STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN
USAHATANI UBI KAYU
(Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang )
SKRIPSI
OLEH :
ARISA VINIASARI LUBIS
080304032
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN
USAHATANI UBI KAYU
(Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang )
SKRIPSI
OLEH:
ARISA VINIASARI LUBIS
080304032
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh:
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
Ketua Komisi Pembimbing
(Ir. Iskandarini, Ph. D) NIP : 196405051994032002
Anggota Komisi Pembimbing
ABSTRAK
Arisa Viniasari Lubis (080304032) dengan judul skripsi “Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan Ibu Ir. Iskandarini, Ph.D sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai anggota pembimbing.
Deli Serdang merupakan salah satu sentra penghasil ubi kayu. Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung. Tujuan dari penelitian adalah : Untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu, mengidentifikasi faktor internal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu, mengidentifikasi faktor eksternal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu dan menetukan strategi peningkatan usahatani ubi kayu. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu. Metode analisis untuk menganalisis pendapatan usahatani digunakan analisis pendapatan, analisis deskriptif untuk melihat faktor internal dan eksternal dalam peningkatan pendapatan usahatani di daerah penelitian dan analisis SWOT untuk mengidentifikasi strategi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : Besar pendapatan usahatani ubi kayu rata-rata adalah Rp.27.665.125,- per sekali musim tanam. Faktor Internal yang ada pada peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah motivasi petani, pengalaman petani, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, lahan yang sesuai, pemasaran mudah, kurang modal, penggunan pupuk tidak maksimal, biaya tenaga kerja mahal, lahan sempit, tingkat adopsi teknologi. Faktor eksternal yang ada pada peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah akses kredit, tersedia bibit dan pupuk, nilai ekonomis ubi kayu, lahan kososng, kebutuhan konsumen, musim penghujan,naik harga input, kelangkaan tenaga kerja luar keluarga, serangan hama penyakit, harga jual ubi kayu rendah. Strategi peningkatan pendapatan usahatani yang sesuai adalah strategi WO yaitu dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
RIWAYAT HIDUP
Arisa Viniasari Lubis lahir di Kota Medan pada tanggal 04 September 1990, putri dari Bapak H.Noviar Alamsyah Lubis, SE dan Ibu Hj.Kurnia Sari. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
− Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar Negeri 020267 Binjai, tamat tahun 2002.
− Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Binjai, tamat tahun 2005.
− Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Binjai, tamat tahun 2008.
− Tahun 2008 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Adapun judul skripsi ini adalah “Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna menyelesaikan strata satu di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak
membimbing dalam penulisan skripsi ini, yaitu ibu
Ir. Iskandarini, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS selaku Ketua Depertemen Agribisnis FP USU
2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis M.Ec, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.
3. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis FP USU yang selama ini telah mengajari dan membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
Segala hormat dan terima kasih khusus saya ucapkan kepada orang tua saya yang tercinta Ayahanda H.Noviar Alamsyah Lubis, SE dan Ibunda Hj.Kurnia Sari atas doa, dukungan, semangat, kesabaran, motivasi dan kasih sayang yang luar biasa kepada saya selama menjalani perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Saya juga berterima kasih kepada adik-adik saya yang terkasih Ary Firiansyah Lubis,Amd dan Vina Mayasari Lubis atas segala doa, motivasi, dukungan dan juga pertanyaan “kapan kakak wisuda ?“ yang diberikan kepada saya.
Terima kasih saya ucapkan kepada sahabat–sahabat saya tersayang Azmeilia Syahfitri Lubis S.Ked, Andriyani Pulungan Amd, Chairul Azmy Amd,
Eka Hidayanti Febrina Amd, Ira Arindhini Sitepu (calon SPsi), Suspita Irmaini Amd dan Almarhum Prada M.Hendra Gunawan atas semangat, motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan di Departemen Agribisnis stambuk 2008, khususnya Eva Amalia SP, Rika Febriani Ginting SP, Sri Ardianti Pratiwi Siregar SP yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 6
Tujuan Penelitian ... 6
Kegunaan Penelitian ... 7
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8
Tinjauan Aspek Agronomi Ubi Kayu ... 8
Tinjauan Aspek Ekonomis Ubi Kayu ... 9
Landasan Teori ... 10
Kerangka Pemikiran ... 18
METODE PENELITIAN ... 21
Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21
Metode Penentuan Sampel ... 21
Metode Pengumpulan Data ... 22
Metode Analisis Data ... 22
Defenisi Operasional ... 27
Batasan Operasional ... 28
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 29
Deskripsi Daerah Penelitian ... 29
Geografi dan Topografi ... 29
Demografi ... 30
Karakteristik Petani Sampel ... 33
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 36
Faktor Internal Pada Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 37
Faktor Eksternal Pada Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu.. ... 39
Strategi Peningkatan Pendapatan usahatani Ubi Kayu... 41
Tahap Perhitungan Skor dan Analisis Data ... 42
Tahap Strategi Pengembangan ... 47
KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
Kesimpulan ... 50
Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Produksi Tanaman Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2011 ... 5 2. Matriks Analisis SWOT ... 18 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Dusun di Desa Lau
Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2012 ... 30 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Lau
Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2012 ... 31 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Lau
Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2012... 32 6. Sarana dan Prasarana di Desa Lau Bekeri Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 33 7. Umur petani sampel di Desa Lau Bekeri Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 34 8. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Lau Bekeri
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2012... 35 9. Analisis Usahatani Ubi Kayu per Petani ... 36 10. Gabungan Matrik Faktor Strategi Internal-Eksternal
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1. Karakteristik Petani di Daerah Penelitian 2. Biaya Bibit Ubi Kayu Per Petani
ABSTRAK
Arisa Viniasari Lubis (080304032) dengan judul skripsi “Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan Ibu Ir. Iskandarini, Ph.D sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai anggota pembimbing.
Deli Serdang merupakan salah satu sentra penghasil ubi kayu. Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung. Tujuan dari penelitian adalah : Untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu, mengidentifikasi faktor internal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu, mengidentifikasi faktor eksternal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu dan menetukan strategi peningkatan usahatani ubi kayu. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu. Metode analisis untuk menganalisis pendapatan usahatani digunakan analisis pendapatan, analisis deskriptif untuk melihat faktor internal dan eksternal dalam peningkatan pendapatan usahatani di daerah penelitian dan analisis SWOT untuk mengidentifikasi strategi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : Besar pendapatan usahatani ubi kayu rata-rata adalah Rp.27.665.125,- per sekali musim tanam. Faktor Internal yang ada pada peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah motivasi petani, pengalaman petani, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, lahan yang sesuai, pemasaran mudah, kurang modal, penggunan pupuk tidak maksimal, biaya tenaga kerja mahal, lahan sempit, tingkat adopsi teknologi. Faktor eksternal yang ada pada peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah akses kredit, tersedia bibit dan pupuk, nilai ekonomis ubi kayu, lahan kososng, kebutuhan konsumen, musim penghujan,naik harga input, kelangkaan tenaga kerja luar keluarga, serangan hama penyakit, harga jual ubi kayu rendah. Strategi peningkatan pendapatan usahatani yang sesuai adalah strategi WO yaitu dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu jenis pangan yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani diseluruh Indonesia adalah ubi kayu. Ubi kayu merupakan tanaman penghasil karbohidrat terbanyak. Di Indonesia, ubi kayu menjadi makanan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Ubi kayu menjadi makanan alternatif pengganti makanan pokok ketika Indonesia kekurangan bahan pangan ( beras ). Pada tahun 1968 Indonesia menjadi negara penghasil ubi kayu terbesar ke-5 di dunia
(Jafar, 2003).
Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung, dengan kondisi daerah penelitian yang cocok dalam mengembangkan ubi kayu akan sangat mudah mendapatkan keuntungan, disamping itu ubi kayu memiliki biaya penanaman dan pemeliharaan yang lumayan rendah, semantara hasilnya atau produksinya sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani yang cukup tinggi (Nuryani,S dan Soedjono, 1994).
kayu relatif tidak berkembang. Seiring dengan itu pula pendapatan petani ubi kayu hampir tidak mengalami peningkatan, bahkan ikut menurun. Untuk meningkatkan kembali pamor ubi kayu sebagai alternatif sumber karbohidtrat perlu dibuat suatu strategi penyediaan karbohidrat di Indonesia bersumber dari ubi kayu.
Ubi kayu merupakan sayuran pokok penting karena kontribusinya yang tinggi sebagai sumber kalori bagi banyak orang. Biasanya produksi ubi kayu berasal dari pertanian dalam skala kecil yang kebanyakan memiliki lahan yang diolah seadanya. Dengan kata lain, kurangnya kepercayaan petani dalam mengembangkan ubi kayu. Sementara jika diolah dengan sungguh-sungguh dan dalam skala besar akan menambah kontribusi yang lebih besar bagi daerah tersebut dan cukup menguntungkan bagi petani ubi kayu (Sundari, 2010).
Kekurangan pangan akan menyebabkan kerawanan ekonomi bagi suatu negara, oleh karena itu ubi kayu penting untuk dikembangkan. Di beberapa daerah yang sulit diperoleh beras, ubi kayu digunakan sebagai bahan makanan cadangan sehingga masyarakat sebagai bahan makanan pokok.
tersebut adalah dengan menumbuhkan pola agribisnis di daerah-daerah sentra produksi. Di samping itu, untuk memacu penganekaragaman produk dan stabilitas harga (pasar) perlu ditumbuhkembangkan industri-industri pengolahan hasil yang berwawasan agroindustri berbahan baku ubi kayu (Rukmana, 1997).
Untuk meningkatkan produktivitas, maka strategi pemberdayaan petani menjadi penting, upaya yang digunakan untuk memenuhi strategi adalah dengan meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan, penyediaan bibit yang bermutu dan harga terjangkau oleh ekonomi petani sehingga perlu didukung oleh permodalan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Petani merupakan subjek utama yang menentukan kinerja produtivitas usahatani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usahataninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Produktivitas sumber daya usahatani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani dalam menggunankan teknologi yang didorong oleh aspek social dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas di suatu daerah (Yusdja,dkk, 2004)
ditinjau dari kebutuhan si pengusaha pertanian yang dijadikan tujuan dari usaha ialah untuk memperoleh keuntungan.
Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani harus mempertimbangkan harga jual produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya. Keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani akibat efektivitas dan efesiensi usahatani yang rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh diluar harapan yang dikhayalkan petani (Fadholi,1991).
Permasalahan dalam pengembangan komoditi ubikayu secara umum adalah penerapan teknologi belum optimal, penggunaan benih bermutu masih rendah, penggunaan pupuk berimbang dan organik masih rendah, kompetisi lahan dengan komoditi lainnya, harga kurang menarik dibandingkan komoditas lain, masih dianggap sebagai tanaman sela dalam sistem budidaya, pemasaran kurang terjamin, lemahnya akses petani terhadap sumber permodalan/pembiayaan usaha, dan kelembagaan dan kemitraan usaha belum berkembang
Tabel 1. Produksi Tanaman Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2011
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2012
Disamping itu sektor ini juga diharapkan sangat mendorong peningkatan pendapatan petani regional yang akhirnya meningkatkan pendapatan penduduk di daerah ini.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Bagaimana pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ?
2) Faktor internal apa yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ?
3) Faktor eksternal apa yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ?
4) Bagaimana strategi peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu didaerah penelitian ?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian . 2) Untuk mengidentifikasi faktor internal yang terdapat pada pendapatan
usahatani ubi kayu didaerah penelitian.
3) Untuk mengidentifikasi faktor eksternal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu didaerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1) Sebagai masukan bagi petani dan pihak-pihak yang berkepentingan. 2) Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan . 3) Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Aspek Agronomi Ubi Kayu
Ubi kayu atau Manihot esculenta Crantz, termasuk keluarga Eupharbiaceae adalah tanaman berkayu dan tumbuh tegak beruas dan berbuku-buku dengan tinggi antara 1-3 meter. Warna batang hijau muda dan setelah tua berubah menjadi putih kelabu atau hijau kelabu atau coklat. Daun tumbuh disepanjang batang dengan tangkai yang agak panjang. Daunnya mudah gugur dan yang berdaun biasanya hanya batang bagian atas dekat pucuk. Ubi kayu mulai dari umbi , batang dan daun umumnya mengandung racun asam biru (HCN). Kandungan asam biru tiap ubi kayu tidaak tetap. Umumnya kandungan asam biru akan meningkat apabila pertumbuhan pada musim kemarau yang panjang, dan bila saat bibitnya terbalik (Lingga, 1991).
Ubi kayu dapat berbuah jika di tanam di dataran tinggi. Bunganya berumah satu dan kematangan bunga betina dan jantan berbeda waktunya sehingga penyerbukan terjadi dengan peersilangan (Lingga, 1991).
2.2 Tinjauan Aspek Ekonomi Ubi Kayu
Saat ini Indonesia tergolong penghasil singkong yang punya peluang untuk dimanfaatkan sebagai salah satu komoditi ekspor untuk mengimbangi ekspor migas yang mulai merosot. Disadari sampai sejauh ini dunia perumbian Indonesia belum menggembirakan dan nyata sekali belum pernah ditangani serius. Sebaliknya Thailand, yang menduduki urutan ke empat sebagai penghasil ubi kayu dunia berhasil merajai pasaran di dunia termasuk ke Indonesia
(Lingga, 1991).
Ubi kayu merupakan tanaman serbaguna. Batang, daun dan umbinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai industri. Batang ubikayu dapat dimanfaatkan untuk bibit, papan partikel, kerajinan, briket dan arang. Daunnya untuk makanan, farmasi dan industri pakan ternak (Soekartawi, 2000).
Pemanfaatan ubi kayu dikelompokkam menjadi dua kelompok, yaitu sebagai bahan baku tapioka (tepung tapioka atau gaplek) dan sebagai pangan langsung. Tepung tapioca dengan kadar amylase yang rendah tapi berkadar amyloopectine yang tinggi ternyata merupakan sifat yang khusus dari singkong yang tidak dimiliki oleh jeis tepung lainnya, sehigga tepung tapioca mempunyai kegunaan yg lebih luas (Rismayani, 2007).
2.3 Landasan Teori
Pendapatan
Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi (Boediono, 1992). Pendapatan juga merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya per bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu standart kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan dapat diperoleh seseorang dari mata pencaharian utama dengan atau tanpa mata pencaharian lain. Dengan demikian seseorang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Faktor pendapatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan terdiri dari faktor produksi (input) dan jumlah produksi (output). Faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal yaitu ketersediaan dan harga. Apabila ketersediaan input dipasaran langka maka akan mempengaruhi produktivitas. Demikian pula dengan harga yang tinggi akan menentukan besar atau kecilnya biaya dan pendapatan dari usahatani. Jumlah produksi (output) terdiri dari permintaan dan harga. Jika permintaan akan produksi tinggi maka harga di tingkat petani tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Sebaliknya, jika petani telah berhasil meningkatkan produksi, tetapi harga turun maka pendapatan petani akan turun pula. Oleh karena itu faktor produksi (input) dan jumlah produksi (output) akan berpengaruh terhadap biaya dan pendapatan usahatani (Suratiyah, 2009).
Analisis SWOT
Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan perumbian Indonesia ke depan digunakan analisis SWOT. Identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci menjadi bahan acuan dalam menetapkan strategi dan kebijakan penanganan perumbian.
Analisis SWOT adalah analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Strength, Weakness, Opportunities dan Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis. Analisis ini digunakan untuk menemukan faktor intenal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada suatu organisasi. Dari hasil analisis akan ditemukan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, selanjutnya perusahaan tersebut dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada. Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan untuk memperkecil atau mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang ada (Anonimus, 2012).
tergantung pada kriteria yang digunakan. Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu:
1. Tahap pengumpulan data 2. Tahap analisis
3. Tahap pengambilan keputusan
Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:
− Matriks faktor strategi eksternal
− Matriks faktor strategi internal (Soepeno, 1997).
Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model yaitu:
a. Matrik Faktor Strategi Internal
Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.
− Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).
− Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.
− Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.
− Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.
Hasil identifkasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian di perbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.
b. Matrik Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.
− Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).
− Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif.
− Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.
− Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.
Hasil identifkasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi eksternal (EFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian di perbandingkan antara total skor peluang dan ancaman.
c. Matriks Posisi
Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:
a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.
b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:
− Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.
Y(+)
Kuadran III Kuadran I
Strategi Turn-around Strategi agresif
X(-) X(+)
Kuadran IV Kuadran II
Strategi Defensif Strategi Diversifikasi
Y(-)
Gambar 1. Matriks Posisi SWOT
Kuadran I
− Merupakan posisi yang menguntungkan.
− Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal.
− Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II
− Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya.
− Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
Kuadran III
− Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.
Kuadran IV
− Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.
− Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.
− Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi. (Situmorang dan Dilham, 2007).
Matrik SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu:
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Matriks analisis SWOT dapat dilihat pada tabel matriks di bawah ini :
Tabel .2 Matriks Analisis SWOT
Sumber : Rangkuti, 2008.
2.4 Kerangka Pemikiran
Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung, dengan kondisi daerah penelitian yang cocok dalam mengembangkan ubi kayu akan sangat mudah mendapatkan keuntungan, disamping itu ubi kayu memiliki biaya penanaman dan pemeliharaan yang lumayan rendah, semantara hasilnya atau produksinya sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani yang cukup tinggi.
Pendapatan petani akan meningkat apabila pasar dapat memberikan harga yang tinggi kepada petani, namun akan menurun apabila pasar memberikan harga yang rendah. Untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan peningkatan produktivitas sehingga produksi meningkat sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani.
Keterangan :
: Ada Hubungan
: Ada Pengaruh
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Petani Ubi Kayu
Usahatani Ubi Kayu
Pendapatan Petani
Internal Eksternal
(S) Kelemahan
(W) Kekuatan
(O) Peluang
(T) Ancaman
Strategi Peningkatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Desa Lau Bekeri , Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh petani ubi kayu yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan wawancara terhadap kepala desa, populasi petani yang mengusahakan ubi kayu di desa tesebut ± 70 petani. Sampel diambil dengan menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu sebanyak 40 petani, dengan rumus slovin sebagai berikut :
n = �
1+��2
Dimana :
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
Jadi :
n = ��
�+ �� (�,��)�
n = �� �+�,�
n = 40 petani
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani ubi kayu dengan metode wawancara dan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai lembaga, instansi dan dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan kantor camat kecamatan Kutalimbaru.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk mengidentifikasi masalah 1 mengenai besar pendapatan petani ubi kayu digunakan rumus :
I = TR – TC
Dimana :
I = Income (rp)
TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp)
Untuk mengidentifikasi masalah 2 dan 3 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah proses mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode, mengkategorikan, mengartikan, dan menginterpretasikan/menafsirkan data dan informasi kualitatif dan kuantitatif tanpa ada hitung-hitungannya. Proses ini berusaha mendeskripsikan, menggambarkan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat.
Tabel 3.4.1 Matriks Analisis SWOT
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor
kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 faktor
peluang eksternal
Tentukan 5-10 faktor ancaman Eksternal
Rating Kategori Faktor internal Faktor Eksternal
4 Sangat Baik Kekuatan Peluang
3 Baik Kekuatan Peluang
2 Cukup Baik Kekuatan Peluang
1 Tidak Baik Kekuatan Peluang
-4 Sangat Baik Kelemahan Ancaman
-3 Baik Kelemahan Ancaman
-2 Cukup Baik Kelemahan Ancaman
-1 Tidak Baik Kelemahan Ancaman
Total skor
Faktor Strategi
Faktor Strategi
internal/eksternal
Rating Bobot Skoring
(Rating x Bobot)
Kekuatan/Peluang: 1.
2. 3. 4. 5.
Total Bobot kekuatan/peluang 100
Kelemahan/Ancaman: 1.
2. 3. 4. 5.
Total bobot kelemahan/ancaman 100
Selisih Kekuatan-Kelemahan/ Peluang-Ancaman
tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total 100 pada kolom 3. Secara matematis penentuan bobot dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
�����= �����������������
�����������
kemudian peringkatkan setiap faktor dari 4 (sangat baik) sampai 1 (tidak baik) dalam kolom 3 berdasarkan respon petani terhadap faktor itu. Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
Definisi Operasional
1) Petani ubi kayu adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani ubi kayu pada sebidang tanah atau lahan
2) Pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan dari usahatani tanaman ubi kayu dengan total biaya produksi usahatani tanaman ubi kayu
3) Strategi peningkatan pendapatan adalah hal-hal yang digunakan untuk meningkatkan pendapatan petani ubi kayu.
7) Threats adalah berbagai ancaman yang muncul terhadap petani ubi kayu.
Batasan Operasional
1) Daerah penelitian adalah Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
2) Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman ubi kayu di Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
3) Waktu Penelitian adalah tahun 2013.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Geografi dan Topografi
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lau Bekeri, ditinjau dari letak geografisnya, Desa Lau Bekeri termasuk didalam wilayah Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 730 Ha, dimana berupa 8% daratan yang bertofografi berbukit, 22% berupa daratan yang bertofografi curam dengan kemiringan 5º- 45º, dan 70% daratan dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan perkebunan. Desa Lau Bekeri memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Silebo lebo dan Desa Gunung Tinggi Sebelah Timur : Sungai Tuntungan dan Desa Sukarende Sebelah Selatan : Desa Sampe Cita
Sebelah Barat : Sungai Mencirim
4.1.2 Demografi
a. Kependudukan
Desa Lau Bekeri memiliki penduduk yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, mayoritas dari penduduk Desa Lau Bekeri adalah suku karo. Desa Lau Bekeri mempunyai jumlah penduduk 4.605 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.106 jiwa, perempuan sebanyak 2.499 jiwa dan 1.098 kepala keluarga, yang terbagi dalam 10 wilayah dusun, seperti berikut :
Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Dusun di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Nama Dusun Jumlah Penduduk
Dusun I 383 orang
Dusun I-A 285 orang
Dusun II 1.570 orang
Dusun II-A 1.144 orang
Dusun III 91 orang
Dusun IV 163 orang
Dusun V 448 orang
Dusun VI 227 orang
Dusun VII 99 orang
Dusun VIII 124 orang
Sumber : Data Demografi Desa Lau Bekeri, 2012
b. Pekerjaan
Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Pekerjaaan Jumlah Persentase
Petani 603 orang 55 %
PNS 110 orang 10 %
Buruh 165 orang 15 %
Pedagang 220 orang 20 %
Sumber : Data Demografi Desa Lau Bekeri, 2012
Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahnwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa lau Bekeri yang paling banyak ialah sebagai petani yaitu 603 orang dengan persentase 58,26 % dan mata pencarian terendah ialah sebagai PNS yaitu 110 orang dengan persentase 10 %
c. Pendidikan
Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Pendidikan Jumlah Persentase
Pra sekolah 447 orang 18,7%
SD 954 orang 40 %
SLTP 575 orang 24 %
SLTA 307 orang 13 %
Sarjana 72 orang 3 %
Pasca Sarjana 31 orang 1,3 %
Sumber : Data Demografi Desa Lau Bekeri, 2012
Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan penduduk yang paling banyak adalah SD yaitu sebanyak 954 orang dengan persentase 40 % dan yang paling sedikit ialah pasca sarjana yaitu 31 orang dengan persentase 1,3 %
d. Sarana dan Prasarana
Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Sarana / Prasarana Jumlah
Balai Desa 7
Kantor Desa 1
Puskesmas Pembantu 1
Mesjid 5
Gereja 17
Pos Kamling 10
Taman Kanak-kanak 6
Pos Polisi 1
SD negeri 2
Tempat Pemakaman Umum 2
MCK 1
Sungai 6
Jalan Produksi 1
Jalan Usahatani 1
Jalan Tanah 2
Jalan Koral 3
Jalan Aspal Penetrasi 2
Sumur Bor 1
Sumber Air Mata 10
Sumber : Data Demografi Desa Lau Bekeri, 2012
4.2 Karakteristik Petani Sampel
kerja usahatani ubi kayu, produktivitas ubi kayu, dan jumlah anggota keluarga dan tanggungan petani yang diuraikan berikut ini.
4.2.1 Umur petani
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan fisik.
Hasil penelitian menunjukkan 34-50 tahun dengan rata-rata 41,3 tahun. Jumlah petani sampel yang berumur dibawah 41,62 adalah sebesar 52,5 %, yaitu sebanyak 21 orang, dan yang berumur diatas 41,3 tahun adalah sebesar 47,5 %, yaitu sebanyak 19 orang. Komposisi petani sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Umur petani sampel di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
30-35 5 12,5 %
36-40 12 30 %
41-45 12 30 %
45-50 11 27,5 %
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.4 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur 36-40 tahun dan 41-45 tahun dengan persentase sebesar 30 %. Artinya petani sampel di daerah penelitian berada pada usia yang produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.
4.2.2 Pendidikan Petani
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Berikut ini tabel tingkat pendidikan petani sampel :
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Pendidikan Jumlah Persentase
SD 19 47,5%
SLTP 14 35%
SLTA 6 15 %
Sarjana 1 2,5 %
Jumlah 40 100
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Pendapatan Usahatani Ubi Kayu
Berdasarkan keadaan di daerah penelitian diperoleh rataan produksi ubi kayu sebesar 29.075 kg dengan rataan luas lahan sebesar 0,607 ha. Maka diperoleh produktivitas ubi kayu didaerah penelitian sebesar 47,9 kg/ha.
Berdasarkan hasil analisis sederhana yang dilakukan untuk pengelolaan ubi kayu, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Analisis Usahatani Ubi Kayu per Petani
No Uraian Jumlah
I Produksi (Kg) 29.075
II Harga Jual (Rp) 1.100
III Penerimaan (Rp) 31.982.500
IV Biaya Produksi (Rp)
a. Bibit 2.132.500
b. Pupuk 1.026.875
c. Pestisida 604.500
d. Tenaga Kerja 518.750
V Pendapatan Usahatani Ubi kayu (Rp) 27.665.125 Sumber : Data diolah dari lampiran 6, 7 dan 8
menunjukkan bahwa keuntungan petani cukup tinggi dalam satu periode musim tanam.
5.2Faktor Internal Pada Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu
Berdasarkan penelitian ke lapangan terdapat beberapa faktor internal yang telah diidentifikasi dalam menyusun strategi peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu yaitu :
a. Beberapa kekuatan yang ada pada usahatani ubi kayu di daerah
penelitian
1) Motivasi petani
Motivasi yang dimiliki petani dalam berusahatani ubi kayu tergolong baik, bahwa ada keinginan yang besar dari petani untuk meningkatkan pendapatan usahataninya.
2) Pengalaman petani
Hampir setiap petani didaerah memiliki pengalaman dalam usahatani ubi kayu. Dimana petani yang memiliki pengalaman yang memadai lebih baik dalam mengelola usahataninya dibanding petani yang kurang pengalaman. Dari hasil penelitian pengalaman petani tergolong baik.
3) Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga
4) Lahan yang sesuai untuk bertanam ubi kayu
Di daerah penelitian memiliki lahan yang sesuai untuk bertanam ubi kayu,dimana dapat dilihat dari banyaknya warga di daerah penelitian yang berusahatani ubi kayu,baik sebagai tanaman utama maupun selingan. Dari hasil penelitian tergolong baik.
5) Pemasaran yang mudah
Ada agen yang langsung datang ke lokasi usahatani untuk membeli hasil panen petani. Dari hasil penelitian pemasaran di daerah tersebut tergolong baik.
b. Beberapa kelemahan yang ada pada usahatani ubi kayu di daerah
penelitian
1) Kekurangan modal
Kekurangan modal sudah pasti menjadi kelemahan petani, karena petani tidak sanggup untuk membeli sarana produksi yang berkualitas misalnya bibit dan pupuk.Dari hasil penelitian tergolong baik.
2) Penggunaan pupuk yang kurang maksimal
Dari hasil penelitian banyak petani yang menggunakan pupuk tidak sesuai dosisnyaatau kurang maksimal bahkan tidak menggunakan pupuk sama sekali, sehingga menyebabkan produksi menjadi rendah.Dari hasil penelitian tergolong baik.
3) Biaya tenaga kerja yang mahal
tenaga kerja dari mulai penanaman hingga panen.Dari hasil penelitian tergolong baik.
4) Luas lahan yang sempit
Petani di daerah penelitian rata-rata memiliki lahan dibawah 1 hektar. Hal ini menyebabkan produksi ubi kayu masih rendah bila dibandingkan daerah lain sehingga mempengaruhi pendapatan petani tersebut.Dari hasil penelitian tergolong baik.
5) Tingkat adopsi teknologi
Kemajuan teknologi seharusnya dapat menjadi peluang bagi petani untuk memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan usahataninya untuk meningkatkan pendapatan,tetapi rata-rata petani di daerah penelitian tidak menggunakan teknologi untuk usahataninya.Dari hasil penelitian tergolong baik.
5.3 Faktor eksternal Pada Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu
Berdasarkan penelitian ke lapangan terdapat beberapa faktor internal yang telah
diidentifikasi dalam menyusun strategi peningkatan pendapatan usahatani ubi
kayu yaitu :
a. Beberapa peluang yang ada pada usahatani ubi kayu di daerah
penelitian
1) Adanya akses kredit
dapat menjadi peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatannya.Dari hasil penelitian tergolong baik.
2) Ketersediaan bibit dan pupuk
Kemudahan petani untuk mendapatkan bibit dan pupuk didaerah penelitian menjadi peluang petani untuk meningkatkan produksi dan pendapatannya.Dari hasil penelitian tergolong baik.
3) Nilai ekonomis dari ubi kayu
Dari hasil penanaman ubi kayu,tidak hanya buahnya saja yang dapat digunakan ,bahkan batang dan daunnya juga dapat dimanfatkan.Dari hasil penelitian tergolong baik.
4) Ketersediaan lahan kosong
Tersedianya lahan kosong dapat dimanfaatkan petani untuk memperluas usahataninya, dimana rata-rata petani didaerah penelitian memiliki lahan yang sempit.Dari hasil penelitian tergolong kurang baik.
5) Kebutuhan konsumen
Beragamnya olahan berbahan dasar ubi kayu, membuat kebutuhan kosumen ubi kayu juga meningkat sehingga dapat menjadi peluang bagi petani.Dari hasil penelitian tergolong baik.
c. Beberapa ancaman yang ada pada usahatani ubi kayu di daerah
penelitian
1) Musim penghujan
2) Kenaikan harga input
Naiknya harga input menjadi ancaman bagi petani dalam meningkatkan pendapatannya. Jika harga input naik maka biaya untuk memenuhi sarana produksi juga akan naik, kenaikan biaya akan menurunkan pendapatan yang diterima petani.Dari hasil penelitian tergolong kurang baik.
3) Kelangkaan tenaga kerja luar keluarga
Petani setempat mengalami kesulitan dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit. Setiap petani membutuhkan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan pemanenan.Dari hasil penelitian tergolong baik.
4) Serangan hama penyakit
Serangan hama penyakit akan menyebabkan produksi ubi kayu menjadi tidak maksimal. Produksi yang rendah akan menjadi penghalang bagi petani untuk meningkatkan pendaptannya.Dari hasil penelitian tergolong kurang baik. 5) Harga jual ubi kayu yang murah
Harga jual ubi kayu yang cenderung murah menjadi ancaman petani di daerah penelitian.Dari hasil penelitian tergolong kurang baik.
5.4 Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu
5.4.1 TahapPerhitungan Skor dan Analisis Data
Tabel 10. Gabungan Matrik Faktor Strategi Internal-Eksternal Usahatani Ubi Kayu
Faktor dan Elemen Strategi Internal dan Eksternal
Rating Bobot Skoring (Rating x Bobot)
Kekuatan:
• Motivasi petani dalam berusahatani ubi kayu
• Pengalaman petani dalam usahatani ubi kayu
• Ketersedian tenga kerja dalam keluarga
• Lahan yang sesuai untuk bertanam ubi kayu
• Pemasaran yang mudah
3
• Penggunaan pupuk yang tidak maksimal
• Biaya tenaga kerja mahal
• Luas lahan yang sempit
• Tingkat adopsi teknologi
-3
Selisih kekuatan-kelemahan -14
Peluang:
• Adanya akses kredit
• Ketersediaan bibit dan pupuk
• Nilai ekonomis ubi kayu
• Adanya lahan kosong
• Kebutuhan konsumen
• Kenaikan harga input
• Kelangkaan tenaga kerja luar keluarga
• Serangan hama penyakit
• Harga jual ubi kayu
Selisih peluang-ancaman 30
Setelah melakukan perhitungan bobot dari masing-masing faktor internal maupun eksternal kemudian dianalisis dengan menggunakan matrik posisi. Matrik ini digunakan untuk melihat posisi strategi peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian. Berdasarkan tabel diperoleh nilai X < 0 yaitu -14, dan nilai Y > 0 yaitu 30. Posisi titik kordinatnya dapat dilihat pada kordinat Cartesius berikut ini.
Y(+)
Kuadran III 30 Kuadran I
Strategi Turn-around Strategi agresif
X(-) -14 X(+)
Kuadran IV Kuadran II
Strategi Defensif Strategi Diversifikasi
Y(-)
Gambar 3. Matriks Posisi SWOT
Dari hasil hasil matriks internal-eksternal yang diperoleh dari nilai total skor pembobotan pada usaha peningkatan pendapatan petani ubi kayu oleh petani di daerah penelitian adalah untuk faktor internal, bernilai -14 yang artinya nilai ini merupakan selisih antara kekuatan dan kelemahan dimana kekuatan lebih kecil dibandingkan dengan kelemahan. Untuk faktor eksternal, bernilai 30 yang artinya
nilai ini merupakan selisih antara peluang dan ancaman dimana ternyata nilai peluang lebih besar daripada ancaman.
Tabel 11. Tahap Analisis Data
Matriks SWOT INTERNAL
EKSTERNAL
STRENGTHS (S) • Motivasi petani dalam
berusahatani ubi kayu
• Pengalaman petani dalam usahatani ubi kayu
• Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga
• Lahan yang sesuai untuk bertanam ubi kayu
• Pemasaran yang mudah
WEAKNESSES (W) • Kurang modal
• Penggunaan pupuk yang tidak maksimal
• Biaya tenaga kerja yang mahal • Adanya akses kredit
• Ketersediaan bibit dan pupuk
• Nilai ekonomis ubi kayu
• Adanya lahan kosong
• Kebutuhan konsumen
STRATEGI SO
1) Memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan pupuk dan bibit untuk memacu motivasi petani dalam meningkatkan produksinya
(S1, S4O2, O3)
2) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga yang ada dan memanfaatkan nilai ekonomis ubi kayu
(S3, O2, O3)
3) Memanfaatkan pemasaran yang mudah untuk memenuhi ekonomis ubi kayu untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
(W4, O3O4, O5)
4) Menanam bibit unggul dan memanfaatkan lahan kosong yang ada.
(W2, W4O2, O4)
THREATS (T) • Musim penghujan
• Kenaikan harga input
• Kelangkaan tenaga
1) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengatasi persoalan cuaca sehingga proses produksi dan pemasaran tepat waktu
(S3, S5T1, T3)
2) Meningkatkan produksi ubi kayu dengan penggunaan pupuk dengan dosis yang tepat. (S4, T2, T5)
3) Menggunakan pengalaman petani dalam perawatan tanaman ubi kayu agar ubi yang dihasilkan mempunyai harga
2) Membuat bibit unggul yang tahan terhadap penyakit dan hama.
(W2, W5T4)
Tahap Strategi Pengembangan
Yaitu tahap yang bertujuan untuk menyusun strategi yang telah digambarkan oleh matrik SWOT, sehingga strategi yang muncul dapat dijadikan acuan untuk dapat meningkatkan pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian. Adapun strategi yang dimaksud adalah:
Strategi SO
1) Memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan pupuk dan bibit untuk memacu motivasi petani dalam meningkatkan produksinya.
(S1, S4O2, O3)
2) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga yang ada dan memanfaatkan nilai ekonomis ubi kayu, dengan memanfaatkan nilai ekonomis dari ubi kayu petani dapat meningkatkan pendapatannya.
(S3, O2, O3)
3) Memanfaatkan pemasaran yang mudah untuk memenuhi kebutuhan kosumen. (S5, O5)
Strategi WO
1) Memanfaatkan akses kredit sebagai modal untuk biaya produksi,dengan adanya akses kredit diharapkan petani mendapatkan pinjaman modal untuk biaya produksi.
(W1, W2W3, O1)
2) Mengoptimalkan penggunaan pupuk dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi.
3) Peningkatan produksi melalui perluasan lahan dan memanfaatkan nilai ekonomis ubi kayu untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
(W4, O3O4, O5)
4) Menanam bibit unggul dan memanfaatkan lahan kosong yang ada. (W2, W4O2, O4)
Strategi ST
1) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengatasi persoalan cuaca sehingga proses produksi dan pemasaran tepat waktu
(S3, S5T1, T3)
2) Meningkatkan produksi ubi kayu dengan penggunaan pupuk dengan dosis yang tepat.
(S4, T2, T5)
3) Menggunakan pengalaman petani dalam perawatan tanaman ubi kayuagar ubi kayu yang dihasilkan mempunyai harga jual yg tinggi.
(S2, S4T4, T5)
Strategi WT
1) Menggiatkan kembali gapoktan dan memanfaatkan lembaga keuangan yang ada.
(W1, W4T1, T3, T5)
2) Membuat bibit unggul yang tahan terhadap penyakit dan hama. (W2, W5T4)
4) Memanfaatkan teknologi untuk memperluas usahatani dan mengatasi ancaman serangan hama.
(W4, W5T4)
Berdasarkan analisis strategi yang diatas, maka adapun program-program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani ubi kayu di daerah penelitian adalah:
1) Program Pemberian Modal Usaha
Program ini diperlukan untuk memberikan suntikan dana yang berupa pinjaman modal kepada petani. Petani setempat mengalami kesulitan modal untuk membeli input produksi terutama pupuk dan obat-obatan.
2) Program Pelatihan Pemanfaatan Nilai Ekonomis Ubi Kayu
Nilai ekonomis ubi kayu dapat dimanfaatkan petani dalam hal meningkatkan pendapatan, untuk itu perlu adanya program pelatihan ini agar petani memiliki pengetahuan yang luas tentang komoditi yang diusahakannya dan menyadari bahwa ada banyak kelebihan dari ubi kayu yang dapat dimanfaatkan.
3) Program Informasi Pasar
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Besar pendapatan usahatani ubi kayu per petani di daerah penelitian adalah rata-rata Rp.27.665.125,- per sekali musim tanam dengan jumlah rata-rata produksi 29.075 kg.
2. Faktor internal yang mempengaruhi pendapatan petani ubi kayu adalah motivasi petani, pengalaman petani, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, lahan yang sesuai untuk ditanami ubi kayu, pemasaran yang mudah, kurangnya modal, penggunaan pupuk yang tidak maksimal, biaya tenaga kerja yang mahal, luas lahan yang sempit, tingkat adopsi teknologi
3. Faktor eksternal yang mempengaruhi pendapatan petani ubi kayu adalah adanya akses kredit, ketersediaan bibit dan pupuk, nilai ekonomis ubi kayu, adanya lahan kosong, kebutuhan konsumen, musim penghujan, kenaikan harga input, kelangkaan tenaga kerja luar keluarga, serangan hama penyakit, harga jual ubi kayu yang murah.
6.2 Saran
1. Kepada pemerintah disarankan agar memberikan bantuan kepada para petani berupa modal dan jasa juga menciptakan suatu agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah penelitian,disamping membantu pendapatan petani ubi kayu.
2. Kepada petani sebaiknya dapat memaiksimalkan kekuatan yang dimilki agar dapat memanfaatkan peluang yang ada dan lebih terrmotivasi untuk mengusahakan ubi kayu karena produksinya yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi Edisi I Cetakan ke 5. BPFE. Jogjakarta.
Darjanto dan Murjati, 1980. Khasiat Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor : Yayasan Dewi Sri.
Fadholi Hernanto, 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta. Hernanto, F. 1993. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta . Jafar. M.H. 2003. Bisnis Ubi Kayu Indonesia. Cetakan Pertama.
PT Pustaka Sinar Harapan : Jakarta. Nuryani S dan Soedjono, 1994.
Popola TOS, Yangomodou OD. 2006. Extraction, properties and utilization potensial of cassava seed oil. Biotechnologi.
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Rismayani, 2007. Usaha Tani dan Pemasaran Hasil Pertanian. USU press, Medan.
Rukmana Rahmat. 1997. Ubi Kayu Budidaya dan Pascapanen. PT Kanisius : Yogyakarta.
Situmorang dan Dilham. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. USU-Press, Medan. Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta Soepono, B. 1997. Statistic Terapan: Dalam Penelitian Ilmu – Ilmu Sosial dan
Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta .
Suratiyah K. 2008. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya
Yusdja, Y dkk. 2004. Analisis Peluang Kesempatan Kerja dan Pendapatan Petani Melalui Pengelolaan Usahatani Bersama, Jurnal Agro Ekonomi. Vol 22 no.1-25. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Lampiran 1. Karakteristik Petani Ubi Kayu Di Desa Lau Bekeri Milik sendiri Sewa
Lampiran 2. Biaya Bibit Ubi Kayu Per Petani
No Luas Lahan Jenis Bibit Ubi Mentega (perpetani)
Jumlah (Batang) Harga (Rp/Batang) Total Biaya Bibit (Rupiah)
Lampiran 5. Biaya Tenaga Kerja Petani Ubi Kayu
No
Penanaman Pemupukan Penyemprotan Panen
Lampiran 8. Pendapatan Ubi Kayu Per Petani
1 33000000 4232000 28768000
2 33000000 5942000 27058000
3 66000000 8370000 57630000
4 33000000 4467500 28532500
5 33000000 5118000 27882000
6 33000000 4513000 28487000
7 16500000 2370000 14190000
8 25300000 3360000 21940000
9 14300000 2332500 11967500
10 27500000 3464500 24035500
11 66000000 8211500 57788500
12 99000000 14041000 84959000
13 99000000 13040000 85960000
14 16500000 2749000 13751000
15 33000000 4519000 28481000
16 16500000 2707500 13792500
17 33000000 4076500 28923500
18 33000000 4934000 28066000
19 33000000 4793500 28206500
20 27500000 3356500 24143500
21 24200000 3463000 20737000
22 24200000 3685000 20515000
23 33000000 5317000 27683000
24 55000000 7183000 47817000
25 28600000 3160000 25440000
26 12100000 1489000 10611000
27 13750000 1785000 11965000
28 13200000 1967000 11233000
29 27500000 2398000 25102000
30 29700000 3112000 26588000
31 32450000 3522000 28928000
32 33000000 4994000 28006000
33 27500000 3730000 23770000
34 28600000 3327000 25273000
35 34100000 4582000 29518000
36 12650000 1749000 10901000
37 14300000 1997000 12303000
38 14300000 1961000 12339000
39 15950000 2027000 13923000
40 34100000 4709000 29391000
Total 1279300000 172755000 1106605000