• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DINAMIS PENGARUH INSTRUMEN FISKAL TERHADAP PDRB DAN INFLASI DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DINAMIS PENGARUH INSTRUMEN FISKAL TERHADAP PDRB DAN INFLASI DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DYNAMIC ANALYSIS OF EFFECT OF FISCAL INSTRUMENTS ON GDP AND INFLATION IN THE PROVINCE LAMPUNG

By

Deftiana Zerlinda

Fiscal policy is an economic policy in order to steer the economy to be better with the change of government revenue and expenditure. The main instrument of fiscal policy is the government's revenues and expenditures are closely related to taxes.

The aim of this study was to determine the effect of government spending and tax revenue to PRDB in the short term and long term and also to determine the effect of government spending and taxes to inflation in the short term and in the long term. The data used in this study is time series data for 30 years from 1984 until 2013 using a dynamic approach Error Correction Model.

The results showed that the fiscal instrument that government spending in the short-term positive effect on GDP and in the long-short-term negative effect on GDP in the province of Lampung. While the tax in the short term and not long-term negative effect on GDP.

Results of fiscal instruments to inflation in Lampung Province, namely, government spending negatively affect inflation in the short term and long term. Taxes in the short term and long term positive effect on inflation in Lampung Province.

(2)

ANALISIS DINAMIS PENGARUH INSTRUMEN FISKAL TERHADAP PDRB DAN INFLASI DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Deftiana Zerlinda

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran

pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak terhadap PRDB dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan juga untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah dan pajak terhadap inflasi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data runtun waktu selama 30 tahun dari tahun 1984 sampai tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan dinamisError Correction Model.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen fiskal lebih mempunyai pengaruh dalam jangka panjang terhadap PDRB di Provinsi Lampung. Dalam jangka pendek

pengeluaran pemerintah dan pajak memiliki pengaruh yang positif terhadap PDRB sedangkan dalam jangka panjang pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang negatif dan pajak berpengaruh positif terhadap PDRB. Hasil instrumen fiskal terhadap inflasi di Provinsi Lampung lebih mempunyai pengaruh dalam jangka pendek di bandingkan dengan jangka panjangnya. Hasil menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif terhadap inflasi dan pajak berpengaruh positif terhadap inflasi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjangnya.

(3)

ANALISIS DINAMIS PENGARUH INSTRUMEN FISKAL TERHADAP PDRB DAN INFLASI DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh Deftiana Zerlinda

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(4)

( Skripsi )

Oleh Deftiana Zerlinda

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan PDB menurut harga konstan dan inflasi di Indonesia

dari tahun 1984-2013 ... 3 2. Perkembangan PDRB dan Inflasi di Provinsi Lampung tahun

1984-2013 ... 6 3. Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Lampung tahun

(6)

Halaman A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Kerangka Pemikiran ... 15

F. Hipotesis ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 18

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 19

1. Kebijakan Fiskal ... 19

2. Pertumbuhan Ekonomi... 22

3. Inflasi ... 25

4. Teori Pengeluaran Pemerintah ... 28

5. Teori Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi ... 30

6. Teori Penerimaan Pajak dan Pertumbuhan Ekonomi ... 37

7. Teori Pengeluaran Pemerintah dan Inflasi ... 39

8. Teori Penerimaan Pajak dan Inflasi ... 40

B. Penelitian Terdahulu ... 42

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 46

B. Definisi Variabel ... 47

C. Alat Analisis ... 47

D. Prosedur Analisis Data ... 48

(7)

2. Uji Kointegrasi ... 50

3. Penentuan Lag Optimal ... 51

4. Model Regresi Berganda... 51

5. Error Corection Model ... 52

6. Uji Hipotesis ... 53

a. Uji t- Statistik ... 53

b. Uji F- Statistik ... 54

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pengujian ... 55

1. Uji Stasioneritas (Unit Root Test) ... 55

2. Uji Kointegrasi ... 57

3. Penetuan Lag Optimum ... 59

4. Hasil Estimasi Instrumen Fiskal terhadap PDRB dalam jangka panjang ... 59

5. Estimasi (ECM) Instrumen Fiskal Terhadap PDRB ... 60

6. Hasil Estimasi Instrumen Fiskal terhadap PDRB dalam jangka pendek ... 61

7. Hasil Estimasi Instrumen Fiskal terhadap Inflasi dalam jangka panjang ... 62

8. Estimasi (ECM) Instrumen Fiskal Terhadap Inflasi... 63

9. Hasil Estimasi Instrumen Fiskal terhadap Inflasi dalam jangka pendek ... 64

10. Uji Hipotesis ... 65

a. Uji t-statistik (Uji Parsial) ... 65

b. Uji F-statistik ... 66

11. Uji Asumsi Klasik Instrumen Fiskal Terhadap PDRB ... 67

A) Autokorelasi ... 67

B) Heterokedastisitas ... 68

C) Multikolinieritas ... 69

D) Normalitas ... 69

12. Uji Asumsi Klasik Instrumen Fiskal TerhadapInflasi ... 70

(8)

Lampiran Halaman

1. Data Penelitian... . L1 2. Uji Unit Root Pada Tingkat Level ... L2 3. Uji Unit Root Pada TingkatFirst Difference... L3 4. Uji StasioneritasAugmented Dickey-Fuller(ADF) padasecond

Difference... L4 5. Hasil Uji KointegrasiJohansenInflasi, PDRB, Pengeluaran

Pemerintah dan Penerimaan Pajak ... L5 6. Hasil Lag Optimum ... L6 7. Hasil Estimasi OLS ... L7 8. Hasil Estimasi ECM ... L8 9. Uji Asumsi Klasik Regresi OLS Instrumen Fiskal

Terhadap PDRB ... L9 10. Uji Asumsi Klasik Regresi OLS Instrumen Fiskal

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Uji Stasioneritas ADF pada Ordo Level ... 55

2. Hasil Uji Stasioneritas ADF pada OrdoFirst Difference ... 56

3. Hasil Uji Stasioneritas ADF pada OrdoSecond Difference ... 57

4. Hasil Uji KointegrasiJohansen ... 58

5. Hasil Lag Optimum ... 59

6. Hasil Estimasi OLS ... 59

7. Hasil EstimasiError Corection Model pada variabel PDRB, Pengeluaran Pemerintah dan Penerimaan Pajak ... 61

8. Hasil Estimasi OLS ... 62

9. HasilError Correction Model(ECM) Pada Variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah dan Penerimaan Pajak ... 63

10. Hasil Uji t-statistik Persamaan ECM pada variabel Instrumen Fiskal terhadap PDRB ... 65

11. Hasil Uji t-statistik Persamaan ECM pada variabel Instrumen Fiskal terhadap Inflasi ... 66

12. Hasil Uji F-statistik pada Persamaan ECM ... 66

(10)

15. Penyembuhan Autokorelasi ... 68 16. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan MenggunakanWhite

Heteroskedasticity Test (No Cross Term)... 68 17. Hasil Uji Multikolinearitas ... 69 18. Hasil Uji Normalitas ... 69 19. Hasil Uji Autokorelasi dengan menggunakanBreusch-Godfrey Serial

Correlation LM Test... 70 20. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan MenggunakanWhite

(11)
(12)
(13)

MOTO

(14)

nan sederhana tapi berharga bagiku ini kepada :

Mama dan Papaku tercinta, yang telah memberikan motivasi terbesar

dalam hidupku, yang telah mengiringiku dengan doa dalam setiap

hembusan nafas dan ayunan langkahku. I always love you mom and

dad.

Adikku tersayang, kakek, nenek, omah dan bapak, serta keluarga

besarku yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan

penulisan ini.

Sahabat-sahabatku tersayang, yang telah memberikan warna-warni

dalam hidupku dan selalu ada pada saat susah maupun senang.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 13 Desember 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Ril Fahmi dan Ibu Hartati.

Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) Kartika Jaya II-6 Bandar Lampung diselesaikan tahun 1999, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005.

Selanjutnya, penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Rawa Laut Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008, dan selanjutnya pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis diterima menjadi mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(16)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul

“Analisis Dinamis Pengaruh Instrumen Fiskal Terhadap Inflasi di Provinsi

Lampung”merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya memberikan arahan, saran dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

(17)

4. Ibu Ida Budiarty Da, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini; 5. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekertaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, yang telah memberikan didikan dan ilmu yang bermanfaat;

7. Segenap staf administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis terima kasih atas bantuannya;

8. Kedua orang tuaku, Bapak (Ril Fahmi) dan Ibu (Hartati) terima kasih atas perlindungan, kasih sayang, cinta dan dukungan serta pengorbanan yang selalu diberikan dengan tulus kepada anak-anaknya;

9. Adikku tersayang, Mozza Damara. Terima kasih atas doa dan dukunganmu; 10. Keluarga besar Papa dan Mama atas doa dan dukungannya;

11. Seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2011. Terima kasih atas momen-momen suka duka bersama selama ini;

12. Sahabat-sahabat Ekonomi Pembangunan. Asih, Devi, Gita, Yessi, Butet, Ochi, Dina, Nanda, Nizon, Narmo, Irma, Dian ayu, Dianita, Tari, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas canda tawa serta bantuan kalian;

13. Teman-teman kelas ekonomi publik. Mustakim, syahid, yudi, Rafiq, Mega, Ria, Agil, Anggi Wahyu, Anton, Indri, Asdi, Ditho, Indra. Terima kasih atas canda tawa suka dan duka selama perkuliahan;

(18)

kalian;

16. Teman-teman KKN. Kak Putra, Kak Dede, Danan, Tingut, Mak Deti, Denyo, Cidut, Dian, Lian, Eka. Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa selama 40 hari menjalani kegiatan KKN;

17. Seluruh keluarga besar Ekonomi Pembangunan 2012, 2011, 2010, 2009 dan 2008. Terima kasih atas momen-momen kebersamaan dan bantuannya selama ini.

Setiap karya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Segala kelebihan dan manfaat yang bisa diambil merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan segenap pengajar, dan segala kelemahan dalam karya ini merupakan keterbatasan

kemampuan yang penulis miliki. Karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bandar Lampung, 13 Oktober 2015 Penulis

(19)
(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, terus melaksanakan pembangunan di segala bidang. Alat ukur keberhasilan di bidang pembangunan ekonomi anatara lain adalah: peningkatan pertumbuhan ekonomi, inflasi yang terkendali, tingkat pengangguran yang rendah dan neraca pembayaran yang sehat (Novitaningrum, 2011).

Setiap Negara pasti mempunyai tujuan dalam pembangunan ekonomi.

(21)

2

masyarakat bertambah atau terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto/gross domestic product(GDP) (sukirno, 2004).

Krisis finansial global pada tahun 2008 mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan diikuti dengan menurunnya volume perdagangan global pada tahun 2009. Hal ini akan berdampak pada penurunan kapasitas produksi yang bisa memicu lonjakan pengangguran. Pada saat krisis ekonomi,agregat demandyang menurun menyebabkan industri menurunkan tingkat output. Menurut (Muharman danMaski,2013), turunnya output perusahaan membawa perusahaan ke dalam kerugian, sehingga untuk mengurangi beban biaya perusahaan melakukan perampingan tenaga kerja. Hal tersebut menyebabkan timbulnya pengangguran yang akan meningkatkan kemiskinan dan selanjutnya menyebabkan daya beli masyarakat menurun yang akan mengakibatkan menurunnya pertumbuhan ekonomi.

Krisis tersebut menjadi momentum dalam meningkatkan ketahanan ekonomi juga menjadi pembelajaran pada pemerintah Indonesia dalam menempuh kebijakan fiskal dan moneter yang efisien dan efektif. Dalam model makroekonomi Keynes, faktor paling penting dalam menentukan tingkat permintaan agregat (AD) adalah kebijakan fiskal, sedangkan kebijakan moneter menurut Keynes pengaruhnya terhadap permintaan agregat adalah lemah (Nanga, 2005).

(22)

memperluas lapangan usaha untuk menurunkan tingkat pengangguran. Sedangkan menurut Masri (2010) kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau dinginkan dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang dimaksudkan meningkatkan output keseimbangan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol). Untuk mengetahui

perkembangan stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1 dengan PDB sebagai ukuran dari pertumbuhan ekonomi.

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia

Gambar 1. Perkembangan PDB menurut harga konstan dan Inflasi di Indonesia dari tahun 1984–2013 (dalam millyar rupiah).

Gambar 1 menunjukkan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Indonesia selama periode 1984 sampai 2013. Pertumbuhan ekonomi Indonesia

-20

Grafik PDB dan Inflasi Indonesia

(23)

4

pada beberapa tahun menunjukan peningkatan dan pada tahun-tahun lainnya mengalami penurunan. Dari grafik di atas dapat dideskripsikan bahwa

pertumbuhan ekonomi paling rendah dan inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998, dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu adalah -13,1 persen serta angka inflasi mencapai 77,63 persen. Pada tahun tersebut menjadi pertumbuhan terendah yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Setelah tahun tersebut, laju inflasi di Indonesia tidak begitu besar peningkatan atau penurunannya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sebenarnya sudah mulai terjadi pada tahun 1997 dimana pertumbuhan ekonomi saat itu sebesar 4,65 persen dan inflasi sebesar 11,05 persen. Kemudian pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia turun lebih besar lagi akibat adanya krisis ekonomi, yaitu turun sampai 8,45 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1999 perekonomian Indonesia mulai membaik, hal ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang berhasil naik 12,51 persen dari pertumbuhan tahun 1998.

(24)

sampai tahun 2013. Dari grafik di atas terlihat bahwa baik laju inflasi maupun laju pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 30 tahun, dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2013 telah mengalami perubahan secara berfluktuatif.

Inflasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan dalam melihat kondisi perekonomian baik nasional maupun regional. Inflasi salah satu fundamental ekonomi penting dalam perekonomian yang tidak bisa diabaikan, karena dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang tinggi akan

menyebabkan ketidakstabilan perekonomian. Kestabilan harga harus tercapai untuk menghindari dampak buruk dari inflasi yang tinggi (Izzah, 2012).

Terlihat jelas bahwa inflasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi dan juga menjadi salah satu tolak ukur pembangunan ekonomi dalam suatu negara, sehingga apabila terjadi guncangan ekonomi yang

mengakibatkan perlambatan perekonomian maka pemerintah melakukan berbagai kebijakan untuk menstabilkan perekonomian. Kebijakan fiskal diarahkan

pemerintah untuk stabilisasi perekonomian melalui pengendalian pengeluaran atau belanja pemerintah dan dari sumber penerimaan. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi.

(25)

6

pembangunan. Melalui instrumen pengeluaran pemerintah dan pajak, pemerintah dapat mempengaruhi harga dalam pasar karena permintaan secara agregat akan terpengaruh (Surjaningsih,Utari dan Trisnanto, 2012).

Dampak adanya krisis global sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional dan inflasi di daerah. Sejak krisis ekonomi tahun 1998, kestabilan harga baik nasional ataupun regional belum tercapai sepenuhnya. Hal ini terlihat dari pencapaian inflasi tahunan (year on year) yang masih cenderung tinggi dan tidak stabil. Sejak tahun 1999, mulai dilakukan perbaikan kondisi perekonomian nasional yang membawa perbaikan pada kondisi perekonomian daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi yang ada di Pulau Sumatera dengan tingkat inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi rendah, sehingga dapat

menggambarkan ketidak stabilan harga ditingkat regional. Pencapaian laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi di provinsi Lampung dapat dilihat pada gambar 2.

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

Gambar 2. Perkembangan PDRB dan Inflasi di Provinsi Lampung Tahun 1984–2013 (dalam jutaan rupiah).

-20

Grafik PDRB dan Inflasi Provinsi Lampung

(26)

Gambar 2 menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Provinsi Lampung dari tahun 1984- 2013. Berdasarkan kondisi perekonomian Lampung selama tahun tersebut, terlihat bahwa inflasi tahunan Lampung masih cenderung tinggi. Selama periode 1984–2013 rata-rata tingkat inflasi tahunan di Lampung

mencapai rata-rata 8,6 persen per tahun. Pencapaian inflasi tertinggi di Provinsi Lampung juga terjadi pada tahun 1998, dengan angka mencapai 62,25 persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar -6,59 persen. Tahun tersebut merupakan tahun terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang juga mengakibatkan tingginya tingkat inflasi regional daerah Lampung. Pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung juga mengalami penurunan cukup besar yaitu sebesar 4,01 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi mulai meningkat pada tahun 2001 dan inflasi meningkat kembali pada tahun 2005 akibat adanya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang berpengaruh pada kestabilan perekonomian di Daerah Lampung. Akibat masih tingginya inflasi tahunan, pertumbuhan ekonomi di Lampung juga cenderung lambat. Dalam suatu perekonomian, antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi saling berkaitan.

Pencapaian inflasi yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi melambat. Sebaliknya jika pencapaian inflasi relatif stabil dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

(27)

8

pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting yang tidak terlepas dari perubahan yang terjadi di daerah. Pada tingkat regional, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan stabilitas harga merupakan sasaran dari kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal nasional, tetapi juga sebagian dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan regional di bidang keuangan dan fiskal (anggaran). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi dan penekanan laju inflasi merupakan sasaran dari berbagai kebijakan pada tingkat nasional dan regional (Rahmawati, 2011).

Kebijakan fiskal memiliki dampak pada pertumbuhan ekonomi serta tingkat inflasi. Kebijakan fiskal adalah kebijakan untuk mengendalikan keseimbangan makro ekonomi (Surjaningsih et al, 2012). Kebijakan fiskal merupakan bentuk campur tangan pemerintah dalam perekonomian dan pembangunan ekonomi suatu negara. Kebijakan fiskal memiliki dua instrumen pokok, yaitu perpajakan (tax policy) dan pengeluaran pemerintah (government expenditure) (Mankiw, 2003; Turnovsky, 1981). Lebih jauh Soediyono (1985) mengatakan bahwa variabel instrumen dari kebijakan fiskal dapat berupa pajak (tax), transfer pemerintah (government transfer), subsidi (subsidies) dan pengeluaran pemerintah (government expenditure). Secara umum, kebijakan fiskal adalah bentuk kebijakan ekonomi makro dari pemerintah di mana pencapaian sasarannya difokuskan pada barang-barang di dalam negeri (domestic goods), rumah tangga, ataupun perusahaan/swasta/pengusaha.

(28)

barang publik juga akan meningkat sehingga dibutuhkan pembiayaan melalui penerimaan pemerintah yang pada akhirnya pengeluaran pemerintah juga akan meningkat atau dapat diartikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga akan mencerminkan besarnya dana pengeluaran pemerintah untuk membiayai kebutuhan layanan jasa pemerintah.

Namun Aliran Keynesian menggambarkan sebaliknya, bahwa dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah akan mendorong peningkatan permintaan barang dan jasa secara agregat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut (Gusti Ayu, Sukarsa dan Yuliarmi, 2014) Pengeluaran pemerintah sendiri merupakan alat intervensi pemerintah terhadap perekonomian yang dianggap paling efektif. Keberhasilan pembangunan di suatu daerah dapat ditentukan oleh besarnya pengeluaran pemerintah. Peningkatan pengeluaran pemerintah di Provinsi Lampung dapat dilihat pada gambar 3.

Sumber : BPS Provinsi Lampung

Gambar 3. Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Lampung (Dalam ribuan rupiah) Tahun 1984 - 2013.

0

Grafik Pengeluaran Pemerintah Provinsi Lampung

(29)

10

Gambar 3 menunjukkan pengeluaran pemerintah Provinsi Lampung yang cenderung selalu meningkat setiap tahunnya. Selama periode penelitian, pengeluaran pemerintah sempat mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1990 sebesar Rp. 91.604,907 dan tahun 1994 sebesar Rp. 97.979,717. Setelah tahun 1994 penegluaran pemerintah di Provinsi Lampung meningkat kembali dan selalu mengalami peningkatan hingga tahun 2013.

Pengeluaran pemerintah daerah bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah, sesuai dengan tujuan desentralisasi fiskal. Perubahan positif belanja pemerintah dari tahun sebelumnya berarti pemerintah daerah melaksanakan kebijakan fiskal ekspansif akan meningkatkan permintaan, sebaliknya perubahan negatif

pengeluaran pemerintah daerah artinya pemerintah daerah melaksanakan kebijakan fiskal kontraktif akan menurunkan permintaan. Anggaran belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang provinsi atau kabupaten/kota, terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan (Masri, 2010).

Dalam model makroekonomi Keynes, anggaran pemerintah(government budget) merupakan bagian yang penting untuk mengatur permintaan agregat

(30)

besaran belanja pemerintah dan penerimaan pajak akan mempengaruhi sisi permintaan total sehingga mengubah keseimbangan harga pasar. Sedangkan golongan monetaris beranggapan bahwa inflasi hanya dapat ditentukan oleh indikator-indikator makro seperti jumlah uang beredar, suku bunga maupun nilai tukar (Nanga, 2001).

Penelitian oleh Haque dan Montiel (1991), misalnya, menyimpulkan bahwa dampak kenaikan pengeluaran pemerintah dalam jangka pendek dan menengah, justru bersifat kontraktif. Sedangkan penelitian oleh Haque, Montiel, dan Symansky (1991) menunjukkan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah, walaupun pada awalnya mengakibatkan penurunan output, namun akan menaikkan output dan inflasi di periode selanjutnya. Sementara itu, Khan dan Knight (1981) menyimpulkan bahwa elastisitas pendapatan nominal dari pengeluaran pemerintah dan pajak adalah positif dan mendekati 1.

Selain dampak pengeluaran pemerintah terhadap output, aspek lain yang penting adalah masalah sinkronisasi kebijakan fiskal dengan siklus bisnis perekonomian. Idealnya, kebijakan fiskal memiliki sifat sebagai automatic stabilizer

perekonomian. Artinya, dalam kondisi perekonomian sedang mengalami ekspansi, maka pengeluaran pemerintah seharusnya berkurang atau penerimaan pajak yang bertambah. Sebaliknya, jika perekonomian sedang mengalami kontraksi,

kebijakan fiskal seharusnya ekspansif melalui peningkatan belanja atau penurunan penerimaan pajak. Dengan demikian, automatic stabilizer kebijakan fiskal

(31)

12

Sumber : BPS Provinsi Lampung

Gambar 4. Penerimaan Pajak Provinsi Lampung (dalam ribuan rupiah) Tahun 1984 - 2013.

Gambar 4 menunjukkan besarnya penerimaan pajak di Provinsi Lampung dari tahun 1994 - 2013. Peran pajak sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi di setiap daerah pada setiap negara. Penerimaan pajak di daerah Lampung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penerimaan pajak daerah Lampung sempat mengalami penurunan pada tahun 1998 sebesar Rp. 33.212.242 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 50.595.201 dan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 725.464.224 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 774.613.920. Pada tahun 2010 sampai dengan 2013 penerimaan pajak daerah di Provinsi Lampung selalu mengalami peningkatan.

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk

mengarahkan ekonomi suatu Negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah, kebijakan fiskal bebrbeda dengan kebijakan moneter yang bertujaun menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan

(32)
(33)

14

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, karena besarnya peranan kebijakan pemerintah di bidang fiskal baik pada kondisi sebelum krisis maupun setelah terjadinya krisis ekonomi, perlu dilakukan suatu penelitian :

• Apakah ada pengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang instrumen

fiskal pemerintah Provinsi Lampung terhadap PDRB dan inflasi di Provinsi Lampung.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat diambil tujuan dari penelitian ini antara lain :

• Untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang instrumen

fiskal pemerintah Provinsi Lampung terhadap PDRB dan inflasi di Provinsi Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Dengan adanya penulisan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan penulis tentang pengaruh instrumen fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi regional dan inflasi di Provinsi Lampung yang mengambil sampel penelitian dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2013.

(34)

E. Kerangka Pemikiran

Perkembangan perekonomian akan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya kebijakan dibidang fiskal, yaitu menyangkut pengeluaran pemerintah, dan juga kebijakan tentang pajak. Kebijakan fiskal merupakan salah satu

kebijakan untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi. Kebijakan fiskal bertujuan untuk mempengaruhi sisi permintaan agregat suatu perekonomian dalam jangka pendek. Selain itu, kebijakan ini dapat pula mempengaruhi sisi penawaran yang sifatnya lebih berjangka panjang, melalui peningkatan kapasitas perekonomian (Ndari Surjaningsih, 2012).

Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dengan menggunakan instrumen-instrumen fiskal seperti pajak (tax), transfer, atau belanja pemerintah (government spending/purchase) yang ditujukan untuk mempengaruhi indikator-indikator makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Jhingan (2004) menyatakan bahwa kebijakan fiskal berarti menggunakan pajak, pinjaman

masyarakat, pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk tujuan stabilisasi atau pembangunan. Dalam instrumen kebijakan di bidang fiskal, pengeluaran

pemerintah merupakan alat intervensi pemerintah terhadap perekonomian yang dianggap paling efektif. Selama ini, tingkat efektifitas pengeluaran pemerintah dapat diukur melalui seberapa besar pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran

(35)

16

Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan meningkatnya pembangunan di bidang ekonomi maka sektor-sektor yang lain akan meningkat pula seiring dengan peningkatan pada sektor ekonomi. Dalam proses

pembangunan, pemerintah daerah mempunyai peranan penting karena pemerintah daerah yang lebih tahu akan potensi dan sumber daya baik manusia dan alam yang dimiliki oleh daerahnya sendiri (Eddy Wibowo, 2012). Setiap daerah dalam melaksanakan pembangunannya mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakatnya. Berhasil tidaknya pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi akibat adanya pendapatan yang meningkat.

Dalam jangka panjang, perubahan PDRB akibat perubahan pengeluaran pemerintah daerah yakni sebesarΔ Y/Δ G = 1/(1-b). Pengeluaran pemerintah daerah naik mendorong PDRB naik sehingga jumlah uang beredar naik,

mempengaruhi pendapatan naik menyebabkan harga naik karena permintaan naik, sebaliknya pengeluaran pemerintah turun berdampak PDRB turun sehingga jumlah uang beredar turun, mempengaruhi pendapatan turun menyebabkan harga turun karena permintaan turun. Jangka pendek perubahan pengeluaran pemerintah daerah, langsung mempengaruhi pendapatan dan harga karena perubahan

(36)

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab suatu permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang

sebenarnya masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Berikut hipotesis dari variabel Instrumen Fiskal terhadap PDRB dan Inflasi di Provinsi Lampung :

1. Diduga bahwa dalam jangka pendek, pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap PDRB dan dalam jangka panjang berpengaruh negatif terhadap PDRB.

Diduga bahwa pajak dalam jangka pendek dan jangka panjang, berpengaruh secara negatif terhapad PDRB.

2. Diduga bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang pengeluaran pemerintah berpengaruh secara positif terhadap inflasi dan juga

Pajak dalam jangka pendek dan jangka panjang, berpengaruh secara positif terhadap inflasi.

Instrumen Fiskal

PDRB

(37)

18

1. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini akan terbagi dalam lima bab yang tersusun sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka menguraikan secara ringkas landasan teori yang menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti. Selain itu, bab ini berisi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, untuk dikaji dan dibandingkan dengan penelitian yang sedang dilakukan, kerangka pikir, serta beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian tersebut.

BAB III Metode Penelitianmemuat tentang metode pencarian dan analisis data yang digunakan dalam penelitian, berserta sumber data dan batasan variabel.

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian menyajikan hasil estimasi data melalui alat analisis yang telah di sediakan.

BAB V Penutup memuat kesimpulan dan saran setelah melakukan penelitian.

Daftar Pustaka

(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Menurut (Sadono Sukirno, 2003) kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam pembelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Dalam literatur klasik, terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai kebajikan fiskal, terutama menurut teori Keynes dan tiori klasik tradisional (Nopirin, 2000).

Adapun yang dimaksud dengan kebijakan fiskal(fiscal policy)atau disebut juga kebijakan anggaran(budgetary policy)menurut Muana Nanga (2005) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui manipulasi instrumen fiskal seperti pengeluaran pemerintah (G) dan/atau pajak (T) yang ditujukan untuk

(39)

✂ ✄

Menurut Mankiw (2003) dan Turnovsky (1981) kebijakan fiskal memiliki dua instrumen pokok, yaitu :

1. Perpajakan (tax policy) dan

2. Pengeluaran pemerintah (government expenditure)

Lebih jauh Soediyono (1985) mengatakan bahwa variabel instrumen dari kebijakan fiskal dapat berupa pajak (tax), transfer pemerintah (government transfer), subsidi (subsidies) dan pengeluaran pemerintah (government expenditure). Secara umum, subsidi ini bertujuan untuk menambah output, permintaan dan produktivitas serta menjaga stabilitas perekonomian, khususnya stabilitas harga.

Dalam Sadono Sukirno (2004), pajak yang di terima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari perbelanjaan pemerintah. Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan. Membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat, membiayai perbelanjaan untuk angkatan bersenjata, dan

membiayai berbagai jenis infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan adalah beberapa bidang penting yang akan dibiayai pemerintah. Perbelanjaan-perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi negara.

(40)

yang akan diterima, tujuan-tujuan kegiatan ekonomi jangka pendek dan

pembangunan ekonomi jangka panjang, dan pertimbangan politik dan keamanan.

1. Proyeksi jumlah pajak yang diterima. Salah satu faktor penting yang menentukan besarnya pengeluaran pemerintah adalah jumlah pajak yang diramalkan. Dalam menyusun anggaran belanjanya pemerintah harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah pajak yang akan diterimanya. Makin banyak jumlah pajak yang dapat dikumpulkan, makin banyak pula perbelanjaan pemerintah yang akan dilakukan.

2. Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai. Faktor yang lebih penting dalam penentuan pengeluaran pemerintah adalah tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah. Pemerintah penting sekali peranannya dalam

perekonomian kegiatannya dapat memanipulasi atau mengatur kegiatan ekonomi ke arah yang diinginkan.beberapa tujuan penting dari kegiatan pemerintah adalah mengatasi masalah pengangguran, menghindari inflasi dan mempercepat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut sering sekali pemerintah membelanjakan uang yang jauh lebih besar dari pendapatan yang diperoleh dari pajak. Untuk mengatasi

pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang lambat, misalnya pemerintah perlu membiayai pembangunan infrastruktur- irigasi, jalan-jalan, pelabuhan dan pengembangan pendidikan.

(41)

✝✝

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Pada prinsipnya Keynes berpendapat bahwa kebijakan fiskal lebih besar pengaruhnya terhadap output daripada kebijakan moneter. Hal ini didasarkan atas pendapatnya bahwa, pertama elastisitas permintaan uang terhadap tingkat bunga kecil sekali (extrim-nya nol) sehingga kurva IS tegak. Kebijakan fiskal yang ekspansif akan menggeser kurva IS kekanan sehingga output meningkat. Sedangkan ekspansi moneter dengan penambahan jumlah uang beredar pada kurva IS yang tetap tidak akan berpengaruh terhadap output. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal akan lebih efektif dibandingkan dengan kebijakan moneter.

2. Pertumbuhan Ekonomi

(42)

sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar. Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahuntahun sebelumnya. Dengan demikian pengertian

pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu (Prasetyo, 2009).

Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan

perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output perkapita mengaitkan output total(GDP)dan aspek jumlah penduduk, sedangkan jangka panjang menunjukkan kecendrungan perubahan perekonomian dalam jangka tertentu yang didorong oleh proses interen perekonomian (self generating)(Wijono, 2002).

Pertumbuhan ekonomi ini biasanya berhubungan erat dengan kenaikan atau peningkatan produksi barang dan jasa. Indikator yang digunakan untuk

menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan produk nasional, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota (Susanti, 2000).

Menurut (Gatot Dwi Adiatmojo, 2003) dalam “Pembangunan berkelanjutan dengan optimasi pemanfaatan sumber daya alam untuk membangun

(43)

✠ ✡

menjelaskan pengertian PDRB adalah suatu indikator untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat dilihat penyebab pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut.

Menurut (H. Saberan, 2002) Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai tambah yang mampu diciptakan berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu wilayah. Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gabungan dari empat kata yaitu: Pertama; Produk, artinya seluruh nilai produksi baik barang maupun jasa, kedua; domestik, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh faktor-faktor produksi yang berada dalam wilayah domestik tanpa melihat apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh penduduk atau bukan, ketiga; regional; artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang digunakan berada dalam wilayah domestik atau bukan, dan keempat; bruto, maksudnya adalah perhitungan nilai produksi kotor karena masih mengandung biaya penyusutan.

Berdasarkan empat pengertian istilah diatas, maka arti PDRB adalah sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun. PDRB dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu Pendapatan

(44)

pemerintah maupun lembaga (non profit) termasuk pengeluaran yang merupakan pembentukan.

Salah satu cara untuk melihat kemajuan ekonomi adalah dengan mencermati nilai pertumbuhan PDRB. Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga konstan, karena nilai PDRB ini tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, sehingga perubahan yang diperoleh merupakan perubahan riil yang tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga.

3. Inflasi

Infalsi merupakan ketidakstabilan harga yang dapat menyebabkan perekonomian tidak stabil. Definisi inflasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita temukan dalam literatur ekonomi. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus, Sukirno (2002). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000).

(45)

✌6

Menurut Keynes dalamThe General Theory of Employment, Interest an Money, dinyatakn bahwa inflasi disebabkan oleh kesenjangan (gap) antara kemampuan ekonomi masyarakat terhadap keinginan-keinginannya terhadap barang-barang (Shapiro,2002) Pengertian inflasi yang lain yaitu tingkat harga agregat naik atau inflasi adalah keadaan dimana harga barang pada umumnya mengalami kenaikan terutama disebabkan karena penawaran akan uang jauh melebihi permintaan akan uang. Inflasi yaitu kenaikan harga secara terus-menerus, mmpengaruhi individu, pengusaha, dan pemerintah (Mishkin, 2008).

Dari banyak pengertian inflasi, terdapat kesamaan prinsip bahwa inflasi

merupakan suatu fenomena atau dilema ekonomi. Ada tiga aspek yang tercakup di dalam pengertian inflasi tersebut:

1. Adanya kecenderungan(tendency) harga-harga untuk meningkat, yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi aktual pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan yang meningkat

2. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus(sustained)yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya. 3. Mencakup pengertian tingkat harga umum(general level of prices), yang berarti tingkat harga yang meningkat bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga-harga secara umum.

(46)

pendapatan riil masyarakat yang turun. Turunnya daya beli masyarakat suatu negara menggambarkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

A) Jenis Inflasi Menurut Sifatnya

Jenis inflasi menurut sifatnya dibagi menjadi (Nopirin, 1992) : - Inflasi merayap (creeping inflation)

Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.

- Inflasi menengah (galloping inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar, (biasanyadouble digitatau bahkantriple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merayap(creeping inflation).

- Inflasi tinggi (hyper inflation)

(47)

✏8

B) Jenis Inflasi Menurut Sebab Terjadinya : 1. Demand Pull Inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total(agregat demand). Sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh(full employment)telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja (sering disebut dengan Inflasi murni). Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas atau melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanyainflationary gap.

2. Cost Push Inflation

Cost pust inflationditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total(agregat supply)sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Serikat buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer dalam pasar monopolistis yang dapat menentukan harga (yang lebih tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis minyak adalah faktor yang dapat menaikkan biaya produksi, atau terjadi penawaran total(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Jika proses ini berlangsung terus maka timbulcost push inflation.

4. Teori Pengeluaran Pemerintah

Menurut Guritno (1999), Pengeluaran Pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus

(48)

mengenai pengeluaran pemerintah dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu teori makro dan teori mikro. Dalam penelitian ini mengedepankan teori dari sisi makro. Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah

dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran

pemerintah, hukum Wagner mengenai perkembangan aktivitas pemerintah, teori Peacock dan Wiseman.

Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah

dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang

dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, tahap lanjut. Pada tahap awal perekembangan ekonomi, persentasi investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi investasi swasta sudah semakin

membesar. Peranan pemerintah tetap besar dalam tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini

(49)

✓ ✔

air, dan pemerintah harus turun tangan untuk mengatur dan mengurangi akibat negatif dari polusi itu terhadap masyarakat. Pemerintah juga harus melindungi buruh yang berada dalam posisi yang lemah agar dapat meningkatkan

kesejahteraan mereka.

Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase terhadap GDP semakin besar dan persentasi investasi

pemerintah dalam persentasi terhadap GNP akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow menyatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaranpengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya. Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikemukakan oleh Musgrave dan Rostow adalah suatu

pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan berdasarkan pembangunan

ekonomi yang dialami oleh banyak negara, tetapi tidak didasarkan oleh suatu teori tertentu. Selain itu, tidak jelas apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi tahap demi tahap, ataukah beberapa tahap dapat terjadi secara simultan.

5. Teori Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi

Terciptanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan (high rates and sustained economic growth) dianggap merupakan tujuan makroekonomi yang amat penting dan menjadi prakondisi bagi tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan makroekonomi yang lainnya. Dalam istilah populernya, pertumbuhan ekonomi sering disebut sebagai suatu syarat perlu (necessary condition),

(50)

pemerintah.Ketika pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, maka pengeluaran pemerintah merupakan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut (Mangkoesoebroto, 2001).

Menurut pendapat Keynes dalam Sadono Sukirno (2000) bahwa peranan atau campur tangan pemerintah masih sangat diperlukan yaitu apabila perekonomian sepenuhnya diatur olah kegiatan di pasar bebas, bukan saja perekonomian tidak selalu mencapai tingkat kesemptan kerja penuh tetapi juga kestabilan kegiatan ekonomi tidak dapat diwujudkan. Akan tetapi fluktuasi kegiatan ekonomi yang lebar dari satu periode ke periode lainnya dan ini akan menimbulkan implikasi yang serius kepada kesempatan kerja dan pengangguran dan tingkat harga. Menurut keynes, kebijakan fiskal ekspansif dilakukan untuk mengatasi resesi ekonomi. Kebijakan fiskal ekspansif dapat dilakukan dengan menaikkan belanja pemerintah di ikuti dengan pemotongan pajak, dengan begitu akan mestimulus pasar barang dan meningkatkan output nasional (Berto Muharman, 2013).

(51)

✗ ✘

mengalami kenaikan. Adapun mekanisme peningkatan pengeluaran pemerintah terhadap output dapat dilihat pada gambar 1 :

Tingkat harga, P

AS

P

P E

( )

( )

0 Y Y Output (Y)

Gambar 1. Kebijakan Fiskal Ekspansif dalam Model AD-AS

Kenaikan pengeluaran pemerintah dari ( ) ke ( ) telah menyebabkan kurva AD bergeser dari ( ) ke ( ), yang selanjutnya menyebabkan baik tingkat output (Y) maupun tingkat harga (P) naik masing-masing dariY keY danP ke

P . Sebaliknya, kebijakan fiskal kontraktif yaitu pemerintah menurunkan

(52)

tingkat pendapatan (Y) mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2 :

Tingkat harga, P

AS

P

P E

( )

( )

Y Y Output (Y)

Sumber:(Muana Nanga, 2001)

Gambar 2. Kebijakan Fiskal Kontraktif dalam Model AD-AS

(53)

✚ ✛

pergeseran kurva permintaan agregat menyebabkan perubahan pendapatan nasional.

Tingkat Harga P

Pendapatan, output, Y Gambar 3 : Pergeseran Permintaan Agregat

Untuk tingkat harga tertentu, pendapatan nasional berfluktuasi karena pergeseran dalam kurva permintaan agregat. Model IS-LM menggunakan tingkat harga tertentu dan menunjukkan apa yang menyebabkan pendapatan berubah. Model tersebut menunjukkan apa yang menyebabkan permintaan agregat bergeser.Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga serta tingkat pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa.

(54)

menjual, semakin banyak output yang akan mereka produksi dan semakin banyak pekerja yang akan di karyakan.

Efek pengganda pengeluaran pemerintah muncul akibat permintaan belanja pemerintah direspon oleh perusahaan dan dijadikan sebagai pendapatan, kemudian pendapatan perusahaan dijadikan sebagai dana untuk belanja

perusahaan seperti belanja modal, belanja gaji dan sebagainya. Pendapatan dari gaji maupun modal dijadikan untuk konsumsi lagi konsumsi meningkatkan pendapatan perusahaan dan begitu seterusnya.

• Pengganda Pengeluaran Pemerintah

Belanja pemerintah merupakan salah satu komponen pengeluaran, maka belanja pemerintah yang lebih tinggi mengakibatkan pengeluaran yang direncanakan yang lebih tinggi untuk semua tingkat pendapatan. Kenaikan belanja pemerintah mendorong adanya kenaikan dalam pendapatan yang lebih besar, yaitu∆Y lebih

besar dari∆G. Rasio ∆Y/∆G disebut pengganda belanja pemerintah (government-purchases multiplier). Rasio ini menyatakan seberapa besar pendapatan

(55)

✣6

Pengeluaran, E Pengeluaran Aktual

P.direncanakan

= B ∆G

∆Y

= A

Y

= =

Gambar 5. Kenaikan Belanja Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian Kenaikan belanja pemerintah sebesar∆G meningkatkan pengeluaran yang

direncanakan sebesar jumlah itu untuk semua tingkat pendapatan. Ekuilibrium bergerak dari titik A ke B dan pendapatan meningkat dari ke . Kenaikan dalam pendapatan∆Y melebihi kenaikan belanja pemerintah ∆G. Jadi, kebijakan

fiskal memiliki dampak terhadap pendapatan.

Pengganda belanja pemerintah adalah∆Y/∆G = 1 + MPC + + + ... persamaan pengganda∆Y/∆G = 1/(1 –MPC) (Mankiw, 2006).

Kenaikan (G) menggeser P.direncanakan

... yang

(56)

6. Teori Penerimaan Pajak dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan instrumen fiskal penerimaan perpajakan terhadap output juga dapat dijelaskan dalam teori perpotongan Keynesian. Efek pengganda yang muncul dari pemotongan pajak langsung direspon dengan meningkatkan pendapatan

disposabel. Penurunan pajak sebesar∆T secara langsung akan menaikan

disposable incomeY–T sebesar∆T dan dengan demikian menaikkan konsumsi

sebesar MPC x∆T. Pada setiap tingkat pendapatan Y, pengeluaran yang

direncanakan sekarang akan lebih tinggi. Seperti diperlihatkan pada gambar 6, kurva pengeluaran yang direncanakan bergeser ke atas sebesar MPC x∆T.

Ekuilibrium perekonomian bergerak dari titik A ke titik B.

Sebagaimana kenaikan belanja pemerintah memiliki dampak pengganda terhadap pendapatan, begitu pula pengurangan pajak. Perubahan awal dalam pengeluaran, yang sekarang MPC x∆T, dikalikan dengan 1/(1 –MPC). Dampak keseluruhan terhadap pendapatan dari perubahan pajak tersebut adalah

∆Y/∆T =- MPC/(1–MPC)

(57)

✦8

Pengeluaran, E Pengeluaran Aktual

P.direncanakan

= B MPCx∆T

∆Y

= A

Y

= =

Gambar 6. Pengurangan Pajak dalam Perpotongan Keynesian

Pengurangan pajak sebesar∆T meningkatkan pengeluaran yang direncanakan

sebesar MPC x∆T untuk setiap tingkat pendapatan. Ekuilibrium bergerak dari

titik A ke titik B, dan pendapatan meningkat dari ke . Kebijakan fiskal memiliki dampak pengganda terhadap pendapatan (Mankiw, 2006).

Pemotongan pajak menggeser

P.direncanakan

... yang

(58)

7. Teori Pengeluaran Pemerintah dan Inflasi

Teori permintaan dan penawaran agregat Keynes dapat menjelaskan terjadinya inflasi. Inflasi yang disebabkan oleh kelebihan permintaan terhadap penawaran barang dan jasa atau disebut dengandemand pull inflation. Inflasi tarikan permintaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan (demand side inflation) atau inflasi karena guncangan permintaan(demand shock inflation)adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.

Barang-barang menjadi berkurang dikarenakan pemanfaatan sumberdaya yang telah mencapai tingkat maksimum atau karena produksi tidak dapat ditingkatkan secepatnya untuk mengimbangi permintaan yang semakin meningkat atau

bertambah. Demand-pull inflation dapat dijelaskan secara grafik dan dapat dilihat pada gambar 7 :

Tingkat harga (P) SRAS

P E

P E

0 Y Y Output(Y)

(59)

✩ ✪

Dari gambar 7 ditunjukkan bahwa perekonimian mula-mula berada pada titikE .

Dengan kenaikan permintaan agregat (AD) dari ke , yang menyebabkan

tingkat harga naik dari ke , dan pada saat yang sama perekonomian akan bergerak sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dari titik ke . Dalam jangka pendek output naik dari ke (Nanga, 2005). Inflasi ini terjadi karena naiknya tingkat pendapatan masyarakat sehingga cenderung membeli barang dan jasa lebih banyak dari yang biasanya mereka konsumsi. Kebijakan fiskal ekspansif, kenaikan belanja pemerintah menstimulus

peningkatan konsumsi agregat sedangkan disatu sisi kenaikan kapasitas produksi perusahaan terbatas dalam menghasilkan barang dan jasa sehingga menyebabkan kenaikan harga barang-barang.

8. Teori Penerimaan Pajak dan Inflasi

Teori kedua yang menjelaskan hubungan instrumen fiskal dengan inflasi adalah cost push inflation, yaitu kenaikan harga barang-barang yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi akibat adanya kenaikan dari faktor-faktor produksi itu sendiri. Kebijakan fiskal seperti kenaikan tarif pajak tinggi sangat membebankan kegiatan produksi, akibatnya dunia usaha mengurangi output produksinya. Berkurangnya penawaran sedangkan permintaan tetap pada akhirnya menjadi dasar terciptanya inflasi.

(60)

mereka ke pasar. Dengan perkataan lain inflasi sisi penawaran adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya restriksi atau pembatasan terhadap penawaran dari satu atau lebih sumberdaya, atau inflasi yang terjadi apabila harga dari satu atau lebih sumberdaya mengalami kenaikan atau dinaikan.suppy- side inflation secara grafik dapat dijelaskan pada gambar 8.

Tingkat harga (P) SRAS

SRAS

P E

P E

AD

0 Y Y Output (Y)

Gambar 8. Inflasi Dorongan Biaya

Dari gambar di atas, ditunjukkan bahwa kondisi perekonomian mula-mula berada di titikE . Kemudian dengan adanya kenaikan biaya produksi yang menyebabkan

kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) bergeser sepanjang kurva permintaan agregat (AD), yaitu dariSRAS keSRAS , telah mendorong

perekonomian bergerak dari titikE ke titikE . Akibatnya harga naik dariP ke

(61)

✭ ✮

B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Berto Muharman pada tahun 2013 tentang “Analisis Dinamis Pengaruh Instrumen Fiskal Terhadap PDB dan Inflasi di Indonesia”. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari World Bank,Laporan Tahunan Nota Keuangan dan APBN, danAsian

Development Bank (ADB), berupa data tahunan periode 1970- 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh belanja negara dan pajak terhadap PDB dalam jangka panjang maupun jangka pendek dan juga untuk mengetahui pengaruh belanja negara dan pajak terhadap inflasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil empiris penelitian mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek belanja negara dan pajak memepunyai pengaruh yang positif terhadap PBD baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh instrumen fiskal terhadap inflasi menemukan bahwa belanja negara dan pajak berpengaruh positif dalam jangka pendek sedangkan berpengaruh negatif dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek pengaruh belanja negara lebih besar dibandingkan pajak dalam mempengaruhi PDB sedangkan jangka panjang pajak yang lebih berpengaruh dalam menaksir PDB. Belanja negara maupun pajak mempengaruhi inflasi dengan tingkat yang sama baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

(62)

Keuangan dan APBN, danAsian Development Bank (ADB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara pengeluaran pemerintah per jenis pengeluaran dengan PDB dalam jangka pendek dan panjang. Penelitian ini menggunakan metodevector error correction model. Hasil penelitian ini adalah terdapat keterkaitan antara PDB dengan pengeluaran pembangunan dan PDB dengan pengeluaran rutin. Dalam jangka panjang PDB secara signifikan positif berpengaruh terhadap pengeluaran rutin maupun pengeluaran

pembangunan.

(63)

✱✱

dana pihak ketiga, bunga, dan Kota Semarang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Ndari Surjaningsih, G. A. Diah Utari, Budi Trisnantodengan judul “ Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Output dan Inflasi “.Penelitian ini melihat dampak kebijakan fiskal terhadap output dan inflasi serta melihat apakah terdapat diskresi kebijakan fiskal dan bagaimana dampaknya terhadap volatilitas output dan inflasi. Model Vector Error Correction Model (VECM) diaplikasikan atas data triwulanan, mencakup periode 1990 - 2009. Hasil empiris menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara pengeluaran pemerintah dan pajak terhadap output dalam jangka panjang. Dalam jangka panjang pengenaan pajak berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sementara pengeluaran pemerintah tidak. Penyesuaian jangka pendek menunjukkan bahwa shock kenaikan pengeluaran pemerintah berdampak positif terhadap output sementara shock kenaikan pajak berdampak negatif.Lebih dominannya pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap output dalam jangka pendek dibandingkan dengan pajak

menunjukkan masih cukup efektifnya kebijakan ini untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi khususnya dalam masa resesi. Sementara itu kenaikan pengeluaran pemerintahmenyebabkan penurunan inflasi, sementara

peningkatan pajak menyebabkan peningkatan inflasi. Studi ini juga menunjukkan tidak adanya diskresi kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah.

(64)

Pembangunan/Modal dan Tingkat Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia Selama Tiga Dekade Terakhir “. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 1969 sampai dengan 2008 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemerimaan pajak, pengeluaran pemerintah dan tingkat inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil

(65)

✴6

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu berupa data tahunan yang berbentuk angka dan dapat diukur/dihitung. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak sebelumnya.

Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Lampung atas dasar harga konstan menurut konsumsi, Tingkat Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, dan

Penerimaan Pajak di Provinsi Lampung dari tahun 1984–2013.

(66)

B. Definisi Variabel

Pengertian dan batasan variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB Provinsi Lampung atas dasar harga konstan dari tahun 1984- 2013. b. Inflasi

Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat laju inflasi yang ada di Provinsi Lampung dari tahun 1984- 2013.

c. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah yang digunakan dalam penelitian ini adalah total realisasi pengeluaran pemerintah Provinsi Lampung dari tahun 1984- 2013.

d. Penerimaan Pajak

Penerimaan pajak yang digunakan dalam penelitian ini adalah total realisasi penerimaan pajak daerah Provinsi Lampung dari tahun 1984- 2013.

C. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metodeError Correction Model.Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam jangka pendek dan penyesuaian (speed of adjustment) yang cepat untuk kembali ke keseimbangan jangka

(67)

✷8

D. Prosedur Analisis Data 1. Uji Stasioner(Unit Root Test)

Salah satu konsep penting yang harus diingat dalam analisa dengan menggunakan datatime seriesadalah kondisi data yang stasioner atau tidak stasioner. Data dikatakan stasioner bila data tersebut mendekati rata-ratanya dan tidak terpengaruhi waktu. Dengan data yang stasioner modeltime seriesdapat dikatakan lebih stabil. Jika estimasi dilakukan dengan menggunakan data yang tidak stasioner maka data tersebut dipertimbangkan kembali validitas dan kestabilannya, karena hasil regresi yang berasal dari data yang tidak stasioner akan menyebabkanspurious regression.Spurious regressionmemiliki pengertian bahwa hasil regresi dari satu variabeltime seriespada satu atau beberapa variabel time serieslainnya cenderung untuk menghasilkan kesimpulan hasil estimasi yang bias yang ditunjukkan dengan karakteristik seperti memperoleh R2yang tinggi tetapi pada kenyataannya hubungan antara variabel tersebut tidak memiliki arti. Apabila data yang diamati dalam ujiUnit Rootternyata belum stasioner maka harus dilakukan uji integrasi sampai memperoleh data yang stasioner.

Pada umumnya data ekonomitime seriessering kali tidak stasioner pada level series. Jika hal ini terjadi, maka kondisi stasioner dapat terjadi dengan melakukan diferensiasi satu kali atau lebih. Apabila data telah stasioner pada level series, maka data tersebut adalahintegrated of order zeroatau I(0). Apabila data

stasioner pada differensial tahap 1, maka data tersebut adalahintegrated of order oneatau I (1). Hipotesis yang digunakan dalam Uji Unit Root yaitu :

(68)

Terdapat beberapa metode pengujianunit root, dua diantaranya yang saat ini secara luas dipergunakan adalahAugmented Dickey-Fuller(ADF) dan Philip-Pheron (PP) unit root test. Prosedur pengujianstasionaryadalah sebagai berikut: 1. Langkah pertama dalam ujiunit rootadalah melakukan uji terhadap level

series. Jika hasil dariunit rootmenolak hipotesis nol bahwa adaunit root, berarti series adalahstationarypada tingkatlevel atau series terintegrasi pada I(0).

2. Jika semua variabel adalah stasioner, maka estimasi terhadap model yang digunakan adalah dengan regresiOrdinary Least Square(OLS).

3. Jika dalam uji terhadap level series hipotesis adanyaunit rootuntuk seluruh series diterima, maka pada tingkat level seluruh series adalahnon stationary. 4. Langkah selanjutnya adalah melakukan ujiunit rootterhadapfirst difference

dari series.

5. Jika hasilnya menolak hipotesis adanyaunit root, berarti pada tingkatfirs difference,series sudah stasioner atau dengan kata lain semua series terintegrasi pada orde I(1), sehingga estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode kointegrasi.

6. Jika ujiunit rootpada level series menunjukkan bahwa tidak semua series adalah stasioner, maka dilakukanfirst differenceterhadap seluruh series. 7. Jika hasil dari ujiunit rootpada tingkatfirst differencemenolak hipotesis

(69)

✺ ✻

8. Jika hasil ujiunit rootmenerima hipotesis adanyaunit root, maka langkah selanjutnya adalah melakukan diferensiasi lagi terhadap series sampai series menjadi stasioner, atau series terintegrasi pada orde I(d).

Unit rootdigunakan untuk mengetahuistationaritydata. Jika hasil uji menolak hipotesis adanyaunit rootuntuk semua variabel, berarti semua adalahstationary atau dengan kata lain, variabel-variabel terkointegrasi pada I(0), sehingga estimasi akan dilakukan dengan menggunakan regresi linier biasa (OLS). Jika hasil ujiunit rootterhadap level dari variabel-variabel menerima hipotesis adanyaunit root, berarti semua data adalah tidakstationaryatau semua data terintegrasi pada orde I(1). Jika semua variabel adalah tidakstationary, estimasi terhadap model dapat dilakukan dengan teknik kointegrasi.

2. Uji Kointegrasi Johansen (Keseimbangan Jangka Panjang)

Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang pada variabel-variabel yang diobservasi. Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel runtun waktutidak stasioner akan terkointegrasi bila kombinasinya juga linier sejalan dengan berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing variabelnya bersifat tidak stasioner. Bila variabel runtun waktutersebut terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Uji ini merupakan kelanjutan dari ujistationary. Hipotesis dalam uji kointegrasi yaitu:

Ho : Tidak terdapat Kointegrasi dan Ha : Terdapat Kointegrasi.

(70)

mencari residual dari persamaan. Setelah diperoleh residual, pada persamaan selanjutnya dilakukan uji stasioner menggunakan uji unit root. Apabila residual bersifat stasioner maka terdapat kointegrasi, begitu juga sebaliknya. Selain itu uji kointegrasi juga dapat dilakukan dengan uji KointegrrasiEngel-Granger(EG) dan KointegrasiJohansen.

3. Penentuan Lag Optimal

Dampak sebuah kebijakan ekonomi seperti kebijakan moneter biasanya tidak secara langsung berdampak pada aktivitas ekonomi tetapi memerlukan waktu atau kelambanan (lag). Penentuan panjang lag bertujuan untuk mengetahui lamanya periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun terhadap variabelendogenlainnya. Dalam estimasi kondisi penentuan panjang lag yang akan digunakan harus diperhatikan. Permasalahan yang muncul apabila panjang lagnya terlalu kecil akan membuat model tersebut tidak dapat digunakan karena kurang mampu menjelaskan hubungannya. Sebaliknya jika panjang lag yang digunakan terlalu besar maka derajat bebasnya (degree of freedom) akan menjadi lebih besar sehingga tidak efisien lagi dalam menjelaskan

hubungan.Penentuan lag dapat digunakan dengan beberapa metode antara lain Likelihood Ratio(LR),Final Prediction Error(FPE),Akaike

InformationCriterion(AIC) danSchwarz Information Criterion(SC).

4. Model Regresi Berganda

(71)

✾ ✿

Yt= β0+ β1X1t+ β2X2t+ β3X3t…. + βkXkt+et

dimana Y adalah variabel dependen, X1, X2…. Xkadalah variabel independen dan etadalah variabel gangguan. β0adalah intersep sedangkan β1, β2,βk dalam regresi berganda disebut koefisien regresi parsial. Persamaan dalam jangka panjang dengan metode OLS adalah sebagai berikut :

PDRBt = + PPt + PJKt + t ...(Model 1) INFt = + PPt + PJKt + t ...(Model 2)

5. Model Koreksi Kesalahan(Error Correction Model /ECM)

Bila dua variabel waktu adalah tidak stasioner tetapi saling berkointegrasi maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel tersebut. Dalam jangka pendek ada kemungkinan terjadi

ketidakseimbangan(disequilibrium), dan untuk mengatasinya digunakan koreksi dengan model koreksi kesalahan (Error Correction Model). Model ECM

diperkenalkan oleh Sargan, dan dikembangkan oleh Hendry, serta dipopulerkan oleh Engle dan Granger. Model ECM mempunyai beberapa kegunaan, namun penggunaan yang paling utama dalam ekonometrika adalah mengatasi data runtun waktu(time series)yang tidak stasioner dan masalah regresi lancung(spurius regression). Persamaan dari metode ECM (Gujarati, 2003), sebagai berikut : ∆PDRBt = + ∆PPt + ∆PJKt + ECt+ t ...(Model 1) ∆INFt = + ∆PPt + ∆PJKt + ECt+ t ...(Model 2) Dimana :

∆PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto ∆INFt = Inflasi

Gambar

Grafik PDB dan Inflasi Indonesia
Grafik PDRB dan Inflasi Provinsi Lampung
Grafik Pengeluaran Pemerintah Provinsi Lampung
Gambar 4. Penerimaan Pajak Provinsi Lampung (dalam ribuan rupiah)Tahun 1984 - 2013.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uraian pada mata kuliah ini dimulai dari pengertian pendidikan secara umum sebagai dasar Pembahasan tentang landasan-landasan kependidikan1. Landasan-landasan kependidikan

perdagangan luar negeri, maka negara itu.. akan memperoleh sumber daya

Walaupun memiliki persentase pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan Tuk-tuk ditutup tanah (Tabel 1), namun mampu memberikan hasil panen yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun sirih dan Trichoderma sp dalam menekan pertumbuhan cendawan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici

Itu merupakan contoh tanggung jawab sosial terhadap masyarakat sekitar, contoh lain tanggung jawab sosial suatu perusahaan untuk karyawan, yaitu pihak perusahaan

Section 2 presents an overview of the ISO 9126 model of quality; section 3, the structure of the QEST model; and section 4, the prototype developed for a Web-based implementation

Hal ini dikarenakan bahwa pada proses Med-Arb, arbitrase hanya dapat dilakukan apabila para pihak yang bersengketa itu setuju untuk melanjutkannya kepada proses arbitrase,

Keunggulan dari menggunakan tabel kebutuhan adalah dapat mengetahui kebutuhan nutrisi ternak secara rinci dari kebutuhan berat pakan, PK, SK, TDN, ME, NEm, NEg, Ca, P..