HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KELUHAN DENGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA KISTA
OVARIUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 DAN 2015
OLEH :
TEGUH PANGESTU 130100136
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KELUHAN DENGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA KISTA
OVARIUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 DAN 2015
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
OLEH :
TEGUH PANGESTU 130100136
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
i
ii
ABSTRAK
Pendahuluan : Kista ovarium adalah suatu penyakit gangguan organ reproduksi wanita dimana terdapat suatu kantong berisi cairan seperti balon berisi air yang terdapat di ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering di jumpai pada wanita di masa reproduksinya.
Objektif : Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan sekat lintang (cross sectional). Data penelitian ini diambil dari rekam medik di RSUP H.
Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dan 2015.
Penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel, yaitu consecutive sampling dengan jumlah keseluruhan sampel 130 pasien. Data dikumpulkan dengan cara melihat rekam medis. Data diolah dan dianalisis dengan uji statistic chi square dengan p < 0,05.
Hasil : Berdasarkan penelitian didapatkan hasil beberapa variabel yang berhubungan dengan gambaran gambaran histopatologi kista ovarium, yaitu Usia (p=0,048), paritas (p=0,133), pembesaran perut (p=0,001), gangguan haid (p=0,006), nyeri perut (p=0,001).
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia, pembesaran perut, gangguan haid dan nyeri perut dengan gambaran histopatologi kista ovarium. Sedangkan paritas tidak terdapat ada hubungan dengan gambaran histopatologi kista ovarium.
Kata kunci : Kista ovarium, Karakteristik, histopatologi
iii
ABSTRACK
Introduction : ovarian cyst is a female reproductive organ disorder which have a bag filled with fluid, like balloon filled with water contained in the ovary. Ovarian cyst is a benign gynecological tumor, most found in female on her reproductive period.
Objective : This study aims to determine the relationship of the characteristics and yelp of the patient with histopathological result in patient with ovarian cyst.
Method : This is an analitic study design with cross sectional method. The research of the data was taken from the medical records in RSUP H. Adam Malik Medan and RSUD Dr. Pirngadi Medan on 2014 and 2015. This study used a consecutive sampling technic with 130 samples. Data collected from the medical record. This data analyzed with chi square with p<0,05.
Result : Based on this study there are some variables which related with histopathological result of ovarian cyst, the age (p=0,004), parity (p=0,133).
Abdomen enlargement (p=0,001), menstrual disorder (p=0,006), abdominal pain (p=0,001).
Conclusion : the conclusion from this study, there is a relationship between the age, abdominal pain, menstrual disorder and abdominal pain with the histopathological result of the ovarian cyst. Meanwhile there is no relation between parity and histopathological result.
Keywords : ovarian cyst, characteristic, histopathology
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Hubungan Karakteristik dan Keluhan dengan Gambaran Histopatologi pada Penderita Kista Ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014 dan 2015 “. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya banyak mendapat dorongan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak dan akhirnya saya dapat menyelesikan skripsi ini dengan sempurna dan tepat pada waktu. Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian.
2. dr. Muhammad Rusda, Sp.OG (K), selaku Dosen Pembimbing 1 dan dr. Sri Amelia, M.Kes selaku Dosen Pembimbing 2, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan untuk menyiapkan skripsi ini.
3. dr. Mustafa M. Amin, M.ked, KJ, Msc, Sp. KJ (K) selaku Dosen Penguji 1 dan dr. Muhammad Syahputra, M.Kes selaku Dosen Penguji 2, yang telah banyak memberikan komentar yang bermanfaat, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lebih lengkap.
4. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, H. Sartiman SH dan Hj. Siti Sundari, beserta saudara saya, Candra dan Vita, dan seluruh keluarga saya atas doa, perhatian dan dukungan sebagai bentuk kasih saying kepada saya.
5. Sahabat dan teman seperjuangan saya di FK USU, Lily, Akbar Almaarij, Jonatan Wibisana, Aziz Achmad, M. Khairul Akbar, M. Yakub Adira, M.
Rifqi Mafazi, M. Huda Wirautama, Yan Hasqi, M. Hafiz Mahruzza, Irfan Julio, Akmal Ashrof, Teuku M. Syiva, Arie Fandy, Herman Ivan, Jason
v
Affendy, Kevin Prathama, M. Rahman, M. Ridho, Fahdlul Ridho, M. Fikri Ardinata, Fara Haura, Novy Soraya, Ibtisam Aulia, Natassya Sandra, Cut Farah, Anggi Cantika, Cut Putri Astritd, Almira Wynona, Nadia Iftari, Avie Hanindya, Rizky Ayuni, Farisa, Sabrina, Siti Utari, Fildzah Nasirah, Nahrira Darwis, Muhammad Abror, Julitya, teman-teman seangkatan 2013 lainnya, kelompok praktikum A-3, grup Bola Gembira dan teman-teman serta seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bantuan, dukungan, cerita, pengalaman dan keceriaan selama tujuh semester menjalani pendidikan disini.
6. Teman-teman terdekat saya yang selalu mendukung Teuku Raja, Liza Sebayang, Hera Ismayani, Ayu Pratiwi.
Akhir kata, saya berharap Tuhan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu saya, semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu selanjutnya.
Medan, 10 Januari 2017 Peneliti,
Teguh Pangestu (NIM : 130100136)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR SINGKATAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 3
1.3.Tujuan Penelitian ... 3
1.4.Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Ovarium ... 5
2.1.1. Anatomi ... 5
2.1.2. Histologi ... 6
2.2. Kista Ovarium ... 8
2.2.1. Definisi ... 8
2.2.2. Klasifikasi ... 9
2.2.3. Epidemiologi ... 14
2.2.4. Faktor Resiko ... 15
2.2.5. Gejala Klinis... 16
2.2.6. Pemeriksaan Fisik ... 17
2.2.7. Pemeriksaan Penunjang ... 18
2.2.7.1. Ultrasonografi ... 18
2.2.7.2. Foto rontgen ... 18
2.2.7.3. Pengukuran CA-125 ... 18
2.2.7.4. Pemeriksaan Histopatologi ... 19
2.2.8. Komplikasi ... 19
2.2.9. Penatalaksanaan ... 20
2.2.9.1. Pada pasein asimptomatis ... 20
2.2.9.2. Pasien dengan gejala ... 21
2.2.10. Pencegahan ... 23
2.2.10.1. Pencegahan primer ... 23
2.2.10.2. Pencegahansekunder ... 23
vii
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN
HIPOTESA ... 24
3.1.Kerangka Teori... 24
3.2.Kerangka Konsep ... 24
3.3.Hipotesa... 25
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 26
4.1.Rencana Penelitian ... 26
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ... 26
4.2.1.Waktu ... 26
4.2.2.Tempat penelitian ... 26
4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
4.3.1. Populasi ... 26
4.3.2. Sampel ... 26
4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 28
4.5.Pengolahan dan Analisa Data... 28
4.5.1. Pengolahan Data... 28
4.5.2. Analisa Data ... 28
4.6.Defenisi Operasional ... 29
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
5.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
5.2.Deskripsi Karakteristik Sampel / Individu ... 31
5.3.Deskripsi Bivariat ... 34
5.4.Pembahasan ... 39
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
6.1. Kesimpulan ... 44
6.2. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisik Tumor Ovarium Jinak dan Ganas ... 17
Tabel 2.2 Pemeriksaan Radiografi ... 18
Tabel 2.3 Pemeriksaan Histopatologi ... 18
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien-Pasien Kista Ovarium ... 32
Tabel 5.2 Keluhan Pasien-Pasien Kista Ovarium ... 33
Tabel 5.3 Gambaran Histopatologi Kista Ovarium ... 33
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium... 34
Tabel 5.5 Uji Chi-Square : Hubungan Usia dengan Gambaran Histopatologi Kista Ovarium ... 34
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium Berdasarkan Usia... 35
Tabel 5.7 Uji Chi-Square : Hubungan Paritas dengan Gambaran Histopatologi Kista Ovarium ... 35
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium Berdasarkan Paritas ... 36
Tabel 5.9 Uji Chi-Square : Hubungan Pembesaran Perut dengan Gambaran Histopatologi Kista Ovarium ... 37
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium Berdasarkan Pembesaran Perut ... 37
Tabel 5.11 Uji Chi-Square : Hubungan Gangguan Haid dengan Gambaran Histopatologi Kista Ovarium ... 38
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium Berdasarkan Gangguan Haid ... 38
Tabel 5.13 Uji Chi-Square : Hubungan Nyeri Perut dengan Gambaran Histoptologi Kista Ovarium ... 39
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium Berdasarkan Nyeri Perut ... 39
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 2.1. Anatomi Ovarium... 5
Gambar 2.2. Histologi Ovarium ... 7
Gambar 2.3. Histologi Ovarium ... 8
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian... 24
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 24
x
DAFTAR SINGKATAN
BNO IVP Blaas Nier Oversight
CDC Centers for Disease Control and Prevention
CFR Cost and Freight
CT-Scan Computerized tomography scanner
LH Luteinizing Hormone
MRI Magnetic Resonance Imaging
PNS Pegawai Negrei Sipil
RSU Rumah Sakit Umum
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
RSUP Rumah Sakit Umum Pusat
T10 Thoracal 10
USG Ultrasonography
WHO World Health Organization
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Hasil Pengolahan SPSS
Lampiran 3 Surat Ethic
Lampiran 4 Surat RSUP H. Adam Malik Medan Lampiran 5 Surat RSUD Dr. Pirngadi Medan
Lampiran 6 Master Data
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini sedang dalam proses pembangunan untuk menjadi negara yang makmur. Proses pembangunan yang dilakukan diantaranya adalah pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dimana kesehatan itu adalah keadaan sehat baik itu secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.1
Kesehatan memiliki berbagai macam ruang lingkup yang harus di penuhi.
Salah satu ruang lingkup kesehatan adalah kesehatan reproduksi. Dimana kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi baik pada laki-laki dan perempuan.1
Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan reproduksi, diantaranya penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi adalah kista ovarium. Kista ovarium adalah suatu penyakit gangguan organ reproduksi wanita. Kista ovarium adalah suatu kantong berisi cairan seperti balon berisi air yang terdapat di ovarium, kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering di jumpai pada wanita di masa reproduksinya.2,3
Kista ovarium secara umum memiliki ukuran kurang dari 6 cm dan jenis kista ovarium bisa bervariasi, ada yang berisi cairan jernih yang biasanya di sebut kista fungsional, berisi darah seperti kista merah (rubrum), kista berisi gigi, rambut, dan cairan lemak yang disebut kista dermoid, berisi jaringan ikat yang padat seperti fibroma. Di antara kista ovarium ini ada yang bersifat neoplastik (memerlukan operasi) dan ada yang bersifat non neoplastik (tidak memerlukan operasi).4
Lesi patologis didominasi yang bersifat jinak, borderline, dan ganas. Kista jinak seperti kistoma ovari simpleks, kistadenoma ovari musinosum, kistadenoma serosum, kista endometroid, kista dermoid. Sedangkan Kista ganas seperti
2
kistadenokarsinoma serosum, kistadenokarsinoma musinosum dan karsinoma mesonephroid. Kebanyakan lesi jinak ovarium terjadi pada kelompok usia subur dan sering kistik, sedangkan tumor ganas lebih sering terjadi pada wanita lanjut usia.5
Menurut WHO, di Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita kanker ovarium sebanyak 23.400 dengan angka kematian sebesar 13.900 orang (CFR = 59,4%). Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awal bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastase, sehingga 60% - 70% pasien datang pada stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut sebagai “silent killer”. Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian dari kalangan wanita Amerika Serikat dan memiliki angka kematian tertinggi dari salah satu kanker ginekologi. Di seluruh dunia, tahun 2007 terdapat 204.000 wanita yang terdiagnosa kanker ovarium dan 125.000 diantaranya meninggal.6
Menurut US Cancer Statistics (2004) kejadian dan laporan kematian, 20.095 perempuan di Amerika Serikat mengetahui bahwa mereka menderita kanker ovarium, 6.600 wanita yang di diagnosis dengan kanker ovarium di Inggris setiap tahun, sekitar 1.500 di Australia dan 2.300 di Kanada. Tingkat kematian untuk penyakit ini tidak banyak berubah dalam 50 tahun terakhir.6 Di Malaysia, pada tahun 2008 terdata 428 kasus penderita kista ovarium, dimana terdapat 20%
diantaranya meninggal dunia, 60% di antaranya adalah wanita karier yang telah berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus penderita kista, dan 25% di antaranya meninggal dunia, dan 70% di antaranya wanita karier yang telah berumah tangga.7
Angka kejadian penyakit kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di RS.
Kanker Dharmais di temukan kira-kira 30 penderita setiap tahun. Di RSU Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 terdapat 428 kasus penderita kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah wanita karier yang telah berumah tangga.7.Di RSUP H. Adam Malik Medan terdapat jumlah seluruh penderita kista ovarium tahun 2008 – 2009 sebanyak 47
3
orang.7 Di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari bulan Januari 2010 sampai dengan Oktober 2010 penderita kista ovarium pada wanita usia subur berjumlah 34 orang.
Kemudian di Rumah Sakit ST. Elisabeth Medan penderita kista ovarium dari tahun 2008-2012 terdata sebanyak 116 kasus.8
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui hubungan karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dan 2015.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang diatas. Maka peneliti merumuskan masalah peneliti dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Adakah hubungan karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dan 2015”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014 dan 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik pasien penderita kista ovarium 2. Mengetahui keluhan pasien penderita kista ovarium 3. Mengetahui histopatologi pasien penderita kista ovarium
4
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan data untuk mendiagnosa penyakit kista ovarium.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan menambah pengetahuan tentang kejadian kista ovarium.
3. Dapat mengetahui secara langsung hubungan kejadian kista ovarium dengan gambaran histopatologinya dan mempraktekkan ilmu yang di peroleh selama pendidikan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ovarium 2.1.1 Anatomi
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk almond, dengan panjang sekitar 1,5 inc atau 4 cm, dilekatkan pada bagian belakang ligamentum yang luas oleh mesovarium. Ovarium memiliki dua ligamentum lain, yaitu ligamentum infundibulopelvikum, atau disebut juga ligamentum suspensorium ovarii, yang merupakan tempat melintasnya pembuluh darah, pembuluh limfe dari dinding pelvic, dan ligamentum ovari yang menghubungkan ovarium dan uterus.9 (Pada gambar 2.1)
Ovarium menerima aliran darah dari arteri ovari yang berasal dari aorta pada tingkat arteri renalis. Pada aliran darah balik, pada sisi kanan, menuju vena cava inferior, sedangkan pada sisi kiri, menuju vena renalis kiri. Pembuluh limfe ovarium melewati nodus aorticus pada tingkat yang sama dengan pembuluh darah ginjal, mengikuti peraturan umum bahwa aliran pembuluhb limfe suatu organ sama seperti aliran darah vena organ tersebut. Untuk persarafan, ovarium menerima persarafan dari aortic plexus (T10).9 (Pada gambar 2.1)
Gambar 2.1. Anatomi Ovarium10
Dikutip dari Martini. Fundamentals of Anatomy and Physiology, 2012.
6
2.1.2 Histologi
Setiap ovarium mempunyai bagian-bagian histologi sebagai berikut11 (Pada gambar 2.2 dan gambar 2.3) :
1. Germinal Epithelium atau epitel germinativum adalah epitel selapis gepeng atau selapis kuboid yang menutupi permukaan ovarium
2. Tunica albuginea atau tunika albuginea adalah selapis jaringan ikat padat yang menyebabkan warna ovarium menjadi keputihan dan terletak di bawah epitel germinativum
3. Ovarian Cortex atau daerah korteks terletak dibawah tunika albuginea, merupakan daerah yang terutama ditempati folikel ovarium dan oositnya.
Folikel ini terbenam dalam jaringan ikat (stroma) di daerah korteks. Stroma ini terdiri atas fibroblas berbentuk kumparan khas yang berespon dengan berbagai cara terhadap rangsangan hormon dari fibroblas organ lain
4. Ovarian Medulla atau daerah medula yang terletak dibawah daerah korteks, merupakan bagian terdalam ovarium. Tidak ada batas tegas antara daerah korteks dan medulla, tetapi daerah medulla tersusun dari jaringan ikat longgar dan berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf
5. Ovarian Follicles atau folikel ovarium terdapat di daerah korteks dan terdiri atas oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih sel folikel, atau sel granulosa.
Ketika sel folikel membentuk selapis sel kuboid, folikel ini sekarang disebut folikel primer unilaminar. Sel folikel terus berproliferasi dan membentuk epitel folikel berlapis, atau lapisan granulosa, dengan sel-sel yang saling berkomunikasi melalui taut rekah. Folikel ini kini disebut folikel primer multilaminar atau preantrum. Sewaktu folikel tumbuh, terutama karena sel granulosa bertambah besar dan bertambah banyak, folikel ini berpindah ke daerah korteks yang lebih dalam. Cairan (liquor folliculi) mulai mengumpul di antara sel-sel folikel. Celah-celah kecil yang mengandung cairan ini menyatu, dan sel-sel granulosa mengatur diri membentuk rongga yang lebih besar, yaitu antrum. Folikel ini sekarang disebut folikel sekunder atau folikel antrum 6. Mature (Graafian) Follicle atau folikel matang, pra-ovulasi, atau folikel
Graaf, sangat besar (berdiameter sekitar 2,5 cm) sehingga dapat menonjol dari
7
permukaan ovarium dan dapat dideteksi dengan ultrasonografi. Folikel ini merupakan folikel dominan yang dapat mengalami ovulasi dan biasanya hanya satu untuk setiap siklus menstruasi. Sedangkan folikel lainnya mengalami atresia
7. Corpus Luteum atau korpus luteum (badan kuning) merupakan folikel matang setelah ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesterone, estrogen, relaxin, dan inhibin akibat rangsangan LH (Luteinizing Horomone). Nasib korpus luteum ditentukan oleh ada tidaknya kehamilan. Setelah dirangsang LH, korpus luteum terprogram untuk bersekresi selama 10-12 hari. Jika tidak ada rangsangan hormon lain dan tidak ada kehamilan, sel-sel korpus luteum akan berdegenerasi melalui apoptosis. Fibroblas di dekatnya memasuki daerah ini dan membentuk parut jaringan ikat padat yang disebut korpus albikans atau badan putih (karena banyaknya kolagen)
Gambar 2.2. Histologi Ovarium12
Dikutip dari Tortora. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta.
Penerbit EGCC. 2014
8
Gambar 2.3. Histologi Ovarium12
Dikutip dari Tortora. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta. Penerbit EGCC. 2014
2.2 Kista Ovarium 2.2.1 Definisi
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering di jumpai pada wanita di masa reproduksinya.2 Kista ovarium adalah kantong yang berisi cairan seperti balon yang terdapat di ovarium.3
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non neoplastik. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan tumor ovarium yang paling sering di jumpai adalah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalangi masuknya kepala ke dalam panggul.13
Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul dari bagian ovum yang normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel-sel embrional yang tidak berdiferensiasi, kista ini tumbuh lambat dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung material sebasea kental berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit.14
9
2.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non neoplastik dan neoplastik. Kista non neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.4
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya15 : 1. Kistoma Ovarii Simplek
Kistoma ovarii simplek merupakan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, sering kali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokuler dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perlekatan kista dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in toto tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika multilokuller perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intra abdominal juga dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum.
4. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungan tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa- sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian
10
kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini di duga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.
5. Kista endometroid
Kista jenis ini terbentuk ketika jaringan endometrium (jaringan lapisan rahim) hadir pada ovarium. Kista jenis ini biasa terjadi pada perempuan selama masa reproduksinya. Kista jenis ini menyebabkan nyeri panggul yang kronis yang berhubungan dengan menstruasi.
Kista neoplastik ganas diantaranya15 : 1. Kistadenokarsinoma Serosum
Merupakan jenis yang ganas dari kistadenoma serosum. Pada pemeriksaan mikroskopis tampak gambaran seperti adenokarsinoma traktus digestivus dengan sel-sel epitel dalam berbagai tingkat differensiasi. Pembentukan kista- kista kecil dan pengeluaran musin berjalan terus.
2. Karsinoma Mesonephroid
Berasal dari mesotelium ovarium, bentuknya solid atau kistik. Warna sawo matang atau keabu-abuan dengan diameter 10-20 cm, disebut juga clear carcinoma karena mengandung sel-sel pucat di tengah stroma.
3. Kistadenokarsinoma Musinosum.
Ini merupakan prototype keganasan dari kistadenoma musinosum. Hanya kurang lebih 5% dari jenis kista ini yang menjadi ganas. Perubahan ini dapat mengenai sebagian kista tetapi pada umumnya mengenai seluruh jaringan ovarium.
11
Kista non neoplastik terdiri dari4 : 1. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1-1,5cm. Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang sendiri
2. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum dapat mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan berwarna merah coklat karena darah tua.
Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum ialah
12
menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium.
3. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
4. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm.
Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.
5. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering di sebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak
13
semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis.
Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering di sebut kanker jinak.
6. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom stein-leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terhadap gangguan ovulsi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometri sering ditemukan.
Menurut Nugroho, klasifikasi kista terdiri dari16 : 1. Tipe Kista Normal
Tipe kista yang termasuk dalam kista normal adalah kista fungsional. Kista tersebut merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari kista folikel dan kista luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang dengan sendiri dalam waktu 6-8 minggu.
2. Tipe Kista Abnormal
Jenis kista yang termasuk pada kista abnormal adalah kistadenoma, kista coklat (endometrioma), kista dermoid, kista endometriosis, kista hemorrhage, dan kista lutein.
Kistadenoma merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, tetapi dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.
Kista coklat merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Kista ini berisi
14
timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman. Kista dermoid merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista dapat ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala. Kista endometriosis merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada diluar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat. Kista hemorrhage merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
Kista lutein merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Beberapa tipe kista lutein antara lain kista granulosa lutein merupakan kista yang terjadi di dalam korpus luteum ovarium yang fungsional. Kista yang timbul pada permulaan kehamilan ini dapat membesar akibat dari penimbunan darah yang berlebihan saat menstruasi dan bukan akibat dari tumor. Diameternya yang mencapai 5-6 cm menyebabkan rasa tidak enak di daerah panggul. Jika pecah, akan terjadi perdarahan di rongga perut. Pada wanita yang tidak hamil, kista ini menyebabkan menstruasi terlambat, diikuti perdarahan yang tidak teratur. Kemudian kista theca lutein merupakan kista yang berisi cairan benign dan berwarna seperti jerami.
Timbulnya kista ini berkaitan dengan tumor ovarium dan terapi hormonal. Dan kista polikistik ovarium merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontiniu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
2.2.3 Epidemiologi
Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif. Jarang sekali di bawah umur 20 maupun di atas 50 tahun.17
Kista ovarium ditemukan pada hampir semua wanita premenopause dan pada 18% wanita post menopause. Insiden yang sering terjadi pada wanita usia 30-50 tahun dan yang paling tinggi adalah wanita dengan kulit putih.17 Di Indonesia
15
sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, serta penyakit mengenai sistem reproduksi misalnya kista ovarium.18
Di Amerika insiden kista ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991 sebagian besar kista adalah kista fungsional dan jinak. Di Amerika karsinoma ovarium di diagnosa pada kira-kira 22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.19
Berdasarkan data yang diperoleh CDC di Amerika pada tahun 2011 insiden kanker ovarium tertinggi terjadi di kota New York, Columbia dan Washington dengan interval 12,5-14,9 per 100.000 penduduk. Dan yang paling rendah terjadi di kota Hawai, Virginia, dan Louisiana dengan interval 7,5-10,4 per 100.000 penduduk.20
Di RSUP H. Adam Malik Medan di dapati jumlah seluruh penderita kista ovarium tahun 2008-2009 sebanyak 47 orang. Di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari bulan Januari 2010 – Oktober 2010 penderita kista ovarium pada wanita usia subur terdata sebanyak 34 kasus.7 Kemudian Di RS ST. Elisabeth Medan penderita kista ovarium dari tahun 2008-2012 terdata sebanyak 116 kasus.8
2.2.4 Faktor Resiko
Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan.
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah:
1. Pasien yang memiliki riwayat menderita kista ovarium sebelumnya atau riwayat keluarga pasien yang pernah menderita kista ovarium.13
2. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen) Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang biasanya menyelesaikan penghentian pengobatan tersebut.17
3. Gaya hidup yang tidak sehat
Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit kista ovarium.
Resiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok, resiko dari
16
merokok mungkin meningkatkan lebih lanjut dengan indeks massa tubuh menurun. Selain dikarenakan merokok, pola makan yang tidak sehat seperti konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada makanan, konsumsi alkohol dapat juga meningkatkan resiko penderita kista ovarium.
Pada wanita yang sudah menopause kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung telur.18
4. Gangguan siklus haid
Gangguan siklus haid yang sangat pendek atau lebih panjang harus diwaspadai. Menstruasi di usia dini yaitu 11 tahun atau lebih muda merupakan faktor resiko berkembangnya kista ovarium wanita dengan siklus haid tidak teratur juga merupakan faktor resiko kista ovarium.18
5. Pemakaian alat kontrasepsi hormonal
Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal juga merupakan faktor resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa implant, akan tetapi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi resiko untuk terkena kista ovarium.22
2.2.5 Gejala Klinis Kista Ovarium
Kista ovarium sering kali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil infiltasi atau metastasis kejaringan sekitar.23 Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius.
Gejala-gejala yang paling sering antara lain: pembesaran perut, kembung, mual, gangguan nafsu makan, siklus menstruasi tidak teratur dan sering nyeri, nyeri perut bagian bawah yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, luas permukaan dinding
17
endometrium menebal, dan pembengkakan tungkai bawah yang tidak disertai rasa sakit. Kadang-kadang kista dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera.24
2.2.6 Pemeriksaan Fisik
Penyakit keganasan lanjut dapat dihubungkan dengan cachexia dan kehilangan berat badan, lymphadenopathy di leher, sesak nafas dan tanda-tanda efusi pleura. Kista yang besar dapat diraba pada pemeriksaan abdominal. Asites yang tampak dapat mengkaburkan palpasi massa di intra-abdominal. Meskipun ovarium normal dapat diraba pada pemeriksaan pelvic pada pasien premenopause yang kurus, perabaan ovarium harus disadari abnormal pada wanita postmenopause. Jika pasien gemuk, palpasi kista dalam ukuran apapun juga akan sulit dibuktikan. Kadang-kadang, gambaran alami kistik dari kista ovarium mungkin terjadi, dan ini harus hati-hati di palpasi. Servik dan uterus mungkin dapat terdorong ke satu arah. Massa lain dapat dipalpasi, termasuk fibroid dan nodul pada ligament uterosakral mengarah pada keganasan atau endometriosis.25
Penemuan klinis untuk dapat membedakan tumor adneksa jinak atau ganas26,27 (Pada tabel 2.1)
Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisik Tumor Ovarium Jinak dan Ganas26,27
Jinak Ganas
Unilateral Kistik Mobile
Permukaan rata Tidak ada asites Pertumbuhan lambat
Bilateral Padat Terfiksir
Permukaan berbonjol-bonjol Dijumpai asites
Pertumbuhan cepat
18
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang 2.2.7.1 Ultrasonografi
Pemeriksaan USG menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya kista dan membantu untuk menentukan apakah kista tersebut jinak atau ganas. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih, apakah tumor kistik atau padat. USG lebih sensetif dari pada pemeriksaan panggul untuk mendeteksi adanya tumor ovarium.
USG resolusi tinggi memberikan sensitivitas yang lebih besar dalam membedakan lesi jinak dan ganas.28 (Pada tabel 2.2)
Tabel 2.2 Pemeriksaan Radiografi29
Jinak Ganas
Kista sederhana dengan ukuran kurang dari 10 cm
Tumor solid (padat) atau campuran Tebal sekat (dinding) kurang dari
3mm
Banyak sekat dan tebal sekat (dinding) lebih dari 3mm
1 sisi 2 sisi
Tidak membentuk massa di perut Membentuk massa di perut 2.2.7.2 Foto Rontgen
Berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks.25 BNO-IVP digunakan untuk evaluasi letak ureter dan kelainan bentuk kandung kemih serta dapat juga mengetahui adanya massa tumor tersebut.
2.2.7.3 Pengukuran serum CA-125
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, kadar CA-125 pada seorang penderita kanker ovarium umumnya tinggi. Namun tidak semua peningkatan CA-125 disebabkan oleh kanker ovarium. Terdapat kemungkinan disebabkan oleh penyakit radang panggul, endometriosis, atau fibroid rahim.
19
2.2.7.4 Pemeriksaan Histopatologi Tabel 2.3 Pemeriksaan Histopatologi30
Jinak Ganas
Tidak ada perlekatan sehingga mudah digerakkan
Ada perlekatan sehingga sulit digerakkan ( fixed )
Kapsul ( pembungkus ) kista utuh Kapsul (pembungkus ) kista tidak utuh / pecah / rupture
2.2.8 Komplikasi
Salah satu hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ini ialah kista tersebut berubah menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi. Komplikasi dari kista ovarium yang dapat terjadi ialah4:
1. Perdarahan ke dalam kista.
Biasanya terjadi sedikit-sedikit hingga berangsur-angsur menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal, akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri di perut.
Kista berpotensi untuk pecah, tidak ada patokan mengenai besarnya kista yang berpotensi pecah. Pecahnya kista bisa menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan.
2. Torsio (Putaran tangkai).
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5cm atau lebih, torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark peritonitis dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma TOA, masa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat dikuadrat abdomen bawah, mual dan muntah dapat terjadi demam leukositosis.
3. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang sesama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya, adanya asites dalam hal ini mencurigakan masa kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga bisa kemungkinan untuk berubah menjadi kanker.
20
4. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu melakukan bersetubuh, jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus, disertai tanda-tanda akut.
2.2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung beratnya gejala, usia pasien dan adanya resiko keganasan dan keinginan untuk mendapatkan anak berikutnya.30,32,33,34
2.2.9.1 Pada pasien asimptomatis
Pada usia >50 tahun jauh lebih besar kemungkinan suatu keganasan dan penenganan konservatif mempunyai sedikit keuntungan bila diameter tumor lebih dari 5 cm. Pada kelompok usia ini, hanya 29-50% dari semua kista ovarium akan menjadi ganas.8,32,33,35
Kriteria untuk tindakan konservatif pada pasien tanpa gejala27,32,35 : 1. Tumor unilateral
2. Kista unilokuler tanpa elemen padat
3. Wanita premenopause dengan diameter 3-10 cm 4. Wanita postmenopause dengan diameter 2-6 cm 5. Ca-125: normal
6. Asites ( - )
Kista folikuler membesar sampai 3 cm tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Kista unilokuler yang jelas ukurannya 3-10 cm yang diidentifikasi melalui USG harus diulangi pemeriksaan USG 3 bulan mendatang. Jika kista menetap, maka pasien harus di evaluasi dengan USG 6 bulan lagi dan diukur Ca-125.32,35
Pemakaian kontrasepsi oral kombinasi tidak mungkin mencapai resolusi dari kista fungsional dan pengobatan hormonal pada endometriosis tidak selalu bermanfaat pada endometrioma. Jika kista membesar merupakan indikasi untuk laparoskopi atau laparatomi. 26,33,35,
21
Tumor ovarium neoplastik membutuhkan tindakan operasi, sedangkan tumor non neoplastik tidak. Tumor dengan diameter < 5 cm, tidak dilakukan operasi, namun di observasi 2-3 bulan berikutnya untuk membuktikan tumor makin kecil atau makin besar. Jika ukuran menetap atau membesar berarti tumor bersifat neoplastik, maka perlu tindakan operasi.26,27,28
Indikasi operasi suatu tumor adneksa adalah26,27,28 :
1. Kista ovarium >5 cm, setelah diobservasi 6-8 minggu tidak mengecil.
2. Adanya lesi pada ovarium.
3. Adanya lesi ovarium dengan pertumbuhan papil pada dinding kista.
4. Adanya tumor adneksa >10 cm.
5. Adanya massa di adneksa pada premenarche atau postmenopause.
6. Torsi atau rupture kista.
Tindakan operasi pada tumor ovarium jinak berupa reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Tetapi bila tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan salfingooforektomi. Bila dijumpai keraguan, perlu dilakukan frozen section, dan jika ternyata ganas operasi yang tepat adalah histerektomi total + bisalfingooforektomi + omentektomi + limfadenektomi selektif pada kelenjar getah bening pelvis dan aorta.26,27,28
2.2.9.2 Pasien dengan Gejala
Jika pasien timbul gejala nyeri akut, berat dan ada tanda-tanda pendarahan intra peritoneal maka dilakukan laparoskopi atau laparatomi segera.33
1. Laparoskopi
Laparoskopi dilakukan jika asal pelvic dari pelvic mass belum dapat dipastikan sehingga dapat menghindari laparotomi jika tidak ada kontra indikasi dan memiliki ukuran kista yang sesuai untuk laparoskopi. Pasien harus dijelaskan kemungkinan untuk dilakukan laparotomi pada kasus-kasus keganasan atau komplikasi laparoskopi yang tidak diharapkan.25,30
Keuntungan laparoskopi secara umum : nyeri post operasi berkurang, masa rawatan di RS pendek, untuk segera kembali beraktifitas lebih cepat, lebih kecil resiko untuk terjadinya perlengketan dibanding laparotomi. Kerugian :
22
bisa tertinggal isi kista, namun hal ini tergantung kepada keahlian dari operator sendiri, eksisi tidak komplit pada dinding kista dan diagnosis histologik keganasan yang tidak diharapkan. Operasi laparoskopi pada kista yang tidak di obati tidak adekuat maka kesempatan untuk menjadi tumor ovarium ganas hingga 83%.25,30
Kista dermoid lebih baik diangkat melalui laparatomi karena konsekuensi yang serius dari isi kista yang dapat menimbulkan perlengketan. Operasi laparoskopi bisa dilakukan pada semua usia dimana kemungkinan penyakit keganasan kecil dan lebih penting lagi untuk mempertahankan jaringan ovarium.25,30
2. Laparatomi
Diagnosis klinis tidak dapat dilakukan tanpa laparatomi dan kemudian pemeriksaan histologik penting untuk menarik kesimpulan diagnosis yang meyakinkan. Frozen section jarang dilakukan, pada keadaan ini diperlukan untuk menyingkirkan suatu keganasan.25,30,33
Jika ada kemungkinan penyakit invasif, insisi kulit longitudinal harus dilakukan untuk melihat abdomen bagian atas. Sampel cairan dan bilasan peritoneum harus dikirim untuk pemeriksaan sitologi pada durante operasi dan sangat penting untuk memeriksa seluruh abdomen dan memeriksa kedua ovarium.25,30,33
Pada wanita < 35 tahun dengan tumor ovarium sangat jarang menjadi ganas.
Jika massa merupakan keganasan ovarium primer, mungkin berasal dari germ cell tumor yang respon terhadap kemoterapi. Kistektomi ovarium atau unilateral oophorektomi adalah pengobatan yang cocok pada kelompok umur ini. Ovarium yang kontra lateral harus diangkat dan dikirim untuk pemeriksaan histologi pada kasus-kasus tumor ovarium ganas. Bila lesi terjadi maka harus diupayakan untuk mempertahankan jaringan ovarium. 25,30,33 Kanker ovarium yang berasal dari epitel sering dijumpai pada usia > 44 tahun dengan massa ovarium unilateral, dianjurkan untuk total abdominal histerektomi–bisalpyngo–oophorektomi.25,30
23
2.2.10 Pencegahan
Belum ada tindakan khusus agar terhindar dari penyakit kista ovarium. Akan tetapi pencegahan ditujukan untuk menurunkan angka insidensi kista ovarium dan secara tidak langsung akan mengurangi angka kematian akibat kista ovarium.
2.2.10.1 Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kista ovarium dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kista ovarium. Pencegahan primer dapat dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat seperti tidak merokok, menkonsumsi makanan yang kaya serat dan mengandung zat anti oksidan yang tinggi, serta hindari zat kimia tambahan yang berbahaya pada makanan.
2.2.10.2 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kista ovarium melalui diagnosa, pemeriksaan dini dan bekala kemudian pengobatan yang tepat.36
24
Karakteristik : - Umur - Paritas Keluhan :
- Pembesaran perut - Gangguan haid
Nyeri perut
Gambaran histopatologi kista ovarium Gejala / Keluhan :
- Pembesaran perut
- Gangguan haid - Nyeri perut
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Teori Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Kista Ovarium
Faktor Resiko : - Keturunan - Siklus menstruasi - Pemakaian obat
kemoterapi - Kontrasepsi
hormonal - Gaya hidup
Karakteristik berdasarkan : - Usia
- Paritas
- Status perkawinan - Pendidikan
Hasil pemeriksaan histopatologi
Jinak Ganas
25
3.3 Hipotesa
Ada hubungan antara karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dan 2015
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rencana Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik, dengan studi jenis cross sectional, untuk mengetahui hubungan karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2014 dan 2015.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu
Penelitian ini dirancang pada bulan April – November 2016. Waktu pengambilan data direncanakan selama bulan Agustus – November 2016.
4.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dan di RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Kista Ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
4.3.2 Sampel
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014 dan 2015. Metode yang digunakan adalah metode random sampling.
Selain itu, sampel yang di ambil harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak masuk dalam kriteria eksklusi selama berlangsungnya penelitian, dengan besar sampel dihitung memakai rumus:
27
𝑛 = (𝑧𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑧𝛽√𝑃₁𝑄₁ + 𝑃₂𝑄₂
𝑃₁ − 𝑃₂ )
2
Keterangan :
n = besar sampel
zα = nilai standar alpha 5%, yaitu 1,96 zβ = nilai standar beta 20%, yaitu 0,84
P₁ = proporsi pajanan pada kelompok kasus berdasarkan penelitian sebelumnya sebesar 0,3
Q₁ = 1 − P₁ = 1 − 0,3 = 0,7
P₁ − P₂ = selisih proporsi pajanan yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0,15
P₂ = proporsi pajanan pada kelompok kontrol, (P₁ − 0,15=0,15) Q₂ = 1 − P₂ = 1 − 0,15 = 0,85
P = (P₁ + P₂)/2 = (0,3 + 0,15)/2 = 0,225 Q = 1 – P = 1 – 0,225 = 0,775
Apabila seluruh nilai di atas dimasukkan ke dalam rumus akan diperoleh sebagai berikut :
𝑛 = (1,96√2𝑥0,225𝑥0,775 + 0,84√0,3𝑥0,7 + 0,15𝑥0,85
0,3 − 0,15 )
2
Dari perhitungan rumus sampel, didapatkan hasil sebanyak 120,1. Maka diperlukan jumlah sampel minimal sebanyak 120 orang. Karena didapatkan hasil keseluruhan sampel sebesar 130, maka peneliti ingin memasukkan keseluruhan sampel tersebut.
Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian sampel ini adalah : 1. Kriteria inklusi
a. Pasien yang didiagnosa kista ovarium yang memiliki hasil dari pemeriksaan histopatologi yang di catat dalam rekam medik
b. Tidak ada tumor ginekologi lainnya
28
2. Kriteria eksklusi
a. Pasien yang tidak memiliki catatan rekam medik lengkap meliputi karakteristik yang akan di ambil
b. Pasien kista ovarium dengan kehamilan c. Pasien yang belum mendapatkan haid
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu peneliti mengambilnya dari data rekam medik di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2014 dan 2015.
4.5 Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan data
Pengolahan data yang telah terkumpul dilakudilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut : (1) editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data; (2) coding,data yang telah terkumpul dikoreksi, kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan ke dalam program komputer; (4) cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data; (5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis ; (6) analisa data.
4.5.2 Analisa data
Data kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer dan disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium. Analisa data yang dimaksud adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square
29
4.6 Definisi Operasional
1. Gambaran histopatologi kista ovarium
a. Hasil pemeriksaan histopatologi kista ovarium yang diperiksa di lab patologi anatomi.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Jinak :
• Kistoma ovarii simplek
• Kistadenoma ovarii musinosum
• Kistadenoma ovarii serosum
• Kista dermoid
• Kista endometroid - Ganas :
• Kistadenokarsinoma Serosum
• Kistadenokarsinoma Musinosum.
• Karsinoma Mesonephroid e. Skala ukur: Nominal
2. Umur
a. Usia wanita yang didiagnos menderita kista ovarium.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Usia reproduksi (15-49 tahun) - Usia tidak reproduksi (≥50 tahun) e. Skala ukur: Ordinal
3. Paritas
a. Berapa kali penderita kista ovarium sudah pernah melahirkan.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Tidak pernah (0 kali) - Paritas rendah (1-5 kali) - Paritas tinggi (≥6 kali)
30
e. Skala ukur: Ordinal 4. Pembesaran perut
a. Pasien kista ovarium yang memiliki keluhan pembesaran perut yang tercatat di rekam medis.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Ya - Tidak e. Skala ukur: Nominal 5. Gangguan haid
a. Pasien kista ovarium yang memiliki keluhan gangguan haid yang tercatat di rekam medis.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Ya - Tidak e. Skala ukur: Nominal 6. Nyeri perut
a. Pasein kista ovarium yang memiliki keluhan nyeri perut yang tercatat di rekam medis.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Ya - Tidak e. Skala ukur: Nominal
31
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK VII/ 1990 yang berlokasi di Jl.
Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Barat, dan Riau. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh pemerintah pusat bersama dengan Pemerintah Daerah Kota Medan. Rumah sakit ini terletak pada Jalan Prof. H.M. Yamin, S.H. No. 47 Medan Indonesia. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan merupakan Rumah Sakit tipe B sesuai dengan SK Menkes RI No. 433 / Menkes/SK/2007 pada tanggal 10 April 2007.
5.2 Deskripsi Karakteristik Sampel / Individu
Dalam Penelitian ini, responden yang di butuhkan adalah sebanyak 130 orang. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik responden meliputi usia, paritas, pembesaran perut, gangguan haid, nyeri perut, dan hasil pemeriksaan histopatologi pada penderita kista ovarium
32
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien – Pasien Kista Ovarium di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
Karakteristik Pasien Jumlah %
Kelompok Usia
Reproduktif 101 77,7
Non Reproduktif 29 22,3
Paritas
Tidak Pernah 44 33,8
Paritas Rendah 82 63,1
Paritas Tinggi 4 3,1
Status Pernikahan
Menikah 105 80,8
Belum Menikah 25 19.2
Pendidikan
Tidak Tamat SD 6 4,6
Tamat SD 12 9,2
Tamat SMP 24 18,5
Tamat SMA 83 63,8
Tamat Sarjana 5 3,8
Pada penelitian ini dilibatkan 130 responden penderita Kista Ovarium.
Distribusi sampel terbanyak berada pada kelompok usia reproduktif yaitu sebanyak 101 orang, diikuti oleh kelompok usia non reproduktif sebanyak 29 orang. Pada penelitian dijumpai jumlah responden yang paritas rendah sebanyak 82 orang, tidak pernah melahirkan sebanyak 44 orang, sedangkan paritas yang tinggi sebanyak 4 orang. Pada penelitian ini dijumpai pasien yang sudah menikah sebanyak 105 orang, sedangkan yang belum menikah sebanyak 25 orang. Menurut riwayat pendidikan dijumpai yang tidak tamat SD sebanyak 6 orang, tamat SD sebanyak 12 orang, tamat SMP sebanyak 24 orang, tamat SMA sebanyak 83 orang, dan yang tamat sarjana sebanyak 5 orang.
33
Tabel 5.2 Keluhan Pasien – Pasien Kista Ovarium RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
Keluhan Pasien Jumlah %
Pembesaran perut
Ya 87 66,9
Tidak 43 33,1
Gangguan Haid
Ya 46 35,4
Tidak 84 64,6
Nyeri Perut
Ya 79 60,8
Tidak 51 39,2
Pada penelitian ini dilibatkan 130 responden penderita Kista Ovarium.
Pembesaran perut dijumpai pada 87 responden sedangkan 43 responden tidak mengalami pembesaran perut. Penelitian ini mendapatkan data gangguan haid pada 46 orang, sedangkan 84 orang tidak mengalami gangguan haid. Nyeri perut di jumpai pada 79 orang, sedangkan 51 orang tidak mengalami nyeri perut.
Tabel 5.3 Gambaran Histopatologi Kista Ovarium
Histopatologi Jumlah %
Ganas 39 30
Jinak 91 70
Pada penelitian ini dilibatkan 130 responden penderita Kista Ovarium.
Gambaran histopatologi ganas di jumpai pada 39 orang, sedangkan gambaran histopatologi jinak di jumpai pada 91 orang.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Histopatologi Jenis Kista Ovarium Jumlah
Ganas Kistadenokarsinoma serosum 16
Kistadenokarsinoma musinosum 15
Karsinoma mesonephroid 8
Jinak Kistoma ovarii simplek 10
Kistadenoma ovarii musinosum 25
Kistadenoma ovarii serosum 23
Kista dermoid 23
Kista endometroid 10
Total 130
34
5.3 Deskripsi Bivariat
5.3.2 Hubungan usia dengan gambaran histopatologi kista ovarium
Tabel 5.5 Uji Chi Square : Hubungan Usia dengan Gambaran Histopatologi Kista Ovarium.
Usia Histopatologi
Total P Value Ganas % Jinak %
Reproduktif 26 25,7 75 74,3 101
0,048
Non Reproduktif 13 44,8 16 55,2 29
Total 39 30 91 70 130
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa wanita yang berumur reproduktif yang mengalami kista ovarium ganas sebanyak 26 orang (25,7%), dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 75 orang (74,3%). Wanita yang berumur non reproduktif dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 13 orang (44,8%), dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 16 orang (55,2%).
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium Berdasarkan Usia.
Usia Histopatologi
Total
Ganas Jumlah Jinak Jumlah
Reproduktif Kistadenokarsinoma serosum
12 Kistoma ovarii simplek
10 101 Kistadenokarsinoma
musinosum
9 Kistadenoma ovarii
musinosum
17
Karsinoma mesonephroid
5 Kistadenoma ovarii serosum
18 Kista dermoid 20 Kista
endometroid
10 Non
Reproduktif
Kistadenokarsinoma serosum
4 Kistoma ovarii simplek
0 29
Kistadenokarsinoma musinosum
6 Kistadenoma ovarii
musinosum
8
Karsinoma mesonephroid
3 Kistadenoma ovarii serosum
5 Kista dermoid 3 Kista
endometroid
0
Total 39 91 130
35
5.3.3. Hubungan paritas dengan gambaran histopatologi kista ovarium Tabel 5.7. Uji Chi Square : Hubungan Paritas dengan Gambaran
Histopatologi Kista Ovarium.
Paritas
Histopatologi
Total P Value Ganas % Jinak %
Tidak pernah 12 27,2 32 72,8 44
0,133
Paritas rendah 24 29,2 58 70,8 82
Paritas tinggi 3 75 1 25 4
Total 39 30 91 70 130
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa wanita yang tidak pernah melahirkan dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 12 orang (27,2%), dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 32 orang (72,8%). Wanita dengan paritas rendah dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 24 orang (29,2%), dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 58 orang (70,8%). Sedangkan wanita yang paritas tinggi dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 3 orang ( 75%), dan yang mengalami kista ovarium jinak jinak sebanyak 1 orang (25%).