ANALISIS KESETIMBANGAN AIR DI DAERAH ALIRAN
SUNGAI BRANTAS, JAWA TIMUR
IDA NASASARI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kesetimbangan Air di Daerah Aliran Sungai Brantas, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ida Nasasari
ABSTRAK
IDA NASASARI. Analisis Kesetimbangan Air di Daerah Aliran Sungai Brantas, Jawa Timur. Dibimbing oleh ROH SANTOSO BUDI WASPODO.
Prinsip kesetimbangan air adalah hubungan antara masukan air total dengan keluaran air total yang dapat terjadi pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesetimbangan air di DAS Brantas dengan mengidentifikasi besarnya tampungan air tanah pada DAS Brantas serta memberikan rekomendasi untuk penanganan masalah kekurangan maupun kelebihan air di DAS Brantas. Dari hasil analisis diperoleh bahwa simpanan air tanah pada bulan Juni sampai September mengalami defisit, karena periode Juni sampai September merupakan periode bulan kering atau musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan aliran air yang masuk ke lapisan tanah yang dalam akan menjadi aliran dasar (base flow), dan aliran tersebut yang akan mengisi sistem jaringan sungai. Aliran air yang masuk ke sungai pada musim kemarau dengan jumlah yang sedikit, sehingga terjadi kekeringan pada musim kemarau. Upaya yang dapat dilakukan ialah dengan dibuatnya sumur resapan agar dapat meningkatkan jumlah air yang masuk dan tersimpan di dalam tanah.
Kata kunci: Daerah Aliran Sungai, neraca air, simpanan air tanah
ABSTRACT
IDA NASASARI. Analysis of Water Balance in Brantas Watershed, East Java. Supervised by ROH SANTOSO BUDI WASPODO.
The principle of water balance is the relationship between total water inflow and water outflow that can occur in a watershed (DAS). The objectives of this study were to analyze the water balance based on capacity of ground water reservoir in the Brantas watershed and to solve deficit and surplus water problemes in the Brantas watershed. The result showed that groundwater storage in June until September was deficit because from June until September was the dry season periode. That is because the flow of water entering the soil layer will be the base flow (base flow), and the streams that will fill the river network system. The flow of water entering the river during the dry season in small quantities, so there is drought in the dry season. Efforts to do is to recharge wells made in order to increase the amount of water that entered and stored in the soil. Efforts to do is to recharge wells made in order to increase the amount of water that entered and stored in the soil.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
ANALISIS KESETIMBANGAN AIR DI DAERAH ALIRAN
SUNGAI BRANTAS, JAWA TIMUR
IDA NASASARI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Kesetimbangan Air di Daerah Aliran Sungai Brantas, Jawa Timur
Nama : Ida Nasasari NIM : F44100035
Disetujui oleh
Dr Ir Roh Santoso Budi Waspodo MT Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Budi Indra Setiawan MAgr Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret-Mei 2014 dengan judul Analisis Kesetimbangan Air di Daerah Aliran Sungai Brantas, Jawa Timur.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT selaku dosen pembimbing, serta Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA dan Dr. Satyanto K. Saptomo, STP. MSi selaku penguji luar. Kepada rekan-rekan mahasiswa di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB angkatan 47/2010 juga diucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu sangat diperlukan kritik dan saran untuk penulisan selanjutnya. Semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat tersampaikan dengan baik dan memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Daerah Aliran Sungai 2
Siklus Hidrologi 3
Neraca Air 6
METODE 7
Waktu dan Tempat 7
Alat dan Bahan 7
Metode Analisis 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Kondisi Umum DAS Brantas 9
Presipitasi dan Evapotranspirasi 10
Analisis Neraca Air 12
SIMPULAN DAN SARAN 15
Simpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17
DAFTAR TABEL
1 Koefisien tanaman (Kc) 6
2 Hasil analisis curah hujan area dengan metode isohyet 11 3 Debit Sungai DAS Brantas yang Dikelola Perum Jasa Tirta I 12
4 Hasil analisis neraca air DAS Brantas 13
1 Nilai curah hujan bulanan (mm) di SPAS Lesti Hulu
172 Nilai curah hujan bulanan (mm) di SPAS Barek-Kisi 17 3 Nilai curah hujan bulanan (mm) di SPAS Kromong, Mojokerto 18 4 Nilai curah hujan bulanan (mm) di SPAS Curah Clumprit 18 5 Suhu bulanan rata-rata (˚C) Stasiun Karangploso 19 6 Suhu bulanan rata-rata (˚C) Stasiun Trestes, Prigen 19 7 Suhu bulanan rata-rata (˚C) Stasiun Sawahan 20 8 Suhu bulanan rata-rata (˚C) Stasiun Karangkates 20 9 Suhu bulanan rata-rata (˚C) DAS Brantas tahun 2005-2009 dan nilai
evapotrasnpirasi acuan serta nilai evapotranspirasi potensial 21
10 Nilai untuk memperoleh i = (T/5) 22
11 Luas tutupan lahan per Kabupaten/Kota 23
12 Nilai koefisien tanaman gabungan berdasarkan penggunaan lahan pada
DAS Brantas 24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk kepentingan orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Air ialah sumberdaya yang terbarui, mempunyai sifat dinamis mengikuti siklus hidrologi yang secara alami dapat berpindah-pindah serta dapat berubah bentuk dan sifat. Indonesia yang merupakan negara agraris yang sedang merintis arah pembangunan nasionalnya menuju era industrialisasi, peranan sumberdaya air sangat penting. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan sumberdaya air dengan baik merupakan upaya agar penggunaannya lebih efektif dan efisien serta mencegah kehilangan air secara sia-sia.
Air hujan sebagai salah satu sumber air yang murah dan jumlah yang banyak. Bidang pertanian menggunakan air hujan sebaik mungkin untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Kehadiran air hujan biasanya belum disertai dengan penanaman jenis-jenis tanaman yang mempunyai kebutuhan air yang sesuai dengan keadaan curah hujan. Hal tersebut mengakibatkan tersisanya air dalam jumlah yang banyak bahkan sampai kekurangan air (jika merupakan daerah tadah hujan). Oleh karena itu, perlu diketahui kesetimbangan air dalam suatu daerah aliran sungai (DAS). Prinsip kesetimbangan air yaitu hubungan antara masukan air total dengan keluaran air total yang dapat terjadi pada suatu daerah aliran sungai (DAS).
Daerah Aliran Sungai (DAS) ialah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat sebagai pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No.7 Tahun 2004). DAS mempunyai salah satu fungsi utama yaitu sebagai pemasok air dengan standar kuantitas dan kualitas tertentu untuk berbagai keperluan manusia. Kesetimbangan air secara kuantitatif menggambarkan prinsip bahwa selama periode waktu tertentu total masukan air sama dengan total keluaran air ditambah dengan perubahan simpanan (cadangan) air tanah. Air tanah sebagai sumber utama pemenuhan kebutuhan air bersih di perkotaan dan pedesaan. Kelebihan air yang menimbulkan banjir di musim penghujan dan kekurangan air di musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan. Peristiwa banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau dapat mengganggu kesetimbangan air (water balance). Dengan demikian diperlukan suatu penelitian untuk menganalisis kesetimbangan air agar dapat diketahui besarnya simpanan (cadangan) air tanah sehingga pengelolaan DAS pada tahap selanjutnya dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Perumusan Masalah
2
penghujan setiap tahunnya menimbulkan berbagai dampak terhadap kondisi lingkungan. Sesuai dengan kondisi di lokasi penelitian, maka permasalahan yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana ketersediaan air berdasarkan data curah hujan wilayah DAS Brantas
2. Bagaimana besarnya simpanan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air di DAS Brantas
3. Bagaimana upaya menangani krisis maupun kelebihan air di DAS Brantas Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kesetimbangan air di DAS Brantas berdasarkan besarnya tampungan air tanah pada DAS Brantas
2. Memberikan rekomendasi untuk menangani permasalahan kekurangan maupun kelebihan air di DAS Brantas
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini :
1. Memberikan informasi mengenai besarnya simpanan air tanah pada DAS Brantas
2. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dan pihak terkait dalam penanganan masalah krisis dan kelebihan air
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini :
1. Penelitian dilakukan di DAS Brantas berdasarkan data tahun 2007 sampai dengan tahun 2012
2. Penelitian ini membahas mengenai besarnya simpanan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air DAS Brantas
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai
dengan kemiringan lahan. Arus relatif cepat di daerah hulu dan bergerak menjadi lebih lambat dan makin lambat pada daerah hilir.
Definisi DAS menurut Seyhan (1990) ialah lahan total dari suatu permukaan air yang dibatasi oleh suatu batas air topografis dan memberikan sumbangan terhadap debit suatu sungai pada suatu irisan melintang tertentu. Takeda (2006) mendefinisikan daerah pengaliran sebuah sungai atau DAS sebagai daerah tempat presipitasi yang mempengaruhi debit sungai. Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai pengaruh terhadap debit banjir, jenis banjir, debit pengaliran dasar dan seterusnya.
Siklus Hidrologi
Di bumi terdapat kira-kira sebesar 1,3-1,4 milyard km3 air. Di dalamnya terdapat sebanyak 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap di udara. Air di bumi mengulangi terus menerus sirkulasi mulai dari penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut yang kemudian berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai ke permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dimana sebagaian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah (Takeda 2006).
Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke tempat yang rendah, dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke daerah lebih rendah, sampai ke daerah pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut. Aliran air tersebut ialah aliran permukaan tanah karena bergerak di atas muka tanah. Aliran ini umumnya akan memasuki daerah tangkapan atau daerah aliran menuju ke sistem jaringan sungai, sistem danau maupun waduk. Dalam sistem sungai, aliran kembali ke atmosfer dikarenakan adanya evaporasi dari tanah, danau, dan sungai. Aliran air tanah dapat dibedakan menjadi aliran tanah dangkal, aliran tanah dalam, aliran tanah antara dan aliran dasar (base flow). Disebut sebagai aliran dasar dikarenakan aliran yang mengisi sistem jaringan sungai (Kodoatie & Syarief 2005). Pada waktu musim kemarau, ketika hujan tidak turun untuk beberapa waktu, pada suatu sistem sungai tertentu aliran secara tetap dan kontinyu. Air yang meresap ke dalam tanah juga akan diserap oleh tumbuhan dan akan kembali menguap melalui daun dan akan kembali ke atmosfer. Peristiwa ini disebut transpirasi.
4
lingkungan peredaran. Air di bumi mengalami sirkulasi yang terus-menerus dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi. Hujan yang jatuh di laut mengakhiri siklus ini dan akan mulai dengan siklus yang baru (Takeda 2006).
Presipitasi
Linsley dan Franzini (1979) mendefinisikan presipitasi meliputi semua air yang jatuh dari atmosfir ke permukaan bumi. Seyhan (1990) menyatakan bentuk-bentuk presipitasi vertikal antara lain hujan, hujan gerimis, salju, hujan es batu dan sleet (campuran hujan dan salju). Pada daerah tropis, termasuk Indonesia, presipitasi umumnya berbentuk curah hujan. Siklus hidrologi sebagai penentu keberlanjutan proses ekologi, geografi, dan tata guna lahan di suatu DAS. Oleh karena itu, presipitasi sebagai faktor pembatas bagi usaha pengelolaan sumberdaya air dan tanah (Ikhwali 2013). Presipitasi dengan berbagai macam karakteristik yang dapat mempengaruhi produk akhir suatu hasil perencanaan pengelolaan DAS. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah rata-rata presipitasi yang terjadi pada suatu lahan, yaitu (Eagleson 1970 dalam Seyhan 1990) :
1. Garis lintang 2. Ketinggian tempat
3. Jarak dari sumber-sumber air
4. Posisi di dalam dan ukuran massa tanah benua atau daratan
5. Arah angin yang umum (menuju atau menjauhi) terhadap sumber-sumber air
6. Hubungannya dengan deretan gunung
7. Suhu nisbi tanah dan samudera yang berbatasan
Hujan terjadi karena ada penguapan air dari permukaan bumi seperti laut, danau, sungai, tanah, dan tanaman. Pada suhu udara tertentu, uap air mengalami proses pendinginan yang disebut dengan kondensasi. Selama kondensasi
berlangsung uap air yang berbentuk gas berubah menjadi titik-titik air kecil yang melayang di angkasa. Kemudian, jutaan titik-titik air saling bergabung membentuk awan. Ketika gabungan titik-titik air ini menjadi besar dan berat maka akan jatuh ke permukaan bumi.
terkirim kemonitor komputer berupa data sinyal yang telah diubah kedalam bentuk satuan curah hujan. Untuk mempelajari keadan suatu daerah tangkapan sehubungan dengan curah hujannya, data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan daerah yang ditentukan dari beberapa stasiun di daerah tersebut. Evapotranspirasi
Penguapan yang terjadi dalam suatu wilayah, tidak hanya terjadi pada permukaan saja tetapi juga pada tumbuhan. Penguapan pada tumbuh-tumbuhan ini dapat berupa penguapan langsung, yaitu penguapan yang jatuh pada permukaan daun, atau penguapan melalui jaringan, yaitu air yang diserap oleh akar dan dibawa ke seluruh jaringan tanaman termasuk daun-daunan. Sebagian dari air yang sampai ke permukaan daun ini juga diuapkan kembali.
Evapotranspirasi tanaman (Etc) merupakan kombinasi dari evaporasi dan transpirasi. Evaporasi ialah penguapan di atas permukaan tanah, sedangkan transpirasi ialah penguapan melalui permukaan dari air yang semula diserap oleh tanaman. Definisi lainnya dari evapotranspirasi ialah banyaknya air yang menguap dari lahan dan tanaman dalam suatu petakan karena panas matahari (Asdak 1995). Evapotranspirasi merupakan faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan sebagai proses yang penting dalam siklus hidrologi (Ikhwali 2013). Adapun beberapa cara yang dilakukan dalam penentuan evapotranspirasi yaitu diantaranya dengan menggunakan rumus-rumus perhitungan, cara pengukuran dengan menggunakan lysimeter, dan cara perkiraan dengan banyaknya evaporasi dari panci evaporasi (Takeda 2006). Pendugaan evapotranspirasi tanaman menurut Doorenbos dan Pruitt (1977) dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu: Metode Blaney Cridle, Metode Radiasi, Metode Thornwaite, Metode Panci Evaporasi.
Untuk perhitungan evapotranspirasi, data stasiun iklim yang berada wilayah studi dikumpulkan. Kemudian besaran evapotranspirasi acuan dihitung dengan menggunakan metode Thornthwaite dan parameter yang diperlukan hanya suhu. Persamaan Thornthwaite dirumuskan sebagai berikut:
Nilai evapotranspirasi potensial tanaman (Etc) dapat diperoleh setelah dilakukan penghitungan Eto dikalikan dengan nilai Kc yaitu koefisien tanaman yang berdasarkan pada jenis tanaman dan tahap pertumbuhan. Nilai Kc tersedia untuk setiap jenis tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 1. Persamaan untuk perhitungan nilai Etc dapat dilihat sebagai berikut :
Etc = Kc. Eto ...(2) Keterangan :
6
Metode Mock adalah suatu metode untuk memperkirakan keberadaan air berdasarkan konsep water balance. Keberadaan air yang dimaksud ialah besarnya debit suatu daerah aliran sungai. Data yang digunakan untuk memperkirakan debit yaitu berupa data klimatologi dan karakteristik daerah aliran sungai. Metode Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock berdasarkan atas daur hidrologi (Dani & Linda 2006). Metode Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metoda yang menjelaskan hubungan rainfall-runoff. Metode ini dikembangkan untuk menghitung debit bulanan rata-rata. Data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan debit dengan metode Mock ini ialah data klimatologi, luas dan penggunaan lahan dari catchment area.
Pada prinsipnya, metode Mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar dan yang disimpan dalam tanah (soil storage). Volume air yang masuk adalah hujan. Air yang keluar adalah infiltrasi, perkolasi dan yang dominan ialah akibat evapotranspirasi. Soil storage adalah volume air yang disimpan dalam pori-pori tanah, hingga kondisi tanah menjadi jenuh. Secara keseluruhan perhitungan debit dengan metode Mock mengacu pada water balance, dimana volume air total yang ada di bumi adalah tetap, hanya sirkulasi dan distribusinya yang bervariasi.
Neraca Air
Water balance merupakan siklus tertutup yang terjadi untuk suatu kurun waktu pengamatan tahunan tertentu, dimana tidak terjadi perubahan groundwater storage atau ∆GS = 0. Artinya awal penentuan groundwater storage adalah berdasarkan bulan terakhir dalam tinjauan kurun waktu tahunan tersebut. Sehingga persamaan water balance menjadi :
P = Ea + TRO ...(4) Beberapa hal yang dijadikan acuan dalam prediksi debit dengan metode Mock sehubungan dengan water balance untuk kurun waktu (misalnya 1 tahun) adalah sebagai berikut :
a. Dalam satu tahun, perubahan groundwater storage (∆GS) harus sama dengan nol.
b. Jumlah total evapotranspirasi dan total runoff selama satu tahun harus sama dengan total presipitasi yang terjadi dalam tahun itu.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian “Analisa Kesetimbangan Air di Daerah Aliran Sungai Brantas, Jawa Timur” dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Maret sampai dengan Mei 2014. Lokasi yang diamati adalah DAS Brantas yang terletak pada 110˚30’ BT sampai 112˚55’ BT dan 7˚01’ LS sampai 8˚15’ LS Analisis data dilakukan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat komputer dengan program Microsoft Excel, software surfer 10 dan ArcGIS. Bahan-bahan yang digunakan adalah data sekunder tentang kondisi lingkungan DAS Brantas yaitu :
1. Peta DAS Brantas
2. Data suhu bulanan rata-rata periode 2005-2009
3. Data curah hujan bulanan di empat stasiun (Curah Clumprit, Mojokerto, Barek-Kisi, Kromong) periode 2007-2012
4. Data tutupan lahan pada DAS Brantas tahun 2013 5. Data debit sungai pada DAS Brantas tahun 2013
Metode Analisis
8
Gambar 1 Diagram alir penelitian Tahapan penelitian terdiri dari :
1. Studi pustaka
Studi pustaka digunakan untuk mempelajari berbagai metode dalam menganalisis kesetimbangan air dengan mengetahui besarnya simpanan air tanah di Daerah Aliran Sungai Brantas.
2. Pengumpulan data dan informasi
Data yang diperlukan seluruhnya merupakan data sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan meliputi data curah hujan pada tahun 2007 sampai tahun 2012, data suhu pada tahun 2005 sampai tahun 2009, data luasan DAS Brantas, data penggunaan lahan, data debit sungai pada DAS Brantas pada tahun 2013, dan letak garis lintang DAS Brantas.
3. Pengolahan dan analisis data
2) Menghitung evapotranspirasi aktual dengan menggunakan metode Thorntwaite pada persamaan (1).
3) Menghitung evapotranspirasi potensial dengan mengalikan besarnya evapotranspirasi aktual dengan koefisien tanaman (Kc) berdasarkan luas tutupan lahan.
4) Menentukan runoff dari data debit sungai maksimum dan minimum pada DAS Brantas.
5) Menghitung besarnya simpanan air tanah dengan menggunakan metode Mock dalam persamaan (2).
6) Memberikan rekomendasi mengenai krisis dan kelebihan air.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum DAS Brantas
Berdasarkan pola pengelolaan sumberdaya air WS Brantas merupakan wilayah sungai terbesar kedua di Pulau Jawa. Sungai Brantas mempunyai panjang ± 320 km dan memiliki luas wilayah sungai ± 14103 km2 yang mencakup ± 25% luas Propinsi Jawa Timur atau ± 9% luas Pulau Jawa. Wilayah Sungai Brantas terdiri dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Brantas, DAS Tengah dan DAS Ringin Bandulan serta DAS Kondang Merak. Peta lokasi wilayah sungai Brantas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Peta lokasi wilayah Sungai Brantas
10
Brantas adalah salah satu DAS paling kritis dari sekitar 29 DAS yang ada di Jawa Timur. Isu lingkungan yang paling menonjol di kawasan ini adalah telah terjadinya alih-guna lahan, penurunan kuantitas dan kualitas air, dan degradasi lahan.
DAS Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur karena sebesar 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Fungsinya telah berubah sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu sungai, yaitu Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan banyak material vulkanik yang mengalir ke sungai ini. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya tingkat sedimentasi bendungan ada di DAS Brantas. Kerusakan bangunan air di DAS Brantas secara umum disebabkan oleh kegiatan manusia dan kegiatan alam, sehingga berdampak buruk seperti pendangkalan pada ruas sungai, yang mengakibatkan menurutnya kapasitas sungai sehingga sungai tidak dapat menampung debit air yang ada.
Presipitasi dan Evapotranspirasi
Perhitungan kesetimbangan air atau (water balance) memiliki parameter masukan yaitu, presipitasi, evapotranspirasi, dan runoff agar dapat diketahui simpanan air tanah. Parameter presipitasi yang digunakan ialah curah hujan wilayah yang telah didapatkan dari keempat stasiun penakar hujan. Stasiun penakar hujan tersebut berasal dari Stasiun Pengamat Arus Sungai Kromong (Mojokerto), Stasiun Pengamat Arus Sungai Barek-Kisi, Stasiun Pengamat Arus Sungai Curah Clumprit, SPAS Lesti Hulu. Stasiun Pengamat Arus Sungai Kromong terletak pada 7°40’20” LS dan 112°32’42” BT. Stasiun Pengamat Arus Sungai Barek-Kisi terletak pada 8°04’37,6” LS dan 112°20’40,5” BT. Stasiun Pengamat Arus Sungai Curah Clumprit terletak pada 7°59’19” LS dan 112°34’18” BT. Stasiun Pengamat Arus Sungai Lesti Hulu terletak pada 8°12’10” LS dan 112°42’58” BT. Data curah hujan dari keempat Stasiun Pengamat Arus Sungai merupakan data pengukuran dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Brantas. Perhitungan secara lengkap curah hujan rata-rata tahun 2007 sampai tahun 2012 dari ke empat Stasiun Pengamat Arus Sungai dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 4. Metode isohyet dengan software Surfer 10 yang akan dihitung luasan DAS Brantas digunakan untuk mendapatkan curah hujan wilayah Daerah Aliran Sungai Brantas. Peta sebaran curah hujan wilayah bulanan DAS Brantas dari bulan Januari sampai Desember dapat dilihat pada Lampiran 13 sampai dengan Lampiran 24.
Tabel 2 Hasil analisis curah hujan area dengan metode isohyet Bulan Curah Hujan per Stasiun Cuaca (mm)
Curah Hujan area terendah pada bulan Agustus sebesar 23 mm. Curah hujan di DAS Brantas untuk wilayah hulu lebih besar daripada wilayah tengah dan hilir nya. Wilayah hulu lebih besar curah hujannya dikarenakan hujan yang terjadi merupakan hujan orografis dengan meningkatnya udara lembab secara paksa oleh dataran tinggi atau pegunungan.
Umumnya, curah hujan tahunan di dataran tinggi akan lebih tinggi daripada dataran rendah yang berhubungan dengan arah hadap angin. Pada siang hari puncak gunung lebih cepat menerima panas daripada lembah yang dalam keadaan tertutup. Puncak gunung tekanan udaranya minimum dan lembah tekanan udaranya maksimum. Karena keadaan ini maka udara bergerak dari lembah menyusur lereng menuju ke puncak gunung. Angin dari lembah ini disebut angin lembah. Pada malam hari puncak gunung lebih cepat mengeluarkan panas daripada lembah. Akibatnya di puncak gunung bertekanan lebih tinggi (maksimum) dibandingkan dengan di lembah (minimum) sehingga angin bertiup dari puncak gunung menuruni lereng menuju ke lembah. Angin dari puncak gunung ini disebut angin gunung.
12
untuk sawah irigasi dengan nilai koefisien tanaman sebesar 1.15, untuk ladang dengan nilai koefisien tanaman sebesar 0.9, untuk perkebunan dengan nilai koefisien tanaman sebesar 0.8, untuk hutan rakyat dengan nilai koefisien tanaman sebesar 0.9 yang masing-masing dikalikan dengan luas penggunaan lahan. Setelah itu dari masing-masing koefisien tanaman didapatkan kemudian ditotal dan dibagi dengan luas penggunaan lahan total, sehingga didapatkan Kc gabungannya.
Data suhu bulanan rata-rata DAS Brantas tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 serta nilai evapotranspirasi aktual dan evapotranspirasi potensial pada DAS Brantas dapat dilihat pada Lampiran 9. Data luas wilayah menurut penutupan lahan per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Lampiran 11. Perhitungan secara lengkap nilai koefisien tanaman gabungan dapat dilihat pada Lampiran 12. Ada beberapa faktor yang mendukung kecepatan evapotranspirasi, yatu faktor iklim mikro (radiasi netto, suhu, kelembaban, dan angin), faktor tanaman, faktor tanah (Linsley dan Franzini 1979).
Analisis Neraca Air
Kondisi hidrologi permukaan DAS Brantas dapat dilihat dari sungai-sungai yang mengalir di wilayah Sungai Brantas, baik pada orde 1,2,3 dari sungai utama. Terdapat 40 sungai yang bermuara di Sungai Brantas. Sungai-sungai besar seperti K.Lesti, K.Metro, K.Dawir, K.Parit Agung, K.Ngasinan, K.Konto, K.Widas, dan K.Kuncir berpotensi membawa air dari hulu dalam jumlah yang besar sehingga mempengaruhi debit sungai utama (K.Brantas). Sungai-sungai tersebut membentuk pola aliran dendritik sehingga aliran pada sungai-sungai di DAS Brantas berpotensi untuk mengerosi lahan di sekitarnya. Adapun debit Sungai DAS Brantas yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta I dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Debit Sungai DAS Brantas yang Dikelola Perum Jasa Tirta I
tingginya fluktuasi debit, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membangun waduk atau bendungan. Ada bendungan utama yang telah dibangun di DAS Brantas yaitu bendungan Karangkates, bendungan Lahor, bendungan Selorejo, bendungan Sengguruh, bendungan Wlingi, bendungan Lodoyo.
Metode yang digunakan untuk menganalisis neraca air ialah Metode Dr. F. J. Mock. Dalam persamaan 3 pada metode Mock tersebut pada dasarnya ialah untuk mengetahui presipitasi dengan cara menjumlahkan besarnya evapotranspirasi, total runoff, dan besarnya simpanan air tanah. Neraca air pada penelitian ini ialah untuk mengetahui besarnya simpanan air tanah. Besarnya simpanan air tanah tersebut dapat diketahui dari selisih presipitasi terhadap evapotranspirasi potensial dan runoff yang terjadi. Besarnya simpanan air tanah tersebut agar dapat dihasilkan dengan menggunakan persamaan Mock tersebut dengan terlebih dahulu mengubah satuan presipitasi dan evapotranspirasi dari mm menjadi m3/detik yaitu dengan cara mengalikan nilai curah hujan maupun nilai evapotranspirasi potensial dengan total luas DAS sebesar 1171274 ha, lalu dibagi dengan jumlah detik dalam satu bulan (total perkalian 86400 dengan jumlah hari dalam 1 bulan). Hasil analisis neraca air dengan beberapa parameter dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil analisis neraca air DAS Brantas
14
Aliran air yang masuk ke lapisan tanah yang dalam akan menjadi aliran dasar (base flow), dan aliran tersebut yang akan mengisi sistem jaringan sungai. Aliran air yang masuk ke sungai pada musim kemarau dengan jumlah yang sedikit, sehingga terjadi kekeringan pada musim kemarau. Dampak yang ditimbulkan dari defisitnya simpanan air tanah tersebut ialah terjadi kekeringan pada beberapa daerah tangkapan airnya. Upaya yang dilakukan agar simpanan air tanah tersebut tidak mengalami defisit atau kekeringan ialah dengan dibuatnya sumur resapan di sekitar sungai-sungai. Dibuatnya sumur resapan bertujuan untuk meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam tanah. Simpanan air tanah tersebut masih dapat digunakan pada musim kemarau, sehingga tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau.
Hasil neraca air yang telah dihitung dapat digambarkan dengan grafik pada Gambar 3. Besarnya simpanan air tanah yang mengalami kondisi surplus dan defisit dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 3.
Gambar 3 Grafik Neraca Air DAS Brantas
Berdasarkan Gambar 3, neraca air DAS Brantas didapatkan simpanan air tanah dalam bulan Januari sebesar 910 m3/detik, bulan Februari sebesar 1114 m3/detik, bulan Maret sebesar 994 m3/detik, bulan April sebesar 855 m3/detik, bulan Mei sebesar 274 m3/detik, bulan Juni sebesar -222 m3/detik, bulan Juli sebesar -331 m3/detik, bulan Agustus sebesar -329 m3/detik, bulan September sebesar -239 m3/detik, bulan Oktober sebesar 43 m3/detik, bulan November sebesar 844 m3/detik, bulan Desember sebesar 1055 m3/detik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Simpanan air tanah di DAS Brantas yang telah dihasilkan pada persamaan metode Mock berfluktuasi. Pada bulan Oktober sampai Mei mengalami
surplus. Simpanan air tanah pada bulan Juni sampai September mengalami defisit, dikarenakan pada bulan Juni sampai September merupakan bulan kering atau musim kemarau. Aliran air yang masuk ke sungai pada musim kemarau dengan jumlah yang sedikit, sehingga terjadi kekeringan pada musim kemarau. Besarnya simpanan air tanah pada bulan Januari sebesar 910 m3/detik, bulan Februari sebesar 1114 m3/detik, bulan Maret sebesar 994 m3/detik, bulan April sebesar 855 m3/detik, bulan Mei sebesar 274 m3/detik, bulan Juni sebesar -222 m3/detik, bulan Juli sebesar -331 m3/detik, bulan Agustus sebesar -329 m3/detik, bulan September sebesar -239 m3/detik, bulan Oktober sebesar 43 m3/detik, bulan November sebesar 844 m3/detik, bulan Desember sebesar 1055 m3/detik.
2. Upaya untuk memenuhi kebutuhan air bagi penduduk sekitar DAS dalam mencegah kekeringan ialah dengan membuat sumur resapan di sekitar sungai-sungai, untuk meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam tanah. Simpanan air tanah tersebut dapat digunakan pada musim kemarau, sehingga tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau.
Saran
1. Perlu upaya untuk menangani permasalahan kekeringan air pada musim kemarau dengan dibuatnya sumur resapan di sekitar sungai-sungai, sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengurangi limpasan permukaan yang dapat mengakibatkan banjir pada musim penghujan.
2. Perlu adanya penelitian pengembangan aplikasi untuk menghitung dan menganalisis neraca air.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press
Dani NA, Linda M. 2006. Perencanaan Bendung Karet Wonokerto-Kabupaten Demak. Tugas Akhir. Semarang: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Doorenbos J, Pruitt WO. 1977. Crop Water Requirements. Rome: FAO Irrigation and Drainage Paper, FAO
Ikhwali, M F. 2013. Analisis Perubahan Kapasitas Simpan Air Pada Sub DAS Ciesek, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Kodoatie JR, Syarief R. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta (ID): Andi offset.
Linsley R, Franzini JB. 1979. Teknik Sumber Daya Air. Bandung : Erlangga Seyhan, E. 1990. Dasar – dasar Hidrologi. Penerjemah : Ir. Sentot Subagyo.
16
Takeda K. 2006. Hidrologi untuk Pengairan. Taulu L, penerjemah: Sosrodarsono S, editor. Jakarta (ID): Penerbit Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Manual on Hydrology. Ed ke-10
Lampiran 1 Nilai curah hujan bulanan (mm) di Stasiun Pengamat Arus Sungai Lesti Hulu
Lokasi : 8°12’10” LS dan 112°42’58” BT
Tahun Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jumlah
2007 141.2 342.3 416.5 200.2 92.1 18.1 1.7 0.5 0 35.9 232.9 702.9 2184.3 2008 234.5 163.2 506.2 170.6 75.7 1.2 0 1.4 2.9 213.8 3891 392.7 2151.3 2009 462.8 459.3 208.7 370 194.8 45.7 12.6 0 33.9 20.3 144.2 157.3 2109.4 2010 456 339.7 394.3 576.8 176.3 92.4 119.2 95.6 258.5 222.3 375.9 285 3391.9 2011 286.6 205.3 233.5 362.2 134.3 16.9 6.2 0 0 68 231.4 382.7 19272 2012 370.2 210.3 342.6 133.1 53.57 0 6.6 0 0 27.8 205.5 419.7 1769.3 Rataan 325.22 286.68 350.3 302.15 121.12 29.05 24.38 16.25 49.21 98.01 263.16 390.05 2255.56
Sumber : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Brantas
Lampiran 2 Nilai curah hujan bulanan (mm) di Stasiun Pengamat Arus Sungai Barek-Kisi
Lokasi : 8°04’37.6” LS dan 112°20’40.5” BT
Tahun Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jumlah
2007 92.7 357.3 312.9 325.6 121.4 90.6 22.2 5.1 0 82.6 441.2 443.6 2295.3 2008 237.5 171 458.4 270 103.6 14.1 0 23.2 0 202.7 390.4 408 2279.1 2009 360.9 386.8 273.5 286.5 227.4 38.5 66.4 0 31.9 139.2 312.1 251.3 2374.6 2010 388.7 386.8 318.2 614.6 512.7 227.6 93.4 110.3 232.3 271.4 693.3 241.4 4090.7
2011 233.4 167.5 425 419.2 172.9 0 0 0 0 70.4 376.3 487.3 2352.4
2012 261.8 217.5 131.9 282.9 73.7 57.6 13.6 0 0 85 301.6 464.9 1890.7 Rataan 262.5 281.15 319.98 366.47 201.95 71.4 32.6 23.1 44.03 141.88 419.15 382.75 2547.13
18
Lampiran 3 Nilai curah hujan bulanan (mm) di Stasiun Pengamat Arus Sungai Kromong, Mojokerto
Lokasi : 7°40’20” LS dan 112°32’42” BT
Tahun Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jumlah
2007 135.6 556.1 588.8 262 36.9 39.7 3.5 9.1 3.6 72.5 170.6 505.8 2384.2 2008 295.4 563.9 498.3 210.6 102.1 25.3 0 21.7 28.6 106.5 268.5 345.1 2466 2009 490.8 520.5 238 109.8 232.3 40.6 4.6 0 0.9 2.6 147.3 145.2 1932.6 2010 590.7 506.8 292.6 481.8 229 50.2 46.4 100.8 235.4 278.5 199.8 325.9 3337.9 2011 398.3 335.8 241.6 369.5 238.9 17.7 22.6 1 1.4 87.2 287.7 373.8 2375.7 2012 416.1 362.6 386.9 194.9 66.5 36.6 10.5 0 0 3.3 164.2 389 2030.6 Rataan 387.81 474.28 374.37 271.43 150.95 35.02 14.6 22.1 44.98 91.77 206.35 347.47 2421.17
Sumber : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Brantas
Lampiran 4 Nilai curah hujan bulanan (mm) di Stasiun Pengamat Arus Sungai Curah Clumprit
Lokasi : 7°59’19” LS dan 112°34’18” BT
Tahun Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jumlah
2007 123.9 313.3 274.4 247.7 71.7 52.5 15.4 10.3 5.5 93.6 227.7 156.8 1592.8 2008 270.5 268.3 381.7 88.1 109.8 13.1 0.001 16.3 25.7 89.2 141.5 255.2 1659.4 2009 350.3 382.6 103 188.4 241.3 12.1 2.8 1 33.1 51.9 94.6 277.4 1738.2 2010 496 375.8 404.4 530.9 415.9 82.6 47.6 141.6 168.3 168.7 275.3 218.6 3325.7 2011 114 314.2 274.2 241.5 67.8 54.4 13.3 9.5 88.3 88.3 226.3 331.1 1764.5 2012 230.2 224.7 228.1 123.1 33.1 14.2 6.1 0 48.9 48.9 150.5 364.1 1423.1 Rataan 264.15 313.15 277.63 236.61 156.6 38.15 14.20 29.78 61.63 90.1 185.98 267.2 1917.28
Lampiran 5 Suhu bulanan rata-rata (˚C) Stasiun Karangploso Lokasi : 7°54’05” LS dan 112°35’48” BT
Stasiun : Karangploso, Malang
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2005 23.8 24.0 24.0 23.8 23.6 23.6 23.3 23.0 23.6 24.2 24.0 23.2 2006 23.9 23.5 23.6 23.8 23.5 22.1 21.8 21.5 22.3 24.2 25.4 24.8 2007 23.1 23.7 23.5 23.8 23.8 23.1 22.2 21.7 22.7 24.4 23.9 23.6 2008 23.6 22.1 23.0 22.9 23.0 21.7 21.5 22.1 22.4 24.7 23.4 23.4 2009 23.5 23.5 23.7 24.3 23.7 23.0 22.1 22.3 23.3 24.4 24.9 24.3
Lampiran 6 Suhu bulanan rata-rata (˚C) Stasiun Trestes, Prigen Lokasi : 7°42’14.4” LS dan 112°38’06” BT Stasiun : Trestes, Prigen, Pasuruan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
20
Lampiran 7 Suhu bulanan rata-rata (˚C) Stasiun Sawahan
Lokasi : 7°44’03” LS dan 111°56’02” BT
Stasiun : Sawahan, Nganjuk
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2005 23.2 23.3 25.1 24.3 23.4 23.3 23.0 23.0 24.6 24.7 24.9 23.0 2006 22.9 22.5 23.5 24.7 23.2 23.0 22.7 22.8 23.7 25.1 25.9 26.0 2007 23.7 22.7 23.0 23.1 23.7 23.5 22.6 22.9 23.8 25.0 24.2 23.2 2008 23.3 22.0 23.6 23.1 23.2 23.0 22.5 23.2 24.6 24.8 23.5 22.8 2009 22.9 22.6 23.3 23.8 23.6 23.2 23.1 23.3 24.5 25.4 25.1 23.5
Lampiran 8 Suhu bulanan rata-rata (˚C) Stasiun Karangkates
Lokasi : 8°13’ LS dan 114°23’ BT
Stasiun : Karangkates, Malang
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Lampiran 9 Suhu bulanan rata-rata (˚C) DAS Brantas tahun 2005-2009 dan nilai evapotrasnpirasi aktual serta nilai evapotranspirasi potensial
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 23.6 23.5 24.1 24.0 23.6 23.3 23.0 22.7 23.7 24.5 24.6 23.5 2006 23.4 23.2 23.6 24.1 23.5 22.6 22.3 22.3 23.3 24.8 25.7 25.0 2007 23.7 23.3 23.5 23.7 24.1 23.4 22.5 22.3 23.3 24.6 24.2 23.4 2008 23.3 22.7 23.1 23.2 23.2 22.6 21.9 22.8 24.0 24.9 23.8 23.3 2009 23.3 23.2 23.5 24.1 23.7 23.2 22.6 22.7 24.0 25.0 25.0 24.2
Rata-rata 23.5 23.2 23.6 23.8 23.6 23.0 22.5 22.6 23.6 24.7 24.7 23.9 Nilai evapotranspirasi acuan DAS Brantas (mm)
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
129.54 128.88 129.86 130.54 130.02 128.49 127.03 127.31 130.01 133.03 132.71 130.71 Nilai evapotranspirasi potensial DAS Brantas (mm)
Nilai Kc = 0.74
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
95.86 95.37 96.09 96.60 96.22 95.08 94.00 94.21 96.21 98.44 98.21 96.73 Nilai evapotranspirasi potensial DAS Brantas (m3/detik)
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
22
Lampiran 10 Nilai untuk memperoleh i = (T/5)
Lampiran 11 Luas tutupan lahan (ha) per Kabupaten/Kota
Hutan Perkebunan
Pertanian Tanah Kering
Sawah Mang- Pemukiman Lain Total
rove nya
TRENGGALEK 22736 24912 23649 12283 0 9465 31563 124608
TULUNGAGUNG 11026 16668 21701 31435 0 12962 21214 115006
BLITAR 19242 44021 49561 43859 0 11727 6914 175324
KEDIRI 12436 25397 11232 69398 0 26594 13946 159003
MALANG 63144 89516 63767 69435 0 38863 21105 345829
PASURUAN 18444 33621 26741 41369 1 15328 13075 148578
SIDOARJO 0 2723 3201 25633 1847 19662 21295 74361
MOJOKERTO 15304 7861 14673 30924 0 1988 8815 97457
JOMBANG 24824 9436 621 55975 0 10013 5609 112068
NGANJUK 27157 15943 17236 48592 0 1568 4377 128985
MADIUN 21152 8386 28449 35448 0 14579 3779 111793
GRESIK 1272 21827 29427 11671 1683 14893 35219 12744
KOTA KEDIRI 0 0 0 0 0 0 0 0
KOTA BLITAR 0 223 0 698 0 2351 38 3311
KOTA MALANG 0 142 167 1779 0 8865 41 10995
KOTA
MOJOKERTO 0 0 0 369 0 1591 66 2025
KOTA SURABAYA 0 819 58 1893 678 23738 6909 34095
KOTA BATU 8485 4257 0 3345 0 2378 1444 19908
Total 245222 305752 290483 484106 4209 216565 195409 1741746
% Luasan 14.08 17.55 16.68 27.80 0.24 12.43 11.22 100
24
Lampiran 12 Nilai koefisien tanaman gabungan berdasarkan penggunaan lahan pada DAS Brantas
Penggunaan Lahan 2013 Luas (ha) Nilai Koefisien Tanaman
Kc Kc*A
sawah irigasi 484106 1.15 556721.9
ladang/huma 290483 0.9 261434.7
perkebunan 305752 0.8 244601.6
hutan rakyat/ditanami pohon 245222 0.9 220699.8
sementara tidak diusahakan 195409 0 0
pemukiman 216565 0 0
Total 1737537 1283458
Lampiran 13 Peta analisis curah hujan metode isohyet DAS Brantas Bulan Januari
26
Lampiran 15 Peta analisis curah hujan metode isohyet DAS Brantas Bulan Maret
Lampiran 17 Peta analisis curah hujan metode isohyet DAS Brantas Bulan Mei
28
Lampiran 19 Peta analisis curah hujan metode isohyet DAS Brantas Bulan Juli
Lampiran 21 Peta analisis CH metode isohyet DAS Brantas Bulan September
30
Lampiran 23 Peta analisis CH metode isohyet DAS Brantas Bulan November
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 22 September 1992 dari pasangan Bapak Thamrin dan Ibu Ni Wayan Windiyasih. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMPN 87 Jakarta dan diterima di SMAN 87 Jakarta. Penulis lulus dari SMA pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Praktikum Bahan Konstruksi pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Selain itu penulis pernah aktif pada beberapa kepanitian salah satunya yaitu ICEF 2012 dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) divisi Hubungan Eksternal SIL.
Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2013 dengan topik
“Pengaruh Iklim dan Curah Hujan Terhadap Debit Sungai Cisadane”. Gelar
Sarjana Teknik diperoleh setelah penulis menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Kesetimbangan Air di Daerah Aliran Sungai Brantas, Jawa Timur” di