• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWA TAN CYSTOMA OVARII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWA TAN CYSTOMA OVARII"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.

Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam, karena memang seringkali pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut

Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien. Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit buang air kecil,

1.2Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kista ovarium 2. Anatomi kista ovarium 3. Etiologi kista ovarium

1.3 Tujuan

(2)

BAB II PEMBAHASAN 2.1Pengertian Kista Ovarium

Cystoma ovari adalah kantung tertutup yang normal atau abnormal berlapis jaringan epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat yang terjadi di ovarium.

2.2Etiologi

Etiologi dari kista ovarium sampai sekarang belum diketahui secara pasti akan tetapi dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan tumor ovarium neoplastik jika maka yang mnyebabkan kista ovarium adalah sebagai berikut:

1. Tumor nonneoplastik

Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen

a. Tumor akibat radang

Termasuk di sini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tubo ovarial b. Tumor lain

1) Kista folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi membesar menjadi kista

2) Kista korpus luteum

Kista ini terjadi akibat pendarahan yang sering terjadi di dalam korpus luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua 3) Kista lutein

Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar tinju. Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan

4) Kista inklu germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium

(3)

5) Kista endometrium

Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan endometroid

6) Kista stein-laventhal

Kista ini dikenal sebagai sindrom stein-laventhal dan kiranya disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal

2. Tumor aplastik Tumor kisik

1) Kistoma ovarii simpleks

Kistoma ovari simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista

2) Kistadenoma musinosum

Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini berasal dari suatuteratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen lainnya

3) Kistadenoma ovarii serosum

Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium)

4) Kista endometrioid

Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii2001) 5) Kista dermoid

Kista dermoid suatu tratoma yang jinak dimana struktur-struktur ektodrmal dngan difrensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lbih menonjol daripada elemen-elemen endoderm dan mesoderm. Bahan yang terdapat dalam rongga kista ini ialah produk dari klenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak brcampur dengan rambut. (wiknjosastro 2005; Mansjoer,

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor pendukung, yaitu:

a. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen b. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol

c. Degenerasi ovarium

(4)

d. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:

a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan makanan berpengawet

b) Penggunaan zat tambahan pada makanan c) Kurang brolahraga

d) Merokok dan mengkonsumsi alkohol e) Terpapar dengan polusi dan agen infksius f) Sering stres

e. Faktor genetik

Dalam tubuh terdapat sel-sel yang berpotensi memicu kanker yaitu yang disebut protoonkgen, karena suatu sebab tertentu misalny, karena makan makanan yang brsifat karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkgen ini dapat berubah menjadi onkgen yaitu pemicu kanker (Ryta, 2008)

2.3Patofisiologi

Cystoma ovari berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang disebabkan oleh tingginya kadar LH. Kadar LH lebih tinggi daripada normalnya tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. LH yang terus menerus tinggi meningkatkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjaradrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista.

Tumor ini dapat bertangkai dan meluas ke dalam rongga panggul atau rongga abdomen. Tumor ini dapat berdegenerasi karena perubahan dalam aliran darah yang menuju tumor akibat pertumbuhan, kehamilan atau atrofi uterus pada menopause. Torsi atau berputarnya tumor bertangkai dapat juga terjadi. Tumor kadang-kadang dapat dipalpasi pada abdomen, tumor ini paling seringterdiagnosis jika teraba massa pada pemeriksaan panggul bimanual. Kebanyakan tumor tidak menimbulkan gejala, sehingga tidak memerlukan penanganan. Tetapi, masalah dapat timbul jika terjadi perdarahan abnormal yang berlebihan sehingga menimbulkan anemia; penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan sering berkemih dan urgensi, serta potensial untuk terjadinya sistitis; penekanan pada rektum menyebabkan konstipasi; dan nyeri jika tumor berdegenerasi atau jika terjadi torsi dari tumor bertangkai.

(5)

2.4Jenis-jenis Kista Ovarium a. Kistoma Ovari Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalamkista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.

a. Gambaran klinis

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai, kadang-kadang dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini menyebabkan pendarahan dalamkista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degenerative di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel, terdapat diantaranya sl-sel yang membundar karena terisi lendir (goblet cells).

b. Penatalaksanaan:

Penangan terdiri atas penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma poritinei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutupdengan rapi

(6)

sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histoligik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi ovarium yang lain perlu diperiksa pula.

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar.

a) Gambaran klinis:

Terdapat pendarahan dalam kista dan perubahan degenerative sehingga timbul perlekatan kista dengan nomentum, usus-usus dan peritoneum parietale. Selain itu, bisa bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus bertambah akibat psiudomiksoma peronei.

b) Penatalaksanaan:

Dengan pengangkatan kista in tito tanpa fungsi terlebih dulu dengan atau tanpa salping-ooforektomi tergantung besarnya kista

c. Kistadenoma Ovari Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epitbelium).

a) Gambaran klinis:

Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma esionofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba.

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovari serosum papileferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.

b) Penatalaksanaan:

Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen

(7)

section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.

2.5Tanda dan Gejala

Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, terdapat perubahan hormonal atau terjadi penyulit. Tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberi gejala klinik yang berarti.

1. Gejala akibat tumor ovarium : a) Gejala akibat pertumbuhan

b) Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah c) Mengganggu miksi dan defekasi

d) Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedema pada tungkai bawah. e) Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak ada nafsu makan, rasa sesak.

2. Gejala akibat perubahan hormonal.

Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi tumor dapat menimbulkan patrun menstruasi. Tumor sel granulosa dapat menimbulkan hipermenore, sedang tumor arhenoblastoma menimbulkan amenore. 3. Gejala klinik akibat komplikasi.

a) Perdarahan intra tumor (perdarahan didalam kista)

Perdarahan yang terjadi sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dari kista, menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan cepat.

b) Putaran tangkai.

Tumor bertangakai sering terjadi perputaran tangkai, secara berlahan sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri abdomen. Perputaran tangkai yang mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan medis.

c) Terjadi infeksi pada tumor.

Terjadi jika dekat pada tumor terdapat sumber kuman patogen seperti : apendiksitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Kista dermoid cenderung mengalami perdarahan disusul pernanahan.

d) Robekan dinding kista.

(8)

Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma (jatuh, pukulan pada perut). Jika kiste hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan yang timbul secara akut perdarahan bebas dapat berlangsung terus kedalam rongga peritoneum.

e) Degenerasi ganas kista ovarium.

Keganasan kista ovarium dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenomaovarii musinosum, dan kista dermoid.

4. Sindrom Meigs

Sindrom yang ditemukan oleh Meigs menyebutkan terdapat fibromaovarii, acites, dan hidrotoraks. Dengan tindakan operasi fibroma ovarii, maka sindroma akan hilang dengan sendirinya.

2.6Manifestasi Klinis

Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda. Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut. Gejala dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena desakan diafragma ke kranial.

Bila tumor tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan hormonal berupa gangguan haid. Mungkin timbul komplikasi berupa asites, atau gejala sindrom perut akut, akibatnya putaran tungkai tumor atau gangguan peredaran darah karena penyebab lain. (Sjamjuhidajad, 2004)

2.7Komplikasi 1. Torsi

Komplikasi yang sering terjadi, terutama pada tumor dengan ukuran sedang. Tumor bertangkai sering terjadi putaran tangkai, secara berlahan sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri, perputaran tangkai yang mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan segara memerlukan tindakan.

2. Ruptur dari kista

Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma. Jika kista hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum

(9)

segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan yang timbul secara akut perdarahan bebas dapat berlangsung terus kedaslam rongga peritoneum.

3. Suppurasi kista

Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri, yaitu secara hematogen atau limfogen. Kista dermoid lebih sering terkena radang. 4. Perubahan keganasan

Biasanya bila terjadi keganasan berupa CA epidermoid, kadang berbentuk sarcoma.

(10)

2.8Pathway

Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Histerektomi Cistoma ovari Pembesaran ovarium Ruptur ovarium

Oovorektomi

Risiko pendarahan

Kurang informasi Luka operasi

Kurang Diskontinuitas Gg. Perfusi jaringan Pengetahuan Jaringan

Cemas Port d’entri Nyeri

Pembatasan

Resiko infeksi nutrisi Anastesi Resti injuri

Komplikasi Metabolisme Peristaltik Nervus vagus

peritonia usus

Hipofisis

Peritonitis Reflek menelan

Asam laktat Absorbsi air dikolon

Resiko Nyeri Keletihan

pendarahan Resiko Gg. Metabolisme konstipasi

Self care defisit Resiko aspirasi

(11)
(12)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian

1. Biodata

Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomer register

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: nyeri di sekitar area jahitan

b. Riwayat kesehatan sekarang: mengeluhkan ada/tidaknya gangguan ketidaknyamanan

c. Riwayat kesehatan dahulu: pernahkah menderita penyakit seperti yang diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi

d. Riwayat kesehatan keluarga: adalah anggota keluarga yang menderita tumor atau kanker terutama pada organ reproduksi

e. Riwayat obstretikus, meliputi:

1) Menstruasi: menarche, lama, siklus, jumlah, warna, dan bau 2) Riwayat perkawinan: berapa kali menikah, usia pernikahan 3) Riwayat persalinan

4) Riwayat KB

3. Pengkajian post operasi rutin (Engram, 1999) 1) Kaji tingkat kesadaran

2) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respiration rate 3) Auskultasi bunyi napas

4) Kaji turgor kulit 5) Pengkajian abdomen

a. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen b. Auskultasi bising usus

c. Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa d. Tanyakan tentang perubahan pola defekasi e. Kaji status balutan

6) Kajian terhadap nyeri atau mual

(13)

7) periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan menanyakan lamanya di bawah anestesi

4. Data penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap (Hb, hematokrit, lekosit)

b. Terapi: terapi yang diberikan post operasi baik injeksi maupun peroral sesuai program dari dokter

5. Perubahan pola fungsi

Data yang didapat dalam kasus kista ovarium menurut Doenges (2000) adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas/istirahat

Gejala: kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola istirahatdan jam kebiasaan tidur. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, missal: ansietas, nyeri, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.

b. Makanan/cairan

Gejala: mual atau muntah, anoreksia, perubahan pada berat badan c. Neurosensori

Gejala: pusing dan sinkope d. Nyeri/kenyamanan

Gejala: tidak ada nyeri/derajat bervariasi, misalnya: ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)

e. Eliminasi

Gejala: perubahan pada pola defekasi, missal: darah pada feses, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih

f. Pernapasan

Gejala: merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan abses

g. Integritas ego

Gejala: faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan insisi pembedahan, perasaantidak berdaya, putis asa, depresi, menarik diri

h. Sirkulasi

Gejala: palpitasi, nyeri dada perubahan pada tekanan darah

(14)

i. Keamanan

Gejala: pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan matahari lama, berlebihan, demam, ruam kelit/ulserasi

j. Seksualitas

Gejala: perubahan pada tingkat kepuasan k. Interaksi sosial

Gejala: ketidakadekuatan/kelemahansistim pendukung, riwayat perkawinan, masalah tentang fungsi

3.2 Diagnosa

1. Resiko cidera b.d efek samping terkait agen farmasutikal (obat anastesi) 2. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan

3. Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait penyakit dan efek samping 4. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

5. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan

6. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan) 7. Kontipasi

8. Resiko aspirasi b.d reflek muntah, penurunan tingkat kesadaran

3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) 1. Resiko cidera

Definisi: beresiko

mengalami cidera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu

Eksternal

- Biologis (mis, tingkat imunisasi komunitas,

a. Klien terbebas dari cidera d. Mampu memodifikasi

Environment management (manajemen lingkungan)  Sediakan lingkungan yang

aman untuk pasien  Identifikasi kebutuhan

(15)

at, agenens farmasi, alcohol, nikotin, pengawet, kosmetik, pewarna)

- Manusia (mis, agens nosokomial, pola - Nutrisi(mis, desain,

struktur, dan

pengaturan komunitas, bangunan,

dan/peralatan

Internal

- Profil darah yang abnormal (mis, leukositosis/leukopeni a, gangguan factor koagulasi,

trombositopenia, sel sabit, talasemia, penurunan hemoglobin

- Fisik integritas kulit (mis, integritas kulit tidak utuh gangguan mobilitas)

- Usia (fisiologis, psikososial)

gaya hidup untuk mencegah injury e. Menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada f. Mampu mengenali

perubahan status kesehatan

 Menyediakan tempat tisur yang bersih dan nyaman  Menempatkan saklar

lampu ditempat yang mudah dijangkau oleh pasien

 Membatasi pengunjung  Menganjurkan keluarga

untuk menemani pasien  Mengontrol lingkungan

dari kebisingan

 Memindahkan barang barang yang dapat membahayakan

 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status

kesehatan dan penyebab penyakit

2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :

(16)

diagnosis dan pembedahan

keperawatan selama 3x 24 jam diharapakan cemasi terkontrol c. Vital sign dalam batas

normal

d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

 Gunakan pendekatan yang menenangkan

 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut  Berikan informasi faktual

mengenai diagnosis, tindakan prognosis  Dorong keluarga untuk

menemani anak

 Lakukan back / neck rub  Dengarkan dengan penuh

perhatian

 Identifikasi tingkat kecemasan

 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

 Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

 Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

(17)

3. Resiko Perdarahan Definisi : Beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatan. - Gangguan fungsi

hati

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan pasien menunjukkan perdarahan dapat diminimalkan

 Monitor tanda-tanda perdarahan

gastrointestinal  Awasi petheciae,

ekimosis, perdarahan dari suatu tempat

 Monitor vital sign  Catat perubahan mental  Hindari aspirin

 Awasi HB dan factor pembekuan

 Berikan vitamin tambahan dan pelunan feses

4. Nyeri akut b.d agen injuri fisik

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang

NOC :

1. Pain Level,

Pain Management

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan

(18)

2. Pain control, 3. Comfort level Kriteria Hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) b. Melaporkan bahwa

nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri c. Mampu mengenali

nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

e. Tanda vital dalam rentang normal

ntibi presipitasi  Observasi reaksi

nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik

komunikasi terapeutik

 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau  Evaluasi bersama pasien

dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan ntibio nyeri masa lampau  Bantu pasien dan

keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

 Kurangi ntibi presipitasi nyeri

 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

 Kaji tipe dan sumber

(19)

nyeri untuk menentukan intervensi

 Ajarkan tentang teknik non farmakologi

 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Evaluasi keefektifan

ntibio nyeri

 Tingkatkan istirahat  Kolaborasikan dengan

dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

5. Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan primer

Definisi : Mrengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik

Factor resiko -Penyakit kronis

-Pengetahuan yang tidak cukup untuk

menghindari

pemanjangan pathogen -pertahanan tubuh

primer yang tidak adekuat

-Gangguan peristalsis -Kerusakan integritas

kulit

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi terkontrol

NOC :

1. Immune Status

2. Knowledge : Infection control

3. Risk control Kriteria Hasil :

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, c. Menunjukkan

kemampuan untuk

Infection Control (Kontrol infeksi)

 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

 Pertahankan teknik isolasi

 Batasi pengunjung bila perlu

 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

 Gunakan sabun

antimikrobia untuk cuci tangan

 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah

(20)

-Perubahan sekresi pH -Penurunan kerja siliaris -Pecah ketuban dini -Pecah ketuban lama -Merokok

-Stasis cairan tubuh -Trauma jaringan -Ketidak adekuatan

pertahanan sekunder -Vaksinansi tidak

adekuat

d. Jumlah leukosit dalam batas normal

e. Menunjukkan perilaku hidup sehat

tindakan kperawtan  Gunakan baju, sarung

tangan sebagai alat pelindung

 Pertahankan lingkungan ntibio selama

pemasangan alat

 Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing  Tingktkan intake nutrisi  Berikan terapi ntibiotic

bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)  Monitor tanda dan gejala

infeksi sistemik dan local  Monitor hitung

granulosit, WBC  Monitor kerentanan

terhadap infeksi  Batasi pengunjung  Saring pengunjung

terhadap penyakit menular

 Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

 Pertahankan teknik

(21)

isolasi k/p

 Berikan perawatan kuliat pada area epidema

 Inspeksi kulit dan ntibiot mukosa terhadap

kemerahan, panas, drainase

 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

 Dorong masukkan nutrisi yang cukup

 Dorong masukan cairan  Dorong istirahat

 Instruksikan pasien untuk minum ntibiotic sesuai resep

 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

 Ajarkan cara menghindari infeksi

 Laporkan kecurigaan infeksi

 Laporkan kultur positif 6. Deficit personal

hyegene b.d imobilitas (nyeri pembedahan)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan pasien menunjukkan kebersihan diri

NOC :

1. Kowlwdge : disease process

2. Kowledge : health Behavior

Personal hyegene managemen

 Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri  Berikan kenyamanan

pada pasien dengan membersihkan tubuh pasien

(oral,tubuh,genital)  Ajarkan kepada pasien

(22)

Kriteria Hasil :

a. Pasien bebas dari bau b. Pasien tampak

menunjukkan kebersihan c. Pasien nyaman

pentingnya menjaga kebersihan diri

 Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan pasien

7. Kontipasi Konstipasi

Definisi : Penurunan pada frekuensi normal defakasi yang disertai oleh

kesulitan atau pengeluaran tidak

lengkap/atau pengeluaran fases yang kering keras dan banyak

-Nyeri abdomen -Nyeri tekan abdomen

dengan teraba resistensi otot

-Anoraksia

-Penampilan tidak khas pada lansia

-Borbogrigmi

-Perubahan pada pola defekasi

-Bising usus hiperaktif -Bising usu hipoaktif -Peningkatan tekanan

NOC

c. Bebas dari ketidak nyamanan dan

 Monitor tanda dan gejala konstipasi

 Monitor bising usus  Monitor feses; frekuensi,

konsistensi dan volume  Konsultasi dengan dokter

tentang penurunan dan peningkatan bising usus  Monoitor tanda dan gejala

rupture usus atau peritonitis

 Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien  Identifikasi factor

penyebab dan konstribusi konstipasi

 Dukung intake cairan  Memantau bising usus  Menyusun jadwal ke toilet  Timbang pasien secara

teratur

 Ajarkan pasien atau keluarga tentang proses pencernaan yang normal

(23)

abdomen

-tidak dapat makan, mual

-Rembesan feses cair -Nyeri pada saat difekasi -Masa abdomen yang

dapat diraba

-Adanya feses lunak, seperti pasta didalam rektum

-Perkusi abdomen pekak -Sering flatus

-Muntah

 Ajarkan pasien atau keluarga tentang kerangka waktu untuk resulusi sembelit

8. Resiko aspirasi Definisi : Resiko masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, kotoran/debu, atau cairan kedalam saluran trakeobronkial. Factor resiko

-Penurunan motolitas gastrointestinal

-Pengosongan lambung yang lambat

-Penurunan reflek muntah

-Penurunan reflek batuk -Selang gastrointestinal -Sfingter eshopagus

bawah inkompeten -peningkatan residu

lambung

NOC

1. Respiratori ststus: ventilation

2. Aspiration control 3. Swallowing status Criteria hasil

a. Klien dapat bernafas dengan mudah, tidak irama, frekuensi pernapasan normal b. Pasien mampu

menelan,mengunyah tanpa terjadi

aspirasi,dan mampu melakukan oral hygine c. Jalan nafas paten

mudah bernapas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara napas abnormal

NIC

Aspiration precaution

Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan

kemampuan menelan Lakukan suction jika

diperlukan

Haluskan obat sebelum pemberian

Potong makanan menjadi potongan potongan kecil

(24)

-Peningkatan tekanan intragastrik

-Pemberian medikasi -Penurunan tingkat

kesadaran

3.4

(25)
(26)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

4.2 Saran

Terdapat banyak sekali penyakit-penyakit pada sistem reproduksi dengan tanda dan gejala yang hampir sama. Kita perlu memahami dengan baik konsep medis agar dapat menerapkan asuhan keperawatan secara tepat. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa, 2009, Ilmu Kandungan, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Mansjoer, A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius FKUI

Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan, Ilmu Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC

Sarwono, 1997, Ilmu Kandungan, Jakarta, YBPSP

Wiknjosastro, H, 2007, Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan 5, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC NOC Edisi revisi jilid 2.Yogyakarta: MediAction

Referensi

Dokumen terkait

Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.Sedangkan komposisi anggota DPS

Hasil menunjukkan interaksi perlakuan dosis pupuk kandang kambing 30 ton/ha dengan kombinasi konsentrasi PGPR 20 ml/liter menghasilkan jumlah daun dan jumlah cabang lebih

a) Berdasarkan sistem perubahan perintahan diatas, nyatakan tamadun yang melalui perubahan tahap- tahap berikut.. a) Dalam tamadun China, masyarakatnya menghargai

 If only time data that differs from the work schedule is recorded for an employee, this is negative time management.  False 

Adapun yang menjadi masalah penelitian ini adalah “Apakah faktor kualitas produk, kualitas pelayanan, desain produk, harga dan kepercayaan berpengaruh terhadap loyalitas

Dari hasil survei terhadap 32 manajer berbagai perusahaan di Indonesia, disimpulkan bahwa komitmen organisasional adalah variabel pemoderasi yang memperkuat hubungan antara

*.%. Melalui diskusi peserta didik dapat menganalisis pentingn4a analisa S"#$ dengan perca4a diri Melalui diskusi peserta didik dapat menganalisis pentingn4a analisa S"#$

Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan