ANALISIS KROM VALENSI 6 (Cr
+6) PADA AIR BERSIH
DENGAN SPEKTROFOTOMETER
TUGAS AKHIR
Oleh:
DIAN ASMARADHANI 112410031
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN
MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS KROM VALENSI 6 (Cr+6) PADA AIR BERSIH DENGAN SPEKTROFOTOMETER PADA BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT ( BTKL & PP)
MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
DIAN ASMARADHANI NIM 112410031
Medan, April 2014
Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt. NIP 194909061980032001
Disahkan Oleh: Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisis Krom Valensi 6 (Cr+6)
Pada Air Bersih Dengan Spektrofotometer” yang dibuat sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analisa Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Sumatera Utara.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya dan pada kesempatan kali ini
penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
USU.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
3. Ibu Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh
perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.
4. Ibu Sumaiyah S,Si., M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademis yang
telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal
5. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Kelas
I Medan.
6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
7. Sahabat – sahabat penulis yang telah memberikan semangat, keceriaan, saling
bertukar pikiran dan dukungan dalam suka dan duka khususnya buat Eka
Novita, Rizky Dwi Handayani, Alfala Khairun Hia dan Deni Erwanda Bahar.
8. Teman-teman Analis Farmasi Dan Makanan stambuk 2011, adik–adik
stambuk 2010 dan yang tidak disebutkan namanya, terima kasih buat
kebersamaan dan semangatnya, serta masukan dalam penyusunan tugas akhir
ini.
Terutama penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang tercinta Ayahanda Syamsul Bahri dan Ibunda Supiah yang telah
membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan cinta serta
memberikan motivasi dan semangat untuk dapat mewujudkan cita-cita yang
diharapkan.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.
Medan, April 2014
Penulis,
ANALISIS KROM VALENSI 6 (Cr+6) PADA AIR BERSIH DENGAN SPEKTROFOTOMETER DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL & PP)
MEDAN
Abstrak
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL & PP) Medan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang mempunyai tugas dalam hal pembinaan teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan yang dapat memeriksa sampel air bersih, air badan air, air limbah, air minum dan makanan. Dalam hal ini penulis menganalisis air bersih dari BTKL & PP Medan yang berasal dari Desa Payung kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill.
Air bersih merupakan air yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu, air bersih adalah salah satu sumber kontaminan krom valensi 6 (Cr+6) yang merupakan logam berat yang berbahaya yang pada umumnya berasal dari proses industri. Sebagai logam berat Cr (VI) termasuk logam yang mempunyai daya racun yang tinggi. Jumlah Cr (VI) pada air bersih yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kadar Cr (VI) pada air bersih yang dianalisis memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No:416/MENKES/PER/IX/1990.
Penentuan kadar krom valensi 6 (Cr+6) dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer NOVA 60 yang dilakukan sesuai prosedur yang digunakan di Laboratorium Kimia BTKL & PP Medan. Pengukuran menggunakan spektrofotometer mempunyai prinsip berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang 530-540 nm.
Hasil analisis Cr (VI) pada kedua sampel air bersih yang diperiksa adalah S1= 0,025 mg/l dan S2=0,022 mg/l dimana hasil yang diperoleh masih memenuhi persyaratan baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No:416/MENKES/PER/IX/1990 adalah 0,05 mg/l.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 4
1.2.1 Tujuan ... 4
1.2.2 Manfaat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Air ... 5
2.1.1 Penggolongan Air ... 5
2.1.2 Air Bersih ... 6
2.1.3 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih ... 7
2.1.4 Sumber Air Bersih ... 8
2.1.6 Dampak Pencemaran Air ... 10
2.2 Logam ... 11
2.2.1 Logam Berat ... 12
2.2.1.1 Krom Valensi 6 (Cr+6) ... 13
2.2.1.2 Sumber ... 13
2.2.1.3 Efek Toksik ... 14
2.3 Spektrofotometri ... 17
2.3.1 Komponen Spektrofotometer ... 17
2.3.2 Hukum Dasar Spektroskopi ... 18
2.3.3 Gangguan Analisa Spektrofotometri ... 20
BAB III METODOLOGI ... 21
3.1 Tempat ... 21
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 21
3.2.1 Sampel ... 21
3.2.2 Alat ... 21
3.2.3 Bahan ... 21
3.3 Prosedur ... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Hasil ... 23
4.2 Pembahasan ... 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 24
5.1 Kesimpulan ... 24
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel Data Hasil Analisa ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 ... 27
Lampiran 2 ... 28
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Spektrofotometer NOVA 60 ... 30
Gambar 2 Forteks ... 30
Gambar 3. Reagen Kit Cr-1 ... 30
Gambar 4. Reagen Kit Cr-2 ... 30
Gambar 5. Autoselektor ... 31
Gambar 6. Sampel Nomor 485 ... 31
ANALISIS KROM VALENSI 6 (Cr+6) PADA AIR BERSIH DENGAN SPEKTROFOTOMETER DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL & PP)
MEDAN
Abstrak
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL & PP) Medan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang mempunyai tugas dalam hal pembinaan teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan yang dapat memeriksa sampel air bersih, air badan air, air limbah, air minum dan makanan. Dalam hal ini penulis menganalisis air bersih dari BTKL & PP Medan yang berasal dari Desa Payung kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill.
Air bersih merupakan air yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu, air bersih adalah salah satu sumber kontaminan krom valensi 6 (Cr+6) yang merupakan logam berat yang berbahaya yang pada umumnya berasal dari proses industri. Sebagai logam berat Cr (VI) termasuk logam yang mempunyai daya racun yang tinggi. Jumlah Cr (VI) pada air bersih yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kadar Cr (VI) pada air bersih yang dianalisis memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No:416/MENKES/PER/IX/1990.
Penentuan kadar krom valensi 6 (Cr+6) dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer NOVA 60 yang dilakukan sesuai prosedur yang digunakan di Laboratorium Kimia BTKL & PP Medan. Pengukuran menggunakan spektrofotometer mempunyai prinsip berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang 530-540 nm.
Hasil analisis Cr (VI) pada kedua sampel air bersih yang diperiksa adalah S1= 0,025 mg/l dan S2=0,022 mg/l dimana hasil yang diperoleh masih memenuhi persyaratan baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No:416/MENKES/PER/IX/1990 adalah 0,05 mg/l.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instansi BTKL PP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Penanggulangan Pengendalian Penyakit) Kelas I Medan adalah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di bidang pelayanan kesehatan lingkungan secara teknis yang
dibina di bawah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang mengurus
pembinaan teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan, yang dapat
memeriksa sampel air (air minum, air bersih, air badan, air limbah) dan sampel
makanan. Dalam hal ini penulis memeriksa sampel air bersih yang berasal dari
Desa Payung Kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill.
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak
akan dapat digantikan dengan senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang
dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi),
membersihkan ruangan tempat tinggal, menyiapkan makanan dan minuman
sampai aktivitas-aktivitas lainnya (Achmad, 2004).
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi, kebutuhan industri
atau dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk air
minum dan air sanitasi. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih wajar jika
kehidupan orang banyak. Untuk itu air yang digunakan dalam keperluan
sehari-hari dan air minum haruslah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan No:416/MENKES/PER/IX/1990. Adapun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990.
Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku logam bisa
berdapak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran air yang melebihi batas
sehingga mengakibatkan kerugian dan meresahkan masyarakat yang tinggal di
sekitar daerah perindustrian maupun masyarakat pengguna produk industri
tersebut. Hal ini terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat
maupun logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu.
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan
manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terkait
dalam tubuh serta besarnya dosis paparan
Logam berat Cr (III) merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup yang
diperlukan dalam metabolisme glukosa dan lipid/lemak. Defisiensi Cr (III) bisa
mengganggu metabolisme glukosa, lemak, protein seta mengganggu
pertumbuhan, dan apabila kelebihan tidak memberikan efek yang spesifik untuk
manusia. Sedangkan Cr (VI) pada umumnya 1000 kali lipat lebih toksik
dibandingkan Cr (III). Cr (VI) bersifat toksik terhadap alat pernapasan, kulit,
secara alami bisa ditemukan di batuan, tumbuhan, hewan, tanah dan gas, serta
debu gunung berapi. Kromium Cr (III) secara alami terjadi di alam, sedangkan Cr
(VI) pada umumnya berasal dari proses industri (Widowati, 2008).
Analisis penentuan kualitas air sangat penting. Analisis kualitas yang
sebenarnya harus melalui analisis laboratorium agar semua komponen yang
terdapat di dalam air dapat diketahui dengan jelas. Untuk mengetahui kualitas air
dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis
toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air saja. Analisis
kimia dilakukan untuk mengetahui zat kimia atau jenis zat kimia di dalam air
secara umum untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifik yang menyebabkan
bahaya di dalam air (Situmorang, 2007).
Kualitas air pada dasarnya dapat diketahui dengan suatu pengujian untuk
membuktikan apakah air layak untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari
seperti untuk keperluan mandi, membersihkan diri dan minum. Dalam air bersih
sering ditemukan kandungan logam krom valensi 6 (Cr+6) dengan kadar yang
berlebih. Berdasarkan hal diatas maka dipilihlah judul tentang ”Analisis Krom
Valensi 6 (Cr+6) Pada Air Bersih dengan Spektrofotometer pada BTKL PP Kelas I
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan analisis krom valensi (VI) adalah :
- Untuk mengetahui jumlah kadar Cr (VI) yang terdapat pada air
bersih yang dianalisis.
- Uuntuk mengetahui apakah air bersih yang diperiksa masih
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan No:416/MENKES/PER/IX/1990
1.2.2 Manfaat
Analisis krom valensi (VI) bermanfaat untuk menambah wawasan dari
penulis agar dapat mengetahui cara menganalisis krom valensi (VI) yang terdapat
pada air bersih juga pengaruhnya terhadap kualitas air bersih.
Manfaat bagi masyarakat yaitu untuk lebih cermat dalam memilih air
bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari agar terhindar dari paparan
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi
(zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilengkapi air sebanyak 70% sedangkan
sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung
zat cair (uap air) sebanyak 15% dari teakanan atmosfer (Gabriel, 2001).
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dimuka bumi
ini. Sesuai dengan kegunaanya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi,
dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk
sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut (Wardhana,
2001).
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya,
dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga
bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia
yang banyak mengandung banyak air, antara lain otak 74,5%, tulang 22%, ginjal
82,7%, otot 75,6% dan darah 83% (Chandra, 2006).
2.1.1 Penggolongan Air
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan Lingkungan
Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu
Lingkungan, air pada sumber air menurut kegunaan/ peruntukkannya digolongkan
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu
2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk
diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian,
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industry, dan listrik
Negara (PLTA).
2.1.2 Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air
bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.
Adapun persyaratan yang dimaksud adalah dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990).
Air yang dikonsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan
aman. Yang dimaksud bersih dan aman adalah memenuhi beberapa kriteria berikut.
Air harus bebas dari kontaminasi bakteri patogen atau bibit penyakit. Air tidak boleh
mengandung bahan kimia yang berbahaya maupun beracun. Air tidak berasa dan
tidak juga berbau. Jumlah air cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik dan rumah
tangga. Air memenuhi standar yang ditentukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO)
2.1.3 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat utama.
Persyaratan tersebut meliputi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologik.
a. Syarat Fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu
juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih
25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah
25oC ± 3oC. Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap
jenis air bersih, khususnya air minum di mana dilakukan penyaringan dalam
pengolahannya (Sutrisno, 2004).
b. Syarat-Syarat Kimia
Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990 air bersih tidak boleh
mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas.
Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH, total solid, zat organik,
CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu),
seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat lainnya.
c. Syarat-Syarat Bakteriologik
Air bersih tidak boleh mengandung bakteri patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak
adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air. Air yang mengandung
golongan Coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran
2.1.4 Sumber Air Bersih
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai
sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa
(hujan), air permukaan, air tanah, air sumur dan air mata air.
a. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun
pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer, pencemaran yang
berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan ammonia
(Chandra, 2006).
b. Air Permukaan
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air
tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau,
waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami intrasi ke bawah
tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds
atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air
disebut limpasan permukaan dan air yang mengalir di sungai menuju laut
disebut aliran air sungai (Effendi, 2003).
c. Air Tanah
Air tanah (ground water) merupakan air yang berada dibawah permukaan
kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh
porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air. Karena
pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air
tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran (Effendi,
2003).
d. Air sumur
Air sumur merupakan sumber utama air bersih bagi masyarakat yang tinggal
di daerah perkotaan. Untuk memperoleh sumber air tersebut umumnya
manusia membuat sumur gali atau sumur bor. Sumur gali adalah satu
konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk
mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan
sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.
Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang
lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat
dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi, yang mempunyai
kedalaman 12-40 meter (Gabriel, 2001).
e. Air Mata Air
Air mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh
musim dan kualitas/kualitasnya sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno,
2004).
Seiring dengan meningkatnya kemajuan di sektor industri, semakin
meningkat pula masalah pencemaran di Indonesia. Masuknya limbah industri ke
dalam suatu perairan dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan tersebut
(Nugroho, 2006).
Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukan makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain kedalam lingkungan atau berubahnya tatanan
lingkungan akibat kegiatan manusia atau akibat proses alam sehingga kualitas
lingkungan menurun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya
(Chandra, 2006).
Berbagai sumber pencemar air yang berasal dari sumber domestik (rumah
tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan dan sumber Non-domestik (pabrik,
industri, pertanian, peternakan, perikanan serta sumber lainnya) banyak memasuki
badan air. Secara langsung ataupun tidak langsung pencemar tersebut akan
berpengaruh terhadap kualitas air, baik untuk keperluan air minum, air industri
ataupun keperluan lainnya. Untuk negara yang masih terbelakang dan sedang
berkembang, pencemar domestik 85% dari seluruh pencemar yang memasuki
badan air. Sedang untuk negara-negara yang sudah maju, pencemar domestik 15%
dari seluruh pencemar yang memasuki badan air (Suriawiria, 1996).
2.1.6 Dampak Pencemaran Air
Akibat semakin tingginya kadar buangan domestik memasuki badan air
dinegara yang sedang berkembang, maka tidak mengherankan kalau berbagai
masalah rutin dimana-mana, sehingga menimbulkan beberapa kerugian terhadap
air seperti :
a. Air Menjadi Tidak Bermanfaat Lagi
Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran air merupakan
kerugian yang terasa secara langsung oleh manusia. Kerugian langsung ini pada
umumnya disebabkan oleh terjadinya pencemaran air oleh berbagai macam
komponen pencemar air. Bentuk kerugian langsung ini antara lain berupa :
a. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga
b. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan Industri
c. Air Tidak Dapat Digunakan Untuk Keperluan Pertanian
b. Air Menjadi Penyebab Penyakit
Air lingkungan yang bersih sangat didambakan oleh setiap orang. Air
lingkungan yang bersih saat ini termasuk barang langka yang harus dijaga
kelestariannya. Untuk mendapatkan air lingkungan yang bersih orang harus
menebusnya dengan cara merawat lingkungan agar tetap bersih. Air lingkungan
yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar
menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Pencemaran
air dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian
dapat terjadi karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi
2.2 Logam
Istilah logam biasanya diberikan kepada semua unsur-unsur kimia dengan
ketentuan atau kaidah-kaidah tertentu. Unsur ini memiliki sifat mengkilap dan
umumnya merupakan penghantar listrik dan penghantar panas yang baik.
Unsur-unsur logam umumnya berwujud padat pada suhu dan tekanan normal, kecuali
raksa yang berwujud cair. Pada umumnya unsur logam dapat ditempa sehingga
dapat dibentuk menjadi benda-benda lainnya.
Unsur logam di dalam kondisi suhu kamar, tidak selalu berbentuk padat
melainkan ada yang berbentuk cair. Logam-logam cair, contohnya adalah air
raksa atau hdragyrum (Hg), serium (Ce) dan gallium (Ga) (Palar, 2008).
2.2.1 Logam Berat
Istilah logam berat sebenarnya telah dipergunakan secara luas, terutama
dalam perpustakaan ilmiah, sebagai suatu istilah menggambarkan bentuk dari
logam tertentu. Logam berat adalah unsur alami dari kerak bumi. Logam ini stabil
dan tidak bisa rusak atau hancur, oleh karena itu mereka cenderung menumpuk
dalam tanah dan sedimen. Banyak istilah logam berat telah diajukan, berdasarkan
kepadatan, nomor atom, berat atom, sifat kimia atau racun (Palar, 2008).
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek
khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat
menjadi racun bagi tubuh makhluk hidup apabila melampaui ambang batas yang
diizinkan. Namun sebagian dari logam berat tersebut memang dibutuhkan oleh
tidakterpenuhi akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari makhluk
hidup tersebut (Ernawati, 2010).
Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi
tumbuhan dan hewan, termasuk juga manusia. Adapun yang termasuk logam berat
yang sering mencemari lingkungan dan mempunyai efek toksik bagi manusia
ialah Hg, Cr, Cd, As, dan Pb (Am.geol. Inst., 1976).
2.2.1.1 Krom Valensi 6 (Cr+6)
Logam berat kromium (Cr) merupakan logam berat dengan berat atom
51,996 g/mol, berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu
yang tinggi, mengkilat, keras, memiliki titik cair 1.857˚C dan titik didih 2.672˚C,
bersifat paramagnetik (sedikit tertarik oleh magnet), membentuk
senyawa-senyawa berwarna, memiliki bebrapa bilangan oksidasi yaitu +2,+3,+6, dan stabil
pada bilangan oksidasi +3. Senyawa kromium pada bilangan oksidasi +6
merupakan oksidan yang kuat (Widowati, 2008).
Sesuai dengan tingkat valensi yang dimilikinya, logam atau ion kromium
yang telah membentuk senyawa, mempunyai sifat-sifat yang berbeda-beda sesuai
dengan tingkat ionitasnya. Senyawa yang terbentuk dari logam Cr+2 akan bersifat
basa. Senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr+3 bersifat amfoter dan senyawa
yang terbentuk dari ion logam Cr+6 akan bersifat asam. Ion kromat (CrO42-) dalam
suasana asam, akan menimbulkan sifat sebagai reduksi (oksidator) yang sangat
2.2.1.2 Sumber
Kromium (Cr) termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami.
Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. Kromium yang ditemukan
pada perairan adalah kromium trivalent (Cr+3) dan kromium heksavalen (Cr+6)
namun pada perairan yang memilki pH lebih dari 5, kromium trivalent tidak
ditemukan. Apabila masuk perairan, kromium trivalent akan dioksidasi menjadi
kromium heksavalen yang lebih toksik. Kromium trivalent biasanya terserap ke
dalam partikulat, sedangkan kromium heksavalen tetap berada dalam bentuk
larutan.
Dalam badan perairan, kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu
secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat
disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan
mineral. Masuknya kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan
dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber
kromium yang berkaitan dengan aktifitas manusia dapat berupa limbah atau
buangan industri sampai buangan rumah tangga (Widowati dan palar.2008).
Umumnya sumber Cr (VI) dihasilkan dari proses industri, industri yang
memproduksi kromat, produksi stainlees-steel, chrome plating, serta industri
leather tanning dan yang lain bisa berasal dari emisi peralatan yang menggunakan
katalisator atau bahan Cr, pecahan puing asbes, debu semen, tembakau rokok
yang mengandung Cr sebesar 0,24-14,6 mg/kg, serta berbagai bahan pangan yang
2.2.1.3 Efek Toksik
Krom valensi 3 merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup, tetapi
bersifat toksik dalam dosis tinggi. Cr (III) dibutuhkan untuk metabolisme hormon
insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Cr (III) bisa menyebabkan
hiperglisemia, glukosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh, menurunnya
berat badan tubuh, munculnya penyakit kardiovaskuler, menurunnya umlah
sperma dan menyebabkan infertilitas. The National Academy of Sciences
menetapkan kebutuhan intake Cr (III) untuk orang dewasa sebesar 50-200 µg/hari
(Widowati, 2008).
Toksisitas Cr ditentukan oleh bilangan oksida Cr, paparan Cr (VI) bersifat
karsinogenik, dan bisa menyebabkan kanker paru. Cr (III) memilki potensi yang
sama dengan Cr (VI) dalam menimbulkan kanker dikarenakan oleh intake Cr (III)
yang secara aktif akan dimetabolisme dan berkaitan dengan asam nukleat inti sel.
Ikatan Cr (III) akan memengaruhi genetis sehingga menyebabkan mutagenesis
(Widowati, 2008).
Krom valensi 6 (Cr+6) juga mempunyai beberapa efek toksik terhadap
manusia, antara lain:
a. Efek Toksik Terhadap Alat Pencernaan
Toksisitas akut Cr melalaui alat pencernaan bisa menyebabkan knekrosis
tubulus renalis. Cr (VI) bersifat toksik karena memiliki kemampuan mengurangi
ketersediaan Cr (III) dan Cr (VI) sehingga membentuk kompleks makromolekul
intraselular. Mencerna makanan yang mengandung kadar Cr (VI) tinggi bisa
perdarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar, bahkan
dapat menyebabkan kematian (Widowati, 2008).
b. Efek Toksik Terhadap Alat Pernapasan
Alat pernafasan merupakan organ target utama dari Cr (VI), baik akut
maupun kronis, melalui inhalasi. Gejala toksisitas akut Cr (VI) meliputi nafas
pendek, batuk-batuk serta kesulitan bernafas. Sementara toksisitas kronis Cr (VI)
berupa lubang dan ulserasi septum nasal, bronchitis, penurunan fungsi paru-paru,
dan berbagai gejala pada alat pernafasan. Ulserasi kronis permukaan kulit bisa
menyebabkan kanker paru-paru. Apabila terinhalasi Cr lewat saluran pernafasan,
maka akibatnya adalah iritasi dan kanker paru-paru (Widowati, 2008).
c. Efek Toksik Terhadap Kulit dan Mata
Kromium (Cr) bisa menyebabkan kulit gatal dan luka yang tidak lekas
sembuh. Senyawa Cr (VI) bisa menyebabkan iritasi mata, luka pada mata, iritasi
kulit, dan membran mukosa. Paparan Cr melalui kulit bisa berasal dari berbagai
produk yang mengandung Cr, seperti kayu yang diawetkan menggunakan Cr
dikromat, produk kulit yang diawetkan menggunakan kromit sulfat, serta bahan
bangunan, antara lain semen dan tekstil. Paparan Cr pada kulit bisa menyebabkan
kemerahan dan pembengkakan pada kulit (Widowati, 2008).
d. Efek Toksik Melalui Plasenta
Kromium trivalent (Cr III) bersifat embriotoksik atau teratogenik ringan.
Cr diakumulasikan di dalam tubuh fetus dan sebagian diretensi di dalam plasenta.
melalui plasenta, sehingga ditemukan Cr pada jaringan bayi yang bisa
menyebabkan kecacatan.
Darah wanita hamil yang terpapar Cr di tempat kerja atau di tempat tinggal
yang berdekatan dengan limbah Cr bisa menurun kepada bayi. Kadar Cr dalam
bayi bahkan bisa lebih tinggi daripada kadar Cr dalam darah ibu. Hal itu
menunjukkan bahwa Cr bisa ditransportasikan dari ibu ke bayi secara langsung
maupun melalui susu ibu (Widowati, 2008).
2.3 Spektrofotometri
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Spektrofotometer/fotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari
cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam
kuvet.Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah
panjang gelombang dari sinar putih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan betrbagai filter dari
berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan pengurai cahaya seperti
prisma (Khopkar, 2010).
2.3.1 Komponen Spektrofotometer
Adapun komponen-komponen terpenting dari suatu spektrofotometer
terdiri dari sumber spektrum, detektor, monokromator, sel absorpsi dan detektor.
a. Sumber Spektrum
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu
wolfram. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber
pada daerah UV. Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang
dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.
b. Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya
dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis
yang diinginkan dari hasil penguraian yang di dapat digunakan celah.
c. Sel Absorpsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan
sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal
digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder
dapat juga digunakan.
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respons terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang (Khopkar, 2010).
2.3.2 Hukum Dasar Spektroskopi
Hukum Lambert
Hukum ini menyatakan bahwa “bila cahaya monokromatik melewati
medium menembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya
ketebalan berbanding lurus dengan intensitas cahaya”. Ini setara dengan
menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium.
Hukum Beer
Pada hukum ini dijumpai hubungan yang sama antara transmisi dan
ketebalan lapisan seperti yang ditentukan oleh Lambert antara transmisi dan
ketebalan, yakni “intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier”.
Lambert-Beer
Menurut Rohman (2007), hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas
yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan
konsentrasi larutan dan berbanding terbalik dengan transmitan.
Jika intensitas cahaya I
dengan detektor. Hukum Lambert – Beer digunakan untuk menggambarkan
absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu yang diberikan oleh absorpsi
spesi dalam larutan :
Log = Io / I = A ∈ 1 c
Dengan A adalah absorbansi; adalah absorptivitas molar (L mol-1 cm-1); 1 adalah
panjang laluan sinar melalui larutan (cm); c adalah konsentrasi spesi (molal) ∈
(Basset, J., 1994).
2.3.3 Gangguan Analisa Spektrofotometri
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat didalam analisa
spektrofotometri ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :.
a. Sidik jari dan kotoran yang melekat kuat pada sel yang digunakan,
sehingga dapat menyerap radiasi dari sinar yang dihasilkan.
b. Debu dapat mengganggu bekerjanya sistem optik sehingga menyebabkan
kesalahan.
c. Penempatan sel dalam sinar harus ditiru kembali.
d. Gelembung gas tidak boleh ada di dalam lintasan optic karena dapat
menganggu pada saat pembacaan hasil.
e. Panjang gelombang, ketidakstabilan pada sirkuit harus diteliti dan
diperbaiki.
f. Kenaikan suhu dapat menyebabkan hasil pengukuran salah,maka gunakan
filter pengabsorpsi panas serta pilih sel yang lebih kecil dengan isothermal
g. Kesalahan yang lain bisa diakibatkan dari kesalahan pada penimbangan,
pengendalian pH yang keliru, pengukuran volume yang salah,
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat
Analisis Krom valensi 6 (Cr+6) dilakukan di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Medan yang bertempat di
Jln. Wahid Hasyim No. 15 Medan.
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan
3.2.1 Sampel
a. Sampel 1 (S1) air bersih dengan kode 462/K/AB/02/2014 berasal dari
daerah Desa Payung Kecamatan Payung, Sinabung
Organoleptis: warna (tidak berwarna/bening), rasa (tidak berasa), bau
(tidak berbau), pH: 6,9.
b. Sampel 2 (S2) air bersih dengan kode 485/K/AB/02/2014 berasal dari PT.
Feedmill Indonesia.
Organoleptis: warna (tidak berwarna), rasa (tidak berasa), bau (tidak
berbau), pH:7,34
3.2.2 Alat
Autoselektor, forteks, gelas ukur, kuvet 50 mm, pipet volume 5 ml, rak
tabung, tabung reaksi, tisu dan spektrofotometer NOVA 60.
3.2.3 Bahan
3.3Prosedur
A. Persiapan Sampel
o Cek pH pada masing-masing sampel.
o pH sampel harus berada pada kisaran 1-9.
o Jika pH tidak sesuai atur dengan menambahkan larutan NaOH 1 N atau
H2SO4 1 N.
o Jika sampel keruh, maka sampel harus disaring.
B. Prosedur Analisis
o Dimasukkan 1 sendok kecil reagen kit Cr-1 ke dalam tabung reaksi.
o Ditambahkan 6 tetes reagen kit Cr-2, kemudian homogenkan reagen.
o Dimasukkan 5 ml sampel ke dalam tabung reaksi, kemudian
homogenkan dan biarkan selama 1 menit.
o Hidupkan alat spektrofotometer NOVA 60.
o Dimasukkan sampel ke dalam kuvet 50 mm.
o Diletakkan kuvet ke dalam spektrofotometer NOVA 60.
o Tunggu 2-5 menit, sampai pembacaan pada alat stabil.
o Dicatat hasil yang terbaca pada alat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari proses pengujian yang dilakuakan terhadap air bersih dari Desa
Payung Kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill maka diperoleh hasil:
No. Sampel Hasil Satuan Persyaratan
1.
Desa Payung Kecamatan
Payung, Sinabung 0,025 mg/l
Permenkes No:416/
MENKES/PER/IX/1990
0.05 mg/l 2.
PT. Feedmill 0,022 mg/l
4.2 Pembahasan
Dari hasil diatas maka dapat diketahui bahwa air bersih telah memenuhi
persyaratan Menteri Kesehatan RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990. Air bersih yang
yang masih layak dan baik digunakan ini kemungkinan didukung oleh lingkungan
yang masih bersih dan tidak tercemar oleh limbah domestik (rumah tangga),
perkampungan, kota, pasar, jalan dan sumber limbah Non-domestik (pabrik,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan maka diperoleh hasil untuk sampel dari Desa
Payung Kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill berturut-turut adalah
S1=0.025 mg/l dan S2=0.022 mg/l dan dapat disimpulkan bahwa analisis krom
valensi 6 (Cr+6) pada air bersih telah memenuhi persyaratan PERMENKES
No:416/MENKES/PER/IX/1990.
5.2 Saran
Pada tugas akhir ini, digunakan spektrofotometer yang tidak dapat
menampilkan data dalam bentuk digital, sehingga disarankan untuk penelitian
selanjutnya untuk menggunakan perangkat spektrofotometer yang terintegrasi
dengan komputer sehingga memudahkan pengambilan data, atau dapat dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. (2004). Kimia lingkungan. Jakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. Halaman 15, 92-93.
Bassett,J. (1994). Buku Ajaran Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi Keempat.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta
American Geological Institue. (1976). Dictionary of Geological Terms. Revised Edition. New York: Anchor Books. Halaman 472.
Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 6, 39, 42-45.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 30, 44, 177-178.
Ernawati. (2010). Kerang bulu (Anadara inflata) Sebagai Bioindikator
Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) di Muara Sungai Asahan. Medan: Program Studi Magister Biologi FMIPA
Universitas Sumatera Utara. Halaman 41- 42.
Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Halaman 50, 79.
Khopkar, SM. (2010). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press. Halaman 205, 225-226.
Nugroho, A.(2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 9-10
Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 135, 144.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990. Tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Situmorang, M. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: Penerbit Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED. Halaman 47.
Sutrisno, C.T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Edisi Baru. Jakarta: Rineka Cipta Halaman 19, 21, 23.
Underwood, AL dan RA, Day. (1990). Analisa Kimia Kuntitatif', Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga. Halaman 294.
Wardhana, W.A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 73, 133-137.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel 1. Data Hasil Analisis Krom Valensi 6 (Cr+6) secara Spektrofotometri
No. Sampel Hasil Satuan Persyaratan
1.
Desa Payung Kecamatan
Payung, Sinabung 0,025 mg/l
Permenkes No:416/
MENKES/PER/IX/1990
0.05 mg/l 2.
PT. Feedmill 0,022 mg/l
Lampiran 2
Tanggal : 3 September 1990
Tabel 1. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih
1.
NTU = Nephelometrik Turbidity Units TCU = True Colour Units
Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 3 September 1990 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
ttd
Lampiran 3
Gambar 1. Spektrofotometer NOVA 60 Gambar 2. Forteks
Gambar 5. Autoselektor Gambar 6. Sampel No.485