (2010), profitabilitas yang diproksikan
5
fluktuatif. Nilainya mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2005,
profitabilitasnya sebesar 0,019%. Pada 2006 sebesar 0,038%, 2007 sebesar
0,028%, lalu pada tahun 2008 sebesar 0,016, dan pada 2009 sebesar 0,023%. Nilai
profitabilitas yang naik turun dari waktu ke waktu ini nampaknya menarik untuk
diteliti lebih dalam lagi.
Di hampir semua negara termasuk Indonesia, sektor properti dan real estate merupakan sektor dengan karakterisktik yang sulit untuk diprediksi dan berisiko tinggi. Pasang surutnya sektor ini memiliki amplitud yang besar, yaitu
pada saat terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sektor ini mengalami
booming dan cenderung over supplied, namun sebaliknya saat pertumbuhan ekonomi menurun, secara cepat sektor ini akan mengalami penurunan yang cukup
drastis pula (Mulviawan, 2012).
Sektor properti dan real estate memiliki risiko yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pembiayaan atau sumber dana utama sektor ini pada umumnya
diperoleh melalui kredit perbankan, sementara sektor ini beroperasi dengan
menggunakan aset tetap berupa tanah dan bangunan. Meskipun tanah dan
bangunan digunakan untuk melunasi hutang, tetapi aset tersebut tidak dapat
dikonversikan ke dalam kas dalam waktu yang singkat. Sehingga banyak
pengembang sektor ini yang tidak dapat melunasi hutangnya tepat waktu.
Disamping karena aset tetap, ketidakmampuan pengembang dalam
melunasi hutang biasanya disebabkan oleh adanya penurunan tingkat penjualan.
Terjadinya penurunan ini merupakan akibat dari adanya spekulasi tanah yang
rumah dan bangunan. Tingginya harga jual rumah dan bangunan yang diikuti
kecenderungan over supplied, menyebabkan tingkat penjualan jauh di bawah target yang telah ditetapkan.
Martini et al. (2010) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas pada perusahaan keuangan di Indonesia. Dari beberapa variabel yang
diteliti, yang terbukti mempengaruhi profitabilitas adalah modal, interest rate,
loan loss provision, money supply, dan exchange rate.
Menurut Gul et al. (2011) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas pada bank di Pakistan, variabel
yang terbukti mempengaruhi adalah economic growth, ukuran perusahaan, modal, consumer price index, loan, dan market capitalization.
Kristantri dan Rasmini (2012) meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat profitabilitas pada perusahaan properti dan real estate di
Indonesia. Dari variabel-variabel yang diteliti, hanya ditemukan satu variabel
yang berpengaruh secara signifikan, yaitu debt to equity ratio.
Ali (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
profitabilitas pada perusahaan manufaktur dan bank di Indonesia. Penelitian ini
hanya menguji satu variabel yaitu perputaran piutang, variabel tersebut memang
terbukti berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Sementara itu, Rachmawati (2013) yang juga meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur dan bank di
Indonesia. Penelitian ini meneliti beberapa variabel, dan faktor yang terbukti
7
Berdasarkan pertanyaan mengenai kinerja dari beberapa perusahaan
properti dan real estate di Indonesia dan perbedaan-perbedaan pendapat mengenai variabel yang mempengarui profitabilitas yang dijabarkan di latar belakang di
atas, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian yang mengambil
judul “Determinan Profitabilitas pada Perusahaan Properti dan Real Estate Go
Publicdi Indonesia” pada rentang waktu 2011 sampai dengan 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas?
2. Apakah perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas?
3. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap profitabilitas? 4. Apakah market capitalization berpengaruh terhadap profitabilitas?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
profitabilitas, khususnya untuk menguji:
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas.
2. Pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
terkait, yaitu:
1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi
tentang perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitasnya
masing-masing, sehingga dapat memudahkan masyarakat umum untuk
mengambil keputusan mengenai investasi yang akan dilakukan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar pertimbangan
manajemen dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis yang
berpengaruh langsung terhadap kegiatan operasional perusahaan yang
bertujuan untuk menghasilkan laba.
3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
9 BAB II
TELAAH TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Menurut Wolk et al. (2001), teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya
asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan informasi tersebut.
Menurut Jama’an (2008), teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana
seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan
keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi
atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan dalam kondisi baik, atau
bahkan lebih baik dibanding perusahaan lain.
Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan, pemilik, dan pihak
luar perusahaan mengurangi asimetri informasi perusahaan dengan menghasilkan
kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan
pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang
disampaikan pihak perusahaan, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang
bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan.
Teori ini menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer
laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme
yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah
perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu
pengguna laporan keuangan dalam menyajikan laba dan aset yang tidak
berlebihan.
Menurut Immaculatta (2006), kualitas keputusan investor dipengaruhi
oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan
keuangannya. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri
informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan.
Dengan menyampaikan informasi perusahaan yang diantaranya adalah laporan
keuangan, manajemen juga berusaha memberitahu para investor mengenai jumlah
laba yang dapat dihasilkan oleh perusahaannya. Sehingga para investor bersedia
menyetorkan sejumlah dana dan berinvestasi di perusahaan tersebut.
Salah satu komponen laporan keuangan adalah jumlah laba yang
diperoleh perusahaan selama periode tersebut. Bahkan dalam laporan tahunan
yang juga diterbitkan oleh perusahaan, sudah dengan jelas disebutkan tingkat
profitabilitas yang dicapai perusahaan pada periode tersebut. Dengan perolehan
nilai tersebut, yang mana diharapkan selalu berada pada kategori baik, diharapkan
investor akan tertarik dan menanamkan sejumlah dananya kepada perusahaan.
Profitabilitas juga mampu meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata
11
2.1.2 Profitabilitas
Menurut Sartono (2008), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
modal sendiri. Sedangkan Munawir (2002) menyatakan bahwa profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk periode
tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dari kemampuan perusahaan
menggunakan aktivanya secara produktif, dengan membandingkan antara laba
yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva perusahaan tersebut.
Tingkat profitabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa kinerja suatu
perusahaan berjalan dengan baik, sedangkan apabila tingkat profitabilitas yang
rendah menunjukkan bahwa kinerja dari suatu perusahaan kurang baik dan
akibatnya kinerja yang dilakukan oleh manajer tampak buruk dimata investor.
Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba bersih
perusahaan terhadap investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh
laba perusahaan tersebut. Profitabilitas memberikan informasi yang penting bagi
pihak di luar perusahaan untuk melihat efisiensi perusahaan yang dilakukan oleh
manajemen (Mahfoedz, 1999).
Profitabilitas merupakan rasio yang menghubungkan laba dari penjualan
dan investasi. Rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian,
yaitu:
1. Return on Equity (ROE).
(baik pemegang saham biasa maupun preferen) atas modal yang telah
mereka investasikan di dalam perusahaan. Dapat dihitung dengan rumus:
2. Gross Profit Margin.
Gross Profit Margin merupakan presentase dari laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Gross Profit Margin dapat dihitung dengan formula:
3. Operating Profit Margin.
Operating Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi. Rasio ini menggambarkan
apa yang biasa disebut “pure profit”, karena laba yang diukur disini
adalah laba yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang
dilakukan tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban terhadap
pemerintah (pajak). Dapat dihitung dengan:
4. Net Profit Margin.
Net Profit Margin adalah rasio antara laba bersih dengan penjualan. Net profit disini adalah sisa dari hasil penjualan setelah seluruh biaya-biaya
dikurangi termasuk bunga dan pajak. Dengan demikian, rasio ini akan
mengukur besarnya laba bersih yang dicapai oleh perusahaan dari
sejumlah penjualan yang telah dilakukan. Dapat dihitung dengan
13
5. Return on Investment (ROI).
Return on Investment (ROI) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio ini diukur dengan menggunakan
rumus:
6. Return on Asset (ROA).
Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara pendapatan bersih setelah pajak terhadap total aset. Secara sistematis, Return on Asset
(ROA) diformulasikan sebagai berikut:
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas
Profitabilitas, sebagai sebuah variabel yang selama ini sering dijadikan
bahan penelitian, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Economic Growth, Ukuran Perusahaan, Perputaran Piutang, Capital, Debt to Equity Ratio, Inflation,
Consumer Price Index, Interest Rate, Loan, Market Capitalization, Money Supply, dan Exchange Rate.
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi keberasilannya
bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat
output produksi yang dihasilkan.
Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun
yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar
daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan
sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan
biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston,
2001).
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk
mengubah piutang menjadi kas. Putaran piutang dihitung dengan membagi
penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang
dihitung dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir dan kemudian
membaginya menjadi dua (Kasmir, 2008).
Capital yang berarti modal memiliki banyak arti yang berhubungan
dalam ekonomi, keuangan, dan akuntansi. Dalam keuangan dan akuntansi, modal
biasanya merujuk kepada kekayaan, terutama dalam penggunaan awal atau
menjaga kelanjutan bisnis.
Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu ukuran mendasar dalam keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang tepat untuk
menguji kekuatan keuangan perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat
15
Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur bauran dana dalam neraca dan
membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) dan
dana yang dipinjam (hutang) (Walsh, 2004).
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) yang biasa disebut Demand Pull Inflation dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi
atau kurangnya distribusi) yang biasa disebut Cost Push Inflation.
Demand Pull Inflation terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh meledaknya likuiditas di pasar sehingga
terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.
Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan
terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap
faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Meledaknya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor
selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran
jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi
yang terjadi di sektor industri keuangan.
Cost Push Inflation terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak
ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran
distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan
normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian
yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya
masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca,
atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi
(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di
pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam
hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan,
sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada
17
antara 30% - 100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi
apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
Consumer Price Index (Indeks Harga Konsumen) secara sederhana merupakan perbandingan antara harga dengan suatu paket komoditas dari
kelompok barang atau jasa pada suatu periode waktu terhadap harganya pada
periode yang telah ditentukan (tahun dasar). Besaran angka inflasi/deflasi didapat
dari Consumer Price Index, berdasarkan presentase perubahan Consumer Price Index antar periode.
Angka inflasi/deflasi mencerminkan kemampuan daya beli dari uang
yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi inflasi,
maka semakin rendah daya beli dari uang dan dengan sendirinya semakin rendah
pula daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa kebutuhan rumah tangga. Laju
inflasi yang tidak terlalu tinggi akan membuat stabilitas tetap terjaga dan roda
perekonomian dapat terus bergulir. Selain itu, Consumer Price Index juga digunakan sebagai:
a. Indikator untuk melihat fluktuasi harga yang terjadi.
b. Sebagai data dasar untuk perhitungan pendapatan nasional/regional.
c. Berbagai analisa harga dapat dipakai sebagai dasar perencanaan
pembangunan sosial ekonomi lainnya.
Interest Rate atau tingkat suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang. Dengan kata lain, Interest Rate merupakan jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu atau orang harus membayar untuk
Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah
investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun dari
investor asing, khususnya pada jenis investasi portfolio yang umumnya berjangka
pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan
jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu
negara terjadi peningkatan aliran modal masuk di luar negeri, hal ini
menyebabkan terjadinya nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang
asing di pasar valuta asing.
Kapitalisasi pasar adalah total jumlah surat berharga yang diterbitkan
oleh berbagai perusahaan di dalam satu pasar. Kapitalisasi mungkin
termasuk obligasi, surat hutang (promes), saham preferen dan saham biasa.
Obligasi dan promes biasanya dihitung menurut nilai nominal atau nilai
pari. Saham preferen dan saham biasa dapat dihitung dalam nilai nominal, nilai
pasar yang ditetapkan, atau jumlah yang diterima emiten.
Money Supply adalah data yang menghitung jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Money Supply merupakan jumlah dari:
a. Jumlah uang yang beredar dalam bentuk koin maupun kertas.
b. Jumlah pinjaman dari bank, kepada perseorangan, perusahaan, dan
bank-bank lain.
c. Jumlah uang yang dipinjam oleh pemerintah.
Exchange Rate atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi
19
atas mata uang asing. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar, yaitu:
laju inflasi relatif, tingkat pendapatan relatif, suku bunga relatif, kontrol
pemerintah, dan ekspektasi.
2.1.4 Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun
yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar
dari pada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan
sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan
biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham et al., 2001). Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan
inventory cotrolability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan
(Mukhlasin, 2002).
Sedangkan menurut Ferry dkk. (dalam Sujianto, 2001), ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan
oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total
aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang
dimiliki oleh perusahaan.
Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih
sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba operasi ini dapat
diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya variabel dan
biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh memiliki jumlah yang dikehendaki,
serta dilakukan pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang
dikehendaki.
Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi
membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin besar,
demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan
penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal) juga
semakin kecil. Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang
semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber intern
sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk
menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun
dengan mengeluarkan saham baru.
Ismiyati dan Hanafi (2004) mengemukakan bahwa total aset sebagai
proksi dari ukuran perusahaan merupakan bahan pertimbangan bagi para investor
sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi. Ukuran perusahaan diukur
dengan logaritma natural dari total aktiva. Menurut Bestivano (2013), ukuran
perusahaan selain diukur dengan total aset, bisa juga diukur dengan menggunakan
total pendapatan dan total modal perusahaan.
Francis (1986), Grubber et al. (1995) serta Fama dkk. (1995) dalam Panjaitan dkk. (2004) berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai nilai skala
kecil cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan yang
berskala besar. Perusahaan kecil hanya memiliki faktor-faktor pendukung untuk
21
Menurut Kristantri dan Rasmini (2012), ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Sedangkan
menurut Martani dan Munaiseche (2010), hubungan antara profitabilitas dan
ukuran perusahaan adalah negatif. Artinya, jika sebuah perusahaan berukuran
kecil, maka tingkat profitabilitasnya besar, dan sebaliknya. Penelitian lain, yang
dilakukan oleh Gul et al. (2011), menyatakan bahwa keduanya berhubungan positif signifikan. Apabila perusahaan berukuran besar, sudah pasti tingkat
profitabilitasnya tinggi.
2.1.5 Perputaran Piutang
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk
mengubah piutang menjadi kas. Perputaran piutang dihitung dengan membagi
penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang
dihitung dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir dan kemudian
membaginya menjadi dua (Kasmir, 2008).
Perputaran piutang menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih
piutangnya dalam satu periode atau kemampuan dana yang tertanam dalam
piutang berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini menggambarkan efisiensi
perusahaan dalam mengelola piutangnya. Perputaran piutang yang tinggi berarti
semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dapat ditagih menjadi uang
tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah.
Sebaliknya jika tingkat perputaran rendah berarti piutang membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan
perputaran piutang dalam suatu perusahaan banyak dipengaruhi oleh barbagai
macam faktor, baik faktor intern maupun ekstern. Paling tidak terdapat tiga faktor
penting yang mempengaruhi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan. Faktor–
faktor tersebut adalah kebijaksanaan kredit yang diterapkan oleh perusahaan,
syarat pemberian kredit serta kebijaksanaan pengumpulan piutang yang dilakukan
oleh perusahaan (Kasmir, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali (2013), hubungan antara
profitabilitas dan perputaran piutang adalah negatif signifikan. Artinya, semakin
tinggi perputaran piutang yang terjadi dalam sebuah perusahaan, maka justru
semakin rendah tingkat profitabilitas yang dihasilkan.
2.1.6 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari
modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya. Menghitung Debt to Equity Ratio (DER) adalah dengan membagikan total debt dengan total shareholder’s equity (Ang, 1997).
Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder’s equity merupakan total
modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau
struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki
23
total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding
dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan
terhadap pihak luar (kreditur) (Ang, 1997).
Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu ukuran mendasar dalam keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang tepat untuk
menguji kekuatan keuangan perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat
mengelola hutangnya dengan baik untuk dialokasikan pada bagian yang tepat.
Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur bauran dana dalam neraca dan
membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) dan
dana yang dipinjam (hutang) (Walsh, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Kristantri dan Rasmini (2012)
menyebutkan bahwa hubungan antara profitabilitas dan Debt to Equity Ratio
(DER) adalah positif signifikan, yang berarti jika Debt to Equity Ratio (DER) suatu perusahaan besar, maka tingkat profitabilitasnya juga tinggi.
2.1.7 Market Capitalization
Kapitalisasi pasar adalah total jumlah surat berharga yang diterbitkan
oleh berbagai perusahaan di dalam satu pasar. Kapitalisasi mungkin
termasuk obligasi, surat hutang (promes), saham preferen dan saham biasa.
Obligasi dan promes biasanya dihitung menurut nilai nominal atau nilai
pari. Saham preferen dan saham biasa dapat dihitung dalam nilai nominal, nilai
pasar yang ditetapkan, atau jumlah yang diterima emiten.
Secara sederhana, jika seseorang atau suatu pihak ingin membeli seluruh saham
suatu perusahaan maka berapa besar dana yang harus dikeluarkan tercerminkan
dari nilai kapitalisasi pasar perusahaan tersebut. Nilai kapitalisasi pasar dapat
dihitung dengan mengalikan jumlah total saham perusahaan dengan harga pasar
yang terbentuk di Bursa Efek di mana perusahaan tersebut mencatatkan
sahamnya. Dengan demikian nilai kapitalisasi pasar akan berubah jika terjadi
perubahan pada jumlah saham yang tercatat atau perubahan pada harga saham di
pasar sekunder. Jika nilai kapitalisasi pasar untuk semua perusahaan yang tercatat
di suatu Bursa Efek dijumlahkan, maka akan didapatkan total nilai kapitalisasi
pasar di Bursa tersebut. Nilai total kapitalisasi pasar inilah yang sering digunakan
untuk menggambarkan berapa besar pasar modal di suatu negara (Andriansyah
dkk, 2006).
2.2 Penelitian Terdahulu
Martani dan Munaiseche (2010) melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas pada perusahaan keuangan tahun 2005 –
2007 di Indonesia. Variabel dependennya adalah profitabilitas yang diproksikan
dengan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Variabel independennya adalah net loan asset, loan loss provision, capital, company size,
inflation, interest rate, money supply, dan exchange rate. Metode analisisnya menggunakan analisis data panel.
25
profitabilitas. Sementara itu, company size dan inflation berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Capital terbukti memiliki hubungan positif tidak signifikan terhadap profitabilitas. Dan net loan asset dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Sufiana dan Purnawati (2011) menguji pengaruh perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas. Metode
analisisnya menggunakan analisis regresi berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa
perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas. Sedangkan perputaran kas memiliki hubungan negatif
tidak signifikan terhadap profitabilitas.
Kristantri dan Rasmini (2012) melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas pada perusahaan properti dan real estate
tahun 2009 – 2011 di Indonesia. Variabel dependennya adalah profitabilitas,
variabel independennya adalah ukuran perusahaan, debt to equity ratio, dan pertumbuhan laba. Metode analisisnya menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh debt to equity ratio
terhadap profitabilitas adalah positif signifikan. Pengaruh ukuran perusahaan dan
pertumbuhan laba terhadap profitabilitas adalah tidak signifikan.
Mayasari (2012) melakukan pengujian pengaruh leverage, likuiditas, dan
firm size terhadap profitabilitas. Metode analisisnya menggunakan regresi berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan
profitabilitas, dan firm size tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap profitabilitas.
Selanjutnya, Ali (2013) menguji pengaruh perputaran piutang terhadap
profitabilitas. Metode analisisnya menggunakan regresi data panel. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh perputaran piutang terhadap
profitabilitas adalah negatif signifikan.
Yuliani (2013) juga melakukan pengujian pengaruh perputaran piutang
terhadap profitabilitas. Metode analisisnya menggunakan regresi berganda. Hasil
pengujiannya menunjukkan bahwa perputaran piutang memiliki pengaruh yang
positif signifikan terhadap profitabilitas.
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Profitabilitas,
sedangkan variabel independennya adalah Ukuran Perusahaan (Size), Perputaran Piutang, Debt to Equity Ratio, dan Market Capitalization.
1. Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi profitabilitas. Salah satu alat untuk mengukur besarnya perusahaan
adalah dengan total aktiva. Ukuran perusahaan secara umum merupakan
kemampuan suatu perusahaan dalam melakukan operasi dan berinvestasi guna
mencari keuntungan bagi perusahaan.
Setiap perusahaan selalu berkeinginan untuk melaporkan laba, sehingga
27
Rachadi (2009) menyatakan bahwa semua ukuran perusahaan, baik besar, sedang,
maupun kecil, cenderung melaporkan laba untuk menghindari pelaporan kerugian.
Martani dan Munaiseche (2010) menemukan bahwa ukuran perusahaan
memiliki hubungan negatif namun signifikan dengan profitabilitas. Artinya, jika
ukuran perusahaan kecil/rendah, maka tingkat profitabilitasnya justru semakin
tinggi. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Gul et al. (2011) menyatakan sebaliknya, yaitu hubungan antara ukuran perusahaan dan profitabilitas adalah
positif signifikan. Apabila ukuran perusahaan besar, maka tingkat
profitabilitasnya pun tinggi.
Fachrudin (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROA), yang menunjukan bahwa ukuran
perusahaan bukanlah jaminan perusahaan akan memiliki kinerja yang baik.
Kristanti & Rasmini (2012) menyimpulkan bahwa perusahaan dengan ukuran
yang lebih besar dianggap memiliki tingkat risiko lebih sedikit dibandingkan
perusahaan yang lebih kecil, karena dianggap memiliki akses lebih ke pasar modal
untuk mendapatkan tambahan dana untuk meningkatkan profitabilitas.
Dengan besarnya ukuran perusahaan, berarti jumlah aset yang dimiliki
perusahaan pun ada dalam jumlah besar. Jumlah aset yang besar itu dapat
digunakan dengan maksimal untuk operasi perusahaan guna menghasilkan laba
yang tinggi. Laba yang tinggi menandakan bahwa tingkat profitabilitas
perusahaan tersebut adalah baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang
H1: Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
Profitabilitas.
2. Perputaran Piutang dan Profitabilitas
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk
mengubah piutang menjadi kas. Putaran piutang dihitung dengan membagi
penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang
dihitung dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir piutang, kemudian
membaginya menjadi dua (Kasmir, 2008).
Menurut Teruel (2007), perputaran piutang dan perputaran persediaan
mempunyai hubungan yang negatif signifikan terhadap profitabilitas. Ganesan
(2007) juga menyebutkan bahwa manajemen perputaran kas, perputaran piutang,
dan perputaran modal berhubungan negatif signifikan dengan profitabilitas.
Putra (2012) menunjukkan bahwa perputaran kas dan perputaran piutang
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian tersebut diperkuat oleh
Wijaya (2012), di mana komponen modal kerja yaitu perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
profitabilitas.
Ali (2013) menyebutkan bahwa hubungan antara perputaran piutang dan
profitabilitas adalah negatif signifikan. Semakin tinggi perputaran piutang yang
dimiliki oleh perusahaan, justru secara rata-rata akan menurunkan tingkat
profitabilitas perusahaan.
Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjualan secara kredit
29
piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang, di mana
semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan
mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas
perusahaan pun turut meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2: Perputaran Piutang memiliki pengaruh positif terhadap
Profitabilitas.
3. Debt to Equity Ratio dan Profitabilitas
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya. Menghitung Debt to Equity Ratio (DER) adalah dengan membagikan total debt dengan total shareholder’s
equity. Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur
modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan
(Ang, 1997).
Menurut Syamsudin dan Primayuta (2009), Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan pada perubahan laba. Penelitian yang dilakukan
Aminatuzzara (2010) dan Fachrudin (2011) menunjukkan bahwa perubahan Debt to Equity Ratio (DER) dapat meningkatkan kinerja atau laba perusahaan. Shubiri (2012) menyatakan bahwa peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki dampak yang dapat menyebabkan investasi yang rendah dalam perusahaan dengan
Penelitian yang dilakukan oleh Kristantri dan Rasmini (2012)
menyebutkan bahwa hubungan antara profitabilitas dan Debt to Equity Ratio
(DER) adalah positif signifikan, yang berarti jika Debt to Equity Ratio (DER) suatu perusahaan besar, maka tingkat profitabilitasnya juga tinggi.
Namun jika berpikir dengan logika, tanpa diperhitungkan dalam-dalam,
semakin besar angka Debt to Equity Ratio (DER), maka semakin rendah tingkat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan. Karena angka yang besar itu
menunjukkan komposisi hutang yang lebih besar dibanding modal. Hutang
membengkak yang dihadapkan pada kondisi modal yang lemah menyebabkan
perusahaan tidak lagi fokus pada tujuan utamanya. Hal tersebut tentu saja
berbahaya secara finansial dan dapat mengambat perusahaan dalam menghasilkan
laba. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
H3: Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif terhadap
Profitabilitas.
4. Market Capitalization dengan Profitabilitas
Nilai kapitalisasi pasar, atau sering disebut dengan market cap, merupakan ukuran total nilai sebuah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek. Nilai
kapitalisasi pasar dapat dihitung dengan mengalikan jumlah total saham
perusahaan dengan harga pasar yang terbentuk di Bursa Efek dimana perusahaan
tersebut mencatatkan sahamnya. Dengan demikian nilai kapitalisasi pasar akan
berubah jika terjadi perubahan pada jumlah saham yang tercatat atau perubahan
31
Demirguc-Kunt (dalam Gul et al., 2011) menunjukkan bahwa perusahaan memiliki peluang keuntungan yang lebih besar jika berada dalam
negara dengan pasar saham yang berkembang dengan baik. Gul et al. (2011) melakukan sebuah penelitian yang hasilnya menyebutkan bahwa hubungan antara
market capitalization dengan profitabilitas adalah positif signifikan. Artinya, jika nilai kapitalisasi pasar sebuah perusahaan besar, maka tingkat profitabilitasnya
pun besar.
Kapitalisasi pasar adalah sebuah istilah bisnis yang menunjuk ke harga
keseluruhan dari sebuah saham perusahaan. Harga tersebut merupakan nilai yang
harus dibayar seseorang untuk membeli seluruh perusahaan. Besar dan
pertumbuhan kapitalisasi pasa perusahaan seringkali adalah pengukuran penting
dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan terbuka.
Nilai kapitalisasi pasar menunjukkan besaran total saham yang dikalikan
dengan harga pasar yang berlaku saat itu. Jika nilainya besar, maka modal yang
digunakan untuk mengelola operasi perusahaan pun besar. Apabila penggunaan
modal dioptimalkan, hal tersebut tentu saja dapat meningkatkan profitabilitas
(laba) perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
H4: Market Capitalization memiliki pengaruh positif terhadap
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
H
Ukuran Perusahaan (Size)
Perputaran Piutang
Profitabilitas
Debt to Equity Ratio (DER)
33 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yang mana lebih
menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial.
Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial dijabarkan ke dalam
beberapa komponen masalah, variabel, dan indikator. Tujuan dari penelitian
kuantitatif adalah untuk menunjukkan hubungan antar variabel.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari
perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu laporan tahunan perusahaan yang go public tercatat pada periode 2011 – 2013. Data tersebut diperoleh dengan mengakses situs Bursa Efek Indonesia
(BEI).
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate
yang listed di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 – 2013. Sampel adalah bagian dari populasi yang dinilai dapat mewakili karakteristiknya. Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria pengambilan
1. Perusahaan properti dan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tidak de-listing selama periode 2011 – 2013.
2. Perusahaan properti dan real estate yang secara berturut-turut menyajikan laporan keuangan dan laporan tahunannya dalam periode
2011 – 2013.
3. Perusahaan properti dan real estate yang laporan keuangannya disajikan dalam satuan mata uang rupiah.
4. Perusahaan properti dan real estate yang secara berturut-turut tidak mengalami kerugian selama periode 2011 – 2013.
Tabel 3.1
Seleksi Sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan properti dan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tidak de-listing
selama periode 2011 – 2013.
46
Perusahaan properti dan real estate yang laporan keuangannya disajikan dalam satuan mata uang rupiah. berturut-turut mengalami kerugian selama periode 2011 – 2013.
(5)
Sampel akhir 28
Sampel yang digunakan terdiri dari 28 perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 tahun, yaitu periode waktu 2011 – 2013, sehingga terdapat 84 unit analisis. Namun ketika dilakukan
35
diikutsertakan dalam penelitian. Sehingga sampel akhir yang dipakai dalam
penelitian ini sebanyak 79 unit analisis.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah profitabilitas.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset
(ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Menurut Ang
(1997), Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara pendapatan bersih setelah pajak terhadap total aset. Secara sistematis, Return on Asset (ROA) diformulasikan sebagai berikut:
3.3.2 Variabel Independen
1. Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain
total aktiva, total penjualan, dan jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan.
Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan
Logaritma Natural Total Aset.
2. Perputaran Piutang
Perputaran piutang merupakan rasio aktivitas yaitu rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia
yang tercermin dalam perputaran modal. Rasio perputaran piutang
memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa
berhasilnya perusahaan dalam penagihannya.
3. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara hutang
perusahaan terhadap jumlah modalnya. Pada umumnya makin besar angka
DER perusahaan dianggap makin berbahaya secara finansial. Makin besar
angka DER suatu perusahaan maka manajemennya harus makin kerja keras
untuk menjaga arus kas perusahaan.
4. Market Capitalization
Nilai kapitalisasi pasar, atau sering disebut dengan market cap, merupakan ukuran total nilai sebuah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek.
Kapitalisasi pasar adalah total jumlah surat berharga yang diterbitkan oleh
37
mengalikan jumlah total saham perusahaan dengan harga pasar yang terbentuk
di Bursa Efek.
Semua variabel yang digunakan dalam penelitian secara ringkas
disajikan dalam Tabel 3.2 di bawah ini.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
telaah dokumentasi. Telaah dokumentasi adalah metode pengumpulan data
dengan mengumpulkan data sekunder yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dalam penelitian ini seperti laporan tahunan perusahaan yang menjadi
sampel penelitian.
3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
3.5.1 Statistika Deskriptif
Uji ini digunakan untuk menggambarkan profil data sampel yang
meliputi antara lain mean, median, maksimum, minimum, dan deviasi standar.
Seperti yang dinyatakan Ghozali (2013) bahwa tujuan statisktik deskriptif adalah
untuk memberi gambaran suatu data yang dilihat dari rata-rata, standard deviasi,
variance, maksimal, minimal, kurtois dan skewness (kemencengan distribusi). 3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Pengukuan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
varibel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
39
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara uji statistik
non-parametrik Kolgomorov- Smirnov (Uji K-S). Uji K-S dilakukan dengan
melihat nilai probabilitas signifikansi atau asymp. Sig (2-talied). Sebelumnya
perlu ditentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian, yaitu:
Hipotesis (H1) : data terdistribusi secara normal.
Hipotesis Alternatif (HA) : data tidak terdisribusi secara normal.
Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih dari α = 0,05, maka data
terdistribusi secara normal. Apabila nilai probabilitas signifikansi kurang dari
nilai α = 0,05, maka data tidak terdistribusi secara normal. Jika data tidak
terdistribusi secara normal, maka perlu dilakukan transformasi logaritma (Ln)
terhadap model regresi, sehingga data dapat terdistribusi secara normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara vaiabel independen. Jika
variabel independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model