KARAKTERISTIK GEJALA DYSMENORRHEA DAN
HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS KERJA
PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH LANGSA
SKRIPSI
OlehNoor Azizah Aldani 091121014
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Karakteristik Gejala
Dysmenorrhea dan Hubungannya dengan Aktivitas Kerja Perawat Wanita di
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa”.
Skripsi ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan, dan koreksi
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Dedi Adinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, pembantu Dekan I yang juga merupakan dosen
pembimbing skripsi.
3. Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS, selaku Dosen Pembimbing II
skripsi.
4. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes selaku dosen penguji.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika S-1 Keperawatan
USU yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan, khususnya
dosen-dosen mata kuliah riset keperawatan
6. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada orang tuaku
tercinta serta suami dan anak-anakku. Terima kasih atas segala
dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, kasih sayang dan doa
yang selalu menyertai dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman sejawat Fakultas keperawatan-B USU 2010, terima kasih
atas bantuan dan semangatnya selama ini.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang
membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Medan, Januari 2011
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... vi
Daftar Tabel ... vii
Abstrak ... viii
Bab 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1
2. Perumusan Masalah ... 4
3. Hipotesa Penelitian ... 4
4. Tujuan Penelitian ... 4
5. Manfaat Penelitian ... 5
Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Haid ... 6
2. Konsep Dysmenorrhea ... 10
2.1 Pengertian ... 10
2.2 Etiologi ... 10
2.3 Tanda dan Gejala ... 12
2.4 Klasifikasi Karakteristik Gejala Dysmenorrhea ... 12
2.5 Penanganan ... 13
3.1 Pengertian Aktivitas Kerja perawat ... 17
3.2 Elemen Peran ... 17
Bab 3. Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konsep ... 21
2. Defenisi Operasional ... 23
Bab 4. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 24
2. Populasi dan Sampel ... 24
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 25
5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-reliabilitas ... 25
6. Pengumpulan Data ... 27
7. Analisa Data ... 27
Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 30
2. Pembahasan ... 33
Bab 6 . Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 36
2. Saran ... 36
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 23
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 31
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik gejala
dysmenorrhea dan aktivitas kerja perawat ... 32
Tabel 4. Analisa hubungan karakteristik gejala dysmenorrhea dengan
Judul : Karakteristik gejala Dysmenorrhea dan Hubungannya
dengan Aktivitas kerja Perawat Wanita di RSUD Langsa
Peneliti : Noor Azizah Aldani
Fakultas : Keperawatan
Tahun Akademi : 2009/2010
ABSTRAK
Dysmenorrhea adalah nyeri haid yang disebabkan oleh kejangnya otot uterus,
dari penyebab nyerinya dysmenorrhea di bagi menjadi dua yaitu dysmenorrhea primer dan sekunder dan pada waktu tertentu dysmenorrhea sangat mengganggu aktivitas seorang wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas kerja perawat wanita di RSUD Langsa. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli sampai Desember 2010 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dan teknik pengambilan sampel yaitu convinen sampling, sehingga mendapatkan 36 orang perawat sebagai sampel.
Hasil penelitian di uji dengan menggunakan program komputer dengan analisa deskriptif dan uji korelasi Spearman untuk mengetahui pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas kerja perawat. Hasil analisanya didapatkan besar korelasi (r) antara kedua variabel adalah r 0,136 dengan p-valuenya adalah 0,43. Dengan kemaknaan yang digunakan (α) adalah 0,05. Ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami gangguan pada aktifitas kerjanya, namun hanya sedikit sekali yang sangat terganggu, hal ini disebabkan karena dysmenorrhea yang diderita sebagian kecil reponden tadi adalah dysmenorrhea yang bersifat primer. Pada wanita yang mengalami dysmennorrhea primer dapat terjadi nyeri yang sangat menganggu (sangat nyeri), biasanya terjadi pada saat menarche. Untuk itu diharapkan perawat mengenali karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialaminya.
Judul : Karakteristik gejala Dysmenorrhea dan Hubungannya
dengan Aktivitas kerja Perawat Wanita di RSUD Langsa
Peneliti : Noor Azizah Aldani
Fakultas : Keperawatan
Tahun Akademi : 2009/2010
ABSTRAK
Dysmenorrhea adalah nyeri haid yang disebabkan oleh kejangnya otot uterus,
dari penyebab nyerinya dysmenorrhea di bagi menjadi dua yaitu dysmenorrhea primer dan sekunder dan pada waktu tertentu dysmenorrhea sangat mengganggu aktivitas seorang wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas kerja perawat wanita di RSUD Langsa. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli sampai Desember 2010 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dan teknik pengambilan sampel yaitu convinen sampling, sehingga mendapatkan 36 orang perawat sebagai sampel.
Hasil penelitian di uji dengan menggunakan program komputer dengan analisa deskriptif dan uji korelasi Spearman untuk mengetahui pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap aktivitas kerja perawat. Hasil analisanya didapatkan besar korelasi (r) antara kedua variabel adalah r 0,136 dengan p-valuenya adalah 0,43. Dengan kemaknaan yang digunakan (α) adalah 0,05. Ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami gangguan pada aktifitas kerjanya, namun hanya sedikit sekali yang sangat terganggu, hal ini disebabkan karena dysmenorrhea yang diderita sebagian kecil reponden tadi adalah dysmenorrhea yang bersifat primer. Pada wanita yang mengalami dysmennorrhea primer dapat terjadi nyeri yang sangat menganggu (sangat nyeri), biasanya terjadi pada saat menarche. Untuk itu diharapkan perawat mengenali karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialaminya.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menstruasi atau haid adalah proses kompleks yang mencakup sistem
reproduktif dan endokrin. Bagi sebagian wanita, adakalanya menstruasi (haid)
bagaikan sesuatu hal yang kehadirannya dapat mengganggu manakala timbul rasa
nyeri selama siklus menstruasi terjadi (Price, 2001).
Hampir seluruh perempuan di dunia pernah merasakan nyeri haid dengan
berbagai tingkatan, mulai dari sekadar pegal-pegal di seputaran panggul dan sisi
dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Menurut Prakoso, (2008) nyeri
haid itu bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang timbul akibat adanya
kelainan dalam organ panggul. Nyeri yang terasa di bawah perut itu biasanya
terjadi pada hari pertama dan kedua pengeluaran darah. Derajat nyeri berkurang
setelah keluar darah yang cukup banyak. Sementara Okaparasta (2003)
menyatakan sebagai nyeri haid yang hebat sehingga memaksa penderita untuk
istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk
beberapa jam atau beberapa hari (Okaparasta, 2003).
Berdasarkan keadaan patologisnya, kebanyakan literatur membedakan
dysmenorrhea menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Dysmenorrhea primer
merupakan nyeri menstruasi yang bukan disebabkan oleh adanya kelainan pada
panggul sekitarnya. Biasanya nyeri terasa 24 jam sebelum menstruasi dan
berakhir 24-36 jam setelah menstruasi berhenti. Dysmenorrhea ini terjadi sekitar 2
perempuan berusia 15-25 tahun. Setelah itu, rasa nyeri akan menurun seiring
bertambahnya usia dan menghilang dengan sendirinya setelah perempuan
melahirkan. Meskipun sakit, dysmenorrhea tidak membahayakan sistem
reproduksi wanita, tidak juga menyebabkan gangguan kesuburan (Affandi, 2009).
Sedangkan dysmenorrhea sekunder dikaitkan dengan penyakit gangguan
pada organ pelvik, seperti endometriosis, penyakit radang pelvis organic, stenosis
serviks, neoplasma ovaium atau uterus dan polip uterus serta penggunaan IUD
(Bobak, 2004). Dysmenorrhea yang lebih dikenal dikalangan masyarakat adalah
dismenorea primer karena merupakan kejadian yang sering terjadi pada wanita.
Secara rutin wanita yang menderita dysmenorrhea mengalami nyeri setiap
bulannya.
Menurut Okaparasta (2003) rasa nyeri dapat menganggu sehingga wanita
memerlukan pengobatan dan bahkan meninggalkan aktivitas rutinnya. Jika hal ini
terjadi pada wanita yang bekerja maka aktivitas kerjanya dapat terganggu atau
hingga tidak masuk kerja. Untuk bidang pekerjaan yang mayoritas pekerjanya
adalah wanita maka masalah dysmenorrhea perlu mendapat perhatian.
Keperawatan merupakan bidang pekerja yang mayoritas pekerjanya adalah
wanita. Perawat yang mengalami dysmenorrhea dapat terganggu aktivitasnya
sehari-hari. Perawat senantiasa mengusahakan peningkatan kualitas
profesionalisme mereka. Seorang perawat, karena pekerjaannya yang dinamis,
perlu memiliki kondisi tubuh yang baik, sehat, dan mempunyai energi yang
cukup. Kondisi tubuh yang kurang menguntungkan akan berakibat seorang
fisik, kelelahan emosional, dan kelelahan mental. akibatnya dapat muncul dalam
bentuk berkurangnya kepuasan kerja, memburuknya kinerja, dan produktivitas
rendah.
Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50
persen perempuan di setiap negara mengalaminya. Angka kejadian (prevalensi)
nyeri haid berkisar 45-95% (Amerika, Nopember 2006) di kalangan wanita usia
produktif. Di Swedia angka persentasenya sekitar 72 persen. Sementara di
Indonesia angkanya diperkirakan mencapai 55 persen perempuan usia produktif
tersiksa oleh nyeri selama haid (Prakoso, 2008).
Penelitian Samsul et al., (1997) melaporkan bahwa 10% pekerja wanita
dengan dysmenorrhea mengalami kesakitan yang serius akibat dysmenorrhea dan
tidak boleh bekerja. Menurut Harahap (2001), hasil angket yang diberikan kepada
peserta pelatihan di salah satu pusat industri di Indonesia dapat menunjukkan
keluhan pekerja wanita (jumlah responden 55 orang), adalah nyeri haid 58,18%.
Gambaran tersebut sangat jelas menunjukkan adanya pekerja wanita yang
mengalami beberapa gejala yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Keluhan itu
dialami oleh pekerja wanita usia produksi sehingga kondisi itu pun dikhawatir
akan mengganggu produktivitas mereka.
Berdasarkan uraian tesebut di atas dapat disimpulkan bahwa
dysmenorrhea (nyeri haid) akan mempengaruhi poduktivitas kerja perawat wanita
dalam melakukan aktivitas kerjanya sehari-hari. Namun sejauh ini peneliti belum
dapat literatur yang menjadi acuan apakah dysmenorrhea yang dialami perawat
survei awal didapatkan bahwa jumlah perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Langsa berjumlah 180 perawat wanita.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk
mengetahui bagaimana karakteristik gejala dysmenorrhea dan hubungannya
dengan aktivitas kerja perawat wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.
2. Rumusan Masalah
Masalah penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: ’Bagaimana
karakteristik gejala dysmenorrhea dan hubungannya dengan aktivitas kerja
perawat wanita di Rumah Sakit Umum daerah Langsa?
3. Hipotesis
Hipotesa yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah Ha : adanya hubungan
karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita di
Rumah sakit Umum Daerah Langsa
4. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara
karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita
2.2 Tujuan Khusus
2.2.1 Untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea pada
perawat wanita di Rumah Sakit Umun Daerah Langsa
2.2.2 Untuk mengidentifikasi aktivitas kerja perawat wanita di Rumah
Sakit Umun Daerah Langsa
5. Manfaat Penelitian
4.1 Praktik keperawatan
Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan penanganan terhadap
masalah dysmenorrhea bagi perawat wanita.
4.2 Penelitian keperawatan
Sebagai informasi dasar sejauh mana pengaruh/ dampak dysmenorrhea
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Haid
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohadjo, 1999). Menstruasi
merupakan aktivitas bersiklus yang melibatkan peluruhan sebagian endometrium
(Andrews, 2009).
Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang
klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Rata-rata panjang siklus haid
pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada
usia 55 tahun 51,9 hari. Lamanya haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari
diikuti darah sedikit-sedikit, kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap
wanita biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 cc.
Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita
dengan anemia devisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih dari 80cc
dianggap patologik. Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu
haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri
(dysmenorrhea). Usia gadis remaja pada waktu pertama kali mendapat haid
(menarche) bervariasi antara 10-16 tahun. Menarche terjadi di tengah-tengah
memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30-40 tahun dan
berakhir pada masa mati haid (menopause) (Prawirohadjo, 1999).
Siklus menstruasi dikendalikan oleh hipotalamus dan kelenjar hipofisis
anterior dengan jalur umpan balik antara otak dan ovarium yang melibatkan kadar
esterogen sirkulasi. Saat gonadotrophin releasing hormone (GnRH) dilepas dari
hipotalamus, hipofisis anterior terstimulasi untuk melepas follicle stimulating
hormone (FSH), kemudian lutenizing homone (LH). FSH memulai akitivitas pada
salah satu ovarium dan menstimulasi pematangan beberapa folikel yang
tersensitisasi. Esterogen dilepas dari folikel tersebut dan satu folikel dominan akan
matang, sementara folikel lain mengalami atresia (ini merupakan proses
degeneratif yang tejadi pada sebagian besar folikel ovarium). Mekanisme ini
sangat rumit, tetapi saat kadar esterogen mencapai puncak, kelenjar hipofisis
anteior melepas LH, yang menyebabkan folikel matur meluruh dan melepas
ovum. Ovulasi terjadi sekitar 30 jam setelah pelepasan LH. Beberapa wanita
mengalami nyeri tajam atau seperti kram. Nyeri ini dapat tetap terjadi selama satu
maupun dua hari dan terkadang nyeri berubah tumpul (Andrews, 2009).
Saat ovulasi, folikel kolap menjadi korpus luteum yang menyekresi
progesteron. Estrogen dan pogesteron bertanggung jawab atas perubahan yang
tejadi pada uterus selama sikus menstruasi :
a. Fase proliferasi atau fase folikular
b. Fase luteal atau sekresi
Gambar 1 : Skema menstruasi dan ovulasi (dimodifikasi atas izin Scambler,
1993)
a. Fase Proliferasi
Selama fase proliferasi, stroma dan kelenjar di endometrium mengalami
setelah menstruasi yang terakhir (ketebalannya lebih 0,5 mm). Biasanya
berlangsung 10-14 hari, lama fase proliferasi bervariasi jika siklus menstruasi
tidak teratur (Andrews, 2009).
b. Fase Luteal atau Sekresi
Fase sekretorik dan ovulasi ini terjadi berbarengan dengan periode
korpus luteum aktif secara fungsional dan menyekresikan progesteron dan
estrogen, dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Di bawah pengaruh hormon
progesteron dan estrogen, terutama progesteron, sel-sel pada struma
endometium menjadi edema, kelenjar-kelenjar berdilatasi dan menyekresi
lendir encer kaya glikogen dan arteri-arteri spiral ini mengalami dilatasi dan
kontraksi ritmik yang berada di bawah kendali hormon-hormon ovarium.
Tebal endometrium sekitar 5mm pada tahap ini (Everett, 2007).
c. Menstruasi
Setelah sekitar 12-14 hari, apabila pembuahan tidak juga terjadi, korpus
luteum mulai berdegenerasi dan sekresi hormon terhadap jaringan
endometrium terhenti, terjadi kehilangan air dan penurunan aliran darah ke
endometrium akibat spasme arteri-arteri spiral yang pada akhirnya
menyebabkan nekrosis endometrium. Namun endometrium berdilatasi
kembali, perdarahan terjadi pada stroma endometrium yang nekrosis. Dengan
demikian darah masuk ke dalam lumen uterus dan fase menstruasi mulai
terjadi. Endometrium menghasilkan proses prostaglandin dalam jumlah yang
banyak pada saat menstruasi. Kemungkinan prostaglandin terlibat dalam
2. Konsep dysmenorrhea 2.1Pengertian
Dysmenorrhea adalah menstruasi yang sangat nyeri (Andrews, 2009).
Menurut Price (2001) depenisi dismenorrhea adalah nyeri selama menstruasi yang
disebabkan oleh kejang otot uterus.
Dari aspek penyebab nyeri, terdapat dua tipe yaitu dysmenorrhea pimer
dan dysmenorrhea sekunder (Liewellyn, 2001). Dalam penelitian ini
dysmenorrhea sekunder tidak menjadi fokus peneliti karena menyatakan kondisi
patologis yang menyebabkan bervariasi sementara dysmenorrhea primer adalah
nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genitalia yang nyata
(Pawirohardjo, 1999).
Dysmenorrhea primer adalah menstruasi yang sangat nyeri, tanpa
patologi pelvis yang dapat diidentifikasi, dapat terjadi pada waku menarche atau
segera setelahnya (Smeltzer, 2005).
2.2Etiologi
Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab
dysmenorrhea primer, tetapi patofisiologisnya belum jelas dimengerti. Beberapa
faktor memegang peranan sebagai penyebab dysmenorrhea pimer, antara lain:
2.2.1 Faktor kejiwaan
Para gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak dapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah
timbul dysmenorrhea.
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya
dismenorrhea primer ialah stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal
ini tidak dianggap faktor yang penting sebagai penyebab
dysmenorrhea.
2.2.3 Faktor endokrin
pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dysmenorrhea disebabkan oleh kontraksi uteus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan
kontaktilitas otot usus.
2.2.4 Faktor alergi
teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dysmenorrhea dengan utikaria, migraine, atau asma bronchiale
(Prawirihardjo, 1999).
2.2.5 Faktor prostaglandin
Ketika pogesteron disekresi setelah ovulasi, endometium yang telah
mengalami luteinisasi sanggup mensintesis prostaglandin. Jika ada
gangguan keseimbangan antara prostasiklin, yang menyebabkan
vasodilatasi dan relaksasi miometrium, prostaglandin F2α yang
menyebabkan vasokonstiksi dan kontraksi miometrium dan
prostaglandin E2 yang menyebabkan kontraksi miometrium dan
vasodilatasi, sehingga kerja PGF2α lebih menonjol, akan terjadi
iskemia miometrium (angina uteus) dan hiperkontraktilitas uterus. Di
dapat bekerja pada arteri-arteri uterus secara langsung (Liewellyn,
2001).
2.3 Tanda Dan Gejala
Gejala utama dysmenorrhea adalah rasa sakit terkonsentrasi di perut
bagian bawah, di daerah umbilikalis atau daerah suprapubik perut. Hal ini juga
biasanya dirasakan di perut kanan atau kiri. Mungkin menyebar ke paha dan
punggung bawah. Gejala lain mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau
sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap suara,
cahaya, bau dan sentuhan, pingsan, dan kelelahan. Gejala sering segera timbul
setelah ovulasi dan dapat berlangsung hingga akhir menstruasi. Hal ini karena
dysmenorrhea sering dikaitkan dengan perubahan kadar hormon dalam tubuh
yang terjadi dengan ovulasi. Penggunaan jenis tertentu pil KB dapat mencegah
gejala dysmenorrhea, karena pil KB menghentikan ovulasi yang terjadi (Permana,
2010).
2.4 Klasifikasi Karakteristik Gejala Dysmenorrhea
Ditinjau dari berat-ringannya rasa nyeri, dysmenorrhea dibagi menjadi:
2.4.1 Dysmenorrhea ringan, yaitu dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang
berlangsung beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk
menghilangkan nyeri, tanpa disertai pemakaian obat.
2.4.2 Dysmenorrhea sedang, yaitu dysmenorrhea yang memerlukan obat
untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan
2.4.3 Dysmenorrhea berat, yaitu dysmenorrhea yang memerlukan
istirahat sedemikian lama dengan akibat meninggalkan aktivitas
sehari-hari selama 1 hari atau lebih (Okaparasta, 2003).
2.5 Penanganan
2.5.1 Penerangan Dan Nasehat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dysmenorrhea adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya
diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup , pekerjaan,
kegiatan dan lingkungan penderita.
2.5.2 Pemberian Obat Analgetik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat
diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyeri berat,
diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut
bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgetik yang sering
diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein.
Obat-obat yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin,
Ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
2.5.3 Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini
bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa
gangguan benar-benar dysmenorrhea primer, atau untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada
pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi (Prawihardjo,
1999).
2.5.4 Nutrisi
Beberapa suplemen gizi telah diindikasikan sebagai efektif dalam
mengobati dysmenorhea, termasuk omega-3 fatty acid, magnesium,
vitamin E, seng, dan tiamin (vitamin B1). Penelitian menunjukkan
bahwa salah satu mekanisme yang mendasari dysmenorrhea adalah
terganggunya keseimbangan antara anti-inflamasi (vasodilator
eikosanoid) yang berasal dari omega-3 asam lemak, dengan
pencetus peradangan (vasokonstriktor eikosanoid) yang berasal dari
omega-6 fatty acid. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa
asupan omega-3 asam lemak dapat membalikkan gejala
dysmenorrhea, dengan mengurangi jumlah omega-6 FA di
membran sel. Adapun sumber makanan yang kaya omega-3 asam
lemak banyak ditemukan dalam minyak rami. Asupan magnesium
oral juga telah banyak membantu seperti telah melalui penelitian
dua double-blind, placebo-controlled studi yang menunjukkan efek
terapi positif magnesium pada dysmenorrhea. Penelitian A
randomized, double blind, controlled trial menunjukkan pula
bahwa asupan vitamin E oral mengurangi nyeri dysmenorrhea
primer dan mengurangi kehilangan darah. Sebuah kajian sejarah
kasus menunjukkan bahwa seng, dalam 1-330 miligram dosis
menstruasi, dapat mencegah penyebab utama timbulnya nyeri dari
haid dan semua kram menstruasi. Pengambilan tiamin (vitamin
B1) telah didemonstrasikan untuk memberikan efek "kuratif" pada
87% dari perempuan yang mengalami dysmenorrhea.
2.5.5 NSAID
Non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID) efektif dalam
meredakan nyeri dysmenorrhea primer. NSAID dapat berefek
samping seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, gastritis atau diare.
Untuk yang kontraindikasi maka mungkin resep COX-2 inhibitor
dapat menggantikannya.
2.5.6 Hormon Kontrasepsi
Meskipun penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mengurangi
gejala dysmenorrhea primer tapi tinjauan sistematis tahun 2001
menemukan bahwa tidak ada pengobatan modern yang umum
digunakan dikombinasikan dengan dosis rendah pil kontrasepsi oral
untuk dysmenorrhea primer. Norplant dan Depo-provera juga
efektif, karena metode ini sering menyebabkan amenore. sehingga
berguna dalam mengurangi gejala-gejala dysmenorrhea.
2.5.7 Terapi Non Obat
Beberapa terapi non-obat untuk dysmenorrhea telah dipelajari,
termasuk perilaku, akupunktur, akupresur, perawatan chiropractic,
dan penggunaan TENS unit. Terapi perilaku mengasumsikan
oleh lingkungan dan faktor-faktor psikologis, dan bahwa
dysmenorrhea dapat diobati secara efektif dengan prosedur fisik
dan kognitif yang berfokus pada strategi-strategi untuk mengatasi
gejala-gejala bukan pada perubahan proses yang mendasari. Sebuah
review sistematik 2007 menemukan bukti ilmiah bahwa intervensi
perilaku mungkin efektif, tetapi hasilnya harus dilihat dengan
hati-hati karena buruknya kualitas data. Akupunktur dan akupresur
digunakan untuk mengobati dismenorrhea. Dikutip dari 4 empat
penelitian, dua diantaranya adalah pasien-buta, menunjukkan
bahwa akupunktur dan akupresur dapat mengobati dysmenorrhea
yang efektif. Dinyatakan bahwa perawatan muncul "menjanjikan"
untuk dysmenorrhea, tetapi para peneliti menggangap perlu
penelitian lebih lanjut untuk dapat dibenarkan. Studi lain
menunjukkan bahwa akupuntur "mengurangi persepsi subjektif
dysmenorrhea ", Yang lainnya menambahkan bahwa akupunktur
pada pasien dengan dysmenorrhea dikaitkan dengan kesakitan dan
3. Aktivitas Kerja Perawat
3.1 Defenisi Aktivitas Kerja Perawat
Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan
secara professional sesuai dengan kode etik professional (Bangfad, 2008).
3.2 Elemen Peran
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat
professional antara lain : care provider, client advocate, conselor, educator,
collaborator, coordinator change agent, dan consultant.
3.2.1 Care provider (pemberi perawatan) :
Pada peran ini perawat diharapkan mampu
a. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga , kelompok
atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari
masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
b. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien,
perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan
dari klien.
3.2.2 Client Advocate (Pembela Klien)
Tugas perawat :
a. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya.
b. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim
kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan
perawat harus mampu membela hak-hak klien.
3.2.3 Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual.
Peran perawat :
a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan
sehat sakitnya.
b. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan
metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu
atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman yang lalu.
3.2.4 Educator
Peran ini dilakukan untuk:
a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien
mengatasi kesehatanya
b. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku
klien perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari
perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau
ketrampilan secara teknis (Bangfad, 2008).
3.2.5 Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien. Tujuan Perawat sebagi kordinator adalah :
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan
menguntungkan klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas asuhan keperawatan atau
penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk: merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol.
3.2.6 Kolaborator
Perawat berkomunikasi dengan tenaga medis lainnya. Hal tersebut
dilakukan dikarenakan perawat bekerja bersama tim kesehatan yang
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
3.2.7 Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah pasien
atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
3.2.8 Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
a. Kemajuan teknologi
b. Perubahan Lisensi-regulasi
c. Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik
dysmenorrhea dan hubungannya dengan aktivitas kerja perawat wanita. Aktivitas
kerja perawat didefinisikan sebagai suatu aktifitas kerja dalam praktik
keperawatan dimana perawat telah menyelesaikan menyelesaikan pendidikan
formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional.
Mayoritas perawat adalah wanita oleh karena itu, hal-hal yang dapat mengganggu
aktivitas kerja perawat wanita perlu diperhatikan. Salah satu yang menganggu
aktivitas kerja perawat wanita adalah adanya gangguan kesehatan seperti
dysmenorrhea. Karakteristik gejala dysmenorrhea berdasarkan berat ringannya
terbagi menjadi dysmenorrhea ringan, dysmenorrhea sedang dan dysmenorrrhea
berat (Okaparasta, 2003). Aktivitas kerja perawat adalah care provider, advocate,
konselor, educator, koordinator, kolaborator, konsultan, pembaharu. Dalam
penelitian ini hanya 3 dari 8 aktivitas kerja perawat tersebut yang diteliti yaitu
Adapun variabel penelitian yang diteliti dapat dilihat dalam kerangka
kerja berikut :
Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
Skema 1. Kerangka penelitian karakteristik gejala dysmenorrhea dan
hubungannya dengan aktivitas kerja perawat wanita.
Aktivitas kerja perawat wanita :
- Care provider
- Advocate
- Educator
Karakeristik gejala
dysmenorrhea
1. dysmenorrhea ringan
2. dysmenorrhea sedang
3. dysmenorrhea berat
- Conselor
2. Defenisi Operasional
Tabel 1. Defenisi operasional tabel penelitian
No Variabel Defenisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Karakteristik gejala
dysmenorrhea
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi
dengan tujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea dan
hubungannya dengan aktivitas kerja perawat wanita di Rumah Sakit Umum
Daerah, Langsa.
2. Populasi dan Sampel
2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat wanita yang
mengalami dysmenorrhea yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah dengan
jumlah yaitu 180 perawat.
2.2 Sampel
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
pengambilan 10%-20% jumlah populasi (Arikunto, 2000). Dalam penelitian ini
jumlah sampel yang diambil adalah 20% dari jumlah populasi. Dengan
ketentuan tersebut maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 36 orang.
Adapun kriteria sampel yang akan diteliti yaitu perawat wanita yang
mengalami dysmenorrhea dan dipilih secara kebetulan atau dengan
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di RSUD Langsa dengan responden sebanyak
36 orang perawat wanita yang bekerja pada ruang rawat inap. Di laksanakan
pada bulan Juli-Desember 2010.
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Langsa. Selanjutnya, setelah mendapat izin, peneliti
menyerahkan langsung lembar persetujuan kepada responden. Calon responden
yang bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu diminta
menandatangani lembar persertujuan.Tidak ada responden yang menolak untuk
menandatangani lembar persetujuan. Untuk menjaga kerahasiaan responden,
peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam lembar pengumpulan data
(kuesioner). Lembar tersebut hanya diberi nomor atau kode tertentu.
Kerahasiaan catatan mengenai data respoden dijamin oleh peneliti (Nursalam,
2003).
5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-reliabilitas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kuesioner dengan berpedoman kepada tinjuan pustaka dan kerangka konsep.
Pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi data demografi responden
kedua berisi pertanyaan untuk mengidentifikasikan karakteristik dysmenorrhea
yang terdiri dari 4 item pernyataan. Bagian instrumen ketiga akan digunakan
untuk menilai karakteristik dismenorrhea dan hubungannya dengan aktivitas
perawat wanita, yang terdiri dari 15 item pernyataan. Pilihan pernyataan
menggunakan skala Likert dengan alternatif jawaban yaitu untuk jawaban Tidak
dilakukan diberi skor 0, kadang-kadang diberi skor 1, untuk jawaban sering
diberi skor 2, dan untuk jawaban sangat sering diberi skor 3. Untuk pertanyaan
negatif jawaban tidak diberi skor 3, untuk jawaban kadang-kadang diberi skor 2,
untuk jawaban sering diberi skor 1, dan untuk jawaban sering sekali diberi skor
0.
Kuesioner dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti dengan
berpatokan pada tinjauan pustaka. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui
seberapa derajat atau kemampuan suatu instrumen untuk mengukur secara
konsisten sasaran yang akan diukur. Sedangkan uji validitas tidak dilakukan,
namun instrumen di konsultasikan kepada dosen keperawatan maternitas di
Fakultass Keperawatan USU dan dikembalikan tanpa koreksi karena sudah
sesuai dengan acuan yang digunakan dalam tinjauan pustaka. Uji reliabelitas
dilakukan setelah pengumpulan data terhadap 30 orang perawat wanita yang ada
di Rumah Sakit Swasta dan Puskesmas yang ada di Langsa. Hasil uji reliabilitas
instrumen 0,8 hasil sudah memenuhi ketentuan suatu reliabelitas instrumen yaitu
6. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan
kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin
pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa. Peneliti langsung mendatangi responden di ruangannya dan
menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan, dan prosedur
penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta
menandatangani informed consent. Responden diminta menjawab pertanyaan
dengan mengisi sendiri kuesioner yang diberikan dengan tetap didampingi oleh
peneliti agar bila ada pertanyaan yang tidak jelas dapat langsung menjelaskan
kepada responden dengan tidak bermaksud mengarahkan jawaban responden,
selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.
7. Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian analisa data dilakukan melalui tahapan
editing untuk mengecek dan memastikan bahwa kuesioner telah diisi oleh
responden sesuai dengan petunjuk. Kemudian dilanjutkan dengan koding dan
memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah dalam
menganalisa data. Selanjutnya peneliti memasukan data ke dalam komputer dan
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan pada penelitian ini
7.1 Statistik Univariat
Statistik univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari
suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit
& Hugler, 2002). Pada penelitian ini metode statistik univariat digunakan untuk
menganalisa variabel dependen yaitu aktivitas kerja perawat wanita. Untuk
menganalisa variabel aktivitas kerja perawat wanita, dianalisa dengan
menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam distribusi frekuensi. Untuk
menganalisa variabel independen yaitu karakteristik gejala dysmenorrhea
dianalisa dengan menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam distribusi
frekuensi.
Aktivitas kerja perawat wanita dikategorikan atas 3 kelas interval. Nilai
terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 45.
Berdasarkan rumus statistik untuk menentukan panjang kelas dengan rumus
sebagai berikut:
Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi 45
dikurang dengan nilai terendah 0) dan dibagi atas 3 kategori kelas yaitu tidak
terganggu, terganggu, sangat terganggu, maka diperoleh panjang kelas 15. Maka
aktivitas belajar digolongkan menjadi 3 kelas interval sebagai berikut:
0-15 = tidak terganggu
16-30 = terganggu
7.2 Statistik Bivariat
Statistik bivariat adalah suatu metode analisa data untuk menganalisa
hubungan antara dua variabel independen dan dependen. Untuk melihat hubungan
kerakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita maka
dilakukan uji korelasi menurut Spearman dengan derajat kemaknaan: α=0,05. Jika
angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan.
Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan.
Menurut Sugiyono (2000) menguraikan Interpretasi koefisien korelasi (r)
sebagai berikut:
0,00-0,199 = sangat rendah
0,2-0,399 = rendah
0,4-0,599 = sedang
0,6-0,799 = kuat
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Bagian ini menguraikan hasil penelitian terhadap 36 orang perawat
mengalami dysmenorrhea di RSUD Langsa yang masih bekerja . Penyajian data
meliputi karakteristik responden, karakteristik dysmenorrhea dan aktifitas kerja
perawat serta pengaruh antara karakteristik dysmenorrhea dengan aktivitas kerja
perawat.
1.1 Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini seluruh responden beragama Islam, berdasarkan
rentang umur yang paling besar berada pada rentang umur 22-27 tahun, yaitu
sebanyak 15 orang (41,7%), berdasarkan lattar belakang suku yang paling banyak
Responden suku Aceh sebanyak 22 orang (61,1%),dan yang paling sedikit
responden yang bersuku Jawa sebanyak 10 orang (27,8%). Adapun berdasarkan
tingkat penddikan, keseluruhan responden berpendidikan D3 (94,4%).
Berdasarkan status perkawinan responden yang sudah menikah lebih banyak
yaitu 27 orang (75%), sedangkan status perkawinan responden yang belum
menikah yaitu 9 orang (25%). Usia menarche responden terbanyak terletak pada
rentang usia 12-14 yaitu 23 orang (63,9%). Lama pendarahan menstruasi yang
dialami responden terbanyak terletak pada rentang 5-7 hari sebanyak 25 orang
(69,4%).
Table 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=36)
Karakteristik demografi responden Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Usia 4. Status perkawinan
Menikah
6. Lama pendarahan menstruasi
5-7 hari
1.2 Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Aktivtas Kerja Perawat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik gejala dysmenorrhea
yang terbanyak adalah dysmenorrhea ringan yaitu 17 orang (47,2%), dan
responden yang mengalami dysmenorrhea sedang sebanyak 16 orang (44,4%),
sedangkan responden yang mengalami dysmenorrhea berat sedikit yaitu 3 orang
(8,2%).
Adapun karakteristik gejala dysmenorrhea dan aktivitas kerja perawat dapat
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik gejala dysmenorrhea
dan aktivitas kerja perawat (n=36)
Kategori Data Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Karakteristik gejala dysmenorrhea Ringan 2. Aktivitas kerja perawat
Sangat terganggu
1.3 Pengaruh Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dengan Aktivitas Kerja Perawat
Untuk mengetahui pengaruh karakteristik gejala dysmenorrhea terhadap
aktivitas kerja perawat digunakan uji korelasi Spearman. hasil analisanya
didapatkan besar korelasi (r) antara kedua variabel adalah 0,136 dengan p-value
adalah 0,43. Dengan derajat kemaknaan yang digunakan (α) adalah 0,05. Hal ini
berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik gejala
dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat wanita. Hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4. Analisa Hubungan Karakteristik Dysmenorrhea dengan Aktivitas Kerja
Perawat
Variabel Mean Std. Deviasi Rho (r) p-value (p)
Karakteristik gejala
dysmenorrhea
1,61 0,645 0,136 0,43
2. Pembahasan
2.1 Karakteristik Demografi Responden
Jika dilihat berdasarkan data demografi, karakteristik responden beragam
kecuali latar belakang agama responden. Menurut Arikunto (2006) suatu
penelitian yang baik, sebaiknya menggunakan responden yang beragam sehingga
bias mewakili semua unsur yang diharapkan. Berdasarkan karakteristik agama
pada penelitian ini keseluruhan beragama islam, hal ini sesuai dengan keadaan
penduduk Nanggro Aceh Darusalam (NAD) yang hampir keseluruhan
penduduknya beragama Islam.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak pada
penelitian ini ialah dengan tingkat pendidikan D3. Responden dalam penelitian ini
adalah wanita yang mengalamin dysmenorrhea, dari data demografi yang
berstatus menikah lebih banyak di banding yang berstatus belum menikah, dan
yang lama hari haidnya lebih pendek lebih banyak di banding yang lama hari
haidnya panjang. Hal ini kemungkinan di sebabkan karena adanya pemakaian alat
kontrasepsi di sebagian besar responden. Menurut Permana (2010) penggunaan
kontrasepsi tertentu dapat mengurangi gejala dysmenorrhea, akan tetapi
mengakibatkan masa haid yang lebih pendek dan perdarahan yang lebih sedikit.
2.2 Karakteristik gejala dysmenorrrhea dan aktivitas kerja perawat di RSUD Langsa.
Pada penelitian ini hasil yang di dapatkan menunjukkan bahwa karakteristik
dysmenorrhea yang dialami responden kebanyakan berada pada tingkatan yang
mengungkapakan bahwa dysmenorrhea yang terbanyak di alami wanita adalah
jenis ringan dan sedang.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengalami gangguan pada aktivitas kerjanya, namun hanya sedikit sekali yang
sangat terganggu, hal ini disebabkan karena disebabkan dysmenorrhea yang
diderita sebagian kecil reponden tadi adalah dysmenorrhea primer. Menurut
Smeltzer (2005) pada wanita yang mengalami dysmennorrhea primer dapat terjadi
nyeri yang sangat menganggu (sangat nyeri), biasanya terjadi pada saat menorche
atau periode haid berikutnya.
2.3. Analisa hubungan karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat.
Hasil analisa penelitian didapatkan hubungan antara kedua variabel bernilai
positif hal ini menunjukkan hubungan searah yaitu semakin berat gejala
dysmenorrhea maka aktivitas kerja perawat semakin terganggu, walaupun derajat
lemah dan tidak bermakna. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa karakteristik
gejala dysmenorrhea tidak ada hubungannya dengan aktivitas kerja perawat
wanita, namun hampir keseluruhan responden dalam penelitian ini mengalami
gangguan aktivitas kerja karena dysmenorrhea yang dialami.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Okaparasta
(2003) bahwa dysmenorrhea ringan dan walaupun berlangsung beberapa saat dan
tidak memerlukan obat untuk menghilangkan nyeri, wanita yang mengalaminya
memerlukan waktu untuk istirahat. Apa lagi jika dialami dysmenorrhea sedang
dan memerlukan istirahat sedemikian lama serta meninggalkan aktivitasnya
seri-hari.
Kebanyakan wanita akan mengalami gangguan beraktivitas karena adanya
dysmenorrhea. Walaupun pada umumnya dismenorrhea tidak berbahaya namun
dysmenorrhea bukanlah suatu hal yang bisa di abaikan begitu saja. Secara
fisiologis dismenorrhea dapat menyebabkan/menimbulkan gangguan pada wanita.
Menurut Liewellyn (2001) ada empat penyebab yang mangakibatkan
dysmenorrhea dapat sangat mengganggu aktivitas yaitu: faktor kejiwaan,
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di ambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.1 Terdapat hanya beberapa orang perawat saja yang mengalami dysmenorrhea
berat sementara sebagian besar yang lain hanya mengalami dysmenorrhea
ringan dan sedang.
1.2 Perawat yang mengalami gangguan aktivitas kerja akibat dysmenorrhea
hanya sebagian kecil tetapi tetap saja seluruhnya mengalami gangguan akibat
dysmenorrhea.
1.3 Hasil analisa statistik uji korelasi Spearman menunjukan Tidak terdapat
hubungan signifikan antara karakteristik gejala dysmenorrhea yang dialami
dengan aktivitas kerja perawat wanita. Dengan demikian hipotesa Ha: ada
hubungan karakteristik gejala dysmenorrhea dengan aktivitas kerja perawat
wanita ditolak.
2. Saran
2.1 Praktek keperawatan di RSUD Langsa
Hasil penelitian menunjukkan karakter gejala dysmenorrhea perawat
bervariasi dapat mempengaruhi aktivitas kerja dari tingkat yang terganggu sampai
dengan yang sangat terganggu aktivitas perawat di RSUD Langsa dan sebaiknya
perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk mengatasi dysmenorrhea
sehingga mempunyai koping yang lebih baik.
2.2 Penelitian Keperawatan
Penelitian ini hanya mewakili popolasi perawat wanita di RSUD Langsa.
Perlu dilakukan penelitian yang mencakup populasi perawat wanita yang lebih
bayak cakupannya sehingga dapat digeneralisasikan. Metode pengambilan sampel
yang digunakan convinent sampling. Sebaiknya penelitian yang dilakukan
berikutnya perlu menggunakan metode sampling yang lebih mewakili populasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, Aziz. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medica.
Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Andrews, Gilly (2010). Sistem Reproduksi Manusia. Jakarta: EGC.
Bobak, (2005). Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC.
Everett, Suzanne. (2007). Buku Saku Kontrasepsi Dan Kesehatan Seksual
Reproduktif. Jakarta: EGC
Llewellyn-Jones, Derek. (2001). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:Arcan
Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2007). Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medica.
Okaparasta, A. (2003). Dismenore, Part 1. diambil tanggal 2 Maret 2010 dari
Permana, D. (2010). Info Seputar Nyeri Haid. diambil tanggal 2 Maret 2010 dari
Polit and Hungler. (1995). Nursing Research: principles and Methods, Philadelphia: Lippincott
Prakoso, B. (2008). Atasi Nyeri Haid Dengan Herbal Alami. diambil tanggal 2
Maret 2010 dar
Prawihardjo, S
.
(1999).
Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.Price, Silvia A. (2001). Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta: EGC
Smetzer, Suzanne C. (2000). Buku Ajar Keperwatan Medical-Bedah Brunner Dan
Sudarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Varney, H; Kriebs, M,J; Gegor, L,C. (2004). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Vol, Ed.4, Jakarta: EGC.
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Hubungannya Dengan Aktivitas Perawat
Wanita Di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan. Peneltian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik dismenorrhea
dan hubungannya dengan aktifitas perawat wanita.
Saya mengharapkan partisipasi anda yang menjadi responden dalam
penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Jawaban
anda akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan
ilmu keperawatan. Anda dapat memilih untuk menghentikan atau menolak
partisipasi dalam penelitian ini kapanpun tanpa ada tekanan.
Jika anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, tolong perhatikan
petunjuk pengisian kuesioner dalam pertanyaan yang ada, terima kasih atas
perhatian dan partisipasi yang anda pilih. Jika ada pertanyaan silahkan anda
menghubungi peneliti di nomor : 081362130995
Medan, April 2010
Responden
Lampiran 2
JADWAL PENELITIAN
No AKTIVITAS PENELITIAN JANUARI 2010 1 Mengajukan judul penelitian dan
penyusunan BAB 1 2 Menyusun BAB 2 3 Menyusun BAB 3 4 Menyusun BAB 4
5 Menyerahkan proposal penelitian
6 Sidang proposal penelitian 7 Revisi proposal penelitian 8 Pengumpulan data responden 9 Analisa data
10 Penyusunan laporan/skripsi 11 Pengajuan sidang skripsi 12 Ujian sidang skripsi 13 Revisi skripsi 14 Mengumpulkan skripsi
No AKTIVITAS 1 Mengajukan judul
penelitian dan penyusunan BAB 1
2 Menyusun BAB 2 3 Menyusun BAB 3 4 Menyusun BAB 4 5 Menyerahkan proposal
penelitian
6 Sidang proposal penelitian
7 Revisi proposal penelitian
8 Pengumpulan data responden
9 Analisa data 10 Penyusunan laporan/skripsi
11 Pengajuan sidang skripsi
Lampiran 3
Rencana Anggaran Biaya Penelitian
1. Persiapan Proposal
• Biaya tinta dan kertas print proposal Rp. 100.000,-
• Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50. 000,-
• Biaya pembelian buku Rp. 200. 000,-
• Biaya internet Rp. 50. 000,-
• Perbanyak proposal Rp. 100. 000,-
• Konsumsi Rp. 50. 000,-
2. Pengumpulan Data
• Izin penelitian Rp. 50. 000,-
• Transportasi Rp. 200. 000,-
• Penggandaan kuesioner Rp. 50. 000,-
3. Analisa Data Dan Penyusunan Laporan Perbaikan
• Biaya kertas dan tinta print Rp. 300. 000,-
• Penjilidan Rp. 50. 000,-
• Penggandaan laporan penelitian Rp. 200. 000,-
Lampiran 4
KUESIONER PENGUKURAN
KARAKTERISTIK GEJALA DYSMENORRHEA DAN AKTIVITAS KERJA PERAWAT WANITA
Bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian kuesioner sebelum menjawabnya:
2. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian :
• Bagian A yang berkaitan dengan data demografi yang terdiri dari 8 peryataan, dengan mengisi titik-titik dan pengisian pilihan.
• Bagian B berkaitan dengan karakteristik gejala dysmenorrhea yang terdiri dari 4 peryataan dalam bentuk pilihan jawaban
• Bagian C yang berkaitan dengan aktivitas kerja perawat wanita yang terdiri dari 15 pernyataan dalam bentuk skala likert dengan pilihan tidak dilakukan, kadang-kadang, sering, dan sangat sering.
3. Menjawab setiap peryataan yang tersedia di bawah ini dengan memberikan tanda cheklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang disediakan. 4. Semua peryataan harus dijawab sesuai dengan keadaan anda.
5. Bila ada yang kurang dimengerti, dapat ditanyakan kepada peneliti
A. DATA DEMOGRAFI
1. Kode (diisi oleh peneliti) : 7. Usia menarche (pertama kali menstruasi) : …. Tahun …..Bulan
B. KOESIONER KARAKTERISTIK GEJALA DYSMENORRHEA
Petunjuk pengisian
- Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang sudah ada berdasarkan dengan keadaan Anda saat dysmenorrhea.
1. Nyeri yang dirasakan a. tidak menyebar
b. menyebar ke perut bawah c. menyebar ke bagian pinggang
2. Gejala yang menyertai (jawaban boleh lebih dari 1): a. tidak ada gejala lain hanya nyeri
b. pusing/sakit kepala c. mual, muntah/ diare
3. Dampak dari nyeri yang dirasakan: a. tidak ada
b. kadang-kadang mengganggu aktivitas c. sangat mengganggu aktivitas
4. Penatalaksanaan/terapi untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan (jawaban boleh lebih dari 1)
C. KUESIONER AKTIVITAS KERJA PERAWAT WANITA
- Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang sudah ada berdasarkan dengan keadaan Anda saat dysmenorrhea.
- Keterangan:
1 Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan kebutuhannya saat mengalami dysmenorrhea
2 Mendengarkan dan memperhatikan keluhan pasien saat mengalami
dysmenorrhea
3 Menjelaskan kebutuhan pasien agar dapat membuat keputusan terhadap tindakan yang dipilihnya saat mengalami dysmenorrhea 4 Membela dan melindungi pasien untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang seharusnya saat mengalami dysmenorrhea 5 Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien agar memahami
kondisi penyakitnya saat mengalami dysmenorrhea
6 Menjelaskan kepada pasien tentang terapi pengobatan yang akan dijalaninya saat mengalami dysmenorrhea
7 Mengajarkan kepada pasien tentang tata cara/tindakan perawataan /pengobatan penyakitnya saat mengalami dysmenorrhea
8 Bekerjasama dengan anggota tim pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien saat mengalami dysmenorrhea 9 Menjaga privasi pasien saat mengalami dysmenorrhea 10 Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (infont consent) saat mengalami dysmenorrhea 11 Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien agar memahami
kondisi penyakitnya saat mengalami dysmenorrhea
12 Menjelaskan kepada pasien tentang terapi pengobatan yang akan dijalaninya saat mengalami dysmenorrhea
13 Mengajarkan kepada pasien tentang tata cara/tindakan perawatan /pengobatan penyakitnya saat mengalami dysmenorrhea
14 Menjelaskan tentang manfaat dan efek samping terapi pengobatan yang didapat oleh pasien saat mengalami dysmenorrhea
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Noor Azizah Aldani
Tempat/Tanggal Lahir : Langsa/ 23 Agustus 1974
Agama : Islam
Alamat : Jl. Medan Banda Aceh Kp. Baroh, Dsn Persatuan
Langsa Lama-Langsa Kota
Riwayat pendidikan : 1. 1980 – 1986 : SD Negeri Kampung Baru Langsa
2. 1986 – 1989 : SMP Negeri 5 Langsa
3. 1989 – 1992 : SMA Negeri 1 Langsa
4. 1992 – 1996 : D3 keperawatan Deli
Husada-Delitua medan
Data Karakteristik Demografi Responden
FREQUENCIES VARIABLES=usia agama suku pndidikn sts_perkwnan usia_menarche lma_pndrhan /STATISTICS=STDDEV MEAN
/ORDER=ANALYSIS.
Statistics
usia agama suku pndidikn sts_perkwnan usia_menarche lma_pndrhan
N Valid 36 36 36 36 36 36 36
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1.94 1.00 1.67 2.00 1.25 1.36 1.31
Std. Deviation 1.013 .000 .894 .239 .439 .487 .467
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 22-27 tahun 15 41.7 41.7 41.7
28-33 tahun 12 33.3 33.3 75.0
34-39 tahun 5 13.9 13.9 88.9
40-45 tahun 4 11.1 11.1 100.0
Total 36 100.0 100.0
Agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid islam 36 100.0 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid aceh 22 61.1 61.1 61.1
batak 4 11.1 11.1 72.2
jawa 10 27.8 27.8 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 5-7 hari 25 69.4 69.4 69.4
8-10 hari 11 30.6 30.6 100.0
Data Karakteristik Gejala Dysmenorrhea dan Aktivitas Kerja Perawat [DataSet1] C:\Documents and Settings\acer\My
Documents\datamodifikasi.sav
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Analisa Data dengan Uji Spearman
Nonparametric Correlations
[DataSet1] C:\Documents and Settings\acer\My Documents\datamodifikasi.sav
Correlations
Karakteristik
gejala
dysmenorrhea
Aktivitas kerja
perawat
Spearman's rho Karaktristik
Gejala
dysmenorrhea
Correlation Coefficient 1.000 .136
Sig. (2-tailed) . .430
N 36 36
Aktvitas kerja
perawat
Correlation Coefficient .136 1.000
Sig. (2-tailed) .430 .
Hasil uji reliabilitas instrumen
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA.
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items