• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWA TAN DI ELIMINASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWA TAN DI ELIMINASI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan sebagai

makhluk hidup karena dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makanan dan mengeluarkan metabolisme (eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peran masing – masing organ. Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang sisa – sisa metabolism adalah mengeluarkan urine. Membuang urine dengan melalui eliminasi

merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Apabila eliminasi tidak dilakukan oleh tubuh, maka akan terjadi gangguan – gangguan diantaranya : retensi urine (perubahan pola eliminasi urine), enuresis, inkontinensia urine, dll. Selain dapat menimbulkan gangguan – diantaranya : retensi urine (perubahan pola eliminasi urine), enuresis, inkontinensia urine, dll. Selain dapat menimbulkan gangguan – gangguan yang disebutkan diatas, dapat juga menimbulkan dampak pada sistem organ lain seperti sistem pencernaan. B. Tujuan

Berdasarkan judul makalah yang kami susun dengan judul “ pemenuhan kebutuhan eliminasi” maka kami memberikan batasan masalah yaitu megetahui bagaimana aspek membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi, serta hal hal yang perlu di perhatikan saat melakukan tindakan membantu klien. C. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan tentang pemenuhan kebutuhan eliminasi 2. Menjelaskan tentang menolong klien bab dan bak 3. Menjelaskan tentang pemasangan kateter

4. Dengan penulisan makalah ini dapat menjadi bahan acuan bagi kita semua sebagai mahasiswa kesehatan dalam proses pembelajaran

membantu klien bab pada pasien pria dan wanita dengan tepat dan benar sesuai dengan teknik dan prosedur yang sesuai

D. Manfaat

Manfaat yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah :

 Kita dapat mengetahui pemenuhan kebutuhan eliminasi.

 Dapat mengetahui cara menolong pasien BAB dan BAK serta pemasangan kateter.

(2)

BAB II PEMBAHASAN A.KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

2.1.1 Pengertian Eliminasi

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau feses. Kebutuhan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu; eliminasi urine dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). (Uliyah, Hidayat;2008)

Jenis – Jenis Eliminasi

2.2.1 Eliminasi Urine (kebutuhan buang air kecil) 2.2.2 Eliminasi Alvi (kebutuhan buang air besar) Pengertian Eliminasi Urine

Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk

mempertahankan homeostasis tubuh.

Organ Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine: Ginjal

Ginjal merupakan organ retroperitoneal (dibelakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang panggul. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron yang merupakan unit dari struktur ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron, urine disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal kemudian disalurkan melalui ureter menuju kandung kemih.

Ureter

Ureter adalah suatu saluran moskuler berbentuk silider yang menghantarkan urine dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20 – 30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm didekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari mukosa yang dilapisi oleh sel – sel transisional, otot polossirkuler, dan

longitudinal yang dapat melakukan kontraksi guna mengeluarkan urine menuju kandung kemih.

(3)

Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot polos yang berfungsi sebagai tempat penampungan air seni (urine). Di dalam kandung kemih, terdapat lapisan jaringan otot yang memanjang ditengah dan melingkar disebut sebagai detrusor, dan berfungsi untuk mengeluarkan urine. Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot yang berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkaran yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih keluar tubuh.

Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh system saraf simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendur dan terjadi kontraksi sphinoter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal di dalam kandung kemih. System para simpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya shinoter.

Uretra

Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar. Saluran perkemihan dilapisi membrane mukosa, dimulai dari meatus uretra hingga ginjal. Secara normal, mikroorganisme tidak ada yang bias melewati uretra bagian bawah, namun membrane mukosa ini pada keadaan patologis yang terus – menerus akan menjadikannya media baik untuk pertumbuhan beberapa patogen.

Proses Pelaksanaan Eliminasi Urine Proses Berkemih

Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ± 250 – 400 cc (pada orang dewasa) dan 200 – 250 cc (pada anak – anak).

Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urie yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf – saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan melalui medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral. Selanjutnya, otak memberikan impuls melalui medula spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, kmudian terjadi kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sphincter internal. Urine dilepaskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan oleh spincter

eksternal. Jika waktu dan tempat memungkinkan, akan menyebabkan relaksasi spincter eksternal dan urine dikeluarkan (berkemih).

Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine Diet dan Asupan (in take)

(4)

Respons Keinginan Awal untuk Berkemih

Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebakan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.

Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.

Stres psikologis

Meningkatnya stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

Tingkat aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan braktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun.

Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun, kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat seiring dengan pertambahan usia. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus. Sosiokultural

Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.

Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

Tonus Otot

(5)

Pembedahan

Pembedahan berefek menurunkan fltrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunanjumlan produksi urine.

Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat

meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan anthipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur – prosedur yang berhubungan dengan tindakan

pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP). Pemeriksaan ini dapat membatasi jumlah asuan sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu, tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema local pada uretra sehingga pengeluaran urine terganggu.

Gangguan Eliminasi Urine Retensi urine

Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika

seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml urine.(musrifatul uliyah 2010)

Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum,

penyebab dari inkontinensia urine adalah proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, serta penuaaan kesadaran, serta penggunaan obat narkotik.

Enuresis

Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, enuresis terjadi pada anak atau otang jompo. Umumnya enuresis terjadi pada malam hari.

(6)

Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas: Frekuensi

Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Peningkatan frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkan oleh sistisis. Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan stres atau hamil. Urgensi

Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, perasaan segera ingin berkemih terjadi pada anak karena kurangnya pengontrolan pada sphincter. Disuria

Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.

Poliuria

Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya, hal ini dapat ditemukan pada penyakit diabetes mellitus dan penyakit ginjal kronis.

Urinaria Supresi

adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal, urine diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60 – 120 ml/jam secara terus – menerus. Penanggulangan Gangguan Eliminasi Urine

Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan

Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda – beda maka dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urinetersebut antara lain ; pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.

Pengambilan Urine Biasa

Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan mengeluarkan urine secara biasa, yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilan, dll.

(7)

Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan kateterisasi atau fungsi suprapubisyang bertujuan untuk mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya. Pengambilan Urine Selama 24 Jam

Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal.

Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal

Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar kecil dilakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal). Hal tersebut dilakukan untuk menampung urine dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah).

Melakukan Kateterisasi

Kateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai

pengambilan bahan pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, kateterisasi terbagi menjadi dua tipe internitent (straight kateter) dan tipe indwelling (foley kateter) 2.1.7 Pengumpulan Urine Untuk Pemeriksaan

Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbedaa-beda, maka dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga di bedakan sesuai dengan tujuannya.Diantara cara pengambilan urine tersebut antara lain : pengambilan urin biasa, pengambilan urin steril, dan pengumpulan selama 24 jam.(uliyah,hidayat 2010)

1. Pengambilan urin biasa merupakan pengambilan urin dengan cara

mengeluarkan urin secara biasayaitu buang air kecil. Pengambilan urin biasanya digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urin, pemeriksaan kehamilan, dan lain-lain. 2. Pengambilan urin steril merupakan pengambilan urin dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan cara kateterisasi atau fungsi supra pubis yang bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya. 3. Pengambilan urin selama 24 jam merupakan pengambilan urin yang di kumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urin selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal.

Alat:

(8)

1. Cuci tangan 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 3. Bagi pasien yang tidak mampu sendiri untuk buang air kecil maka bantu untuk buang air kecil (lihat prosedung menolong buang air 4. kecil),keluarkan urin, setelah itu tamping kedalam botol. 5. Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri

anjurkan pasien untuk buang air kecil biarkan urin yang pertama keluar dahulu kemudian anjurkan menampung urin kedalam botol. 6. Catat nama pasien, dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan. 7. Cuci tangan.

2.1.8 Menolong Pasien Pada Waktu Buang Air Besar dan Buang Air Kecil Persiapan alat:

1. Pispot atau steekpan bertutup dan urinal 2. Alat pispot 3. Botol berisi air cebok 4. Kapas cebok dalam tempatnya 5. Kertas kloset bila tersedia 6. Bengkok

(nierbekken) 7. Sampiran(scherm) 8. Selimut atau kain penutup 9. Bel, bila tersedia

Persiapan pasien:

Pasien di beri penjelasan tentang hal hal yang dilakukan

1. Pintu di tutup, kemudian sampiran (scherm) dipasang 2. Pakaian pasien bagian bawah di tanggalkan, kemudian bagian badan dan yang terbuka itu di tutup dengan selimut atau kain penutup 3. Pasien di anjurkan menekuk lutut dan mengangkat bokong 4. alas pispot di pasang 5. Pispot disorongkan sampai terletak di bawah bokong pasien. Jika pasien tidak dapat melakukanya sendiri, petugas membantu menekukkan lutut dan mengangkat pinggul pasien dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan petugas menyorongkan pispot sedemikian rupa sehungga posisinya tepat dan nyaman. 6. Bila pasiebila pasien sudah selesai BAB atau BAK, kakinya di renggangkan dan selimut di buka sedikit, selanjutnya anus dan daerah genitalia di bersihkan dengan kapas cebok. Pasien di miringkan, tangan kiri petugas membuka bokong pasien, tangan kanan

memebersihkan anus dengan kapas cebok atau kertas kloset lalu di buang kedalam pispot. Pembersihan ini di lakukan beberapa kali sampai anus bersih. Setelah pasien selesai bab pispot di angkat, ditutup dan diturunkan. 7. Bila pasien menginginkan cebok sendiri, petugas membantu menyiram dan

selanjutnya tangan pasien di cuci lalu pispot di angkat, di tutup dan di turunkan 8. Bokong pasien di keringkan dengan pengalas 9. Setelah selesai pasien di rapikan, sedangkan peralatan di bersihkan, dibereskan dan dikembalikan

ketempat semula. 10. Pintu dan sampiran (scherm) dibuka kembali. perhatian : 11. Bila tidak dapat di tolong oleh satu orang petugas, misalnya pasien gemuk haemi plegia, payah diperlukan lebih dari satu petugas. 12. Bila urin akan di tamping untuk bahan pemeriksaan, lebih dahulu tuangkan kedalam bengkok, lalu pispot atau urina di pasang kembali setelah itu baru di ceboki 13. Bila vases akan di periksa, perlu disiapkan dua pispot yaitu satu untuk tempat vases dan satu lagi untuk cebok. 14. Pispot atau urina yang diberikan harus dalam keadaan bersih dan kering. 15. Pispot sebaiknya tidak di berikan pada waktu:

(9)

6. Kunjungan dokter urin harus diperhatikan dan di catat: 7. jumlahnya karenanya 8. Warnanya 9. Adanya kelainan (darah, nanah dan lainnya) 10. Faeces harus di perhatikan dan di catat: 11. Keadaannya (keras, lembek, cair) 12. Bentuknya 13. Warnanya 14. Adanya kelainan (darah, lender, nana atau cacing) 15. Baunya 16. Keluhan lain dari pasien.

2.1.9 Perawatan Untuk Pasien Yang Mengalami Masalah Eliminasi

Tubuh harus cukup cairan untuk tetap sehat. Lebih dari setengah berat badan orang dewasa terdiri dari cairan. Jumlah atau volume cairan yang ada dalam tubuh kurang lebih konstan. Individu mendapat cukup cairan melalui minum air dan cairan lain dan melalui makan makanan yang mengandung cairan. Volume ini di seimbangkan oleh jumlah cairan yang dikeluarkan individu dalam

pernafasan, keringat, urin, dan cairan dalam feses yang dieliminasikan dari saluran gastroinstetinal.

Cairan tubuh mengandung elektrolit seperti natrium, kalium, klorida, fosfat, dan kalsium. Pada individu, elektrolit ini seimbang. Beberapa penyakit menyebabkan cairan atau elektrolit tidak seimbang. Ketika individu sakit, perawat harus

memerhatikan dengan ketat jumlah cairan yang masuk dan keluar, untuk myakinkan bahwa cairan dan elektrolit seimbang.

KEBUTUHAN ELIMINASI ALVI 2.2.1 Pengertian Eliminasi Alvi

Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran metabolism berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan yang melalui anus. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali – kali dalam satu hari, biasanya gangguan – gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi maslah yang lebih besar. (Hidayat, Uliyah;2009) 2.2.2 Organ Yang Berperan Dalam Eliminasi Alvi

Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletah diantara lambung dan usus besar. Bagian – bagian dari usus halus yaitu;

duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus kosong), ileum (usus penyerapan).

Duodenum (usus dua belas jari)

(10)

Usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas jari dan usus penyerapan. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2 – 8 meter, 1 – 2 meter adalah bagian usus kosong.

Ileum (usus penyerapan)

Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang sekitar 2 – 4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum dan dilanjutkan oleh usus buntu.

Usus Besar

Usus besar adlah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dan feses. Bagian – bagian dari usus besar yaitu; kolon, rektum, dan anus.

Kolon

Kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Rektum

Rektum adalah organ terakhir dari usus besar. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sementara.

Anus

Anus atau dubur adlah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh.

2.2.3 Proses Pelaksanaan Eliminasi Alvi Proses Defekasi

Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refee untuk defekasi, yang terletak di medulla dan sussum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan

parasimpatis, sphincter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refeks defekasi dirangsang untuk buang air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selam defekasi berbagai otot lain

membantu prose situ, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot – otot dasar pelvis.

Secara umum, terdapat dua macam refeks yang membantu proses defekasi, yaitu refeks defekasi intrinsik dan refeks defekasi parasimpatis. Refeks

(11)

peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refeks defekasi

parasintetis dimulai dari adanya proses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke

sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter internal, maka terjadilah proses defekasi saat sphincter internal

berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak

direncanakan dan zat makanan lainyang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu dan usus kecil.

2.2.4 Gangguan Eliminasi Alvi Konstipasi

Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar terlalu kering dan keras.

Diare

Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.

Inkontinesia Usus

Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinesia alvi yang

merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter.

Kembung

Kembung merupakan keadaan penuh udara di dalam perut karena pengumpulan gas berlebih di dalam lambung atau usus.

Hemorroid

Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain – lain.

Fecal Impaction

(12)

2.2.5 Faktor Yang Mempengarhi Eliminasi Alvi Usia

Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda.

Diet

Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi dapat

mempengaruhinya.

Asupan Cairan

Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.

Aktivitas

Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.

Pengobatan

Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering.

Kebiasaan atau Gaya Hidup

Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa

melakukan buang air besar di tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di tempat yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.

Penyakit beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit – penyakittersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.

Nyeri

Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.

Kerusakan Sensoris dan Motoris

Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses

(13)

2.2.6 Cara Menangani Gangguan Eliminasi Alvi Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan

Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan). Memberikan Huknah Rendah

Memberikan huknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon desensen dengan menggunakan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak pasca operasi dan merangsang buang air besar pada pasien yang mengalami kesulitan buang air besar.

Memberikan Huknah Tinggi

Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah untuk prosedur diagnostik.

Membantu Pasien Buang Air Besar dengan Pispot

Membantu pasien buang air besar dengan pispot ditempat tidur merupakan tindakan bagi pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar mandi.

Memberikan Gliserin

Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk

merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar. Mengeluarkan Feses dengan Jari

rektum pasien untuk mengambil atau menghancurkan feses sekaligus mengeluarkannya.(Musrifatul Uliyah,A.Aziz Alimul Hidayat:2008)

KATETER

2.3.1 Pengertian Kateter

(14)

kateter yang dipaksakan kedalamnya. Bakteri dapat di dorong memasuki kandung kencing selagi kateter dimasukkan.

Kateterisasi dapat dipasang sebelum pembedahan untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing pasien, karena ketegangan dan obat pereda sebelum

operasi dapat menyebabkan kandung kencing tidak sepenuhnya kosong. (yuni kusmiyati 2009)

Kateterisasi selalu membawa resiko infeksi dan ini harus di hindari jika mungkin. Kateterisasi melibatkan pemasangn selang yang di sebut kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih. Seperti juga mengalirkan urine, kateterisasi dapat digunakan selama pembedahan untuk mempertahankan kandung kemih kosong. Ada dua jenis kateter. Kateter lurus di gunakan untuk mengeluarkan isi kandung kemih selama beberapa menit. Kateter foley atau menetap (indwelling) tetap di pasang dan terus menerus mengalirkan urin.

Selalu memberikan privasi untuk pasien bila prosedur melibtatkan area genital.tutup pintu atau tarik tirai di sekeliling tempat tidur.

Sebelum anda memulai, jelaskan apa yang akan anda lakukan dan alasannya. Beri tahu pasien bahwa pasangan kateter tidak akan menyakiti meskipun mereka dapat merasakan adanya tekanan. (kedokteran ECG; )

Gunakan teknik steril dan sangat berhati-hati ketika memasang kateter. Jika kateter tidak steril anda dapat memasukkan mikroorganisme kedalam kandung kemih dan menyebabkan infeksi. Jika anda tidak cermat ketika memasukkan slang kateter, anda dapat merusak uretra. Kerusakan uretra khususnya mungkin terjadi pada pria, yang uretra nya lebih panjang dari pada wanita.

2.3.2 Perawatan Pasien Yang Terpasang Kateter.

Dalam merawat pasien dengan kateter menetap, tujuan utamanya adalah mencegah infeksi saluran kemih.

Cara terbaik untuk mencagah infesi adalah memastikan bahwa pasien minum banyak air setiap hari, sampai 3 liter. Minum banyak menghasilkan banyak urin. Ini mempertahankan kandung kemih terbilas dan menghiangkan sedimen yang melekat pada kateter. Ajarkan pasien dan keluarganya untuk memeriksa selang drainase dan kantung serta meyakinkan bahwa alat ini selalu berada lebih rendah dari kandung kemih pasien, sehingga gravitasi akan membantu aliran urin. Ingatkan pasien jangan pernah berbaring di atas selang dan

memerikasanya untuk meyakinkan tidak ada tekukakan pada selang. Berikan atau bantu pasien dengan higiene perineum 2 kali sehari.

(15)

atau kandung drainase, atau bila ada kebocoran, anda perlu mengganti selang dan kantung. Jika anda mengganti selang, anda arus menggunakan teknik steril yang ketat. (lihat bab lindungi pasien dari infeksi.(kedokteran EGC)

2.3.3 Pemasangan Kateter

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Bak instrument 2. Spuit 10 cc 3. Bengkok 4. Sarung tangan steril 5. Aqua destilata 6. Plester 7. Gunting plester 8. Perlak 9. Kateter 10. Kapas air DTT 11. Kassa 12. Urine bag 13. Jelly atau vaselin 14. Waskom larutan klorin 0,5% PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Wanita 2. Beritahu dan jelaskan pada ibu maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan. 3. Susun alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam bekerja.

4. Pasang sampiran atau tirai. 5. Atur posisi pasien senyaman mungkin. 6. Pasang perlak dibawah bokong pasien. 7. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih. 8. Buka kemasan bungkus kateter dan tempatkan kateter di bak instrument steril. 9. Pakai sarung tangan. 10. Lakukan vulva higiens dengan kapas air DTT. 11. Olesi ujung kateter dengan jelly atau vaselin kira-kira 4 cm. 12. Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari

telunjuk tangan yang tidak dominan. 13. Masukkan ujung kateter ke uretra secara perlahan-lahan menuju kandung kencing, sampai keluar air kencing, alirkan ke bengkok atau urinal. 14. Masukkan cairan aquadest ke karet pengunci kateter sebanyak 10 cc untuk mengunci kateter agar tidak lepas bila di pasang permanen. 15. Hubungkan pangkal kateter dengan pipa penyambung pada kantong urin(urine bak). 16. Rekatkan kateter pada paha pasien dengan plester. 17. pasang urine bak pada tempat tidur pasien ( urine bak diberi tali dari kassa untuk mengikat dengan tepi tempat tidur). 18. Rapikan pasien. 19. Bereskan alat. 20. Cuci sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan klorin selama 10 menit. 21. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih. (yuni kusmiyati 2009)

http//:www.google.com/imegres?imurl=http://2.bp.blogspot.com http;//www.google.com/imgres?imgurl=http//2.bp.blogspot.com

1. Pada laki-laki 2. Memberi tahu dan menjeaskan pada klien. 3. Mendekatkan alat-alat. 4. Memasang sampiran. 5. Mencuci tangan. 6. Menanggalkan pakaian bagian bawah. 7. Memasang selimut mandi, perlak, dan pengalas bokong. 8. Menyiapkan posisi klien. 9. Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien. 10. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan. 11. Memegang penis dengan tangan kiri. 12. Menarik preputium sedikit ke pangkalnya, kemudian

(16)

penis lebih di keataskan, sedikit dan pasien di anjurkan menarik nafas panjang dan memasukkan kateter perlahan-lahan sampai urine keluar, kemudian menampung urine kedalam botol steril bila diperlukan untuk pemeriksaan. 15. Bila urin sudah keluar semua anjurkan klien untuk menarik nafas panjang. Kateter di cabut pelan-pelan di masukkan ke dalam botol yang berisi larutan klorin. 16. Melepas sarung tangan dan memasukkan kedalam botol bersama dengan kateter dan pinset. 17. Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas. 18. Menarik selimut dan mengambil selimut mandi. 19.

Membereskan alat. 20. Mencuci tangan.(Yuni Kusmiati 2009)

http;//www.google.com/imgres?imgurl=http//2.bp.blogspot.com 2.3.4 Melepas Kateter

Peralatan:

1. Sarung 2. Spuit 3. Betadine 4. Bengkok 2 buah Prosedur:

1. Memberitahu pasien 2. Mendekatkan alat. 3. Memasang sampiran. 4. Mencuci tangan. 5. Memakai sarung tangan. 6. Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit. 7. Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang,

kemudian letakkan kateter pada engkok 8. Olesi area prepotium (meatus uretra ) dengan betadin 9. Membereskan alat 10. Melepaskan sarung tangan 11.

Mendokumentasikan (siti banaliya 2008)

(17)

PENUTUP kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka adapun simpulan yang dapat penulis ambil yaitu sebagai berikut:

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine maupun alvi demi menjaga homeostasis tubuh.

Eliminasi urine merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan

berperan dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan manusia untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Adapun organ – organ yang berperan dalam proses eliminasi urine diantaranya; ginjal, ureter, kandung kemih, uretra.

Eliminasi alvi merupakan proses pembuangan atau pengeluaran metabolism berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan. Adapun sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi ini adalah sistem gastrointestinal yang meliputi usus halus dan usus besar.

Saran

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat atau pembaca, agar dapat menjaga kesehatan organ eliminasi sehingga proses eliminasi di dalam tubuh manusia dapat berjalan dengan baik dan seimbang.

(18)

Banaliyah Sti.(2008),Medial book keterampilan praktik klinik keperawatan dan kebidanan. Uliyah Musrifatul.(2008),Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Buku pedoman perawatan pasien. Buku kedokteran ECG. Kusmiyati Yuni.

Referensi

Dokumen terkait

18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi arah dan posisi rekahan pada daerah penelitian sehingga dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh rekahan yang ada terhadap

Dinas Kehutanan untuk rehabilitasi yaitu ada dua cara yakni rehabilitasi diluar kawasan hutan dan rehabilitasi didalam kawasan hutan. Yang diluar kawasan hutan berada

Pada Bank BRI Syariah Kantor Cabang Tanjung Karang, pihak risk management mereka menggunakan model manajemen risiko pembiayaan mikro 75 iB dalam meningkatkan

Studi pengelompokkan pelaku, aktifitas, kebutuhan, dan sifat ruang berdasar aktifitas penunjang ... Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul tahun

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan masyarakat perkotaan di Antapani Kota Bandung .Skripsi Srjana Pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnins

Sepert i misalnya, memberikan akses keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya kelompok penduduk miskin dan pelaku usaha mikro yang umumnya

Materi yang disampaikan pada siklus II adalah metode. primal dual yang diselesaikan dengan