• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawa tan bronkitis indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan keperawa tan bronkitis indonesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut atau kronis salah satunya penyakit bronchitis. Bronchitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terjadi pada orang dewasa. Pada anak bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun dapat juga merupakan penyakit tersendiri (ngastiyah, 200585). Di Amerika Serikat, menurut national center for health statistics, kira-kira ada 14 juta orang menderita bronchitis. Lebih dari 12 juta orang menderita bronchitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi amerika. Di dunia bronchitis merupakan masalah dunia. Frekuensi bronchitis lebih banyak pada status ekonomi rendah dan pada kawasan industri.bronchitis lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding perempuan (Samer, 2007).

Menurut data statistik belanda, tujuh kali pada pasien anak-anak dibawah usia 1 tahun masuk rumah sakit dengan diagnosis bronchitis. Jumlah pasien tersebut meningkat dari 1500 menjadi 5000 antara tahun 1981 – 2005, dengan rata-rata 35% pasien pada usia 0 – 1 tahun. Di kelompok umur tersebut juga terjadi peningkatan sebanyak tujuh kali di periode tersebut. Antara tahun 1981 – 2005, pasien dengan diagnosis bronchitis meningkat dari 29 menjadi 147 per 10.000 orang usia 0 – 1 tahun, separuh pasien tersebut adalah bayi dibawah usia 4 bulan (Ploemacher, 2010).

(2)

1.2.1 Tujuan Umum

1. Untuk Mengetahui Konsep dan Asuhan Keperawataan Bronchitis 1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian bronchitis 2. Untuk mengetahui etiologi bronchitis 3. Untuk mengetahui patofisiologi bronchitis 4. Untuk mengetahui klasifikasi bronchitis

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis bronchitis 6. Untuk mengetahui komplikasi bronchitis 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan bronchitis

8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan bronchitis

(3)

2.1 Defenisi

Bronchitis adalah suatu peradangan bronchiolus, bronchus, dan trachea oleh berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus . Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis bronchitis yaitu bronchitis akut dan kronik (Muttaqin, 2008).

Bronchitis adalah peradangan dari satu atau lebih bronchus. Bronchitis akut adalah serangan bronchitis dengan perjalanan penyakityang singkat dan berat, disebabkan oleh karena terkena dingin,penghirupan bahan-bahan iritan, atau oleh infeksi akut, dan ditandaidengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan batuk.Bronchitis kronik adalah bentuk peradangan yang lama dan berkesinambungan akibat serangan berulang bronchitis akut atau penyakit-penyakit umum kronis, dan ditandai dengan batuk, ekspektorasi, danperubahan sekunder jaringan paru (Company, 2000).

Bronchitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.Sekresi yang menumpuk dalam bronchioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan terhadap terhadap polusi adalah penyebab utama bronchitis kronik. Pasien dengan bronchitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikroplasma dapat menyebabkan episode bronchitis akut. Eksaserbasi bronchitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronchospasme bagi mereka yang rentan (Smeltzer & Bare 2001).

(4)

2.2 Etiologi

Penyebab utama penyakit bronkitis akut adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Influenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut. Rokok

1. Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.

2. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

3. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

4. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronchus melemahkan daya tahan sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.

5. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan sumber bakteri yang dapat menyerang dinding bronchus.

6. Dilatasi bronkus (bronkhiektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding bronkus sehingga infeksi bakterinmudah terjadi.

(5)

pertumbuhan bakteri. Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

2.3 Patofisiologi

Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendirdan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel globet meningkat jumlahnya, fungsi silliamenurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan dan akibatnyabronchioles menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronchioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang irreversible, kemungkinan mengakibatkan emphysema dan bronchiectasis (Smeltzer & Bare, 2001).

2.4 Klasifikasi 1. Bronchitis Akut

Bronchitis Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan napas yang besar. Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai Bronkitis aku.t pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

2. Bronchitis Kronik

(6)

akan bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan mempercepat kerusakan yang telah terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit ini berlangsung lebih lama dibandingkan bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1 tahun dengan frekuensi batuk produktif 3 bulan selam 2 tahun berturut-turut.

2.5 Manifestasi Klinis Bronchitis

Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:

1. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan.

2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan aktivitas dan mulai batuk.

3. Gejala kelelahan, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit kepala dapat menyertai gejala utama.

4. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.

Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang namun akan muncul kembali (Smeltzer & Bare, 2001).

2.6 Komplikasi

Komplikasi bronchitis menurut Behrman (1999), antara lain : 1. Otitis media akut .

(7)

masuk ke dalam saluran telinga tengah dan menimbulkan peradangan sehingga terjadi infeksi.

2. Sinusitis maksilaris

Yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan nafas bagian atas dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Infeksi pada sinus dapat menyebabkan bronkhospasme, edema dan hipersekresi sehingga mengakibatkan bronchitis.

3. Pneumonia

Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Jika bronchitis tidak ditangani dengan baik secara tuntas atau jika daya tahan tubuh jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut disebut bronchopneumoniae. Gejala yang muncul umumnya berupa nafas yang memburu atau cepat dan sesak nafas karena paru-paru mengalami peradangan. Pneumonia berat ditandai adanya batuk atau kesukaran bernafas, sesak nafas ataupun penarik dinding dada sebelah bawah kedalam.

2.7 Penatalaksanaan

(8)

menyebabkan bronchoconstrictor, melumpuhkan sillia, yang penting dalam membuang partikel yang mengiritasi, dan menginaktivasi surfactants, yang memainkan peran penting dalam memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan terhadap infeksi bronchial (Smeltzer & Bare, 2001).

Penatalaksanan medis bronchitis akut : karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang di berikan biasanya untuk penurunan demam. Banyak minum terutama sari buah-buahan obat penekan batuk tidak di berika pada batuk yang banyak lender, lebih baik di beri banyak minum. Bila batuk teteap ada dan tidak ada perbaikan setelah dua minggu perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan anti biotic boleh di berikan asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusisi. Pemberian anti biotic yang serasi untuk M. pneumonia dan H. influenza sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya amoksisislin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotic di berikan 7-10 hari dan bila tidak berhasil perlu dilakukan foto thorax untuk menyingkirkan kemukinan kolaps paru segmental dan lobaris , benda asing dalam saluran nafas dan tuberkolosis. (ngastiyah,2005).

(9)

batuk. Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari makanan yang merangsang seperti goreng-gorengan, permen atau minum es. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore dan memeandikan dengan air hangat (Ngastiyah,2005).

2.8 Asuhan Keperawataan 2.8.1 Pengkajian

1. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register, diagnose medis

2. Riwayat kesehatan : Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi pernapasan sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap infeksi, allergen, atau iritan lain, trauma.

3. Pemeriksaan Fisik : 3.1 B1 (Breathing)

Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.

3.2 B2 (Blood)

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis.

3.3 B3 (Brain)

Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada. 3.4 B4 (Bladder)

(10)

3.5 B5 (Bowel)

Gejala : Mual/muntah, Nafsu makan menurun, Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan, Penurunan berat badan,Nyeri abdomen.

Tanda : Turgor kulit buruk, Edema, Berkeringat, Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegali.

3.6 B6 (Bone)

Gejala : Keletihan, kelelahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan. Tanda: Keletihan, gelisah , dan insomnia.

4. Pemeriksaaan diagnostic

4.1 Rongent : Peningkatan tanda bronkovaskuler

4.2 Tes fungsi paru: Memperkirakan derajad disfungsi paru 4.3 Volume residu : Meningkat

4.4 GDA : Memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat atau normal)

4.5 Bronkogram: Pembesaran duktus mukosa

4.6 Sputum: Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen 4.7 EKG: Disritmia arterial

4.8 EKG latihan : Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program latihan

2.8.2 Diagnosa

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus. 3. Hipertermi berhubungan dengan bakterimia, viremia

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa nausea, vomiting, malaise.

(11)

6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis

2.8.3 Intervensi No. Diagnose

Keperawatan

Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme,

edema mukosa,

akumulasi mukus.

Tujuan:

Jalan nafas bersih dan

patent setelah

mendapat tindakan keperawatan, dengan kriteria:

Pada saat bernafas tidak menggunakan otot-otot bantu, frekwensi nafas dalam batas normal, suara

a. Pengetahuan yang memadai

memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan

perawatan.

b. Peningkatan hidrasi

cairan akan

mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan. c. Fisoterapi nafas melepaskan sekret

dari tempat

perlekatan, postural drainase

memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat.

(12)

latihan batuk

berfungsi untuk mengencerkan

kecukupan suplai oksigen.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pemeriksaan TTV terutama pada pola

(13)

aktivitas

berhubungan dengan bakterimia, viremia

Tujuan:

Suhu tubuh dalam batas normal setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria:

a. Pengetahuan yang memadai

memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan

keperawatan.

b. Penurunan panas dapat dilakukan

dengan cara

konduksi melalui kompres.

c. Hidrasi cairan yang

cukup dapat

menurunkan suhu tubuh.

(14)

kepada

dapat dilakukan dengan tehnik

f. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan rasa nausea, vomiting, malaise.

Tujuan:

Nutrisi terpenuhi secara adekuat setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria:

a. Pengetahuan yang memadai

memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan.

b. Merangsang

(15)

makanan yang

c. Dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah.

d. Roboransia

memberikan efek dalam peningkatan nafsu makan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe.

Tujuan:

Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan selama dalam masa

a. Pengetahuan yang memadai

(16)

kriteria: adekuat mencegah timbulnya defisit cairan.

c. Anak yang

mengalami dyspnoe akan mengalami kesulitan dalam asupan perenteral/ per os.

d. Mengetahui sejak

dini dengan

menghitung secara tepat agar tidak

(17)

terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit

kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi. Jumlah

d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi. e. Dapat diberikan

untuk organisme

khusus yang

(18)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Bronchitis adalah suatu peradangan bronchiolus, bronchus, dan trachea oleh berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus . Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis bronchitis yaitu bronchitis akut dan kronik (Muttaqin, 2008).

(19)

bronchitis akut atau penyakit-penyakit umum kronis, dan ditandai dengan batuk, ekspektorasi, danperubahan sekunder jaringan paru (Company, 2000).

3.2 Saran

Bagi mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pasien bayi dengan bronchitis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai teori yang ada. Bagi perawat diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pasien bayi dengan bronkitis sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakrta : Buku Kedokteran EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Table 4.12 Biaya Bahan Penolong Pada Industri Simping di Kabupaten Purwakarta 63 Tabel 4.13 Efisiensi Teknis Model CRS Pengusaha Simping di Kabupaten

• Risiko pasar atau beta risk adalah risiko suatu proyek dilihat dari konteks atau sudut pandang investor yang memiliki portofolio saham atau kontibusi proyek terhadap

ANALISIS EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI MAKANAN SIMPING Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Zone pemukiman kelas rendah dan zone pemukiman kelas tinggi pada gambar ditunjukan oleh..

IMPORTIR ATAU PEMBELI OPENING BANK ATAU ISSUING BANK BENEFICIARY ATAU EKSPORTIR ATAU PENJUAL ADVISING BANK NEGOTIATING BANK ACCEPTANCE BANK CONFIRMING BANK PAYING BANK Adalah

Bertindak dan berperilaku timbal balik antar sesama dalam kegiatan organisasi pada saat perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan teknik sipil, dan mampu menyatakan

 Kepala daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi Daerah untuk membiayai infrastruktur dan/atau investasi yang menghasilkan penerimaan Daerah setelah

Perancangan alat angkat berupa crane dan mekanisme railway sebagai jalan troli ikan serta dengan penerapan sirkulasi air dalam cargo yang berbentuk mini kontainer