• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Hubungannya dengan Aktivitas Kerja Perawat Wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Hubungannya dengan Aktivitas Kerja Perawat Wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK GEJALA DYSMENORRHEA DAN

HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS KERJA

PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH LANGSA

SKRIPSI

Oleh

Noor Azizah Aldani 091121014

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Karakteristik Gejala

Dysmenorrhea dan Hubungannya dengan Aktivitas Kerja Perawat Wanita di

Rumah Sakit Umum Daerah Langsa”.

Skripsi ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan, dan koreksi

dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Adinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, pembantu Dekan I yang juga merupakan dosen

pembimbing skripsi.

3. Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS, selaku Dosen Pembimbing II

skripsi.

4. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes selaku dosen penguji.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika S-1 Keperawatan

USU yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan, khususnya

dosen-dosen mata kuliah riset keperawatan

6. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada orang tuaku

tercinta serta suami dan anak-anakku. Terima kasih atas segala

(4)

dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, kasih sayang dan doa

yang selalu menyertai dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman sejawat Fakultas keperawatan-B USU 2010, terima kasih

atas bantuan dan semangatnya selama ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang

membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat

membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Januari 2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Abstrak ... viii

Bab 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 4

3. Hipotesa Penelitian ... 4

4. Tujuan Penelitian ... 4

5. Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Haid ... 6

2. Konsep Dysmenorrhea ... 10

2.1 Pengertian ... 10

2.2 Etiologi ... 10

2.3 Tanda dan Gejala ... 12

2.4 Klasifikasi Karakteristik Gejala Dysmenorrhea ... 12

2.5 Penanganan ... 13

(6)

3.1 Pengertian Aktivitas Kerja perawat ... 17

3.2 Elemen Peran ... 17

Bab 3. Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konsep ... 21

2. Defenisi Operasional ... 23

Bab 4. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 24

2. Populasi dan Sampel ... 24

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 25

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-reliabilitas ... 25

6. Pengumpulan Data ... 27

7. Analisa Data ... 27

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 30

2. Pembahasan ... 33

Bab 6 . Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 36

2. Saran ... 36

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 23

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 31

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik gejala

dysmenorrhea dan aktivitas kerja perawat ... 32

Tabel 4. Analisa hubungan karakteristik gejala dysmenorrhea dengan

(9)

Judul : Karakteristik gejala Dysmenorrhea dan Hubungannya

dengan Aktivitas kerja Perawat Wanita di RSUD Langsa

Peneliti : Noor Azizah Aldani

Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademi : 2009/2010

ABSTRAK

Dysmenorrhea adalah nyeri haid yang disebabkan oleh kejangnya otot uterus,

dari penyebab nyerinya dysmenorrhea di bagi menjadi dua yaitu dysmenorrhea primer dan sekunder dan pada waktu tertentu dysmenorrhea sangat mengganggu aktivitas seorang wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas kerja perawat wanita di RSUD Langsa. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli sampai Desember 2010 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dan teknik pengambilan sampel yaitu convinen sampling, sehingga mendapatkan 36 orang perawat sebagai sampel.

Hasil penelitian di uji dengan menggunakan program komputer dengan analisa deskriptif dan uji korelasi Spearman untuk mengetahui pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas kerja perawat. Hasil analisanya didapatkan besar korelasi (r) antara kedua variabel adalah r 0,136 dengan p-valuenya adalah 0,43. Dengan kemaknaan yang digunakan (α) adalah 0,05. Ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami gangguan pada aktifitas kerjanya, namun hanya sedikit sekali yang sangat terganggu, hal ini disebabkan karena dysmenorrhea yang diderita sebagian kecil reponden tadi adalah dysmenorrhea yang bersifat primer. Pada wanita yang mengalami dysmennorrhea primer dapat terjadi nyeri yang sangat menganggu (sangat nyeri), biasanya terjadi pada saat menarche. Untuk itu diharapkan perawat mengenali karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialaminya.

(10)

Judul : Karakteristik gejala Dysmenorrhea dan Hubungannya

dengan Aktivitas kerja Perawat Wanita di RSUD Langsa

Peneliti : Noor Azizah Aldani

Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademi : 2009/2010

ABSTRAK

Dysmenorrhea adalah nyeri haid yang disebabkan oleh kejangnya otot uterus,

dari penyebab nyerinya dysmenorrhea di bagi menjadi dua yaitu dysmenorrhea primer dan sekunder dan pada waktu tertentu dysmenorrhea sangat mengganggu aktivitas seorang wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas kerja perawat wanita di RSUD Langsa. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli sampai Desember 2010 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dan teknik pengambilan sampel yaitu convinen sampling, sehingga mendapatkan 36 orang perawat sebagai sampel.

Hasil penelitian di uji dengan menggunakan program komputer dengan analisa deskriptif dan uji korelasi Spearman untuk mengetahui pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas kerja perawat. Hasil analisanya didapatkan besar korelasi (r) antara kedua variabel adalah r 0,136 dengan p-valuenya adalah 0,43. Dengan kemaknaan yang digunakan (α) adalah 0,05. Ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami gangguan pada aktifitas kerjanya, namun hanya sedikit sekali yang sangat terganggu, hal ini disebabkan karena dysmenorrhea yang diderita sebagian kecil reponden tadi adalah dysmenorrhea yang bersifat primer. Pada wanita yang mengalami dysmennorrhea primer dapat terjadi nyeri yang sangat menganggu (sangat nyeri), biasanya terjadi pada saat menarche. Untuk itu diharapkan perawat mengenali karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialaminya.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menstruasi atau haid adalah proses kompleks yang mencakup sistem

reproduktif dan endokrin. Bagi sebagian wanita, adakalanya menstruasi (haid)

bagaikan sesuatu hal yang kehadirannya dapat mengganggu manakala timbul rasa

nyeri selama siklus menstruasi terjadi (Price, 2001).

Hampir seluruh perempuan di dunia pernah merasakan nyeri haid dengan

berbagai tingkatan, mulai dari sekadar pegal-pegal di seputaran panggul dan sisi

dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Menurut Prakoso, (2008) nyeri

haid itu bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang timbul akibat adanya

kelainan dalam organ panggul. Nyeri yang terasa di bawah perut itu biasanya

terjadi pada hari pertama dan kedua pengeluaran darah. Derajat nyeri berkurang

setelah keluar darah yang cukup banyak. Sementara Okaparasta (2003)

menyatakan sebagai nyeri haid yang hebat sehingga memaksa penderita untuk

istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk

beberapa jam atau beberapa hari (Okaparasta, 2003).

Berdasarkan keadaan patologisnya, kebanyakan literatur membedakan

dysmenorrhea menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Dysmenorrhea primer

merupakan nyeri menstruasi yang bukan disebabkan oleh adanya kelainan pada

panggul sekitarnya. Biasanya nyeri terasa 24 jam sebelum menstruasi dan

berakhir 24-36 jam setelah menstruasi berhenti. Dysmenorrhea ini terjadi sekitar 2

(12)

perempuan berusia 15-25 tahun. Setelah itu, rasa nyeri akan menurun seiring

bertambahnya usia dan menghilang dengan sendirinya setelah perempuan

melahirkan. Meskipun sakit, dysmenorrhea tidak membahayakan sistem

reproduksi wanita, tidak juga menyebabkan gangguan kesuburan (Affandi, 2009).

Sedangkan dysmenorrhea sekunder dikaitkan dengan penyakit gangguan

pada organ pelvik, seperti endometriosis, penyakit radang pelvis organic, stenosis

serviks, neoplasma ovaium atau uterus dan polip uterus serta penggunaan IUD

(Bobak, 2004). Dysmenorrhea yang lebih dikenal dikalangan masyarakat adalah

dismenorea primer karena merupakan kejadian yang sering terjadi pada wanita.

Secara rutin wanita yang menderita dysmenorrhea mengalami nyeri setiap

bulannya.

Menurut Okaparasta (2003) rasa nyeri dapat menganggu sehingga wanita

memerlukan pengobatan dan bahkan meninggalkan aktivitas rutinnya. Jika hal ini

terjadi pada wanita yang bekerja maka aktivitas kerjanya dapat terganggu atau

hingga tidak masuk kerja. Untuk bidang pekerjaan yang mayoritas pekerjanya

adalah wanita maka masalah dysmenorrhea perlu mendapat perhatian.

Keperawatan merupakan bidang pekerja yang mayoritas pekerjanya adalah

wanita. Perawat yang mengalami dysmenorrhea dapat terganggu aktivitasnya

sehari-hari. Perawat senantiasa mengusahakan peningkatan kualitas

profesionalisme mereka. Seorang perawat, karena pekerjaannya yang dinamis,

perlu memiliki kondisi tubuh yang baik, sehat, dan mempunyai energi yang

cukup. Kondisi tubuh yang kurang menguntungkan akan berakibat seorang

(13)

fisik, kelelahan emosional, dan kelelahan mental. akibatnya dapat muncul dalam

bentuk berkurangnya kepuasan kerja, memburuknya kinerja, dan produktivitas

rendah.

Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50

persen perempuan di setiap negara mengalaminya. Angka kejadian (prevalensi)

nyeri haid berkisar 45-95% (Amerika, Nopember 2006) di kalangan wanita usia

produktif. Di Swedia angka persentasenya sekitar 72 persen. Sementara di

Indonesia angkanya diperkirakan mencapai 55 persen perempuan usia produktif

tersiksa oleh nyeri selama haid (Prakoso, 2008).

Penelitian Samsul et al., (1997) melaporkan bahwa 10% pekerja wanita

dengan dysmenorrhea mengalami kesakitan yang serius akibat dysmenorrhea dan

tidak boleh bekerja. Menurut Harahap (2001), hasil angket yang diberikan kepada

peserta pelatihan di salah satu pusat industri di Indonesia dapat menunjukkan

keluhan pekerja wanita (jumlah responden 55 orang), adalah nyeri haid 58,18%.

Gambaran tersebut sangat jelas menunjukkan adanya pekerja wanita yang

mengalami beberapa gejala yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Keluhan itu

dialami oleh pekerja wanita usia produksi sehingga kondisi itu pun dikhawatir

akan mengganggu produktivitas mereka.

Berdasarkan uraian tesebut di atas dapat disimpulkan bahwa

dysmenorrhea (nyeri haid) akan mempengaruhi poduktivitas kerja perawat wanita

dalam melakukan aktivitas kerjanya sehari-hari. Namun sejauh ini peneliti belum

dapat literatur yang menjadi acuan apakah dysmenorrhea yang dialami perawat

(14)

survei awal didapatkan bahwa jumlah perawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Langsa berjumlah 180 perawat wanita.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk

mengetahui bagaimana karakteristik gejala dysmenorrhea dan hubungannya

dengan aktivitas kerja perawat wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.

2. Rumusan Masalah

Masalah penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: ’Bagaimana

karakteristik gejala dysmenorrhea dan hubungannya dengan aktivitas kerja

perawat wanita di Rumah Sakit Umum daerah Langsa?

3. Hipotesis

Hipotesa yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah Ha : adanya hubungan

karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita di

Rumah sakit Umum Daerah Langsa

4. Tujuan

2.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara

karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita

(15)

2.2 Tujuan Khusus

2.2.1 Untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea pada

perawat wanita di Rumah Sakit Umun Daerah Langsa

2.2.2 Untuk mengidentifikasi aktivitas kerja perawat wanita di Rumah

Sakit Umun Daerah Langsa

5. Manfaat Penelitian

4.1 Praktik keperawatan

Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan penanganan terhadap

masalah dysmenorrhea bagi perawat wanita.

4.2 Penelitian keperawatan

Sebagai informasi dasar sejauh mana pengaruh/ dampak dysmenorrhea

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Haid

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohadjo, 1999). Menstruasi

merupakan aktivitas bersiklus yang melibatkan peluruhan sebagian endometrium

(Andrews, 2009).

Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan

mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama

siklus. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang

klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Rata-rata panjang siklus haid

pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada

usia 55 tahun 51,9 hari. Lamanya haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari

diikuti darah sedikit-sedikit, kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap

wanita biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 cc.

Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita

dengan anemia devisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih dari 80cc

dianggap patologik. Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu

haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri

(dysmenorrhea). Usia gadis remaja pada waktu pertama kali mendapat haid

(menarche) bervariasi antara 10-16 tahun. Menarche terjadi di tengah-tengah

(17)

memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30-40 tahun dan

berakhir pada masa mati haid (menopause) (Prawirohadjo, 1999).

Siklus menstruasi dikendalikan oleh hipotalamus dan kelenjar hipofisis

anterior dengan jalur umpan balik antara otak dan ovarium yang melibatkan kadar

esterogen sirkulasi. Saat gonadotrophin releasing hormone (GnRH) dilepas dari

hipotalamus, hipofisis anterior terstimulasi untuk melepas follicle stimulating

hormone (FSH), kemudian lutenizing homone (LH). FSH memulai akitivitas pada

salah satu ovarium dan menstimulasi pematangan beberapa folikel yang

tersensitisasi. Esterogen dilepas dari folikel tersebut dan satu folikel dominan akan

matang, sementara folikel lain mengalami atresia (ini merupakan proses

degeneratif yang tejadi pada sebagian besar folikel ovarium). Mekanisme ini

sangat rumit, tetapi saat kadar esterogen mencapai puncak, kelenjar hipofisis

anteior melepas LH, yang menyebabkan folikel matur meluruh dan melepas

ovum. Ovulasi terjadi sekitar 30 jam setelah pelepasan LH. Beberapa wanita

mengalami nyeri tajam atau seperti kram. Nyeri ini dapat tetap terjadi selama satu

maupun dua hari dan terkadang nyeri berubah tumpul (Andrews, 2009).

Saat ovulasi, folikel kolap menjadi korpus luteum yang menyekresi

progesteron. Estrogen dan pogesteron bertanggung jawab atas perubahan yang

tejadi pada uterus selama sikus menstruasi :

a. Fase proliferasi atau fase folikular

b. Fase luteal atau sekresi

(18)

Gambar 1 : Skema menstruasi dan ovulasi (dimodifikasi atas izin Scambler,

1993)

a. Fase Proliferasi

Selama fase proliferasi, stroma dan kelenjar di endometrium mengalami

(19)

setelah menstruasi yang terakhir (ketebalannya lebih 0,5 mm). Biasanya

berlangsung 10-14 hari, lama fase proliferasi bervariasi jika siklus menstruasi

tidak teratur (Andrews, 2009).

b. Fase Luteal atau Sekresi

Fase sekretorik dan ovulasi ini terjadi berbarengan dengan periode

korpus luteum aktif secara fungsional dan menyekresikan progesteron dan

estrogen, dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Di bawah pengaruh hormon

progesteron dan estrogen, terutama progesteron, sel-sel pada struma

endometium menjadi edema, kelenjar-kelenjar berdilatasi dan menyekresi

lendir encer kaya glikogen dan arteri-arteri spiral ini mengalami dilatasi dan

kontraksi ritmik yang berada di bawah kendali hormon-hormon ovarium.

Tebal endometrium sekitar 5mm pada tahap ini (Everett, 2007).

c. Menstruasi

Setelah sekitar 12-14 hari, apabila pembuahan tidak juga terjadi, korpus

luteum mulai berdegenerasi dan sekresi hormon terhadap jaringan

endometrium terhenti, terjadi kehilangan air dan penurunan aliran darah ke

endometrium akibat spasme arteri-arteri spiral yang pada akhirnya

menyebabkan nekrosis endometrium. Namun endometrium berdilatasi

kembali, perdarahan terjadi pada stroma endometrium yang nekrosis. Dengan

demikian darah masuk ke dalam lumen uterus dan fase menstruasi mulai

terjadi. Endometrium menghasilkan proses prostaglandin dalam jumlah yang

banyak pada saat menstruasi. Kemungkinan prostaglandin terlibat dalam

(20)

2. Konsep dysmenorrhea 2.1Pengertian

Dysmenorrhea adalah menstruasi yang sangat nyeri (Andrews, 2009).

Menurut Price (2001) depenisi dismenorrhea adalah nyeri selama menstruasi yang

disebabkan oleh kejang otot uterus.

Dari aspek penyebab nyeri, terdapat dua tipe yaitu dysmenorrhea pimer

dan dysmenorrhea sekunder (Liewellyn, 2001). Dalam penelitian ini

dysmenorrhea sekunder tidak menjadi fokus peneliti karena menyatakan kondisi

patologis yang menyebabkan bervariasi sementara dysmenorrhea primer adalah

nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genitalia yang nyata

(Pawirohardjo, 1999).

Dysmenorrhea primer adalah menstruasi yang sangat nyeri, tanpa

patologi pelvis yang dapat diidentifikasi, dapat terjadi pada waku menarche atau

segera setelahnya (Smeltzer, 2005).

2.2Etiologi

Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab

dysmenorrhea primer, tetapi patofisiologisnya belum jelas dimengerti. Beberapa

faktor memegang peranan sebagai penyebab dysmenorrhea pimer, antara lain:

2.2.1 Faktor kejiwaan

Para gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika

mereka tidak dapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah

timbul dysmenorrhea.

(21)

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya

dismenorrhea primer ialah stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal

ini tidak dianggap faktor yang penting sebagai penyebab

dysmenorrhea.

2.2.3 Faktor endokrin

pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada

dysmenorrhea disebabkan oleh kontraksi uteus yang berlebihan.

Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan

kontaktilitas otot usus.

2.2.4 Faktor alergi

teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara

dysmenorrhea dengan utikaria, migraine, atau asma bronchiale

(Prawirihardjo, 1999).

2.2.5 Faktor prostaglandin

Ketika pogesteron disekresi setelah ovulasi, endometium yang telah

mengalami luteinisasi sanggup mensintesis prostaglandin. Jika ada

gangguan keseimbangan antara prostasiklin, yang menyebabkan

vasodilatasi dan relaksasi miometrium, prostaglandin F2α yang

menyebabkan vasokonstiksi dan kontraksi miometrium dan

prostaglandin E2 yang menyebabkan kontraksi miometrium dan

vasodilatasi, sehingga kerja PGF2α lebih menonjol, akan terjadi

iskemia miometrium (angina uteus) dan hiperkontraktilitas uterus. Di

(22)

dapat bekerja pada arteri-arteri uterus secara langsung (Liewellyn,

2001).

2.3 Tanda Dan Gejala

Gejala utama dysmenorrhea adalah rasa sakit terkonsentrasi di perut

bagian bawah, di daerah umbilikalis atau daerah suprapubik perut. Hal ini juga

biasanya dirasakan di perut kanan atau kiri. Mungkin menyebar ke paha dan

punggung bawah. Gejala lain mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau

sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap suara,

cahaya, bau dan sentuhan, pingsan, dan kelelahan. Gejala sering segera timbul

setelah ovulasi dan dapat berlangsung hingga akhir menstruasi. Hal ini karena

dysmenorrhea sering dikaitkan dengan perubahan kadar hormon dalam tubuh

yang terjadi dengan ovulasi. Penggunaan jenis tertentu pil KB dapat mencegah

gejala dysmenorrhea, karena pil KB menghentikan ovulasi yang terjadi (Permana,

2010).

2.4 Klasifikasi Karakteristik Gejala Dysmenorrhea

Ditinjau dari berat-ringannya rasa nyeri, dysmenorrhea dibagi menjadi:

2.4.1 Dysmenorrhea ringan, yaitu dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang

berlangsung beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk

menghilangkan nyeri, tanpa disertai pemakaian obat.

2.4.2 Dysmenorrhea sedang, yaitu dysmenorrhea yang memerlukan obat

untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan

(23)

2.4.3 Dysmenorrhea berat, yaitu dysmenorrhea yang memerlukan

istirahat sedemikian lama dengan akibat meninggalkan aktivitas

sehari-hari selama 1 hari atau lebih (Okaparasta, 2003).

2.5 Penanganan

2.5.1 Penerangan Dan Nasehat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dysmenorrhea adalah

gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya

diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup , pekerjaan,

kegiatan dan lingkungan penderita.

2.5.2 Pemberian Obat Analgetik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat

diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyeri berat,

diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut

bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgetik yang sering

diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein.

Obat-obat yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin,

Ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

2.5.3 Terapi Hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini

bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa

gangguan benar-benar dysmenorrhea primer, atau untuk

memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada

(24)

pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi (Prawihardjo,

1999).

2.5.4 Nutrisi

Beberapa suplemen gizi telah diindikasikan sebagai efektif dalam

mengobati dysmenorhea, termasuk omega-3 fatty acid, magnesium,

vitamin E, seng, dan tiamin (vitamin B1). Penelitian menunjukkan

bahwa salah satu mekanisme yang mendasari dysmenorrhea adalah

terganggunya keseimbangan antara anti-inflamasi (vasodilator

eikosanoid) yang berasal dari omega-3 asam lemak, dengan

pencetus peradangan (vasokonstriktor eikosanoid) yang berasal dari

omega-6 fatty acid. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa

asupan omega-3 asam lemak dapat membalikkan gejala

dysmenorrhea, dengan mengurangi jumlah omega-6 FA di

membran sel. Adapun sumber makanan yang kaya omega-3 asam

lemak banyak ditemukan dalam minyak rami. Asupan magnesium

oral juga telah banyak membantu seperti telah melalui penelitian

dua double-blind, placebo-controlled studi yang menunjukkan efek

terapi positif magnesium pada dysmenorrhea. Penelitian A

randomized, double blind, controlled trial menunjukkan pula

bahwa asupan vitamin E oral mengurangi nyeri dysmenorrhea

primer dan mengurangi kehilangan darah. Sebuah kajian sejarah

kasus menunjukkan bahwa seng, dalam 1-330 miligram dosis

(25)

menstruasi, dapat mencegah penyebab utama timbulnya nyeri dari

haid dan semua kram menstruasi. Pengambilan tiamin (vitamin

B1) telah didemonstrasikan untuk memberikan efek "kuratif" pada

87% dari perempuan yang mengalami dysmenorrhea.

2.5.5 NSAID

Non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID) efektif dalam

meredakan nyeri dysmenorrhea primer. NSAID dapat berefek

samping seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, gastritis atau diare.

Untuk yang kontraindikasi maka mungkin resep COX-2 inhibitor

dapat menggantikannya.

2.5.6 Hormon Kontrasepsi

Meskipun penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mengurangi

gejala dysmenorrhea primer tapi tinjauan sistematis tahun 2001

menemukan bahwa tidak ada pengobatan modern yang umum

digunakan dikombinasikan dengan dosis rendah pil kontrasepsi oral

untuk dysmenorrhea primer. Norplant dan Depo-provera juga

efektif, karena metode ini sering menyebabkan amenore. sehingga

berguna dalam mengurangi gejala-gejala dysmenorrhea.

2.5.7 Terapi Non Obat

Beberapa terapi non-obat untuk dysmenorrhea telah dipelajari,

termasuk perilaku, akupunktur, akupresur, perawatan chiropractic,

dan penggunaan TENS unit. Terapi perilaku mengasumsikan

(26)

oleh lingkungan dan faktor-faktor psikologis, dan bahwa

dysmenorrhea dapat diobati secara efektif dengan prosedur fisik

dan kognitif yang berfokus pada strategi-strategi untuk mengatasi

gejala-gejala bukan pada perubahan proses yang mendasari. Sebuah

review sistematik 2007 menemukan bukti ilmiah bahwa intervensi

perilaku mungkin efektif, tetapi hasilnya harus dilihat dengan

hati-hati karena buruknya kualitas data. Akupunktur dan akupresur

digunakan untuk mengobati dismenorrhea. Dikutip dari 4 empat

penelitian, dua diantaranya adalah pasien-buta, menunjukkan

bahwa akupunktur dan akupresur dapat mengobati dysmenorrhea

yang efektif. Dinyatakan bahwa perawatan muncul "menjanjikan"

untuk dysmenorrhea, tetapi para peneliti menggangap perlu

penelitian lebih lanjut untuk dapat dibenarkan. Studi lain

menunjukkan bahwa akupuntur "mengurangi persepsi subjektif

dysmenorrhea ", Yang lainnya menambahkan bahwa akupunktur

pada pasien dengan dysmenorrhea dikaitkan dengan kesakitan dan

(27)

3. Aktivitas Kerja Perawat

3.1 Defenisi Aktivitas Kerja Perawat

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam

praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi

kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan

secara professional sesuai dengan kode etik professional (Bangfad, 2008).

3.2 Elemen Peran

Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat

professional antara lain : care provider, client advocate, conselor, educator,

collaborator, coordinator change agent, dan consultant.

3.2.1 Care provider (pemberi perawatan) :

Pada peran ini perawat diharapkan mampu

a. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga , kelompok

atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari

masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.

b. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien,

perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan

dari klien.

3.2.2 Client Advocate (Pembela Klien)

Tugas perawat :

a. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan

(28)

persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang

diberikan kepadanya.

b. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan

karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi

dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim

kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan

perawat harus mampu membela hak-hak klien.

3.2.3 Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan

mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun

hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan

perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional

dan intelektual.

Peran perawat :

a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan

sehat sakitnya.

b. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan

metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.

c. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu

atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan

pengalaman yang lalu.

(29)

3.2.4 Educator

Peran ini dilakukan untuk:

a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien

mengatasi kesehatanya

b. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku

klien perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari

perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau

ketrampilan secara teknis (Bangfad, 2008).

3.2.5 Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan klien. Tujuan Perawat sebagi kordinator adalah :

a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan

menguntungkan klien.

b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas asuhan keperawatan atau

penanganan pada klien.

c. Menggunakan keterampilan perawat untuk: merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol.

3.2.6 Kolaborator

Perawat berkomunikasi dengan tenaga medis lainnya. Hal tersebut

dilakukan dikarenakan perawat bekerja bersama tim kesehatan yang

(30)

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk

diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan

selanjutnya.

3.2.7 Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah pasien

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini

dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan

pelayanan keperawatan yang diberikan.

3.2.8 Pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya :

a. Kemajuan teknologi

b. Perubahan Lisensi-regulasi

c. Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik

dysmenorrhea dan hubungannya dengan aktivitas kerja perawat wanita. Aktivitas

kerja perawat didefinisikan sebagai suatu aktifitas kerja dalam praktik

keperawatan dimana perawat telah menyelesaikan menyelesaikan pendidikan

formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk

menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional.

Mayoritas perawat adalah wanita oleh karena itu, hal-hal yang dapat mengganggu

aktivitas kerja perawat wanita perlu diperhatikan. Salah satu yang menganggu

aktivitas kerja perawat wanita adalah adanya gangguan kesehatan seperti

dysmenorrhea. Karakteristik gejala dysmenorrhea berdasarkan berat ringannya

terbagi menjadi dysmenorrhea ringan, dysmenorrhea sedang dan dysmenorrrhea

berat (Okaparasta, 2003). Aktivitas kerja perawat adalah care provider, advocate,

konselor, educator, koordinator, kolaborator, konsultan, pembaharu. Dalam

penelitian ini hanya 3 dari 8 aktivitas kerja perawat tersebut yang diteliti yaitu

(32)

Adapun variabel penelitian yang diteliti dapat dilihat dalam kerangka

kerja berikut :

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Skema 1. Kerangka penelitian karakteristik gejala dysmenorrhea dan

hubungannya dengan aktivitas kerja perawat wanita.

Aktivitas kerja perawat wanita :

- Care provider

- Advocate

- Educator

Karakeristik gejala

dysmenorrhea

1. dysmenorrhea ringan

2. dysmenorrhea sedang

3. dysmenorrhea berat

- Conselor

(33)

2. Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi operasional tabel penelitian

No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Karakteristik gejala

dysmenorrhea

(34)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi

dengan tujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea dan

hubungannya dengan aktivitas kerja perawat wanita di Rumah Sakit Umum

Daerah, Langsa.

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat wanita yang

mengalami dysmenorrhea yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah dengan

jumlah yaitu 180 perawat.

2.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

pengambilan 10%-20% jumlah populasi (Arikunto, 2000). Dalam penelitian ini

jumlah sampel yang diambil adalah 20% dari jumlah populasi. Dengan

ketentuan tersebut maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 36 orang.

Adapun kriteria sampel yang akan diteliti yaitu perawat wanita yang

mengalami dysmenorrhea dan dipilih secara kebetulan atau dengan

(35)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di RSUD Langsa dengan responden sebanyak

36 orang perawat wanita yang bekerja pada ruang rawat inap. Di laksanakan

pada bulan Juli-Desember 2010.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit

Umum Daerah Langsa. Selanjutnya, setelah mendapat izin, peneliti

menyerahkan langsung lembar persetujuan kepada responden. Calon responden

yang bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu diminta

menandatangani lembar persertujuan.Tidak ada responden yang menolak untuk

menandatangani lembar persetujuan. Untuk menjaga kerahasiaan responden,

peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam lembar pengumpulan data

(kuesioner). Lembar tersebut hanya diberi nomor atau kode tertentu.

Kerahasiaan catatan mengenai data respoden dijamin oleh peneliti (Nursalam,

2003).

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-reliabilitas

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner dengan berpedoman kepada tinjuan pustaka dan kerangka konsep.

Pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi data demografi responden

(36)

kedua berisi pertanyaan untuk mengidentifikasikan karakteristik dysmenorrhea

yang terdiri dari 4 item pernyataan. Bagian instrumen ketiga akan digunakan

untuk menilai karakteristik dismenorrhea dan hubungannya dengan aktivitas

perawat wanita, yang terdiri dari 15 item pernyataan. Pilihan pernyataan

menggunakan skala Likert dengan alternatif jawaban yaitu untuk jawaban Tidak

dilakukan diberi skor 0, kadang-kadang diberi skor 1, untuk jawaban sering

diberi skor 2, dan untuk jawaban sangat sering diberi skor 3. Untuk pertanyaan

negatif jawaban tidak diberi skor 3, untuk jawaban kadang-kadang diberi skor 2,

untuk jawaban sering diberi skor 1, dan untuk jawaban sering sekali diberi skor

0.

Kuesioner dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti dengan

berpatokan pada tinjauan pustaka. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui

seberapa derajat atau kemampuan suatu instrumen untuk mengukur secara

konsisten sasaran yang akan diukur. Sedangkan uji validitas tidak dilakukan,

namun instrumen di konsultasikan kepada dosen keperawatan maternitas di

Fakultass Keperawatan USU dan dikembalikan tanpa koreksi karena sudah

sesuai dengan acuan yang digunakan dalam tinjauan pustaka. Uji reliabelitas

dilakukan setelah pengumpulan data terhadap 30 orang perawat wanita yang ada

di Rumah Sakit Swasta dan Puskesmas yang ada di Langsa. Hasil uji reliabilitas

instrumen 0,8 hasil sudah memenuhi ketentuan suatu reliabelitas instrumen yaitu

(37)

6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan

kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin

pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit Umum

Daerah Langsa. Peneliti langsung mendatangi responden di ruangannya dan

menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan, dan prosedur

penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta

menandatangani informed consent. Responden diminta menjawab pertanyaan

dengan mengisi sendiri kuesioner yang diberikan dengan tetap didampingi oleh

peneliti agar bila ada pertanyaan yang tidak jelas dapat langsung menjelaskan

kepada responden dengan tidak bermaksud mengarahkan jawaban responden,

selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian analisa data dilakukan melalui tahapan

editing untuk mengecek dan memastikan bahwa kuesioner telah diisi oleh

responden sesuai dengan petunjuk. Kemudian dilanjutkan dengan koding dan

memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah dalam

menganalisa data. Selanjutnya peneliti memasukan data ke dalam komputer dan

dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan pada penelitian ini

(38)

7.1 Statistik Univariat

Statistik univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari

suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit

& Hugler, 2002). Pada penelitian ini metode statistik univariat digunakan untuk

menganalisa variabel dependen yaitu aktivitas kerja perawat wanita. Untuk

menganalisa variabel aktivitas kerja perawat wanita, dianalisa dengan

menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam distribusi frekuensi. Untuk

menganalisa variabel independen yaitu karakteristik gejala dysmenorrhea

dianalisa dengan menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam distribusi

frekuensi.

Aktivitas kerja perawat wanita dikategorikan atas 3 kelas interval. Nilai

terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 45.

Berdasarkan rumus statistik untuk menentukan panjang kelas dengan rumus

sebagai berikut:

Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi 45

dikurang dengan nilai terendah 0) dan dibagi atas 3 kategori kelas yaitu tidak

terganggu, terganggu, sangat terganggu, maka diperoleh panjang kelas 15. Maka

aktivitas belajar digolongkan menjadi 3 kelas interval sebagai berikut:

0-15 = tidak terganggu

16-30 = terganggu

(39)

7.2 Statistik Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu metode analisa data untuk menganalisa

hubungan antara dua variabel independen dan dependen. Untuk melihat hubungan

kerakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita maka

dilakukan uji korelasi menurut Spearman dengan derajat kemaknaan: α=0,05. Jika

angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan.

Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak

signifikan.

Menurut Sugiyono (2000) menguraikan Interpretasi koefisien korelasi (r)

sebagai berikut:

0,00-0,199 = sangat rendah

0,2-0,399 = rendah

0,4-0,599 = sedang

0,6-0,799 = kuat

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Bagian ini menguraikan hasil penelitian terhadap 36 orang perawat

mengalami dysmenorrhea di RSUD Langsa yang masih bekerja . Penyajian data

meliputi karakteristik responden, karakteristik dysmenorrhea dan aktifitas kerja

perawat serta pengaruh antara karakteristik dysmenorrhea dengan aktivitas kerja

perawat.

1.1 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini seluruh responden beragama Islam, berdasarkan

rentang umur yang paling besar berada pada rentang umur 22-27 tahun, yaitu

sebanyak 15 orang (41,7%), berdasarkan lattar belakang suku yang paling banyak

Responden suku Aceh sebanyak 22 orang (61,1%),dan yang paling sedikit

responden yang bersuku Jawa sebanyak 10 orang (27,8%). Adapun berdasarkan

tingkat penddikan, keseluruhan responden berpendidikan D3 (94,4%).

Berdasarkan status perkawinan responden yang sudah menikah lebih banyak

yaitu 27 orang (75%), sedangkan status perkawinan responden yang belum

menikah yaitu 9 orang (25%). Usia menarche responden terbanyak terletak pada

rentang usia 12-14 yaitu 23 orang (63,9%). Lama pendarahan menstruasi yang

dialami responden terbanyak terletak pada rentang 5-7 hari sebanyak 25 orang

(69,4%).

(41)

Table 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=36)

Karakteristik demografi responden Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Usia 4. Status perkawinan

Menikah

6. Lama pendarahan menstruasi

5-7 hari

1.2 Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Aktivtas Kerja Perawat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik gejala dysmenorrhea

yang terbanyak adalah dysmenorrhea ringan yaitu 17 orang (47,2%), dan

responden yang mengalami dysmenorrhea sedang sebanyak 16 orang (44,4%),

sedangkan responden yang mengalami dysmenorrhea berat sedikit yaitu 3 orang

(8,2%).

Adapun karakteristik gejala dysmenorrhea dan aktivitas kerja perawat dapat

(42)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik gejala dysmenorrhea

dan aktivitas kerja perawat (n=36)

Kategori Data Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Karakteristik gejala dysmenorrhea Ringan 2. Aktivitas kerja perawat

Sangat terganggu

1.3 Pengaruh Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dengan Aktivitas Kerja Perawat

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap

aktivitas kerja perawat digunakan uji korelasi Spearman. hasil analisanya

didapatkan besar korelasi (r) antara kedua variabel adalah 0,136 dengan p-value

adalah 0,43. Dengan derajat kemaknaan yang digunakan (α) adalah 0,05. Hal ini

berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik gejala

dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita. Hasilnya dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4. Analisa Hubungan Karakteristik Dysmenorrhea dengan Aktivitas Kerja

Perawat

Variabel Mean Std. Deviasi Rho (r) p-value (p)

Karakteristik gejala

dysmenorrhea

1,61 0,645 0,136 0,43

(43)

2. Pembahasan

2.1 Karakteristik Demografi Responden

Jika dilihat berdasarkan data demografi, karakteristik responden beragam

kecuali latar belakang agama responden. Menurut Arikunto (2006) suatu

penelitian yang baik, sebaiknya menggunakan responden yang beragam sehingga

bias mewakili semua unsur yang diharapkan. Berdasarkan karakteristik agama

pada penelitian ini keseluruhan beragama islam, hal ini sesuai dengan keadaan

penduduk Nanggro Aceh Darusalam (NAD) yang hampir keseluruhan

penduduknya beragama Islam.

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak pada

penelitian ini ialah dengan tingkat pendidikan D3. Responden dalam penelitian ini

adalah wanita yang mengalamin dysmenorrhea, dari data demografi yang

berstatus menikah lebih banyak di banding yang berstatus belum menikah, dan

yang lama hari haidnya lebih pendek lebih banyak di banding yang lama hari

haidnya panjang. Hal ini kemungkinan di sebabkan karena adanya pemakaian alat

kontrasepsi di sebagian besar responden. Menurut Permana (2010) penggunaan

kontrasepsi tertentu dapat mengurangi gejala dysmenorrhea, akan tetapi

mengakibatkan masa haid yang lebih pendek dan perdarahan yang lebih sedikit.

2.2 Karakteristik gejala dysmenorrrhea dan aktivitas kerja perawat di RSUD Langsa.

Pada penelitian ini hasil yang di dapatkan menunjukkan bahwa karakteristik

dysmenorrhea yang dialami responden kebanyakan berada pada tingkatan yang

(44)

mengungkapakan bahwa dysmenorrhea yang terbanyak di alami wanita adalah

jenis ringan dan sedang.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengalami gangguan pada aktivitas kerjanya, namun hanya sedikit sekali yang

sangat terganggu, hal ini disebabkan karena disebabkan dysmenorrhea yang

diderita sebagian kecil reponden tadi adalah dysmenorrhea primer. Menurut

Smeltzer (2005) pada wanita yang mengalami dysmennorrhea primer dapat terjadi

nyeri yang sangat menganggu (sangat nyeri), biasanya terjadi pada saat menorche

atau periode haid berikutnya.

2.3. Analisa hubungan karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat.

Hasil analisa penelitian didapatkan hubungan antara kedua variabel bernilai

positif hal ini menunjukkan hubungan searah yaitu semakin berat gejala

dysmenorrhea maka aktivitas kerja perawat semakin terganggu, walaupun derajat

lemah dan tidak bermakna. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa karakteristik

gejala dysmenorrhea tidak ada hubungannya dengan aktivitas kerja perawat

wanita, namun hampir keseluruhan responden dalam penelitian ini mengalami

gangguan aktivitas kerja karena dysmenorrhea yang dialami.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Okaparasta

(2003) bahwa dysmenorrhea ringan dan walaupun berlangsung beberapa saat dan

tidak memerlukan obat untuk menghilangkan nyeri, wanita yang mengalaminya

memerlukan waktu untuk istirahat. Apa lagi jika dialami dysmenorrhea sedang

(45)

dan memerlukan istirahat sedemikian lama serta meninggalkan aktivitasnya

seri-hari.

Kebanyakan wanita akan mengalami gangguan beraktivitas karena adanya

dysmenorrhea. Walaupun pada umumnya dismenorrhea tidak berbahaya namun

dysmenorrhea bukanlah suatu hal yang bisa di abaikan begitu saja. Secara

fisiologis dismenorrhea dapat menyebabkan/menimbulkan gangguan pada wanita.

Menurut Liewellyn (2001) ada empat penyebab yang mangakibatkan

dysmenorrhea dapat sangat mengganggu aktivitas yaitu: faktor kejiwaan,

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di ambil kesimpulan

sebagai berikut :

1.1 Terdapat hanya beberapa orang perawat saja yang mengalami dysmenorrhea

berat sementara sebagian besar yang lain hanya mengalami dysmenorrhea

ringan dan sedang.

1.2 Perawat yang mengalami gangguan aktivitas kerja akibat dysmenorrhea

hanya sebagian kecil tetapi tetap saja seluruhnya mengalami gangguan akibat

dysmenorrhea.

1.3 Hasil analisa statistik uji korelasi Spearman menunjukan Tidak terdapat

hubungan signifikan antara karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialami

dengan aktivitas kerja perawat wanita. Dengan demikian hipotesa Ha: ada

hubungan karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat

wanita ditolak.

2. Saran

2.1 Praktek keperawatan di RSUD Langsa

Hasil penelitian menunjukkan karakter gejala dysmenorrhea perawat

bervariasi dapat mempengaruhi aktivitas kerja dari tingkat yang terganggu sampai

dengan yang sangat terganggu aktivitas perawat di RSUD Langsa dan sebaiknya

(47)

perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk mengatasi dysmenorrhea

sehingga mempunyai koping yang lebih baik.

2.2 Penelitian Keperawatan

Penelitian ini hanya mewakili popolasi perawat wanita di RSUD Langsa.

Perlu dilakukan penelitian yang mencakup populasi perawat wanita yang lebih

bayak cakupannya sehingga dapat digeneralisasikan. Metode pengambilan sampel

yang digunakan convinent sampling. Sebaiknya penelitian yang dilakukan

berikutnya perlu menggunakan metode sampling yang lebih mewakili populasi.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, Aziz. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medica.

Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Andrews, Gilly (2010). Sistem Reproduksi Manusia. Jakarta: EGC.

Bobak, (2005). Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC.

Everett, Suzanne. (2007). Buku Saku Kontrasepsi Dan Kesehatan Seksual

Reproduktif. Jakarta: EGC

Llewellyn-Jones, Derek. (2001). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:Arcan

Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2007). Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medica.

Okaparasta, A. (2003). Dismenore, Part 1. diambil tanggal 2 Maret 2010 dari

Permana, D. (2010). Info Seputar Nyeri Haid. diambil tanggal 2 Maret 2010 dari

Polit and Hungler. (1995). Nursing Research: principles and Methods, Philadelphia: Lippincott

Prakoso, B. (2008). Atasi Nyeri Haid Dengan Herbal Alami. diambil tanggal 2

Maret 2010 dar

Prawihardjo, S

.

(1999)

.

Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Price, Silvia A. (2001). Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta: EGC

(49)

Smetzer, Suzanne C. (2000). Buku Ajar Keperwatan Medical-Bedah Brunner Dan

Sudarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Varney, H; Kriebs, M,J; Gegor, L,C. (2004). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Vol, Ed.4, Jakarta: EGC.

(50)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Hubungannya Dengan Aktivitas Perawat

Wanita Di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Medan. Peneltian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik dismenorrhea

dan hubungannya dengan aktifitas perawat wanita.

Saya mengharapkan partisipasi anda yang menjadi responden dalam

penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Jawaban

anda akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan

ilmu keperawatan. Anda dapat memilih untuk menghentikan atau menolak

partisipasi dalam penelitian ini kapanpun tanpa ada tekanan.

Jika anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, tolong perhatikan

petunjuk pengisian kuesioner dalam pertanyaan yang ada, terima kasih atas

perhatian dan partisipasi yang anda pilih. Jika ada pertanyaan silahkan anda

menghubungi peneliti di nomor : 081362130995

Medan, April 2010

Responden

(51)

Lampiran 2

JADWAL PENELITIAN

No AKTIVITAS PENELITIAN JANUARI 2010 1 Mengajukan judul penelitian dan

penyusunan BAB 1 2 Menyusun BAB 2 3 Menyusun BAB 3 4 Menyusun BAB 4

5 Menyerahkan proposal penelitian

6 Sidang proposal penelitian 7 Revisi proposal penelitian 8 Pengumpulan data responden 9 Analisa data

10 Penyusunan laporan/skripsi 11 Pengajuan sidang skripsi 12 Ujian sidang skripsi 13 Revisi skripsi 14 Mengumpulkan skripsi

No AKTIVITAS 1 Mengajukan judul

penelitian dan penyusunan BAB 1

2 Menyusun BAB 2 3 Menyusun BAB 3 4 Menyusun BAB 4 5 Menyerahkan proposal

penelitian

6 Sidang proposal penelitian

7 Revisi proposal penelitian

8 Pengumpulan data responden

9 Analisa data 10 Penyusunan laporan/skripsi

11 Pengajuan sidang skripsi

(52)

Lampiran 3

Rencana Anggaran Biaya Penelitian

1. Persiapan Proposal

• Biaya tinta dan kertas print proposal Rp. 100.000,-

• Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50. 000,-

• Biaya pembelian buku Rp. 200. 000,-

• Biaya internet Rp. 50. 000,-

• Perbanyak proposal Rp. 100. 000,-

• Konsumsi Rp. 50. 000,-

2. Pengumpulan Data

• Izin penelitian Rp. 50. 000,-

• Transportasi Rp. 200. 000,-

• Penggandaan kuesioner Rp. 50. 000,-

3. Analisa Data Dan Penyusunan Laporan Perbaikan

• Biaya kertas dan tinta print Rp. 300. 000,-

• Penjilidan Rp. 50. 000,-

• Penggandaan laporan penelitian Rp. 200. 000,-

(53)

Lampiran 4

KUESIONER PENGUKURAN

KARAKTERISTIK GEJALA DYSMENORRHEA DAN AKTIVITAS KERJA PERAWAT WANITA

Bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian kuesioner sebelum menjawabnya:

2. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian :

• Bagian A yang berkaitan dengan data demografi yang terdiri dari 8 peryataan, dengan mengisi titik-titik dan pengisian pilihan.

Bagian B berkaitan dengan karakteristik gejala dysmenorrhea yang terdiri dari 4 peryataan dalam bentuk pilihan jawaban

• Bagian C yang berkaitan dengan aktivitas kerja perawat wanita yang terdiri dari 15 pernyataan dalam bentuk skala likert dengan pilihan tidak dilakukan, kadang-kadang, sering, dan sangat sering.

3. Menjawab setiap peryataan yang tersedia di bawah ini dengan memberikan tanda cheklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang disediakan. 4. Semua peryataan harus dijawab sesuai dengan keadaan anda.

5. Bila ada yang kurang dimengerti, dapat ditanyakan kepada peneliti

A. DATA DEMOGRAFI

1. Kode (diisi oleh peneliti) : 7. Usia menarche (pertama kali menstruasi) : …. Tahun …..Bulan

(54)

B. KOESIONER KARAKTERISTIK GEJALA DYSMENORRHEA

Petunjuk pengisian

- Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang sudah ada berdasarkan dengan keadaan Anda saat dysmenorrhea.

1. Nyeri yang dirasakan a. tidak menyebar

b. menyebar ke perut bawah c. menyebar ke bagian pinggang

2. Gejala yang menyertai (jawaban boleh lebih dari 1): a. tidak ada gejala lain hanya nyeri

b. pusing/sakit kepala c. mual, muntah/ diare

3. Dampak dari nyeri yang dirasakan: a. tidak ada

b. kadang-kadang mengganggu aktivitas c. sangat mengganggu aktivitas

4. Penatalaksanaan/terapi untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan (jawaban boleh lebih dari 1)

(55)

C. KUESIONER AKTIVITAS KERJA PERAWAT WANITA

- Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang sudah ada berdasarkan dengan keadaan Anda saat dysmenorrhea.

- Keterangan:

1 Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan kebutuhannya saat mengalami dysmenorrhea

2 Mendengarkan dan memperhatikan keluhan pasien saat mengalami

dysmenorrhea

3 Menjelaskan kebutuhan pasien agar dapat membuat keputusan terhadap tindakan yang dipilihnya saat mengalami dysmenorrhea 4 Membela dan melindungi pasien untuk mendapatkan pelayanan

keperawatan yang seharusnya saat mengalami dysmenorrhea 5 Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien agar memahami

kondisi penyakitnya saat mengalami dysmenorrhea

6 Menjelaskan kepada pasien tentang terapi pengobatan yang akan dijalaninya saat mengalami dysmenorrhea

7 Mengajarkan kepada pasien tentang tata cara/tindakan perawataan /pengobatan penyakitnya saat mengalami dysmenorrhea

8 Bekerjasama dengan anggota tim pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien saat mengalami dysmenorrhea 9 Menjaga privasi pasien saat mengalami dysmenorrhea 10 Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil

persetujuan (infont consent) saat mengalami dysmenorrhea 11 Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien agar memahami

kondisi penyakitnya saat mengalami dysmenorrhea

12 Menjelaskan kepada pasien tentang terapi pengobatan yang akan dijalaninya saat mengalami dysmenorrhea

13 Mengajarkan kepada pasien tentang tata cara/tindakan perawatan /pengobatan penyakitnya saat mengalami dysmenorrhea

14 Menjelaskan tentang manfaat dan efek samping terapi pengobatan yang didapat oleh pasien saat mengalami dysmenorrhea

(56)

Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noor Azizah Aldani

Tempat/Tanggal Lahir : Langsa/ 23 Agustus 1974

Agama : Islam

Alamat : Jl. Medan Banda Aceh Kp. Baroh, Dsn Persatuan

Langsa Lama-Langsa Kota

Riwayat pendidikan : 1. 1980 – 1986 : SD Negeri Kampung Baru Langsa

2. 1986 – 1989 : SMP Negeri 5 Langsa

3. 1989 – 1992 : SMA Negeri 1 Langsa

4. 1992 – 1996 : D3 keperawatan Deli

Husada-Delitua medan

(57)

Data Karakteristik Demografi Responden

FREQUENCIES VARIABLES=usia agama suku pndidikn sts_perkwnan usia_menarche lma_pndrhan /STATISTICS=STDDEV MEAN

/ORDER=ANALYSIS.

Statistics

usia agama suku pndidikn sts_perkwnan usia_menarche lma_pndrhan

N Valid 36 36 36 36 36 36 36

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.94 1.00 1.67 2.00 1.25 1.36 1.31

Std. Deviation 1.013 .000 .894 .239 .439 .487 .467

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 22-27 tahun 15 41.7 41.7 41.7

28-33 tahun 12 33.3 33.3 75.0

34-39 tahun 5 13.9 13.9 88.9

40-45 tahun 4 11.1 11.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Agama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid islam 36 100.0 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid aceh 22 61.1 61.1 61.1

batak 4 11.1 11.1 72.2

jawa 10 27.8 27.8 100.0

(58)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 5-7 hari 25 69.4 69.4 69.4

8-10 hari 11 30.6 30.6 100.0

(59)

Data Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Aktivitas Kerja Perawat [DataSet1] C:\Documents and Settings\acer\My

Documents\datamodifikasi.sav

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(60)

Analisa Data dengan Uji Spearman

Nonparametric Correlations

[DataSet1] C:\Documents and Settings\acer\My Documents\datamodifikasi.sav

Correlations

Karakteristik

gejala

dysmenorrhea

Aktivitas kerja

perawat

Spearman's rho Karaktristik

Gejala

dysmenorrhea

Correlation Coefficient 1.000 .136

Sig. (2-tailed) . .430

N 36 36

Aktvitas kerja

perawat

Correlation Coefficient .136 1.000

Sig. (2-tailed) .430 .

(61)

Hasil uji reliabilitas instrumen

RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA.

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

Gambar

Gambar 1 : Skema menstruasi dan ovulasi (dimodifikasi atas izin Scambler,
Table 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=36) Karakteristik demografi responden Frekuensi (n) Persentase (%)
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik gejala dysmenorrhea  dan aktivitas kerja perawat (n=36) Kategori Data Frekuensi (n) Persentase (%)

Referensi

Dokumen terkait

language learning pada kelas eksperimen dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak diberikan

Kata advokat dalam bahasa inggris merupakan kata benda ( noun ), berarti orang yang berprofesi memberikan jasa konsultasi hukum dan/atau bantuan hukum baik di

[r]

menengah Direktorat pembinaan sekolah menengah atas.2016 hal.43-44.. lingkup sekolah objek sikap yang dimaksud ialah keseluruhan warga sekolah mulai dari guru, siswa,

Penelitian penulis (Yulia, 2012) mengenai aspek wacana tentang konteks wacana yang memperhatikan tataran bahasa dalam naskah drama Sokrasana : Sang Manusia

Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.(161) Tetapi orang- orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang

Dalam konteks penelitian ini pejabat pelaksana harus mampu menanamkan doktrin, mengkoordinasikan tugas-tugas pelayanan, dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya

Kombinasi herba seledri ( Apium graveolens , L) dan daun lidah buaya ( Aloe vera , L) sebagai minuman herbal instan ....….Heru Agus Cahyanto.. KOMBINASI HERBA SELEDRI (