EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM EXPANDING MATERNAL AND NEONATAL SURVIVAL (EMAS) UNTUK MENURUNKAN
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS BATANG KUIS DAN RSU SEMBIRING
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
TESIS
Oleh
SRI MELDA BR BANGUN 117032001/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
EVALUATION OF THE IMPLEMENTION OF EXPANDING MATERNAL AND NEONATAL SURVIVAL (EMAS) PROGRAM TO REDUCE MATERNAL AND CHILD MORTALITY IN COMMUNITY HEALTH
CENTER OF BATANG KUIS AND GENERAL HOSPITAL OF SEMBIRING DELI SERDANG REGENCY
IN 2013
THESIS
By
SRI MELDA BR BANGUN 127032219/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM EXPANDING MATERNAL AND NEONATAL SURVIVAL (EMAS) UNTUK MENURUNKAN
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS BATANG KUIS DAN RSU SEMBIRING
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRI MELDA BR BANGUN 117032001/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM EXPANDING MATERNAL AND NEONATAL SURVIVAL (EMAS) UNTUK MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS BATANG KUIS DAN RSU SEMBIRING KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : Sri Melda Br Bangun Nomor Induk Mahasiswa : 117032001
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (Dra. Syarifah, M.S Anggota
)
Tanggal Lulus : 16 April 2014
Dekan
Telah Diuji
pada Tanggal : 16 April 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S
PERNYATAAN
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM EXPANDING MATERNAL AND NEONATAL SURVIVAL (EMAS) UNTUK MENURUNKAN
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS BATANG KUIS DAN RSU SEMBIRING
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2014
ABSTRAK
Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) merupakan Program Kesehatan Ibu dan Anak dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan angka kematian ibu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan disain penelitian adalah studi kasus untuk mengevaluasi pelaksanaan program EMAS. Lokasi penelitian yaitu Puskesmas Batang Kuis dan RSU Sembiring yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Informan dalam penelitian terdiri dari kepala puskesmas, bidan koordinator, management RS dan masyarakat. Dilakukan wawancara mendalam dengan menggunakan panduan, dengan menganalisis transkip hasil dan mendeskripsikannya dalam bentuk matriks.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa program EMAS dalam tahun pertama pelaksanaan belum mencapai target karena aplikasi Sistem Informasi dan Komunikasi Jejaring Rujukan Gawat Darurat, Sistem Informasi Gerbang Kesehatan Publik dan Sistem Informasi Penguatan dan Pembelajaran belum terlaksana hanya masih dalam tahapan pembangunan sistem karena kemampuan SDM yang kurang dan jaringan internet yang terbatas yang dipengaruhi keadaan geografis setiap puskesmas yang berbeda-beda.
Saran kepada dinas kesehatan dan Puskesmas menyediakan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan sistem informasi karena menitikberatkan sistem ini digunakan untuk mengatasi kegawatdarutan ibu dan anak dengan menggunakan internet dan SMS gateway serta meningkatkan kemampuan petugas kesehatan untuk mengaplikasikan sistem tersebut.
ABSTRACT
Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) Program is Mother and Child Health Program in efforts to reduce maternal mortality rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia. Data of Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 showed that the maternal mortality rate was 359 per 100,000 live births.
This qualitative study with case study design conducted at Community Health Center of Batang Kuis and General Hospital of Sembiring was to Evaluate implementation of EMAS program
The result of this study showed that the implementation of EMAS
. The informants of this study were the head of Community Health Center, midwife coordinators, hospital management and local community. The data were obtained through questionnaire based in depth interview. The data obtained were analyzed through matrix.
Program in the first year did not meet the target due to the application of Information and Communication Systems Emergency Referral Network, the Gate of the Public Health Information System and Information Systems Strengthening and Learning that was in the stage of the system development, the different geographical condition of respective Puskesmas, lack of inadequate skilled human resources and limited internet network.
It is suggested that the management of health service provide the facilities and infrastructures in the implementation of information system to be used in solving the mother and child in emergency by using internet and Short Message Service gateway, as well as improving the ability of health workers to apply the system
Keywords: Evaluation, EMAS Program, Maternal Mortality Rate
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Peningkatan Derajat Kesehatan Ibu Melalui Program Expanding And Neonatal Survival (Emas) Di Puskesmas Batang Kuis Dan RSU Sembiring Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013”.
Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Universitas Sumatera Utara.
Peneliti dalam menyusun tesis ini, menyadari begitu banyak mendapat dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, semoga sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Drs. Heru Santosa, M.S., Ph.D dan Dra. Syarifah, MS selaku komisi pembimbing dengan sabar dan tulus serta banyak memberikan perhatian, dukungan, pengertian dan pengarahan sejak awal hingga terselesaikannya tesis ini.
5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dan Ibu Siti Khadijah Nasution, M.Kes selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan tesis ini.
6. Seluruh Dosen Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, semoga ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama penulis belajar menjadi amal ibadah dan mendapat Rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.
7. dr. Aida Harahap, MARS selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan izin kepada penulis melaksanakan penelitian wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Deli Serdang
8. dr. Alprindo Sembiring selaku Direktur RSU Sembiring Deli Tua yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. dr. H. Puja Armadi selaku Kepala Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis yang telah memberikan izin kepada penulis melaksanakan penelitian 10. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd selaku Ketua Yayasan MEDISTRA Lubuk
11. Drs. David Ginting, M.Pd selaku ketua STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam yang telah banyak memberikan motivasi, dorongan selama pengerjaan tesis ini 12. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Minat Kesehatan Reproduksi. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Orangtua Ayahanda Bukti Bangun dan Ibunda Ramah Br Surbakti atas segala cinta kasih dan doa yang tiada berkesudahan sehingga peneliti mendapatkan pendidikan terbaik. Terimakasih kepada abangda Lepi Agustinus Bangun, S.Kom/Irmawati Bukti, kepada kakanda Diantisari Br Bangun/Ronald Parlaungan Sibarani, dan adik-adik tercinta Apriadi Bangun, S. Kom, Liok Ardianta Simamora dan Hardinata Simamora. Kepada keponakan tercinta Jose Aleksander Pratama Bangun, Joyce Eldiora Pebrebina Bangun, Efraim Dianta Jonoki Sibarani, Geraldo Sibarani, dan Tania Sibarani.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan yang ada, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, mudah-mudahan tesis ini ada manfaatnya bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Dalam perjalanan pendidikan ini, kasih yang tak terbatas dan perlindungan yang luar biasa dari Sang Pemilik Kehidupan menyempurnakan segalanya.
Student Today Leader Tomorrow.
Medan, Oktober 2014 Peneliti
RIWAYAT HIDUP
Sri Melda Br Bangun dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 24 Agustus 1982, anak ketiga dari pasangan Ayahanda Bukti Bangun dan Ibunda Ramah Br Surbakti. Anak ke 3 dari 4 bersaudara Lepi Agustinus Bangun, S.Kom (abang), Diantisari Br Bangun (kakak), dan Apriadi Bangun (adik). Memulai pendidikan di SD Negeri 4 Kabanjahe lulus tahun 1995, melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten Karo lulus tahun 1998, melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Kabanjahe lulus tahun 2001. Kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara selesai tahun 2006, Selanjutnya meneruskan pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana tahun 2011-2014.
DAFTAR ISI
2.3.4. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) ... 31
2.3.5. Jaminan Persalinan (Jampersal) ... 32
2.3.6. Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) ... 36
2.4. Indikator Program Kesehatan Ibu ... 44
2.4.1. Pelayanan Antenatal ... 45
2.4.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan ... 46
2.4.4. Komplikasi Kebidanan yang ditangani (PK) ... 47
2.5. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) ... 47
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang ... 59
4.1.2. Program Expanding Maternal and Neontal Survival (EMAS) ... 61
4.2. Hasil Penelitian ... 71
4.2.1. Karakteristik Informan ... 71
4.2.2. Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Informan 72 BAB 5. PEMBAHASAN ... 77
5.1. Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) ... 77
5.1.1. Sosialisasi Program EMAS ... 77
5.2. Meningkatkan Kualitas Emergensi Maternal dan Neonatal ... 79
5.2.1. Kunjungan K1 dan K4 di Puskesmas Batang Kuis ... 79
5.2.2. Jumlah Kematian Ibu di Puskesmas Batang Kuis ... 79
5.2.3. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Batang Kuis ... 80
5.2.4. Ibu Nifas yang mendapatkan Pelayanan Nifas ... 81
5.2.5. Jumlah Tenaga Medis di Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Tahun 2012 ... 82
5.2.6. Jumlah tenaga Bidan dan Perawat di Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Tahun 2012 ... 82
5.3.1. Sistem Informasi dan Komunikasi Jejaring Rujukan Gawat Darurat (Sijariemas), dan Sistem Informasi
Penguatan dan Pembelajaran (SIPP) ... 83
5.3.2. Sistem Informasi Gerbang Kesehatan Publik (Sigapku) ... 89
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92
6.1. Kesimpulan ... 92
6.2. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 94
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 2.1 Konsentrasi Intervensi pada Program EMAS ... 41 2.2 Roadmap Kegiatan Program EMAS 2012-2016 ... 44 3.1 Informan dalam Penelitian Evaluasi Pelaksanaan Program EMAS ... 54 4.1 Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 –
2014 ... 60 4.2 Cakupan K1 dan K4 di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 –
2013 ... ... 60 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah di Wilayah Kerja
Puskesmas Batang Kuis Tahun 2012 ... 63 4.4 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan yang Ditolong Tenaga
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas di Puskesmas
Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Tahun 2012 ... 64 4.5 Karakteristik Informan ... 71 5.1 Kunjungan K1 dan K4 di Puskesmas Batang Kuis Kecamatan
Batang Kuis Tahun 2012 – 2013 ... 79 5.2 Jumlah Kematian Ibu di Puskesmas Batang Kuis Kecamatan
Batang Kuis Tahun 2011 - 2013 ... 79 5.3 Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Batang Kuis Tahun 2011-2013 ... 80 5.4 Ibu Nifas yang Mendapatkan Pelayanan Nifas di Puskesmas Batang
Kuis Kecamatan Batang Kuis Tahun 2011-2013 ... 81 5.5 Jumlah Tenaga Medis di Puskesmas Batang Kuis Kecamatan
Batang Kuis Tahun 2012 ... 82 5.6 Jumlah Tenaga Bidan dan Perawat di Puskesmas Batang Kuis
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Pendekatan Evaluasi dengan Model Linier ... 18
2.2. Empat Pilar Safe Motherhood ... 28
2.3. Alur Penyaluran dan Pertanggungjawaban Dana Jamkesmas ... 36
2.4. EMAS Result Framework ... 42
2.5. EMAS Program Interventions ... 43
2.6. Intervensi Program EMAS ... 50
2.7. Roadmap Kegiatan Program EMAS 2013 - 2013 ... 51
4.1. RSU Sembiring Delitua ... 66
4.2. Instalasi Gawat Darurat ... 66
4.3. Ruang Bersalin RSU Sembiring Delitua ... 67
4.4. Kamar Bayi RSU Sembiring Delitua ... 68
4.5. Ruang Rawat Bayi ... 68
4.6. Ruang Rawat Bayi ... 69
4.7. Ruang Rawat Bayi ... 69
5.1. Diagram Alir Proses Sijariemas ... 84
5.2. Computer Center untuk Jejaring Rujukan Gawat Darurat di RSU Sembiring Delitua ... 87
5.3. Sistem Rujukan Sijariemas Kabupaten Deli Serdang ... 86
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
ABSTRAK
Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) merupakan Program Kesehatan Ibu dan Anak dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan angka kematian ibu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan disain penelitian adalah studi kasus untuk mengevaluasi pelaksanaan program EMAS. Lokasi penelitian yaitu Puskesmas Batang Kuis dan RSU Sembiring yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Informan dalam penelitian terdiri dari kepala puskesmas, bidan koordinator, management RS dan masyarakat. Dilakukan wawancara mendalam dengan menggunakan panduan, dengan menganalisis transkip hasil dan mendeskripsikannya dalam bentuk matriks.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa program EMAS dalam tahun pertama pelaksanaan belum mencapai target karena aplikasi Sistem Informasi dan Komunikasi Jejaring Rujukan Gawat Darurat, Sistem Informasi Gerbang Kesehatan Publik dan Sistem Informasi Penguatan dan Pembelajaran belum terlaksana hanya masih dalam tahapan pembangunan sistem karena kemampuan SDM yang kurang dan jaringan internet yang terbatas yang dipengaruhi keadaan geografis setiap puskesmas yang berbeda-beda.
Saran kepada dinas kesehatan dan Puskesmas menyediakan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan sistem informasi karena menitikberatkan sistem ini digunakan untuk mengatasi kegawatdarutan ibu dan anak dengan menggunakan internet dan SMS gateway serta meningkatkan kemampuan petugas kesehatan untuk mengaplikasikan sistem tersebut.
ABSTRACT
Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) Program is Mother and Child Health Program in efforts to reduce maternal mortality rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia. Data of Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 showed that the maternal mortality rate was 359 per 100,000 live births.
This qualitative study with case study design conducted at Community Health Center of Batang Kuis and General Hospital of Sembiring was to Evaluate implementation of EMAS program
The result of this study showed that the implementation of EMAS
. The informants of this study were the head of Community Health Center, midwife coordinators, hospital management and local community. The data were obtained through questionnaire based in depth interview. The data obtained were analyzed through matrix.
Program in the first year did not meet the target due to the application of Information and Communication Systems Emergency Referral Network, the Gate of the Public Health Information System and Information Systems Strengthening and Learning that was in the stage of the system development, the different geographical condition of respective Puskesmas, lack of inadequate skilled human resources and limited internet network.
It is suggested that the management of health service provide the facilities and infrastructures in the implementation of information system to be used in solving the mother and child in emergency by using internet and Short Message Service gateway, as well as improving the ability of health workers to apply the system
Keywords: Evaluation, EMAS Program, Maternal Mortality Rate
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati “Deklarasi Millenium” di New York pada bulan September 2000. Deklarasi Millenium ini dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang pencapaiannya ditargetkan di tahun 2015. Isi “Deklarasi Millenium” merupakan komitmen masing-masing negara untuk mencapai 8 sasaran pembangunan dan 18 target, salah satunya adalah mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu (Juhardi, Hamidi, & Syapsan, 2011).
Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu tempat di dunia, seorang perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan kemungkinan bayinya yang baru lahir untuk bertahan hidup sangat kecil. Diperkirakan setiap tahunnya 300.000 ibu di dunia meninggal ketika melahirkan. Sebanyak 99% kasus kematian ibu terjadi di negara berkembang (Unicef Indonesia, 2012).
Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia masih termasuk yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Setiap tiga menit, di manapun di Indonesia, satu anak balita meninggal dunia. Selain itu, setiap jam, satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan. Indonesia merupakan salah satu diantara 15 negara yang tidak akan mencapai MDGs target ke 5 untuk mengurangi kematian ibu sebesar tiga perempatnya dari tahun 1990 (Unicef Indonesia, 2012).
Menurut Aditama (2013) bahwa perjalanan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak sudah lama dimulai di Indonesia, dimulai dengan Safe Motherhood (1990-2000), lalu dengan Making Pregnancy Safer (2001-2010) dan dilanjutkan dengan percepatan MDG melalui implementasi Roadmap MDG di pusat dan Daerah.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan data SDKI 2007 adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan tahun 2002-2003 dimana angka kematian ibu adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup maka angka kematian ibu sebetulnya mengalami penurunan walaupun masih yang tertinggi di Asia Tenggara (SDKI, 2007). Diperkirakan 10.500 ibu di Indonesia mati saat melahirkan tiap tahunnya (Harjono, 2011). Dimana target pencapaian MDGs tahun 2015 untuk AKI adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut.
Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah data terbaru yang dikeluarkan berdasarkan data SDKI 2012 adalah 359 per 100 ribu kelahiran hidup, dimana angka ini naik bila dibandingkan dengan laporan SKDI 2007 (SDKI, 2012). Padahal ditahun 2011 Program Jaminan Persalinan diluncurkan oleh Pemerintah sebagai usaha untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia dan untuk mencapai target MGDs tahun 2015.
Walaupun pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih cukup tinggi, beberapa faktor seperti risiko tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu mendapat perhatian. (Bappenas, 2010). Kematian ibu di rumah sakit banyak disebabkan oleh kasus kegawatdaruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas. Persalinan di rumah ditolong oleh dukun, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi masih tingginya AKI di Indonesia.
kelompok ibu yang melahirkan di rumah ternyata baru 51,9% persalinan ditolong oleh bidan, sedangkan yang ditolong oleh dukun sebanyak 40,2%.
Tantangan lain program penurunan AKI adalah masih besarnya proporsi kehamilan/kelahiran pada usia terlalu muda dan terlalu tua. Berdasarkan kajian tindak lanjut hasil Sensus Penduduk tahun 2010, lebih dari 30% kematian ibu terjadi pada usia di bawah 20 tahun dan ibu usia di atas 35 tahun. Kemudian lebih dari 10% kematian ibu terjadi pada ibu dengan lebih dari 4 (empat) anak (Sakti, Gita Maya Koemara, 2013).
Menurut Kementerian Kesehatan (2012), terdapat 5 (lima) propinsi di Indonesia, masing-masing Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur yang merupakan penyumbang kematian ibu terbesar di Indonesia yang berkisar 50% dari total angka kematian ibu dan bayi karena propinsi ini memiliki jumlah penduduk yang besar.
Dalam upaya mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian neonatal (AKN) tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program
Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS). Program ini merupakan program hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan lembaga donor USAID, yang bertujuan menurunkan AKI dan AKN di Indonesia sebesar 25%. Program ini dilatarbelakangi kondisi kesehatan di Indonesia khususnya kesehatan ibu dan anak dimana lebih dari 10.000 perempuan dan 80.000 bayi meninggal saat melahirkan setiap tahun di Indonesia. Kondisi ini disebabkan sebagian besar karena perdarahan postpartum, eklampsia, infeksi, asfiksia bayi baru lahir dan berat lahir rendah.
Program ini bertujuan untuk meningkatka kualitas obstetric darurat dan layanan perawatan neonatal dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas system rujukan antara rumah sakit dan puskesmas. Melalui program ini diharapkan mampu menurunkan angka kematian ibu senayak 25% untuk mencapai program MDGs ditahun 2015. Program ini dilaksanakan di propinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan bayi yang besar yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dan dilaksanakan pada 10 kabupaten. Sekitar 52,6% dari jumlah kematian ibu di Indonesia berasal dari keenam propinsi tersebut. Untuk propinsi Sumatera Utara kabupaten yang menjadi sasaran program ini adalah Kabupaten Deli Serdang (Kementerian Kesehatan, 2012).
kasus dimana tahun 2007 sebanyak 27 kasus, tahun 2008 sebanyak 32 kasus, tahun 2009 sebanyak 21 kasus, tahun 2010 sebanyak 20 kasus, dan tahun 2011 sebanyak 20 kasus. Sedangkan jika dilihat cakupan K1 adalah 98,13 %, cakupan K4 adalah 96,06 %, ibu hamil yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 95,29% dan ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan adalah 93,45% sudah baik. Jika dilihat cakupan K1 dan K4, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan serta ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan yang sudah baik maka kasus kematian maternal seharusnya tidak mencapai angka 20 kasus.
Selama ini Pemerintah telah banyak melakukan berbagai perbaikan kebijakan kesehatan dan Undang-Undang dalam rangka untuk meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia. Upaya yang telah dilakukan yaitu mengurangi kekurangan gizi, meningkatkan distribusi cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, memperkuat pendanaan kesehatan, dan berbagai pelatihan kepada petugas kesehatan. Hanya sayangnya semuanya belum memperlihatkan hasil yang maksimal (Harjono, 2011).
kunjungan antenatal ke rumah ibu hamil akan dapat menurunkan risiko kematian ibu. Sementara studi prospektif yang dilakukan oleh Greenwood di perkotaan Gambia membuktikan bahwa pemberian program training kepada dukun tradisional, kader desa dan paket obstetrik memiliki signifikansi terhadap penurunan kematian ibu pada lokasi kontrol.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan untuk menurunkan angka kematian ibu secara maksimal, tidak bisa tidak, diperlukan pendekatan yang bervariasi dan mungkin berbeda – beda, tergantung pada daerahnya masing-masing, kerjasama antara institusi pelayanan kesehatan dengan para bidan dimasyarakat, kader dan mungkin dengan dukun, jelas amat penting untuk terus menerus dipertahankan (Campbell dan Graham, 2006).
Menurut Direktorat Bina Kesehatan Anak (2012) berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita, upaya tersebut antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.
kesehatan dari masyarakat. Perlu diketahui bahwa, apapun bentuk intervensi yang dilakukan, amat bergantung pada sistem manajemen yang melingkupinya. Dengan kata lain, apapun bentuk kegiatan pelaksanaan kegiatan tersebut, tetap memerlukan pengorganisasian kegiatan yang baik. Menurut rekomendasi WHO (2007), semua kegiatan didalam upaya mempercepat pencapaian MDGs apapun bentuknya hanya akan bisa berhasil jika terdapat sistem manajemen yang baik dimana perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang ada benar-benar mendukung hal tersebut.
Canavan (2009) yang merekapitulasi berbagai model intervensi terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak menyatakan bahwa masalah manajemen pelayanan KIA adalah salah satu hal yang seharusnya diperkuat untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Dengan menerapkan proses manajemen yang baik, Puskesmas seharusnya bisa menyusun perencanaan KIA dengan baik yang sesuai dengan tujuan dari program KIA yang telah ada. Puskesmas harus menjadi ujung tombak penurunan angka kematian ibu (AKI) melalui penyelenggaraan manajemen KIA yang baik dan berkualitas.
Kesulitan evaluasi program KIA sangat berkaitan dengan fungsi manajemen dalam hal monitoring dan evaluasi. Manajemen pelayanan kesehatan di seluruh tingkat fasilitas pelayanan kesehatan memerlukan informasi yang adekuat sehingga bisa melakukan fungsi manajemennya, dimana salah satu fungsinya adalah monitoring dan evaluasi.
Berdasarkan hal diatas, masih tingginya AKI kemungkinan berhubungan dengan belum baiknya proses manajemen pada level Puskesmas. Di era otonomi daerah, proses manajemen sering sekali mengalami benturan karena beberapa kendala antara lain kecakapan petugas kesehatan, politik kesehatan daerah, bahkan kemampuan teknis dari petugas yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut, meskipun Kementerian Kesehatan memiliki panduan yang seragam tentang manajemen dalam tata laksana Puskesmas.
Menurut hasil penelitian Almazini dkk (2010) yang dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Pisangan Timur 1 Jakarta melalui penelitian kualitatif dengan waktu periode Januari-Desember 2009 ditemukan beberapa masalah pada kegiatan KIA yang dilakukan oleh Puskesmas di wilayah tersebut. Masalah yang ditemukan adalah deteksi kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat sebesar 2,6% dari target yang seharusnya 5%, cakupan peserta KB aktif sebesar 33,3% dari target yang seharusnya 87%, dan cakupan kunjungan bayi sebesar 12,4% dari target seharusnya 88%.
suami/keluarga, kader dan masyarakat, dan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya deteksi kehamilan risiko tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang petugas bidang Kesehatan Keluarga yang menangani pelaporan KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat diketahui bahwa kualitas data yang buruk menjadi masalah utama dalam memberikan pelayanan KIA. Tidak adanya dokumen pertinggal laporan yang dikirimkan ke Puskesmas dan selanjutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang; data dengan indikator yang sama yang selalu berubah-ubah bila diminta pada waktu dan orang yang berbeda; keterlambatan laporan; dan bahkan perbedaan data untuk evaluasi program KIA dengan data yang dipakai untuk merencanakan program KIA menjadi bukti bagaimana kinerja petugas KIA dalam pengelolaan/manajemen data.
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti mencoba menganalisis dan evaluasi pelaksanaan program evaluasi Expanding Maternal And Neonatal Survival (EMAS) untuk menurunkan Angka kematian ibu dan anak di Puskesmas Batang kuis dan RSU Sembiring Kabupaten deli serdang tahun 2013
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis dan mengevaluasi Pelaksanaan pelaksanaan program Expanding Maternal And Neonatal Survival (EMAS) untuk menurunkan Angka kematian ibu dan anak di Puskesmas Batang kuis dan RSU Sembiring Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Pelaksana Program Kesehatan Ibu dan Anak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi pelaksana program kesehatan ibu dan anak dalam memberikan pelayanan terutama pada peningkatan kinerja dalam mendukung program kesehatan ibu di Puskesmas
1.4.2. Bagi Puskesmas
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi Puskesmas dalam mendukung dan meningkatkan program kesehatan ibu
1.4.3. Dinas Kesehatan
1.4.4. Rumah Sakit
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi Rumah Sakit untuk meningkatkan pelayanan kesehatan umumnya dan kesehatan ibu dan anak khususnya.
1.4.5. Bagi Peneliti yang Lain
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau kelayakan tujuan suatu subjek oleh perencana dengan membandingkannya terhadap target dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (McKenzie, Pinger dan Kotecki, 2007).
Menurut Azwar yang dikutip oleh Sulaeman (2011) evaluasi suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program.
Berdasarkan pengertian diatas, evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.
2.1.1. Prosedur Evaluasi
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. yaitu apa saja yang dapat dievaluasi, dapat mengacu pada program. Banyak terdapat aspek aspek yang kiranya dapat dan perlu dievaluasi. Tetapi, biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadifaktor berhasil tidaknya suatu program.
2. Merancang (desain) kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan terlebih dahulu desain evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa saja yang dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, sarta apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.
3. Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efesian, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
4. Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan gap. Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.
5. Pelaporan hasil evaluasi. Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan diinformasikan baik secara lisan maupun tulisan.
manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi (Husein, 2003).
Meskipun kelima fungsi manajemen terpisah satu sama lain, tetapi sebagai suatu kesatuan kegiatan, dimana kelimanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Kelima fungsi ini bersifat sekuensial artinya fungsi yang satu mendahului fungsi yang lainnya, di mana aktivitas manajerial dimulai dengan
planning (perencanaan) yang telah disusun, kemudian struktur organisasi (organizing).
Jika struktur organisasi telah dirancang, maka pimpinan memilih dan menetapkan personalia dengan kualifikasi yang tepat. Kemudian individu atau tim yang bekerja dalam organisasi digerakkan dan diarahkan agar mereka bertindak atau bekerja efektif untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan (actuating).
Akhirnya semua aktivitas dikontrol untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan (controling), kemudian hasil yang dicapai dibandingkan dengan tolok ukur atau kinerja yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan kesimpulan dan saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan program (evaluating) (Sulaeman, 2011).
2.1.2. Ruang Lingkup Evaluasi
keputusan untuk tindakan dimasa mendatang, juga keberhasilan program tersebut dapat dicontoh/ditiru ditempat lain atau pengalaman kegagalan agar jangan terulang ditempat lain.
Untuk kepentingan praktis, Azrul Azwar, ruang lingkup evaluasi atau penilaian secara sederhana dapat dibedakan atas empat kelompok yaitu :
1. Penilaian terhadap masukan
Termasuk kedalam penilaian terhadap masukan (input) ialah yang menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya, baik dana, tenaga, metode maupun saran-prasarana.
2. Penilaian terhadap proses
Penilaian ini lebih dititik beratkan pada pelaksanaan program, apakah sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup semua tahap administrasi, mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan program.
3. Penilaian terhadap keluaran
Yang dimaksud penilaian terhadap keluaran (output) ialah penilaian terhadap hasil yang dicapai dari pelaksanaan suatu program.
4. Penilaian terhadap dampak
2.1.3. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah menentukan apa tingkat, apa sasaran dan tujuan yang telah dicapai sehingga program yang telah diimplementasikan diketahui sudah sejauh mana dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat dan bagaimana dampaknya terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Pada dasarnya tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis (Rowitz, 2011). Fungsi evaluasi berbeda dengan fungsi monitoring (pengawasan). Perbedaan ini terletak pada sasarannya, sumber data dan siapa yang akan melaksanakannya. Perbedaan ini dapat dilihat pada tabel berikut: Pada dasarnya tujuan evaluasi adalah:
1. Sebagai alat untuk memperbaiki pelaksanaan kebijakan dan perencanaan program yang akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan pengalaman mengenai hambatan atau pelaksanaan program yang lalu selanjutnya dapat dipergunakan untuk memperbaiki kebijakan dan pelaksanaan program yang akan datang.
2. Sebagai alat memperbaiki alokasi sumber dana, daya dan manajemen (resources) saat ini serta dimasa datang, karena tanpa adanya evaluasi akan terjadi pemborosan sumber dana dan daya yang sebenarnya dapat diadakan penghematan serta penggunaannya.
terhadap target yang direncanakan secara terus menerus serta menentukan sebab dan faktor didalam maupun diluar yang mempengaruhi pelaksanaan program (Supriyanto, 2003)
2.1.4. Pendekatan Evaluasi 1. Model Linier
Model linier merupakan salah satu pendekatan dalam evaluasi yang dilakukan dengan melihat urutan peristiwa yang terjadi dimana perencanaan yang telah dipersiapkan dilakukan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan pelaksanaan dan akhirnya program di evaluasi. Ini merupakan urutan yang biasa dilakukan karena anggapan bahwa evaluasi biasa dilakukan setelah program dilaksanakan dan ini merupakan kelemahan dari model ini (Veney dan Kaluzny, 1984).
Gambar 2.1. Pendekatan Evaluasi dengan Model Linier 2. Model Non Linier
Model lain dari model linier adalah model non liner. Pendekatan ini menempatkan evaluasi sebagai bagian integral dari siklus manajemen. Dimana perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian sebagai tiga kegiatan yang saling berhubungan menempatkan evaluasi terjadi disemua fase dalam siklus manajemen. Evaluasi pada model ini menggiringi perencanaan dan pengimplementasian program untuk bias terus melihat apakah program berjalan dengan baik atau tidak serta melihat
apakah program memiliki dampak ditengah-tengah masyarakat (Veney dan Kaluzny, 1984)
2.1.5. Tahapan Evaluasi Program
Dimensi utama evaluasi diarahkan kepada hasil, manfaat, dan dampak dari program. Pada prinsipnya yang perlu dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur melalui empat dimensi yaitu (Muninjaya A. , 2004)
1. Indikator Masukan (Input)
Masukan (input) adalah sumber-sumber daya manajemen yang dapat dikelompokkan atas sumber daya manusia (human resource) dan sumber daya non manusia (non human resource) yang meliputi sumber daya finansial (financial), sumber daya fisik (physical resource), serta sumber daya sistem dan teknologi (system and technological resource) (Sulaeman, 2011). Semua masukan ini dievaluasi sebelum kegiatan program dilaksanakan, bertujuan untuk mengetahui apakah sumber daya yang dimanfaatkan sudah sesuai dengan standard dan kebutuhan. Kegiatan evaluasi ini juga bersifat pencegahan (Muninjaya A. , 2004).
2. Proses (Process)
1) Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi yang terpenting karena merupakan awal dan arah dari proses manajemen di organisasi secara keseluruhan. Perencanaan dimulai dengan sebuah idea atau perhatian yang khusus ditujukan untuk situasi tertentu. Perencanaan adalah usaha untuk menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan itu benar-benar timbul, mengantisipasi sebanyak mungkin keputusan pelaksanaan dengan meramalkan masalah-masalah yang mungkin timbul, dan menerapkan prinsip-prinsip serta menerapkan aturan-aturan untuk memecahkannya (McMahon & Kumala, 1999). Perencanaan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul (Notoatmodjo, 2005).
2) Pengorganisasian
3) Pelaksanaan (Aktuasi)
Pelaksanaan adalah usaha untuk menciptakan iklim kerja sama diantara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien (Muninjaya, 2004). Prinsip pembagian kerja dan pelimpahan wewenang sangat berkaitan dengan hubungan pribadi. Mekanisme komunikasi antara pimpinan dengan staf ataupun dengan pihak luar yang mempunyai kaitan dengan Puskesmas (lintas sektor) akan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan program yang sudah disusun sebelumnya. Keterampilan untuk menggembangkan hubungan ini sangat diperlukan dalam pelaksanaan dari fungsi manajemen ini (McMahon & Kumala, 1999).
4) Pengawasan dan Pengendalian
3. Keluaran (Output)
Dilaksanakan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan untuk mengetahui efek dari program yang sudah dikerjakan
4. Indikator dampak (Outcame)
Apakah program sudah sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya. 2.1.6. Jenis-Jenis Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan program dengan tujuan untuk mengubah atau memperbaiki program. Evaluasi ini dilakukan untuk memperbaiki program yang sedang berjalan dan didasarkan atas kegiatan sehari-hari, minggu, bulan bahkan tahun, atau waktu yang relative pendek. Manfaat evaluasi formatif ini terutama untuk memberikan umpan balik kepada pimpiman program tentang hasil yang dicapai beserta hambatan-hambatan yang dihadapi.
2. Evaluasi Sumatif
2.1.7. Analisa Strength, Weakness, Oppurtunity, and Threat (SWOT)
Mutu pelayanan kesehatan sangat ditententukan oleh kepuasaan yang didapat oleh pasien, makin sempurna kepuasaan yang dirasakan pasien maka semakin bermutu pelayanan yang diberikan. Mutu pelayanan lahir dari berbagai program yang dilaksanakan difasilitas kesehatan khusunya Puskesmas. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang terbaik membutuhkan berbagai strategi sehingga pasien merasa puas jika datang ke pelayanan kesesehatan. Untuk itu dalam penerapan mutu dalam pelayanan kesehatan membutuhkan analisis SWOT (Rangkuti, 2006)
a) Strength (Kekuatan)
Strength adalah situasi dan kondisi yang merupakan kekuatan dari individu/organisasi atau program saat itu.
b) Weakness (Kelemahan)
Weakness adalah situasi dan kondisi yang merupakan kelemahan dari individu/organisasi atau program pada saat ini.
c) Oppurtunity (Peluang)
Oppurtunity adalah situasi dan kondisi yang merupakan peluang diluar diri individu/organisasi yang memberikan peluang berkembang bagi individu/organisasi dimasa depan.
d) Threat (Tantangan)
2.1.8. Kerangka SWOT
Kerangka SWOT merupakan matriks dua kali dua. Pembuatan matriks ini bertujuan utnuk membantu mengidentifikasi dimana posisi sebuah program saat ini, sumber daya yang dapat segera dimanfaatkan dan masalah yang belum juga dapat diselesaikan. Dengan melakukan hal seperti ini kita dapat melihat dan mengidentifikasi dimana/kapan sumber daya baru, keterampilan atau mitra baru akan dibuthkan (Start dan Hovlan, 2004).
1. Startegi SO (Strength and Oppurtunity) adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity) adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalksan kelemahan yang ada.
3. Strategi ST (Strength and Threat) adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kkekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman.
4. Strategi WT (Weakness and Threat) adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defenisif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.2. Pengertian Kematian Ibu
memandang lama dan lokasi kehamilan, karena suatu sebab yang berhubungan dengan atau menjadi lebih buruk karena kehamilan atau pengelolaannya, tetapi bukan disebabkan kecelakaan (WHO, 2008). Maternal Mortality Rate (MMR, Angka Kematian Ibu/AKI) adalah rasio antara jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut WHO (2005) Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
a. Penyebab utama medis langsung dari kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas seperti perdarahan, pre ekslamsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus.
b. Penyebab utama medis tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardio-vaskuler.
Semua kondisi ini menjadi faktor yang mempersulit kehamilan, atau sebaliknya diperburuk oleh kehamilan
c. Penyebab lainnya yang termasuk pada level mikro (proximate level) adalah prilakuk sehat dimana wanita hamil menggunakan atau tidak menggunakan perawatan persalinan
e. Penyebab lainnya pada level mikro (proximate) dan meso (intermediate) level yang terdiri dari:
1) Akses terhadap pelayanan kesehatan dimana kurangnya ketersediaan peralatan dari perawatan persalinan, kurangnya obat-obatan dan petugas kesehatan yang kurang terlatih, jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan, transportasi yang kurang menyebabkan membutuhkan biaya yang mahal. 2) Sebagian besar kematian ibu terjadi selama menuju layanan kesehatan dan
pada masa periode postpartum.
f. Penyebab lainnya pada level makro (distant level) yaitu kematian ibu disebabkan oleh sosial ekonomi dan faktor budaya dimana kemiskinan, kepercayaan terhadap budaya, pengabaian, gizi dan dominasi orangtua dalam membuat keputusan.
2.3. Perjalanan Program Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia
Mortalitas dan morbiditas pada perempuan hamil, bersalin dan masa nifas adalah masalah besar di negara berkembang termasuk di Indonesia. Kebijakan tentang Kesehatan Ibu dan anak secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, mulai dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sampai dengan Rumah Sakit.
Kesehatan ibu dan anak adalah upaya yang dilakukan dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Tujuan Program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Tujuan khusus dari program ini adalah: a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat sekitarnya. b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
d. Meningkatnyan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka kematian ibu dan anak melalui berbagai program yang telah dilakukan pemerintah.
2.3.1. Program Safe Motherhood
Safe Motherhood adalah upaya yang dilakukan untuk menekan kematian ibu. Program ini mulai digalakkan ditahun 1988. Di Indonesia upaya Safe Motherhood
diartikan sebagai upaya untuk kesejahteraan atau keselamatan ibu. Gerakan yang digunakan untuk menyelamatkan perempuan agar kehamilan dan persalinannya berjalan dengan sehat, aman dan mendapatkan bayi yang sehat.
a. Keluarga Berencana, memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Sehingga tidak ada lagi kehamilan yang tak diinginkan.
b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai
c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
d. Pelayanan obstetric esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetric untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.
Melalui pilar Safe Motherhood ini lahirlah Kebijakan tentang Kesehatan Ibu secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, mulai dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sampai dengan Rumah Sakit.
2.3.2. Gerakan Sayang Ibu (GSI)
Gerakan saying ibu merupakan program yang dicanangkan oleh Presiden pada tahun 1996, yang sebelumnya dilakukan uji coba di 8 kabupaten/kota di 8 propinsi. Prinsip dari GSI ini adalah:
b) Intervensi yang integratif dan sinergis;
c) Partisipasi dan tanggung jawab pihak laki-laki d) Sistem pemantauan yang terus menerus;
e) Koordinasi yang efektif oleh pemerintah daerah. Kegiatan masyarakat dalam GSI ini adalah: a) Melaksanakan pendataan ibu hamil;
b) Melaksanakan KIE;
c) Menyediakan pondok saying ibu; d) Menggalang dana bersalin; e) Menggalang donor darah f) Menyediakan ambulance desa;
g) Menyelenggarakan forum pertemuan teratur. 2.3.3. Making Pregnancy Safer (MPS)
Program Making Pregnancy Safer diluncurkan tahun 2001. Namun program ini merupakan lanjutan dari program Safe Motherhood. Strategi utama dalam MPS yaitu:
a. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas;
b. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya;
d. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2.3.4. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Salah satu kegiatan dalam Making Pregnancy Safer (MPS) adalah peningkatan deteksi dan penanganan ibu hamil resiko tinggi. Deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan masyarakat melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program ini dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007 yang merupakan salah satu komponen dalam pelaksanaan desa/kelurahan siaga yang tertera dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010.
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah program yang dicanangkan dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dengan memantau, mencatat serta menandai setiap ibu hamil. Program ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dibantu kader dan tokoh masyarakat dengan menempelkan stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah pada rumah yang didalamnya terdapat ibu hamil (Depkes, 2008).
2.3.5. Jaminan Persalinan (Jampersal)
Program Jaminan Persalinan dicanangkan ditahun 2011 sebagai komitmen pemerintah untuk mencapai target dari MDGs tahun 2015. Dimana data kematian ibu berdasarkan SDKI (2007) adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca salin, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk melindungi semua masalah individu dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Permenkes, 2011)
Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari: a. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama
Pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru serta KB pasca salin tingkat pertama.
Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:
1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali 2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir. 3. Pertolongan persalinan normal
4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED.
5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali
6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya
7. Pelayanan rujukan terencana sesuai sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya.
b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti)
2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat persalinan
4. Pemeriksanaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti).
5. Penatalaksanaan KB paska salin dengan metode kontrasepsi jangka panjang atau kontrasepsi mantap (kontap) serta penanganan komplikasi.
c. Pelayanan Persiapan Rujukan
Pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan karena: a) Keterbatasan SDM
b) Keterbatasan peralatan dan obat-obatan
2. Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan paripurna yang lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan.
3. Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan 1. Manfaat Pelayanan Jaminan Persalinan
kali disertai konseling KB dengan frekuensi: 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, 2 kali pada triwulan ketiga. Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melelbihi frekuensi diatas pada tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini.
b. Penatalaksanaan Persalinan c. Pelayanan nifas (Post Natal Care)
Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-masing 1 kali pada: 1) Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2), 2) Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7), 3) Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28) dan 4) Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42)
Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pasca persalinan. Pelayanan KB pasca salin antara lain:a) Kontrasepsi mantap (kontap), b) IUD, c) Implant, dan d) Suntik
2. Pendanaan Jaminan Persalinan
Kabupaten/Kota sedangkan pelayanan tingkat lanjutan/rujukan dilakukan oleh RS.
Dana Jampersal dipelayanan kesehatan dasar disalurkan ke rekening Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, terintegrasi dengan dana Jamkesmas. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan rujukan langsung dikirim kerekening Rumah Sakit.
Gambar 2.3. Alur Penyaluran dan Pertanggunjawaban Dana Jamkesmas 2.3.6. Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS)
WHO (2005) hal ini bisa disebabkan oleh berbagai penyebab yaitu penyebab langsung secara medis yaitu terjadinya perdarahan berat, infeksi, aborsi tidak aman, eklamsia, persalinan lama. Sedangkan penyebab tidak langsung secara medis adalah penyakit malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardio vaskuler.
Selain dari penyebab diatas, faktor perilaku kesehatan dimana masih rendah pemahaman masyarakat tentang perawatan selama kehamilan dan persalinan serta perilaku secara kesehatan reproduksi dimana usia menikah terlalu muda, jarak antar kelahiran, dan paritas juga menjadi faktor tingginya angka kematian ibu.
Program EMAS merupakan program bantuan teknis Pemerintah Amerika kepada Pemerintah Indonesia melalui pendanaan United State Agency for International Development (USAID) di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan RI selama 5 tahun (2012-2016). Program ini berupaya untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, terutama untuk kesehatan ibu dan anak dibidang fasilitas kesehatan. Pemerintah telah menetapkan kebijakan tentang peningkatan pelayanan kesehatan terutama maternal dan neonatal yang salah satu tujuannya untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak (Alamsyah, 2012)
The Children, Muhammadiyah-Aisyiah, Perkumpulan Budi kemulian dan RTI (USAID, 2012). Program EMAS dilakukan di 30 kabupaten dan 6 propinsi yaitu: a. Sumatera Utara daerah intervensinya adalah Kabupaten Deli Serdang.
Kabupaten di sekitar daerah intervensi adalah Kota Medan, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kota Pematang Siantar, Kabupaten Serdang Bedagai, Kab Simalungun, dan Kota Binjai
b. Banten daerah intervensinya adalah Kabupaten Serang. Kabupaten di sekitar daerah intervensi adalah Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pendeglang, dan Kota Cilegon
c. Jawa Barat daerah intervensinya adalah Kabupaten Bandung. Kabupaten di sekitar daerah intervensi adalah Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat. Daerah intervensi lain di Jawa Barat adalah Kabupaten Cirebon. Kabupaten di sekitar daerah intervensi adalah Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan d. Jawa Tengah daerah intervensinya adalah Kabupaten Tegal. Kabupaten di
e. Jawa Timur daerah intervensinya adalah Kabupaten Malang. Kabupaten di sekitar daerah intervensi adalah Kota Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kota Batu, dan Kabupaten Blitar
f. Sulawesi Selatan. Daerah intervensinya adalah Kabupaten Pinrang. Kabupaten di sekitar daerah intervensi adalah Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Enrekang, Sidenreng Rappang, dan Kota Pare-Pare.
2.3.6.1. Tujuan Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) 1. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi maternal-neonatal
1) Memastikan prioritas intervensi medis berdampak besar pada penurunan kematian ibu dan neonates diterapkan di Puskesmas dan Rumah Sakit. 2) Melakukan pendekatan tata kelola (clinical governance) diterapkan di
Puskesmas dan Rumah Sakit.
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem rujukan antar Puskesmas dan Rumah Sakit.
1) Melakukan penguatan sistem rujukan, dimana tenaga kesehatan atau bidan yang ada di desa ataupun di Puskesmas merujuk ke Rumah Sakit dalam kondisi yang bersiap.
2) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan dan pemerintah daerah.
3) Meningkatkan akses masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan (Hardjono, 2013).
a) Memperbaiki dan memperkuat jalinan antara Rumah Sakit dan Puskesmas
b) Menggunakan teknologi berbasis Web dan ponsel sederhana untuk meningkatkan komunikasi, memperpendek waktu rujukan, dan memastikan pasien distabilkan kondisinya.
c) Menetapkan sekumpulan standar dan audit berkala yang dapat membantu pihak kabupaten untuk mengenali dan memantau semua kelebihan dan kekurangan dalam sistem rujukan dan memastikan dibuatnya kebijakan dan standar pelayanan yang sesuai.
d) Mengurangi halangan keuangan dan memastikan semua orang mempunyai akses setara untuk memperoleh jaminan sosial.
2.3.6.2. Konsentrasi Program EMAS
Tabel 2.1. Konsentrasi Intervensi pada Program EMAS No Priority Diagnoses Priority Intervensions
Maternal Intervensions
1 Hemorrhage 1. Active management of 3rd 2. PPH management
stage of labor 3. Management of shock
4. Use of blood transfusion
5. Use of manual vacuum aspiration (MVA) and post abortion care (PAC)
2 Severe Pre-eclampsia / eclampsia
a. Use of magnesium sulphate b. Treatment of hypertension c. Timely delivery
3 Maternal infection Safe use of prophylactic antibiotics and treatment of sepsis
4 Prolonged Labor 1. Use of the partograph 2. Safe use of cesarean section Neonatal Interventions
5 Neonatal asphysia Newborn resuscitation
6 Neonatal Sepsis Diagnosis and treatment of neonatal infection
7 Low Birth Weight 1. Assess and monitor for complications of prematury
2. Increased surveillance for infection/sepsis
3. Early diagnosis and management of feeding problems
4. Early initation of breastfeeding 5. Kanggaroo mother care
2.3.6.3. Framework dan Intervensi Program EMAS
Program EMAS dalam melaksanakan programnya menggunakan pendekatan
Intervensi yang dilakukan melalui quality improvement atau peningkatan kualitas di Rumah Sakit dan stakeholders yang mempunyai kemampuan untuk membuat kebijakan seperti Kepala Dinas Kesehatan, direktur RS khususnya dokter spesialis obgyn dan anak, serta tenaga spesialis lainnya yang mendukung. Selain dari peningkatan kualitas tenaga kesehatan, program ini juga menggunakan SMS sebagai media untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak dengan nama SIJARIEMAS.
Goal Reduced Maternal and Newborn Mortality
Gambar 2. EMAS Results Framework
Gambar 2.4. EMAS Result Framework
VANG
Increased covegare of life-saving MNH interventions
Gambar 2.5. EMAS Program Interventions 2.3.6.4. Roadmap Kegiatan Governace Program EMAS 2012-2016
Program EMAS direncanakan berjalan di Indonesia selama 5 tahun (2012-2016) dengan berbagai intervensi yang dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak sebesar 25% sehingga tujuan dari MDGs menurunkan angka kematian ibu sebesar ¾ atau menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan 23 per 1000 kelahiran hidup ditahun 2015 tercapai. Program EMAS dalam
Strengthened Accountability for improved Policies and Resources
Civic Engagement
Pokja-multi sector
Civic forum-community members
Citizen Feedback (sigapku, CRC)
National Advocacy with professional associations, and other stakeholders Referral Strengthening
Referral performance standars
Network MOUs
Sijari EMAS (referral exchange)
Maternal Perinatal audit at district level (pathway audit)
Equitable access/social insurance
Increased coverage of life saving MNH Interventions
Quality Improvement
Strategic leadership and shared vision
Clinical performance standards
Provider behavioral
interventions
Staff from puskesmas complete rotations in hospitals
Death and near miss audits
Dashboards
SIPPP (SMS Learning)
mengimplementasikan program membagi kegiatan dalam target tahunan sehingga tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi tercapai.
Tabel 2.2. Roadmap Kegiatan Program EMAS 2012-2016
No Tahun Kegiatan Capaian
1 2012 Pembangunan Kelembagaan (Pokja) pembangunan kesadaran, pengenalan teknologi, partisipasi dan transparansi
SIJARIEMAS,
SIGAPKU, SIPPP melalui SMS dan Voice (call center)
2 2013 Peningkatan partisipasi dan transparansi pelayanan melalui maklumat pelayanan dan umpan balik, akses yang baik terhadap pembiayaan
Penguatan intervensi tahun pertama melalui aplikasi telepon seluler 3 2014 Penguatan sistem rujukan dengan
dukungan regulasi yang baik, pelayanan berkualitas dan akses yang lebih baik, didukung kolaborasi stakeholders
Penguatan intervensi tahun 1 dan ke 2 serta integrasi sistem
4 2015 Perluasan partisipasi dan transparansi dalam pelayanan KIA 5 2016 Kelembagaan rujukan yang kuat,
kebijakan yang pro MNH, jaminan pembiayaan bagi kelopok miskin, askes yang adil terhadap pelayanan KIA
Penguatan intervensi tahun 1, ke 2, ke 3 dan ke 4 serta potensi teknologi baru (innovation)
2.4. Indikator Program Kesehatan Ibu
obstetric (PK), kematian ibu dan cakupan peserta KB aktif. Data indicator program kesehatan ibu dipantau perkembangan pencapaiannya setiap bulan.
2.4.1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan secara komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Tujuan dari pelayanan ini adalah memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu mendeteksi sedini mungkin kelainan/gangguan/penyakit yang diderita oleh ibu hamil (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2012).
Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kunjungan Antenatal Pertama (K1) adalah
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal sesuai standar oleh tenaga kesehatan. Pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang diberikan, sekurang-kurangnya meliputi:
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan b) Ukur tekanan darah
c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) d) Ukur tinggi fundus uteri
e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan
h) Test laboratorium sederhana (Hb, Protein Urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
i) Tatalaksana kasus
j) Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan Pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan
2) Kunjungan Antenatal 4 kali (K4)
Kunjungan Antenatal 4 kali (K4) adalah jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi waktu satu kali pada trisemester kesatu (kehamilan hingga 12 minggu), satu kali pada trisemester kedua dan dua kali pada trisemester ketiga.
2.4.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan (PN)
Adalah jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalina oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
2.4.3. Pelayanan Nifas (KF)
Adalah jumlah ibu nifas (ibu masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin) yang mendapatkan pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 4 – 28 hari dan 29 – 42 hari setelah bersalin.
1) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu 2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
3) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya 4) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan
5) Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama
6) Pelayanan KB pasca salin.
2.4.4. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani (PK)
Adalah jumlah kasus komplikasi/kegawatdaruratan obstetri (kebidanan) yang mendapatkan penanganan definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU PONEK). Penanganan definitive adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.