• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

HIERARKI JANTAN DEWASA PADA DUA KELOMPOK

MONYET EKOR PANJANG (

Macaca fascicularis

) DI SITUS

CIUNG WANARA KARANGKAMULYAN, CIAMIS

ADIMAS BRAMANTYA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Adimas Bramantya

(4)

ii

ABSTRAK

ADIMAS BRAMANTYA. Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis. Dibimbing oleh R.R. DYAH PERWITASARI dan ENTANG ISKANDAR.

Dominansi merupakan kemampuan untuk mendapatkan prioritas yang lebih besar untuk akses terhadap berbagai sumber. Susunan individu dominan dan individu subordinan dalam suatu kelompok disebut struktur hierarki. Monyet ekor panjang hidup dengan sistem sosial banyak jantan dan banyak betina, interaksi antara individu seperti aktivitas sosial sangat dipengaruhi oleh hierarki. Tujuan penelitian ini adalah mendeterminasi hierarki jantan dewasa pada dua kelompok monyet ekor panjang (M. fascicularis), yaitu kelompok Pangcalikan dan Sabung Ayam di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode focal animal sampling dan ad libitum sampling. Penentuan struktur hierarki menggunakan tiga tahapan metode, yaitu metode

sociometric matrix, penebaran pakan dan analisis aktivitas lainnya yang

kemungkinan mendukung hierarki. Struktur hierarki pada kelompok Pangcalikan diurutkan dari individu paling dominan berturut-turut sebagai berikut: Ba, Co, Tr, X, X2, dan Me . Struktur hierarki kelompok Sabung Ayam diurutkan dari individu paling dominan berturut-turut sebagai berikut : Ku dan Ma. Struktur hierarki monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara pada kedua kelompok bersifat linear. Kata kunci : Ciung Wanara, hierarki, jantan dewasa, Macaca fascicularis, monyet ekor panjang

ABSTRACT

ADIMAS BRAMANTYA. Hierarchy of Adult Males in Two Troops of Long-tailed Macaques (Macaca fascicularis) at Ciung Wanara Sites Karangkamulyan, Ciamis. Supervised by R.R DYAH PERWITASARI and ENTANG ISKANDAR.

Dominance defines as the ability in having greater priority to get more access to all sources. Arrangement of dominant and subordinate are defined as hierarchy. Long-tailed macaques live in a group of multi-males and multi-females, therefore interaction such as social behavior are depended on their hierarchy. This study aimed to determine hierarchy of adult males in two troops of long-tailed macaques (M. fascicularis), Pangcalikan and Sabung Ayam troops on Ciung Wanara sites Karangkamulyan, Ciamis. Present study used focal animal sampling and ad libitum sampling methods. The hierarchical structure determination used a three methods, namely sociometric matrix, feed stocking analysis and some activities that may have a role to determine hierarchy. The hierarchy of Pangcalikan troops were: Ba, Co, Tr, X, X2, and Me on a descending order, and the hierarchy of Sabung ayam troops were: Ku and Ma on a descending order as well which arranged linearly for both troops.

(5)

vi

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

HIERARKI JANTAN DEWASA PADA DUA KELOMPOK

MONYET EKOR PANJANG (

Macaca fascicularis

) DI SITUS

CIUNG WANARA KARANGKAMULYAN, CIAMIS

ADIMAS BRAMANTYA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

vi

Judul Skripsi : Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang

(Macaca fascicularis) di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan,

Ciamis

Nama : Adimas Bramantya NIM : G34090067

Disetujui oleh

Dr Ir R.R. Dyah Perwitasari MSc Pembimbing I

Dr Ir Entang Iskandar MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana MSi Ketua Departemen

(8)

ii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai bulan Juli 2013 ialah hierarki jantan dewasa monyet ekor panjang, dengan judul Hierarki Jantan Dewasa pada Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca

fascicularis) di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir R.R. Dyah Perwitasari MSi dan Dr Ir Entang Iskandar MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi masukan, saran, dan diskusi selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof Dr Anja Meryandini Ms selaku dosen penguji yang banyak memberikan saran dan masukan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Sumarsana selaku juru kunci dan Bapak Agus selaku koordinator lapangan serta seluruh staf Situs Ciung Wanara Karangkamulyan. Kepada keluarga Bapak Ujang Sodikin, Ibu Nina, Bapak Unang, Ibu Tati, Nufus, Vidia, Sony, serta masyarakat atas sarana, prasarana dan bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, abang, Nurul Huda, Zoo corner family, serta seluruh teman Biologi 46 atas segala doa, perhatian, dan bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Adimas Bramantya

(9)

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

ABSTRAK ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Waktu dan Tempat 2

METODE 2

Adaptasi dan Identifikasi Objek Pengamatan 2

Pengamatan Jumlah dan Komposisi Kelompok 2

Pengamatan Aktivitas Harian 3

Penentuan Struktur Hierarki 4

Analisis Data 4

HASIL 5

Aktivitas Harian 5

Aktivitas Agonistik 6

Respon Terhadap Aktivitas Agonistik 7

Analisis Struktur Hierarki 8

PEMBAHASAN 11

SIMPULAN 13

DAFTAR PUSTAKA 13

(10)

ii

DAFTAR TABEL

1 Sociometric Matrix aktivitas agonistik: (a) periode Mar-Mei 2013 dan

(b) periode Mei-Jun 2013 9

2 Matriks pengusiran pada kelompok Pangcalikan saat penebaran

pakan 10

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik perbandingan aktivitas harian kelompok Pangcalikan dengan

Sabung Ayam 5

2 Alur pergerakan 4 kelompok M. fascicularis di Situs Ciung Wanara

Karangkamulyan, Ciamis 6

3 Grafik perbandingan aktivitas agonistik kelompok Pangcalikan

dengan Sabung Ayam 6

4 Grafik aktivitas agonistik kelompok (a) Pangcalikan (b) Sabung

Ayam 7

5 Grafik respon terhadap aktivitas agonistik kelompok (a) Pangcalikan

(b) Sabung Ayam 8

6 Struktur hierarki M. fascicularis pada (a) kelompok Pangcalikan dan (b) kelompok Sabung Ayam bersifat linear pada saat penelitian

berakhir (Juni 2013) 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nama, ciri-ciri, dan foto individu kelompok Pangcalikan ... 15 2 Nama, ciri-ciri, dan foto individu kelompok Sabung Ayam ... 17

3 Sociometric matrix aktivitas agonistik kelompok Pangcalikan : (a)

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah primata yang membentuk kelompok sosial terdiri atas banyak jantan dan banyak betina. Pada kelompok tersebut terdapat beberapa jantan dewasa, betina dewasa, sub-adult

jantan, sub-adult betina, remaja dan bayi (Napier dan Napier 1967). Setiap individu akan berinteraksi dengan individu lain di dalam kelompoknya. Interaksi tersebut terdiri atas berbagai aktivitas sosial yang di dalamnya sangat dipengaruhi struktur hierarki. Kemampuan untuk mendapatkan prioritas yang lebih besar untuk akses terhadap berbagai sumber disebut dominansi (Collinge 1993). Susunan individu dominan dan individu subordinan dalam suatu kelompok dikenal sebagai struktur hierarki (Martin dan Bateson 1993).

Pemimpin pada kelompok monyet ekor panjang atau biasa disebut dengan pejantan-α adalah pejantan yang memiliki hierarki teringgi dibanding pejantan-pejantan lain pada suatu kelompok. Jantan ranking atas memiliki frekuensi yang tinggi dalam melakukan pengusiran, sedangkan jantan ranking bawah memiliki frekuensi yang tinggi dalam menerima pengusiran, melakukan selisik, dan menerima non-copulatory mounting (Sutrisna 2004). Pejantan-α memiliki dominansi yang signifikan dalam perilaku agresi, perilaku seksual, menggoyangkan pohon, pergerakan, menerima selisik, agonistik dan perlindungan terhadap kelompok dibandingkan pejantan lainnya. Pejantan-α juga dicirikan dengan keinginan untuk melakukan perilaku seksual lebih tinggi dari pada pejantan lainnya (Karimullah dan Anuar 2011). Semakin tinggi tingkat hierarki jantan dalam kelompok maka semakin besar pula peluang individu tersebut mendapatkan betina yang diinginkan (Setiawan 2002). Gumert dan Ho (2008), melaporkan pejantan dengan hierarki tinggi mempunyai frekuensi menerima selisik yang besar dibandingkan dengan pejantan dengan hierark rendah. Selain itu, saat aktivitas pencarian pakan pada kelompok monyet ekor panjang, pejantan-α menentukan individu-individu yang bergabung dalam kelompok (Hadi et al.

2007).

(12)

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeterminasi hierarki jantan dewasa pada dua kelompok monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), yaitu kelompok Pangcalikan dan kelompok Sabung Ayam di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis.

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2013 di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis, Jawa Barat. Analisis data dilaksanakan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.

METODE

Adaptasi dan Identifikasi Objek Pengamatan

Proses adaptasi objek pengamatan dilakukan dengan habituasi. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pakan seperti kacang ataupun beras dan mengikuti objek sampai ke dalam core area kelompok tersebut, sehingga objek pengamatan mengenal dan terbiasa terhadap kehadiran pengamat. Identifikasi objek pengamatan berdasarkan ciri-ciri fisik, seperti ukuran tubuh, umur individu, alat kelamin, raut muka, warna rambut, bentuk kepala, bentuk tubuh maupun cacat pada tubuh. Identifikasi objek pengamatan dilakukan untuk menghindari duplikasi pada saat pengambilan data.

Pengamatan Jumlah dan Komposisi Kelompok

Proses mengamati jumlah individu dan struktur kelompok (ukuran dan komposisi kelompok) secara langsung, yang dilakukan saat kelompok sedang melakukan aktivitas atau kebiasaan di suatu tempat tertentu menggunakan

concentration count (Rinaldi 1992). Berdasarkan survei pada bulan Juni 2013,

perkiraan jumlah total individu monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis sebesar 118 ekor yang terbagi menjadi 4 kelompok berdasarkan core area, yaitu kelompok Pangcalikan berjumlah 59 ekor, kelompok Sabung Ayam berjumlah 25 ekor, kelompok Pamangkonan berjumlah 17 ekor dan kelompok Cikahuripan berjumlah 17 ekor. Komposisi pada kelompok Pangcalikan yaitu, 8 jantan dewasa, 11 betina dewasa, 31 juvenil dan 9 infan. Komposisi pada kelompok Sabung Ayam yaitu, 3 jantan dewasa, 6 betina dewasa, 12 juvenil dan 6 infan. Dari empat kelompok berdasarkan concentration count

(13)

3 Pada kelompok Pangcalikan, objek pengamatan berjumlah 6 ekor jantan dewasa M.fascicularis dengan kode nama yaitu Co, Ba, Tr, X, X2, dan Me (Lampiran 1). Pada kelompok Sabung Ayam, objek pengamatan berjumlah 2 ekor jantan dewasa M.fascicularis dengan kode nama yaitu Ku dan Ma (Lampiran 2). Pada kedua kelompok tersebut dipilih jantan dewasa M.fascicularis yang terhabituasi terhadap pengamat sehingga pengamatan dapat berlangsung.

Pengamatan Aktivitas Harian

Pengamatan awal dilakukan dengan metode ad libitum sampling. Ad libitum

sampling merupakan proses pencatatan data sebanyak mungkin yang teramati dari

perilaku sosial sebuah kelompok, seperti pengamatan semua tingkah laku, semua individu dan waktu terjadinya tingkah laku. Data yang didapatkan bersifat umum dan tidak secara khusus (tidak melihat perindividu). Metode ini selain digunakan pada penelitian awal, juga dapat digunakan sebagai data pelengkap dari metode lainnya (Altmann 1973).

Pengamatan aktivitas harian dilakukan dengan metode focal animal

sampling. Focal animal sampling merupakan proses pencatatan semua aktivitas

secara khusus pada satu individu atau kelompok. Pengamatan dicatat pada periode waktu tertentu yang dikhususkan pada satu individu, selanjutnya dilakukan pencatatan pada individu lain dengan durasi yang sama. Selama pengamatan, individu terus diamati sampai periode waktu berakhir (Altmann 1973). Pencatatan aktivitas harian dibagi menjadi aktivitas lokomosi, istirahat, makan, bermain, selisik, kawin, duduk berdekatan dan agonistik. Periode waktu yang digunakan yaitu selama 15 menit yang diharapkan dapat mencakup aktivitas tersebut. Pengamatan aktivitas lokomosi dapat dijadikan acuan patokan daerah jelajah dan daerah teritori suatu kelompok, tanpa menggunakan metode focal animal

sampling.

Pencatatan aktivitas agonistik dibagi menjadi tiga aktivitas yang lebih spesifik, yaitu aktivitas mengancam, menyerang, dan berkelahi. Pencatatan data aktivitas mengancam dilakukan apabila seekor individu melakukan ancaman terhadap individu lain ditandai berubahnya raut muka atau gerakan tubuh (Estes 1991). Pencatatan data aktivitas menyerang dilakukan apabila individu tersebut mengejar individu lain paling sedikit 3 meter jauhnya, diiringi dengan gestur dan vokalisasi ancaman (Eaton et al. 1986). Apabila individu sudah melakukan kontak fisik terhadap individu lain seperti memukul, mengigit, dan mencengkram maka akan dicatat sebagai aktivitas berkelahi (Eaton et al. 1986). Selain ketiga aktivitas agonistik tersebut, dicatat juga respon terhadap aktivitas agonistik yaitu aktivitas

grimace dan retreat. Grimace terlihat dari penarikan masuk bibir sehingga gigi

(14)

4

Penentuan Struktur Hierarki

Penentuan struktur hierarki dilakukan dengan tiga tahap metode, yaitu

sociometric matrix, penebaran pakan, dan analisis aktivitas lainnya yang

kemungkinan mendukung dominansi. Sociometric matrix merupakan pencatatan frekuensi interaksi perilaku yang dilakukan oleh dua individu (dyadic interaction), dengan pelaku perilaku tersebut dicatat dalam baris dan penerima perilaku tersebut dicatat dalam kolom. Melalui sociometric matrix dapat dilihat suatu interaksi individu yang saling terkait, seperti pelaku serangan dengan penerima serangan (Altmann 1973). Data yang digunakan dalam sociometric matrix

didapatkan dari aktivitas agonistik yang dicatat dengan menggunakan metode

focal animal sampling.

Penebaran pakan merupakan metode tambahan yang dilakukan apabila sturktur hierarki belum terlihat jelas, terutama pada hierarki bagian tengah. Hasil penebaran pakan akan didapatkan matriks pengusiran antara semua individu jantan. Analisis terhadap aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung dominansi, seperti non-copulatory mounting, penyentuhan skrotum dan selisik yang dilakukan sesama individu jantan akan memperkuat hierarki subjek pengamatan dari metode analisis sebelumnya.

Analisis Data

Struktur hierarki dapat ditentukan dengan menganalisis tiga metode penentuan hierarki, yaitu sociometric matrix, penebaran pakan, dan analisis aktivitas yang mendukung dominansi. Data aktivitas agonistik yang diperoleh dari pengambilan focal animal sampling lalu dibuat menjadi Sociometric matrix,

hasilnya didapatkan data individu yang memiliki frekuensi agonistik terbesar hingga individu yang memiliki frekuensi agonistik terendah. Individu yang memiliki aktivitas agonistik terbesar ditetapkan menjadi individu dominan, sedangkan individu yang memiliki aktivitas agonistik terendah ditetapkan menjadi individu submissive.

Metode penebaran pakan dilakukan untuk memastikan hierarki pada individu-individu yang menempati hierarki tengah. Penebaran pakan dilakukan karena hasil yang didapatkan dari sociometric matrix pada individu hierarki tengah memiliki jumlah aktivitas agonistik yang sama banyak. Data yang didapatkan dari metode penebaran pakan berupa matrix pengusiran. Matriks pengusiran berisikan data individu yang memiliki frekuensi pengusiran terbesar hingga individu yang memiliki frekuensi pengusiran terendah. Individu yang memiliki aktivitas pengusiran terbesar ditetapkan menjadi individu dominan, sedangkan individu yang memiliki aktivitas pengusiran terendah ditetapkan menjadi individu submissive.

(15)

5 tercatat sebagai penerima aktivitas tersebut, dinilai sebagai individu yang

submissive.

HASIL

Aktivitas Harian

Aktivitas harian tertinggi monyet ekor panjang pada kelompok Pangcalikan adalah aktivitas diam atau istirahat (24%). Posisi kedua tertinggi adalah aktivitas lokomosi (22%). Posisi ketiga tertinggi adalah aktivitas duduk berdekatan (15%). Pada kelompok Sabung Ayam aktivitas harian tertinggi adalah aktivitas diam atau istirahat (28%). Posisi kedua tertinggi adalah aktivitas lokomosi (19%). Posisi ketiga tertinggi adalah aktivitas duduk berdekatan (19%) (Gambar 1).

Kedua kelompok menunjukkan frekuensi tiga aktivitas harian tertinggi yang sama, meskipun jumlah populasi dan jumlah komposisi jenis kelamin antar kedua kelompok cukup berbeda. Aktivitas tertinggi pada kedua kelompok adalah aktivitas diam atau istirahat.

Aktivitas lokomosi dari kedua kelompok dapat dijadikan sebagai penentu daerah jelajah dan daerah teritori pada kelompok tersebut. Daerah jelajah pada kelompok Pangcalikan dengan kelompok Sabung Ayam sebagian besar tumpang tindih (Gambar 2). Tumpang tindihnya daerah jelajah dari kedua kelompok menyebabkan tingginya aktivitas agonistik antar kelompok. Dari kedelapan aktivitas harian tersebut, untuk penentuan dan analisis hierarki difokuskan pada aktivitas agonistik.

(16)

6

Gambar 2 Alur pergerakan 4 kelompok M. fascicularis di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis

Aktivitas Agonistik

Aktivtas agonistik dibagi menjadi tiga aktivtas yang lebih spesifik, yaitu aktivitas mengancam, menyerang, dan berkelahi. Aktivitas agonistik pada kelompok Pangcalikan dan kelompok Sabung Ayam masing-masing sebesar 9% dari aktivitas harian total (Gambar 1). Aktivitas agonistik kelompok Pangcalikan tertinggi ditunjukkan oleh aktivitas mengancam (59%), diikuti aktivitas menyerang (35%) dan aktivitas berkelahi (6%). Pada kelompok Sabung Ayam aktivitas agonistik tertinggi ditunjukkan oleh aktivitas mengancam (51%), aktivitas menyerang (40%), dan aktivitas berkelahi (9%) (Gambar 3). Pada enam individu jantan dewasa di kelompok Pangcalikan aktivtas agonistik mengancam, menyerang dan berkelahi tertinggi ditunjukkan oleh individu Co, yaitu masing-masing sebesar 36 kali, 24 kali, dan 6 kali (Gambar 4a). Pada kelompok Sabung Ayam dari dua individu jantan dewasa aktivitas agonistik mengancam, menyerang dan berkelahi tertinggi ditunjukkan oleh individu Ku, yaitu masing-masing sebesar 24 kali, 18 kali, dan 5 kali (Gambar 4b).

(17)

7

Gambar 4 Grafik aktivitas agonistik kelompok (a) Pangcalikan (b) Sabung Ayam

Respon Terhadap Aktivitas Agonistik

Respon terhadap aktivitas agonistik dibagi menjadi dua, yaitu grimace dan

retreat. Pada kelompok Pangcalikan individu tertinggi dalam respon terhadap

aktivitas agonistik adalah individu X2 dan Me, yaitu masing-masing grimace

(18)

8

Gambar 5 Grafik respon terhadap aktivitas agonistik kelompok (a) Pangcalikan (b) Sabung Ayam

Analisis Struktur Hierarki

Data sociometric matrix diambil berdasarkan tiga aktivitas agonistik, yaitu aktivitas mengancam, menyerang, dan berkelahi (Lampiran 3). Saat melakukan analisis penentuan struktur hierarki, data tersebut digabungkan menjadi satu yaitu

sociometric matrix aktivitas agonistik. Pada sociometric matrix aktivitas agonistik

(19)

9 Metode penentuan dominansi dengan penebaran pakan dan pengamatan aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung dominansi, dapat digunakan sebagai data tambahan dalam penentuan struktur hierarki. Berdasarkan kegiatan penebaran pakan pada kelompok Pangcalikan yang dilakukan pada periode Mei-Juni 2013 (Tabel 1a) menunjukkan individu Ba sebagai jantan dengan dominansi paling tinggi melakukan pengusiran sebanyak 54 kali. Posisi kedua ditempati individu Co dengan pengusiran sebanyak 48 kali, posisi ketiga individu Tr (44 kali). Posisi keempat individu X (25 kali), posisi kelima individu X2 (13 kali). Individu Me menunjukan sebagai jantan peringkat bawah dengan menerima pengusiran sebanyak 66 kali (Tabel 2).

Pengamatan aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung dominansi seperti non-copulatory mounting, selisik antara sesama jantan dewasa dan penyentuhan skrotum juga dapat dijadikan sebagai pemastian dari struktur hierarki pada suatu kelompok. Individu Ba dan Tr tercatat pernah melakukan aktivitas

non-copulatory mounting terhadap individu X2, yang berarti individu Ba dan Tr

memiliki dominansi yang lebih tinggi dibandingkan individu X2. Pada aktivitas selisik antar sesama jantan dewasa, tercatat individu X, X2, dan Me melakukan selisik terhadap individu Ba, yang berarti individu Ba memiliki dominansi yang tinggi dibandingkan terhadap individu X, X2, dan Me. Individu Co tercatat melakukan penyentuhan skrotum terhadap individu X2 dan Me, yang berarti individu Co memiliki dominansi yang lebih tinggi dibandingkan individu X2 dan Me.

Pada kelompok Sabung Ayam tidak dilakukan pengamatan penebaran pakan dan aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung dominansi, karena jantan dewasa hanya berjumlah dua individu. Struktur hierarki dapat langsung ditentukan berdasarkan pengamatan aktivitas agonistiknya saja. Hasil aktivitas agonistik pada kelompok Sabung Ayam menunjukkan individu Ku sebagai jantan peringkat satu dan individu Ma sebagai jantan peringkat dua.

(20)

10

Tabel 2 Matriks pengusiran pada kelompok Pangcalikan saat penebaran pakan

Gambar 6 Struktur hierarki M. fascicularis pada (a) kelompok Pangcalikan dan (b) kelompok Sabung Ayam bersifat linear pada saat penelitian berakhir (Juni 2013)

Pada saat penelitian berakhir (Juni 2013), struktur hierarki pada kelompok Pangcalikan dapat diurutkan dari individu hierarki tinggi ke rendah berturut-turut sebagai berikut: Ba, Co, Tr, X, X2 dan Me. Pada kelompok Sabung Ayam struktur hierarki diurutkan dari individu hierarki tinggi ke rendah berturut-turut sebagai berikut : Ku dan Ma (Gambar 5). Berdasarkan analisis sociometric matrix

aktivitas agonistik , penebaran pakan, dan pengamatan aktivitas yang mendukung dominansi maka dapat ditetapkan bahwa struktur hierarki pada kelompok Pangcalikan dan Sabung Ayam bersifat linear (lurus).

(21)

11

PEMBAHASAN

Pengamatan aktivitas harian dibagi menjadi 8 aktivitas, yaitu aktivitas diam atau istirahat, lokomosi, makan, agonistik, selisik, kopulasi, bermain, dan duduk berdekatan. Pembagian kedelapan aktivitas harian ini menyerupai dengan penelitian yang dilakukan Hambali et al. (2012) pada M. fascicularis di Kuala Selangor Nature Park. Hambali et al. (2012) membagi aktivitas harian tersebut menjadi aktivitas lokomosi, diam atau istirahat, makan, selisik, bermain, kopulasi, agonistik, dan bersuara. Pada aktivitas lokomosi dan selisik memiliki jumlah persentasi yang hampir sama.

Aktivitas diam atau istirahat adalah aktivitas tertinggi dari total aktivitas harian monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan pada kedua kelompok. Para wisatawan biasa memberikan pakan secara bebas kepada monyet ekor panjang yang merupakan sumber pakan utama bagi satwa tersebut, sehingga satwa terhabituasi untuk menunggu kedatangan para wisatawan dengan melakukan aktivitas diam atau istirahat. Menurut Hambali et al. (2012), monyet ekor panjang melakukan aktivitas diam atau istirahat setelah kelompok tersebut melakukan pencarian pakan dan ketika sumber pakan tidak banyak ditemukan. Pada kedua kelompok, aktivitas lokomosi menunjukan aktivitas tertinggi kedua dari total aktivitas harian. Hal ini disebabkan monyet ekor panjang merupakan hewan diurnal yang berarti aktif bergerak selama siang hari dan mereka menghabiskan waktu untuk berlokomosi dari satu area ke area lain dalam satu territori untuk mencari pakan (Hambali et al. 2012). Banyaknya aktivitas manusia di sekitar kawasan Situs Ciung Wanara Karangkamulyan menyebabkan aktivitas duduk berdekatan menjadi aktivitas ketiga terbesar dari total aktivitas harian. Aktivitas manusia seperti pemburuan dan penangkapan satwa membuat satwa cenderung untuk melakukan aktivitas duduk berdekatan. Pejantan monyet ekor panjang di Kalimantan cenderung melakukan aktivitas duduk berdekatan dengan individu-individu di kelompoknya ketika banyak terjadi aktivitas manusia (Wheatley 1982).

Aktivitas agonistik monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan sebesar 9% pada kedua kelompok. Aktivitas agonistik merupakan aktivitas terbesar keenam dari total aktivitas harian, hal ini disebabkan monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan banyak melakukan perebutan pakan yang diberikan para wisatawan antar individu pada kelompok. Aktivitas agonistik monyet ekor panjang banyak terjadi disebabkan perebutan pakan dan perebutan pasangan (Hambali et al. 2012). Selain itu, aktivitas agonistik juga biasa dilakukan untuk mengusir monyet ekor panjang dari kelompok lain untuk mempertahankan jumlah kelompok dan sumber pakan. Aktivitas agonistik merupakan aktivitas yang diamati dalam menentukan hierarki. Singh et al. (1991) menjelaskan individu akan memiliki hierarki yang tinggi pada suatu kelompok apabila banyak melakukan aktivitas agonistik. Individu dengan frekuensi tertinggi yang mendapatkan ancaman dapat dinilai sebagai individu dengan hierarki rendah.

(22)

12

kecil. Respon terhadap aktivitas agonistik yang kedua yaitu retreat, timbul sebagai respon dari aktivitas agonistik dengan skala besar. Individu dengan hierarki tinggi tidak pernah teramati melakukan kedua respon tersebut terhadap individu yang memiliki hierarki lebih rendah. Maestripieri (1996), melaporkan aktivitas retreat merupakan efek terhadap aktivitas agonistik pada M. nemestrina

dan grimace merupakan sinyal submissive utama dengan tiga aktivitas lainnya,

yaitu presentation dan lip-smack.

Penentuan struktur hierarki dilihat dari pengamatan aktivitas agonistik yang dibagi menjadi tiga aktivitas yang lebih spesifik, yaitu aktivitas mengancam, aktivitas menyerang, dan aktivitas berkelahi. Stahl et al. (2000), melaporkan hal yang sama pada M. silenus yang membagi agonistik langsung (berkelahi) dan agonistik tidak langsung (mengancam, menyerang, mengusir, dan mengganggu). Selanjutnya, aktivitas agonistik tersebut dianalisis dengan metode sociometric

matrix. Metode Sociometric matrix melihat interaksi antara pelaku dan penerima

(dyadic interaction), jenis aktivitas, dan frekuensi aktivitas tersebut. Berdasarkan

sociometric matrix akan diketahui individu yang paling banyak menjadi pelaku

dari aktivitas tersebut, dan sebaliknya (Altmann 1973), oleh karena itu analisis

sociometric matrix lebih memiliki ketelitian yang tinggi jika digunakan untuk

menentukan hierarki dibandingkan metode analisis penghitungan frekuensi saja. Oi (1990), menggunakan matriks tersebut untuk melihat interaksi agonistik antar individu dan urutan hierarki pada M. nemestrina.

Penebaran pakan merupakan tahapan metode kedua dalam menentukan posisi satu individu terhadap individu lainnya. Metode penebaran pakan digunakan untuk lebih memastikan suatu individu lebih dominan dari individu lainnya pada kelompok Pangcalikan. Pada metode penebaran pakan terlihat individu dengan hierarki tinggi akan terlebih dahulu mendapatkan pakan dibandingkan individu hierarki rendah ataupun individu hierarki tinggi tersebut melakukan pengusiran terhadap individu hierarki rendah yang terlebih dahulu datang menerima pakan. Menurut Koening (2002), individu hierarki rendah pada monyet ekor panjang akan menunggu sampai individu hierarki tinggi meninggalkan pakan dan memakan sisa pakan tersebut.

Pengamatan aktivitas lainnya yang kemungkinan mendukung hierarki seperti non-copulatory mounting, penyentuhan skrotum dan selisik antar jantan merupakan tahapan metode ketiga dalam menganalisis struktur hierarki. Pada pengamatan, individu yang menerima aktivitas tersebut merupakan individu dengan hierarki rendah, dan individu dengan hierarki tinggi tidak pernah teramati menjadi penerima dari aktivitas tersebut. Pada M. nemestrina, Oi (1990) melaporkan non-copulatory mounting merupakan aktivitas menaiki individu jantan lain tanpa adanya perizinan terhadap individu tersebut dan terjadi setelah interaksi agonistik terhadap individu tersebut. Pada M .nemestrina aktivitas

non-copulatory mounting merupakan proses untuk merendahkan hierarki secara

langsung yang dilakukan antar individu jantan. Aktivitas penyentuhan skrotum merupakan aktivitas yang sedikit teramati, dan teramati diantara dua jantan yang melakukan aktivitas bermain secara singkat (Maestripieri 1996). Pada M.

fascicularis, selisik yang dilakukan antara sesama jenis kelamin merupakan

hadiah untuk individu hierarki tinggi (Gumert dan Ho 2008).

(23)

13 linear. Pada individu-individu yang membentuk kelompok sosial, struktur hierarki dikatakan linear apabila individu paling dominan mendominansi seluruh individu pada suatu kelompok, individu dominan kedua mendominansi seluruh individu pada kelompok kecuali individu dominan pertama, individu dominan ketiga mendominansi seluruh individu pada kelompok kecuali individu dominan pertama dan individu dominan kedua dan terus berlanjut sampai individu dengan ranking terbawah yang tidak mempunyai dominansi pada kelompok tersebut (Beacham 2003).

SIMPULAN

Struktur hierarki pada kelompok Pangcalikan diurutkan dari individu paling dominan berturut-turut sebagai berikut: Ba, Co, Tr, X, X2, dan Me . Struktur hierarki kelompok Sabung Ayam diurutkan dari individu paling dominan berturut-turut sebagai berikut : Ku dan Ma. Hierarki pada monyet ekor panjang tidak bersifat permanen. Struktur hierarki monyet ekor panjang pada kelompok Pangcalikan dan Sabung Ayam di Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis bersifat linear.

DAFTAR PUSTAKA

Altmann J. 1973. Observational Study Of Behavior: Sampling Methods. Chicago: University of Chicago.

Beacham JL. 2003. Models of dominance hierarchy formation: effects of prior experience and intrinsic traits. Behaviour 140: 1275-1303.

Collinge NC. 1993. Introduction to Primate Behavior. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.

Gumert MD, Ho MR. 2008. The trade balance of grooming and its coordination of reciprocation and tolerance in Indonesian long-tailed macaques (Macaca

fascicularis). Primates 49: 176-185.

Eaton GG, Johnson DF, Glick BB, Worlein JM. 1986. Japanese macaques

(Macaca fuscata) social development : sex differences in juvenile behavior.

Primates 27: 141-150.

Estes R. 1991. The Behavior Guide to African Mammals. Berkeley, CA: Univ of California Pr.

Hadi I, Suryobroto B, Perwitasari-Farajallah D. 2007. Food preference of semi-provisioned macaques based on feeding duration and foraging party size.

HAYATI Journal of Biosciences 14: 13-17.

Hambali K, Ismail A, Md-Zain BM. 2012. Daily activity budget of long-tailed macaques (Macaca fascicularis) in Kuala Selangor Nature Park. Journal

(24)

14

Karimullah, Anuar S. 2011. Social organization and mating system Macaca

fascicularis (long tailed macaques). Int. J. Biology 3: 23-31.

Koening A. 2002. Competition for resources and its behavioral consequences among female primates. Int. J. Primatol 23: 759-783.

Maestripieri D. 1996. Gestural communication and its cognitive implications in pigtail macaques (Macaca nemestrina). Behaviour 133: 997-1022.

Martin P, Bateson P. 1993. Measuring Behaviour: An Introductory Guide. Second Edition.Cambridge: Cambridge Univ Pr.

Napier JR, Napier PH. 1967. A Handbook of Living Primates. New York: Academic Pr.

Nugraha K. 2006. Aktivitas grooming (selisik) monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara, Ciamis Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Oi T. 1990. Patterns of dominance and affiliation in wild pig tailed macaques

(Macaca nemestrina nemestrina) in West Sumatra. Int. J. Primatol 11:

339-356.

Rahayu R. 2007. Aktivitas makan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) kelompok Pangcalikan periode Juni-Agustus di cagar budaya Ciung Wanara Ciamis, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rinaldi D. 1992. The use of triangle and concentration count methods in the investigation of gibbon distribution and population. Media Konservasi 4: 9-21.

Stahl D, Herrmann F, Kaumanns W. 2000. Group formation of a captive all-male group of lion-tailed macaques (Macaca silenus). Primate Report : 93-108. Setiawan I. 2002. Perilaku seksual monyet ekor panjang (M. fascicularis) di

Makam Kramat Solear, Kabupaten Tanggerang [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Singh M, D’souza L, Singh M. 1992. Hierarchy, kinship and social interaction

among Japanese monkeys (Macaca fuscata). J. Biosci 17: 15-27.

Sutrisna A. 2004. Interaksi antar jantan dewasa monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis) di Makam Saka Tunggal Cikakak Banyumas [skripsi].

Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

(25)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Nama, ciri-ciri, dan foto individu kelompok Pangcalikan No Nama Individu

(Kode Nama)

Ciri-ciri Foto Individu

1 Baron (Ba) Ukuran tubuh terbesar kedua (setelah Co) dan gendut,

Misai atau kumis sedikit. Rambut pada bagian dada lurus dan lebat,

Tidak ditemukan cacat atau codet pada tubuh.

2 Coboy (Co) Ukuran tubuh terbesar pada kel Pangcalikan,

Cacat pada bagian hidung. Jari kelingking tangan kiri patah,

Bersikap agresif pada pengunjung.

(26)

16

4 X (X) Ukuran tubuh sedang, Muka seperti individu Co, Misai atau kumis lebat.

5 X2 (X2)

Ukuran tubuh sedang, Ukuran kepala terkecil dibandingkan pejantan lain , Misai atau kumis lebat, Bercak hitam pada muka.

6 Mel (Me) Ukuran tubuh sedang, Mata sipit,

Mempunyai kantong mata, Misai atau kumis lebat dan panjang,

(27)

17 Lampiran 2 Nama, ciri-ciri, dan foto individu kelompok Sabung Ayam

No Nama

Individu (Kode Nama)

Ciri-ciri Foto Individu

1 Kumis (Ku) Ukuran tubuh terbesar di kelompok Sabung Ayam,

Misai atau kumis kecil tetapi meruncing keatas, Jari manis tangan kanan patah,

Bersikap agresif pada pengunjung.

(28)

18

(29)

19

Co Ba Tr X X2 Me Total

Co 0 0 0 0 0 0

Ba 0 0 0 0 0 0

Tr 0 0 0 0 0 0

X 0 0 0 0 2 2

X2 1 0 0 0 0 1

Me 1 0 0 1 0 2

Total 2 0 0 1 0 2

Co Ba Tr X X2 Me Total

Co 0 0 0 0 0 0

Ba 0 0 0 0 0 0

Tr 0 0 0 0 0 0

X 0 0 0 0 0 0

X2 0 0 0 0 1 1

Me 0 1 0 0 1 2

Total 0 1 0 0 1 1

Pelaku

Pelaku

P

ener

im

a

P

ener

im

a

e

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Oktober 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ibnu Slamet dan Poppy Nurcahya. Penulis lulus dari SMPN 115 Jakarta pada tahun 2006 dan SMAN 55 Jakarta kemudian pada tahun 2009 melanjutkan kuliah di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa studi di IPB penulis aktif dalam berbagai organisasi. Tahun 2010 penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) divisi Observasi Wahana Alam (OWA). Tahun 2011 penulis menjabat sebagai ketua divisi Observasi Wahana Alam (OWA).

Penulis pernah menjadi asisten Biologi Dasar tahun 2013, Perkembangan Hewan 2013, dan Vertebrata 2013. Penulis telah melakukan Studi Lapangan pada bulan Juli tahun 2011 di Gunung Walat dengan judul Cendawan Endofitik Non-Mikoriza pada Akar Shorea di Hutan Pendidkan Gunung Walat. Penulis telah melakukan praktik lapangan pada bulan Agustus 2012 di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan dengan judul Aktivitas Makan Wau-wau

(Hylobates agilis agilis) di Pusat Primata Schmutzer. Selama studi penulis juga

Gambar

Gambar 1 Grafik perbandingan aktivitas harian kelompok Pangcalikan dengan
Gambar 2 Alur pergerakan 4 kelompok M. fascicularis di Situs Ciung Wanara
Gambar 4 Grafik aktivitas agonistik kelompok (a) Pangcalikan  (b) Sabung Ayam
Gambar 5 Grafik respon terhadap aktivitas agonistik kelompok  (a) Pangcalikan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil jagung P 27 pada perlakuan pupuk kandang (T1) dan sludge (T2) secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 5) disebabkan karena kandungan

pendukung kehidupan bayi anda (plasenta, rahim, membrane, cairan dan pasokan darah ibu) bertumbuh selama kehamilan, berkembang sesuai yang dibutuhkan untuk memenuhi

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Perencanaan Gedung Kuliah

Terna merupakan ide pusat dalam suatu cerita, atau merupakan pokok pikiran yang utama atau yang terpenting. Pokok pikiran utama dalam naskah Ma'rifatul Bayan ini,

Dalam hal telah terjadi lebih dari 1 (satu) kali pembetulan, maka butir V.D ini diisi dengan jumlah PPnBM kurang atau (lebih) bayar pada SPT Masa PPN yang

Anak Usia Dini adalah anak dimana hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain dengan bermain itulah Anak UsiaDini tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek yang

Hasil kajian bagi tahap kemahiran berkomunikasi guru di bilik darjah bagi sekolah kebangsaan dan sekolah jenis kebangsaan tamil bagi item guru menyampaikan

Berdasarkan analisis yang dilakukan, gaya bahasa yang terdapat dalam puisi Gresla Mamoso karya Aming Aminoedhin adalah gaya bahasa Asonansi. Dalam Gresla Mamoso