• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWA TAN morbili dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWA TAN morbili dan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MORBILI

OLEH : KELAS A8-B KELOMPOK 3

DEVI WAHYU SARI (10.321.0733)

I GEDE ADISUKMA PURNAWAN (10.321.0738)

NI KADEK DESRIANI (10.321.0762)

NI PUTU RATNA SARI DEWI (10.321.0775)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah system perkemihan dengan materi anatomi dan fisiologi perkemihan.

Laporan ini diselesaikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sistem perkemihan di STIKES Wira Medika PPNI Bali Program Studi Ilmu Keperawatan. Dalam makalah ini diharapkan mampu memberi gambaran serta menjelaskan tentang ”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Morbili”.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena kurang serta terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis harapkan semoga makalah.ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 24 September 2012

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit campak atau juga disebut morbili adalah penyakit pada waktu yang lampau dianggap penyakit anak biasa saja bahkan dikatakan lebih baik anak mendapatkannya ketika masih anak-anak daripada sudah dewasa. Tetapi sekarang termasuk penyakit yang harus dicegah karena tidak jarang menimbulkan kematian yang disebabkan komplikasinya.

Morbili atau campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem (koplik’s spot), diikuti dengan erupsi makulopopuler yang me nyeluruh. Bertahun-tahun kejadian penyakit campak terjadi pada anak-ana k balita meminta banyak korban tetapi masyarakat belum menyadari bahayanya, bahkan ada mitos jangan memberikan obat apa saja pada klien sebelum bercak-bercak merah pada kulit keluar.

Bahaya penyulit penyakit campak di kemudian hari adalah kurangnya gizi sebagai akibat diare berulang da n berkepanjangan pasca campak.Subacute Sclerosing Panensifilitis (SSPE) pada anak > 10 tahun, Munculnya gejala penyakit tuberculosis paru yang lebih parah pasca mengidap penyakit campak yang berat disertai pneumonia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan tentang konsep dasar penyakit morbili !

2. Jelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan morbili!

C. TUJUAN PENULISAN

1. Memahami konsep dasar penyakit morbili

(4)

D. MANFAAT PENULISAN

Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi : 1. Penulis

a. Merupakan latihan dalam penulisan makalah dan upaya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

b. Makalah ini memberikan informasi tentang morbili beserta asuhan keperawatannya

2. Kalangan Medis

Mengetahui prevalensi morbili pada kasus batu saluran kemih 3. Masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat tentang morbili sebagai suatu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat dan mengetahui bagaimana penanganannya.

E. METODE PENULISAN

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90)

Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624)

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351)

2. ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)

Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)

(6)

periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).

3. EPIDEMIOLOGI

Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain percikan ludah yang mengandung virus, kontak langsung dengan penderita, penggunaan peralatan makan & minum bersama. Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

Di Indonesia penyakit campak meru pakan penyebab kematian nomor 5 sepanjang tahun 1992-1995 dengan proporsi masing-masing 3,3% dan 4,1% atau 1:1000 kasus dan sebagian kasus tersebut terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 3 tahun atau setidaknya 15- 20% sering terjadi pada anak berusia 36 bulan. (Depkes, 2007).

4. FAKTOR PREDISPOSISI

a. Daya tahan tubuh yang lemah b. Belum pernah terkena campak

c. Belum pernah mendapat vaksinasi campak

5. PATOFISIOLOGI

(7)

(konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179). Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.

7. Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. 8. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel

raksasa berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, usus.Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.

(8)

Virus morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik, metabolisme naik, RR naik,

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Deficit perawatan

diri Saluran cerna Inflamasi saluran nafas

atas; bercak koplik pada mukosa bukalis meluas

ke jari trakeobronkial Rash, ruam pada balik

telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh, berhasil tumbuh di kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.

(9)

11. MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :

A .Stadium kataral (prodiomal) berlangsung 4-5 hari, gejala menyerupai influenza yaitu demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtiva. Gejala khas

(photognomonik) adalah timbulnya bercak komplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul erantem. Bercak komplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi dieritema dan berlokalisasi gukalis dengan molar bawah.

B .Stadium erupsi gejala pada stadium kataral bertambah dan timbulnya enantem dipalatum durum dan palatum mole. Kemudian terjadi ruam eritomatosa yang berbentuk macula disertai meningkatnya suhu badan, ruam mula-mula timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, dapat terjadi perdarahan dingan, rasa gatal dan muka bengkak. Ruam mencapai bagian bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai urutan terjadinya dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare dan muntah,variasi mulut, yaitu measlek yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit mulut,hidung dan traktus dingestivus.

C .Stadium kovalensi : gejala-gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi menghilang dan meninggalakan bekas dikulit berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patogenik.

12. PENATALAKSANAAN a.Medik

pemberian suplemsi vitamin A, tirah baring selama periode demam, pengobatan simtomatik dengan anti piretika bila suhu badan tinggi, sedativum obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pencegahan / pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul anti piretik antibody untuk mencegah infeksi bakteri sekunderpada anak beresiko tinggi.

(10)

Isolasi sampai ruam hari ke-5 ; bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan pernafasan, perhatikan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang. Demam : - anjurkan orangtua memberikan anti piretik

- hindari menggigil

- bila cenderung kejang, lakukan kewaspadaan yang tepat (puncak demam dapat mencapai 400C hari ke-5 dan ke-5) Perawatan mata : - beri cahaya redup bila terjadi fotofogia

- bersihakan kelopaka mata dengan larutan salin hangat untuk menghilangkan secret.

- jaga anak tidak menggosok mata

- periksa mata (kornea) untuk tanda ulserasi

Koriza / batuk : - gunakan vaporizer embun dingin - lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan

petroleum

- anjurkan agar mngkonsumsi makanan dan cairan Perawatan kulit : - jaga agar kulit tetap bersih

- gunakan mandi air hangat bila perlu

13. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan Laboratorium

Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat jika ada komplikasi infeksi bakteri. Dapat disertai leukopenia, limfopenia. b. Pemeriksaan yang perlu dilakukan jika disertai komplikasi:

1) Ensefalopati : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah, dan analisis gas darah.

2) Enteritis : feses lengkap.

(11)

c. Pemeriksaan imaging

Pemeriksaan foto dada (chest radiograph) seringkali menunjukkan gambaran hyperinflation, perihilar infiltrates, atau parenchymal patchy, fluffy densities. Konsolidasi sekunder atau efusi dapat juga terlihat (visible).

d. Pemeriksaan Sitologis : ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi.

e. Pemeriksaan Patologis

Dijumpai distribusi yang luas dari multinucleated giant cell akibat fusi sel-sel. Multinucleated giant cell ini dapat ditemukan di sputum, sekresi nasal, dan sedimen urin.

f. Pemeriksaan Serologi

1) Didapatkan IgM spesifik.

2) IgM lebih sensitif bila diperiksa antara hari ke-3 sampai hari ke-28 timbulnya rash (ruam kemerahan).

3) Pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutinin inhibition test dan complement fixation test akan dijumpai adanya antibodi yang spesifik dalam waktu 1-3 hari setelah timbul rash dan mencapai puncaknya 2-4 minggu kemudian. Tes ini cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.

14. PROGNOSIS

Biasanya sembuh setelah 7-10 hari setelah timbul ruam kulit. Kematian disebabkan karena penyulit bronkopneumonia dan ensefalitis.

(12)

Berbagai penyakit dapat terjadi pada penderita campak. Penyakit tersebut antara lain:

a. Konjungtivitis b. Stomatitis

c. Bronkopnemonia d. Diare

e. Otitis media akut f. Laringitis

g. Malnutrisi

h. Purpura trombositopenia i. Ensefalitis

j. Subakut sklerosing panensefalitis

k. Malnutrisi merupakan komplikasi yang tidak boleh dipandang enteng. malnutrisi dan campak membentuk suatu lingkaran setan. Malnutrisi memudahkan terjadinya sekaligus memperberat campak, sedangkan campak akan menyebabkan penderita mengalami malnutrisi. Campak dapat menyebabkan hal tersebut karena:

1) Penderita (terutama anak) malas makan akibat mulut sakit (akibat stomatitis)

2) Diare menyebabkan turunnya kemampuan penyerapan makanan

3) Demam meningkatkan metabolisme tubuh sehingga energi yang didapat dari makanan akan terbuang

(13)

biasanya berlangsung singkat dan sembuh dalam waktu satu minggu, tapi kadang-kadang bisa berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya kerusakan otak yang serius bahkan kematian.

m. Subakut sklerosing panensefalitis merupakan komplikasi yang sangat jarang terjadi. Keadaan ini disebabkan oleh virus "detektif" yang mengalami hipermutasi. Keadaan ini dapat berkembang bertahun-tahun kemudian, khususnya bila campak terjadi pada usia muda.

16. PENCEGAHAN a. Imunusasi aktif

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

b. Imunusasi pasif

(14)

dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN a. Identitas diri : b. Pemeriksaan Fisik :

1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia 2) Kepala : sakit kepala

3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).

(15)

5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada stadium Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).

6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

8) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan c. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran nafas, produksi secret, inflamasi saluran pernapasan atas

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal, ruam pada kulit, eritema

c. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann suhu tubuh.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reaksi inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake nutrisi tidak adekuat. e. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan konjungtivitis

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam pasa balik telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh.

g. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak terjaga. h. Kurang informasi berhubungan dengan keterbatasan informasi

mengenai penyakit.

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

a. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran nafas, produksi secret, inflamasi saluran pernapasan atas. b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam

diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan criteria hasil 1) Tidak terdapat secret.

(16)

3) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi)

INTERVENSI RASIONAL

Observasi karakteristik batuk Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkus dada.

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan.

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan adanya bunyi nafas tambahan

Beri posisi semifowler Peninggian kepala dapat

meningkatkan fungsi pernapasan Ajarkan teknik nafas efektif Memberikan pasien beberapa cara

untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara

Delegasi dalam pemberian obat sesuai indikasi (bronkodilator, mukolitik)

Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local,

menurunkan spasme jalan nafas, dan produksi secret

a. Dx 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal, ruam pada kulit, eritema

b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil

1) Skala nyeri 0-3

2) Kemampuan istirahat meningkat

3) Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas

INTERVENSI RASIONAL

Observasi tingkat cema, mudah tersinggung, menangis, gelisah, gangguan tidur

Petunjuk nonverbal ini

(17)

Kaji tipe, lokasi, dan intensitas nyeri Nyeri dirasakan, dimanifestasikan, dan di toleransi secara individual Berikan tindakan nyaman seperti

mengubah posisi pasien

Dapat meningkatkan relaksasi

Anjurkan pasien jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat dimandikan dengan air hangat

Air hangat dapat mengurangi gatal dan menambah rasa nyaman.

Delegasi dalam pemberian obat analgesik dan antipiretik sesuai indikasi

Menurunkan demam dan inflamasi serta menurunkan ketegangan otot

a. Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann suhu tubuh.

b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam diharapkan suhu tubuh terkontrol dengan criteria hasil

1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC) 2) Membrane mukosa lembab

3) Kulit tidak teraba panas

INTERVENSI RASIONAL

Pantau suhu tubuh pasien Suhu 38,9oC - 41oC menunjukan proses penyakit infeksius.

Berikan kompres hangat Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan air es/alcohol mungkin menyebabkan kedinginan,

peningkatan suhu secara actual. Selain itu alcohol dapat mengeringkan kulit. Anjurkan menggunakan pakaian yang

tipis

Pakaian tipis dapat meningkatkan evaporasi.

Delegasi dalam pemberian obat antipiretik

(18)

hipotalamus,

a. Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reaksi inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake nutrisi tidak adekuat.

b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam diharapkan asupan nutrisi adekuat dengan criteria hasil

1) Berat badan stabil

2) Kebutuhan metabolic terpenuhi

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan untuk mengunyah merasakan dan menelan.

Inflamasi pada mulut tenggorokan menyebabkan penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan. Berikan perawatan mulut yang terus

menerus.

Mengurangi ketidaknyamanan, mulut yang bersih akan meningkatkan nafsu makan.

Timbang berat badan sesuai kebutuhan.

Indicator kebutuhan

nutrisi/pemasukan nutrsi yang adekuat.

Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).

Untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan Anjurkan pasien untuk membatasi

makanan yang menyebabkan mual muntah.

Rasa sakit pada mulut akan mengiritasi lesi mulut yang akan menyebabkan pasien untuk enggan makan.

Kolaborasi dengan ahli diet gizi. Menyediakan diet berdasarkan kebutuhan individu dengan rute yang tepat.

(19)

b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dengan criteria hasil

1) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi. Sebab

kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.

Letakkan barang yang dibutuhkan pasien dekat dengan jangkauannya.

Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan pertolongan.

Anjurkan untuk meningkatkan pencahayaan di ruangan

Cahaya yang banyak akan membantu untuk pemenuhan kebutuhan pasien dalam penglihatan

Delegasi dalam pemberian obat tetes mata

Gangguan penglihatan dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.

a. Dx 7 : Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak terjaga.

b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam diharapkan kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat kemampuan pribadi denngan criteria hasil

1) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup

untuk pemenuhan kebutuhan diri

(20)

Tentukan kemampuan saat ini dan hambatan untuk berpartisipasi dalam perawatan

Mengidentifikas kebutuhan intervensi yang dibutuhkan

Ikutsertakan pasien dalam formulasi rencana perawatan pada tingkat kemampuan

Meningkatkan perasaan control dan meningkatkan kerja sama dan perkembangan kemandirian Berikan dann tingkatkan keleluasaan

pribadi, termasuk selama mandi

Kesederhanaan dapat mengarah pada keengganan ikut serta dalam

perawatan Anjurkan untuk menggunakan

pakaian kemeja

Dapat mempercepat proses pelepasan pakaian tanpa harus mengganggu ruam-ruam pada kulit

c. Dx 7 : Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak terjaga.

d. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam diharapkan kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat kemampuan pribadi denngan criteria hasil

2) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup

untuk pemenuhan kebutuhan diri

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan kemampuan saat ini dan hambatan untuk berpartisipasi dalam perawatan

Mengidentifikas kebutuhan intervensi yang dibutuhkan

Ikutsertakan pasien dalam formulasi rencana perawatan pada tingkat kemampuan

Meningkatkan perasaan control dan meningkatkan kerja sama dan perkembangan kemandirian Berikan dann tingkatkan keleluasaan

pribadi, termasuk selama mandi

(21)

perawatan Anjurkan untuk menggunakan

pakaian kemeja

Dapat mempercepat proses pelepasan pakaian tanpa harus mengganggu ruam-ruam pada kulit

a. Dx 8 : Kurang informasi berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai penyakit.

b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam diharapkan pasien memahami penyakitnya dengan criteria evaluasi

1) Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang diderita

2) Turut ikut serta dalam prosedur perawatan

INTERVENSI RASIONAL

Jelaskan pada orang tua tentang morbili tentang hubungan

pencegahan dengan vaksinasi campak dan peningkatan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi

Memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang pencegahan penyakit anaknya.

Berikan reinforcement saat pasien menyatakan pemahamannya

Meningkatkan rasa ingin tahu dan percaya diri pasien

4. IMPLEMENTASI

Implementasi sesuai intervensi

5. EVALUASI

(22)

2) RR 12-20X per menit

3) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi) b. Dx 2 : nyeri terkontrol dengan criteria hasil

1) Skala nyeri 0-3

2) Kemampuan istirahat meningkat

3) Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas c. Dx 3 : suhu tubuh terkontrol dengan criteria hasil

1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC) 2) Membrane mukosa lembab

3) Kulit tidak teraba panas

d. Dx 4 : asupan nutrisi adekuat dengan criteria hasil 1) Berat badan stabil

2) Kebutuhan metabolic terpenuhi

e. Dx 5 : pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dengan criteria hasil

1) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan

f. Dx 6 : integritas kulit baik dengan criteria hasil

1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsiolaesea)

g. Dx 7 : kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat kemampuan pribadi denngan criteria hasil

1) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk pemenuhan kebutuhan diri

h. Dx 8 : pasien memahami penyakitnya dengan criteria evaluasi

(23)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena paramyxovirus yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak koplik yang diikuti dengan rash makula popular kehitaman (Catzel dan Robert, 1995). Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.

Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain percikan ludah yang mengandung virus, kontak langsung dengan penderita, penggunaan peralatan makan & minum bersama. Manifestasi klinis dari morbili dapa kita lihat dari 3 stadiumnya yang memiliki tanda dan gejala yang berbeda yaitu pada Stadium kataral (prodormal), Stadium erupsi, Stadium konvalesensi

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Kapita selekta kedokteran, edisi 3, jilid II, Media Aesculapius FKUI. Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Price, Sylvia. 1992. Patofisiologi Edisi Keempat. Jakartaa: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

 Inflasi ini terjadi karena lima dari tujuh kelompok pengeluaran yang ada mengalami kenaikan indeks, yakni berturut-turut: kelompok bahan makanan naik 4,07 persen, kelompok

Un totale di 65 pazienti sono stati suddivisi in tre gruppi: Gruppo 1- terapia SIT in due fasi di cui prima fase effettuata con il programma terapia di

menurut responden akademik menyatakan “kewas- padaan hidup, hidup harus lah berhati hati di zaman sekarang ini informasi baik atau buruk sudah tidak dapat

Sesuai Pasal 443 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, penjatuhan sanksi pidana kepada korporasi dapat dibebankan kepada pengurusnya yaitu pidana penjara dan

Hal ini disebabkan karena pengertian penafsiran analogi berarti bahwa terhadap suatu perbuatan yang pada waktu dilakukan tidak merupakan suatu tindak pidana,

Dari hasil analisis dengan menggunakan uji Kappa didapatkaan nilai P-value=0.000 menandakan bahwa benar-benar terdapat tingkat ketepatan hasil pemeriksaan kanker

Cara membuka casing Samsung Galaxy Chat ( GT-B5330 ) itu mudah dan cepat dengan Tanpa nyali yang kuat jangan harap bisa membuka casing ponsel ini karena bisa-bisa nanti untuk

Jadi kartu SIM ini tidak akan ada bedanya baik digunakan pada telepon seluler atau pada Disamping menggunakan sebuah GSM modem, anda juga bisa menggunakan