• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Analisis Regresi Ridge Pada Data Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Analisis Regresi Ridge Pada Data Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Tahun 2014"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN ANALISIS REGRESI RIDGE PADA DATA

PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

SIDIKALANG TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH MEDIS PASARIBU

111000159

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENERAPAN ANALISIS REGRESI RIDGE PADA DATA

PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

SIDIKALANG TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH MEDIS PASARIBU

111000159

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Multikolinearitas adalah adanya hubungan antar beberapa variable bebas yang membuat koefisienregresi yang dihasilkan analisis regresi ganda tidak dapat digunakan dalam pengestimasian. Masalah multikolinearitas yang ditunjukkan dengan nilai (Variance Inflantion Factor) VIF>10 ini terjadi saat memodelkan pengaruh umur, obesitas(IMT) dan Kolesterol terhadap tekanan darah sistol dan diastol.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan model regresi antara umur, obesitas(IMT), kolesterol terhadap tekanan darah sistol dan terhadap tekanan darah diastol pasien hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2014. Jumlah sampel sebanyak 105 pasien. Data yang digunakan adalah data sekunder dan menggunakan α=0,1. Analisis yang digunakan untuk mendapatkan model regresi yang tepat adalah analisis regresi ridge.

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa p< 0,001, artinya terdapat pengaruh secara simultan antara umur, obesitas (IMT), dan kolesterol terhadap tekanan darah sistol dan diastol. Persamaan untuk memodelkan tekanan darah diperoleh pada k= 0,07 yaitu Ysistol= 21,2828 + 0,7169 Umur + 1,7986 IMT + 0,2222 Kolesterol dan Ydiastol= 24,5290 + 0,5025 Umur + 0,6648 IMT + 0,0946 Kolesterol.

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengatasi masalah multikolinearitas saat pemodelan salah satunya dengan menggunakan analisis regresi ridge.

(5)

ABSTRACT

Multicollinearity is the correlation between some independent variables which makes coefficient regression yielded by multiple regression analysis cannot be used in estimating. The problem of multicollinearity which is indicated by the value of Variance Inflation Factor (VIF) > 10 occurs when the influence of age, obesity (IMT), and cholesterol were modeled toward systole and diastole blood pressure.

The objective of the research was to obtain the regression model of age, obesity (IMT), and cholesterol with systole blood pressure and with diastole blood pressure of patients suffered from hypertension at the Inpatient Wards of the RSUD (Regional General Hospital) Sidikalang, in 2014. The samples consisted of 105 patients. The data were secondary data and using ฀=0,1. Analyzed by using ridge regression in order to obtain correct regression model.

The result of ANOVA test showed that p<0.001 which indicated that, simultaneously, there was the influence of age, obesity (IMT), and cholesterol on systole and diastole blood pressure. The equation for modeling blood pressure was obtained at k = 0.07; they were Y systole = 21.2828 + 0.7169 Age + 1.7986 IMT + 0.2222 Cholesterol, and Y diastole = 24.5290 + 0.5025 Age + 0.6648 IMT + 0.0946 Cholesterol.

It is recommended that the next researchers solve the problems of multicollinearity during the modeling; one of them is by using ridge regression analysis.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MEDIS PASARIBU

Tempat Lahir : Doloksanggul

Tanggal Lahir : 20 januari 1993

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Sonner Pasaribu

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Tiurlan Munthe

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat Tahun : SD N 173398 Doloksanggul/ 2005

2. SLTP/Tamat Tahun : SMP N 2 Doloksanggul/ 2008

3. SLTA/Tamat Tahun : SMA N 1 Doloksanggul/ 2011

4. Akademi/Tamat Tahun :

-5. Lama studi di FKM USU : 3 Tahun 10 Bulan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan kasih setiaNya sehingga tugas skripsi yang berjudul “Penerapan

Analisis Regresi Ridge Pada Data Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum

Daerah Sidikalang Tahun 2014” dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini

terkhusus buat kedua orang tua tercinta Bapakku Sonner Pasaribu dan Inongku

Tiurlan Munthe yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing dan selalu

mendoakan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. Semoga Tuhan Yesus

senantiasa memberkati mereka. Amin

Dalam pengerjaan skripsi ini, banyak bantuan dan bimbingan yang

didapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa MS.,Ph.D. selaku Ketua Departemen

Kependudukan dan Biostatistik.

3. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.kes selaku Dosen Pembimbing I

dan Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang

(8)

4. Ibu Maya Fitria, SKM.,M.Kes dan Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku

Dosen Penguji yang telah meluangkan waktunya memberikan masukan

dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Para Dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Kependudukan dan Biostatistik,

atas bimbingannya.

7. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang serta seluruh staf

terkhusus bagian Tata Usaha dan Rekam Medis yang memberikan

dukungan dan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

8. Teristimewa kepada saudara saudara tersayang Abang Kobol, Abang

Iwan, S.T , Kak Lusi S.Sos , Kak Sarinah Amd.Keb , Adek Udur dan

terkhusus abang tercinta Alm. Brigadir Yon Pasaribu S.H serta

Kakak/Abang Ipar dan seluruhnya keponakanku yang menjadi

penyemangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Saudara saudaraku di GMKI FKM USU terutama Kakanda Gibeon SKM

dan Kakanda Jasmen SKM, M.Kes untuk arahan, saran, motivasi, ilmu

selama pengerjaan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabatku “Tujuh” Lamtiur, Elisabet, Jane, Janni, Riris, dan Dewi

atas motivasi dan dukungan serta doanya.

11.Sahabat-sahabatku Junita, Rafika, dan seluruh twister kebanggaanku untuk

dukungan dan doanya.

12.Sahabat-sahabatku “BFF” Maranatha, Santi, Debora, Julika, Kartini buat

(9)

13.Rekan-rekan seperjuanganku di Peminatan Biostatistika dan Informasi

Kesehatan, Rani, Wilda SKM, Rizky SKM, Ayu SKM, Tetty, Deby,

Nurul, Agung untuk waktu, dukungan dan berbagi ilmunya serta doanya.

14.Kesayangan PBL Pondok 10 Bang Fanji, Kak Nadyla, Winda SKM,

Junita, Janni dan Trivo SKM untuk kebahagian selama kita bersama.

15.Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam penyelesaian skripsi

ini.

Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan menuju yang lebih

baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2015

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii 2.1 Regresi Linier Berganda ... 7

2.2 Asumsi Regresi Linier Berganda ... 7

2.3 Metode Kuadrat Terkecil... 8

2.4 Pemusatan dan Penskalaan ... 9

2.5 Multikolinearitas ... 9

2.5.1 Pengertian Multikolinearitas ... 9

2.5.2 Pengaruh Multikolinearitas ... 11

2.5.3 Mendeteksi Adanya Multikolinearitas ... 12

2.6 Regresi Ridge ... 16

2.6.1 Pengertian Regresi Ridge ... 16

2.6.2 Estimator Regresi Ridge... 16

2.7 Ridge Trace ... 17

2.8 Uji Regresi Linier ... 18

2.9 Hipertensi ... 19

2.9.1 Defenisi Hipertensi ... 19

2.9.2 Etiologi Hipertensi ... 21

2.9.3 Faktor Risiko Hipertensi ... 22

2.10 Kerangka Konsep ... 29

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5 Defenisi Operasional ... 32

3.6 Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL 4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Daerah Sidikalang ... 35

4.1.1 Visi dan Misi Rumah Sakit ... 35

4.1.2 Jenis Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang .. 36

4.1.3 Sumber Daya Manusia ... 36

4.2 Analisis Deskriptif (Univariat) ... 37

4.3 Analisis Bivariat ... 37

4.4 Analisis Regresi Linier Ganda ... 38

4.5 Pemodelan Regresi Ridge ... 39

4.5.1 Pemusatan Data ... 39

4.5.2 Menetukan Tetapan Bias k ... 39

4.5.3 Nilai Koefisien Estimator ( ) Parameter ... 41

4.5.4 Uji Keberartian Regresi ... 46

4.7 Perbandingan Nilai VIF yang diperoleh antara Regresi Linier Ganda dengan Regresi Ridge ... 47

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Umur dengan Tekanan Darah Sistol dan Tekanan Darah Diastol... 48

5.2 Hubungan Obesitas(IMT) dengan Tekanan Darah Sistol Dan Tekanan Darah Diastol ... 48

(12)

DAFTAR TABEL

Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 ...

Klasifikasi Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ...

Klasifikasi Kadar Kolesterol ...

Ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang ...

Hasil Analisis Univariat dari Variabel-Variabel Penelitian ...

Hasil Analisis Korelasi Pearson ...

Hasil Analisis Spearman ...

Nilai VIF Variabel Bebas ...

Nilai VIF ( k ) dari Berbagai Nilai k ...

Nilai Koefisien Estimator ( ) Parameter pada Tekanan

Darah Sistol ...

Nilai Koefisien Estimator ( ) Parameter pada Tekanan

Darah Diastol ...

Tabel ANOVA Ridge Tekanan Darah Sistol ...

Tabel ANOVA Ridge Tekanan Darah Diastol ...

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penerapan Analisis Regresi Ridge Pada Penyakit Hipertensi Pada Pasien Rawat Inap di Rumah

Sakit Umum Daerah Sidikalang Tahun 2014 ... 29

Gambar 4.1 Ridge Trace dari Tekanan Darah Sistol dengan Berbagai

Nilai K ... 41

Gambar 4.2 Ridge Trace dari Tekanan Darah Diastol dengan Berbagai

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2. Lampiran Surat Izin Melakukan Penelitian dari RSUD Sidikalang

3. Lampiran Surat Selesai Melakukan Penelitian dari RSUD Sidikalang 4. Lampiran Master Data

(15)

ABSTRAK

Multikolinearitas adalah adanya hubungan antar beberapa variable bebas yang membuat koefisienregresi yang dihasilkan analisis regresi ganda tidak dapat digunakan dalam pengestimasian. Masalah multikolinearitas yang ditunjukkan dengan nilai (Variance Inflantion Factor) VIF>10 ini terjadi saat memodelkan pengaruh umur, obesitas(IMT) dan Kolesterol terhadap tekanan darah sistol dan diastol.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan model regresi antara umur, obesitas(IMT), kolesterol terhadap tekanan darah sistol dan terhadap tekanan darah diastol pasien hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2014. Jumlah sampel sebanyak 105 pasien. Data yang digunakan adalah data sekunder dan menggunakan α=0,1. Analisis yang digunakan untuk mendapatkan model regresi yang tepat adalah analisis regresi ridge.

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa p< 0,001, artinya terdapat pengaruh secara simultan antara umur, obesitas (IMT), dan kolesterol terhadap tekanan darah sistol dan diastol. Persamaan untuk memodelkan tekanan darah diperoleh pada k= 0,07 yaitu Ysistol= 21,2828 + 0,7169 Umur + 1,7986 IMT + 0,2222 Kolesterol dan Ydiastol= 24,5290 + 0,5025 Umur + 0,6648 IMT + 0,0946 Kolesterol.

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengatasi masalah multikolinearitas saat pemodelan salah satunya dengan menggunakan analisis regresi ridge.

(16)

ABSTRACT

Multicollinearity is the correlation between some independent variables which makes coefficient regression yielded by multiple regression analysis cannot be used in estimating. The problem of multicollinearity which is indicated by the value of Variance Inflation Factor (VIF) > 10 occurs when the influence of age, obesity (IMT), and cholesterol were modeled toward systole and diastole blood pressure.

The objective of the research was to obtain the regression model of age, obesity (IMT), and cholesterol with systole blood pressure and with diastole blood pressure of patients suffered from hypertension at the Inpatient Wards of the RSUD (Regional General Hospital) Sidikalang, in 2014. The samples consisted of 105 patients. The data were secondary data and using ฀=0,1. Analyzed by using ridge regression in order to obtain correct regression model.

The result of ANOVA test showed that p<0.001 which indicated that, simultaneously, there was the influence of age, obesity (IMT), and cholesterol on systole and diastole blood pressure. The equation for modeling blood pressure was obtained at k = 0.07; they were Y systole = 21.2828 + 0.7169 Age + 1.7986 IMT + 0.2222 Cholesterol, and Y diastole = 24.5290 + 0.5025 Age + 0.6648 IMT + 0.0946 Cholesterol.

It is recommended that the next researchers solve the problems of multicollinearity during the modeling; one of them is by using ridge regression analysis.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis regresi merupakan salah satu metode statistik yang sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan analisis regresi yaitu mengetahui

sejauh mana hubungan sebuah variabel bebas dengan beberapa variabel tak bebas.

Bila dalam analisisnya hanya melibatkan sebuah variabel bebas, maka analisis

yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Sedangkan, apabila analisisnya

melibatkan lebih dari satu variabel bebas, maka digunakan analisis regresi linier

berganda.

Analisis model regresi dinyatakan baik jika memenuhi asumsi-asumsi

klasik antara lain yaitu tidak ada autokorelasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan

tidak ada multikolinier. Saat menentukan model regresi populasi ada

kemungkinan beberapa atau semua variabel bebas (variabel X) membentuk

hubungan antara satu sama lain, kejadian ini dapat disebut juga sebagai

multikolinier (Ryan,1997).

Sembiring (1995) berpendapat bahwa salah satu akibat dari adanya

multikolinearitas adalah variansi estimator β sangat besar mendekati tak hingga,

bahkan untuk keadaan multikolinearitas sempurna tidak lagi sangat besar

melainkan tak hingga.Jika varians estimator suatu model sangat besar,

menandakan perkiraan koefisien regresi sangat lemah.

Ada beberapa metode untuk mengatasi multikolinier, diantaranya

Principal Component Analysis (PCA) , Partial Least Squares (PLS),dan regresi

(18)

diamati dengan cara menyusutkan variabel (mereduksi) dimensinya. Hal ini

dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui

transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama

sekali atau biasa disebut komponen utama. Metode PCA pernah digunakan untuk

memodelkan hubungan konsumsi terhadap pendapatan upah, pendapatan non

upah dan non pertanian serta pendapatan pertanian (Soemartini, 2008). PLS

pernah digunakan untuk memodelkan data gingerol (Ohyver, 2010). Regresi ridge

pernah digunakan untuk memodelkan hubungan barang import terhadap bahan

yang dipesan, persedian barang, dan barang yang dikonsumsi (Pradipta, 2009).

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah regresi ridge.

Metode ini merupakan modifikasi dari metode kuadrat terkecil dengan cara

menambahkan tetapan bias k yang kecil pada diagonal matriks XTX. Walaupun

memiliki penduga yang bias, penduga ini memiliki variansi estimator koefisien

minimum (Ryan,1977).

Pada penelitian ini, masalah kesehatan yang digunakan untuk

mengaplikasikan penggunaan metode regresi ridge adalah penyakit hipertensi

karena penyakit hipertensi memiliki faktor resiko yang digunakan sebagai variabel

bebas yang diindikasikan melanggar asumsi multikolinearitas. Adapun faktor

resiko dari hipertensi adalah Faktor resiko dari hipertensi yaitu faktor genetik,

umur,jenis kelamin, etnis, obesitas, asupan garam, stress, kolesterol, kebiasaan

merokok, tipe kepribadian. Karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

model regresi dari hipertensi maka faktor resiko diatas yang masuk menjadi

variabel independent adalah variabel berskala numerik seperti umur, obesitas yang

(19)

Ercho dkk (2013) mahasiswa kedokteran Universitas Lampung dalam

penelitiannya yang berjudul “Hubungan obesitas dengan kadar LDL dan HDL

pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun

2013” menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan

kadar kolesterol. Dan dalam penelitian yang dilakukan Mintangi (2013)

menyebutkan bahwa ada hubungan umur dengan kadar kolesterol total. Penelitian

yang sama dengan yang dilakukan Listiana dkk (2006) menyebutkan pada usia

yang lebih tua, kadar kolesterol total akan lebih tinggi. Dapat dikatakan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kadar kolesterol tubuh.

Selain itu hal yang melatarbelakangi pemilihan penyakit hipertensi adalah

karena penyakit hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang selalu masuk

dalam peringkat 10 terbesar di setiap rumah sakit diseluruh Indonesia. Dan secara

global, penyakit ini banyak mengakibatkan kematian. Dari 17 juta kematian akibat

penyakit kardiovaskuler terdapat 9,4 juta kematian akibat hipertensi setiap tahun.

Sebanyak 45% dari kematian akibat penyakit jantung disebabkan oleh hipertensi

dan 51% kematian akibat stroke disebabkan oleh hipertensi (WHO, 2013).

Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah yang melebihi batas

normal, yakni sistolik ≥120 mmHg dan atau diastolik ≥80 mmHg. Pada

umumnya, penderita tidak menyadari jika dirinya menderita hipertensi, karena

hipertensi seringkali tanpa tanda dan gejala. Oleh sebab itulah hipertensi sering

disebut sebagai silent killer (WHO, 2013).

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini yang menjadi

perhatian paling penting di seluruh dunia. Setiap tahunnya hipertensi membunuh

(20)

wilayah Asia Tenggara. Secara global, hampir 1 miliar orang memiliki tekanan

darah tinggi (hipertensi), 2/3 di antaranya di negara berkembang. Saat ini, 1/3 dari

populasi orang dewasa di Asia Tenggara telah menderita tekanan darah tinggi.

Permasalahan hipertensi akan terus berkembang, diperkirakan 1,56 miliar orang

dewasa akan terkena hipertensi pada tahun 2025 (WHO, 2011).

Menurut Riskesdas Tahun 2007, prevalensi hipertensi yang didapat pada

pengukuran mulai dari umur ≥18 tahun sebesar 31,7 % dan menurut Riskesdas

2013 menurun menjadi 25,8 %. Prevalensi hipertensi tertinggi di Bangka Belitung

(30,9%),diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa

Barat(29,4%). Dan prevalensi hipertensi di Sumatera Utara sebesar 24,7 %.

Data yang diperoleh dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun

2010-2011 menyebutkan bahwa penyakit hipertensi selalu masuk dalam peringkat

10 besar penyakit tidak menular yang menyebabkan rawat jalan dan rawat inap di

seluruh Rumah Sakit di Indonesia tahun 2009-2010. Berdasarkan kefatalan

penyakit yang dilihat dari angka CFRnya, CFR penyakit hipertensi mengalami

peningkatan dari 3 pada tahun 2009 menjadi 3,5 pada tahun 2010 (SIRS, 2011).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Dairi, hipertensi menjadi penyakit

kedua terbesar diderita masyarakat Kabupaten Dairi pada tahun 2014 yaitu

sebesar 9223 penderita. (Dinkes Dairi, 2014). Berdasarkan survey pendahuluan

yang dilakukan di RSUD Sidikalang, hipertensi masuk dalam 10 penyakti terbesar

untuk rawat inap dan rawat jalan. Untuk rawat jalan, hipertensi adalah penyakit

kedua terbesar yaitu sebanyak 3148, Untuk rawat inap, hipertensi menjadi

(21)

Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian untuk mencari

model regresi dari tekanan darah pada pasien hipertensi yang berobat di RSUD

Sidikalang tahun 2014 dengan menggunakan regresi ridge yang memodelkan

hubungan antara umur, obesitas (yang diukur dengan IMT), dan kadar kolesterol

dengan tekanan sistolik dan diastolik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang

terjadi dalam penelitian ini adalah terjadi multikolinearitas antara

variabel-variabel yang mempengaruhi tekanan darah sehingga regresi linear ganda tidak

dapat digunakan untuk mendapatkan model regresi dari tekanan darah.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengaplikasikan analisis regresi ridge dalam mengatasi masalah

multikolinearitas yang terjadi pada variabel variabel yang mempengaruhi tekanan

darah pada pasien hipertensi RSUD Sidikalang tahun 2014.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

pada variabel-variabel yang mempengaruhi tekanan darah.

2. Untuk mendapatkan model regresi yang baik antara hipertensi dengan

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dengan adanya penelitian menggunakan analisis regresi ridge ini dapat

diperoleh model regresi yang baik antara tekanan darah dengan variabel

independennya.

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Regresi Linier Berganda

Model regresi linier merupakan sebuah model yang digunakan untuk

menganalisis hubungan antar variabel. Hubungan tersebut dapat diekspresikan

dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat (Y) dengan satu

atau lebih variabel bebas X1, X2, …, Xk.

Berikut bentuk umum dari persamaan linear berganda:

= ß + ß1 1 + ß2 2 + …… + ß +

dengan :

= variabel tak bebas

= variabel bebas

ß1,…,ß = parameter regresi / koefisien regresi variabel penjelas xk

= variabel gangguan / error

ß1,…, ß adalah parameter-paremeter yang diduga. Metode yang paling

sering digunakan dalam menduga parameter regresi adalah metode kuadrat

terkecil (Ordinary Least Square, OLS)

2.2 Asumsi Regresi Linier Berganda

Dalam model regresi linier berganda ada beberapa asumsi yang harus

dipenuhi, asumsi tersebut adalah :

1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu nol, yaitu E() = 0, untuk I = 1, 2,

(24)

2. Varian () = E (2) = �2, sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi

homokedastisitas)

3. Tidak ada otokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti kovarian ( )

= 0, i ≠ j

4. Variabel bebas 1, 2 , … , , konstan dalam sampling yang terulang dan

bebas terhadap kesalahan pengganggu .

5. Tidak ada multikolinieritas diantara variabel bebas X.

6. ~ N (0; �2, artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal

dengan rata-rata 0 dan varian �2.

2.3 Metode Kuadrat Terkecil

Metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square, OLS) merupakan salah

satu metode untuk mengestimasi parameter pada regresi linier. Metode kuadrat

terkecil mempunyai beberapa kelebihan dalam mengestimasi parameter, yaitu

1. Dengan memakai nilai kuadrat, maka semua nilai dari kesalahan atau

simpangan e akan berubah menjadi positif.

2. Dengan mengkuadratkan nilai kesalahan e yang kecil (pecahan) maka akan

diperkecil mendekati nol, dan bila nilai ini diminimumkan, sehingga garis

regresi penduga yang dihasilkan akan mendekati ketepatannya, bila

digunkan sebuah garis penduga.

3. Tujuan OLS adalah meminimumkan jumlah kuadrat dari kesalahan (error

(25)

2.4 Pemusatan dan Penskalaan

Pemusatan dan penskalaan data merupakan bagian dari membakukan

(standardized) variabel. Modifikasi sederhana dari pembakuan atau standarisasi

variabel ini adalah transformasi korelasi (correlation transformation). Pemusatan

merupakan perbedaan antara masing-masing pengamatan dan rata-rata dari semua

pengamatan untuk variabel. Sedangkan penskalaan meliputi gambaran

pengamatan pada kesatuan (unit) standar deviasi dari pengamatan untuk variabel

Prosedur pemusatan dan penskalaan ini mengakibatkan hilangnya βo

(intercept) yang membuat perhitungan untuk mencari model regresi menjadi lebih

sederhana.

Rumus yang digunakan dalam pemusatan adalah sbb:

ZY = −

−1

(2.1)

Z = −

−1

Rumus yang digunakan dalam penskalaan adalah

= (2.2)

0 = - 1 1- 2 2 - ….- (2.3)

2.5 Multikolinieritas

2.5.1 Pengertian Multikolinearitas

Istilah multikolinieritas pertama kali diperkenalkan oleh Ragnar Frisch

(26)

hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel

bebas dari model regresi berganda.

Multikolinearitas juga dapat diartikan sebagai adanya inter-korelasi antar

beberapa variabel independent. Adanya korelasi antar variabel independent

menyebabkan nilai koefisien regresi parsial menjadi kurang dapat dipercaya

(Dajan, 1986). Andaikan persamaan regresi berganda adalah = + 1 1 +

2 2 + ɛ kita tambahkan 1 variabel independent 3 yang memiliki koefisisien

regresi 3. Jika diketahui bahwa variabel independent

2 dengan variabel independent 3 berkorelasi positif sempurna, maka variabel

3 jelas tidak dapat menjelaskan tambahan variasi yang terdapat pada variabel

dependent . Nilai koefisien regresi parsialnya mungkin saja tidak jauh dari 0

jika terdapat interkorelasi yang erat antar variabel independennya.

Pada analisis regresi, multikolinieritas dikatakan ada apabila beberapa

kondisi berikut dipenuhi :

1. Dua variable berkorelasi sempurna (oleh karena itu vektor–vektor yang

menggambarkan variabel tersebut adalah kolinier).

2. Dua variabel bebas hampir berkorelasi sempurna yaitu koefisien

korelasinya mendekati +1 atau -1.

3. Kombinasi linier dari beberapa variabel bebas berkorelasi sempurna atau

mendekati sempurna dengan variable bebas yang lain.

4. Kombinasi linier dari satu sub-himpunan variabel bebas berkorelasi

sempurna dengan suatu kombinasi linier dari sub-himpunan variabel bebas

(27)

Dalam bentuk matriks, multikolinearitas adalah suatu kondisi buruk dari

matriks yaitu suatu kondisi yang tidak memenuhi asumsi klasik. Jika

multikolinearitas terjadi antara dua variabel atau lebih dalam suatu persamaan

regresi, maka nilai perkiraan koefisien dari variabel yang bersangkutan menjadi

tak berhingga, sehingga tidak mungkin lagi menduganya. Hal ini disebabkan

menjadi singular atau mendekati nol.

2.5.2 Pengaruh Multikolinearitas

Apabila kolinearitas sempurna terjadi maka koefisien regresi dari pada

variabel X tidak dapat ditentukan (indeterminate) dan standard errornya tidak

terhingga (infinite). Apabila kolinearitas kurang sempurna, maka koefisien regresi

dari variabel X masih bisa ditentukan namun sangat besar dan mempunyai

standard error yang tinggi yang berarti koefisien regresi tidak dapat diperkirakan

dengan tingkat ketelitian yang tinggi,

Konsekuensi praktis dari multikolinearitas adalah sebagai berikut:

1. Meskipun koefisien OLS dapat diperoleh, standard errornya akan

cenderung membesar nilainya sewaktu tingkat kolinearitas antar variabel

bebas juga meningkat.

2. Oleh karena standard error dari koefisien regresi besar maka dengan

sendirinya interval keyakinan untuk parameter dari populasi cenderung

melebar.

3. Dengan tingginya kolinearitas, probabilita untuk menerima hipotesis,

(28)

4. Selama multikolinear tidak sempurna, masih mungkin untuk menghitung

perkiraan koefisien regresi akan tetapi standard errornya menjadi sangat

sensitif, walaupun terjadi perubahan yang sangat kecil dalam data.

5. Apabila multiolinearitas tinggi, koefisien determinan ganda ( 2) akan

tinggi, akan tetapi tidak ada atau sedikit sekali koefisien regresi yang

signifikan secara statistik.

2.5.3 Mendeteksi Adanya Multikolinearitas

Beberapa teknik telah diperkenalkan untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas. Dalam hal ini sangat diperlukan sifat-sifat dari prosedur

pengecekan yang bisa menunjukkan secara langsung derajat dari masalah

multikolinearitas dan memberikan informasi yang dapat membantu dalam

menentukan variabel-variabel bebas yang mana yang terlibat. Beberapa teknik

tersebut adalah sebagai berikut:

2.5.3.1 Plot Variabel Bebas

Plot Variabel Bebas adalah cara yang paling sederhana untuk mendeteksi

adanya multikolinearitas adalah dengan memplot hubungan antara

variabel-variabel bebas. Diagram yang sering digunakan untuk memplot hubungan antar

variabel-variabel penjelas adalah scater plot atau diagram pencar, dengan

menambahkan garis regresi. Karena scater plot hanya menampilkan hubungan

dua variabel saja, maka didalam regresi ganda, pengujian dilakukan dengan

berpasangan tiap dua variabel. Jika hubungan antara kedua variabel mengikuti

garis regresi atau membentuk pola garis lurus maka terdapat hubungan linear

(29)

2.5.3.2 Pemeriksaan Matriks Korelasi

Pemerikasaan Matriks Korelasi adalah langkah yang paling sederhana

dalam mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas. Jika digukan program SPSS

dalam pemeriksaan matriks korelasi maka yang menjadi pedoman suatu regresi

ganda yang bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antar variabel bebas

adalah −1 ≤ ≤ 1. Jika dua variabel mempunyai nilai = 0, berarti antara dua

variabel tidak terdapat hubungan, tetapi jika dua variabel mempunyai = +1 atau

= -1 maka kedua variabel tersebut mempunyai hubungan sempurna. Menurut

Budiono dan Koster (2002), arti koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

1. Jika 0,7 < < 0,9 atau −0,9 < < −0,7 maka terdapat kolinearitas

sangat kuat

2. Jika 0,5 < < 0,7 atau −0,7 < < −0,5 maka terdapat kolinearitas

kuat

3. Jika 0,3 < < 0,5 atau −0,5 < < −0,3 maka terdapat kolinearitas

lemah

4. Jika 0 < < 0,3 atau −0,3 < < 0 maka terdapat kolinearitas sangat

lemah

Pemeriksaan korelasi sederhana antar variabel-variabel bebas hanya membantu dalam mendeteksi adanya ketergantungan linear yang erat antar pasangan-pasangan variabel bebas. Sedangkan ketika terdapat lebih dari dua variabel bebas yang terlibat dalam ketergantungan linear yang erat, maka tidak ada jaminan akan terdapat korelasi berpasangan yang besar. Secara umum,

(30)

2.5.3.3 VIF ( Variance Inflation Factors ) dan Tolerance

Adanya multikolinearitas dinilai dari nilai VIF yang dihasilkan. Besarnya

nilai VIF ini bergantung pada nilai koefisien determinasi ( 2 ) yang

dihasilkan. Jika nilai VIF melebihi 10 maka koefisien determinasi bernilai lebih

besar dari 0,9. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh nilai 2 terhadap nilai VIF

yang dihasilkan, yaitu semakin besar nilai 2 maka semakin besar pula nilai VIF

yang dihasilkan.VIF = (1 – 2 )−1

VIF pada setiap bagian (untuk setiap j) dalam model, mengukur

kombinasi pengaruh ketergantungan antara variabel-variabel bebas pada variansi

dalam bagian tersebut. VIF menunjukkan inflasi yang dialami oleh setiap

koefisien regresi di atas nilai idealnya, yaitu di atas nilai yang dialami jika

matriks korelasi adalah matriks identitas. Terdapat satu atau dua lebih nilai VIF

yang besar menandakan adanya multikolinearitas. Dari praktek-praktek yang

banyak dilakukan mengindikasikan bahwa jika ada nilai VIF yang melebihi 10,

maka ini menandakan bahwa koefisien-koefisien regresi adalah estimasi yang

kurang baik karena pengaruh multikolinearitas. Selama itu VIF juga dapat

membantu mengidentifikasi variabel-variabel bebas yang mana yang terlihat

dalam masalah multikolinearitas.Jika digunakan program SPSS untuk menghitung

nilai VIF maka akan muncul tambahan kolom Collinearity Statistics pada tabel

Coefficients. Di sana akan terdapat subkolom Tolerance yang merupakan

indikator dari persentasi variansi dalam penduga yang tidak dapat dihitung oleh

(31)

adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan mempunyai angka Tollerance

mendekati satu.

Tollerance = 1

� atau VIF=

1

jika nilai Tollerance kurang dari 0.1 sebaiknya diselidiki lebih lanjut karena hal ini

menandakan adanya multikolinearitas.

2.5.3.4 Sistem Nilai Eigen dari ���

Nilai eigen dari vektor eigen dalam matriks korelasi mempunyai

peranan penting dalam kasus adanya multikolinearitas dalam kumpulan data dari

analisis regresi yang dilakukan. Akar-akar karakteristik atau eigenvalue dari

adalah 1, 2, …. , yang dapat digunakan untuk mengukur adanya

multikolinearitas. Jika ada satu atau lebih hubungan linier di dalam data, maka

satu atau lebih dari eigenvalue kecil. Sedangkan satu atau lebih eigenvalue yang

kecil menandakan adanya hubungan linier di dalam kolom-kolom dari variabel

bebas X. Jadi multikolinearitas akan terjadi jika ada satu atau lebih eigenvalue

yang kecil.

Multikolinearitas dapat diukur dalam bentuk rasio dari nilai terbesar dan

terkecil dari nilai eigen, yaitu φ = yang disebut nilai kondisi dari matriks

korelasi. Nilai φ yang besar mengindikasikan multikolinearitas yang serius. Nilai

kondisi yang terlalu besar menunjukkan ketidakstabilan koefisien regresi terhadap

perubahan kecil dalam data variabel bebas.

Montgomery & Peck (1992) memberikan kategori multikolinearitas

(32)

φ = jika:

φ < 100 maka disebut multikolinearitas rendah

100 ≤ φ < 1000 maka disebut multikolinearitas agak kuat

φ ≥ 1000 maka disebut multikolinearitas kuat

Nilai φ = mempunyai hubungan dengan nilai .

2.6 Regresi Ridge

2.6.1 Pengertian regresi ridge

Proses ridge regression diusulkan pertama kali oleh A.E. Hoerl pada tahun

1962. Prosedur tersebut ditujukan untuk mengatasi situasi multikolinearitas dan

kolom matriks dari X tidak bebas linier yang menyebabkan matriks XTX hampir

singular. yang pada gilirannya menghasilkan nilai estimasi parameter yang tidak

stabil. Dalam bentuknya yang sederhana adalah sebgai berikut:

(k) = ( X + kI )−1 X

Dimana k adalah sebuah bilangan positif atau k ≥ 0, umumnya k terletak antara

interval 0 < k <1.

Umumnya sifat dari penafsiran ridge ini memiliki variansi yang minimum

sehingga diperoleh nilai VIF-nya yang merupakan diagonal utama dari matriks :

( X + kI )−1 X ( X + kI )−1

2.6.2 Estimator regresi ridge

Estimasi Ridge untuk koefisien regresi dapat diperoleh dengan

menyelesaikan suatu bentuk dari persamaan normal regresi. Asumsikan bahwa

bentuk standar dari model regresi linear ganda adalah sebagai berikut:

(33)

Parameter penting yang membedakan regresi ridge dari metode kuadrat

terkecil adalah k. Tetapan bias k yang relatif kecil ditambahkan pada diagonal

utama matriks X sehingga koefisien estimator regresi ridge dipenuhi dengan

besarnya tetapan bias k. (Hoerl dan Kennard dalam Prenadita, 2011).

2.7 Ridge Trace

Ridge Trace adalah plot dari estimator regresi ridge secara bersama

dengan berbagai kemungkinan tetapan bias k, konstanta k mencerminkan jumlah

bias dalam estimator ( k ). Bila k=0 maka estimator (k) akan bernilai sama

dengan kuadrat terkecil β. Bila k > 0, koefisien estimator Ridge akan bias

terhadap parameter β, tetapi cenderung lebih stabil daripada estimator kuadrat

terkecil. Umumnya nilai k terletak pada interval 0 < k < 1.

Pemilihan tetapan bias k merupakan masalah yang perlu diperhatikan.

Tetapan bias yang diinginkan adalah tetapan bias yang menghasilkan bias relatif

kecil dan menghasilkan koefisien yang relatif stabil.

Suatu acuan yang digunakan untuk memilih besarnya k, dengan melihat

besarnya VIF dan melihat pola kecenderungan Ridge Trace. VIF merupakan

faktor yang mengukur seberapa besar kenaikan variansi dari koefisien

estimator k dibandingkan terhadap variable bebas lain yang saling orthogonal.

Bila diantara variabel bebas tersebut terdapat korelasi yang tinggi, nilai VIF akan

besar. VIF memiliki nilai mendekati 1 jika variabel X saling tidak berkorelasi

dengan variabel bebas lainnya.

(34)

terdapat hubungan yang orthogonal antara variabel bebasnya. Jika X =0

terdapat hubungan linier diantara variabel-vriable bebasnya. Dengan kata lain

bahwa tingkat multikolinearitas dilihat dari X mendekati 0.

2.8 Uji Regresi Linier

Setelah model yang baik diperoleh kemudian model itu diperiksa.

Pemeriksaan ini ditempuh melalui hipotesis. Untuk mengujinya diperlukan dua

macam jumlah kuadrat sisa (JKS) yang dapat dihitung dengan rumus:

JKR = − 2

JKS = y -

JKS = JKT – JKR

Dengan JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

JKS = Jumlah Kuadrat Sisa

JKT = Jumlah Kuadrat Total

Pengujian hipotesis untuk uji keberartian regresi sebagai berikut:

1. Menentukan uji hipotesis, yang mana selalu menggunakan uji dua arah

0: 1 = 2 = 3 =⋯ = = 0 (tidak ada hubungan linear antara

variabel-variabel bebas dengan variabel terikat)

1: ≠ 0, j = 1, 2, 3, …, k (ada hubungan linear antara variabel-variabel

bebas dengan variabel terikat)

2. Menentukan tingkat signifikansi (α )

3. Memilih dan menuliskan uji statistic yang digunakan, dalam hal ini uji

statistic yang digunakan adalah uji – F

2 =

ℎ � =

2

(35)

Dengan k= banyaknya variabel bebas dalam model

n= banyaknya data

4. Menentukan aturan pengambilan keputusan � atau �(1 ; , − −1).

Jika � > �(1 ; , − −1) untuk derajat bebas k dan n-k-1 maka

hipotesis 0 ditolak pada taraf α dan berarti juga bahwa 1 diterima. Jika

�ℎ � ≤ �(1− ; , − −1) maka 0 diterima pada taraf (α)

5. Kemudian hitung nilai �

6. Tuliskan kesimpulan ketika � dibandingkan dengan �(1 ; , − −1)

Sehingga F statistiknya dapat dicari dengan rumus:

F= /

/( − −1)

7. F statistic inilah yang dipakai untuk menguji kelinearan suatu regresi

ganda. Jika � > �(1 ; , − −1) dengan taraf signifikansi yang

dipilih, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan linear antara

variabel-variabel bebas dengan variabel terikat.

2.9 Hipertensi

2.9.1. Definisi hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.

Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan

hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan hipertensi primer bila tidak ditemukan

penyebab dari peningkatan tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder

(36)

primer (sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan

renovaskuler, serta akibat obat.

Hipertensi akan memberi gejala yang akan berlanjut kesuatu organ target

seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah

jantung), dan hipertrofi ventrikel kanan/ left ventricle hypertrophy (untuk otot

jantung).Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi

penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi. (Bustan, 2007).

Hipertensi atau penyakti darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh

darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali

disebut sebagai pembunuh gelap silent killer, karena termasuk penyakit

mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan

bagi korbannya (Lanny Sustrayati, dkk, 2004 dalam Jafar Nurhaedar, 2010)

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)

klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1

dibawah

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

(37)

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and

treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO

dengan International Society of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu

apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau

tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti

hipertensi. Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih

dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur

sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah.

2.9.2 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi

renal.

2.9.2.1 Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial disebut juga hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas

sistem saraf simpatis, sistem rennin angiotensin, defek dalam ekskresi Na,

peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko

seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya

(38)

2.9.2.2 Hipertensi Sekunder

Hipertensi atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab

spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi

vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,

feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan, dan lain – lain (Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2001).

2.9.3 Faktor Risiko Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui

dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi

antara lain :

2.9.3.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi

Ada tiga faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak dapat

diubah yaitu, keturunan, jenis kelamin, dan umur.

a. Keturunan

Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang

tua atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko

lebih besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya

normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi

dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya

(39)

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah.

Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin.

Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan.

Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang

mununjukkan adanya pengaruh hormon.

c. Umur

Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin

tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini disebabkan

elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya umur.

Sebagian besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55

tahun tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah

umur 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan

demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya umur.

2.9.3.2 Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang berasal dari gaya

hidup dan dapat diubah yaitu adalah sebagai berikut.

a. Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan

darah.Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan

tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan

kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam

(40)

darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan

peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung

bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah,

aliran darah pada koroner m meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah

perifer.

b. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya

dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada

besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah

parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi

tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing – masing

individu. Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan

berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan

Berikut adalah pengklasifikasian obesitas berdasarkan angka Indeks Massa

Tubuh (IMT) menurut WHO tahun 2004.

Tabel 2.2 Klasifikasi obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Klasifikasi IMT

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Ketika

takut, gugup, dan dikejar waktu tekanan darah biasanya meningkat. Tetapi dalam

(41)

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang

dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung

lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada

binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan

binatang tersebut menjadi hipertensi.

d. Aktifitas Fisik

Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar

kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik

membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 – 45

menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah secara

langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada semua

kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.

e. Mengkonsumsi garam berlebih

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya

hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100

mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium

yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler

meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga

volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler

tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada

(42)

f. Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung

dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol

berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).

g. Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi

meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.

h. Kadar Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi

oleh hati dalam jumlah yang diperlukan. Darah mengandung 80 % kolesterol yang

di produksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kadar kolesterol

normal adalah 160 mg/dl – 200 mg/dl. Kolesterol yang berlebih atau kolesterol

tinggi (hiperkolesterolemia) akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh

darah jantung dan otak.

Hiperkolesterolemia terjadi jika kadar kolesterol melebihi batas normal,

dan hal inilah yang dapat menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis adalah

penyumbatan pembuluh darah arteri akibat penumpukan kolesterol di dinding

arteri. Dinding-dinding pada saluran arteri yang telah mengalami aterosklerosis

(43)

mengalami proses penyempitan, pengerasan, kehilangan kelenturanya dan

menjadi kaku.

Makin tinggi kadar kolesterol maka akan semakin tinggi pula proses

aterosklerosis berlangsung. Berbagai penelitian epidemiologi, biokimia maupun

aksperimental menyatakan bahwa yang memegang peranan penting terhadap

terbentuknya aterosklerosis adalah kolesterol. Telah dibuktikan bahwa konsentrasi

LDL kolesterol yang tinggi dalam darah akan menyebabkan terbentuknya

aterosklerosis. Apabila sel-sel otot arteri tertimbun lemak maka elastisitasnya

akan menghilang dan berkurang dalam mengatur tekanan darah. Akibatnya akan

terjadi berbagai penyakit seperti hipertensi, aritmia ,serangan jantung dan stroke,

dan lain-lain.

Berikut adalah pengklasifikasian kadar kolesterol menurut WHO

Tabel 2.3 Klasifikasi Kadar Kolesterol

Klasifikasi Kadar Kolesterol (mg/dL)

Normal

Mengkhawatirkan Buruk

<200 200-239 ≥240

Kolesterol merupakan faktor resiko yang dapat diubah dari hipertensi, jadi

semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan semakin tinggi kemungkinan

terjadinya hipertensi. Peningkatan kadar kolesterol darah banyak dialami oleh

penderita hipertensi, pernyataan ini diperkuat dengan berbagai penelitian yang

mendukung. (Harefa dkk, 2010)

Berbeda pada ibu hamil, peningkatan kolesterol sangat penting untuk

(44)

banyak sehingga kadar kolesterol naik hingga 25% - 40%. Pada ibu hamil LDL

atau jenis kolestrol jahat yang biasanya dikhawatirkan oleh banyak orang

memiliki peranan penting dalam membentuk dan mendukung proses kehamilan.

Bahkan apabila ibu hamil kekurangan LDL seringkali mengakibatkan kelainan

dalam kongenital. Sehingga pada kehamilan trimester kedua kadar LDL

cenderung meningkat. Peningkatan kadar kolesterol selama kehamilan diperlukan

untuk membuat hormon steroid, seperti estrogen dan progesteron, yang sangat

(45)

2.10 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penerapan Analisis Regresi Ridge Pada Data Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Tahun 2014

Umur

Tekanan Darah 1. Sistolik 2. Diastolik

3. Kadar Kolesterol

Obesitas (IMT)

(46)

2.11 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah

1. Ada hubungan umur, kadar kolesterol dan obesitas secara simultan dengan

tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD

Sidikalang Tahun 2014.

2. Ada hubungan umur, kadar kolesterol dan obesitas secara simultan dengan

tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang

Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Maret sampai Juli 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah data seluruh pasien hipertensi rawat inap yang

berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2014, yaitu ada 1115

orang

3.3.2 Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus

n

=

2

1− /2 + 1−

2

− 2

dimana n = besar sampel minimum

1 /2= nilai distribusi normal baku pada α tertentu

1 = nilai distribusi normal baku pada β tertentu

�2 = harga varians di populasi

(48)

Pada �2 sebesar 17,52 , − sebesar 5, tingkat kemaknaan 10 % dan

kekuatan 90 % diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

n

=

17,5

2

1−0,1/2 + 1−0,1 2

5 2

=

17,52 1,645+1,282 2

5 2

= 104,94

105

Cara penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

mengambil rekam medis pasien hipertensi dari bulan desember hingga bulan

sebelumnya sampai terpenuhi sampel yang diinginkan yaitu sebanyak 105.

Sampel kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

a. Ibu hamil

b. Tidak melakukan pemeriksaan kolesterol

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Rumah

Sakit Umum Daerah Sidikalang, yaitu data pasien hipertensi rawat inap tahun

2014. Data yang dikumpulkan adalah data tentang jumlah pasien hipertensi, umur

pasien, kadar kolesterol pasien dan tinggi badan dan berat badan pasien hipertensi.

3.5 Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional variabel pada penelitian ini adalah :

1. Umur adalah usia seorang pasien saat berobat ke Rumah Sakit Umum

(49)

2. Kadar kolesterol adalah kadar kolesterol pasien yang tercantum dalam

lembar hasil pemeriksaan laboratorium.

3. Obesitas adalah keadaan tubuh pasien yang dinyatakan dengan angka

Indeks Massa Tubuh (IMT) diperoleh dengan rumus :

IMT = � �

�� � 2

4. Sistolik adalah tekanan darah sistolik yang tercantum dalam rekam medis

pasien.

5. Diastolik adalah tekanan darah diastolik yang tercantum dalam rekam

medis pasien.

3.6 Teknik Analisis Data

1. Univariat dengan Analisis deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui rerata, nilai minimum dan

maksimum, dan standar deviasi dari umur, IMT, kadar kolesterol pasien hipertensi

rawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2014

2. Bivariat dengan analisis korelasi untuk menetukan variabel kandidat pada

analisis regresi linier

3. Multivariat dengan Analisis Regresi Linear dan Analisis Regresi Ridge

Langkah dalam analisis regresi ridge adalah sebagai berikut:

a. Melakukan uji multikolinearitas dengan nilai VIF. Jika VIF > 10 maka

terjadi multikolinear dalam data.

b. Melakukan proses transformasi data (pemusatan data)

(50)

d. Menetapkan nilai bias k yang ditempuh dengan pendekatan nilai VIF

sebagai awal menentukan nilai koefisien estimator parameter yang

ditetapkan sebagai hasil persamaan regresi ridge.

(51)

BAB IV HASIL

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Daerah Sidikalang

Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang merupakan satu satunya rumah

sakit di Kabupaten Dairi yang telah berdiri sejak penjajahan Belanda. Rumah sakit

yang telah memiliki 112 tempat tidur ini terletak di Jalan Rumah Sakit No 19

Sidikalang dan merupakan RSUD tipe C. Jenis pelayanan dasar sebagai prasyarat

Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas C sudah terpenuhi yakni adanya dokter

spesialis penyakit dalam, dokter spesialis obstetri & ginekologi, dokter spesialis

anak dan doktr spesialis bedah. Selain itu, rumah sakit ini jug amemiliki dokter

spesialis THT dan spesialis patologi klinik.

4.1.1 Visi dan Misi Rumah Sakit

Visi RSUD Sidikalang adalah “ Menjadi Rumah Sakit Yang Terdepan Di

Sumatera Utara”.

Untuk mencapai visi tersebut, RSUD Sidikalang memiliki misi sebagai

berikut:

a. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efesien, efektif dan

terjangkau

b. Tersedianya sumber daya (sarana dan prasarana) untuk peningkatan dan

pengembangan pelayanan kesehatan.

c. Terwujudnya sumber daya manusia uang profesional dan berorientasi

pelanggan di semua unit pelayanan

(52)

4.1.2 Jenis Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang

Menurut Perda No. 07 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, jenis

pelayanan yang ada di RSUD Sidikalang terdiri dari:

a. Pelayanan Rawat Jalan

b. Pelayanan Rawat Inap

c. Pelayanan Medik Dasar atau Spesialistik

d. Pelayanan Gawat Darurat

e. Pelayanan Penunjang Medik dan atau Diagnostik

f. Pelayanan Instalasi Kamar Jenazah

g. Pelayanan Ambulance

h. Admisnistrasi kesehatan

4.1.3 Sumber Daya Manusia

Guna mendukung pelaksanaan operasional RSUD Sidikalang mempunyai

kekuatan Sumber Daya Manusia sebanyak 350 orang. Yang berstatus PNS ada

sebanyak 236 orang selebihnya outsourcing dan Tenaga Suka Rela. SDM yang

berstatus PNS terbagi atas tenaga medis, keperawatan, farmasi, kesehatan

masyarakat, gizi, keterampilan fisik, keteknisan medis dan non medis.

Tabel 4.1 Tabel Ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang

(53)

4.2 Analisis Deskriptif (Univariat)

Analisis deskriptif bertujuan untuk menampilkan angka maksimal,

minimal, rerata dan standard deviasi dan normalitas dari varibael-variabel

penelitian yaitu umur, kadar kolesterol, obesitas, tekanan darah sistol dan tekanan

darah diastole

Tabel 4.2 Hasil Analisis Univariat dari Variabel-Variabel Penelitian

Variabel Minimal Maksimal Rerata( ) Sd Sign

0,055 > α(0,05), artinya data IMT tidak berdistribusi normal.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menentukan variabel-variabel yang

masuk menjadi kandidat dalam analisis regresi linier ganda. Analisis yang

digunakan adalah analisis korelasi pearson untuk mengetahui hubungan antara

umur terhadap tekanan darah sistol dan tekanan darah diastol dan kolesterol

terhadap tekanan darah sistol dan terhadap tekanan darah diastol. Untuk

mengetahui hubungan Obesitas(IMT) terhadap tekanan darah sistol dan tekanan

(54)

Tabel 4.3 Hasil Analisis Korelasi Pearson

Variabel Sistol Diastol

Umur Pearson correlation

diastole adalah 0,000< 0,25, artinya variabel umur dan kolesterol masuk sebagai

kandidat analisis regresi linier ganda.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Spearman

Variabel Sistol Diastol

Obesitas (IMT) correlation

adalah 0,000 < 0,25, artinya variabel obesitas(IMT) masuk sebagai kandidat

analisis regresi linier ganda.

4.4 Analisis Regresi Linier Ganda

Analisis regresi linier ganda dilakukan untuk mendapatkan persamaan

regresi dan nilai VIF guna mendeteksi multikolinearitas data. Persamaan yang

didapat dengan analisis regresi linier ganda adalah

Ysistol = 18,398 + 0,540 Umur + 1,383 IMT + 0,315 Kolesterol

Ydiastol = 28,958 + 0,858 Umur + 0,566 IMT + 0,008 Kolesterol

Tabel 4.5 Nilai VIF Variabel Bebas

(55)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat dua variabel bebas yang

memiliki angka VIF lebih besar dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

terdapat multikolinearitas pada data sehingga persamaan regresi yang dihasilkan

dengan analisis regresi linier ganda tidak tepat digunakan.

4.5 Pemodelan Regresi Ridge 4.5.1 Pemusatan Data

Sebelum melakukan uji regresi ridge, perlu dilakukan pemusatan data.

Pemusatan data dilakukan dengan rumus sbb:

ZUmur = −

−1

ZIMT = � − �

−1

ZKolesterol = −

−1

ZSistol = −

−1

dan ZDiastol = � − �

−1

Pada penelitian ini, proses pemusatan dilakukan dengan menggunakan SPSS.

4.5.2 Menentukan Tetapan Bias k

Setelah dilakukan pemusatan data maka dapat dilanjutkan dengan

pengestimasian regresi ridge. Dalam melakukan pengestimasian, pemilihan

tetapan bias k adalah hal yang paling penting. Penentuan tetapan bias c dilakukan

dengan pendekatan nilai VIF dan ridge trace. Berikut adalah nilai VIF ( k ) dari

(56)
(57)

Gambar 4.1 Ridge Trace dari Tekanan Darah Sistol dengan Berbagai Nilai K

Pada tabel 4.6 terlihat bahwa semakin tinggi nilai K nilai VIF ( )

semakin menurun. Dan pada K 0,02 sampai 1, nilai VIF ( ) kurang dari 10.

Maka K yang terpilih adalah K yang menampilkan koefisien lebih stabil. Dari

ridge trace diatas untuk K = 0,07 koefisien lebih stabil sehingga nilai K yang

terpilih adalah 0,07.

4.5.3 Nilai Koefisien Estimator � (�) Parameter

4.5.3.1 Nilai Koefisien Estimator � (�) Parameter pada Tekanan Darah Sistol

Nilai koefisien estimator ( ) parameter pada tekanan darah sistol dengan

(58)

Tabel 4.7 Nilai Koefisien Estimator � (�) Parameter pada Tekanan Darah

Persamaan regresi ridge untuk tekanan darah sistol yang diperoleh dengan

k= 0,07 adalah sebagai berikut:

(59)

Ysistol* dikembalikan ke bentuk Ysistol dengan menggunakan persamaan

(2.2) dan (2.3) dengan melihat nilai dalam tabel 4.6 yaitu

= 1

= 0,3047 22,989

9,771 = 0,7169

� = 2

=0,2089 22,989

2,670 = 1,7986

= 3

=0,3389 22,989

35,055 = 0,2222

0 = - - � � -

= 170,67 – 0,7169 (57,38) – 1,7986 (27,7176) – 0,2222 (262,82)

= 21,2828

maka persamaan regresi ridge untuk sistol adalah

Ysistol= 21,2828 + 0,7169 Umur + 1,7986 IMT + 0,2222 Kolesterol.

4.5.3.2 Nilai Koefisien Estimator � (�) Parameter pada Tekanan Darah Diastol

Nilai koefisien estimator ( ) parameter pada tekanan darah sistol dengan

(60)

Gambar 4.2 Ridge Trace dari Tekanan Darah Diastol dengan Berbagai k

Dari ridge trace diatas nilai k= 0,07 koefisien stabil sehingga nilai k

(61)

Tabel 4.8 Nilai Koefisien Estimator � (�) Parameter pada Tekanan Darah

Persamaan regresi ridge untuk tekanan darah diastol yang diperoleh

dengan k= 0,07 adalah

Y diastol* = 0,4479Umur* + 0,1619 IMT* + 0,2957 Kolesterol*

Akan dikembalikan ke bentuk Y diastole dengan rumus (2.2) dan (2.3)

(62)

= 0,4479 10,963

Dengan menggunakan rumus yang sama maka persamaan regresi ridge

untuk tekanan darah diastol adalah sebagai berikut:

Ydiastol = 24,5290 + 0,5025 Umur + 0,6648 IMT + 0,0946 Kolesterol

4.5.4 Uji Keberartian Regresi

4.5.4.1 Uji Keberartian Regresi Tekanan Darah Sistol Tabel 4.9 Tabel ANOVA Ridge Tekanan Darah Sistol

Varian DK JK RK F HITUNG P

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan pada bagian atas dalam sebuah halaman web itu biasanya dianggap lebih penting oleh search engine daripada tulisan yang berada dibawah halaman web.Spiderini

Penelitian ini bertujuannya untuk mengetahui apakah Laporan Realisasi Anggaran yang disusun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar

Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar-mengajar yang sesuai dengan tujuan

conference is to provide an opportunity for animal scientists, animal agriculture-crop scientists and those from related disciplines to discuss and debate research issues relating

menempatkan diri menjadi 4 kelompok √ Siswa memperhatikan aturan modifikasi permainan ular tangga √ Presen tasi guru Siswa paham konsep operasi hitung

Berdasarkan keterbatasan tersebut, Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian selanjutnya, adalah melakukan penelitian dengan memperluas variabel

Dalam analisis ini pada umumnya tidak menggunakan perhitungan secara sistematis, namun hanya dilakukan dengan melihat tabel yang berisi angka-angka atau jumlah

Penelitian dengan judul ” Pengaruh Metode Discovery Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIII MTsN Kanigoro Kras Kediri ”