• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI LEMBAGA OMBUDSMAN PERWAKILAN LAMPUNG DALAM MENGAWASI PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK (Studi Pada Pelaksanaan PPDB di Kota Bandar Lampung Tahun 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI LEMBAGA OMBUDSMAN PERWAKILAN LAMPUNG DALAM MENGAWASI PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK (Studi Pada Pelaksanaan PPDB di Kota Bandar Lampung Tahun 2013)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Tahun 2013)

(Skripsi)

Oleh

THIO SANDIYUDA PRATAMA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

INSTITUTE IN MONITORING THE IMPLEMENTATION OF PUBLIC SERVICE

(Study in The Implementation of PPDB in Bandar Lampung 2013) BY

THIO SANDIYUDA PRATAMA

Ombudsman of Republic of Indonesia is a state agency that has the authority to supervise public service held by the State governments, including BUMN, BUMD, and BHMN, also enterprises and private entities or individuals who were given the task of holding certain public services. The purpose of this study is to analyze the strategy of Ombudsman Representative Lampung in monitoring the implementation PPDB in Bandar Lampung year 2013 and any obstacles that arise. This type of research used is descriptive research with qualitative approach. While the datacollection techniqueis done by interviews and documentation .

The results of the research: (1) strategies of Ombudsman Representative Lampung in monitoring the implementation of PPDB in Bandar Lampung year 2013 is (a) the policy of the organization in the form of a circular; (b) motivate employees is done through the provision of morale and also implementation of reward and punishment; (c) resource consisting of human and material resources in the form of infrastructure and financial is less support, but has strived to allocate the available resources to optimize the controlling. (2) the constraints that arise , are (a) the internal constraints , the lack of human resources and budget limitations; and (b) external constraints , lack of society participation and the arrogance of public servants.

Researchers recommend several things: (1) Ombudsman open the roving post; (2) Ombudsman do the socialization by making a banner in the strategic place; (3) Ombudsmanmore intensive in monitoring the implementation of PPDB; (4) Ombudsman Representative Lampung make recommendations to the Ombudsman of Indonesia Republic to be able to increase the amount of human resources, infrastructure and budgets; (5) Ombudsman dothe quick action for each agency or public servants who are not able to receive advice from the Ombudsman .

(3)

STRATEGI LEMBAGA OMBUDSMAN PERWAKILAN LAMPUNG DALAM MENGAWASI PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

(Studi PadaPelaksanaan PPDB di Kota Bandar Lampung Tahun 2013)

OLEH

THIO SANDIYUDA PRATAMA

Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMDdan BHMN serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publiktertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi Lembaga Ombudsman Perwakilan Lampung dalam mengawasi penyelenggaraan PPDB di Kota Bandar Lampung tahun 2013 dan kendala apa saja yang muncul. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini: (1) strategi Lembaga Ombudsman Perwakilan Lampung dalam mengawasi penyelenggaraan PPDB di Kota Bandar Lampung tahun 2013, adalah (a) kebijakan organisasi dalam bentuk surat edaran; (b) memotivasi pegawai dilakukan melalui pemberian semangat kerja serta penerapan rewarddan punishment; (c) sumber daya yang terdiri dari SDM dan sumber daya material berupa sarana prasarana dan financial kurang mendukung namun telah diupayakan untuk mengalokasikan berbagai sumber daya yang ada untuk mengoptimalkan pengawasan. (2) kendala-kendala yang muncul, adalah (a) kendala internal, kurangnya jumlah SDM dan keterbatasan anggaraan; dan(b) kendala eksternal, minimnya peran serta masyarakat dan arogansi pelayan publik.

Peneliti merekomendasikan beberapa hal, yaitu: (1) Ombudsman melakukan pembukaan posko keliling; (2) Ombudsman melakukan sosialisasi dengan membuat banner atau spanduk ditempat yang strategis; (3) Ombudsman lebih intensif dalam memonitoring pelaksanaan PPDB; (4) Ombudsman Perwakilan Lampung membuat rekomendasi kepada Ombudsman RI untuk dapat meningkatkan jumlah SDM, sarana prasarana dan anggaran; (5) Ombudsman melakukan tindakan yang cepat bagi setiap instansi atau para pelayan publik yang tidak dapat menerima saran dari Ombudsman.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Penulis bernama lengkap Thio Sandiyuda Pratama, lahir di Desa Babatan, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung pada tanggal 17 Mei 1992. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Irsan Dandi dan Ibu Yusnita. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis dimulai dari TK Satria diselesaikan tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2 Sukabumi Bandar Lampung diselesaikan tahun 2004, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, dan pendidikan sekolah menengah atas di SMA N 1 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2010.

(9)

Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia

tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.

(As-Sunnah Rasulullah SAW)

Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak

putus-putusnya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh,

bahkan ia menentramkan amarah ombak dan gelombang itu.

(Marcus Aurelius)

Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu,

mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat

rejeki melimpah.

(Kahlil Gibran)

.

Jadikanlah masa lalumu sebagai cermin untuk memperbaiki

masa depanmu.

(10)

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT...

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Mama & Papa tercinta

serta

Adikku tersayang

Terima kasih atas segala dukungan moril maupun

materil, pengorbanan, kesabaran,

semangat, dan do a

dalam menyongsong masa depanku.

Keluarga besar yang senantiasa memberikan

dukungan kepadaku

Naunganku HIMAGARA

Sahabat-sahabatku, Temanku, Adik, dan Kakak

Tingkatku Yang telah menjadi bagian dalam hidupku

(11)

Alhamdulillahirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Strategi Lembaga Ombudsman Perwakilan Lampung dalam Mengawasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik (Studi Pada Pelaksanaan PPDB di Kota Bandar Lampung Tahun 2013”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain:

(12)

penulis, yang sangat membantu Penulis dalam proses pembuatan skripsi ini. Mohon maaf atas kesalahan yang dilakukan penulis selama mengikuti proses bimbingan skripsi serta akademis.

3. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.sos., M.Si., selaku dosen penguji dan juga sebagai Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Terimakasih pak, atas motivasi, saran, dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak H. Drs. Agus Hadiawan, M.Si. Selaku Dekan FISIP Universitas Lampung.

5. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, Bu Indri, Bu Yayu, Bu Dian, Bu Novita, Bu Devi, Bu Intan, Bu Ani, Pak Nana, Pak Bambang, Pak Husnan, Pak Simon, Pak Fery, Pak Eko, Pak Samsul dan Pak Noverman, terimakasih atas segala ilmu yang telah penulis peroleh di kampus dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan penulis ke depannya.

6. Ibu Nuraini sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi dalam penyusunan skripsi ini.

(13)

semangat bagi peneliti untuk terus menyelesaikan skripsi ini. Papa yang selalu memberikan contoh yang baik dalam diam nya. Adek vika yang selalu membuat hari-hari yang membosankan dan lelah menjadi lebih berwarna dan menyenagkan.

9. Terima kasih untuk penyemangat, penolong dan pendampingku Erisa Tri Anggraini, berkat semangat dan pertolongan dalam mendampingiku semua dapat berjalan dengan baik.You are the angel for me.

10. Terima kasih untuk sahabat-sahabat sekaligus saudara-saudaraku Himagalau Desmon yang kosan nya selalu jadi persinggahan sejak semester 1, Abil yang selow terus dari awal kenal sampe sekarang, Woro yang OCD (Orow Celalu Dicakiti), Pandu yang selalu membantu dari dulu sampe titik darah penghabisan, Datas yang paling rajin pulkam, Yulia yang sekarang udah jadi pengusaha sukses di Bandar Lampung, Abdu yang akhirnya jadi temen galau skripsi bareng, Hadi Otnaw yang suka karokean bedua (lanjutkan), Topik (kuliah lagi pik), Ali Aldiano (sukses IPPSAnya), geng HIMAFAM Cahya, Rahma, Rana, Tasya, Putri, Maya Utami, sukses buat kita semua. Saudara seperjuangan dari SMA Daus, Anjas dan Nunu, semoga perjuangan kita akan terus berlanjut dan sukses bersama-sama.

(14)

Maritha, Shari, Jeni, Ani, Selly, Dora, Izal, Gideon, Wayan, yang sudah jadi teman selama kurang lebih 4 tahun ini, semoga bisa jadi teman di masa depan juga amin.

12. Senior-senior Administrasi Negara angkatan 1999-2009, terimakasih atas didikannya selama ini. Untuk adik-adik angkatan 2011-2014, terimakasih sudah menjadi bagian dalam perjalanan hidup di masa perkuliahan.

13. Kawan-kawan lintas jurusan dan lintas fakultas, Rere Akutansi 2010 (yang pernah menjadi bagian hidupnya Desmon), Aji Sosiologi 2010 (temen ngobrol yang enak di waktu senggang), Anis IP 2010 yang telah menjadi teman sharing tentang skripsi, Andria Sosiologi 2010 (temen geng subur makmur), Babas Hukum 2010 (terimakasih untuk bantuannya).

14. Seluruh Civitas Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara FISIP Unila. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penelitian dan yang telah menemani penulis selama kuliah di UNILA yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih semuanya.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, 1 Oktober 2014 Penulis

(15)

RIWAYAT HIDUP A. Konsep Tentang Strategi... 14

1. Definisi Strategi... 14

2. Tingkat-tingkat Strategi... 15

3. Tipe-tipe Strategi... 17

4. Manajemen Strategi... 19

5. Evaluasi Strategi... 25

B. Tinjauan Tentang Lembaga Negara... 31

1. Konsep Lembaga Negara... 31

2. Pembedaan Lembaga Negara... 32

C. Tinjauan Tentang Lembaga Sampiran(State Auxiliary Organs)... 35

1. Latar Belakang Munculnya Lembaga Sampiran35 (State Auxiliary Organs)...35

2. Pengertian Lembaga Sampiran(State Auxiliary Organs)... 36

D. Tinjauan Tentang Pengawasan... 37

1. Pengertian Pengawasan... 37

2. Fungsi Pengawasan... 39

3. Tujuan dari Fungsi Pengawasan... 43

4. Macam-macam Pengawasan... 43

5. Metode Pengawasan... 45

6. Prosedur Pengawasan... 47

(16)

B. Fokus Penelitian...53

C. Lokasi Penelitian...54

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data...55

1. Jenis Data...55

4. Fungsi, Tugas dan Wewenang Ombudsman...69

5. Tempat Kedudukan Susunan Keanggotaan Ombudsman Republik Indonesia...70

6. Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Lampung...71

7. Mekanisme dan Tata kerja Ombudsman RI perwakilan Lampung...72

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data... 74

1.Strategi Lembaga Ombudsman Perwakilan Lampung dalam mengawasi Penyelenggaraan PPDB pada tahun 2013... 74

a) Kebijakan dalam Bentuk Surat Edaran... 75

b) Memotivasi Pegawai... 93

c) Alokasi Sumber Daya (SDM dan Non-SDM)... 95

2. Kendala-kendala yang muncul dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik... 98

a) Kendala Internal... 99

b) Kendala Eksternal... 101

B. Pembahasan... 104

1. Ciri-ciri Strategi yang Efektif... 104

a) Konsistesi... 104

b) Penyesuaian Diri... 108

c) Penciptaan Nilai... 112

d) Potensi Diri... 113

(17)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 118 B. Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA

(18)

Tabel 1. Jumlah Laporan Berdasarkan Instansi Terlapor Terhitung Mulai

dari 1 Januari 2013 hingga 30 November 2013... 7

Tabel 2. Jumlah laporan berdasarkan klasifikasi Kabupaten/Kota terlapor terhitung mulai dari 1 Januari 2013 hingga 30 November 2013... 8

Tabel 3. Daftar Informan Penelitian... 57

Tabel 4. Daftar Dokemen Penelitian... 58

Tabel 5. Istilah-istilah Ombudsman di Dunia... 66

(19)

Gambar 1. Surat Edaran Ombudsman Republik Indonesia

No. 066/ORI-INT/IV/2013 Kepada Seluruh Perwakilannya

Di Indonesia... 76 Gambar 2. Kantor Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Lampung... 79 Gambar 3. Alur Penyelesaian Laporan/Pengaduan Ombudsman Republik

Indonesia... 81 Gambar 4. Investigasi langsung yang dilakukan Ombudsman ke SMA

Negeri 2 Bandar Lampung dan SMP Negeri 1

Bandar Lampung... 89 Gambar 5. Hasil pengawasan dan pemantauan PPDB tahun 2013-2014 oleh

(20)

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik (Sinambela dalam Pasolong, 2011:128). Pelayanan publik umumnya dibagi dalam dua kategori sesuai dengan tingkat kepentingan kebutuhan warga negara, yakni pelayanan publik primer dan pelayanan publik sekunder. Pelayanan publik primer merujuk pada semua jenis layanan baik pemerintah maupun swasta yang bersifat mutlak bagi setiap warga yang telah memenuhi syarat, terutama dari segi usia. Pemenuhan air bersih, listrik dan transportasi juga merupakan kebutuhan mutlak yang harus terpenuhi. Sedangkan pelayanan publik sekunder lebih kepada layanan yang tidak mutlak seperti hiburan, tata rias, dan lain-lain. Pelayanan publik ini sudah diterapkan diseluruh negara dan tidak terkecuali Indonesia. (Sumber: http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20080121032256 diakses pada 20 Desember 2013 Pukul 22.00)

(21)

KTP, Surat Izin Mengemudi (SIM), Sertifikat Tanah, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), mahalnya biaya menikah di KUA, sulitnya mendapatkan pendidikan yang baik dan bermutu, layanan kesehatan yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat dan segala permasalahan pelayanan publik yang dialami masyarakat (Syamsudin, 2009:19-24). Faktor utama yang menjadi penghambat dan masalah dalam pelayanan publik yang baik dapat dianalisa dari dua sisi, yakni birokrasi dan standar pelayanan publik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam tubuh pemerintah Negara Indonesia pada semua jenjang dan jenisnya memiliki struktur birokrasi yang panjang, besar dan berbelit. Hal ini mengakibatkan panjang dan berbelit-belit suatu urusan di sebuah lembaga penyedia layanan publik, yang tentu saja membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya tinggi.

Hal tersebut dipertegas oleh stigma dari World Bank, dalamWorld Development Report 2004 yang menyatakan bahwa layanan publik di Indonesia sulit diakses oleh orang miskin, dan menjadi pemicu ekonomi biaya tinggi (high cost economy) yang pada akhirnya membebani kinerja ekonomi makro, dengan kata lain membebani masyarakat. Keadaan ini diperburuk oleh mentalitas mayoritas aparat pemerintah yang masih feodalistik dan justru minta dilayani oleh rakyat. Sistem penggajian yang rendah pula sering menjadi pemicu setiap petugas negara menjalankan praktik yang mempersulit urusan dari anggota masyarakat yang berurusan dengan mereka. (Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2007/02/27/ 05594352/Mencermati-RUU-Pelayanan-Publik diakses pada 20 Desember 2013, Pukul 20:35)

(22)

memberikan pelayanan publik. Kemampuan dari suatu pelayanan publik dalam merespon dinamika yang terjadi dalam masyarakatnya secara tepat dan efisien akan sangat ditentukan oleh bagaimana misi dari birokrasi dipahami dan dijadikan sebagai basis dan kriteria dalam pengambilan kebijakan birokrasi itu. Birokrasi publik di Indonesia sering kali tidak memiliki misi yang jelas sehingga fungsi-fungsi dan aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi itu cenderung semakin meluas, bahkan kemudian menjadi semakin jauh dari tujuan yang dimiliki ketika membentuk birokrasi itu. Birokrasi pada pemerintahan sebagai penyelenggara pelayanan publik selalu dikeluhkan karena ketidak-efisien dan efektif, birokrasi sering kali dianggap tidak mampu melakukan hal-hal yang sesuai dan tepat, serta sangat merugikan masyarakat sebagai konsumennya.

Solusi dari pemasalahan-permasalahan tentang pelayanan publik ini yaitu dilaksanakannya reformasi pelayanan publik. Reformasi pelayanan publik ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja birokrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Reformasi pelayanan publik diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik serta memberi perlindungan bagi warga negara dari penyalahgunaan wewenang (abuse of power) dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah. Beberapa cara coba dilakukan pemerintah, salah satunya yaitu dengan membentuk Komisi Ombudsman Nasional (KON).

(23)

perlindungan hak masyarakat agar memperoleh pelayanan publik, keadilan dan kesejahteraan. Untuk lebih mengoptimalkan fungsi, tugas dan wewenang Komisi Ombudsman Nasional, perlu dibentuk undang-udang tentang Ombudsman Republik Indonesia sebagai landasan hukum yang lebih jelas dan kuat. Hal ini sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VI II/MPR/2001 dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang salah satunya memerintahkan dibentuknya Ombudsman dengan Undang-Undang. (Sumber: Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia)

(24)

Ombudsman Republik Indonesia dituntut untuk bersifat mandiri dalam mengemban fungsi mengawasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Menurut Osting (dalam Syamsuddin, 2009:73), kemandirian lembaga Ombudsman meliputi 3 (tiga) aspek yaitu secara institusional (kelembagaan), secara fungsional dan secara pribadi. Independen secara institusional menunjukan bahwa lembaga Ombudsman sama sekali bukan bagian dari institusi negara dan tidak diawasi oleh kekuasaan negara. Artinya kedudukan lembaga Ombudsman harus berdiri sendiri sebagai sebuah lembaga negara, bukan bagian dari suatu kekuasaan, agar lembaga ini leluasa dalam menjalankan tugasnya. Adapun independen secara fungsional berarti bahwa lembaga Ombudsman tidak boleh diintervensi atau diperintah oleh tekanan manapun. Sedangkan independensi pribadi adalah bahwa untuk dapat menjadi seorang Ombudsman, seseorang itu haruslah sosok yang terpercaya.

(25)

Wewenang yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah jelas memberikan kesempatan bagi para aparatur negara melakukan pelanggaran pelayanan publik. Demi mencegah hal tersebut maka Ombudsman Republik Indonesia berhak untuk membuat perwakilannya disetiap daerah guna memaksimalkan kinerja Ombudsman Republik Indonesia. Bentuk dari perwakilannya itu bisa berupa Ombudsman perwakilan di daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota dan dipimpin oleh seorang kepala perwakilan. Pada tahun 2012 lalu, Ombudsman Republik Indonesia secara resmi membuka dan mendirikan perwakilannya di Provinsi Lampung. Berdirinya Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Lampung ini diharapkan dapat mengatasi permasalah-permasalahan pelayanan publik yang terjadi di Provinsi Lampung.

(26)

Tabel 1. Jumlah Laporan Berdasarkan Instansi Terlapor Terhitung Mulai dari 1 Januari 2013 hingga 30 November 2013

No Instansi Terlapor Total Persentase

7 Badan Pertanahan Nasional 1 1%

8 Perbankan 3 3%

(Sumber: Laporan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Lampung tahun 2013)

(27)

Tabel 2. Jumlah laporan berdasarkan klasifikasi Kabupaten/Kota terlapor terhitung mulai dari 1 Januari 2013 hingga 30 November 2013

No Klasifikasi Kabupaten/Kota Terlapor Total Persentase

1 Bandar Lampung 45 41%

8 Tulang Bawang Barat 0 0%

9 Mesuji 6 6%

(Sumber: Laporan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Lampung tahun 2013)

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah laporan yang diterima oleh Ombudsman sudah diklasifikasikan kedalam beberapa Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Jumlah laporan yang masuk ke Ombudsman berdasarkan wilayahnya ini mayoritas berasal dari Kota Bandar Lampung. Terhitung 45 laporan untuk Kota Bandar Lampung dari 109 laporan yang masuk ke Ombudsman. Artinya, sekitar 41% laporan yang masuk ke ombudsman berasal dari Kota Bandar Lampung.

(28)

ragam, mulai dari klarifikasi, investigasi, mediasi, adjudikasi, rekomendasi, melengkapi data, saran, hingga pelimpahan ke Pusat. Kemudian, dari hasil wawancara dengan saudari Atika yang merupakan anggota dari Ombudsman RI Perwakilan Lampung menyatakan bahwa jumlah laporan terbesar yang masuk berdasarkan instansi terkait ini yaitu tertuju pada Dinas Pendidikan Kota Bandar sebagai terlapor. Dari 45 laporan yang masuk untuk wilayah Kota Bandar Lampung, 13 diantaranya ditujukan untuk Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung. Laporan tersebut didasarkan karena beberapa waktu lalu Dinas Pendidikan melakukan perubahan sistem dalam penerimaan murid baru, sistem tersebut diberinama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

(29)

Publik diwajibkan untuk mengawasi penyelenggaraan PPDB agar berjalan sebagaimana mestinya guna menciptakan penyelenggaraan yang bersih, transparan, akuntabel dan tidak merugikan masyarakat.

Pada kenyataannya saat ini justru PPDB menuai banyak permasalahan seperti masih maraknya pungli, website yang digunakan terkadang bermasalah dan kuota yang tidak sesuai dengan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Ombudsman RI Perwakilan Lampung mendapatkan 13 laporan masyarakat secara langsung terkait empat permasalahan dalam Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, yaitu terkait pemutakhiran database PPDB Online, persyaratan usia masuk SD, 50% kuota untuk bina lingkungan, dan kuota 5% untuk calon siswa dari luar Kota Bandar Lampung. Keseluruhan permasalahan diatas semua terangkum dalam konteks penyelenggraan PPDB pada Tahun 2013. Jumlah laporan ini terbilang serius dan harus segera ditanggapi oleh Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung mengingat bahwa kegiatan PPDB ini akan selalu dilangsungkan disetiap tahunnya. (http://www.bandarlampungnews.com/index.php?k=politik&i=15840 diakses pada tanggal 5 Febuari 2014 Pukul 21:45)

(30)

penyelenggaraan PPDB tahun 2013 (Sumber: http://www.kupastuntas.co.id/? page=berita&no=747814 Januari 2014 Pukul 13.24).

Ombudsman RI Perwakilan Lampung dituntut untuk menyusun dan menentukan strategi apa yang akan digunakan dalam menanggapi masalah-masalah pelayanan publik yang ada. Strategi yang dibuat tersebut diharapkan dapat membantu Ombudsman mencapai tujuan. Hal tersebut dikarenakan strategi menurut Jauch & Glueck (dalam Akdon, 2011:13) merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi organiasi dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama organisasi dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Maka dari itu strategi dianggap penting dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena nya Ombudsman sebagai lembaga yang berfungsi untuk mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik diperlukan pula suatu strategi yang tepat untuk mengawasi penyelengaraan atau jalannya pelaksanaan PPDB khususnya dikota Bandar Lampung.

(31)

permasalahan terkait penyelenggaraan pelayanan publik khusnya pada penyelenggaraan PPDB. Dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dimasyarakat tersebut, Ombudsman dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat untuk melakukan pengawasan terhadap pelayanan publik. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti ingin mengkhususkan untuk menjabarkan strategi yang digunakan oleh lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Lampung dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik serta kendala-kendala apa saja yang muncul dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik studinya pada Pelaksanaan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana strategi Lembaga Ombudsman Perwakilan Lampung dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik khususnya pada pelaksanaan PPDB di Kota Bandar Lampung tahun 2013?

(32)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis strategi Lembaga Ombudsman Perwakilan Lampung dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik khususnya pada pelaksanaan PPDB di Kota Bandar Lampung tahun 2013

2. Menganalisis kendala-kendala yang muncul dalam mengawasi penyelnggaraan pelayanan publik khususnya pada pelaksanaan PPDB di Kota Bandar Lampung tahun 2013

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Secara akademis hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi studi Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai manajemen strategi.

2. Secara praktis penelitian ini mampu memberikan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah Provinsi Lampung dan setiap instansi yang memberi pelayanan publik serta Ombudsman yang sewaktu-waktu membutuhkan informasi tambahan.

(33)

A. Tinjauan Tentang Strategi

1. Definisi Strategi

Kata strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani strategos atau streteus dengan kata jamak strategi. Strategos sendiri memiliki generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang (Salusu, 2006 :84). Penggunaan kata Strategos itu dapat diartikan sebagai perencanaan dan pemusnahan musuh-musuh dengan menggunakan cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki (Brecker dalam Heene dkk, 2010:53)

(34)

eksekutif, manajer, kepala atau ketua, direktur, pejabat senior dan junior, pejabat tinggi, menengah, dan rendah. Hal ini harus dihayati karena strategi dilaksanakan oleh setiap orang pada setiap tingkat.

Berdasarkan penjelasan diatas, strategi merupakan suatu seni dalam menyusun rencana suatu organisasi untuk memastikan tujuan yang ingin dicapai tersebut dapat tercapai dengan baik dan terlaksana dengan efektif. Strategi yang diciptakan diharapkan dapat disesuaikan dengan lingkungan internal ataupun eksternal organisasi. Strategi yang mampu menyesuaikan antara kemampuan dan sumber daya organisasi dengan lingkungannya dapat dipastikan mampu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2. Tingkat-tingkat Strategi

Merujuk pada pandangan Higgins (Salusu, 2006:101) menjelaskan adanya empat tingkatan strategi. Keseluruhannya disebut Master Strategy, yaitu: enterprise strategy, corporate strategy, business strategydanfunctional strategy.

1. Enterprise Strategy

(35)

menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

2. Corporate Strategy

Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut Grand Strategyyang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan apa yang menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita mengendalikan bisnis itu, tidak semata-mata untuk dijawab oleh organisasi bisnis, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit. Apakah misi universitas yang utama? Apakah misi yayasan ini, yayasan itu, apakah misi lembaga ini, lembaga itu? Apakah misi utama direktorat jenderal ini, direktorat jenderal itu? Apakah misi badan ini, badan itu? Begitu seterusnya.

Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru dijawab bisa fatal. Misalnya, kalau jawaban terhadap misi universitas ialah terjun kedalam dunia bisnis agar menjadi kaya maka akibatnya bisa menjadi buruk, baik terhadap anak didiknya, terhadap pemerintah, maupun terhadap bangsa dan negaranya. Bagaimana misi itu dijalankan juga penting. Ini memerlukan keputusan-keputusan stratejik dan perencanaan stratejik yang selayaknya juga disiapkan oleh setiap organisasi.

3. Business Strategy

(36)

memperoleh keuntungan-keuntungan stratejik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.

4. Functional Strategy

Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi fungsional yaitu:

a. Strategi fungsional ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan.

b. Strategi fungsional manajemen, mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision making, representing,danintegrating.

c. Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah.

Tingkat-tingkat strategi itu merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi isyarat bagi setiap pengambil keputusan tertinggi bahwa mengelola organisasi tidak boleh dilihat dari sudut kerapian administratif semata, tetapi juga hendaknya memperhitungkan soal kesehatan organisasi dari sudut ekonomi.

3. Tipe-Tipe Strategi

(37)

sama. Ada beberapa strategi yang digunakan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Kooten dalam Salusu (2006:104-105), tipe-tipe strategi meliputi :

1) Corporate Strategy(Strategi Organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisatif strategi yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu mengenai apa yang dilakukan dan untuk siapa.

2) Program strategy(Strategi Program)

Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari suatu program tertentu. Kira-kira apa dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan (apa dampaknya bagi sasaran organisasi).

3) Resource Support Strategy(Strategi Pendukung Sumber Daya)

Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.

4) Institusional Strategy(Strategi Kelembagaan)

Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisatif strategi.

(38)

mencakup bagaimana organisasi memulai tahapan pengenalan program-programnya kepada masyarakat dengan bentuk sosialisasi. Sehingga dengan begitu dampak dari terkenalnya organisasi ini yaitu masyarakat mengetahui dan mengenal lebih jauh untuk lebih memahami dan ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan organisasi tersebut.

4. Manajemen Strategi

Manajemen strategi memberikan pengaruh terhadap jalannya organisasi dan bagaimana kontribusinya terhadap keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Kehadiran manajemen strategi dalam khasanah ilmu menajemen merupakan isu penting yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang dengan memperhatikan berbagai unsur yang dimiliki oleh organisasi. Manajemen strategi adalah cara yang akan dilakukan para penyusun strategi menentukan tujuan dan membuat keputusan strategik sehingga tujuan dan sasarannya tercapai (Akdon, 2011:7).

Sasaran manajemen strategi adalah meningkatkan kualitas organisasi, efisiensi penganggaran, penggunaan sumber daya, kualitas evaluasi program dan pemantauan kinerja serta kualitas pelaporan. Pada intinya manajemen strategi adalah memilih alternatif strategi yang terbaik bagi organisasi atau perusahaan dalam segala hal guna mendukung jalannya suatu organisasi atau perusahaan. Organisasi dan perusahaan harus melakukan manajemen strategi secara terus-menerus dan fleksibel sesuai dengan tuntutan dan kondisi di lapangan.

(39)

manajemen puncak yang mengelompokkan dan mengorientasikan semua kegiatan dan fungsi yang ada pada organisasi serta terfokus untuk diaktualisasikanya agenda strategik dari organisasi tersebut. Adapun tujuan dari manajemen strategi adalah untuk menciptakan afektivitas jangka panjang organisasi. Kemudian menurut Poister dalam Heene dkk, 2010:76) manajemen strategi mengintegrasikan semua proses manajemen lainnya dengan tujuan mengembangkan diri berdasarkan pendekatan yang sistematis, rasional, dan efektif dalam menentukan tujuan dari organisasi, kemudian mengaktualisasikan, memantau dan mengevaluasinya..

Akdon (2011:277) merumuskan bahwa manajemen strategi adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategi antar fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuannya masa datang. Dengan demikian, manajemen strategi itu terdiri dari tiga macam proses manajemen yaitu pembuatan strategi, penerapan strategi, dan atau kontrol terhadap strategi. Pembuatan strategi meliputi pengembangan misi dan tujuan jangka panjang, pengidentifikasian peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan pada organisasi, pengembangan alternatif strategi meliputi penentuan sasaran operasional tahunan, dan penentuan strategi yang sesuai untuk diaplikasikan.

(40)

koreksi bila diperlukan. Selanjutnya, dalam proses manajemen strategi ini, peneliti hanya berfokus pada penerapan strategi. Karena, strategi dalam penelitian ini mengarah pada komponen-komponen yang ada dalam proses pelaksanaan strategi.

Proses pelaksanaan strategi harus mengintegrasikan komponen-komponen yang mendukung jalannya pelaksanaan strategi tersebut. Komponen-komponen tersebut meliputi: kebijakan organisasi, memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber daya (SDM dan Non SDM) agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan (Akdon, 2011:277). Komponen tersebut yang akan digunakan sebagai alat analisis untuk strategi Lembaga Ombudsman RI Perwakilan Lampung dalam mengawasi penyelenggaraan PPDB. Adapun penjelasan dari komponen tersebut, yaitu :

1. Kebijakan Organisasi

Strategi merupakan garis besar atau pedoman pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi tersebut maka strategi memerlukan persepsi dan tekanan khusus dalam bentuk kebijakan. Kebijakan sendiri menurut Akdon (2011:154) adalah pedoman pelaksanaan tindakan-tindakan tertentu. Berdasarkan buku SAKIP LAN-RI dalam Akdon (2011:155) disebutkan bahwa elemen penting dalam menyikapi kebijakan adalah kemampuan untuk menjabarkan strategi ke dalam kebijakan-kebijakan yang cocok, dapat dilaksanakan, dan tidak hanya baik secara teoritis. Kebijakan organisasi dapat berupa tindakan, cara/langkah, program-program dan kegiatan-kegiatan organisasi.

(41)

oleh Ombudsman Perwakilan. Sistem Kinerja Akuntansi Instansi Pemerintah (SAKIP) dalam Akdon (2011:155), program didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan yang dihimpun dalam satu kelompok yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk mencapai tujuan dan sasaran. Program dapat dikatakan sebagai terjemahan strategi ke dalam tugas operasional yang mencakup ruang lingkup cukup luas, waktu yang memadai, cukup komprehensif, dan memiliki rincian yang cukup detail (Salusu, 2006:435). Artinya program merupakan penjabaran secara rill tentang langkah-langkah yang diambil untuk mengimplementasikan strategi organisasi.

2. Memotivasi Pegawai

Menurut Hasibuan (2005:92) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan. Artinya motivasi mempersoalkan bagaimana caranya menggerakkan daya dan potensi seseorang supaya mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Pentingnya memotivasi pegawai karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku pegawai supaya mau bekerja giat dan antusias dalam mencapai hasil yang maksimal.

(42)

Terkait dengan alat motivasi dalam bentuk reward, menurut Hasibuan (2005:99) dibagi menjadi tiga kategori yakni :

(a) Material insentif merupakan alat motivasi yang diberikan berupa uang atau barang yang mempunyai nilai pasar, memberikan kebutuhan ekonomis;

(b) Nonmaterial insentif merupakan alat motivasi yang diberikan berupa barang atau benda yang tak ternilai, hanya memberikan kepuasan atau kebanggaan rohani saja;

(c) Kombinasi material dan nonmaterial insentif merupakan alat motivasi yang diberikan berupa material dan nonmaterial, memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan atau kebanggaan rohani.

3. Alokasi Sumber Daya

(43)

Sedangkan menurut Silalahi (2011:261) sumber daya bukan manusia atau sumber daya material adalah berbagai fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian tujuan. Walaupun manusia menjadi elemen penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi tetapi jika tidak didukung oleh sumber daya material yang memadai maka tujuan yang sudah ditetapkan tidak akan tercapai secara optimal. Sumber daya material itu dapat berupa sumber daya finansial dan sumber daya fisik (sarana dan prasarana). Menurut Silalahi (2011:262) sarana dan prasarana merupakan sumber daya fisik yang dibutuhkan untuk mendukung efisiensi dan efektivitas kerja suatu organisasi. Sedangkan, finansial merupakan modal yang diperlukan untuk membiayai aktivitas, baik untuk persediaan sumber daya material maupun membayar upah tenaga kerja.

Pada dasarnya strategi yang telah disusun ke dalam berbagai alokasi sumber daya harus diimplementasikan. Pelaksanaan strategi ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana dalam mencapai outcome organisasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan strategi merupakan langkah yang krusial dalam proses strategi. Oleh sebab itu, pelaksanaan suatu strategi adalah sesuatu yang sangat peka, menuntut kehati-hatian, dan bahkan pada saat penyusunan alternatif dilakukan sudah harus dipertanyakan bagaimana melaksanakan alternatif itu.

(44)

membutuhkan dukungan, disiplin, motivasi dan kerja keras dari semua pihak. Sebab, menurut Salusu (2006:411) bahwa dalam suatu implementasi terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhinya dan faktor-faktor tersebut harus dikendalikan dengan baik.

5. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka menjadi pengendalian strategi. Pengendalian atas strategi dapat dikatakan merupakan suatu bentuk dari pengendalian arah dari suatu tujuan. Biasanya ada selisih waktu cukup besar antara implementasi awal suatu strategi dan pencapaian hasil yang diinginkan. Selama waktu itu, investasi dilakukan dan sejumlah proyek dan tindakan dilaksanakan untuk mengimplementasikan strategi. Juga, selama waktu itu terjadi perubahan-perubahan baik dalam situasi lingkungan maupun dalam situasi intern perusahaan/organisasi. Pengendalian strategi diperlukan untuk mengemudikan perusahaan/organisasi melalui peristiwa-peristiwa. Mereka harus menyediakan landasan untuk menyesuaikan tindakan dan arah perusahaan dalam mengimplementasikan strateginya di tengah-tengah perkembangan dan perubahan.

(45)

kepentingan strategi ketika tindakan tersebut dilaksanakan dan ketika hasil akhir masih beberapa tahun lagi baru tercapai.

Pada saat melakukan evaluasi strategi, perlu direnungkan bersama bahwa pada dasarnya tidak terdapat satu pun tolak ukur absolut untuk menilai apakah sebuah strategi yang telah direalisasikan itu sudah baik atau mungkin belum baik. Setiap strategi tak lain adalah persepsi spesifik dari suatu tim manajemen mengenai bagaimana cara terbaik yang akan ditempuh untuk menghadapi kendala-kendala yang telah diantisipasikan. Walaupun demikian ada beberapa ciri tertentu yang dapat menjadi indikator terhadap efektifitas dari suatu strategi. Menurut Rumelt dalam Heene dkk (2010:186), ciri-ciri tersebut dapat dirinci menjadi empat kriteria menyeluruh, menyangkut :

1. Konsistensi. Suatu strategi tidak diperkenankan sedikit pun untuk merumuskan berbagai perencanaan sasaran maupun langkah-langkah operasional yang serba inkonsisten;

2. Penyesuaian diri. Suatu strategi harus senantiasa memberikan respons adaptif atas munculnya kendala-kendala dari lingkungan internal maupun eksternal organisasi;

(46)

4. Potensi diri. Suatu strategi harus senantiasa tidak diperkenankan menilai secara berlebihan terhadap sarana-sarana yang tersedia ataupun merekayasa kreasi-kreasi baru yang justru sulit ditangani.

Seperti juga proses pengawasan pada umumnya, proses evaluasi dan kontrol strategi dimulai dari menentukan apa yang harus diukur, menetapkan standar kinerja, melakukan pengukuran, dan bila tidak sesuai dengan harapan, kita melakukan tindakan koreksi. Adapun tahapan atau proses dalam evaluasi strategi yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan apa yang harus diukur

(47)

Analisis Rasio (Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Leverage Ratio, dan lain-lain), Return Employed, Earning Per Share, dan lain-lain tetap kita lakukan, tapi kita tambah dengan analisis lain seperti aspek pelanggan, aspek stakeholder, aspek SDM (melalui konsep Balanced Score Card, dan lain-lain). Standar biasanya mengukur apa hasil-hasil kinerja yang bisa diterima. Dalam penetapan standar ini, biasanya termasuk juga menetapkan rentang toleransi dimana deviasi dapat diterima. Standar hendaknya dibuat tidak hanya untuk hasil akhir, tapi juga hasil-hasil yang terjadi dalam proses. Dalam manajemen pengawasan, sekali lagi kita bersinggungan dengan istilah bencmarking di mana kita perlu merujuk pada kinerja yang unggul dari satu aspek oleh pemimpin industri.

2. Melakukan pengukuran atas kinerja aktual

Pengukuran harus dilakukan pada waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Misalnya setiap tiga bulan sekali misalnya dengan menggunakan atau mengadakan rapat. Dorongan akan dirasakan pada rapat-rapat evaluasi tersebut, di mana biasanya para manajer dalam situasi formal akan terdorong untuk menyajikan yang terbaik, sehingga menjalankan aktivitasnya yang terbaik pula.

3. Membandingkan Kinerja Aktual dengan Standar yang Dibuat

Jika kinerja aktual berada diluar rentang toleransi, maka tindakan yang harus diambil untuk mengoreksi deviasi tersebut. Hal-hal berikut harus menjadi pegangan, yaitu ;

(48)

b. Apakah proses yang sedang dijalankan memang tidak tepat?

c. Apakah proses yang dilakukan sesuai dengan pencapaian dari standar yang telah ditetapkan?

Tindakan koreksi yang dibuat diharapkan tidak hanya sekedar memperbaiki atau mengoreksi penyimpangan, tapi yang paling penting lagi adalah agar kesalahan itu tidak pernal terulang kembali.

Mengevaluasi strategi pada dasarnya merupakan sebuah seni tersendiri. Oleh sebab itu pengendalian strategi perlu dibagi menjadi beberapa jenis agar dapat membedakan berdasarkan jenisnya. Menurut Pearce dan Robinson (2011:479) terdapat empat jenis dasar pengendalian strategi :

1. Pengendalian premis/asumsi

Setiap strategi didasarkan pada landasan-landasan pemikiran perencanaan tertentu. Pengendalian asumsi dirancang untuk memeriksa secara sistematik dan berkesinambungan apakah asumsi yang mendasari strategi itu masih berlaku. Jika asumsi yang vital tidak lagi berlaku maka strategi mungkin harus diubah. Makin cepat asumsi yang tidak berlaku lagi dapat diketahui dan ditolak, makin besar kesempatan menyiapkan perubahan strategi.

2. Pengendalian atas implementasi

(49)

dimutasi. Sumber daya dimobilisasi. Dengan kata lain, para manajer mengimplementasikan strategi dengan dengan mengubah rencana-rencana umum menjadi tindakan-tindakan dan hasil yang konkrit dan bertahap dari setiap unit dan perseorangan. Pengendalian implementasi adalah bentuk pengendalian strategi yang harus dilakukan ketika suatu peristiwa berlangsung. Pengendalian implementasi dirancang untuk menilai apakah strategi keseluruhan perlu diubah dengan melihat hasil-hasil dan berbagai tindakan yang mengimplementasikan strategi total.

3. Pengamatan strategi

Berdasarkan sifatnya, pengendalian asumsi dan pengendalian implementasi adalah pengendalian yang terfokus, sedangkan pengawasan strategi ini bersifat tidak terfokus. Pengawasan strategi dirancang untuk memantau beragam peristiwa di dalam dan di luar perusahaan/organisasi yang mungkin sekali mempengaruhi jalannya strategi.

4. Pengendalian peringatan khusus

Pengendalian peringatan khusus adalah pemikiran kembali terhadap strategi perusahaan secara mendalam dan seringkali cepat akibat adanya kejadian tak terduga yang mendadak.

(50)

yang terjadi pada landasan pemikirannya kemudian melakukan tidakan atau keputusan yang tepat.

B. Tinjauan Tentang Lembaga Negara 1. Konsep Lembaga Negara

Lembaga negara bukan konsep yang secara terminologi memiliki istilah tunggal dan seragam. Kata lembaga negara berasal dari serapan kata staatsorgan dalam bahasa Belanda atau political institutions dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, hal ini identik dengan kata lembaga negara, badan negara, atau bisa juga disebut dengan organ negara (Prihantoro, 2010:13). Menurut UUD 1945 (dalam Fauzan, 2010:299) terdapat delapan buah organ negara yang mempunyai kedudukan yang secara langsung menerima kewenangan konstitusional dari UUD, yaitu (1) Dewan Perwakilan Rakyat; (2) Dewan Perwakilan Daerah; (3) Majelis Permusyawaratan Rakyat; (4) Badan Pemeriksa Keuangan; (5) Presiden dan Wakil Presiden; (6) Mahkamah Agung; (7) Mahkamah Konstitusi; (8) Komisi Yudisial. Dalam perkembangannya di Indonesia dikenal tidak hanya lembaga negara yang sudah disebutkan tadi, tetapi dikenal juga adanya lembaga- lembaga negara mandiri.

(51)

(KY), Komisi Ombudsman Nasional (KON), Komisi Hukum Nasional (KHN), Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi Kejaksaan, Komisi Kepolisiian dan sebagainya. Lembaga negara mandiri tentunya berbeda kedudukannya dengan lembaga negara yang dasar kewenangannya diberikan oleh UUD 1945. Menjadi persoalan ketika ada lembaga negara yang dasar kewenangannya UUD 1945 tetapi penyebutannya berbeda dibandingkan dengan lembaga negara yang lain, yaitu Komisi Yudisial.

2. Pembedaan Lembaga Negara

Ketentuan UUD 1945 menyebut secara langsung maupun tidak langsung terdapat tiga puluh empat lembaga negara. Menurut Asshidiqie (dalam Prihantoro, 2010:17), ketiga puluh empat lembaga negara tersebut dapat dibedakan dari dua segi, yaitu :

1) Pembedaan dari Segi Hierarkhi

Hierarkhi antar lembaga negara itu penting untuk ditentukan, karena harus ada pengaturan mengenai perlakuan hukum terhadap orang yang menduduki jabatan dalam lembaga negara tersebut. Untuk itu, ada dua kriteria yang dapat dipakai yaitu kriteria hierarkhi bentuk sumber normatif yang menentukan kewenangannya dan kualitas fungsinya yang bersifat utama atau penunjang dalam sistem kekuasaan negara.

(52)

dan organ lapis ketiga adalah lembaga daerah. Adapun organ konstitusi pada lapis pertama adalah :

a) Presiden dan Wakil Presiden b) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) c) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

d) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) e) Mahkamah Konstitusi (MK)

f) Mahkamah Agung (MA)

g) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Organ lapis kedua disebut dengan lembaga negara, ada yang mendapatkan kewenangan dari UUD, dan adapula yang mendapatkan kewenangan dari undang-undang. Lembaga yang mendapatkan kewenagan dari UUD misalnya Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara, sedangkan lembaga yang sumber kewenangannya berasal dari undang-undang misalnya, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Penyiaran Indonesia, dan Komisi Pemberantasan Tindak Pindana Korupsi. Kedudukan kedua jenis lembaga tersebut disebandingan satu sama lain, hanya saja, lembaga negara yang kewenangannya berasal dari UUD lebih kuat dibandingan lembaga negara yang kewenangannya bersumber dari undang-undang. Lembaga negara sebagai organ konstitusi lapis kedua itu adalah :

a) Menteri Negara

(53)

d) Komisis Yudisial

e) Komisi Pemilihan Umum f) Bank Sentral

Kategori ketiga adalah organ konstitusi yang termasuk kategori lembaga negara yang bersumber kewenangannya berasal dari peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang, misalnya Komisi Hukum Nasional yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden. Artinya, keberadaannya secara hukum hanya berdasar atas kebijakan Presiden belaka (Precidential Policy). Selain itu, ada pula lembaga-lembaga daerah yang diatur dalam BAB IV UUD 1945 tentang pemerintah daerah, yaitu :

a) Pemerintah Daerah Provinsi b) Gubernur

c) DPRD Provinsi

d) Pemerintah Daerah Kabupaten e) Bupati

f) DPRD Kabupaten g) Pemerintah Daerah Kota h) Walikota

i) DPRD Kota

2) Pembedaan dari Segi Fungsi

(54)

keduanya, lembaga-lembaga negara tersebut dapat dibedakan menjadi tiga ranah (domain), yaitu kekuasaan eksekutif atau pelaksana, kekuasaan legislatif dan fungsi pengawasan serta kekuasaan kehakiman atau fungsi yudisial.

Dalam cabang kekuasaan eksekutif atau pemerintah negara, ada presiden dan wakil presiden yang merupakan suatu kesatuan institusi kepresidenan. Dalam cabang kekuasaan kehakiman, meskipun lembaga pelaksana atau pelaku kekuasaan kehakiman itu ada dua, yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, tetapi disamping keduanya ada pula Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas martabat, kehormatan dan perilaku hakim. Keberadaan fungsi Komisi Yudisial ini bersifat penunjang (auxiliary) terhadap cabang kekuasaan kehakiman. Komisi ini bukanlah lembaga penegak hukum, tetapi merupakan lembaga penegak etika kehakiman. Sedangkan dalam fungsi pengawasan dan kekuasaan legislatif, terdapat empat organ atau lembaga, yaitu Dewan Pewakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Badan Pemeriksa Keuangan. Sementara itu, di cabang kekuasaan yudisial, dikenal pula adanya tiga lembaga, yaitu Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.

C. Tinjauan tentang Lembaga Sampiran (State Auxiliary Organs)

(55)

(council), komisi (comission), badan (board), atau otorita (authority). Ryaas Rasyid (dalam Prihantoro,2010 : 22) mengatakan bahwa :

“Fenomena menjamurnya komisi negara memberi kesan bahwa Indonesia berada dalam keadaan darurat karena pelbagai institusi yang ada selama ini tidak berperan serta berjalan efektif sesuai ketatanegaraan dan konstitusi. DPR belum mampu menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja lembaga negara yang berada dibawah lembaga eksekutif. Di sisi lain, lembaga kuasi negara adalah terobosan sekaligus perwujudan ketidakpercayaan rakyat dan pimpinan negara terhadap lembaga kenegaraan yang ada”.

Jawaban yang berbeda dikemukakan oleh Andi Mallarangeng, menurutnya keberadaan keberadaan lembaga negara kuasi adalah jawaban alamiah proses ketatanegaraan modern terhadap strukutr trias politica. Dalam perkembangan bernegara ternyata tidak cukup hanya lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Hal ini disebabkan karena minimnya mekanisme akuntabel horizontal antar lembaga tersebut (Andi Mallarangeng dalam Prihantoro, 2010 : 22). Sebagian kalangan masyarakat justru menilai lahirnya lembaga sampiran yang sebagian besar berfungsi sebagai pengawas kinerja lembaga negara merupakan bentuk ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga pengawas yang telah ada, khususnya terhadap institusi penegak hukum. Selain itu, pembentukan lembaga-lembaga independen ini didorong oleh kenyataan bahwa birokrasi pemerintah tidak lagi dapat memenuhi tuntutan kebutuhan publik akan pelayanan umum dengan standar mutu yang semakin meningkat, efektif dan efisien.

2. Pengertian Lembaga Sampiran (State Auxuliary Organs)

(56)

sebagai lembaga negara independen. Aismow (dalam Prihantoro, 2010: 23) mengemukakan bahwa lembaga negara independen adalah units of government created by statute to carry out spesific tasks in implementing the statute. Most administrative agencies fall in the excecutive branch, but some Important agencies are independent. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Asshidiqie (dalam Prihantoro 2010: 24) yang mengatakan bahwa state auxuliary agiency sebagai self regulatory agencies atau independent supervisory bodies, yaitu lembaga-lembaga regulatif, administratif, dan fungsi penghukuman yang biasanya dipisahkan tetapi justru dilakukan secara bersamaan oleh lembaga-lembaga baru tersebut.

Di beberapa negara, state auxuliary agiency ini juga menjadi organ konstitusi, misalnya di Afrika Selatan dan Thailand. Dalam Pasal 181 ayat (1) konstitusi Afrika Selatan, menyebutkan ada Human Right Commisions, Commission for the Promotion and Protection of the Right of Cultural, Relegious and Linguistic Communities, Commision for Gender Equality, dan Electorial Commision. Sedangkan di Thailand, pasal 75 konstitusinya Thailand mengatur bahwa negara wajib menyediakan anggaran bagi komisi negara independen, seperti : Election Comission, Ombudsmen, National Human Right Comission, National Counter Corruption Comission,danState Audit Commison(Prihantoro, 2010: 24).

D. Tinjauan Tentang Pengawasan 1. Pengertian Pengawasan

(57)

performance of hissubordinates to correspond as closely as possible to choses plants, orders, objectives, or policies, yang artinya pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengatahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah ditentukan. Jelasnya, pengawasan harus berpedoman terhadap :

1. Rencana (planning) yang telah diputuskan, maksudnya fungsi pengawasan harus terbit dahulu direncanakan dan diputuskan, sehingga fungsi pengawasan dapat berjalan.

2. Perintah (order) terhadap pelaksanaan pekerjaan.

3. Tujuan. Pengawasan dilakukan agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dapat terselenggara.

4. Kebijaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Reksohadiprodjo (2000:63) pengawasan adalah usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana. Pengawasan menjadikan siklus fungsi manajemen lengkap dan membawa organisasi ke perencanaan. Sedangkan menurut Terry dalam Hasibuan (1986:223):

“controlling can be defined as the process of determining what is to be accompished, that is the standard, what is being accompished, that is the performance, evaluating the performance, and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity with the standard.”

(58)

menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. Proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan rencana dan melakukan tindakan perbaikan jika terjadi penyimpangan-penyimpangan supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana.

Sujamto (1983:19) mendefinisikan pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Jadi, pada intinya pengawasan tidak hanya berfungsi untuk menilai apakah sesuatu itu berjalan ataukah tidak, akan tetapi termasuk tindakan koreksi yang mungkin diperlukan maupun penentuan sekaligus penyesuaian standar yang terkait dengan pencapaian tujuan dari waktu ke waktu. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa pengawasan merupakan suatu proses tindakan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi. Pengawasan dalam konteks organisasi yaitu proses yang dilakukan untuk menilai suatu pelaksanaan kerja guna mendukung pencapaian hasil yang diharapkan suatu organisasi.

2. Fungsi Pengawasan

(59)

sebelumnya, menentukan apakah tedapat penyimpangan dan tingkat signifikasi dari setiap penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sumber daya organisasi diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sumber daya organisasi dipergunakan secara efektif fa dan efisien dalam pencapaian tujuan organisasi. Tisnawati dan Saefullah (Suada, 2010:17-20) menjelaskan mengenai fungsi pengawasan dalam praktik, antara lain:

1. Pengawasan berdasarkan proses kegiatan

Terdapat tiga jenis fungsi pengawasan yang pada umumnya dilakukan menejeman di organisasi, terutama yang terkait dengan faktir waktu dalam menjalankan fungsi penagwasan, yaitu pengawasan awal, pengawasan proses, dan pengawasan akhir. Pengawasan awal dilakukan biasanya untuk memastikan apakah seluruh faktor input produksi telah sesuai dengan standar ataukah tidak. Pengawasan proses merupakan pengawasan yang dilakukan pada saat sebuah proses tengah berlangsung. Ketika seluruh faktor input produksi telah sesuai dengan standar, maka pengawasan proses pada dasarnya dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh pengerjaan organisasi dijalankan sesuai dengan rencana dan prosedur kerja yang telah ditetapkan, serta memastikan bahwa seluruh perangkat pendukung berjalan sebagaimana mestinya. Pengawasan akhir merupakan pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan sesuatu, yaitu untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh pada saat pengerjaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di awal dan proses yang telah dikerjakan.

(60)

Penagwasan internal adalah pengawasan yang dilakukan secara mandiri oleh setiap pekerja terhadap tugas yang dibebankan terhadapnya. Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan terhadap seseorang atau bagian oleh orang lain atau oleh bagian diluar bagian yang diawasi (biasanya bagian yang lebih tinggi).

3. Pengawasan Berdasarkan fungsi operasional dalam manajemen

Berdasarkan fungsi operasional dari manajemen, penagwasan juga dibagi menjadi pengawasan di bagian sumber daya manusia, penagwasan di bagian informasi dan keuangan, pengawasan di bagain operasional atau prosuksi, dan pengawasan di bagain pemasaran.

a) Pengawasan di bagian Sumber Daya Manusia

(61)

dalam memahami bagaimana SDM dapat diawasi dan dikendalikan. Kunci pokok tersebut adalah motivasi, kepuasan dan kepemimpinan.

b) Pengawasan dibagian informasi

Pengawasan di bidang informasi bertugas untuk memastikan apakah setiap informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan/organisasi setiap saat dapat tersedia ataukah tidak.

c) Pengawasan di bagian keuangan

Bagian keuangan merupakan salah satu bagian yang memegang peranan penting dalam kegiatan perusahaan/organisasi. Secara sederhana kegiatan di bagian keuangan adalah kegiatan yang menyangkut penyediaaan sumber-sumber dana tersebut. Fungsi pengawasan dalam kegiatan keuangan tentunya perlu senantiasa dilakukan. Selain untuk memastikan apakah berbagai kewajiban keuangan telah dipenuhi.

d) Pengawasan di bagian pemasaran

(62)

kegiatan perusahaan. Dalam hal ini, pengawasan dilakukan langsung kepada masyarakat.

e) Pengawasan di bagian operasi atau produksi

Secara garus besar, manajemen operasi atau produksi adalah kegiatan yang menyangkut dari mulai bagaimana rencana prosuksi dirumuskan hingga akhir yang dihasilkan sampai ke tangan konsumen/masyarakat.

3. Tujuan dari Fungsi Pengawasan

Dalam suatu organiasi atau lembaga, diharuskan untuk memiliki tujuan atau visi yang jelas. Demi keberhasilan visi yang ingin dicapai, maka organiasi harus menciptakan misi yang tepat sebagai upaya dalam mencapai tujuan organiasi. Tidak terkecuali pada tujuan dari fungsi pengawasan. Griffin (Su’ada, 2010:20-21) menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan dari fungsi pengawasan.

1. Adaptasi lingkungan

(63)

disebabkan terjadinya berbagai perubahan di lingkungan yang dihadapi organisasi.

2. Meminimumkan kegagalan

Tujuan kedia dari fungsi pengawsan adalah untuk meminimumkan kegagalan. Ketikan organsasi melakukan kegiatan, organisasi berharap agar kegagalan seminimal mungkin.

3. Meminimumkan biaya

Tujuan ketiga dari fungsi pengawasan adlah untuk meminimumkan biaya. Fungsi pengawasan melalui standar tertentu dapat meminimumkan kegagalan.

4. Antisipasi kompleksitas organisasi

Tujuan terakhir dari fungsi pengawasan adalah agar organisasi dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks. Fungsi pengawasan disini mempunyai peran penting untuk mejamin bahwa kompleksitas dalam organisasi dapat diantisipasi dengan baik.

4. Macam-macam Pengawasan

Penting dilakukan suatu pengawasan dalam suatu instansi pemerintahan, satuan kerja/satuan organisasi Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen untuk mencapai tujuan, maka dalam hal pengawasan diklasifikasikan macam-macam pengawasan (Handayaningrat, 1982:144) yaitu:

(64)

Pengawasan dari dalam, berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat/unit pengawasan yang dibentuk didalam organisasi itu sendiri. Aparat petugas ini bertindak atas nama Pimpinan Organsasi. Aparat/unit pengawasan ini bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh Pimpinan Organisasi. Data-data dan informasi ini dipergunakan oleh pimpinan untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Hasil pengawasan ini dapat pula digunakan dalam menilai kebijaksanaan pimpinan.

b. Pengawasan dari luar organisasi (Exsternal Control)

Pengawasan exsternal berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat/unit pengawasan dari luar organisasi itu. Aparat unit pengawasan dari luar organisasi itu adalah aparat pengawasan yang bertindak atas nama atasan dari pimpinan organisasi tersebut.

c. Pengawasan Preventif

Arti dari pengawasan preventif adalah penagwasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud dari pengawasan ini adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan/kesalahan dalam pelaksanaan.

d. Pengawasan Repressif

(65)

5. Metode Pengawasan

Metode dimaksudkan agar setiap pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya mempunyai hasil yang sempurna dengan mencapai efisiensi, kualitas pekerjaannya dan keseragaman hasil yang diharapkan. Menurut Handayaningrat (1982:147), metode pengawasan antara lain :

a. Pengawasan langsung

Pengawasan langsung adalah apabila aparat pengawasan melakukan pemerikasaan langsung pada tempat pelaksanaan pekerjaan, baik dengan sistem inspektif, verifikatif maupun sistem investigatif. Metode ini dimaksudkan agar segera dapat dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Pengawasan tindak langsung

Pengawasan tidak langsung adalah apabila aparat penagwasan melakukan pemerikasaan pelaksanaan pekerjaan hanya melalui laporan-laporan yang masuk padanya. Laporan-laporan tersebut dapat berupa uraian kata-kata, deretan angka-angka atau statistik yang berisi gambaran atas hasil kemajuan yang telah tercapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

c. Pengawasan formal

(66)

d. Pengawasan informal

Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui saluran formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal biasanya dilakukan dengan melalui kunjungan tidak resmi.

e. Pengawasan administratif

Dalam pengawasan ini meliputi bidang keuangan, kepegawaian dan material.

f. Pengawasan teknis

Pengawasan teknis adalah pengawasan terhadp hal-hal yang bersifat fisik. Pengawasan ini dilakukan untuk mengukur standar kualitas, standar kuantitas yang dilakukan secara langsung (on the spot) dengan seorang ahli langsung mengetahui apakah hasil pelaksanaannya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

6. Prosedur Pengawasan

Prosedur adalah proses untuk mengatahui apa yang harus dikerjakan yaitu berupa langkah-langkah atau tahap-tahap pelaksanaan tugas. Prosedur pengawasan menurut Handayaningrat (1982:156) adalah sebagai berikut :

1. Observasi, pemeriksaan dan pemeriksaan kembali

(67)

juga untuk mengadakan penilaian baik terhadap dirinya maupun terhadap bawahannya. Oleh karena itu, observasi sebaliknya direncanakandan dilakukan secara sistematis. Dalam observasi itu akan menimbulkan adanya hubungan pribadi yang berulang-ulang. Akan tetapi, hubungan pribadi saja tidak cukup, karena dalam observasi tidak mungkin dapat menjangkau semua pekerjaan yang dilakukan. Inilah yang merupakan suatu kesukaran adanya pembatasan dalam prosedur pengawasan dengan observasi yang berulang-ulang. Maksud dan tujuan observasi yang terakhir adalah sistem dari pada pemeriksaan atau peninjauan kembali apa yang telah dilakukan. Peninjauan kembali adalah sama dengan pemeriksaan tetapi menitikberatkan kepada faktor-fakor yang bersifat kualitatif bukan yang bersifat kuantitatif.

2. Pemberian contoh

Pemberian contoh penting bagi pemimpin, karena pemimpin sering menjumpai suatu pemberian contoh yang akan dapat membantu hasil daripada pengawasan. Hal ini karena pemberian contoh daripada pemimpin biasanya akan menjadi norma dari suatu kelompok bawahan untuk diikuti. Jadi, kesimpulannya adalah apa yang dikerjakan oleh pemimpin seharusnya juga dikerjakan pula oleh bawahannya dan sebaliknya, pimpinan akan segera menindak terhadap bawahannya kalau ia sendiri tidak dapat mengerjakannya.

3. Pencatatatn dan pelaporan

(68)

pembuktian. Suatu organisasi yang baik dan telah menyadari pentingnya catatan dan laporan ini telah menyediakan anggaran tersendiri untuk mempelajari dan menerapkan sistem pencatatan dan prosedur daripada pelaporan dengan mengurangi biaya dari pos lain yang kurang penting.

4. Pembatasan wewenang

Dalam hal bawahan mempunyai wewenang yang melebihi dari pda wewenang yang telah ditentukan, maka perlu adanya suatu pembatasan agar tidak terjadi penyimpangan.

5. Menentukan peraturan, perintah dan prosedur

Dalam menentukan peraturan, perintah dan prosedur pengawasan, pimpinan mempunyai peranan yang penting dalam pengawasan tugas rutin dan dapat mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik daripada pelaksanaan yang dilakukan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi.

6. Anggaran

Anggaran adalah rencana yang merupakan alat daripada pimpinan untuk dilaksanakan. Anggaran ini merupakan suatu petunjuk untuk mengembangkan dan memajukan organisasi dan juga merupakan suatu alat penilaian suksesnya suatu rencana. Pengawasan melalui anggran adalah suatu pembatasan daripada kegiatan yang menjadi ruang lingkupnya.

7. Sensor

Gambar

Tabel 1. Jumlah Laporan Berdasarkan Instansi Terlapor Terhitung Mulai
Tabel 2. Jumlah laporan berdasarkan klasifikasi Kabupaten/Kota terlapor
Tabel 3. Daftar Informan Penelitian
Tabel 4. Daftar Dokemen Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil olah data lapangan didapatkan hasil penilaian yang dilakukan oleh para wisatawan berupa 40% wisatawan menilai bahwa variasi atraksi yang terdapat di Taman

Berkaitan dengan visi sanggar yakni ingin menciptakan karya seni yang mampu menjadi ciri khas kesenian Kulon Progo, Sanggar Singlon memiliki karya Musik Krumpyung yang

12 Dengan demikian, motivasi dari pedagang dalam pandangan Islam melakukan kegiatan usaha (ekonomi), yaitu: (a) Berdasarkan ide keadilan Islam sepenuhnya,

Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau memengaruhi variabel lainnya. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi; 1) Motivasi adalah pemberian

Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode role playing pada mata pelajaran sistem peredaran

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Pengaruh Tenaga Kerja dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Industri

Setelah tahap perencanaan dan penganggaran, dilakukan pelaksanaan perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas Kota Bekasi dengan cara menyusun

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa SMK Muhammadiyah 1 Tempel Sleman memanfaatkan media elektronik untuk