• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Penerangan Jalan Umum Solar Cell Dengan Penerangan Jalan Umum Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Penerangan Jalan Umum Solar Cell Dengan Penerangan Jalan Umum Konvensional"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

“PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS

PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL

DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL”

(Studi Terhadap Penerangan Jalan Umum Di Jalan Ir.H Juanda Medan)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Energi listrik

OLEH :

DANIEL BIMBINGAN LIMBONG

NIM: 080402065

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

(2)

“PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS

PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL

DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL”

(Studi Terhadap Penerangan Jalan Umum Di Jalan Ir.H Juanda Medan)

OLEH :

NAMA : DANIEL BIMBINGAN LIMBONG

N I M : 080402065

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada tanggal 21 bulan Mei tahun 2014 di depan Penguji : 1. Ir. Edi Warman, M.T : Ketua Penguji

2. Ir. Syamsul Amin, M.S : Anggota Penguji

Diketahui oleh : Disetujui oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro Pembimbing Tugas Akhir

(3)

ABSTRAK

Energi konvensional seperti gas alam, batubara, dan minyak bumi masih

menjadi sumber energi utama PLN (Perusahaan LIstrik Negara). Cadangan

sumber energi yang semakin menipis dan besarnya biaya yang diperlukan untuk

mendapatkan sumber energi menjadi pertimbangan untuk mulai mencari dan

mengeksplorasi sumber energi lain. Dan didapatlah energi lain itu yaitu Energi

matahari yang murah dan akan selalu ada setiap ada matahari.

Solar cell atau sel surya merupakan salah satu alat yang memanfaatkan

energi matahari dan mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik.

Keunggulan dari solar cell yaitu dapat membangkitkan tenaga listrik dimana saja

yang disinari cahaya matahari. Dan karena keunggulannya itu, solar cell mulai

diaplikasi sebagai pembangkit listrik sendiri untuk Penerangan Jalan Umum

(PJU).

Adanya perbedaan material/komponen penerangan jalan ketika solar cell

diaplikasikan pada penerangan jalan umum dengan penerangan jalan umum

konvensional. Karena hal tersebut, sehingga membuat ada kemungkinan

perbedaan hal teknis dan ekonomis terhadap PJU Solar Cell dengan PJU

Konvensional. Maka dengan itu, penulis melakukan penelitian terhadap perbedaan

tersbut dimana obyek penelitian dilakukan terhadap penerangan jalan umum di

jalan Ir. H Juanda medan.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus

Kristus atas segala berkat dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul :

“PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS

PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL

DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL”

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk Ibuku (Marlince br

Sigalingging) yang telah sendirian membesarkan penulis dengan kasih sayang

yang tak ternilai harganya, dan abang-abangku (Fredrik Arianto Limbong S.Pd,

Dicky Prima Limbong, Maraden Limbong S.T) yang telah banyak memberikan

motivasi beserta materi agar penulis dapat meneyelesaikan tugas akhir ini, serta

adikku (Reni Sepriatin br Limbong) yang telah banyak menghibur dan

memotivasi penulis dalam kesehariannya, . Tak lupa juga kepada semua keluarga

dan orang-orang yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam proses

penyelesaian Tugas Akhir ini.

Selama masa kuliah sampai penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis juga

banyak mendapat dukungan, bimbingan, maupun bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya

(5)

1. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro, FT-USU dan merangkap sebagai Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan membantu

Penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Masykur Sjani, M.T selaku Dosen Wali Penulis selama

menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara yang juga

banyak memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di

Departemen Teknik Elektro FT-USU.

3. Bapak Rahmat Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik

Elektro, FT-USU.

4. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU.

5. Bapak Ir.H.Zulkifli Sitepu, M.M sebagai kepala Dinas Pertamanan Kota

Medan yang telah mengizinkan penulis untuk meneliti dan mengambil

data PJU Konvensional dan PJU Solar cell di jalan Ir.H Juanda Medan.

6. Pak Sugiharto dan Pak Siregar sebagai pegawai Dinas Pertamanan yang

telah merelakan waktunya untuk diwawancarai dan menemani untuk

mengambil data-data yang diperlukan untuk membantu penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Semua rekan-rekan 2008 di Fakultas Teknik Elektro USU, Andre,

Yohannes, Junedy, Raja, Frederick, Dedi, Elvis, Jean, Pryandi, Juned,

William, Antonius, John, Basten, Herianto, Army, Rizky, Hisar, Basofi,

Ellis, Christian, Darminton, dll yang telah banyak membantu dan

(6)

8. Tri Oktaviani Br Bagariang yang telah banyak menemani, menghibur dan

memotivasi penulis dalam pengerjaan tugas akhir ini.

9. Pak Mustofa dari P.T Fokus Indo Lighting yang sedikit banyak

memberikan pencerahan tentang intalasi penerangan jalan umum ketika di

Kalimantan Selatan.

10.Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Penulis

mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

penyempurnaan isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan ini

bermanfaat bagi Pembaca.

Medan, Mei 2014

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

I.3 Batasan Masalah ... 3

I.4 Metode Penulisan ... 4

I.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sumber Energi ... 7

II.1.1 Sumber Energi PJU Konvensional ... 7

II.1.2 Sumber Energi PJU Solar Cell ... 8

II.2 Sel Surya (Photovoltak) ... 9

II.3.1 Klasifikasi Sel Surya ... 10

II.3.2 Struktur dan Mekanisme Konversi Energi Matahari .. 11

II.3.5 Masalah Umum Sel Surya ... 13

(8)

II.3.2 Ketentuan Kualitas Pencahayaan ... 21

II.3.2 Jenis Dan Kualitas Lampu PJU ... 22

II.3.3 Sistem Penerangan dan Pemasangan Armatur ... 25

II.4 Barang Publik ... 26

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi Penelitian ... 30

III.2 Data-Data Yang Dibutuhkan ... 30

III.3 Metode Penelitian Dan Pengumpulan Data ... 31

III.4 Diagram Alir (Flowchart) Penelitian ... 32

III.5 Teori Analisa Data ... 33

III.5.1 Analisa Teknis ... 33

III.5.1,1 Lampu dan Penerangan... 34

III.5.1,2 Tiang dan Stang Ornament ... 39

III.5.1,4 Penghantar Listrik ... 40

III.5.1,5 Pembatas dan Pengaman Listrik ... 42

III.5.1,6 Perencanaan PJU Solar Cell... ... 43

III.5.2 Analisa Ekonomi ... 48

III.5.2,1 Biaya Investasi ... 48

III.5.2,2 Biaya Operasional ... 48

III.5.2.3 Biaya Perawatan ... 50

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Kondisi Eksisting PJU di Jalan Ir H Juanda Kota Medan ... 53

IV.4.1 Jenis Tiang dan Kemiringan Stang Ornament ... 53

IV.2 Perhitungan Daya Lampu Penerangan ... 54

IV.3 Perhitungan Pembatas Dan Pengaman Listrik ... 58

IV.4 Penghantar Listrik ... 60

IV.5 Material Penerangan Jalan Umum Solar Cell ... 63

IV.6 Perhitungan Ekonomis PJU ... 68

IV.6.1 Biaya Investasi ... 68

IV.6.2 Biaya Operasional ... 71

IV.6.3 Biaya Perawatan ... 73

IV.7 Analisa Perbandingan Dengan Break Even Point (BEP) ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... . 79

LAMPIRAN 1 Harga TDL (Tarif Dasar Listrik) Tahun 2013 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia ... 82

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Klasifikasi Sel Surya ... 10

Gambar 2.2 Desain dan Ilustrasi Struktur Sel Surya ... 13

Gambar 2.3 Penempatan Lampu Penerangan ... 19

Gambar 2.4 Penempatan Lampu PJU di Kiri/Kanan Jalan di Jalan Dua Arah 20 Gambar 2.5 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berselang- seling di Jalan Dua Arah ... 21

Gambar 2.6 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berhadapan di Jalan Dua Arah ... 21

Gambar 2.7 Penempatan Lampu PJU di Median Jalan di Jalan Dua Arah 21 Gambar 2.8 Armatur PJU ... 25

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian ... 33

Gambar 3.2 Perhitungan Iluminasi Metode Titik ... 36

Gambar 3.3 Perencanaan Penerangan Jalan Umum ... 39

Gambar 4.1 Tiang PJU Lengan Ganda pada jalan Ir.H Juanda Medan .. 54

Gambar 4.2 Perbedaan Warna Cahaya Lampu PJU Solar Cell dengan PJU Konvensional ... 55

Gambar 4.3 Pengukuran intensitas penerangan dengan Light Meter ... 58

Gambar 4.4 Diagram Grup Daya Box APP ... 60

Gambar 4.5 Kabel NYFGbY ... 62

Gambar 4.6 Photovoltaik Terbuat Dari Sel Surya Silicon Poli-Crytalline 64 Gambar 4.7 Konstruksi Panel Surya... 64

(11)

Gambar 4.9 Solar Charge Controller ... 67

Gambar 4.10 Kurva Break Even Point untuk PJU Solar Cell dengan PJU

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Materi bumi yang Teradiasi Matahari ... 8

Tabel 2.2 Rasio Kemerataan Pencahayaan ... 17

Tabel 2.3 Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan ... 18

Tabel 2.4 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan ... 20

Tabel 2.5 Kualitas Pencahayaan Normal ... 21

Tabel 2.6 Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut .... Karakteristik dan Penggunaannya ... 24

Tabel 2.7 Jenis Barang Berdasarkan Sifatnya ... 27

Tabel 3.1 Efisiensi Penerangan dari Armatur Penerangan Langsung (PJU) Melalui Perhitungan Indeks Ruang (k) ... 38

Tabel 4.1 Data Kondisi Eksisting PJU ... 53

Tabel 4.2 Data Penerangan/Lampu PJU ... 55

Tabel 4.3 Data Pengukuran Intensitas Penerangan ... 58

Tabel 4.4 Kemeratan Iluminasi dan Luminansi ... 58

Tabel 4.5 Data Pembatas Daya MCB (Mini Circuit Breaker) ... 59

Tabel 4.6 Data Penghantar Listrik PJU ... 60

Tabel 4.7 Data Panel Surya ... 63

Tabel 4.8 Data Baterai ... 65

Tabel 4.9 Data Solar Charge Controller ... 67

(13)

Tabel 4.11 Harga Keseluruhan Material dalam satu Tiang dari PJU solar Cell

... 70

Tabel 4.12 Biaya Beban ... 71

Tabel 4.13 Biaya Pemakaian Listrik... 71

Tabel 4.14 Biaya Operasional per Tahun ... 72

Tabel 4.15 Umur Material PJU Konvensional ... 73

Tabel 4.16 Umur Material PJU Solar Cell ... 74

Tabel 4.17 Biaya Pengeluaran PJU Konvensional Sampai pada Tahun ke-10 ... 76

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peraturan Pemerintah Daerah Kota Medan Terhadap Pajak

(15)

ABSTRAK

Energi konvensional seperti gas alam, batubara, dan minyak bumi masih

menjadi sumber energi utama PLN (Perusahaan LIstrik Negara). Cadangan

sumber energi yang semakin menipis dan besarnya biaya yang diperlukan untuk

mendapatkan sumber energi menjadi pertimbangan untuk mulai mencari dan

mengeksplorasi sumber energi lain. Dan didapatlah energi lain itu yaitu Energi

matahari yang murah dan akan selalu ada setiap ada matahari.

Solar cell atau sel surya merupakan salah satu alat yang memanfaatkan

energi matahari dan mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik.

Keunggulan dari solar cell yaitu dapat membangkitkan tenaga listrik dimana saja

yang disinari cahaya matahari. Dan karena keunggulannya itu, solar cell mulai

diaplikasi sebagai pembangkit listrik sendiri untuk Penerangan Jalan Umum

(PJU).

Adanya perbedaan material/komponen penerangan jalan ketika solar cell

diaplikasikan pada penerangan jalan umum dengan penerangan jalan umum

konvensional. Karena hal tersebut, sehingga membuat ada kemungkinan

perbedaan hal teknis dan ekonomis terhadap PJU Solar Cell dengan PJU

Konvensional. Maka dengan itu, penulis melakukan penelitian terhadap perbedaan

tersbut dimana obyek penelitian dilakukan terhadap penerangan jalan umum di

jalan Ir. H Juanda medan.

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis energi adalah masalah yang sangat fundamental di Indonesia,

khususnya masalah energi listrik. Energi listrik merupakan energi yang sangat

diperlukan bagi manusia modern. Di Indonesia bukan hal baru jika listrik tiba-tiba

padam apalagi khususnya kota medan, semua kegiatan yang ada terhenti seketika.

Salah satu usaha yang dilakukan adalah pemanfaatan sumber energi baru, dimana

sumber energi tersebut haruslah yang berkelanjutan, berjumlah besar, dan ramah

terhadap lingkungan sekitarnya. Karena hal tersebut, maka mulaialah

memanfaatkan energi (sinar) matahari sebagai sumber energi pembangkit tenaga

listrik.

Untuk mengkonversikan sinar matahari menjadi energi listrik secara

langsung dibutuhkan suatu alat yang dinamakan Sel Surya (Solar Cell).

Pemakaian solar cell sebagai pembangkit energi listrik bisa dikatakan tidak

menghasilkan polusi, baik polusi udara maupun polusi terhadap lingkungan

sekitarnya. Dan karena bahan bakunya juga melimpah di bumi ini terutama di

Indonesia.

Berdasarkan pertimbangan ini, nampaknya mengkonversi energi dari sinar

matahari menjadi energi listrik akan menjadi sumber energi utama Indonesia

dimasa mendatang, khususnya bila sumber-sumber energi konvensional (batubara,

minyak bumi dan gas bumi) yang digunakan oleh PLN (Perusahaan Listrik

(17)

sumber-sumber energi konvensional akan sangat terbatas, maka harga sumber

energi konvensional tersebut akan terus semakin tinggi. Karena hal tersebut,

permintaan pasar terhadap solar cell pun akan semakin tinggi, sehingga para

pencipta/ilmuwan berusaha untuk mulai mencari tahu, membuat jenis solar cell

yang lebih baik dan ekonomis dari jenis solar cell sebelumnya. Lalu para

pengusaha akan berlombah-lomba untuk memasarkan dan menjual solar cell,

sehingga harga solar cell akan jauh lebih murah.

Selanjutnya energi listrik yang dihasilkan dari solar cell dapat digunakan

untuk berbagai penggunaan. Seperti yang digunakan untuk sumber energi lampu

pada penerangan jalan umum pada jalan Ir.H Juanda di kota Medan. Tetapi

material-material yang digunakan ketika solar cell diaplikasikan pada penerangan

jalan umum sangat berbeda dengan material-material yang digunakan pada

penerangan jalan umum konvensional, sehingga ada kemungkinan perbedaan hal

teknis dan ekonomis terhadap PJU Solar Cell dengan PJU Konvensional. Karena

perbedaan itu menyebabkan ada kelebihan dan kekurangan ketika memakai salah

satu jenis penerangan jalan umum, maka penulis melakukan penelitian dengan

cara meneliti hal teknis dan ekonomis penerangan jalan umum solar cell, lalu

melakukan perbandingan dari sisi teknis dan ekonomis terhadap penerangan jalan

umum konvensional.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Mengetahui ketentuan dan Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam

(18)

3

2. Mengetahui berbagai hal teknis dari merancang dan instalasi penerangan

jalan umum solar cell dan konvensional.

3. Mengetahui perhitungan besaran biaya investasi, operasional, dan

perawatan untuk penerangan jalan umum solar cell dan penerangan jalan

umum konvensional

4. Mengetahui kelebihan, kekurangan dan perbedaan penerangan jalan umum

solar cell terhadap penerangan jalan umum konvensional.

Adapun manfaat penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Menjadi informasi dan pengetahuan dalam pengembangan studi akan

globalisasi terhadap penghematan energi dan pengembangan energi

terbarukan dan berkelanjutan.

2. Menjadi referensi untuk instalasi penerangan jalan umum yang sesuai SNI

(Standar Nasional Indonesia) yang berlaku.

3. Dapat menjadi referensi bagi Pemerintah kota Medan dalam upaya

penghematan energi, dan Dinas Pertamanan Medan penghematan biaya

rekening listrik melalui Penerangan Jalan Umum.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penyusunan tugas akhir perbandingan teknis dan

ekonomis terhadap penggunaan penerangan jalan umum solar cell dengan

penerangan jalan umum konvensional:

1. Penerangan jalan umum yang diteliti hanya untuk penerangan jalan umum

di jalan Ir.H Juanda medan yang menggunakan solar cell dan sistem

(19)

2. Hal teknis dari penerangan jalan umum solar cell dan konvensional yang

dihitung atau dianalisis meliputi sistem penerangannya, pengaman dan

pembatas listrik, penghantar listrik, dan kapasitas material.

3. Hal ekonomis dari penerangan jalan umum solar cell dan konvensional

yang dihitung atau dianalisis meliputi biaya investasi, biaya operasional,

dan biaya perawatan.

4. Hanya membahas untuk penggunaan solar cell terhadap penerangan jalan

umum dan tidak membahas pembuatan solar cell ataupun material lainnya.

1.4 Metode Penulisan 1. Studi Literatur

Studi literatur meliputi pengumpulan pustaka dari buku, jurnal, maupun

dari media seperti internet yang berhubungan dengan solar cell (sel

surya), penerangan jalan umum, biaya ekonomi teknik dan serta mata

kuliah yang terkait.

2. Pengumpulan Data

Adapun pengambilan data dilakukan dengan mengambil data-data

penerangan jalan umum dari Jalan Ir.H Juanda, medan.

3. Analisa dan Perhitungan

Setelah data yang dibutuhkan diperoleh, maka dilakukan analisa sesuai

dengan teori yang ada

4. Pembuatan Laporan Melakukan penulisan yang merupakan hasil akhir dari

(20)

5

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman pembaca pada penulisan tugas akhir ini,

penulis membagi tugas akhir menjadi lima (5) bab, dan tiap bab terdiri dari sub

bab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan sehingga membentuk topik:

ABSTRAK

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan,

dan sistematika penulisan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang sumber energi (energi konvensional dan

energi matahari), teori umum solar cell (struktur dan mekanisme kerja

solar cell, klasifikasi solar cell, masalah umum solar cell), ketentuan

dan standar instalasi penerangan jalan, barang publik

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang lokasi, diagram alir penelitian beserta metode

pengumpulan & penelitan data. Dan teori analisis teknis, teori analisis

ekonomis PJU solar cell dan konvensional.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memberikan data-data PJU solar cell dan PJU konvensional di

Jalan Ir.H Juanda Medan dan menjelaskan analisa perhitungan teknis

(21)

dan konvensional beserta perbandingannya dengan SNI Penerangan

Jalan

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran dari penyusunan laporan skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

(22)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Energi

Sumber energi merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan

sebagai penghasil tenaga atau bahan bakar untuk berbagai macam kehidupan

manusia dipermukaan bumi.

2.1.1 Sumber Energi PJU Konvensional

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata konvensional

berasal dari konvensi yang artinya kesepakatan yang dilakukan berdasarkan

kebiasaan, adat atau kelaziman. Sehingga PJU Konvensional bisa disebut

penerangan jalan yang dibuat seperti biasanya (kata seperti biasanya berarti PJU

yang dibuat sebelum muncul PJU jenis lain (seperti PJU solar cell. PJU

konvensional sendiri masih menggunakan PLN sebagai supplier (penyuplay)

energi mereka, sehingga sumber energi PJU konvensional adalah energi

konvensional.

Energi konvensional adalah energi yang sumber dayanya berasal dari

alam dimana diproses dan penggunaannya sumber daya itu sendiri dengan

teknologi yang biasa digunakan dari masa lampau hingga sekarang. Sumber

energi konvensional berasal dari bahan bakar yang tidak berkelanjutan, yang akan

berakhir cepat atau lambat dan berbahaya bagi lingkungan. Bahan bakar minyak

bumi, batubara dan gas alam merupakan jenis energi konvensional dan masih

menjadi sumber energi utama bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi

(23)

2.1.2 Sumber Energi PJU Solar Cell

Solar cell yang artinya dalam bahasa Indonesia sel surya, adalah sebuah

alat semikonduktor yang terdiri dari diode p-n junction, dimana cahaya matahari

mampu dikonversi menjadi energi listrik yang berguna. Sehingga PJU solar cell

adalah penerangan jalan yang menggunakan alat konversi berbahan

semikonduktor untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Dan

sumber energi PJU solar cell berasal dari “energi matahari”.

Energi matahari mengandung dari beberapa energi yaitu sinar dan panas dari matahari. Energi dalam panas matahari dapat dimanfaatkan dengan

menggunakan serangkaian teknologi seperti pemanas surya, listrik termal surya,

sedangkan “energi dalam cahaya matahari” dapat dimanfaatkan menggunakan photovoltaik atau sel surya, arsitektur surya, dan fotosintesis buatan. Energi

matahari sangat atraktif karena tidak bersifat polutif, tidak akan habis, dan gratis.

Sinar matahari yang berupa gelombang elektromagnetik pendek menuju atmosfer

dianggap 100% sampai ke permukaan lapisan atmosfer. Tetapi radiasi ini tidak

bias diteruskan keseluruhannya karena ada pantulan yang terjadi dan besarnya

pantulan 31 %. Berarti radiasi yang dapat diteruskan kedaerah atmosfer hanya

69%. Dari jumlah ini akan diserap oleh udara keliling atmosfer sebesar 17,4% dan

pantulan permukaan bumi sebesar 4,3 % sehingga sampai kepermukaan bumi

tinggal 47,326%. Menurut (Dahnil Zainuddun, 1989: 9), sejumlah nilai yang

diserap oleh permukaan bumi, antara lain diserap oleh:

Tabel 2.1 Materi Bumi yang Teradiasi Matahari

Materi bumi yang teradiasi Banyak sinar teradiasi

(24)

9

2.2 Sel Surya (Photovoltaik)

Sel surya (sola r cell) juga dikenal dengan nama PV (Photovoltaik).

Namun, perbedaannya terletak pada sumber cahaya yang digunakan. Pada sel

photovoltaik sumber cahaya lebih umum dan tidak disebutkan secara jelas.

Sedangkan pada sel surya, energi cahaya berasal dari radiasi sinar matahari

Sel surya merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar

matahari menjadi arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber

energi yang paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan

(sustainable) serta jumlahnya yang sangat besar.

Sel surya bekerja berdasarkan efek fotoelektrik pada material

semikonduktor untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Berdasarkan

teori Maxwell tentang radiasi elektromagnet, cahaya dapat dianggap

sebagai spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang

yang berbeda. Pendekatan yang berbeda dijabarkan oleh Einstein bahwa

efek fotoelektrik mengindikasikan cahaya merupakan partikel diskrit atau

quanta energi. Dualitas cahaya sebagai partikel dan gelombang dirumuskan

dengan persamaan :

(2.2)

Dimana : f = frekuensi pada cahaya (Hz)

λ = panjang gelombang (m)

h = konstanta Planck (6,625 X 10-34 Js)

Angin Gelombang 0,2 %

Panas Bumi 0,02 %

Kehidupan Manusia 0,004 %

(25)

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)

E = energi yang datang berupa bentuk paket-paket foton (joule)

2.2.1 Klasifikasi Sel Surya

Secara sederhana klasifikasi sel surya yang ada hingga saat ini

diilustrasikan pada Gambar :

Gambar 2.1 Skema Klasifikasi Sel Surya

i) Sel surya konvensional (silicon based)

Sel surya berbahan dasar silikon adalah sel surya komersil pertama yang

berhasil dikembangkan. Efiiensi komersilnya saat ini sudah mencapai 15%

sedangkan efisieni lab sudah mencapai 24,7%. Silikon adalah suatu material

semikonduktor bervalensi empat. Saat ini silicon based solar cell masih

(26)

11

Untuk mengurangi biaya produksi, maka pengembangan dilakukan dengan

meminimalisir material yang digunakan. Antara lain dengan menciptakan

crytalline thin film silicon. Selain itu telah dikembangkan metode-metode baru

yang lebih mudah dan murah dalam memproduksi semiconductor-grade

silicon.

ii) Advance solar cell

Sel surya non-silikon yang sampai saat ini berhasil dikembangkan antara

lain sel surya berbasis lapisan tipis atau thin film section solar cell, sel surya

organik dan polimer dan dye sensitized solar cell.

Adapun beberapa alasan dan konsep dasar dikembangkannya solar cell

dengan konsep baru yang berbeda dari sel surya konvensional (advance sola r

cell) adalah:

 Meningkatkan efisiensi, antara lain dengan cara :

 Thermodinamik, besarnya energi yang diterima dan energi yang

diserap.

 Detailed balanced, menyeimbangkan perbedaan flux partikel.

 Mengurangi biaya (Reduce cost), antara lain dengan cara:

 Menggunakan bahan dasar yang lebih murah, sedikit dan efisiensi

 Sistem manufaktur yang lebih murah.

2.2.2 Struktur dan Mekanisme Konversi Energi Matahari

Pada dasarnya mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat adanya

perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Konduktifitas elektron atau

kemampuan transfer elektron dari suatu material terletak pada banyaknya elektron

(27)

Struktur umum dari sel surya (solar cell) menggunakan material

semikonduktor sebagai penghasil elektron bebas. Material semikonduktor adalah

suatu padatan (solid) dan seperti logam, konduktifitas elektriknya juga

ditentukan oleh elektron valensinya. Namun, berbeda dengan logam yang

konduktifitasnya menurun dengan kenaikan temperatur, material

semikonduktor konduktifitasnya akan meningkat secara signifikan.

Ketika foton dari suatu sumber cahaya menumbuk suatu elektron

valensi dari atom semikonduktor (seperti yang terlihat pada Gambar 2.2), hal ini

mengakibatkan suatu energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron

tersebut terlepas dari struktur atomnya. Elektron yang terlepas tersebut

menjadi bebas bergerak di dalam bidang kristal dan elektron tersebut menjadi

bermuatan negatif dan berada pada daerah pita konduksi dari material

semikonduktor.

Sementara itu akibat hilangnya elektron mengakibatkan

terbentuknya suatu kekosongan pada struktur kristal yang disebut dengan

hole dan bermuatan positif. Skema sederhana terjadinya elektron bebas pada

material semikonduktor diilustrasikan pada Gambar 2

Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan bersifat negatif

bertindak sebagai donor elektron. Daerah ini disebut negatif type (n-type).

Sedangkan daerah semikonduktor dengan hole, bersifat positif dan

bertindak sebagai penerima (a cceptor) elektron. Daerah ini disebut dengan

(28)

13

keterangan : 1. Charge separation;

2. Recombination;

3. Unused photon energy (e.g. transmission) ;

4. Reflection and shading caused by front contacts;

Gambar 2.2 Desain dan Ilustrasi Struktur Sel Surya

Ikatan dari kedua sisi positif dan negatif (p-n junction) menghasilkan

energi listrik internal yang akan mendorong elektron bebas dan hole untuk

bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi sisi

negatif, sedangkan hole bergerak menjauhi sisi positif. Ketika p-n junction

ini dihubungkan dengan sebuah beban (lampu) maka akan tercipta sebuah arus

listrik.

2.2.3 Masalah Umum Sel Surya

Selain banyaknya keuntungan yang dapat didapatkan dari sel surya, ada

pula kekurangan serta masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan sel surya.

(29)

a. Ketersediaan

Waktu penyinaran ke bumi dan pemanfaatannya yang terbatas hanya ada

pagi hingga sore hari dan cahaya maksimum pada siang hari sedangkan

di malam hari hal ini menjadi tidak mungkin kecuali di luar angkasa. Selain itu

akan menjadi semakin berkurang efisiensinya di cuaca yang berawan karena

sinar matahari tidak bisa secara optimal terserap oleh sel surya.

b. Jalur matahari

Jalur pergerakan matahari tidak selalu berada tepat tegak lurus, dan hal ini

berubah – ubah seiring dengan waktu. Di tiap bagian dunia mempunyai waktu

serta arah pergerakan yang berbeda, serta bergantung pada musim dan jam.

Sehingga jalur ini harus diperhatikan dengan baik agar proses pengumpulan

sinar menjadi optimal.

c. Tata letak sel surya

Penempatan menjadi masalah tambahan yang perlu diperhatikan dengan

seksama, karena sel surya hanya akan menjadi efektif apabila mendapat sinar

langsung dengan arah normal tegak lurus terhadap permukaan atau dengan kata

lain cahaya matahar jatuh tepat dengan sudut 90oterhadap permukaannya jika

dimungkinkan. Akan tetapi letak pengumpulan sinar matahari efektf

hingga 20o, jika semakin jauh dari sudut tegaknya maka akan semakin rendah

juga tinggat penerimaannya. Dan juga jika perbedaan sudutnya lebih dari 35o

terhadap sudut tegak maka akan sebagian besar sinar matahari memantul dari

permukaan sel surya. Dan juga ruang yang baik untuk penempatannya pada

(30)

15

d. Perubahan arus

Arus yang didapat dari sel surya adalah DC (Direct Current) atau arus

searah, sehingga jika dipergunakan sebagai sumber listrik bagi rumah ataupun

industri maka perlu diubah menjadi AC (AlternatingCurrent) atau arus bolak –

balik. Tidak hanya menambah kerumitan perangkat, tapi juga menyebabkan

adanya energi yang hilang kurang lebih 4 hingga 12%..

e. Limbah produksi

Permasalahan yang sangat sering dikemukakan adalah penggunaan

Cadmium dalam Cadmium Telluride (CdTe), yang merupakan salah satu

senyawa berbahaya yang jika penanganannya tidak tepat justru akan

menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah. Solusi yang baik adalah

dengan adanya pengendalian tingkat emisi cadmium pada proses pembuatan sel

surya maka jumlahnya dapat ditekan hingga mendekati nol.

2.3 Penerangan Jalan Umum

Penerangan Jalan Umum atau yang sering disingkat PJU adalah bagian

dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan

dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi

jalan maupun lingkungan di sekitar jalan. PJU dipasang di berbagai jenis atau

kelas jalan, dimana kebutuhannya (seperti tertera pada Tabel 2.6) disesuaikan.

Adapun jenis/kelas jalan tersebut adalah:

(31)

Jalan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan

dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan

pejalan kaki yang bersangkutan.

Jalan Lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan Kolektor

Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan

rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Jalan Arteri

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan

masuk dibatasi secara berdaya guna.

Jalan Layang

Jalan layang merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk mengatasi

hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui kawasan kumuh yang sulit

ataupun melalui kawasan rawa-rawa.

Jalan Terowongan

Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah atau

gunung. Terowongan biasa digunakan untuk lalu lintas kendaraan (umumnya

mobil atau kereta api) maupun para pejalan kaki atau pengendara sepeda

(32)

17

Jalan Simpang Susun

Simpang susun adalah persimpangan tidak sebidang dimana dapat dilakukan

perpindahan dari satu kaki persimpangan ke kaki lainnya melalui akses yang

terhubung tidak sebidang

Dan adapun fungsi penerangan jalan di kawasan perkotaan antara lain :

a. Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan;

b. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan;

c. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya

pada malam hari;

d. Mendukung keamanan lingkungan;

e. Memberikan keindahan lingkungan jalan

2.3.1 Ketentuan Penempatan Penerangan Jalan

Dalam perencanaan instalasi penerangan jalan umum haruslah semestinya

dengan standar dan ketentuan yang telah berlaku dan ditetapkan oleh suatu

lembaga di daerah tersebut. Di Indonesia ketentuan dan standar ini dinamakan

SNI (Standar Nasional Indonesia).

a. Penempatan Lampu Penerangan Jalan

1) Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa

sehingga dapat memberikan :

a. Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan Tabel 2.2

Tabel 2.2 Rasio Kemerataan Pencahayaan

Lokasi penempatan Rasio maksimum

Jalur lalu lintas : - di daerah permukiman - di daerah komersil/pusat kota

(33)

Jalur pejalan kaki : - di daerah permukiman - di daerah komersil/pusat kota

10 : 1 4:1

Terowongan 4:1

Tempat-tempat peristirahatan (rest area) 6:1

Uniformity Ratio 3 : 1 berarti rata-rata nilai kuat penerangan/luminansi adalah

3 (tiga) kali nilai kuat penerangan/luminasi pada suatu titik dari penerangan

minimum pada permukaan/perkerasan jalan.

b. Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan

c. Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan,

dibanding pada bagian jalan yang lurus

d. Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan

kaki.

2) Sistem penempatan lampu jalan disarankan pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Jenis jalan / jembatan Sistem penempatan lampu yang digunakan

Jalan arteri sistem menerus dan parsial

Jalan kolektor sistem menerus dan parsial

Jalan lokal sistem menerus dan parsial

Persimpangan, simpang susun, ramp sistem menerus

Jembatan sistem menerus

Terowongan sistem menerus bergradasi pada

ujung-ujung terowongan

 Sistem Penempatan Menerus, adalah sistem penempatan lampu

penerangan jalan yang menerus/kontinyu di sepanjang jalan/jembatan.

 Sistem Penempatan Parsial (setempat), adalah sistem penempatan lampu

penerangan jalan pada suatu daerah - daerah tertentu atau pada suatu

[image:33.595.145.483.85.159.2]
(34)

19

3) Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus memberikan

adaptasi yang baik bagi penglihatan/pandangan pengendara, sehingga

ketidaknyamanan terhadap efek pandangan silau dan silhoutte dapat

dikurangi.

 Pandangan Silau, terjadi ketika suatu cahaya terang masuk di dalam area

pandangan pengendara bahkan jika cahaya tersebut datang secara tiba-tiba.

 Pandangan Silhoutte, terjadi pada suatu kondisi dimana obvek yang gelap

berada di latar belakang yang sangat terang.

[image:34.595.131.450.339.766.2]

4) Perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan dapat dilihat pada

gambar

l E

H

E

L

keterangan : H = tinggi tiang lampu

L = lebar badan jalan, termasuk median jika ada

E = jarak interval antar tiang lampu

S1 + S2 = proyeksi kerucut cahaya lampu

S1 = jarak tiang lampu ke tepi kereb/perkerasan

S2 = jarak dari tepi kereb/perkerasan ke titik penyinaran terjauh

(35)

Gambar 2.3 Penempatan Lampu Penerangan

5) Penataan/pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur seperti pada

Tabel 2.4., Gambar 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 Di daerah-daerah atau kondisi dimana

median sangat lebar (> 10 meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat

banyak (> 4 lajur setiap arah) perlu dipertimbangkan dengan pemilihan

penempatan lampu penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut

di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan lampu penerangan

jalan direncanakan sendiri - sendiri untuk setiap arah lalu-lintas.

Tabel 2.4 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan

Tempat Penataan / pengaturan letak

Jalan satu arah - di kiri atau kanan jalan;

- di kiri dan kanan jalan berselang-seling; - di kiri dan kanan jalan berhadapan; - di bagian tengah / separator jalan. Jalan dua arah - di bagian tengah / median jalan;

- kombinasi antara di kiri dan kanan berhadapan dengan di bagian tengah / median jalan;

- katenasi (di bagian tengah jalan dg sistem digantung) Persimpangan - dapat dilakukan dengan menggunakan lampu

menara dengan beberapa lampu, umumnya

ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan, diluar daerah persimpangan (dalam RUMIJA ataupun dalam RUWASJA)

[image:35.595.133.493.341.653.2]
(36)

21

Gambar 2.5 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berselang- seling di Jalan Dua Arah

[image:36.595.215.430.256.364.2]

Gambar 26 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berhadapan di Jalan Dua Arah

Gambar 2.7 Penempatan Lampu PJU di Median Jalan di Jalan Dua Arah

2.3.2 Ketentuan Kualitas Pencahayaan

Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metoda

iluminansi atau luminansi. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis/klasifikasi

fungsi jalan ditentukan seperti pada Tabel 2.5.

[image:36.595.206.420.433.549.2]
(37)

Jenis/ klasifikasi jalan

Kuat pencahayaan

(Iluminansi) Luminansi Batasan silau

E rata- rata (lux) Kemerataan (Uniformity) L rata-rata (cd/m2) Kemerataan

(uniformity) G TJ

(%)

g1 VD VI

Trotoar 1-4 0,10 0,10 0,40 0,50 4 20

Jalan lokal : - Primer - Sekunder 2-5 2-5 0,10 0,10 0,50 0,50 0,40 0,40 0,50 0,50 4 4 20 20

Jalan kolektor : - Primer - Sekunder 3-7 3-7 0,14 0,14 1,00 1,00 0,40 0,40 0,50 0,50 4-5 4-5 20 20

Jalan arteri : - Primer - Sekunder

11 - 20 11 - 20

0,14 - 0,20 0,14 - 0,20

1,50 1,50

0,40 0,40

0,50 - 0,70 0,50 - 0,70

5-6 5-6

10 - 20 10 - 20

Jalan arteri dengan akses kontrol, jalan bebas hambatan

15 - 20 0,14 - 0,20 1,50 0,40 0,50 - 0,70 5-6 10 - 20

Jalan layang, simpang susun, terowongan

20 - 25 0,20 2,00 0,40 0,70 6 10

keterangan : g1 = Emin/Emaks

VD = Lmin/Lmaks

VI = Lmin/Lrata-rata

G = silau (glare)

TJ = batas ambang kesilauan

2.3.3 Jenis dan Kualitas Lampu PJU

Berdasarkan jenisnya lampu PJU dibagi beberapa kelompok antara lain:

a. Lampu Tabung Fluorescent atau lebih dikenal dengan istilah lampu TL,

bekerja menggunakan merkuri dan gas argon, dimana merkuri akan berfungsi

untuk menhasilkan radiasi ultraviolet. Sinar ultraviolet itu akan mebangkitkan

(38)

23

pada sisi bagian dalam tabung lampu sehingga akan menimbulkan cahaya

Sedangkan gas argon berfungsi untuk keperluan start..

b. Lampu Merkuri, prinsip kerja lampu merkuri hampir sama dengan prinsip

kerja lampu fluorescent, perbedaannya lampu merkuri bekerja pada faktor

daya yang rendah, oleh karena itu harus menggunakan kapasitor untuk

memperbaiki faktor daya lampu

c. Lampu Sodium Tekanan Rendah (SOX) termasuk dalam kelompok

lampu tabung, sehingga prinsip kerjanya pun hampir sama dengan yang

lainnya. Hanya perbedaannya menggunakan campuran gas argon dan neon,

dan logam murni sodium. Gas argon dan neon dimaksudkan untuk keperluan

penyalaan awal, sedangkan logam sodium dimaksudkan untuk menghasilkan

cahaya kuning.

d. Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON), memiliki prinsip kerja yang sama

dengan SOX, hanya lampu ini tidak mampu distart dengan tegangan

nominal 220 Volt, maka dibutuhkan tegangan tinggi dan frekuensi tinggi

sesaat dan pelepasan elektron dalam tabung gas sampai mencapai temperatur

kerja yang dibutuhkan membutuhkan waktu yang lama (kira-kira 10 menit).

e. Lampu LED merupakan sejenis dioda semikonduktor istimewa, sehingga

seperti sebuah dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan

semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk

menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa muatan -

elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase

(39)

yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk photon atau energi

(cahaya).

Pemilihan jenis lampu mempengaruhi kualitas dari pencahayaan

penerangan jalan, adapun syarat dalam pemilihan jenis dan kualitas lampu

penerangan jalan didasarkan pada :

 Nilai efisiensi

 Umur rencana

 Kekontrasan permukaan jalan dan obyek.

Tabel 2.6 Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut Karakteristik dan Penggunaannya

Jenis Lampu Efisiensi rata-rata (lumen/watt) Umur rencana rata-rata (jam) Daya (watt) Pengaruh thd warna obyek Keterangan Lampu tabung fluorescent tekanan rendah

60 – 70 8.000 – 10.000

18 - 20; 36 - 40

Sedang - untuk jalan kolektor dan lokal;

- efisiensi cukup tinggi tetapi berumur pendek;

- jenis lampu ini masih dapat digunakan untuk hal-hal yang terbatas. Lampu gas merkuri tekanan tinggi (MBF/U)

50 – 55 16.000 – 24.000

125; 250; 400; 700

Sedang - untuk jalan kolektor, lokal dan persimpangan; - efisiensi rendah, umur

panjang dan ukuran lampu kecil;

- jenis lampu ini masih dapat digunakan secara terbatas. Lampu gas

sodium bertekanan rendah (SOX)

100 - 200 8.000 - 10.000

90; 180 Sangat buruk

- untuk jalan kolektor, lokal, persimpangan, penyebe- rangan, terowongan, tem- pat peristirahatan (rest area);

(40)

25

2.3.4 Sistem Penerangan dan Pemasangan Armatur

Armatur (luminair) atau rumah lampu penerangan merupakan sangkar atau

tempat dudukan lampu. Armatur (luminair) dimaksudkan untuk mengontrol

distribusi cahaya dari sebuah lampu dan juga melindungi lampu serta tempat

penyambungan rangkaian ke sumber. Armatur yang baik mempunyai IP 65 yaitu

indeks pengaman dengan nilai 65 % tahan terhadap air dan debu, seperti yang

terlihat pada gambar .

[image:40.595.112.525.83.361.2]

(a) (b)

Gambar 2.8 Armatur PJU; (a) Armatur Lampu LED, dan (b) Armatur Lampu Sodium

efisiensinya yang sangat tinggi. Lampu gas sodium tekanan tinggi (SON)

110 12.000 - 20.000

150; 250; 400

Baik - Untuk jalan tol, arteri, kolektor, persimpangan - besar/luas dan interchange;

efisiensi tinggi, umur sangat panjang, ukuran lampu kecil, sehingga mudah pengontrolan cahayanya;

- Jenis lampu ini sangat baik dan sangat dianjurkan untuk digunakan. Lampu Light Emitting Diode (LED)

29-155 30.000 - 50.000

15-300 Baik - untuk jalan kolektor, lokal, persimpangan, penyebe- rangan, terowongan, tem- pat peristirahatan (rest - efisiensi tinggi, umur

paling panjang, ukuran lampu besar,

(41)

Armatur yang dipakai sangat berperan dalam sistem penerangan lampu

atau sumber cahaya tersebut. Berikut beberapa sistem penerangan:

1) Penerangan langsung: cahaya yang dipancarkan sumber cahaya seluruhnya

diarahkan ke bidang yang harus diberikan penerangan, langit-langit hampir

tidak berperan. Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan

yang tinggi, misalnya di bengkel, pabrik dan untuk penerangan luar/jalan.

2) Terutama penerangan langsung: sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke atas.

Sistem penerangan ini digunakan di gedung-gedung ibadat, untuk tangga

dalam rumah, gang dan lain-lain.

3) Penerangan baur/merata: sebagian dari cahaya sumber-sumber cahaya

diarahkan ke dinding dan langit. Penerangan ini digunakan di

ruangan-ruangan sekolah, ruangan-ruangan kantor dan tempat-tempat kerja.

4) Terutama penerangan tak langsung: sebagian besar dari cahaya

sumber-sumber cahaya diarahkan ke atas. Karena itu langit-langit dan dinding-dinding

ruangan harus diberi warna terang. Penerangan ini digunakan di rumah-rumah

sakit, di ruangan baca, toko-toko, kamar tamu, dan lain-lain.

5) Penerangan tidak langsung: cahayanya dipantulkan oleh langit-langit dan

dinding-dinding. Warna dinding dan langit-langit harus terang. Penerangan ini

digunakan di ruangan-ruangan untuk membaca, menulis dan untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan halus lainnya.

2.5 Barang Publik

Pada umumnya PJU merupakan barang publik sehingga masyarakat dapat

(42)

27

dan tidak ada pengecualian. Non persaingan berati konsumsi oleh satu individu

tidak mengurangi ketersediaan untuk dikonsumsi oleh orang lain, dan tak dapat

dikecualikan berarti bahwa tidak ada yang dapat dikecualikan secara efektif

menggunakan barang tersebut. Jadi, barang publik merupakan barang konsumsi

bersama dimana semua masyarakat dapat mengkonsumsinya tanpa persaingan dan

tidak pengucualian terhadap individu atau suatu kelompok, serta tanpa adanya

suatu pengorbanan dan tanggung jawab secara langsung akan kerusakan.

Kebalikan dari barang publik adalah barang swasta, dimana terdapat pengecualian

terhadap konsumsi barang tersebut.

Tabel 2.7 Jenis Barang Berdasarkan Sifatnya

Sifat Barang Excludable (Dikecualikan) Non-excludable (Tanpa dikecualikan) Rivalrous (Persaingan) Barang Swasta/Pribadi:

tanah/tempat tinggal, makanan, pakaian, mobil, elektronik pribadi, dll.

Sumber /Barang Umum: ikan, kayu,

buah-buahan, batu bara,dll

Non-rivalrous (Tanpa persaingan)

Barang Klub:

bioskop, taman pribadi, televisi satelit, elektronik (yang dijual), dll

Barang Publik:

air. udara, jalan umum (beserta penerangan jalan), dll

Pendidikan, perlindungan hukum, perpustakaan, museum, umumnya

merupakan diklasifikasikan sebagai barang publik, tetapi secara teknis atau dalam

kehidupan sebenarnya mereka dianggap sebagai barang kuasi-publik karena ada

pengecualian, disebabkan untuk mendapatkan/memakai mereka terkadang terlebih

dahulu mengeluarkan pembayaran uang.

Penggunaan barang publik secara bersama-sama tersebut menimbulkan

eksternalitas.

[image:42.595.115.514.360.521.2]
(43)

Eksternalitas adalah dampak dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap

pihak lain baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Eksternalitas terjadi apabila tindakan seseorang menimbulkan dampak terhadap

orang lain atau sekelompok orang tanpa ada kompensasi apapun sehingga timbul

inefisiensi dalam alokasi faktor produksi. Eksternalitas timbul pada dasarnya

karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang

berwawasan lingkungan.

Ditinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi dua, yaitu eksternalitas

positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang

menguntungkan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang

diuntungkan. Sedangkan eksternalitas negatif adalah dampak dari suatu kegiatan

yang merugikan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang

melaksanakan kegiatan.

Agar barang publik tidak mengalami eksternalitas negatif diperlukan

pemerintah sebagai penyedia dan pengawas barang publik.

b. Peran Pemerintah

Menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta,

seperti halnya dengan jalan, dam-dam dan sebagainya merupakan salah satu

fungsi pemerintah. Barang publik hanya dapat disediakan oleh pemerintah,

dimana pemerintah tidak meminta kompensasi secara langsung kepada

masyarakat yang mengkonsumsinya.

Dalam perekonomian modern, peranan pemerintah terhadap barang publik

(44)

29

 Peranan alokasi. Peran pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk

mengusahakan agar lokasi sumber - sumber ekonomi dilaksanakan secara

efisien.

 Peranan distribusi. Pemerintah dapat merubah distribusi pendapatan secara

langsung dengan pajak yang progresif yaitu relatif beban pajak yang lebih

besar bagi orang kaya dan relatif ringan bagi golongan miskin. misalnya;

pajak penerangan jalan yang terlampir pada Lampiran 3, yang lebih

diberatkan kepada bisnis sebesar 10%, sedangkan untuk sosial (seperti mesjid,

gereja, dll) sebesar 0%..

 Peranan stabilisasi. Inflasi atau deflasi meruapakan hal yang dapat

mengganggu stabilitas ekonomi. Masalah inflasi atau deflasi harus ditangani

pemerintah melalui kebijaksanaan moneter. Apabila pemerintah menghendaki

perkembangan ekonomi yang pesat, dana swasta dalam negeri harus

dikerahkan sebesar mungkin yang berarti golongan kaya harus dikenakan

pajak yang lebih rendah dari pada golongan miskin sehingga golongan kaya

dapat menggunakan tabungan mereka untuk berinvestasi.

Tetapi ada beberapa faktor penyebab kegagalan pemerintah sebagai

penyedia dan pengawas barang publik:

 Informasi yang didapat tidak sempurna

 Pengawasan yang terbatas (atas reaksi swasta dan perilaku birokrat)

 Hambatan dalam proses politik

 Adanya biaya transaksi (pengeluaran) yang sangat besar.

 Adanya kegagalan dalam pelaksanaan program pemerintah. Pelaksanaan

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi pada jalan Ir.H Juanda Kota Medan dari

titik 0 meter hingga + 1120 meter, dimana jalan tersebut telah diganti dari

penerangan jalan umum konvensional (sumber energi dari PLN) menjadi

penerangan jalan umum solar cell (sumber energi dari matahari) sejak oktober

2012. Pengumpulan data lapangan dibantu oleh Dinas Pertamanan Kota Medan

dan berlokasi di kantor Dinas Pertamanan Kota Medan.

3.2 Data-Data Yang Dibutuhkan

Data-data yang dibutuhkan merupakan data yang diambil dari survey

langsung ke lapangan dan data dari Dinas Pertamanan Kota Medan, seperti :

a. Gambar dan kondisi lokasi Jalan lingkar Utara (Lebar jalan, kelas jalan,

dan panjang jalan)

b. Jenis lampu penerangan jalan (konvensional dan solar cell)

c. Jenis dan bentuk tiang

d. Kabel yang digunakan

e. Besaran-besaran listrik yang diperlukan untuk penerangan jalan umum

konvensional (seperti, besaran pengaman dan pembatas)

f. Besaran-besaran listrik yang diperlukan untk penerangan jalan umum solar

(46)

31

3.3 Metode Penelitian Dan Pengumpulan Data

Penelitian “Analisis Perbandingan Teknis dan Ekonomis Penggunaan

Jalan Umum Solar Cell dengan Penerangan Jalan Umum Konvensional”

menggunakan metode kasus dengan satuan kasusnya adalah perbandingan teknis

dan ekonomis penggunaan jalan umum solar cell dengan penerangan jalan umum

konvensional. Pendekatan yang digunakan dalam analisis dengan cara kualitatif

dan kuantitatif dari berbagai sumber data yang diperoleh.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka dan studi

lapangan, yaitu :

1) Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan upaya mempelajari dan mengumpulkan data

sekunder untuk menunjang penelitian. Data yang dikumpulkan berasal dari

literatur yang berhubungan dengan topik permasalahan penelitian baik dalam

bentuk buku, jurnal, prosiding, dokumen-dokumen dan sebagainya yang berkaitan

dengan objek penelitian.

2) Studi Lapangan

Pengumpulan data melalui studi lapangan adalah untuk mendapatkan data

primer, dilakukan dengan cara :

a) Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti, dalam

hal ini adalah lampu jalan solar cell di jalan Ir.H Juanda Kota Medan dan

contoh lampu jalan konvensional. Hal yang akan diamati antara lain adalah

keseluruhan hal teknis dan ekonomis lampu jalan serta serta

(47)

2) Wawancara, dalam penelitian lapangan dilakukan wawancara terhadap

beberapa responden untuk mengumpulkan data-data mengenai lampu jalan

solar cell dan lampu jalan konvensional. Wawancara ini dilakukan di Dinas

Pertamanan Kota Medan dan pegawai di Dinas Pertamanan sebagai

respondennya. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada „pakar‟ dalam

bidang tersebut.

3.4 Diagram Alir (Flowchart) Penelitian

Flowchart dibuat untuk memahami dari pekerjaan yang dilakukan penulis

dalam mengumpulkan dan meneliti data hingga pada kesimpulan akhir :

Mulai

Mengumpulkan data

Data 1 Data 2

1. Keseluruhan teknis PJU Solar Cell 1. Keseluruhan ekonomis PJU Solar Cell 2. Keselurahan teknis PJU Konvensional 2. Keseluruhan ekonomis PJU Konvensional

Analisis Data

1. Melakukan perhitungan terhadap Data 1 dan Data 2 sesuai dgn rumus yang ada pada analisa data dalam BAB III

Menguji Data 1

dan perhitungan rumus Tidak (Analisi Data), apakah telah sesuai dgn SNI (Standar Nasional

Indonesia) yg terlampir pada BAB II?

(48)

33

A B

Ya

Membandingkan Tidak dari segi ekonomis, apakah PJU Solar Cell lebih ekonomis (murah)

dibandingkan PJU Konvensional ?

Ya

Kesimpulan II Kesimpulan I

Proyek pergantian PJU Konvensional PJU (Konvensional atau Solar Cell) tidak menjadi PJU Solar Cell adalah gagal, layak digunakan, keamanan & kenyamanan

Dinas Pertamanan merugi, globalisasi masyarakat pemakai jalan terganggu &

akan „Green Energy‟ perlu dikaji ulang. terancam.

Kesimpulan III

Proyek pergantian PJU Konvensional menjadi

PJU Solar Cell adalah sukses, “Green Energy” dan energi terbarukan terutama “Solar Cell”

patut diglobalisasikan, Dinas Pertamanan mengalami keuntungan & masyarakat senang.

[image:48.595.107.517.82.540.2]

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian

3.5 Teori Analisa Data

Dalam penelitian ini dilakukan dua analisis data yang meliputi “analisis

teknis” dan “analisis ekonomis” terhadap penggunaan jalan umum solar cell

dengan penerangan jalan umum konvendional.

(49)

Analisis teknik merupakan suatu tindakan yang sifatnya pengamatan serta

perhitungan formula yang ada dengan menyesesuaikan kriteria dan Standarisasi

Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan tertera pada PUIL (Persyaratan Umum

Instalasi Listrik). Menganalisis hal teknis terhadap penerangan jalan umum

dilakukan untuk mendapat sistem penerangan yang baik, aman, handal, tahan

lama, dan sesuai dengan spesifikasi pabrikasinya. Adapun analisis teknik

dilakukan terhadap komponen-komponen PJU yang meliputi lampu dan

penerangan, tiang, stang ornamen, penghantar, dll :

3.5.1.1 Lampu dan Penerangan

Lampu adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya

(lampu/luminer), elemen-elemen optik (pemantul/reflector, pembias/refractor,

penyebar/diffuser). elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber tenaga/power

supply. dll.). Sehingga lampu memerlukan daya (sumber listrik) untuk

membuatnya bekerja (hidup) dan menghabiskan energi selama lampu bekerja

(dihidupkan).

Untuk mencari besar energi yang dipakai pada lampu adalah:

(3.1) dimana : = energi yang dibutuhkan atau beban (Wh/watt.hour)

= daya beban atau lampu (watt)

= lama pemakaian beban atau lampu dalam satu hari (hour)

Dalam merencanakan instalasi penerangan, ada kriteria yang perlu

(50)

35

supaya mata kita dapat melihat dengan jelas dan nyaman. Sehingga diperlukan

beberapa perhitungan penerangan, diantaranya adalah: :

i. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya adalah fiuks cahaya per satuan sudut ruang dalarn arah

pancaran cahaya yang dapat ditulis dengan persamaan :

(3.2)

dimana : = intensitas cahaya (candela)

= fluks cahaya dalam lumen (lm)

w = sudut ruang dalam steridian (sr)

ii. Luminansi

Luminansi adalah fiuks cahaya per satuan sudut ruang per satuan luas

terproyeksi dari arah yang diberikan, atau intensitas cahaya dari suatu permukaan

persatuan luas hasil proyeksi dari arah yang diberikan seperti tampak pada

Gambar 3.2. Luminasi ialah suatu ukuran terang suatu benda, luminasi yang

terlalu besar akan menyilaukan mata. Besaran ini mempunyai persarnaan sebagai

berikut :

(3.3)

subtitusikan pers (3.2), maka :

(3.4)

dimana : = luminasi (cd/m2) A = luas bidang (m2)

w = sudut ruang dalam steridian (sr)

= sudut antara sinar datang dengan garis normal objek

(51)

lluminasi atau intensitas penerangan adalah kerapatan fiuks cahaya yang

mengenai suatu permukaaan, secara matematis dapat ditulis :

(3.5)

dimana : = intensitas penerangan/iluminasi (lux atau lm/ m2) A = luas bidang (m2)

= fluks cahaya dalam lumen (lm)

Intensitas penerangan pada suatu titik umumnya tidak sama untuk setiap titik pada bidang tersebut. Intensitas penerangan suatu bidang karena suatu

sumber cahaya dengan intensitas (I), berkurang dengan kuadrat dari jarak antara

sumber cahaya dan bidang itu (invers square la w). Untuk memastikan iluminasi di

seluruh bagian bidang mencapai syarat minimal yang harus dipenuhi (seperti yang

[image:51.595.261.403.426.565.2]

tertera pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.6), digunakan perhitungan metode titik.

Gambar 3.2 Perhitungan Iluminasi Metode Titik

Dengan menggunakan diagram intensitas cahaya, maka perhitungan

iluminasi dengan mensibtusikan pers 3.2 ke pers.3.5 menjadi sebagai berikut:

(3.6)

dimana :

(52)

37

(3.7)

dimana : = sudut yang dibentuk oleh sisi depan luminer dengan

garis lurus antara luminer dengan titik yang dituju

= sudut yang dibentuk dari garis normal luminer dengan garis

lurus antara luminer dengan titik yang dituju

h = tinggi sumber cahaya/tiang tiang PJU (meter)

= intensitas cahaya pada sudut ,

iv. Efikasi cahaya

Efikasi cahaya adalah perbandingan antar fiuks cahaya yang dihasilkan

larnpu dengan daya listrik yang dipakainya, secara matematis dapat ditulis sebagai

berikut :

0

(3.8)

dimana : = efikasi cahaya (lm/watt)

= daya lampu (watt)

0

= fluks cahaya (lumen)

v. Efisiensi Penerangan

Efisiensi penerangan adalah perbandingan antaran fluks cahayayang

dipancarkan oleh armaturatau fluks cahaya yang sampai ke objek dengan fluks

cahayayang dipancarkan oleh sumber cahaya atau fluks cahaya awal, dapat ditulis

secara matematis :

g

0

(3.9)
(53)

0 = fluks cahayayang dipancarkan oleh sumber cahaya(lumen)

g = fluks cahayayang dipancarkan oleh armatur (lumen)

Atau efisiensi penerangan dapat dihitung melalui perhitungan indeks ruang

atau indeks bentuk(k).

( )

x l p h

l p k

(3.10)

dimana : = indek ruang atau bentuk

p = panjang permukaan jalan (m)

l = lebar permukaan jalan (m)

h = tinggi tiang PJU (m)

Lalu melalui Tabel 3.1 dapat dilihat indeks bentuk (k) dan efisiensi penerangan

maksimum dan minimumnya.

(3.11)

Sistem penerangan yang dipakai untuk penerangan jalan adalah sistem

[image:53.595.136.464.545.747.2]

penerangan langsung.

Tabel 3.1 Efisiensi Penerangan dari Armatur Penerangan Langsung (PJU) Melalui Perhitungan Indeks Ruang (k)

%

rp 0,7 0,5 0,3

rw 0,5 0,3 0,1 0,5 0,3 0,1 0,5 0,3 0,1

rm 0,1 0,1 0,1

k

(54)

39

keterangan : rp = faktor refleksi dinding dimana: warna gelap = 0,1

rm = faktor refleksi bidang pengukurannya warna sedang = 0,3

rw = faktor refleksi langit-langit warna muda = 0,5

warna putih dan warna sangat muda = 0,7

3.5.1.2 Tiang dan Stang Ornament

Tiang merupakan salah satu dari komponen PJU dan fungsinya adalah

sebagai tempat meletakkan lampu (beserta armaturnya), stang ornamen dan panel

surya, baterai, inverter, dan lain sebagainya seperti pada PJU solar cell.

Untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen, agar titik penerangan

mengarah ketengah - tengah jalan:

[image:54.595.140.473.353.535.2]

(a) (b)

Gambar 3.3 Perencanaan Penerangan Jalan Umum (a) Tampak atas ; (b) Tampak depan

Maka, untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen,agar titik

penerangan mengarah ketengah – tengah jalan

√ (3.11) (3.13)

(3.12) (3.14)

(55)

T = jarak lampu ke tengah jalan

c = jarak horizontal lampu ke tengah jalan

w1 = jarak tiang ke horizontal lampu

w2 = jarak horizontal lampu ke ujung jalan

b = lebar batu jalan

o = jarak batu jalan ke horizontal lampu

T = batas kemiringan stang ornamen

= sudut kemiringan stang ornamen

3.5.1.3 Penghantar Listrik

Kabel adalah rakitan satu penghantar atau lebih, baik penghantar itu pejal

atau pintalan, masing-masing dilindungi isolasi, dan keseluruhannya dilengkapi

dengan selebung pelindung bersama.Dimana pada umumnya bagian-bagian kabel

untuk kabel tegangan rendah adalah:

 penghantar

 isolasi

 lapisan pembungkus inti

 pelindung mekanis

 selubung luar

Pada proses pemasangan instalasi untuk penghantar lsitrik PJU

konvensional menggunakan kabel tegangan rendah, penggunaan kabel menurut

tempat pemakaiannya terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu :

a. Kabel yang dipasang dari SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) yang

(56)

41

b. Kabel yang dipasangdari PHB PJU ketitik- titik sambung lampu PJU

biasanya PHB diletakkan dalam bawah tanah, sehingga penghantar listrik

dengan kabel tanam.

c. Kabel yang dipasang dari titik sambung lampu PJU menuju lampu.

Bahan penghantar yang baik adalah tembaga dan alumunium. Untuk kabel

tanah umumnya digunakan penghantar tembaga, sedangkan alumunium

digunakan untuk penghantar udara. Untuk mengetahui ukuran luas penampang

kabel berpenghantar yang dibutuhkan, digunakan persamaan dibawah ini :

untuk tegangan 3 fasa : √

(3.15)

untuk tegangan 1 fasa :

(3.16)

persentase jatuh tegangan : (3.17)

dimana : = luas penampang penghantar (m2) = panjang penghantar (m)

= faktor daya

= tahanan jenis logam penghantar

= drop tegangan (volt)

= tagangan jala-jala/sumber

= persentase drop tegangan

= arus beban

Nomenklatur kabel adalah tata cara pemberian nama suatu kabel dengan kode - kode tertentu, Beberapa arti huruf-huruf kode yang digunakan pada kabel :

N = kabel jenis standar dengan penghantar tembaga

(57)

Y = selubung isolasi dari PVC

2X = selubung isolasi dari XLPE

2Y = selubung isolasi dari polyethylene

F = perisai kawat baja pipih

R = perisai kawat baja bulat

Gb = spiral pita baja

Re = penghantar pejal (solid)

Rm = penghantar pintalan

3.5.1.4 Pembatas dan Pengaman Listrik

Pembatas dan pengaman listrik biasanya diletakkan di dalam suatu box

<

Gambar

Tabel 2.3 Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan
 gambar
Tabel 2.4 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan
Gambar 26 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berhadapan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, juga terdapat keadaan cuaca yang tidak konstan cerah, maka digunakan solar cell daya 50 Wp dengan spesifikasi yang dapat dilihat pada Tabel

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dan analitis dengan mengumpulkan data kebutuhan dan tipe PJU di Jalan

Pada gambar 8 merupakan Pemanfaatan Solar Cell Dan Thermoelektric Generator (TEG) Sebagai Sumber Energi Listrik Lampu Penerangan Jalan 50 Watt terdiri dari

Sehingga Penulis mengambil judul “PEMANFAATAN SOLAR CELL SEBAGAI SUMBER ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM DI LAPANGAN BENGKEL TEKNIK LISTRIK” Harapannya dengan penggunaan solar

Dalam penelitian ini dilakukan analisis secara teknis maupun ekonomis penerapan solar cell pada lampu penerangan jalan umum di jalam By Pass I gusti Ngutrah Rai untuk

Penggunaan solar cell ini telah banyak digunakan di Negara-negara berkembang dan negara maju dimana pemanfaatnya tidak hanya pada lingkup yang kecil, tetapi sudah

Pada proses ini solar cell,solar charger chontroller,baterai,watt meter dan inverter.Pada hasil percobaaan penjemuran dengan 4 arah bahwa arah solar cell dengan hasil pengukuran scc dan

SIMPULAN Setelah dilakukan proses pengujian dan pengambilan data selama beberapa kali, maka pada sistem Rancang Bangun Lampu Penerangan Jalan Umum PJU Menggunakan Solar Panel Berbasis