PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA DI SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
April Liana 0513010080/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
April Liana 0513010080/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA
DI SIDOARJO
Yang Diajukan April Liana 0513010080/FE/AK
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :
Pembimbing Utama
Dr. Sri Trisnaningsih, MSi Tanggal : ………
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA DI SIDOARJO”.
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.
3. Bapak. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya
ii
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah sabar dan telaten membimbing dan memberi petunjuk selama penulisan skripsi ini.
5. Pimpinan beserta staff Koperasi Waru Buana Putra Sidoarjo, yang telah membantu dalam penyediaan data-data yang dibutuhkan oleh penulis hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
6. Kedua orang tuaku, serta kakakku tercinta terima kasih atas doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini.
7. Semua pihak yang telah membantu penulisa dan tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, November 2009
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 13
2.2.1. Koperasi ... 13
2.2.1.1. Pengertian Koperasi ... 13
2.2.1.2. Landasan Koperasi ... 13
2.2.1.3. Tujuan Koperasi ... 14
2.2.1.4. Jenis Koperasi ... 15
2.2.1.5. Prinsip Koperasi ... 17
2.2.2. Struktur Organisasi Koperasi ... 19
2.2.2.1. Pengertian Struktur Organisasi ... 19
2.2.2.2. Struktur Organisasi Koperasi ... 19
2.2.3. Akuntansi untuk Koperasi ... 20
2.2.3.1. Pengertian Akuntansi ... 20
2.2.3.2. Pengertian Akuntansi untuk Koperasi ... 21
2.2.4. Laporan Keuangan Koperasi ... 23
2.2.4.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 23
2.2.4.2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan 23
2.2.4.3. Tujuan Laporan Keuangan ... 25
2.2.4.4. Unsur-unsur Laporan Keuangan ... 26
2.2.4.5. Pemakai Laporan Keuangan ... 27
2.2.4.6. Proses Penyusunan Laporan Keuangan ... 27
2.2.5. Sisa Hasil Usaha ... 32
2.2.5.1. Pengertian Sisa Hasil Usaha ... 32
2.2.5.2. Pembagian Sisa Hasil Usaha ... 32
2.2.6. Jumlah Anggota Koperasi ... 33
2.2.7. Jumlah Pinjaman Anggota ... 33
2.2.8. Jumlah Simpanan Anggota ... 34
2.2.9. Tambahan Modal Koperasi ... 35
2.2.9.1. Pengertian Modal ... 35
Hasil Usaha ... 37
2.2.11.Pengaruh Jumlah Pinjaman terhadap sisa Hasil Usaha 38
2.2.12.Pengaruh Jumlah Simpanan terhadap Sisa Hasil Usaha ... 39
2.2.13.Pengaruh Tambahan Modal terhadap Sisa Hasil Usaha ... 39
2.2.14.Kerangka Pikir ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41
3.1.1. Definisi Operasional ... 41
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 42
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 43
3.2.1. Populasi ... 43
3.2.2. Sampel ... 43
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.3.1. Jenis Data ... 44
3.3.2. Cara Pengumpulan Data ... 45
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 45
3.4.1. Uji Normalitas Data ... 45
3.4.2. Asumsi Klasik ... 46
3.4.4. Teknik Analisis ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 53
4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 53
4.1.2. Peranan Koperasi ... 54
4.1.3. Aktivitas Koperasi ... 54
4.1.4. Manajemen Koperasi ... 56
4.1.5. Susunan Pengurus ... 56
4.2. Penyajian Data ... 57
4.2.1. Deskripsi Variabel Jumlah Anggota (X1) ... 57
4.2.2. Deskripsi Variabel Jumlah Pinjaman (X2) ... 58
4.2.3. Deskripsi Variabel Jumlah Simpanan (X3) ... 59
4.2.4. Deskripsi Variabel Tambahan Modal (X4) ... 60
4.2.5. Deskripsi Variabel Sisa Hasil Usaha (Y) ... 61
4.3. Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 62
4.3.1. Analisis Dengan Empat Variabel Bebas dan Satu Variabel Terikat ... 62
4.3.2. Analisis Dengan Menghilangkan Variabel Tambahan Modal (X4) ... 63
4.3.2.1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 63
4.3.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 66
5.1. Kesimpulan ... 77 5.2. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Tabel 4.1. Data Jumlah Anggota Koperasi Waru Buana Putra Tahun
1991 s/d 2008 ... 57
Tabel 4.2. Data Jumlah Pinjaman Koperasi Waru Buana Putra Tahun 1991 s/d 2008 ... 58
Tabel 4.3. Data Jumlah Simpanan Koperasi Waru Buana Putra Tahun 1991 s/d 2008 ... 59
Tabel 4.4. Data Tambahan Modal Koperasi Waru Buana Putra Tahun 1991 s/d 2008 ... 60
Tabel 4.5. Data Sisa Hasil Usaha Koperasi Waru Buana Putra Tahun 1991 s/d 2008 ... 61
Tabel 4.5 Hasil uji Multikolinieritas ... 63
Tabel 4.6 Hasil uji Multikolinieritas ... 64
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 66
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Normalitas ... 67
Tabel 4.9. Hasil Uji F ... 68
Tabel 4.10. Hasil Uji t ... 69
Tabel 4.11. Tabel Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 71
Gambar 2.2 Contoh Penyajian Laporan Neraca ... 30
Gambar 2.3 Contoh Penyajian Laporan Perhitungan SHU ... 31
Gambar 2.4. Diagram Kerangka Pikir ... 40
Gambar 4.1 Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi ... 65
x
Lampiran 1 Data Koperasi Waru Buana Putra Lampiran 2 Input Data
Lampiran 3 Hasil Uji Regresi Berganda Dengan Keseluruhan Variabel Bebas Lampiran 4 Hasil Uji Regresi Berganda Dengan Menghilangkan Variabel X4
Oleh April Liana ABSTRAKSI
Dalam masa-masa pembangunan saat ini, setiap lapisan masyarakat berusaha dan berlomba untuk mengejar kesempatan kerja dengan harapan agar dapat mewujudkan suatu kehidupan yang layak. Dalam rangka pembangunan nasional dewasa ini koperasi harus menjadi tulang punggung dan wadah bagi perekonomian rakyat. Mengingat pentingnya arti pembangunan perkoperasian, maka salah satu syarat untuk mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat umumnya dengan perluasan investasi. Untuk mencapai hal tersebut koperasi harus memperoleh keuntungan atau lebih tepatnya sisa hasil usaha. Pada koperasi “Waru Buana Putra” dalam jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, dan tambahan modal serta sisa hasil usaha mengalami perkembangan yang fluktuatif pada setiap tahunnya. Koperasi “Waru Buana Putra” memberikan pinjaman-pinjaman yang mudah dan bunga yang ringan sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi anggotanya.
Variabel penelitian adalah Jumlah Anggota, Jumlah Pinjaman, Jumlah Simpanan, Tambahan Modal dan Sisa Hasil Usaha. Sampel dalam penelitian ini adalah mengenai laporan RAT pada Koperasi “Waru Buana Putra” Sidoarjo selama 18 tahun mulai tahun 1991 sampai dengan 2008.Teknik analisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda dan uji hipotesis.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Hipotesis pertama yang menyebutkan diduga jumlah anggota koperasi, jumlah pinjaman, jumlah simpanan dan tambahan modal mempunyai pengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha pada Koperasi “Waru Buana Putra” dapat terbukti kebenarannya. Dan hipotesis kedua yang menyebutkan diduga bahwa jumlah anggota mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Sisa Hasil Usaha pada Koperasi “Waru Buana Putra” juga dapat terbukti kebenarannya.
Keywords: Jumlah Anggota, Jumlah Pinjaman, Jumlah Simpanan, Tambahan Modal, Sisa Hasil Usaha.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam masa-masa pembangunan saat ini, setiap lapisan masyarakat berusaha dan berlomba untuk mengejar kesempatan kerja dengan harapan agar dapat mewujudkan suatu kehidupan yang layak sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Perubahan-perubahan dalam masyarakat sebagian disebabkan pengaruh pembangunan nasional. Pada hakekatnya pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti harus ada keselarasan, keserasian, keseimbangan dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan pembangunan.
Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila, yang harus ada di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang merdeka, berdaulat, bersatu dan dilakukan dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram tertib dan damai.
Pemerintah secara tegas menetapkan bahwa dalam rangka pembangunan nasional dewasa ini koperasi harus menjadi tulang punggung dan wadah bagi perekonomian rakyat. Kebijaksanaan pemerintah tersebut sesuai dengan isi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa
perekonomian disusun sebagi usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Bangun yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dalam penjelasan pasal 33 menempatkan koperasi baik dalam kedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional.
Dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian Bab 1 pasal 1 butir 1 koperasi diartikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, yaitu keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, perolehan sisa hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian. Kedudukan koperasi adalah sebagai sokongan perekonomian nasional dan sebagai bagian integral dari tata ekonomi nasional. Oleh karena itu, peran koperasi menjadi penting berkaitan dengan pelaksanaan tujuan diatas. Koperasi harus tampil sebagai organisasi yang dapat mengumpulkan dan membentuk kekuatan ekonomi bersama-sama untuk meningkatkan kesejahteraan lebih baik bagi para anggota koperasi (Jurnal Ekonomi, 2000: 1).
relatif rendah serta pemasaran hasil usaha. Sedangkan yang bersumber dari luar koperasi antara lain yaitu lingkungan yang bersangkutan dalam melakukan kegiatan usaha, seperti persaingan dari badan usaha bukan koperasi merupakan persoalan khusus yang harus dipecahkan oleh pengurus koperasi. Badan usaha yang bukan koperasi dengan skala luas karena mempunyai modal-modal yang besar serta kualitas daya manusia yang baik.
Mengingat pentingnya arti pembangunan perkoperasian, maka salah satu syarat untuk mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat umumnya dengan perluasan investasi. Untuk mencapai hal tersebut koperasi harus memperoleh keuntungan atau lebih tepatnya sisa hasil usaha. Yang akan digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan atau prestasi dan manajemen koperasi dalam menjalankan usahanya.
Sisa hasil usaha (SHU) merupakan pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun dikurangi dengan penyusutan dan biaya dari tahun buku yang bersangkutan. Sisa hasil uasaha yang diperoleh dari koperasi, selain digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya juga digunakan untuk menjamin kelangsungan dan kesinambungan kehidupan koperasi itu sendiri.
apabila pada koperasi tersebut tersedia modal yang mencukupi, baik yang berasal dari simpanan para anggota maupun dari tambahan modal yang diperoleh dari hutang.
Kelangsungan usaha sebuah koperasi tentunya tidak lepas dari peran aktif para anggotanya, baik itu dalam bentuk moril maupun materi. Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan sisa hasil usaha yang akan diperoleh koperasi, yang pada akhirnya diharapkan pula akan meningkatkan gerak dan kegiatan usaha yang dijalankan.
Pada koperasi “Waru Buana Putra” dalam jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, dan tambahan modal serta sisa hasil usaha mengalami perkembangan yang fluktuatif pada setiap tahunnya. Dalam memenuhi kebutuhan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, Koperasi “Waru Buana Putra” memberikan pinjaman-pinjaman yang mudah dan bunga yang ringan sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi anggotanya.
TAHUN JMLH
Perbedaan jumlah Sisa Hasil Usaha Koperasi “Waru Buana Putra” pada tahun 2007 dengan tahun 2008 disebabkan karena perbedaan jumlah anggota dalam koperasi tersebut. Karena jumlah anggota secara tidak langsung mempengaruhi jumlah simpanan, jumlah sisa hasil usaha, jumlah pinjaman, dan tambahan modal.
tambahan modal, simpan pinjam, jumlah anggota dan efektivitas system pengkreditan, manajemen dan pemasaran. Sedangkan persoalan dari luar koperasi adalah : adanya persaingan dari badan usaha yang bukan koperasi yang beroperasi dalam skala yang besar dan mempunyai modal besar serta kualitas sumber daya manusia yang baik. Semuanya merupakan persoalan-persoalan yang harus dapat dipecahkan oleh pengurus koperasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, dan tambahan modal terhadap sisa hasil usaha pada Koperasi Waru Buana Putra Sidoarjo, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan usahanya.
Dari latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA DI SIDOARJO”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, permasalahan pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah jumlah anggota koperasi, jumlah pinjaman anggota, jumlah simpanan anggota dan tambahan modal koperasi mempunyai pengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) ?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji apakah jumlah anggota koperasi, jumlah yang dipinjam anggota, jumlah simpanan anggota dan jumlah tambahan modal berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha pada Koperasi.
2. Untuk menguji manakah diantara jumlah anggota koperasi, jumlah pinjaman anggota dan jumlah tambahan modal yang mempunyai pengaruh paling dominant terhadap Sisa Hasil Usaha pada Koperasi.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Koperasi
Sebagai sumber informasi bagi pengurus koperasi Waru Buana Putra mengenai faktor yang mempengaruhi perolehan SHU sehingga dapat mengupayakan jalan keluarnya serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan dimasa yang akan datang.
2. Bagi Universitas
3. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini dapat mengetahui lebih banyak tentang sisa hasil usaha dan dapat menunjukkan kepada pengurus faktor-faktor yang paling mempengaruhi sisa hasil usaha.
4. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan informasi untuk menambah pengetahuan khususnya mahasiswa mengenai koperasi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini telah dilaksanakan oleh :
1. Narande dan Zakaria (2006). a. Judul :
Pengaruh Modal Dan Volume Transaksi Anggota Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha di Koperasi Usaha (KSU) Kelompok Tumpang Sari. b. Permasalahan :
Apakah modal dan volume transaksi anggota berpengaruh terhadap perolehan sisa hasil usaha (SHU) koperasi Tumpang Sari?
c. Hipotesis :
Diduga modal dan volume transaksi anggota mempengaruhi perolehan SHU pada koperasi Tumpang Sari.
d. Kesimpulan :
Hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah modal dan volume transaksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha.
2. Iromani dan Kristiadji (1997), yang meneliti tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha Koperasi Unit Desa Di Jawa Timur”.
Perumusan Masalah :
1. Apakah jumlah anggota koperasi, volume usaha, jumlah simpanan dan jumlah hutang mempengaruhi sisa hasil usaha pada KUD di Jawa Timur? 2. Apakah volume usaha mempunyai pengaruh paling dominan terhadap sisa
hasil usaha pada KUD di Jawa Timur ? Hipotesis :
1. Diduga jumlah anggota koperasi, volume usaha, jumlah simpanan dan jumalh hutang secara serempak mempengaruhi SHU pada KUD di Jawa Timur.
2. Besaranya volume usaha pada koperasi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi SHU pada KUD di Jawa Timur.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Dari hasil penelitian pertama, disimpulkan bahwa faktor-faktor jumlah anggota koperasi, volume usaha, jumlah simpanan dan jumlah hutang mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap SHU pada KUD di Jawa Timur.
2. Dari hasil penelitian kedua, disimpulakan bahwa faktor-faktor banyaknya jumlah anggota, volume usaha dan simpanan yang tersedia mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap total SHU pada KUD di kotamadya atau kabupaten di Jawa Timur.
3. Tarsono (2001), yang meneliti tentang “Analisis dan Tata Cara Perhitungan Sisa Hasil Usaha Koperasi (kasus pada jenis koperasi konsumen)”.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Pendapatan koperasi konsumen disebut Partisipasi Neto Anggota (PNA) bersumber dari selisih antara harga pelayanan atau disebut Partisipasi Bruto Anggaran (PBA) dikurangi dengan beban pokok pelayanan.
2. Setiap akhir tahun, SHU dan laba koperasi harus dibagikan kepada anggota sebanding dengan besarnya jasa usaha antara anggota dengan koperasi.
3. Sisa hasil usaha adalah uang milik anggota atau kelebihan kontribusi anggota, sehingga harus dikembangkan kepada anggota sebanding dengan besarnya jasa anggota.
4. Munifah (2005), yang meneliti tentang “Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan Serta Jumlah Pinjaman Terhadap Peningkatan Jumlah Perolehan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai Negeri Warga Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (KPN-WAPERKA) di Kabupaten Gresik”. Perumusan masalah :
2. Manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan antara jumlah anggota, jumlah simpanan serta jumlah pinjaman terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPN WAPERKA di Kabupaten Gresik ?
Hipotesis :
1. Diduga ada pengaruh antara jumlah anggota koperasi, jumlah simpanan serta jumlah pinjaman terhadap peningkatan jumlah perolehan SHU.
2. Dari ketiga variabel diatas diduga ada salah satu variabel yang mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap peningkatan jumlah perolehan SHU.
Kesimpulan :
1. Untuk hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara jumlah anggota, jumlah simpanan dan jumlah pinjaman terhadap jumlah perolehan SHU telah teruji kebenarannya, hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung (1179,826) > Ftabel
(215,71).
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Koperasi
2.2.1.1. Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu definisi koperasi dapat diberikan sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya (Chaniago, 1987: 1).
Berdasarkan Undang-Undang Koperasi No.12 tahun 1967, koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang dimaksud dengan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandasakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
2.2.1.2. Landasan Koperasi
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pasal 2 Undang-Undang Perkoperasian No.25/1992 bahwa koperasi Indonesia mempunyai landasan:
a. Landasan Idiil
Landasan Idiil Koperasi adalah Pancasaila, karena Pancasila adalah falsafah Negara dan sudah menjadi pedoman hidup seluruh rakyat Indonesia.
b. Landasan Struktural dan Gerak
Landasan Struktural Koperasi adalah Undang-Undang Dasar 1945 dan landasan geraknya adalah pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya.
c. Landasan Mental
Dalam Undang-Undang Koperasi No.12 tahun 1967 ditegaskan bahwa landasan mental koperasi adalah setia kawan dan kesadaran pribadi (Chaniago, 1987: 18-20).
2.2.1.3. Tujuan Koperasi
Menurut Undang-undang Perkoperasian No.25 Tahun 1992 pasal 3 disebutkan bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan pasal 3 UU No.25 tahun 1992 itu, dapat disimpulkan bahwa tujuan Koperasi Indonesia dalam garis besarnya meliputi tiga hal sebagai berikut : 1. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya.
2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat
2.2.1.4. Jenis Koperasi
Berdasarkan bidang usahanya, koperasi dapat digolongkan ke dalam beberapa sub golongan sebagai berikut:
1. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya.
2. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang kegiatan utamanya melakukan pemroses bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.
3. Koperasi Pemasaran
Koperasi pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang dihasilkannya.
4. Koperasi Kredit
Koperasi kredit atau simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada anggota-anggota yang memerlukan bantuan modal.
Berdasarkan daerah kerja, koperasi dapat digolongkan atas beberapa golongan sebagai berikut :
1. Koperasi Primer
2. Koperasi Pusat
Koperasi pusat adalah koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi primer, yang biasanya didirikan sebagai pemusatan dari beberapa koperasi primer dalam lingkup suatu wilayah tertentu.
3. Koperasi Gabungan
Koperasi gabungan hampir sama dengan koperasi pusat. Sebagaimana halnya koperasi pusat, koperasi gabungan tidak beranggotakan orang-orang, melainkan beranggotakan koperasi-koperasi pusat yang berasal dari suatu wilayah tertentu.
4. Koperasi Induk
Koperasi induk adalah koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi pusat atau gabungan, yang berkedudukan di ibu kota Negara. Fungsi koperasi induk biasanya adalah sebagai penyambung lidah koperasi-koperasi yang menjadi anggotanya, dalam berhubungan dengan lembaga-lembaga nasional yang terkait dengan pembinaan koperasi, koperasi sejenis di Negara lain, ataupun dengan asosiasi-asosiasi pengusaha pada tingkat nasional dan internasional.
Berdasarkan jenis komoditi, koperasi dibedakan atas beberapa sub golongan sebagai berikut :
1. Koperasi Ekstraktif
2. Koperasi Pertanian dan Peternakan
Koperasi pertanian adalah koperasi yang melakukan usaha sehubungan dengan komoditi pertanian tertentu. Sedangkan koperasi peternakan adalah koperasi yang usahanya berhubungan dengan komoditi peternakan tertentu. 3. Koperasi Industri dan Kerajinan
Koperasi industri atau kerajinan adalah jenis koperasi yang melakukan usahanya dalam bidang industri atau kerajinan tertentu.
4. Koperasi Jasa-Jasa
Koperasi jasa-jasa hampir sama dengan koperasi industri. Biasanya adalah bahwa koperasi jasa merupakan koperasi yang mengkhususkan usahanya dalam memproduksi dan memasarkan kegiatan jasa tertentu.
Berdasarkan profesi anggotanya, koperasi dibedakan atas : 1. Koperasi Karyawan
2. Koperasi Pegawai
3. Koperasi Angkatan Darat 4. Koperasi Mahasiswa 5. Koperasi Pedagang Pasar
6. Koperasi Veteran Republik Indonesia 7. Koperasi Nelayan dan lain sebagainya.
(Baswir, 1987: 98-102)
2.2.1.5. Prinsip Koperasi
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5. Kemandirian.
2.2.1.6. Fungsi dan Peran Koperasi
Sebagaimana dikemukakan di dalam pasal 4 Undang-Undang No.25 Tahun 1992, fungsi dan peran Koperasi Indonesia dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko-gurunya.
2.2.2. Struktur Organisasi Koperasi 2.2.2.1. Pengertian Struktur Organisasi
Struktur kata lainnya adalah badan atau susunan. Sedangkan istilah organisasi berasal dari perkataan Yunani “Organon” yang berarti alat atau perkakas. Dengan demikian organisasai dapat diartikan sebagai suatu alat yang digunakan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu struktur organisasi dapat dijelaskan sebagai suatu susunan dari alat-alat yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Edilius, 2002:83).
2.2.2.2. Struktur Organisasi Koperasi
Perangkat organisasi koperasi terdiri dari: Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas, sedangkan unsur lain yang melengkapi organisasi koperasi adalah: unsur penasehat, unsur pelaksana, manajer dan karyawan-karyawan koperasi. a. Rapat Anggota
b. Pengurus
Pengurus dalam koperasi mempunyai kedudukan yang sangat menentukan bagi keberhasilan koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Pengurus koperasi dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya kepada rapat anggota atau rapat anggota luar biasa. c. Pengawas
Pengawas koperasi dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas ditetapkan dalam anggaran dasar. Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota.
d. Manajer
Manajer adalah pemimpin dari semua karyawan yang dimiliki oleh koperasi yang diserahi tugas dan tanggung jawab oleh pengurus. Tugas manajer adalah pengelola dan menjalankan usaha koperasi sebagai organisasi ekonomi. (Sumarsono, 2003: 25-67)
2.2.3. Akuntansi untuk Koperasi 2.2.3.1. Pengertian Akuntansi
dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi dan keputusan kredit oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap jalannya usaha.
Sedangkan jika ditinjau dari segi prosesnya, akuntansi adalah suatu teknik mencatat, menggolong-golongkan dan meringkas transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu lembaga atau perusahaan serta menyajikan hasil usahanya melalui laporan keuangan serta mengintepretasikan data-data finansial yang disajikan di dalam laporan keuangan.
Dari pengertian-pengertian akuntansi di atas dapat disimpulkan bahwa peranan akuntansi dalam pengelolaan suatu organisasi atau perusahaan pada dasarnya adalah membantu organisasi atau perusahaan itu, yaitu dalam menyajikan informasi keuangan yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan-keputusan ekonomi oleh berbagai pihak yang terkait dengan organisasi atau perusahaan tersebut (Baswir, 2000: 181).
2.2.3.2. Pengertian Akuntansi untuk Koperasi
Meskipun koperasi adalah organisasi yang berwatak sosial, tapi memerlukan juga jasa akuntan baik untuk mengolah data-data keuangan guna menghasilkan informasi keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi maupun untuk meningkatkan mutu pengawasan terhadap praktik pengelolaan usahanya.
Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pencatatan
Mencatat transaksi-transaksi keuangan yang terjadi di kopersi yang bersangkutan dengan aktiva, utang, modal, pendapatan maupun biaya. Untuk mempermudah koperasi dalam melakukan pencatatan, biasanya digunakan buku jurnal. Sedangkan yang dimaksud buku jurnal adalah merupakan catatan berupa pendebitan dan pengkreditan dari transaksi-transaksi secara kronologis beserta penjelasan-penjelasan yang diperlukan dari transaksi-transaksi tersebut.
2. Penggolongan
Penggolongan dilakukan dengan cara mengeposkan, yaitu proses pemindahan catatan yang telah dilakukan di dalam jurnal ke dalam buku besar. Sedangkan yang dimaksud dengan buku besar adalah merupakan kumpulan dan kesatuan rekening yang klasifikasinya didasarkan pada kepentingan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan.
3. Peringkasan
Setiap akhir periode, koperasi menyusun neraca saldo sebagai alat bantu dalam penyuusunan laporan keuangan. Neraca saldo tersebut merupakan daftar saldo rekening yang terdapat dalam buku besar.
4. Penyusunan Laporan Keuangan
memisahkan rekening-rekening ke dalam neraca dan laporan rugi laba. Setelah itu memindahkan laba atau rugi ke dalam laporan perubahan modal.
(Baswir, 2000: 184)
2.2.4. Laporan Keuangan Koperasi 2.2.4.1. Pengertian Laporan Keuangan
Adapun pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1997: 17) merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002: 2) laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Laporan keuangan koperasi yang umum disajikan adalah Laporan Sisa Hasil Usaha dan Neraca. Laporan Sisa Hasil Usaha menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai koperasi dalam satu periode operasi. Sedangkan neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan yaitu aktiva, utang dan modal koperasi pada saat tertentu.
2.2.4.2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
1. Relevan
Dalam mempertimbangkan relevansi suatu informasi yang bertujuan umum (general purpose information), perhatian difokuskan pada kebutuhan umum pemakai, dan bukan pada kebutuhan khusus pihak tertentu, dengan demikian suatu informasi mungkin mempunyai tingkat relevansi yang tinggi untuk kegunaan khusus tertentu, sementara kecil sekali relevansi bagi kegunaan yang lain.
2. Dapat dimengerti
Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.
3. Daya uji (Veriability)
Untuk meningkatkan manfaatnya, informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independent dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
4. Netral
5. Tepat waktu
Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
6. Daya banding (comparability)
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan dengan laporan perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7. Lengkap
Informasi akuntansi yang lengkap meliputi data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan.
2.2.4.3. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan koperasi dapat menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya untuk :
1. Mengetahui manfaat yang diperoleh dengan menjadi anggota koperasi.
2. Mengetahui prestasi keuangan koperasi selama suatu periode dengan sisa hasil usaha dan manfaat keanggotaan koperasi sebagai ukuran.
3. Mengetahui sumber daya ekonomi yang dimiliki koperasi kewajiban.
5. Mengetahui informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas solvabilitas koperasi.
(Tunggal, 1995: 98)
2.2.4.4. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Berdasarkan pernyataan yang tercantum di dalam Standar Akuntansi Keuangan No 27 (2002: 27.12), koperasi mempunyai unsur-unsur laporan keuangan yang meliputi :
1. Neraca
Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu.
2. Perhitungan hasil usaha
Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan hasil usaha juga menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha.
3. Laporan arus kas
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, pengeluaran kas dan saldo akhir kas pada periode tertentu.
4. Laporan promosi ekonomi anggota
5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan yang memuat tentang perlakuan akuntansi dan pengungkapan informasi lainnya.
2.2.4.5. Pemakai Laporan Keuangan Pemakai laporan keuangan terdiri dari:
1. Pemakai utama dari laporan keuangan koperasi adalah para anggota itu sendiri beserta pejabat koperasi.
2. Pemakai lainnya yang mempunyai kepentingan terhadap koperasi, diantaranya adalah calon anggota koperasi, bank, kreditur, dan kantor pajak.
(Tunggal,1995: 46)
2.2.4.6. Proses Penyusunan Laporan Keuangan
Setelah tahun buku koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum diselenggrakan rapat anggota tahunan, pengurus menyusun laporan tahunan yang memuat sekurang-kurangnya :
1. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru lampau dan perhitungan hasil usaha dari tahun yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut.
a. Pencatatan dan penggolongan
Yaitu bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal. Untuk transaksi-transaksi yang sama yang sering terjadi dicatat dalam buku jurnal spesial. b. Peringkasan
Yaitu transaksi yang sudah dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal, setiap bulan atau periode yang lain diringkas dan dibukukan dalam rekening-rekening buku besar.
c. Pelaporan
Yaitu data akuntansi yang tercatat dalam rekening-rekening buku besar akan disajikan dalam bentuk laporan keuangan yaitu neraca, perhitungan hasil usaha, laporan hasil usaha tidak dapat dibagi dan laporan perubahan posisi keuangan.
Bukti Kas Bukti Dokumen
Gambar 2.1. Proses Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi Pendukung Masuk
Penjelasan Neraca
Penjelasan Perhit L/R
=
Gambar 2.2 Contoh Penyajian Laporan Neraca KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT
NERACA
31 Desember 20X1 dan 20X0
ASET 20X1 20X0 KEWAJIBAN DAN EKUITAS 20X1 20X0
SET LANCAR Rp Rp KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Rp Rp
kas dan Bank xxx Xxx utang usaha xxx xxx
Investasi Jangka Panjang xxx Xxx utang bank xxx xxx
Piutang Usaha xxx Xxx utang pajak xxx xxx
piutang Pinjaman Anggota xxx Xxx utang simpanan anggota xxx xxx
Piutang Pinjaman Non Anggota xxx Xxx utang dana bagian SHU xxx xxx
Piutang Lain-lain xxx Xxx utang jangka panjang
Peny Piutang tidak tertagih xxx Xxx akan jatuh tempo xxx xxx
Persediaan xxx Xxx biaya harus dibayar xxx xxx
Pendapatan akan diterima xxx Xxx jumlah kewajiban jangka pendek xxx xxx
Jumlah Aset Lancar xxx Xxx
INVESTASI JANGKA PANJANG KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Penyertaan pada koperasi xxx Xxx utang bank xxx xxx
Penyertaan pada non koperasi xxx Xxx utang jangka panjang lainnya xxx xxx
Jumlah Investasi Jangka Panjang xxx Xxx
jumlah kew jangka panjang xxx xxx
ASET TETAP EKUITAS
Tanah / hak atas tanah xxx Xxx simpanan wajib xxx xxx
Mesin xxx Xxx simpanan pokok xxx xxx
Investasi xxx Xxx modal penyertaan
Akumulasi Penyusutan xxx Xxx partisipasi anggota xxx xxx
Jumlah Aktiva Tetap xxx Xxx modal penyertaan xxx xxx
modal sumbangan xxx xxx
ASET LAIN-LAIN cadangan xxx xxx
Ak Tetap dalam Kontruksi xxx Xxx SHU belum dibagi xxx xxx
Beban Ditangguhkan xxx Xxx jumlah ekuitas xxx xxx
Jumlah Aset Lain-lain xxx Xxx
JUMLAH ASET xxx Xxx jumlah kewajiban dan ekuitas xxx xxx
Gambar 2.3 Contoh Penyajian Laporan Perhitungan SHU
KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT PERHITUNGAN HASIL USAHA
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0
20X1 20X0
PARISIPASI ANGGOTA Rp Rp
Partisipasi bruto anggaran xxx xxx
Beban pokok (xxx) (xxx)
Partisipasi neto anggaran xxx xxx
PENDAPATAN DARI NON ANGGOTA
Penjualan xxx xxx
Harga pokok (xxx) (xxx)
Laba(Rugi) kotor dengan non-anggota xxx xxx
Sisa Hasil Usaha xxx xxx
BEBAN OPERASI
Beban usaha (xxx) (xxx)
Sisa Hasil Usaha Koperasi xxx xxx
Beban Perkoperasian (xxx) (xxx)
Sisa Hasil Usaha setelah beban perkoperasian xxx xxx
Pendapatan dan beban lain-lain xxx xxx
Sisa Hasil Usaha sebelum pos-pos luar biasa xxx xxx
Pendapatan dan beban luar biasa xxx xxx
Sisa Hasil Usaha sebelum pajak xxx xxx
Pajak Penghasilan (xxx) (xxx)
Sisa Hasil Usaha Setelah pajak xxx xxx
2.2.5. Sisa Hasil Usaha
2.2.5.1. Pengertian Sisa Hasil Usaha
Menurut UU Koperasi No. 25 Tahun 1992, sisa hasil usaha mempunyai arti sebagai berikut :
1. Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi. Sesuai dengan keputusan rapat anggota. 3. Besarnya pemupukan dan cadangan diterapkan dalam rapat anggota.
2.2.5.2. Pembagian Sisa Hasil Usaha
Menurut UU Koperasi No. 21 Tahun 1992, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota standing dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
a. 40 % untuk Dana Cadangan
b. 20 % untuk anggota/anggota luar biasa sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota/anggota luar biasa. c. 15 % untuk anggota/anggota luar biasa menurut perbandingan simpanannya
dengan ketentuan tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar. d. 10 % untuk Dana Pengurus.
e. 5 % untuk Dana Karyawan.
f. 5 % untuk Dana Pendidikan Koperasi.
g. 2,5 % untuk Dana Pembangunan Daerah Kerja. h. 2,5 % untuk Dana Sosial.
2.2.6. Jumlah Anggota Koperasi
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU Koperasi No. 25 Tahun 1992, suatu koperasi dapat di bentuk apabila memili anggota paling sedikit 20 (dua puluh) orang anggota. Jadi pada saat pendirian koperasi jumlah anggotanya tidak kurang dari 20 orang. Hal ini tidak berarti bahwa jumlah anggota sebuah koperasi hanya dibatas pad anggota yang 20 orang itu karena keanggotan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.
2.2.7. Jumlah Pinjaman Anggota
yang utama adalah simpanan dari anggota sendiri. Dari uang simpanan itulah koperasi kemudian menyalurkan kredit kepada para anggotanya.
Agar tidak memberatkan para anggotnya, pengurus koperasi harus cermat menetapkan tingkat suku bunga pinjaman yang sesuai dengan daya jangkau para anggotanya pada umumnya. Selain itu, pengurus koperasi harus mengupayakan agar pinjaman itu benar-benar memberikan manfaat.
Sedangkan pengertian tersendiri dari koperasi simpan pinjam yang ditemukan oleh Anoraga (2002: 21) adalah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan para anggota secara terus menerus untuk kemudian di pinjamkan kepada para anggotanya secara mudah murah dan cepat untuk tujuan produktif dan kesejahterahan.
Untuk memperbesar modal koperasi, maka ada sebagian keuntungan yang tidak dibagikan kepada para anggota dan dijadikan cadangan penumpukan modal. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan dengan agar kemampuan memberikan kredit kepada para anggotanya semakin besar.
2.2.8. Jumlah Simpanan Anggota
Jenis simpanan yang diserahkan oleh anggota kepada koperasi dari : 1. Simpanan pokok
2. Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu dan kesempatan tertentu, dimana jumlahnya tidak harus sama untuk masing-masing anggota. 3. Simpanan sukarela
Simpanan sukarela ini diadakan oleh anggota atas dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian – perjanjian atau peraturan – peraturan khusus.
(Hendrojogi, 2004: 193)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak anggota yang berhasil dihimpun oleh koperasi maka jumlah simpanan anggota akan semakin bertambah, sehingga dapat meningkatkan jumlah modal pada koperasi tersebut.
2.2.9. Tambahan Modal Koperasi 2.2.9.1. Pengertian Modal
Pengertian modal yang dikemukakan oleh Tunggal (1995: 31), modal merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.
Modal yang diperoleh koperasi hendaknya didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan para anggota koperasi sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan koperasi tersebut.
Sedangkan pengertian tambahan modal menurut pasal 41 ayat 1 UU Koperasi No. 25 Tahun 1992, menyatakan bahwa modal dala koperasi dapat berasal dari modal itu sendiri dan modal pinjaman. Disamping itu tambahan modal koperasi juga dapat berasal dari modal penyertaan seperti yang tercantum dalam pasal 41 UU Koperasi No. 25 Tahun 1992.
2.2.9.2. Karakteristik Modal Koperasi
Beberapa karakteristik modal koperasi adalah sebagai berikut: 1. Modal Sendiri koperasi
Modal sendiri koperasi bersumber dari :
a. Simpanan pokok anggota, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh masing-masin anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Sifatnya permanen, artinya tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
b. Simpanan wajib, yaitu sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada periode tertentu. Simpanan ini tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
d. Donasi atau hibah, yaitu sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu yang disumbangakan oleh pihak ketiga, tanpa ada suatu ikatan atau kewajiban koperasi bila diperlukan.
2. Modal pinjaman atau modal luar, bersumber dari :
a. Anggota, yaitu pinjaman dari anggota ataupun calon anggota koperasi yang bersangkutan.
b. Koperasi lainnya / anggotanya, pinjaman dari koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerja sama antara koperasi. c. Bank dan lembaga keuangan lainnya, yaitu pinjaman dari bank dan
lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
d. Penerbitan obligasi atau surat hutang lainnya, yaitu dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya berdasarkan ketentuan perundang – undangan yang berlaku.
e. Sumber lain yang sah, pinjaman yang diperoleh dari bukan anggota yang dilakukan tanpa melalui penawaran secara umum.
(Sitio, 2001: 84)
koperasi yang dapat mempengaruhi peningkatan sisa hasil usaha yang akan diperoleh koperasi.
Menurut Kertasapoetra (1993: 153) dalam usaha pemupukan modal koperasi merupakan suatu cara yang baik untuk mengajak para anggota untuk meningkatkan jumlah simpanannya.
Bertambahnya jumlah anggota dapat meningkatkan modal. Peningkatan modal juga dapat berasal dari simpanan sukarela, simpanan berjangka dan kewajiban lain. Dengan semakin bertambahnya modal, jumlah peminjam yang dilayani semakin banyak nantinya yang akan meningkatkan sisa hasil usaha yang didapat dari kegiatan koperasi tersebut.
2.2.11. Pengaruh Jumlah Pinjaman terhadap sisa Hasil Usaha
Menurut Undang-Undang Koperasi No 25 Tahun 1992 Bab IX, Sisa Hasil Usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh selama satu tahun buku setelah dikurangi penyusutan serta biaya-biaya untuk tahun yang bersangkutan.
2.2.12. Pengaruh Jumlah Simpanan terhadap Sisa Hasil Usaha
Simpanan para anggota koperasi merupakan satu komponen yang turut serta menentukan kegiatan perkoperasian. Dengan bertambahnya jumlah anggota maka jumlah yang berhasil dihimpun oleh koperasi bertambah besar pula dan semua akan meningkatkan modal koperasi. Hal ini akan membawa dampak yang sangat menguntungkan terutama pada sisa hasil usaha.
2.2.13. Pengaruh Tambahan Modal terhadap Sisa Hasil Usaha
Dengan bertambahnya anggota dapat meningkatkan modal. Menurut PSAK (2002: 27.4) tambahan modal koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan dan sisa hasil usaha yang didapat dari kegiatan koperasi tersebut.
2.2.14. Kerangka Pikir
Penelitian yang dilakukan ini pada dasarnya merupakan pengembangan terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan perkembangan dari teori-teori dengan mengikuti premis-premis sebagai berikut : a. Premis 1
b. Premis 2
Secara keseluruhan (simultan) variabel modal dan transaksi anggota memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha. (Engelin, 2006).
c. Premis 3
Bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara jumlah anggota, jumlah simpanan dan jumlah pinjaman terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha. Diantara ketiga faktor tersebut, jumlah simpanan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (mafluchatim, 2005).
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan dari teori yang ada, maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Jumlah Anggota
Gambar 2.4. Diagram Kerangka Pikir (X1)
Sisa Hasil Usaha (Y) Jumlah Pinjaman Anggota
(X2)
Jumlah Simpanan Anggota (X3)
Regresi Linier Berganda Tambahan Modal
Dengan adanya permasalahan diatas maka dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut :
H1 : Diduga bahwa jumlah anggota koperasi, jumlah pinjaman, jumlah simpanan
dan tambahan modal mempunyai pengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha pada Koperasi “Waru Buana Putra”.
H2 : Diduga bahwa jumlah anggota mempunyai pengaruh paling dominan
terhadap Sisa Hasil Usaha pada Koperasi “Waru Buana Putra”.
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sisa Hasil
Usaha sebagai variabel terikat, sedangkan untuk variabel-variabel bebasnya
adalah :
a. Jumlah anggota (X1)
b. Jumlah Pinjaman (X2)
c. Jumlah Simpanan (X3)
d. Tambahan Modal (X4)
Definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Variabel Terikat
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sisa Hasil Usaha
(Y). Dimana memperolehnya dengan menggabungkan pendapatan usaha dan
pendapatan non usaha dikurangkan dengan biaya – biaya, penyusutan, dan
kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi empat variabel,
yaitu :
a. Jumlah anggota koperasi (X1), yaitu banyaknya orang yang menjadi anggota
pada koperasi dan bersedia memnuhi syarat yang telah ditetapkan oleh
koperasi.
b. Jumlah pinjaman (X2), yaitu perhitungan banyaknya jumlah uang yang
dipinjam anggota koperasi berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan.
c. Jumlah simpanan (X3), yaitu terdiri dari simpanan wajib , simpanan pokok ,
dan simpanan sukarela.
d. Tambahan modal (X4), yaitu tambahan dana selama satu periode yang didapat
modal donasi atau hibah.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel terikat dan
variabel bebas, yaitu sebagai berikut :
a. Variabel Terikat :
Sisa Hasil Usaha (SHU) diukur selam periode tahun dengan satuan
pengukuran rupiah dan skala yang digunakan adalah skala rasio.
b. Variabel Bebas :
Jumlah anggota koperasi (X1), diukur selama periode satu tahun dengan
satuan pengukuran jumlah anggota, skala yang digunakan adalah skala rasio.
1) Jumlah pinjaman (X2), pinjaman diakumulasikan setiap tahun dengan
satuan pengukuran rupiah dan skala yang digunakan adalah skala rasio.
2) Jumlah simpanan (X3), simpanan diperhitungkan dan simpanan sukarela
diakumulasikan setiap tahun dengan satuan pengukuran rupiah dan skala
3) Tambahan modal (X4), diperhitungkan dari modal periode ini dikurangi
modal periode sebelumnya yang diakumulasikan setiap tahun dengan
satuan pengukuran rupiah dan skala yang digunakan adalah skala rasio.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Pengertian populasi menurut (Efferin, dkk, 2004: 57) adalah batas suatu
objek penelitian dan sekaligus merupakan batas bagi proses induksi (generalisasi)
hasil penelitian yang bersangkutan. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan
RAT yang meliputi sisa hasil usaha (SHU), perkembangan jumlah anggota,
jumlah simpanan, jumlah pinjaman serta tambahan modal yang dihasilkan oleh
Koperasi Waru Buana Putra di Sidoarjo selama 20 tahun yaitu mulai tahun 1989
sampai dengan tahun 2008.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (elemen) yang memenuhi syarat untuk
dijadikan objek penelitian (Efferin, 2004: 58). Sampel dalam penelitian ini adalah
mengenai laporan RAT pada Koperasi “Waru Buana Putra” Sidoarjo selama 18
tahun mulai tahun 1991 sampai dengan 2008. Teknik penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan purposive sampling atau teknik
penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden-responden
berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah merupakan data dari
laporan RAT “Waru Buana Putra” untuk periode 1991 -2008, hal ini dengan
pertimbangan :
1. Pada periode tahun laporan keuangan yang disajikan oleh “Waru Buana
Putra” telah disusun sesuai dengan SAK yang berlaku secara umum.
2. Memiliki data lengkap tentang Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam Laporan Rapat
Anggota Tahunan (RAT).
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
mencakup data sebagai berikut :
a. Jumlah anggota Koperasi
b. Pinjaman Anggota
c. Simpanan Anggota
d. Tambahan Modal
e. Sisa Hasil Usaha
f. Struktur Organisasi
g. Deskripsi Pekerjaan
Data-data jumlah anggota koperasi , jumlah pinjaman, jumlah simpanan,
tambahan modal dan sisa hasil usaha merupakan data-data jenis time series tahun
3.3.2. Cara Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu
penyelidikan yang diadakan unutk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang
ada dan mencari keterangan-keterangan secara aktual (Nazir, 2005: 56).
Dalam memperoleh data, digunakan teknik pengumpulan data dengan
metode observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek
yang sedang diteliti. Antara lain dengan cara (Nazir, 2005: 174-213) :
1. Metode Wawancara
Teknik pengumpulan dengan mengadakan wawancara atau tanya jawab
langsung dengan karyawan koperasi yang berwenang dalam memberikan
informasi atau data yang diperlukan.
2. Metode Dokumenter
Teknik pengumpulan data dengan cara mengutip atau memperoleh data
melalui dokumen-dokumen serta catatan yang terdapat pada koperasi.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atu tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut
mengikuti sebaran normal dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
Kolmogrov Smirnov (Sumarsono, 2004: 42).
Dalam pengambilan keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti
a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi normal.
3.4.2. Asumsi Klasik
Persamaan umum linier berganda sebagai berikut : Persamaan regresi ini
harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan
keputusan uji-F dan uji-t tidak bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE
maka harus dipenuhi diantaranya 3 asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh
regresi linier yaitu :
1. Tidak boleh ada Multikollinieritas
2. Tidak boleh ada Autokorelasi
3. Tidak boleh ada Heterokedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator) sehingga pengambilan keputusan melalui uji-F dan uji-t menjadi bias.
a. Multikollinieritas
Multikolinieritas berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna)
antarvariabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesama variabel bebas sama dengan nol. Diagnosis secara sederhana terhadap
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel terikat.
b. Jika diantara dua variabel independen memiliki korelasi yang spesifik maka
di dalam model regresi tersebut terdapat multikolinieritas.
c. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dari lawannya (2)
variance inflation faktor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya
kolonieritas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum diapakai adalah nilai
VIF>10 maka terjadi multikolonieritas (Ghozali, 2006: 91).
b. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara data observasi yang diurutkan
berdasarkan waktu urut (time series) atau data yang diambil pada waktu
tertentu (data cross sectorial). Dalam konteks regresi, model regresi linier
mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam
disturbansi atau nilai pengganggu. Jadi uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)
c. Heterokedastistas
Heterokedastistas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2006: 105). Maksud dari penyimpangan
heteroskedastisitas adalah varians variabel dalam model tidak sama (konstan).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan
korelasi Rank Spearman antara residual dengan variabel independen.
- Apabila nilai signifikan hitung (sig) > dari tingkat signifikan α = 0,05
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
- apabila nilai signifikan hitung (sig) < dari tingkat signifikan α = 0,05
berarti terjadi heteroskedasitisitas (Santoso, 1999: 231).
3.4.3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam Regresi Linier Berganda adalah
dengan menggunakan Uji Normalitas, Uji-F dan Uji-T
B. Uji F
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis memiliki
tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang digunakan
model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis.
H0 : b1 = b2 = b3 = 0 (tidak ada kesesuaian model antara variabel X1, X2, X3
terhadap Y).
H1 : b1 = b2 = b3 ≠ 0 (ada kesesuaian model antara variabel X1, X2, X3
terhadap Y).
Kriteria pengujian sebagai berikut :
a. Jika nilai probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti
tidak ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3 terhadap Y.
b. Jika nilai probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti
pengaruh yang signifikan X1, X2, X3 terhadap Y.
C. Uji t
Untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh antar variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen digunakan uji t dengan
rumus sebagai berikut :
a. Hipotesis
H0 : b1 = b2 = b3 = 0 (Tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat).
H1 : b1 = b2 = b3 ≠ 0 (Terdapat pengaruh yang nyata variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikat).
Dimana i = 1, 2, 3
Level of signifikan (α ) = 0,05
b. Ketentuan pengujian :
1) Jika tingkat signifikan (p-value)> 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2) Jika tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
3.4.4. Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan Metode Statistik Regresi Linier Berganda
untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Rumus
)
el X
Yi = βu + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + ei……… (1
(Anonim, 2003: L-21)
Keterangan :
Yi = Sisa Hasil Usaha
X1 = Jumlah Anggota Koperasi
X2 = Jumlah Pinjaman
X3 = Jumlah Simpanan
X4 = Tambahan Modal
Β0 = Konstanta
1, 2, 3, 4 = Koefisien Regresi Variab
ei = Kesalahan Pengganggu
1 = 1, 2, 3, ………, n: pengamatan ke i sampai ke n
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Perusahaan
Secara geografis, desa ngingas terletak di Kecamatan Waru Sidoarjo,
Kabupaten Sidoarjo. Posisi yang sangat strategis membawa
keuntungan-keuntungan: arus informasi yang cepat, infrastruktur transportasi dan
telekomunikasi, kemudahan distribusi, dan sebagainya.
Sejarah berdirinya Koperasi ini dimulai ketika pada tahun 1932
berkembang industri rumah tangga produksi dari besai yang memproduksi
cangkul, sabit, clurit dan perlengkapan pertanian lainnya.
Karena jumlahnya makin banyak maka pada tahun 1951 dibentuklah
persatuan pengrajin besi Islam Indonesia (PII). Namun karena kurang berkembang
maka PII diganti menjadi Koperasi Pande Besi (Kopande) pada tahun 1955.
Perkembangan yang pesat dari kopande menuntut didirikannya Koperasi
Waru Buana Putra pada tahun 1978. perlu dikenang jasa para pendiri Koperasi
Waru Buana Putra sesuai dengan akta pendirian adalah : Bapak Ghozali Arief,
Bapak Moh. Abbas Abdul Kadir, Bapak Abdul Muchith BA, Bapak Abdul Salam,
Bapak Sueb Harun. Sejak itu Koperasi Waru Buana Putra terus berkembang
sampai saat ini.
4.1.2. Peranan Koprasi
Keberadaan Koperasi Waru Buana Putra di Ngingas diharapkan dapat
memberikan manfaat yang nyata bagi keberadaan pengusaha kecil di Ngingas,
khususnya bagi anggota Koperasi serta masyarakat di sekitar. Peranan koperasi
saat ini adalah:
1. Mensuplai kebutuhan bahan baku dan peralatan bagi anggota
2. Memberikan jasa pengarahan, konsultasi dan pelatihan bagi pengusaha kecil
3. Memproduksi alat-alat pertanian, komponen otomotif, komponen listrik,
komponen telepon, dan sebagainya
4. Memasarkan hasil produksi anggota dan non anggota
5. Menjadi mediator bisnis antara anggota dan pembeli (buyer)
6. Memberikan kredit atau bantuan modal kepada anggota dan masyarakat
disekitarnya
7. Menjadi pusat data dan informasi bagi anggota dan pihak-pihak lain yang
berkpeentingan.
4.1.2. Aktivitas Koperasi
Aktivitas koperasi yang telah berjalan dan berlanjut diantaranya sebagai berikut:
1. Peningkatan SDM Koperasi melalui kegiatan pelatihan, pemagangan, kursus
bagi anggota dan pengurus koperasi
2. Studi banding ke perusahaan-perusahaan besar untuk memperluas networking
dan menjalin kemitraan
3. Kerjasama dengan pihak swasta, perguruan tinggi, BUMN, serta
4. Penggalian modal baik secara intern maupun ekstern. Diantaranya melalui
simpanan anggota, dana sumbangan dan bantuan, pinjaman bank dan
seterusnya
5. Pembinaan pendampingan dan kosultasi bagi pengusaha kecil yang bekerja
sama dengan LPB Astra Waru
6. Usaha pertokoan dan perdagangan serta Unit Simpan Pinjam
7. Pemasaran produk anggota baik local maupun eksport.
8. Penawaran kerjasama (order proyek) alat-alat pertanian, alat perkakas eksport,
spare part sepeda motor ke beberapa perusahaan seperti: PLN, Telkom,
Dinas-Dinas Pemerintah terkait
9. Mengikuti pameran industri kecil baik secara local maupun nasional
10.Pengadaan bengkel dan workshop (Dies Centre) sebagai commond facility
pengusaha kecil di Ngingas.
11.Showroom untuk menampung produk anggota
12.Kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Logam Waru (ASPILOW) khususnya
dalam produksi DIES
13.Melaksanakan pertemuan keluarga besar Koperasi Waru Buana Putra
(pengurus, pengawas dan anggota) dengan tokoh masyarakat, tokoh pemuda,
tokoh alim ulama, para penjabat terkait, perbankan, murid-murid berprestasi
disekitar Ngingas Waru, tokoh pendidikan. “The Bing Family & Business
Gathering”
14.Pemberian santunan kepada anak-anak yatim piatu atau panti asuhan pada
15.Pemberian Bea Siswa kepada siswa kurang mampu berprestasi mulai tingkat
SD/Ibtidaiyah, SMP/Sanawiyah, SMU/Aliyah dan SMK pada bulan Julin
2008
4.1.3. Manajemen Koperasi
Sumber: Koperasi Waru Buana Putra 2009
4.1.4. Susunan pengurus
4.2. Penyajian Data
4.2.1. Deskripsi Variabel Jumlah Anggota (X1)
Jumlah anggota koperasi, yaitu banyaknya orang yang menjadi anggota
pada koperasi dan bersedia memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh koperasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai Jumlah
anggota koperasi sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Data Jumlah Anggota Koperasi Waru Buana Putra Tahun 1991 s/d 2008
No. Tahun Jumlah Anggota
Sumber : Koperasi Waru Buana Putra pada lampiran 1
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah anggota yang
paling banyak pada Koperasi Waru Buana Putra adalah pada tahun 1999 yaitu
sebesar 138 orang anggota. Pada tahun 2001 dan 2002 terjadi penurunan jumlah
anggota yang signifikan, hal ini disebabkan karena banyaknya anggota yang sudah
koperasi maka akan semakin banyak pula simpanan yang diperoleh dimana
simpanan tersebut akan digunakan oleh koperasi sebagai modal untuk
menjalankan kegiatannya. Sehingga semakin banyak simpanan maka akan
semakin banyak pula kegiatan yang dijalankan koperasi yang dapat
mempengaruhi peningkatan sisa hasil usaha yang akan diperoleh koperasi.
4.2.2. Deskripsi Variabel Jumlah Pinjaman (X2)
Jumlah pinjaman yaitu perhitungan banyaknya jumlah uang yang dipinjam
anggota koperasi berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai jumlah pinjaman dalam
koperasi sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Data Jumlah Pinjaman Koperasi Waru Buana Putra Tahun 1991 s/d 2008
No. Tahun Jumlah Pinjaman 1 1991 Rp 672.657.985