• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Krom Valensi 6 (Cr+6) Pada Air Bersih Dengan Spektrofotometer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Krom Valensi 6 (Cr+6) Pada Air Bersih Dengan Spektrofotometer"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KROM VALENSI 6 (Cr

+6

) PADA AIR BERSIH

DENGAN SPEKTROFOTOMETER

TUGAS AKHIR

Oleh:

DIAN ASMARADHANI 112410031

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN

MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KROM VALENSI 6 (Cr+6) PADA AIR BERSIH DENGAN SPEKTROFOTOMETER PADA BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT ( BTKL & PP)

MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DIAN ASMARADHANI NIM 112410031

Medan, April 2014

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt. NIP 194909061980032001

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002

(3)

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisis Krom Valensi 6 (Cr+6)

Pada Air Bersih Dengan Spektrofotometer” yang dibuat sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analisa Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Sumatera Utara.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya dan pada kesempatan kali ini

penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

USU.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

3. Ibu Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir

yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh

perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.

4. Ibu Sumaiyah S,Si., M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademis yang

telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal

(4)

5. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai

Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Kelas

I Medan.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Sahabat – sahabat penulis yang telah memberikan semangat, keceriaan, saling

bertukar pikiran dan dukungan dalam suka dan duka khususnya buat Eka

Novita, Rizky Dwi Handayani, Alfala Khairun Hia dan Deni Erwanda Bahar.

8. Teman-teman Analis Farmasi Dan Makanan stambuk 2011, adik–adik

stambuk 2010 dan yang tidak disebutkan namanya, terima kasih buat

kebersamaan dan semangatnya, serta masukan dalam penyusunan tugas akhir

ini.

Terutama penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada yang tercinta Ayahanda Syamsul Bahri dan Ibunda Supiah yang telah

membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan cinta serta

memberikan motivasi dan semangat untuk dapat mewujudkan cita-cita yang

diharapkan.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih

terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan

(5)

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, April 2014

Penulis,

(6)

ANALISIS KROM VALENSI 6 (Cr+6) PADA AIR BERSIH DENGAN SPEKTROFOTOMETER DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL & PP)

MEDAN

Abstrak

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL & PP) Medan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang mempunyai tugas dalam hal pembinaan teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan yang dapat memeriksa sampel air bersih, air badan air, air limbah, air minum dan makanan. Dalam hal ini penulis menganalisis air bersih dari BTKL & PP Medan yang berasal dari Desa Payung kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill.

Air bersih merupakan air yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu, air bersih adalah salah satu sumber kontaminan krom valensi 6 (Cr+6) yang merupakan logam berat yang berbahaya yang pada umumnya berasal dari proses industri. Sebagai logam berat Cr (VI) termasuk logam yang mempunyai daya racun yang tinggi. Jumlah Cr (VI) pada air bersih yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kadar Cr (VI) pada air bersih yang dianalisis memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No:416/MENKES/PER/IX/1990.

Penentuan kadar krom valensi 6 (Cr+6) dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer NOVA 60 yang dilakukan sesuai prosedur yang digunakan di Laboratorium Kimia BTKL & PP Medan. Pengukuran menggunakan spektrofotometer mempunyai prinsip berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang 530-540 nm.

Hasil analisis Cr (VI) pada kedua sampel air bersih yang diperiksa adalah S1= 0,025 mg/l dan S2=0,022 mg/l dimana hasil yang diperoleh masih memenuhi persyaratan baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No:416/MENKES/PER/IX/1990 adalah 0,05 mg/l.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 4

1.2.1 Tujuan ... 4

1.2.2 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Air ... 5

2.1.1 Penggolongan Air ... 5

2.1.2 Air Bersih ... 6

2.1.3 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih ... 7

2.1.4 Sumber Air Bersih ... 8

(8)

2.1.6 Dampak Pencemaran Air ... 10

2.2 Logam ... 11

2.2.1 Logam Berat ... 12

2.2.1.1 Krom Valensi 6 (Cr+6) ... 13

2.2.1.2 Sumber ... 13

2.2.1.3 Efek Toksik ... 14

2.3 Spektrofotometri ... 17

2.3.1 Komponen Spektrofotometer ... 17

2.3.2 Hukum Dasar Spektroskopi ... 18

2.3.3 Gangguan Analisa Spektrofotometri ... 20

BAB III METODOLOGI ... 21

3.1 Tempat ... 21

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 21

3.2.1 Sampel ... 21

3.2.2 Alat ... 21

3.2.3 Bahan ... 21

3.3 Prosedur ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil ... 23

4.2 Pembahasan ... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Data Hasil Analisa ... 27

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 ... 27

Lampiran 2 ... 28

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Spektrofotometer NOVA 60 ... 30

Gambar 2 Forteks ... 30

Gambar 3. Reagen Kit Cr-1 ... 30

Gambar 4. Reagen Kit Cr-2 ... 30

Gambar 5. Autoselektor ... 31

Gambar 6. Sampel Nomor 485 ... 31

(13)

ANALISIS KROM VALENSI 6 (Cr+6) PADA AIR BERSIH DENGAN SPEKTROFOTOMETER DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL & PP)

MEDAN

Abstrak

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL & PP) Medan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang mempunyai tugas dalam hal pembinaan teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan yang dapat memeriksa sampel air bersih, air badan air, air limbah, air minum dan makanan. Dalam hal ini penulis menganalisis air bersih dari BTKL & PP Medan yang berasal dari Desa Payung kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill.

Air bersih merupakan air yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu, air bersih adalah salah satu sumber kontaminan krom valensi 6 (Cr+6) yang merupakan logam berat yang berbahaya yang pada umumnya berasal dari proses industri. Sebagai logam berat Cr (VI) termasuk logam yang mempunyai daya racun yang tinggi. Jumlah Cr (VI) pada air bersih yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kadar Cr (VI) pada air bersih yang dianalisis memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No:416/MENKES/PER/IX/1990.

Penentuan kadar krom valensi 6 (Cr+6) dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer NOVA 60 yang dilakukan sesuai prosedur yang digunakan di Laboratorium Kimia BTKL & PP Medan. Pengukuran menggunakan spektrofotometer mempunyai prinsip berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang 530-540 nm.

Hasil analisis Cr (VI) pada kedua sampel air bersih yang diperiksa adalah S1= 0,025 mg/l dan S2=0,022 mg/l dimana hasil yang diperoleh masih memenuhi persyaratan baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No:416/MENKES/PER/IX/1990 adalah 0,05 mg/l.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Instansi BTKL PP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Penanggulangan Pengendalian Penyakit) Kelas I Medan adalah Unit Pelaksana

Teknis (UPT) di bidang pelayanan kesehatan lingkungan secara teknis yang

dibina di bawah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang mengurus

pembinaan teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan, yang dapat

memeriksa sampel air (air minum, air bersih, air badan, air limbah) dan sampel

makanan. Dalam hal ini penulis memeriksa sampel air bersih yang berasal dari

Desa Payung Kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill.

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak

akan dapat digantikan dengan senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang

dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi),

membersihkan ruangan tempat tinggal, menyiapkan makanan dan minuman

sampai aktivitas-aktivitas lainnya (Achmad, 2004).

Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu

baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi, kebutuhan industri

atau dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk air

minum dan air sanitasi. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih wajar jika

(15)

kehidupan orang banyak. Untuk itu air yang digunakan dalam keperluan

sehari-hari dan air minum haruslah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh

Peraturan Menteri Kesehatan No:416/MENKES/PER/IX/1990. Adapun

persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi

kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak

menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes

No.416/Menkes/PER/IX/1990.

Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku logam bisa

berdapak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran air yang melebihi batas

sehingga mengakibatkan kerugian dan meresahkan masyarakat yang tinggal di

sekitar daerah perindustrian maupun masyarakat pengguna produk industri

tersebut. Hal ini terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat

maupun logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu.

Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan

manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terkait

dalam tubuh serta besarnya dosis paparan

Logam berat Cr (III) merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup yang

diperlukan dalam metabolisme glukosa dan lipid/lemak. Defisiensi Cr (III) bisa

mengganggu metabolisme glukosa, lemak, protein seta mengganggu

pertumbuhan, dan apabila kelebihan tidak memberikan efek yang spesifik untuk

manusia. Sedangkan Cr (VI) pada umumnya 1000 kali lipat lebih toksik

dibandingkan Cr (III). Cr (VI) bersifat toksik terhadap alat pernapasan, kulit,

(16)

secara alami bisa ditemukan di batuan, tumbuhan, hewan, tanah dan gas, serta

debu gunung berapi. Kromium Cr (III) secara alami terjadi di alam, sedangkan Cr

(VI) pada umumnya berasal dari proses industri (Widowati, 2008).

Analisis penentuan kualitas air sangat penting. Analisis kualitas yang

sebenarnya harus melalui analisis laboratorium agar semua komponen yang

terdapat di dalam air dapat diketahui dengan jelas. Untuk mengetahui kualitas air

dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis

toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air saja. Analisis

kimia dilakukan untuk mengetahui zat kimia atau jenis zat kimia di dalam air

secara umum untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifik yang menyebabkan

bahaya di dalam air (Situmorang, 2007).

Kualitas air pada dasarnya dapat diketahui dengan suatu pengujian untuk

membuktikan apakah air layak untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari

seperti untuk keperluan mandi, membersihkan diri dan minum. Dalam air bersih

sering ditemukan kandungan logam krom valensi 6 (Cr+6) dengan kadar yang

berlebih. Berdasarkan hal diatas maka dipilihlah judul tentang ”Analisis Krom

Valensi 6 (Cr+6) Pada Air Bersih dengan Spektrofotometer pada BTKL PP Kelas I

(17)

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan analisis krom valensi (VI) adalah :

- Untuk mengetahui jumlah kadar Cr (VI) yang terdapat pada air

bersih yang dianalisis.

- Uuntuk mengetahui apakah air bersih yang diperiksa masih

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Peraturan

Menteri Kesehatan No:416/MENKES/PER/IX/1990

1.2.2 Manfaat

Analisis krom valensi (VI) bermanfaat untuk menambah wawasan dari

penulis agar dapat mengetahui cara menganalisis krom valensi (VI) yang terdapat

pada air bersih juga pengaruhnya terhadap kualitas air bersih.

Manfaat bagi masyarakat yaitu untuk lebih cermat dalam memilih air

bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari agar terhindar dari paparan

(18)

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi

(zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilengkapi air sebanyak 70% sedangkan

sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung

zat cair (uap air) sebanyak 15% dari teakanan atmosfer (Gabriel, 2001).

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dimuka bumi

ini. Sesuai dengan kegunaanya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi,

dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut (Wardhana,

2001).

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya,

dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga

bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia

yang banyak mengandung banyak air, antara lain otak 74,5%, tulang 22%, ginjal

82,7%, otot 75,6% dan darah 83% (Chandra, 2006).

2.1.1 Penggolongan Air

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan Lingkungan

Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu

Lingkungan, air pada sumber air menurut kegunaan/ peruntukkannya digolongkan

(19)

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk

diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian,

dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industry, dan listrik

Negara (PLTA).

2.1.2 Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air

bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

Adapun persyaratan yang dimaksud adalah dari segi kualitas air yang meliputi

kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak

menimbulkan efek samping (PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990).

Air yang dikonsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan

aman. Yang dimaksud bersih dan aman adalah memenuhi beberapa kriteria berikut.

Air harus bebas dari kontaminasi bakteri patogen atau bibit penyakit. Air tidak boleh

mengandung bahan kimia yang berbahaya maupun beracun. Air tidak berasa dan

tidak juga berbau. Jumlah air cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik dan rumah

tangga. Air memenuhi standar yang ditentukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO)

(20)

2.1.3 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih

Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat utama.

Persyaratan tersebut meliputi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologik.

a. Syarat Fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu

juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih

25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah

25oC ± 3oC. Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap

jenis air bersih, khususnya air minum di mana dilakukan penyaringan dalam

pengolahannya (Sutrisno, 2004).

b. Syarat-Syarat Kimia

Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990 air bersih tidak boleh

mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas.

Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH, total solid, zat organik,

CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu),

seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat lainnya.

c. Syarat-Syarat Bakteriologik

Air bersih tidak boleh mengandung bakteri patogen dan parasitik yang

mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak

adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air. Air yang mengandung

golongan Coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran

(21)

2.1.4 Sumber Air Bersih

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai

sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa

(hujan), air permukaan, air tanah, air sumur dan air mata air.

a. Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun

pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung

mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer, pencemaran yang

berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu,

mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan ammonia

(Chandra, 2006).

b. Air Permukaan

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air

tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau,

waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami intrasi ke bawah

tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds

atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air

disebut limpasan permukaan dan air yang mengalir di sungai menuju laut

disebut aliran air sungai (Effendi, 2003).

c. Air Tanah

Air tanah (ground water) merupakan air yang berada dibawah permukaan

(22)

kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh

porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air. Karena

pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air

tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran (Effendi,

2003).

d. Air sumur

Air sumur merupakan sumber utama air bersih bagi masyarakat yang tinggal

di daerah perkotaan. Untuk memperoleh sumber air tersebut umumnya

manusia membuat sumur gali atau sumur bor. Sumur gali adalah satu

konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk

mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan

sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.

Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang

lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat

dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi, yang mempunyai

kedalaman 12-40 meter (Gabriel, 2001).

e. Air Mata Air

Air mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan

tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh

musim dan kualitas/kualitasnya sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno,

2004).

(23)

Seiring dengan meningkatnya kemajuan di sektor industri, semakin

meningkat pula masalah pencemaran di Indonesia. Masuknya limbah industri ke

dalam suatu perairan dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan tersebut

(Nugroho, 2006).

Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukan makhluk hidup, zat,

energi, atau komponen lain kedalam lingkungan atau berubahnya tatanan

lingkungan akibat kegiatan manusia atau akibat proses alam sehingga kualitas

lingkungan menurun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan

menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya

(Chandra, 2006).

Berbagai sumber pencemar air yang berasal dari sumber domestik (rumah

tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan dan sumber Non-domestik (pabrik,

industri, pertanian, peternakan, perikanan serta sumber lainnya) banyak memasuki

badan air. Secara langsung ataupun tidak langsung pencemar tersebut akan

berpengaruh terhadap kualitas air, baik untuk keperluan air minum, air industri

ataupun keperluan lainnya. Untuk negara yang masih terbelakang dan sedang

berkembang, pencemar domestik 85% dari seluruh pencemar yang memasuki

badan air. Sedang untuk negara-negara yang sudah maju, pencemar domestik 15%

dari seluruh pencemar yang memasuki badan air (Suriawiria, 1996).

2.1.6 Dampak Pencemaran Air

Akibat semakin tingginya kadar buangan domestik memasuki badan air

dinegara yang sedang berkembang, maka tidak mengherankan kalau berbagai

(24)

masalah rutin dimana-mana, sehingga menimbulkan beberapa kerugian terhadap

air seperti :

a. Air Menjadi Tidak Bermanfaat Lagi

Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran air merupakan

kerugian yang terasa secara langsung oleh manusia. Kerugian langsung ini pada

umumnya disebabkan oleh terjadinya pencemaran air oleh berbagai macam

komponen pencemar air. Bentuk kerugian langsung ini antara lain berupa :

a. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga

b. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan Industri

c. Air Tidak Dapat Digunakan Untuk Keperluan Pertanian

b. Air Menjadi Penyebab Penyakit

Air lingkungan yang bersih sangat didambakan oleh setiap orang. Air

lingkungan yang bersih saat ini termasuk barang langka yang harus dijaga

kelestariannya. Untuk mendapatkan air lingkungan yang bersih orang harus

menebusnya dengan cara merawat lingkungan agar tetap bersih. Air lingkungan

yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar

menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Pencemaran

air dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian

dapat terjadi karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi

(25)

2.2 Logam

Istilah logam biasanya diberikan kepada semua unsur-unsur kimia dengan

ketentuan atau kaidah-kaidah tertentu. Unsur ini memiliki sifat mengkilap dan

umumnya merupakan penghantar listrik dan penghantar panas yang baik.

Unsur-unsur logam umumnya berwujud padat pada suhu dan tekanan normal, kecuali

raksa yang berwujud cair. Pada umumnya unsur logam dapat ditempa sehingga

dapat dibentuk menjadi benda-benda lainnya.

Unsur logam di dalam kondisi suhu kamar, tidak selalu berbentuk padat

melainkan ada yang berbentuk cair. Logam-logam cair, contohnya adalah air

raksa atau hdragyrum (Hg), serium (Ce) dan gallium (Ga) (Palar, 2008).

2.2.1 Logam Berat

Istilah logam berat sebenarnya telah dipergunakan secara luas, terutama

dalam perpustakaan ilmiah, sebagai suatu istilah menggambarkan bentuk dari

logam tertentu. Logam berat adalah unsur alami dari kerak bumi. Logam ini stabil

dan tidak bisa rusak atau hancur, oleh karena itu mereka cenderung menumpuk

dalam tanah dan sedimen. Banyak istilah logam berat telah diajukan, berdasarkan

kepadatan, nomor atom, berat atom, sifat kimia atau racun (Palar, 2008).

Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek

khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat

menjadi racun bagi tubuh makhluk hidup apabila melampaui ambang batas yang

diizinkan. Namun sebagian dari logam berat tersebut memang dibutuhkan oleh

(26)

tidakterpenuhi akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari makhluk

hidup tersebut (Ernawati, 2010).

Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi

tumbuhan dan hewan, termasuk juga manusia. Adapun yang termasuk logam berat

yang sering mencemari lingkungan dan mempunyai efek toksik bagi manusia

ialah Hg, Cr, Cd, As, dan Pb (Am.geol. Inst., 1976).

2.2.1.1 Krom Valensi 6 (Cr+6)

Logam berat kromium (Cr) merupakan logam berat dengan berat atom

51,996 g/mol, berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu

yang tinggi, mengkilat, keras, memiliki titik cair 1.857˚C dan titik didih 2.672˚C,

bersifat paramagnetik (sedikit tertarik oleh magnet), membentuk

senyawa-senyawa berwarna, memiliki bebrapa bilangan oksidasi yaitu +2,+3,+6, dan stabil

pada bilangan oksidasi +3. Senyawa kromium pada bilangan oksidasi +6

merupakan oksidan yang kuat (Widowati, 2008).

Sesuai dengan tingkat valensi yang dimilikinya, logam atau ion kromium

yang telah membentuk senyawa, mempunyai sifat-sifat yang berbeda-beda sesuai

dengan tingkat ionitasnya. Senyawa yang terbentuk dari logam Cr+2 akan bersifat

basa. Senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr+3 bersifat amfoter dan senyawa

yang terbentuk dari ion logam Cr+6 akan bersifat asam. Ion kromat (CrO42-) dalam

suasana asam, akan menimbulkan sifat sebagai reduksi (oksidator) yang sangat

(27)

2.2.1.2 Sumber

Kromium (Cr) termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami.

Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. Kromium yang ditemukan

pada perairan adalah kromium trivalent (Cr+3) dan kromium heksavalen (Cr+6)

namun pada perairan yang memilki pH lebih dari 5, kromium trivalent tidak

ditemukan. Apabila masuk perairan, kromium trivalent akan dioksidasi menjadi

kromium heksavalen yang lebih toksik. Kromium trivalent biasanya terserap ke

dalam partikulat, sedangkan kromium heksavalen tetap berada dalam bentuk

larutan.

Dalam badan perairan, kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu

secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat

disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan

mineral. Masuknya kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan

dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber

kromium yang berkaitan dengan aktifitas manusia dapat berupa limbah atau

buangan industri sampai buangan rumah tangga (Widowati dan palar.2008).

Umumnya sumber Cr (VI) dihasilkan dari proses industri, industri yang

memproduksi kromat, produksi stainlees-steel, chrome plating, serta industri

leather tanning dan yang lain bisa berasal dari emisi peralatan yang menggunakan

katalisator atau bahan Cr, pecahan puing asbes, debu semen, tembakau rokok

yang mengandung Cr sebesar 0,24-14,6 mg/kg, serta berbagai bahan pangan yang

(28)

2.2.1.3 Efek Toksik

Krom valensi 3 merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup, tetapi

bersifat toksik dalam dosis tinggi. Cr (III) dibutuhkan untuk metabolisme hormon

insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Cr (III) bisa menyebabkan

hiperglisemia, glukosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh, menurunnya

berat badan tubuh, munculnya penyakit kardiovaskuler, menurunnya umlah

sperma dan menyebabkan infertilitas. The National Academy of Sciences

menetapkan kebutuhan intake Cr (III) untuk orang dewasa sebesar 50-200 µg/hari

(Widowati, 2008).

Toksisitas Cr ditentukan oleh bilangan oksida Cr, paparan Cr (VI) bersifat

karsinogenik, dan bisa menyebabkan kanker paru. Cr (III) memilki potensi yang

sama dengan Cr (VI) dalam menimbulkan kanker dikarenakan oleh intake Cr (III)

yang secara aktif akan dimetabolisme dan berkaitan dengan asam nukleat inti sel.

Ikatan Cr (III) akan memengaruhi genetis sehingga menyebabkan mutagenesis

(Widowati, 2008).

Krom valensi 6 (Cr+6) juga mempunyai beberapa efek toksik terhadap

manusia, antara lain:

a. Efek Toksik Terhadap Alat Pencernaan

Toksisitas akut Cr melalaui alat pencernaan bisa menyebabkan knekrosis

tubulus renalis. Cr (VI) bersifat toksik karena memiliki kemampuan mengurangi

ketersediaan Cr (III) dan Cr (VI) sehingga membentuk kompleks makromolekul

intraselular. Mencerna makanan yang mengandung kadar Cr (VI) tinggi bisa

(29)

perdarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar, bahkan

dapat menyebabkan kematian (Widowati, 2008).

b. Efek Toksik Terhadap Alat Pernapasan

Alat pernafasan merupakan organ target utama dari Cr (VI), baik akut

maupun kronis, melalui inhalasi. Gejala toksisitas akut Cr (VI) meliputi nafas

pendek, batuk-batuk serta kesulitan bernafas. Sementara toksisitas kronis Cr (VI)

berupa lubang dan ulserasi septum nasal, bronchitis, penurunan fungsi paru-paru,

dan berbagai gejala pada alat pernafasan. Ulserasi kronis permukaan kulit bisa

menyebabkan kanker paru-paru. Apabila terinhalasi Cr lewat saluran pernafasan,

maka akibatnya adalah iritasi dan kanker paru-paru (Widowati, 2008).

c. Efek Toksik Terhadap Kulit dan Mata

Kromium (Cr) bisa menyebabkan kulit gatal dan luka yang tidak lekas

sembuh. Senyawa Cr (VI) bisa menyebabkan iritasi mata, luka pada mata, iritasi

kulit, dan membran mukosa. Paparan Cr melalui kulit bisa berasal dari berbagai

produk yang mengandung Cr, seperti kayu yang diawetkan menggunakan Cr

dikromat, produk kulit yang diawetkan menggunakan kromit sulfat, serta bahan

bangunan, antara lain semen dan tekstil. Paparan Cr pada kulit bisa menyebabkan

kemerahan dan pembengkakan pada kulit (Widowati, 2008).

d. Efek Toksik Melalui Plasenta

Kromium trivalent (Cr III) bersifat embriotoksik atau teratogenik ringan.

Cr diakumulasikan di dalam tubuh fetus dan sebagian diretensi di dalam plasenta.

(30)

melalui plasenta, sehingga ditemukan Cr pada jaringan bayi yang bisa

menyebabkan kecacatan.

Darah wanita hamil yang terpapar Cr di tempat kerja atau di tempat tinggal

yang berdekatan dengan limbah Cr bisa menurun kepada bayi. Kadar Cr dalam

bayi bahkan bisa lebih tinggi daripada kadar Cr dalam darah ibu. Hal itu

menunjukkan bahwa Cr bisa ditransportasikan dari ibu ke bayi secara langsung

maupun melalui susu ibu (Widowati, 2008).

2.3 Spektrofotometri

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.

Spektrofotometer/fotometer merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang

tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari

cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari

cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam

kuvet.Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika

energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari

panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah

panjang gelombang dari sinar putih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat

(31)

dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan betrbagai filter dari

berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang

gelombang tertentu. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang

benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan pengurai cahaya seperti

prisma (Khopkar, 2010).

2.3.1 Komponen Spektrofotometer

Adapun komponen-komponen terpenting dari suatu spektrofotometer

terdiri dari sumber spektrum, detektor, monokromator, sel absorpsi dan detektor.

a. Sumber Spektrum

Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu

wolfram. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber

pada daerah UV. Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang

dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.

b. Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya

dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis

yang diinginkan dari hasil penguraian yang di dapat digunakan celah.

c. Sel Absorpsi

Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat

digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan

sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal

(32)

digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder

dapat juga digunakan.

d. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respons terhadap cahaya pada

berbagai panjang gelombang (Khopkar, 2010).

2.3.2 Hukum Dasar Spektroskopi

Hukum Lambert

Hukum ini menyatakan bahwa “bila cahaya monokromatik melewati

medium menembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya

ketebalan berbanding lurus dengan intensitas cahaya”. Ini setara dengan

menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara

eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium.

Hukum Beer

Pada hukum ini dijumpai hubungan yang sama antara transmisi dan

ketebalan lapisan seperti yang ditentukan oleh Lambert antara transmisi dan

ketebalan, yakni “intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara

eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier”.

Lambert-Beer

Menurut Rohman (2007), hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas

yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan

konsentrasi larutan dan berbanding terbalik dengan transmitan.

Jika intensitas cahaya I

(33)

dengan detektor. Hukum Lambert – Beer digunakan untuk menggambarkan

absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu yang diberikan oleh absorpsi

spesi dalam larutan :

Log = Io / I = A ∈ 1 c

Dengan A adalah absorbansi; adalah absorptivitas molar (L mol-1 cm-1); 1 adalah

panjang laluan sinar melalui larutan (cm); c adalah konsentrasi spesi (molal) ∈

(Basset, J., 1994).

2.3.3 Gangguan Analisa Spektrofotometri

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat didalam analisa

spektrofotometri ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :.

a. Sidik jari dan kotoran yang melekat kuat pada sel yang digunakan,

sehingga dapat menyerap radiasi dari sinar yang dihasilkan.

b. Debu dapat mengganggu bekerjanya sistem optik sehingga menyebabkan

kesalahan.

c. Penempatan sel dalam sinar harus ditiru kembali.

d. Gelembung gas tidak boleh ada di dalam lintasan optic karena dapat

menganggu pada saat pembacaan hasil.

e. Panjang gelombang, ketidakstabilan pada sirkuit harus diteliti dan

diperbaiki.

f. Kenaikan suhu dapat menyebabkan hasil pengukuran salah,maka gunakan

filter pengabsorpsi panas serta pilih sel yang lebih kecil dengan isothermal

(34)

g. Kesalahan yang lain bisa diakibatkan dari kesalahan pada penimbangan,

pengendalian pH yang keliru, pengukuran volume yang salah,

(35)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat

Analisis Krom valensi 6 (Cr+6) dilakukan di Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Medan yang bertempat di

Jln. Wahid Hasyim No. 15 Medan.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan

3.2.1 Sampel

a. Sampel 1 (S1) air bersih dengan kode 462/K/AB/02/2014 berasal dari

daerah Desa Payung Kecamatan Payung, Sinabung

Organoleptis: warna (tidak berwarna/bening), rasa (tidak berasa), bau

(tidak berbau), pH: 6,9.

b. Sampel 2 (S2) air bersih dengan kode 485/K/AB/02/2014 berasal dari PT.

Feedmill Indonesia.

Organoleptis: warna (tidak berwarna), rasa (tidak berasa), bau (tidak

berbau), pH:7,34

3.2.2 Alat

Autoselektor, forteks, gelas ukur, kuvet 50 mm, pipet volume 5 ml, rak

tabung, tabung reaksi, tisu dan spektrofotometer NOVA 60.

3.2.3 Bahan

(36)

3.3Prosedur

A. Persiapan Sampel

o Cek pH pada masing-masing sampel.

o pH sampel harus berada pada kisaran 1-9.

o Jika pH tidak sesuai atur dengan menambahkan larutan NaOH 1 N atau

H2SO4 1 N.

o Jika sampel keruh, maka sampel harus disaring.

B. Prosedur Analisis

o Dimasukkan 1 sendok kecil reagen kit Cr-1 ke dalam tabung reaksi.

o Ditambahkan 6 tetes reagen kit Cr-2, kemudian homogenkan reagen.

o Dimasukkan 5 ml sampel ke dalam tabung reaksi, kemudian

homogenkan dan biarkan selama 1 menit.

o Hidupkan alat spektrofotometer NOVA 60.

o Dimasukkan sampel ke dalam kuvet 50 mm.

o Diletakkan kuvet ke dalam spektrofotometer NOVA 60.

o Tunggu 2-5 menit, sampai pembacaan pada alat stabil.

o Dicatat hasil yang terbaca pada alat.

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari proses pengujian yang dilakuakan terhadap air bersih dari Desa

Payung Kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill maka diperoleh hasil:

No. Sampel Hasil Satuan Persyaratan

1.

Desa Payung Kecamatan

Payung, Sinabung 0,025 mg/l

Permenkes No:416/

MENKES/PER/IX/1990

0.05 mg/l 2.

PT. Feedmill 0,022 mg/l

4.2 Pembahasan

Dari hasil diatas maka dapat diketahui bahwa air bersih telah memenuhi

persyaratan Menteri Kesehatan RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990. Air bersih yang

yang masih layak dan baik digunakan ini kemungkinan didukung oleh lingkungan

yang masih bersih dan tidak tercemar oleh limbah domestik (rumah tangga),

perkampungan, kota, pasar, jalan dan sumber limbah Non-domestik (pabrik,

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan maka diperoleh hasil untuk sampel dari Desa

Payung Kecamatan Payung, Sinabung dan PT. Feedmill berturut-turut adalah

S1=0.025 mg/l dan S2=0.022 mg/l dan dapat disimpulkan bahwa analisis krom

valensi 6 (Cr+6) pada air bersih telah memenuhi persyaratan PERMENKES

No:416/MENKES/PER/IX/1990.

5.2 Saran

Pada tugas akhir ini, digunakan spektrofotometer yang tidak dapat

menampilkan data dalam bentuk digital, sehingga disarankan untuk penelitian

selanjutnya untuk menggunakan perangkat spektrofotometer yang terintegrasi

dengan komputer sehingga memudahkan pengambilan data, atau dapat dilakukan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia lingkungan. Jakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. Halaman 15, 92-93.

Bassett,J. (1994). Buku Ajaran Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi Keempat.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta

American Geological Institue. (1976). Dictionary of Geological Terms. Revised Edition. New York: Anchor Books. Halaman 472.

Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 6, 39, 42-45.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 30, 44, 177-178.

Ernawati. (2010). Kerang bulu (Anadara inflata) Sebagai Bioindikator

Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) di Muara Sungai Asahan. Medan: Program Studi Magister Biologi FMIPA

Universitas Sumatera Utara. Halaman 41- 42.

Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Halaman 50, 79.

Khopkar, SM. (2010). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press. Halaman 205, 225-226.

Nugroho, A.(2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 9-10

Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 135, 144.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990. Tentang

Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Situmorang, M. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: Penerbit Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED. Halaman 47.

(40)

Sutrisno, C.T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Edisi Baru. Jakarta: Rineka Cipta Halaman 19, 21, 23.

Underwood, AL dan RA, Day. (1990). Analisa Kimia Kuntitatif', Edisi Keempat.

Jakarta: Erlangga. Halaman 294.

Wardhana, W.A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 73, 133-137.

(41)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Tabel 1. Data Hasil Analisis Krom Valensi 6 (Cr+6) secara Spektrofotometri

No. Sampel Hasil Satuan Persyaratan

1.

Desa Payung Kecamatan

Payung, Sinabung 0,025 mg/l

Permenkes No:416/

MENKES/PER/IX/1990

0.05 mg/l 2.

PT. Feedmill 0,022 mg/l

Lampiran 2

(42)

Tanggal : 3 September 1990

Tabel 1. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih

(43)

1.

NTU = Nephelometrik Turbidity Units TCU = True Colour Units

Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 3 September 1990 Menteri Kesehatan Republik Indonesia

ttd

(44)

Lampiran 3

Gambar 1. Spektrofotometer NOVA 60 Gambar 2. Forteks

(45)

Gambar 5. Autoselektor Gambar 6. Sampel No.485

Gambar

Tabel 1. Data Hasil Analisis Krom Valensi 6 (Cr+6) secara Spektrofotometri
Tabel 1. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih
Gambar 1. Spektrofotometer NOVA 60
Gambar 5. Autoselektor

Referensi

Dokumen terkait

SAMBUNGAN AIR BERSIH BARU DAN PENUTUPAN SAMBUNGAN AIR BERSIH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA SURAKARTA”, Tugas Akhir, Program Studi Manajemen Administrasi,

Perempuan mempunyai peran dalam memenuhi kebutuhan air minum untuk kepentingan sehari-hari sangat dominan. Mereka langsung berhubungan dengan pemanfaatan prasarana dan sarana

- Diharapkan untuk menganalisa Air bersih dan Air minum menggunakan parameter yang yang lain, seperti analisis derajat Keasaman (pH), total padatan terlarut (TDS),

keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak...

Air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat perkotaan (Atikwahyuni, Junianto. Ketersediaan air tanah dan sumber air baku permukaan

Hanya sebanyak 7 orang (9,33%) responden yang menyatakan bahwa ketersediaan air bersih yang dimiliki dapat mencukupi kebutuhan air bersih sehari-hari bahkan

banyak yang menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, hingga 2022 kebutuhan air bersih akan meningkat karena diiringi jumlah penduduk, yang

Perempuan mempunyai peran dalam memenuhi kebutuhan air minum untuk kepentingan sehari-hari sangat dominan. Mereka langsung berhubungan dengan pemanfaatan prasarana dan sarana