• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA TANAM DAN FRAKSI PENIPISAN AIR TERHADAP BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) SECARA HIDROPONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MEDIA TANAM DAN FRAKSI PENIPISAN AIR TERHADAP BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) SECARA HIDROPONIK"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

INFLUENCE OF PLANTING MEDIA AND WATER DEPLETION FRACTION ON THE GROWTH OF RED SPINACH (Amaranthus tricolor

L.) GROWN HYDROPONICALLY

By

Lupita Megawati Wibowo

This study aims to determine the effect of growing media and water depletion fraction on the growth of red amaranth (Amaranthus tricolor L.), grown

hydroponically. The final objective, however, was to determine the time interval of ebb and flow system according to the critical water content. Treatment

consisted of factors with three replications. The first factor is the media granule size of 5 mm (M1), carbonized rice husk (M2), and sand (M3). The second factor is the depletion fraction; 0-20% (P1), 0-40% (P2), and 0-60% (P3). The data obtained will be presented in the form of graphs and tables.

The results showed that the depletion fraction of 0-40% was the best results for carbonized rice husk and sand media. For the granular media, the best depletion fraction was 0-20%. Of the overall treatment, however; the carbonized rice husk showed the highest production, while the sand media was the worst.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH MEDIA TANAM DAN FRAKSI PENIPISAN AIR TERHADAP BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) SECARA

HIDROPONIK

Oleh

LUPITA MEGAWATI WIBOWO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan fraksi penipisan pada pertumbuhan bayam merah (Amaranthus tricolor L.) yang ditanam secara hidroponik. Perlakuan ini memiliki dua faktor perlakuan dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama yaitu media granul ukuran 5 mm (M1), arang sekam (M2), dan pasir (M3). Faktor kedua yaitu fraksi penipisan 20% (P1), fraksi penipisan 40% (P2), dan fraksi penipisan 60% (P3). Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi penipisan 40% menunjukkan hasil yang paling baik bagi media tanam arang sekam dan pasir. Sedangkan untuk media tanam granul pengaruh fraksi penipisan yang paling baik untuk

pertumbuhan bayam merah(Amaranthus tricolor L.) yaitu fraksi 20%. Dari semua perlakuan, media tanam arang sekam menunjukkan hasil tertinggi sedangkan media tanam pasir hasilnya paling rendah.

(3)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN FRAKSI PENIPISAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.)

SECARA HIDROPONIK

Oleh

LUPITA MEGAWATI WIBOWO Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata padanya. „Jadilah!‟ maka jadilah ia. Maka mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan

kepada-Nya kamu dikembalikan.” (Yasin : 82:83)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”

(Aristoteles)

“Hanya kebodohan meremehkan pendidikan” (P. Syrus)

“Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang”

(William J. Siegel)

“Anda tidak bisa mengubah orang lain, anda harus menjadi perubahan yang anda harapkan dari

orang lain” (Mahatma Gandhi)

“Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan „akan‟ tetapi bernilai sesudah „dikerjakan‟”

(8)

Kupersembahkan karya kecil ini teruntuk :

Bapakku tercinta Heru Bowo Purwanto (alm), seseorang

yang selalu mengajarkan kedisiplinan, prinsip, rasa

tanggung jawab sampai akhir hayatnya

Mamahku tersayang Tri Tawaningsih, wanita hebat yang

selalu berjuang menjadi orang tua tunggal bagi kami

Kedua adikku Galih Candra Wibowo dan Aulia Fitri Wibowo

terimaksih yang tiada tara atas kasih sayang, doa,

dukungan, motivasi, dan kesabaran dalam menanti

keberhasilanku..

Dan seluruh keluarga besarku..

Serta

Almamater tercinta

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ambarawa Kabupaten

Pringsewu pada tanggal 28 Desember 1991 sebagai, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Heru Bowo Purwanto dan Ibu Tri

Tawaningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) „Aisiyah Bustanul Athfal Ambarawa diselesaikan tahun 1998. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Ambarawa pada tahun 2004, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP Negeri 01 Pringsewu diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 01 Ambarawa diselesaikan pada tahun 2010.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML). Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar aktif di bidang organisasi dalam Lembaga Kemahasiswaan internal kampus sebagai Bendahara Departemen Keprofesian (2011-2012) Perhimpunan Mahasiswa Teknik Pertanian

(PERMATEP) Universitas Lampung.

(10)
(11)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, tauladan sepanjang zaman.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Media Tanam dan Fraksi Penipisan Air Terhadap Pertumbuhan Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)” ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Lampung. Penulis memahami dalam penyusunan skripsi ini begitu banyak cobaan, suka dan duka yang dihadapi, namun berkat ketulusan do’a, semangat, bimbingan,

motivasi, dan dukungan orang tua serta berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan, bantuan, saran dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku pembimbing kedua sekaligus pembimbing akademik dan selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian yang telah memberikan masukan dan saran serta membantu dalam administrasi penyelesaia skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. R.A. Bustomi Rosadi, M.S., selaku pembahas yang telah

(12)

4. Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., beserta para Wakil Dekan

5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Pertanian yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Orang tua ku tercinta, Bapak Heru Bowo Purwanto (alm.) dan Mamah Tri Tawaningsih yang tak henti-hentinya memberikan semangat, dukungan, motivasi, material, dan kasih sayang yang diberikan. Kedua adikku untuk motivasi, dukungan, dan doanya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman Teknik Pertanian angkatan 2010 yang telah menjadi teman seperjuangan dan pemberi dukungan serta motivasi selama ini.

Bandar Lampung,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.3 Hipotesis... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) ... 5

2.1.1 Morfologi Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)... 5

2.1.2 Taksonomi Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) ... 6

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) .. 7

2.2 Hidroponik ... 7

2.3 Nutrisi... 10

2.4 pH dan EC Larutan Nutrisi ... 11

2.5 Media Tanam ... 12

III. METODELOGI PENELITIAN... 17

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

3.2 Alat dan Bahan... 17

3.3 Metode Penelitian... 17

3.3.1 Penelitian Pendahuluan... 17

(14)

ii

3.3.3 Pelaksanaan Penelitian... 18

3.4 Pengamatan ... 21

3.4.1 Parameter Pengamatan ... 21

3.4.2 Pengamatan Saat Panen ... 21

3.5 Analisis Data ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Uji Pendahuluan ... 22

4.1.1 Penentuan Kadar Air... 22

4.2 Pengamatan Lingkungan... 26

4.3 Pengamatan Larutan Nutrisi... 28

4.3.1 Electrical Conduktifity (EC) Larutan... 28

4.3.2 Derajat Keasaman (pH) Larutan ... 29

4.4 Pertumbuhan Vegetatif... 31

4.4.1 Evapotranspirasi... 31

4.4.2 Tinggi Tanaman ... 32

4.5 Pertumbuhan Generatif (Panen)... 33

4.5.1 Luas daun ... 33

4.5.2 Panjang Akar... 35

4.5.3 Diameter Batang ... 36

4.5.4 Berat Brangkasan Total... 37

4.5.5 Berat Brangkasan Atas... 38

4.5.6 Berat Brangkasan Bawah... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Sistem Hidroponik ... 20

2. Penurunan massa media tanam granul pada setiap fraksi penipisan air ... 24

3. Penurunan massa media tanam arang sekam pada setiap fraksi penipisan air ... 25

4. Penurunan massa media tanam pasir pada setiap fraksi penipisan air ... 25

5. Temperatur harian di greenhouse... 26

6. Intensitas cahaya di dalam greenhouse ... 27

7. Nilai electrical conduktifity (EC) setiap perlakuan ... 29

8. pH larutan nutrisi... 30

9. Evapotranspirasi ... 31

10. Tinggi tanaman setiap perlakuan ... 33

11. Berat brangkasan total tanaman bayam merah (g/tanaman) ... 37

12. Berat brangkasan atas tanaman (g) bayam merah ... 38

13. Persentase berat brangkasan atas tanaman bayam merah (%) ... 38

14. Berat Brangkasan bawah (g) tanaman bayam merah ... 39

15. Persentase berat brangksan bawah tanaman bayam merah ... 40

(16)

vi

17. Sistem Hidroponik ... 65

18. Hama ulat yang menyerang tanaman bayam merah ... 65

19. Hasil panen ... 65

20. Penimbangan brangkasan atas... 66

21. Pengukuran diameter batang ... 66

22. Pengukuran panjang akar ... 66

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Nilai EC dan pH Untuk Beberapa Jenis Tanaman ... 12

2. Variabel yang diamati dan diukur ... 21

3. Bobot Air Tersedia (g) ... 22

4. Bobot Media Kering Pengamatan Pertama ... 23

5. Bobot Media Kering Pengamatan Kedua ... 23

6. Data electrical conduktifity (EC) ... 28

7. pH larutan nutrisi... 30

8. Kandungan Air Media Tanam Granul ... 48

9. Kandungan Air Media Tanam Arang Sekam ... 48

10. Kandungan Air Media Tanam Pasir ... 48

11. Pengamatan suhu harian (˚C) ... 49

12. Pengamatan intensitas cahaya (Lux) ... 50

13. Evapotranspirasi pada perlakuan M1P1 (mm) ... 51

14. Evapotranspirasi pada perlakuan M1P2 (mm) ... 52

15. Evapotranspirasi pada perlakuan M1P3 (mm) ... 53

16. Evapotranspirasi pada perlakuan M2P1 (mm) ... 54

17. Evapotranspirasi pada perlakuan M2P2 (mm) ... 55

(18)

iv

19. Evapotranspirasi pada perlakuan M3P1 (mm) ... 57

20. Evapotranspirasi pada perlakuan M3P2 (mm) ... 58

21. Evapotranspirasi pada perlakuan M3P3 (mm) ... 59

22. Evapotranspirasi kumulatif (mm) ... 60

23. Tinggi tanaman setiap minggu (cm) ... 61

24. Data diameter batang pada setiap perlakuan (cm) ... 62

25. Data panjang akar pada setiap perlakuan (cm) ... 62

26. Data berat brangkasan atas pada setiap perlakuan (g) ... 62

27. Data berat brangkasan bawah pada setiap perlakuan (g) ... 63

28. Berat replika daun (g)... 63

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayuran merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai manfaat dalam pemenuhan gizi masyarakat sebagai pelengkap makanan empat sehat lima sempurna. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), pada tahun 2007, konsumsi sayuran masyarakat Indonesia sebesar 40,90 kilogram per kapita per tahun meningkat pada tahun 2008 menjadi 41,32 kilogram per kapita per tahun. Kemudian pada tahun 2009 konsumsi sayuran semakin mengalami peningkatan hingga 43,5 kilogram per kapita per tahun. Permintaan sayuran tampak terus meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan hasil survey tersebut termasuk peningkatan konsumsi bayam merah.

(20)

2

Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam dan menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber haranya. Kelebihan sistem hidroponik yang paling utama adalah kebersihan tanaman sangat terjamin. Sehingga dapat meningkatkan nilai jual tanaman. Tiga metode hidroponik yaitu: 1) metode kultur air, 2) metode kultur pasir, 3) metode bahan porous (Lingga, 2005). Menurut Karsono (2013) hidroponik dalam bentuk sederhana adalah mengembangkan tanaman dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang diberikan dalam pasokan airnya, bukan melalui tanah atau lebih dikenal dengan berkebun tanpa kotoran. Salah satu contoh metode bahan porous atau substrat adalah flood and drain atau yang dikenal dengan sebutan ebb and flow.

Sistem flood and drain (ebb and flow) bekerja secara berkala membanjiri tempat penanaman dengan larutan nutrisi kemudian mengeringkan larutan tersebut kembali ke wadahnya. Biasanya hal ini dilakukan dengan pompa dalam air yang dihubungkan dengan sebuah timer. Timer ditentukan untuk bekerja beberapa kali dalam sehari, tergantung dari ukuran dan jenis tanaman, temperatur, dan

kelembaban dari tipe media tanam yang digunakan. Flood and drain merupakan sistem yang fleksibel yang dapat digunakan dengan berbagai macam media tanam. Namun sistem ini membutuhkan media tanam yang dapat menyerap nutrisi

(21)

3

Sukawati (2010) komposisi media tanam pakis dengan pasir malang (1:1) memberikan hasil terbaik dalam pertumbuhan baby kalian. Lebih lanjut, Perwitasari, dkk (2012) mengatakan bahwa kombinasi media arang sekam dan nutrisi goodplant (M2N2) merupakan perlakuan terbaik, hal ini dibuktikan dengan hasil rata – rata tanaman parameter panjang, luas daun, bobot basah, dan bobot kering total tanaman pakcoy.

Sistem flood and drain yang dikontrol dengan timer bisa kurang efisien dalam hal pengggunaan energi listrik. Jika terlalu sering maka penggunaan listrik menjadi boros. Sebaliknya jika terlalu jarang tanaman bisa mati kekeringan. Kita tahu bahwa laju konsumsi tanaman terhadap air bertambah sesuai dengan

pertumbuhannya. Karena itu, penjadwalan penyiraman atau perendaman dengan menggunakan timer tidak sesuai dengan kebutuhan air tanaman. Penjadwalan perendaman harus didasarkan pada kadar air media sehingga lebih efisien dan efektif. Namun demikian, implementasi penjadwalan irigasi berdasarkan kadar air ini sangat menyulitkan. Masalah penentuan kadar air ini bisa dilakukan secara automatisasi pompa yang akan menyala ketika kadar air pada titik kritis dan akan mati pada kapasitas lapang. Penentuan tentang titk kritis dan kapasitas lapang pada hidroponik sistem flood and drain belum ditemukan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

(22)

4

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai media tanam dan fraksi penipisan air yang cocok bagi pertumbuhan bayam merah (Amaranthus tricolor L.) yang dibudidayakan secara hidroponik.

1.3 Hipotesis

1. Waktu penurunan air pada setiap media tanam yang digunakan akan berbeda.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)

2.1.1 Morfologi Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Bayam sangat dibutuhkan bagi anak kecil, ataupun balita. Cara

menghidangkannya pun beraneka ragam, seperti disayur ataupun untuk campuran bubur. Zat besi yang terkandung dalam bayam sangat dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan tubuh balita. Bayam digemari masyarakat Indonesia karena enak, lunak, dan dapt memperlancar pencernaan. Total luas panen bayam di Indonesia pada tahun 1994 mencapai 34.600 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 sayuran komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan di Indonesia. (Hadisoeganda, 1996). Produksi bayam semakin meningkat dari tahun ke tahun karena kesadaran mayarakat akan pentingnya mengkonsumsi sayuran semakin meningkat. Bayam dapat menjadi sumber protein yang murah dan baik bagi para penduduk di daerah tropis, sub tropis, dan iklim sedang.

(24)

6

untuk waktu singkat (paling lama 25 hari), lebih cocok untuk dibuat sup encer seperti sayur bayam dan sayur bobor (Saparinto, 2013).

Tanaman bayam merah memiliki ciri berdaun tunggal, ujungnya meruncing, lunak, dan lebar. Batangnya lunak dan berwarna putih kemerah-merahan. Bunga bayam merah ukurannya kecil muncil dari ketiak daun dan ujung batang pada rangkaian tandan. Buahnya tidak berdaging, tetapi bijinya banyak, sangat kecil, bulat, dan mudah pecah. Tanaman ini memilki akar tunggang dan berakar samping. Akar sampingnya kuat dan agak dalam. Tanaman ini berbentuk perdu atau semak. Bayam merah memiliki banyak manfaat karena mengandung vitamin A dan C, sedikit vitamin B, kalsium, fospor, dan besi (Sunarjono, 2014).

2.1.2 Taksonomi Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistematika) tumbuhan, tanaman bayam merah termasuk ke dalam :

 Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

 Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)  Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)  Divisi : Magnoliophyta

 Kelas : Magnoliopsida  Sub Kelas : Hamamelidae  Ordo : Caryphyllales  Famili : Amaranthaceae  Genus : Amaranthus

(25)

7

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Bayam merah dapat tumbuh sepanjang tahun, baik di dataran rendah maupun tinggi. Oleh karena itu, tanaman ini dapat ditaman di kebun dan pekarangan rumah. Bayam merah biasa ditanam di tegalan. Waktu tanam yang baik ialah awal musim hujan atau pada awal musim kemarau. Bayam merah akan tumbuh dengan baik bila ditanam pada tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) sekitar 6-7. Bila pH kurang dari 6, tanaman bayam merah akan merana. Sementara itu, pada pH di atas 7, tanaman bayam merah akan mengalami klorosis, yaitu timbul warna putih kekuning-kuningan, terutama pada daun yang masih muda(Saparinto, 2013). Suhu udara yang dikehendaki sekitar 20-32º. Tanaman ini banyak

memerlukan banyak air, sehingga paling tepat ditanam pada awal musim penghujan. Dapat ditanam pada awal musim kemarau pada tanah yang gembur dan subur. Dan dapat tumbuh pada tanah liat asalkan tanah tersebut diberi pupuk kandang yang cukup. Untuk penanaman bayam merah di lahan yang luas, pengadaan air dapat dilakukan dengan mengalirkan air lewat parit yang ada di antara bedengan. Untuk tanaman bayam merah di halaman rumah atau

pekarangan yang sempit, apalagi di dalam pot, pemenuhan air dapat dilakukan dengan cara menyiraminya (Saparinto, 2013).

2.2 Hidroponik

(26)

8

Menurut Wijayani dan Widodo (2005) menyatakan bahwa hidroponik merupakan salah satu teknik budidaya tanaman yang diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas tanaman.

Beberapa keuntungan budidaya hidroponik dibandingkan teknik budidaya konvensional menurut Zulfitri (2005) antara lain ;

1. Hasil tanaman lebih bagus dibandingkan tanaman konvensional (lebih renyah dan segar) atau kualitan dan kuantitas tanaman lebih terkontrol.

2. Penggunaan larutan nutrisi oleh tanaman lebih efektif dan efisien. 3. Hama dan penyakit dapat diminimalisir.

4. Kondisi lingkungan dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman dan perlakuan lingkungan dapat dimodifikasi dengan tujuan memperbaiki kualitas tanaman (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, pH, dll).

5. Tidak memerlukan banyak tenaga kerja dan kebersihan terjamin. 6. Lahan yang dibutuhkan sedikit dan nilai jual tanaman tinggi.

Sistem Flood ang Drain (Ebb and Flow) merupakan salah satu teknik sistem hidroponik yang dapat digunakan dengan berbagai macam media tanam. Sistem ini bekerja secara berkala membanjiri atau memenuhi media tanam dengan larutan nutrisi dan mengeringkan larutan tersebut kembali ke reservoir. Hal ini dilakukan dengan pompa dalam air yang terhubung dengan timer. Ketika timer

(27)

9

Pemberian lautan nutrisi dalam budidaya hidroponik dilakukan dengan sistem sirkulasi dengan prinsip menyalurkan kembali larutan nutisi ke dalam bak

penampungan, kemudian dialirkan kembali ke media pertanaman berulang-ulang yang telah diatur secara terkendali.

Sistem flood and drain tergolong mudah dikelola pada skala kecil. Beberapa peralatan seperti pompa, pengatur waktu yang telah diatur aktif pada interval yang ditetapkan dan tempat larutan nutrisi (bak penampungan) yang digunakan untuk sistem ini. Beberapa kelebihan sistem hidroponik flood and drain antara lain: tanaman mendapat suplai air, oksigen dan nutrisi secara terus menerus, pertukaran oksigen lebih baik karena terbawa air pasang surut, serta mempermudah dalam perawatan tanaman.

Kekurangan dari sistem ini yaitu pH akan naik-turun dan apabila dibiarkan akan menyebabkan terganggunya penyerapan hara oleh tanaman. Sehingga perlu dilakukan pengontrolan pH secara rutin agar tanaman dapat berkembang dengan baik. Jenis media tanam yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan akar

(28)

10

2.3 Nutrisi

Dalam melakukan penanaman secara hidroponik yang perlu dperhatikan adalah kebutuhan nutrisi untuk tanaman. Pemberian nutrisi berbeda dengan

konvensional. Pada budidaya hidroponik nutrisi harus dilarutkan dalam air. Keuntungannya agar jumlah kebutuhan nutrisi untuk tanaman tepat dan langsung pada akar tanaman (Siswadi, 2008). Larutan nutrisi dibagi menjadi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg), dan unsur mikro (B, Cl. Cu, Fn, Mn, Mo, dan Zn) (Sutiyoso, 2006). Menurut Lingga (2005) unsur makro banyak dibutuhkan dibandingkan unsur mikro bagi pertumbuhan tanaman. Dalam budidaya hidroponik unsur mikro dibutuhkan lebih sedikit namun keberadaan unsur mikro tidak dapat digantikan dengan unsur yang lain karena apabila tanaman kekurangan kedua unsur tersebut maka akan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Pemberian air dan pemberian nutrisi pada budidaya hidroponik dilakukan secara bersamaan. Menurut Roberto (2004) cara tersebut dikenal dengan istilah fertigasi atau fertilizer and irrigator. Cara pemberian nutrisi ini selain memenuhi unsur hara tanaman tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman dan evapotranspirasi. Dengan cara ini maka dapat mengakibatkan effisiensi

penggunaan larutan nutrisi. Efisiensi penggunaan larutan nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara dan kebutuhan hara oleh tanaman. Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC) larutan tersebut. Bila EC tinggi maka larutan nutrisi semakin pekat, sehingga

(29)

11

2.4 pH dan EC Larutan Nutrisi

Kondisi pH optimum yang direkomendasikan untuk tanaman sayuran pada kultur hidroponik yaitu berkisar dari 5.5 sampai 6.5 (Marvel 1974 dalam Rosliani dan Sumarni 2005). Pengaturan pH larutan dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam : asam phosphat, asam nitrat. Ketika bahan-bahan tersebut

digunakan kandungan N, P yang terikat harus diperhitungkan dalam pemberian hara (Susila, 2003).

Pada teknologi hidroponik, pemberian nutrisi dilakukan bersamaan dengan pemberian air. Cara ini dikenal dengan istilah fertigasi atau fertigation (fertilizerand irrigation) (Roberto, 2004). Cara pemberian nutrisi ini selain memenuhi unsur hara tanaman tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman dan evapotranspirasi. Dengan cara ini maka dapat mengakibatkan effisiensi penggunaan larutan nutrisi. Efisiensi penggunaan larutan nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara dan kebutuhan hara oleh tanaman. Effisiensi penggunaan nutrisi dapat pula dilakukan dengan penambahan jumlah tanaman per lubang tanam.Wachjar dan Anggayuhlin (2013) menyatakan bahwa semakin banyak populasi tanaman bayam hingga empat bibit per lubang tanam semakin sedikit konsumsi air.

(30)

12

[image:30.595.148.447.277.483.2]

sayuran daun berkisar 1,5-2,5 mS/cm. Pada EC yang terlampau tinggi, tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh. Aliran larutan hara hanya lewat tanpa diserap akar. Batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2 mS/cm. Di atas angka tersebut, pertumbuhan tanaman akan stagnan. Bila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis (Sutiyoso, 2006).

Tabel 1. Nilai EC dan pH Untuk Beberapa Jenis Tanaman

Tanaman EC pH

Brokoli 3.0-3.5 6.0-6.8

Kubis 2.5-3.0 6.5-7.0

Cabai 1.8-2.2 6.0-6.5

Kubis Bunga 1.5-2.0 6.5-7.0

Seledri 2.5-3.0 6.0-6.5

Terung Jepang 2.5-3.5 5.8-6.2

Bawang Daun 2.0-3.0 6.5-7.0

Lettuce 2.0-3.0 6.0-6.5

Lettuce Head 0.9-1.6 6.0-6.5

Bawang Merah 2.0-3.0 6.0-7.0

Pakcoi 1.5-2.0 6.5-7.0

Bayam 1.4-1.8 6.0-7.0

Jagung Manis 1.6-2.5 6.0-6.5

Tomat 2.0-5.0 5.5-6.5

Kacang-kacangan 2.0-4.0 5.5-6.2

Sumber: Practical Hydroponic&Greenhouse, Issue 37 1997 dalam (Untung, 2004)

2.5 Media Tanam

Media tanam dalam budidaya hidroponik merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Media tanam yang digunakan dalam budidaya hidroponik harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Dapat dijadikan tempat penopang tanaman.

2. Mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan.

(31)

13

4. Dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman. (Purnomo, 2006; Hidrogroup, 2009).

Media tanam dalam budidaya hidroponik dapat dibagi menjadi dua yaitu media tanam organik dan media tanam anorganik. Media tanam organik adalah media tanam yang sebagian besar komponennya berasal dari organisme hidup seperti bagian-bagian tanaman misalnya arang sekam, serbuk gergaji, arang kayu, serbuk sabut kelapa, ijuk, batang pakis, dan lain-lain. Sedangkan media tanam anorganik adalah media yang berasal dari benda mati seperti batu, kerikil, pasir, pecahan genteng, dan lain-lain.

1. Pasir

Pasir merupakan salah satu media tanam yang berasal dari bahan anorganik. Pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir Malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk digunakan sebagai media tanam, kecuali pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Menurut

(32)

14

Kelebihannya mudah diperoleh, harganya tergolong sedang, dapat digunakan lebih dari satu kali setelah dbersihakan lagi, mudah menyerap nutrisi, air, dan oksigen, serta mendukung akar tanaman sehingga dapat berfungsi seperti tanah. Kekurangannya adalah berat, porositas kurang serta memiliki rongga udara yang tinggi, drainase tinggi sehingga mudah kering dan perlu disterilkan.

2. Arang Sekam

Arang sekam merupakan sekam padi yang sudah dibakar dengan pembakaran yang tidak sempurna. Pembuatan arang sekam dilakukan dengan dua cara yaitu cara disanggrai dan dibakar. Arang sekam dapat dibuat sendiri maupun dibeli di toko saprotan atau kios penjual tanaman. Arang sekam mengandung unsur

Mangan (Mn) dan silikon (Si). Tetapi arang sekam tidak memiliki nutrisi ataupun hara untuk pertumbuhan tanaman karena proses pembakaran (Supriati dan

Herliana, 2014). Media arang sekam biasanya digunakan untuk tanaman

(33)

15

bersifat higroskopis sehingga perlu dijenuhkan terlebih dahulu dengan air sebelum digunakan (Untung, 2004).

3. Tanah Liat (Granul)

Tanah dengan partikel liat adalah clay atau disebut dengan lempung (Islami dan Utomo, 1995). Tanah dengan tekstur liat memilki mineral yang berukuran sangat kecil. Tanah disebut bertekstur liat jika kandungan liatnya mencapai >35%, dengan porositas 60%, tetapi sebagian besar merupan ruang pori kecil. Akibatnya, daya hantar tehadap air lambat dan sirkulasi udara kurang lancar. Tanah degan tekstur liat memilki beberapa keunggulan, yaitu:

a. Sebagai agen perekat partikel-partikel dalam proses pembentukan agregat tanah karena adanya mineral-mineral koloidal (partikel berdiameter <1 µm) yang bermuatan negatif. Molekul-molekul air yang dapat bertindak secara dipolar (bermuatan + dan -) terjerap ke permukaan koloid liat tersebut. Lempengan liat akan berdekatan dan dibantu oleh agen perekat pada saat air menguap sehingga terjadi agregasi.

b. Mempunyai ruang pori yang cukup sehingga daya pegang terhadap air sangat kuat. Kondisi ini dikarenakan dominasi fraksi liat menyebabkan terbentuknya banyak pori-pori mikro sehingga luas permukaan sentuhnya menjadi sangat luas.

(34)

16

4. Media Granul

Media tanam granul berasal dari tanah liat yang diproses dengan mesin granulasi agar bentuk dan ukuran granul seragam. Granulasi adalah proses pengikatan partikel serbuk menjadi partikel yang lebih besar. Tujuannya agar mencegah segresi campuran serbuk, memperbaik sifat alir campuran, meningkatkan densitas ruahan produk, memperbaiki kompresibilitas serbuk, mengontrol kecepatan pelepasan obat, memperbaiki penampilan produk, dan mengurangi terjadinya debu. Metode granulasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode granulasi basah (wet granulation) dan metode granulasi kering (dry granulation). Efektifitas dan hasil granulasi tergantung pada beberapa sifat yaitu besarnya ukuran partikel bahan aktif dan tambahan, tipe bahan pengikatyang digunakan, jumlah bahan pengikat yang digunakan, efektivitas dan lamanya proses

(35)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2014 – Januari 2015 di greenhouse Jurusan Teknik Pertanian dan Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu greenhouse, pot , ember, box styrofoam, nampan, penggaris, timbangan, electrical conductivity (EC) meter, pH meter, lux meter, camera digital, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih bayam merah, air, pupuk hidroponik Nutrimix, pasir, arang sekam, dan tanah liat (granul).

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Penelitian Pendahuluan

(36)

18

3.3.2 Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan dua faktor perlakuan. Perlakuan – perlakuan dalam penelitian ini adalah :

a. Faktor pertama media tanam : granul 4 mm (M1), arang sekam (M2), pasir (M3)

b. Faktor kedua fraksi penipisan air: 0-20 % (P1), 0-40 % (P2), 0-60 % (P3). c. Kombinasi Perlakuan yang diperoleh adalah: M1P1, M1P2. M1P3, M2P1,

M2P2, M2P3, M3P1, M3P2, M3P3. 3.3.3 Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan Granul

(37)

19

2. Pembuatan Larutan Nutrisi

Pembuatan larutan nutrisi dilakukan setiap awal minggu. Pergantian dilakukan sesuai dengan nilai EC yang semakin ditingkatkan. Pada

minggu pertama (1 MST) sebesar 1.2 mS/cm, 2 MST ditingkatkan menjadi 1.5 mS/cm dan pada 3 MST dinaikkan menjadi 2 mS/cm.

3. Pembuatan Sistem Flood and Drain

Pertama tananam diberikan air nutrisi sampai jenuh. Ketika air nutrisi turun sampai kadar air sesuai perlakuan, tanaman dibanjiri lagi sampai jenuh. Dalam pelaksanaannya, pemberian air nutrisi dengan pompa dilakukan dengan cara mengatur interval waktu yang dilakukan dari hasil penelitian pendahuluan.

a. Granul (M1) : 0-20% (P1) dari air tersedia : 15 menit menyala setiap 1 jam 0-40% (P2) dari air tersedia : 15 menit menyala

setiap 2 jam 0-60 % (P3) dari air tersedia : 15 menit menyala

setiap 3 jam b. Arang Sekam (M2) : 0-20 % (P1) dari air tersedia : 1x24 jam sekali

dijenuhkan 0-40% (P2) dari air tersedia : 2x24 jam sekali

dijenuhkan 0-60% (P3) dari air tersedia : 3x24 jam sekali

(38)

20

dijenuhkan 0-40% (P2) dari air tersedia : 2x24 jam sekali

dijenuhkan 0-60% (P3) dari air tersedia : 3x24 jam sekali

[image:38.595.147.483.272.425.2]

Dijenuhkan Internal ini sisesuaikan dengan hasil uji pendahuluan.

Gambar 1. Sistem Hidroponik

Keterangan : 1. Tanaman 2. Pot

3. Media tanam 4. Nampan

5. Ember penampaung larutan nutrisi 6. Box Styrofoam

(39)

21

3.4 Pengamatan

[image:39.595.116.518.170.261.2]

3.4.1 Parameter Pengamatan

Tabel 1. Variabel yang diamati dan diukur

No Variabel Yang Diamati dan Diukur Faktor Pengukuran

a. Tinggi Tanaman Setiap Minggu

b. EC larutan Setiap Minggu

c. pH Larutan Setiap Minggu

d. Suhu dan Intensitas Cahaya Setiap Hari

e. Evapotranspirasi Setiap Hari

f. Berat Berangkasan , diameter batang dan Luas Daun Panen

3.4.2 Pengamatan Saat Panen

Pengamatan saat penen meliputi :

1. Bobot total (brangkasan) per tanaman

Bobot total per tanaman diukur dengan cara menimbang tanaman. 2. Bobot akar per tanaman

Seluruh akar tanaman dipotong lalu ditimbang beratnya. 3. Panjang akar per tanaman

Setiap perlakuan dilakukan pengukuran panjang akar per tanaman 4. Diameter batang per tanaman

Setiap perlakuan dilakukan pengukuran diameter batang per tanaman 5. Luas Daun per tanaman

Setiap perlakuan dilakukan pengukuran luas daun per tanaman

3.5 Analisis Data

(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :.

1. Media tanam yang berpengaruh paling baik bagi tanaman bayam merah adalah arang sekam dengan fraksi penipisan air 0-40% dengan pemberian nutrisi 2 hari sekali.

2. Untuk media tanam granul fraksi penipisan air yang berpengaruh baik bagi pertumbuhan bayam merah yaitu 0-20% dengan membanjiri air selama 15 menit dan 1 jam pengeringan.

3. Untuk media tanam pasir fraksi penipisan yang berpengaruh baik bagi pertumbuhan bayam merah yaitu 0-40% deangan pemberian nutrisi 2 hari sekali.

5.2 Saran

1. Pengukuran nilai EC dan pH sebaiknya dilakukan setiap hari agar larutan nutrisi lebih terkontrol.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi sayuran di Indonesia 2007-2009. www.bps.go.id. [30 April 2014].

Hadisoewignyo, L. dan A. Fudholi. 2013. Sediaan Solida. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Hidrogroup. 2009. Bertanam Hidroponik. http://wodpress.hidrogroup.com/. Diakses tanggal 7 Mei 2014.

Islami, T. dan W.H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP : Semarang Press. 293 hlm.

Karsono, S. 2013. http://www.gardening.com/HIDROPONICGUIDE/hydro1-1-into.asp.Diakses tanggal 01Mei2014.Tidak dipublikasikan.

Kirani, W. S. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Bayam ( Amaranthus sp) pada Berbagai Macam Media Tanam Secara Hidroponik. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta Lingga, P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar

Swadaya.Jakarta. 80 hlm.

Mas’ud, H. 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sekada. Jurnal. Media Litbang Sulteng. 2 (2): 131-136

Mechram, S. 2007. Aplikasi Teknik Irigasi Tetes Dan Komposisi Media Tanam Pada Selada (Lactuca Sativa). Jurnal. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Nangro Aceh Darussalam. 7 (1):27-30

Perwtasari, B., M.. Tripatsari, dan C. Wasonosari. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy

(Brassica juncea L.) Dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor.5 (1) Prihmantoro, H dan Y.H. Indriani. 1999. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk

(42)

44

Purbarani, D.A. 2011. Kajian Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi pada Budidaya Baby Kailan dengan Hidroponik Ebb and Flow.http://eprints.uns.ac.id/6555/. Diakses pada 25 Desember 2013 Purnomo, A. 2006. Oksigen Terlarut (DO) 1 dan 2.

http://belajarhidroponik.blogspot.com/2006/10/oksigen-terlarut-do-1.html. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014.

Roberto, K. 2004. How To Hydroponic Fourth Edition. Futiregarden Press. New York

Rosliani, R dan N. Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Teknik Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. 27 hlm.

Saparinto, C. 2013. Grow Your Own Vegetables-Panduan Praktis Menanam 14 Sayuran Konsumsi Populer di Pekarangan. Penebar Swadaya.

Yogyakarta. 180 hlm

Siswadi. 2008. Berbagai Formulasi Kebutuhan Nutrisi Pada Sistem Hidroponik. Jurnal Inovasi Pertanian 7 (1):103-110.

Sukawati, I. Pengaruh Kepekatan Larutan Nutrisi Organik Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Baby Kailan (Brassica Oleraceae Var. Albo-Glabra) Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dengan Sistem Hidroponik Substrat. USM. Surakarta

Sunarjono, H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya.Jakarta. 204 hlm.

Supriati, Y. dan E. Herliana. 2014. 15 Sayuran Organik dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. 148 hlm.

Susila, A. D. 2003. Pengembangan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung Untuk Sayuran Daun. Laporan penelitian. Proyek Due-Like. Progam Studi Hortikultura. Departemen Budi Daya. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Susila, A.D dan Y. Koerniawati. 2004. Pengaruh Volume dan Jenis Media Tanam pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca Sativa) Pada Teknologi Hisroponik Sistem Terapung. Bul. Agron. 32 (3): 6-21

Susila, A.D. 2013. Sistem Hidroponik. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor

(43)

45

Sutiyoso, Y. 2006. Hidroponik Ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hlm. Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidyaya Secara Hidroponik. Nuansa

Aulia. Bandung. 160 hlm

Untung, O. 2004. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hlm

Wachjar, A dan R, Anggayuhlin .2013. Peningkatan Produktivitas dan Effisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L). Bul. Agrohorti (1): 127-134

Wijayani, A. dan W. Widodo. 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa Varietas Tomat dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Agricultural Science 12 (1): 77 – 83.

Gambar

Gambar
Tabel 1.  Nilai EC dan pH Untuk Beberapa Jenis Tanaman
Gambar 1.  Sistem Hidroponik
Tabel 1.  Variabel yang diamati dan diukur

Referensi

Dokumen terkait

Sekian banyak bentuk kesyirikan, kezaliman, kejahatan, kemaksiatan yang dengan begitu mudah kita temukan di sekitar kita. Contohnya praktik kesyirikan sudah menjadi suatu yang

Penelitian ini dilakukan di Desa Torongrejo Kota Batu dan identifikasi arthropoda dilakukan di laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya pembatalan hak asuh terhadap anak-anak yang masih dibawah umur, bagaimana akibat

Al-Baqarah ayat 30-31 dan Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 21 menjelaskan tentang ciri-ciri pemimpin yang baik yang harus bisa diterapkan oleh seorang pemimpin didalam

inovasi teknologi perbanyakan anggrek. Salah satu teknologi perbanyakan anggrek yaitu melalui teknologi kultur jaringan tanaman. Kendala yang dihadapi dalam

Harap membawa segala kelengkapan yang diperlukan (dokumen asli dan stempel) untuk evaluasi kualifikasi (klarifikasi) tersebut. Ketidakhadiran penyedia barang/jasa pada

Tradisi rokat pandhaba juga mengandung konsepsi bahwa masyarakat Madura sangat menerima hal-hal yang metafisis, bahwa kekuatan metafisis yang tidak tampak

[r]