EFEKTIVITAS PEMBERIAN
HYOSCINE-BUTYLBROMIDE INTRAVENA
PADA PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
TESIS
OLEH :
SUKHBIR SINGH
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP.H. ADAM MALIK – RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN
PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM-5
PEMBIMBING: dr. YUSUF R. SURBAKTI, SpOG K
dr. MAKMUR SITEPU, SpOG K
PENYANGGAH : dr. HOTMA P. PASARIBU, SpOG
dr. SYAMSUL A. NASUTION, SpOG
Prof. dr. M. FAUZIE SAHIL, SpOG K
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam bidang
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat
Kasih dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia
biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari
sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat
bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“
EFEKTIVITAS
PEMBERIAN
HYOSCINE BUTYLBROMIDE
INTRAVENA
PADA
PERSALINAN
KALA
I
FASE
AKTIF
”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU
Medan.
Ginekologi FK-USU Medan ; dan juga Prof. dr. Djafar Siddik, SpOG.K, selaku
Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi pada saat saya diterima untuk mengikuti
pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan ;
Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG.K ; Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung,
SpOG.K ; Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG.K ; Prof. dr. T.M. Hanafiah,
SpOG.K ; Prof. dr. Budi R. Hadibroto, SpOG.K ; dan Prof. dr. Daulat H. Sibuea,
SpOG.K ; yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti
pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3. dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG dan dr. Makmur Sitepu, SpOG.K selaku
pembimbing tesis saya, bersama dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG ; dr.
Syamsul Arifin Nasution, SpOG ; dan Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K, selaku
penyanggah dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran telah meluangkan
waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi
penulisan tesis ini hingga selesai.
4. dr. Christoffel L. Tobing, SpOG.K, selaku pembimbing Referat Mini Fetomaternal
saya yang berjudul
”Penggunaan Ekstraksi Vakum Pompa Tangan”
; kepada
dr. Rushakim Lubis, SpOG selaku pembimbing Referat Mini Fertilitas
Endokrinologi dan Reproduksi saya yang berjudul
”Rekonstruksi Tuba”
dan
kepada dr. Deri Edianto, SpOG.K selaku pembimbing Referat Mini Onkologi
saya yang berjudul
”Tumor Mixed Mullerian Maligna pada Ovarium”
.
memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam
menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.
6. Kepada Drs. Abdul Jalil Amri, M.Kes, yang telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.
7. Seluruh
Staf
Pengajar
di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan,
yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal
hingga akhir pendidikan.
8. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan RI, Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, atas ijin yang telah diberikan
kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi di FK-USU Medan.
9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan
sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
11. Direktur RS. PTPN 2 Tembakau Deli ; dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG dan dr.
Nazaruddin Jaffar, SpOG.K ; beserta staf yang telah memberikan kesempatan
dan sarana kepada saya untuk bekerja selama bertugas di Rumah Sakit
tersebut.
12. Direktur RSU HKBP Balige beserta staf, yang telah memberikan kesempatan
kerja dan bantuan moril selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.
13. Ketua Departemen Anastesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta staf,
atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di
Departemen tersebut.
14. Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas kesempatan
dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di Departemen
tersebut.
16. Kepada dr. Jhon N Tambunan, SpOG ; dr. Muara P Lubis, SpOG ; dr.
Gotlieb P Sidabutar, SpOG ; dr. Tomy, SpOG ; dr. Simon P Saing ; dr.
Mulda F Situmorang ; dr. T.M Rizky ; dr. Ferry Simatupang ; dr. Dessy S
Hasibuan ; dr. Yusmardi ; dr. Dwi Faradina saya menyampaikan terima kasih
atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama ini serta kebersamaan kita
selama pendidikan.
17. dr. Benny J Marpaung ; dr. Sri Jauhara Laily ; dr. T. Jeffrey Abdillah ; dr.
Andri Putranda ; dr. Alfian Z. Siregar ; dr. Tigor P Hasugian ; dr. Janwar
Sahnanda ; dr. Ulfah W Kusuma dan dr. Fatin Atifa ; dr. M. Yusuf, saya
menyampaikan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama
penelitian saya dan kebersamaan kita selama masa pendidikan.
18. Seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
terima kasih atas kebersamaan, dorongan semangat dan doa yang telah
diberikan selama ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan
kepada kedua Orang Tua saya yang tersayang, Ayahanda
H. Gurdip Singh
dan
Ibunda
Pal Kaur
, yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta
mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi
contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat
kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.
Buat istriku yang tercinta,
drg. Mehma Preet Kaur
tiada kata lain yang bisa saya
sampaikan selain rasa terima kasih atas kesabaran, dorongan, semangat,
pengorbanan dan doa sehingga saya dapat menyelasaikan pendidikan ini.
Buah kedua buah hatiku yang kucintai dan kusayangi putriku,
Poonam Raj Kaur
dan
putraku
, Rajan Raj Singh
yang merupakan inspirasi dan pendorong motivasi serta
pemberi semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Daddy
ucapkan terima
kasih atas cinta, pengorbanan dan doa yang kalian berikan.
Kepada Ayahanda mertua,
Pritam Singh
dan ibunda mertua,
Gurnam Kaur
terima
kasih atas bimbingan, dorongan semangat serta doa yang diberikan kepada saya.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita
semua.
Medan, Februari 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...
i
DAFTAR ISI ...
ix
DAFTAR TABEL ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ...
1
1.1. LATAR BELAKANG...
1
1.2. RUMUSAN MASALAH...
3
1.3. HIPOTESA ...
3
1.4. TUJUAN PENELITIAN...
3
1.5. MANFAAT PENELITIAN ...
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...
5
2.1. SERVIKS ... 5
2.2. PERSALINAN... 5
2.2.1. Teori terjadinya persalinan ……….
6
2.2.2. Pemantauan dan penatalaksanaan ibu selama
persalinan ……….……..
7
2.3. KALA PERSALINAN... 9
2.3.1. Kala I ... 9
2.3.3. Kala III ... 11
2.3.4. Kala IV ... 11
2.4. PENGGUNAAN ANTISPASMODIK DALAM
BIDANG OBSTETRI... 12
2.5. HYOSCINE-BUTYLBROMIDE... 13
2.5.1.
Farmakokinetik
... 14
2.5.2.
Interkasi
Hyoscine-butylbromide ... 16
2.5.3. Terapi pada keracunan Hyoscine-butylbromide... ..
16
2.5.4.
Efek
Hyoscine-butylbromide dalam bidang obstetri.
17
2.5.5. Hasil penelitian Hyoscine-butylbromide... 17
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN... 19
3.1. RANCANGAN PENELITIAN... 19
3.2. TEMPAT PENELITIAN ... 19
3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 19
3.4. KRITERIA PENERIMAAN... 21
3.5. KRITERIA PENOLAKAN ………...
21
3.6. KERANGKA KONSEPSIONAL...……… ....
22
3.7. VARIABEL PENELITIAN ...………...
22
3.7.1. Variabel Independen ... 22
3.7.2. Variabel Dependen ... 23
3.8. PENGOLAHAN DATA... 23
3.10. BATASAN OPERASIONAL ...
24
3.11. PROSEDUR PENELITIAN ...
26
3.11.1. Cara Kerja ... 26
3.11.2. Prosedur Randomisasi ... 29
3.11.3. Alat dan Bahan ... 30
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
5.1 KESIMPULAN ... 46
5.2 SARAN ... 46
DAFTAR PUSTAKA ………... 47
LAMPIRAN 1... 50
LAMPIRAN 2... 52
ETIKA PENELITIAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Karakteristik Subjek Penelitian ... 31
Tabel 2.
Perbandingan Rerata Tekanan Darah Sistolik
pada kedua kelompok penelitian ……… 33
Tabel 3.
Perbandingan Rerata Tekanan Darah Diastolik
pada kedua kelompok penelitian ……… 34
Tabel 4.
Perbandingan Rerata Frekuensi Pernafasan
pada kedua kelompok penelitian ... 35
Tabel 5.
Perbandingan Rerata Frekuensi Nadi
pada kedua kelompok penelitian ... 36
Tabel 6.
Perbandingan Rerata Denyut Jantung Janin
pada kedua kelompok penelitian ... 37
Tabel 7.
Perbandingan Skor APGAR janin
pada kedua kelompok penelitian ... 38
Tabel 8.
Perbandingan Rerata Waktu Persalinan Kala I fase aktif,
Kala II, Kala III Pada Kedua Kelompok Penelitian... 39
Tabel 9.
Perbandingan Rerata Waktu Persalinan Kala I fase aktif
berdasarkan Pembukaan Serviks pada kedua
Kelompok Penelitian ... 40
Tabel 10.
Perbandingan Rerata Waktu Persalinan Kala I fase aktif,
Kala II, Kala III berdasarkan Paritas pada Kedua Kelompok
EFEKTIVITAS PEMBERIAN HYOSCINE-BUTYLBROMIDE INTRAVENA PADA
PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
Singh Sukhbir
, Surbakti Yusuf, Sitepu Makmur
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran USU / RSUP. H. Adam Malik – RSUD. Dr. Pirngadi Medan
ABSTRAK
Tujuan :
Menilai efektivitas dan keamanan pemberian
Hyoscine-butylbromide
untuk
mempersingkat persalinan terutama pada Kala I fase aktif
Rancangan Penelitian :
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
randomized clinical trial
dan pengamatan
double blind
yang dilakukan terhadap
pasien inpartu Kala I fase aktif di kamar bersalin RSUP H.Adam Malik Medan dan
RSUD Dr.Pirngadi Medan, dimana pasien yang memenuhi kriteria penelitian
diberikan injeksi
Hyoscine-butylbromide
dan placebo secara intravena, kemudian
dinilai lamanya Kala I fase aktif, lama Kala II, lama Kala III, Tekanan Darah, Nadi,
Frekuensi Pernafasan ibu, Denyut Jantung Janin, berat badan bayi, Skor APGAR,
serta efek samping yang timbul.
Data yang diperoleh dicatat di status penelitian dan
dianalisa secara statistik dengan menggunakan perangkat SPSS (
Statistic Package
for Social Science
) versi 15.0.
paritas, pembukaan serviks dan berat badan bayi tidak dijumpai perbedaan yang
bermakna (p>0.05). Setelah injeksi obat diberikan, pada pemantauan tekanan darah
sistolik dan diastolik, frekuensi pernafasan dan nadi ibu, denyut jantung janin serta
skor APGAR bayi tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok
penelitian (p>0.05). Dijumpai perbedaan rerata waktu persalinan pada Kala I fase
aktif yang bermakna secara statistik (p<0.05) pada kedua kelompok penelitian,
dimana pada kelompok yang mendapat injeksi Hyoscine-butylbromide waktu Kala I
fase aktif lebih singkat sekitar 65 menit dibandingkan kelompok plasebo. Tidak
dijumpai perbedaan yang bermakna (p>0.05) pada rerata waktu Kala II dan III, serta
tidak dijumpai efek samping yang merugikan pada kedua kelompok penelitian.
Kesimpulan :
Penggunaan
Hyoscine-butylbromide
efektif dan aman untuk
mempersingkat persalinan Kala I fase aktif tanpa mempengaruhi Kala II dan Kala III
tanpa merugikan ibu dan janin.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Kehamilan dan persalinan merupakan saat yang menyenangkan dan
dinanti-nantikan, tetapi juga dapat menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan, terutama
pada saat proses persalinan telah dimulai, dimana ibu yang sedang dalam proses
persalinan harus melewati beberapa fase dalam persalinan sebelum berhasil
melahirkan anaknya dengan sehat dan selamat.
Untuk melewati fase-fase tersebut
dibutuhkan waktu yang cukup lama, dan selama melewati fase-fase tersebut dapat
terjadi berbagai komplikasi terhadap ibu dan anak. Lamanya kala I persalinan yang
lebih dari 20 jam dan kala II yang lebih dari 2 jam dapat meningkatkan angka
mortalitas dan morbiditas perinatal. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
mempersingkat waktu persalinan sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan janin.
1Prinsip manajemen aktif persalinan pertama kali diperkenalkan di Dublin dengan
tujuan untuk mempersingkat masa persalinan dan menurunkan angka seksio
sesarea.
Manajemen aktif persalinan ditujukan untuk melakukan tindakan aktif
daripada melakukan tindakan observasi. Tujuan dari manajeman aktif ini adalah
untuk mengurangi keseluruhan waktu persalinan tanpa menimbulkan efek yang
merugikan terhadap ibu dan janin.
2baik dan aman. Saat ini telah ditemukan manajemen aktif persalinan yang
bermacam-macam, mulai dari melakukan pendataran serviks secara mekanik
ataupun obat-obatan, pemecahan selaput ketuban, merangsang atau memperkuat
kontraksi uterus, serta mempercepat pelunakan serviks dengan obat-obatan.
Penggunaan obat-obatan tersebut dapat menimbulkan komplikasi pada ibu ataupun
janinnya sehingga perlu dilakukan pengawasan yang ketat pada penggunaannya.
3Obat - obat spasmolitik sudah sering digunakan dalam bidang obstetri untuk
menangani kekakuan serviks, mengurangi nyeri persalinan dan mempersingkat
waktu persalinan.
Hyoscine-butylbromide
(HBB) adalah anti spasmodik yang
memiliki efek parasimpatik dan spasmolitik, yang berkerja langsung pada otot polos.
Penggunaan obat ini telah sering dilakukan di departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan untuk mengurangi nyeri pada
persalinan, namun sampai saat ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk
menilai apakah penggunaan obat ini dapat mempersingkat waktu persalinan,
terutama pada kala I fase aktif
1.2. RUMUSAN
MASALAH
Peneliti berasumsi bahwa diperlukan sebuah penelitian untuk menenemukan suatu obat yang dapat mempersingkat waktu persalinan sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin selama persalinan di kamar bersalin Obstetri dan Ginekologi FK USU.
1.3.
HIPOTESA
Hyoscine-butylbromide efektif dalam mempersingkat kala I fase aktif persalinan tanpa mempengaruhi kala II & III persalinan serta tidak mempunyai efek samping terhadap ibu dan janin.
1.4. TUJUAN
PENELITIAN
1.4.1. Tujuan Umum
Menilai efektivitas dan keamanan pemberian Hyoscine-butylbromide untuk mempersingkat persalinan.
1.4.2. Tujuan Khusus
A. Mengetahui perbedaan waktu kala I fase aktif antara kelompok yang diberikan
Hyoscine-butylbromide dan plasebo.
B. Mengetahui perbedaan waktu kala II dan kala III antara kelompok yang diberikan
Hyoscine-butylbromide dan plasebo.
D. Mengetahui efek samping yang terjadi pada kelompok yang diberikan Hyoscine-butylbromide.
1.5.
MANFAAT PENELITIAN
Pada akhir penelitian diharapkan dapat diketahui:
A. Efektivitas pemberian Hyoscine-butylbromide untuk mempersingkat kala I fase aktif persalinan.
B. Efek pemberian Hyoscine-butylbromide pada kala II dan III persalinan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SERVIKS
Uterus terdiri dari fundus, korpus dan serviks. Fundus dan korpus uteri terutama terdiri dari jaringan sel-sel otot polos. Sebaliknya, serviks uteri terutama terdiri dari jaringan penghubung kolagen dan hanya 10-15% yang merupakan otot polos, dan akan mengalami perubahan pada saat dimulainya proses persalinan. Serviks uteri mempunyai dua fungsi utama dalam kehamilan, yang pertama adalah mempertahankan keketatannya selama masa kehamilan, sehingga janin dapat berkembang dengan baik di dalam uterus sampai masa yang tepat untuk proses persalinan. Fungsi serviks uteri yang kedua adalah untuk mempersiapkan proses persalinan, dimana serviks uteri akan melunak dan kemudian mulai membuka jalan lahir.3
2.2. PERSALINAN
Persalinan adalah suatu proses fisiologis dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi yaitu janin yang viable, selaput ketuban, tali pusat dan plasenta dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dimulai dengan adanya perubahan biokimiawi pada jaringan penghubung, penipisan serta pembukaan serviks karena adanya kontraksi uterus yang berlangsung secara teratur dan adekuat baik frekuensi, intensitas dan durasinya.3,4,5
2.2.1. Teori terjadinya persalinan
Penyebab mulainya persalinan belum diketahui dengan pasti dan sampai saat ini masih merupakan teori-teori yang kompleks.6,7,8,9
Beberapa teori yang dikemukakan adalah:
A. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meningkatkan sensitivitas otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron sehingga timbul kontraksi uterus. Pendapat lain mengatakan bahwa dengan bertambah tuanya plasenta mengakibatkan terjadinya penurunan kadar progesteron dan estrogen dalam darah, dimana hal ini diduga sebagai pencetus proses persalinan.
B. Teori oksitosin
Pada akhir masa kehamilan terjadi peningkatan jumlah reseptor oksitosin
dijaringan desidua dan miometrium, sehingga merangsang pelepasan
prostaglandin yang menyebabkan timbulnya kontraksi uterus.
C. Peregangan otot-otot
Diduga persalinan terjadi apabila uterus telah meregang sampai batas tertentu. Seperti pada kandung kemih dan lambung, bila terjadi peregangan dinding kandung kemih dan lambung karena pertambahan volume maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
D. Penekanan bagian terbawah janin
E. Teori prostaglandin
Peningkatan kadar prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua dalam air ketuban dan darah ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan diduga menjadi salah satu penyebab dimulainya proses persalinan.
F. Teori imunologi
Imunitas merupakan salah satu faktor yang bekerja sinergis dalam fenomena toleransi maternal terhadap janin.
2.2.2. Pemantauan dan penatalaksanaan ibu selama persalinan.
1. Tanda vital ibu.
Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan serta suhu ibu dievaluasi setiap 4 jam.7,10
2. Pemeriksaan dalam
Hal-hal yang diperhatikan pada pemeriksaan dalam adalah sebagai berikut :
A. Serviks
Dilakukan penilaian terhadap perlunakan, derajat pendataran, lebarnya pembukaan dan arah serviks yang dikategorikan sebagai berikut: posterior (sakral), posisi tengah (aksial), dan anterior. Dilakukan penilaian pada bagian terbawah janin untuk menilai keutuhan selaput ketuban.7,11,12
saat yang sama. Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan diameter rata-rata pembukaan serviks. Jari pemeriksa menelusuri tepi serviks dari satu sisi ke sisi yang berlawanan, dan diameter yang dilintasi dinyatakan dalam cm. Serviks dikatakan membuka penuh bila diameternya 10 cm.7,11
B. Penurunan bagian terbawah janin
Dilakukan identifikasi derajat penurunan bagian terbawah janin di jalan lahir. Penurunan bagian terbawah janin dapat ditentukan dengan menggunakan bidang Hodge, untuk menilai sampai sejauh mana bagian terendah janin sudah turun di rongga panggul pada proses persalinan.13,14
1. Bidang Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul
dengan bagian atas simfisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II : Bidang ini sejajar dengan Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I dan II
terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I, II, dan
III, terletak setinggi os koksigeus.
C. Adekuasi panggul
2.3. KALA PERSALINAN
Proses persalinan terbagi atas 4 kala, yaitu :6,7,13,14
2.3.1. Kala I
Kala I dimulai sejak awal proses persalinan sampai dengan pembukaan serviks lengkap. Selama kala I terjadi pendataran dan pembukaan serviks uteri. Kala ini merupakan kala persalinan yang paling lama, dan lamanya kala I tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
A. Paritas pasien
B. Frekuensi, intensitas dan lamanya kontraksi
C. Kemampuan serviks uteri untuk membuka dan mendatar D. Presentasi dan posisi janin
Proses membukanya serviks uteri dibagi dalam 2 fase:13,14
A. Fase Laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
Gambar 1. Persalinan kala I, kala II dan kala III 12
2.3.2. Kala II
Kala II dimulai sejak pembukaan serviks lengkap sampai dengan bayi lahir. Lamanya kala II bervariasi dari beberapa menit sampai 2 jam, tergantung pada beberapa faktor, yaitu :15
A. Presentasi dan posisi janin B. Hubungan janin dan panggul C. Tahanan jaringan lunak panggul
D. Frekuensi, intensitas, lamanya dan regularitas his dan E. Efisiensi tenaga meneran
Setelah pembukaan serviks lengkap dan seiring dengan turunnya bagian terbawah janin, maka akan timbul keinginan ibu untuk mengedan. Kontraksi uterus dan daya dorong yang menyertainya dapat berlangsung selama 1,5 menit dan terjadi kembali setelah suatu fase istirahat miometrium yang lamanya tidak lebih dari 1 menit. Median durasi Kala II pada nullipara adalah 50 menit dan pada multipara adalah 20 menit, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi. 7,15,16
2.3.3. Kala III
Kala III adalah periode sejak lahirnya bayi sampai plasenta lahir. Segera setelah plasenta lahir merupakan saat paling berbahaya untuk terjadinya perdarahan pasca persalinan.13,14
2.3.4. Kala IV
Kala IV dimulai sejak plasenta lahir lengkap, dan lamanya sekitar 1 jam. Hal ini dimaksudkan agar penolong persalinan masih mendampingi wanita setelah bersalin. Hal ini bertujuan untuk mengurangi komplikasi perdarahan pasca persalinan.7,15
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat, meliputi kelengkapan plasenta dan kelainan-kelainan yang ada. Perdarahan pasca persalinan akibat atonia uterus paling mungkin terjadi pada saat ini, meskipun telah diberikan oksitosin, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan kontraksi uterus pada kala IV.
Gynaecologist merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan denyut nadi segera setelah melahirkan dan setiap 15 menit selama 1 jam pertama setelah melahirkan.7,14
2.4. PENGGUNAAN ANTI SPASMODIK DALAM BIDANG OBSTETRI
Anti spasmodik memiliki efek parasimpatik dan spasmolitik yang bekerja langsung terhadap otot polos serviks. Obat-obat antikolinergik sering digunakan dalam bidang obstetri untuk mengurangi nyeri persalinan dan dapat mempercepat proses persalinan, namun mekanismenya masih belum jelas. Hal ini diduga berhubungan dengan efek antikolinergik yang mengurangi spasme pada serviks. Serabut persyarafan kolinergik banyak ditemukan didekat arteri uterina dan bercabang ke uterus. Gambaran distribusi inervasi syaraf kolinergik ini dimulai dari uterus dan semakin banyak dijumpai didaerah serviks, sehingga serviks mempunyai inervasi yang terbanyak.19,20
Untuk mendapatkan khasiat antikolinergik yang lebih spesifik maka dilakukan pembuatan obat sintetik dan semi sintetik yang digolongkan kepada quarteniery ammonium compound
dengan efek antikolinergik dan spasmolitik yang mirip papaverin.19
Recto dkk (1997) di Manila melaporkan hasil penelitiannya pada 152 wanita inpartu yang
diberikan injeksi Hyoscine-butylbromide 10 mg tiap 4 jam untuk mengurangi nyeri persalinan, mereka menemukan bahwa Hyoscine-butylbromide selain mengurangi nyeri persalinan ternyata juga dapat mempersingkat masa persalinan.19
Aggarwal dkk, melaporkan bahwa pemberian Hyoscine-butylbromide intravena dapat
Back dan Steinmann melaporkan bahwa pemberian antispamodik kurang bermanfaat jika diberikan pada saat serviks belum terbuka dan atau kontraksi uterus tidak adekuat. Manfaat pemberian antispasmodik baru tampak bila diberikan pada saat telah terjadi pembukaan serviks 2 – 3 cm dan efek yang optimal terjadi jika antispasmodik diberikan pada pembukaan serviks 4 – 8 cm.19
2.5. HYOSCINE-BUTYLBROMIDE
Hyoscine-butylbromide adalah quarteniery amonium compound yang mempunyai efek spasmolitik di otot polos. Hyoscine-butylbromide merupakan kristal putih padat dengan titik didih 136-139°C, larut dalam air hingga 212 mg/cc. Hyoscine-butylbromide (Buscopan®) adalah turunan dari hyoscine yang berasal dari ekstrak daun Dubosia yang terdapat di Australia. Obat ini dikenal sebagai antispasmodik sejak tahun 1951.22,23
Gambar 2. Rumus bangun
Hyoscine-butylbromide
22Sebagai bahan ammonium kuartener, Hyoscine-butylbromide bersifat sangat polar dan pada pemberian oral hanya sebagian diabsorpsi sekitar 8% dan secara sistemik hanya ditemukan kurang dari 1 %.22,23,24
Hyoscine-butylbromide tidak sama dengan atropine. Hyoscine-butylbromide tidak melewati sawar darah otak sehingga tidak terdapat efek pada susunan saraf pusat, sehingga frekuensi dan tingkat keparahan dari efek samping pada kelenjar keringat, kelenjar ludah, mata, dan jantung lebih kecil dibandingkan dengan atropine pada pemberian dosis terapeutik. Onset of action (OOA) setelah pemberian intravena adalah 10 menit, efek puncaknya terlihat pada 20-60 menit, dan berakhir selama 2 jam dengan waktu paruh 4,8 jam,22,23,24
Pada pemberian secara intravena, obat ini didistribusikan dengan cepat ke jaringan, sekitar 29 menit. Total clearence 1,2 l/menit, dan setengah pengeluarannya melalui ginjal. Sisa metabolismenya yang dijumpai di urin sangat sedikit yang terikat dengan reseptor muskarinik. Hyoscine-butylbromide memiliki kekuatan pengikatan protein plasma yang lemah .22,24
Corsen dkk telah meneliti berbagai penggunaan dan efek dari Hyoscine-butylbromide di bidang obstetri ginekologi dan menemukan bahwa cara kerja yang paling cepat dan langsung terjadi bila diberikan secara intravena dan suppositoria.26,27
Dosis pemberian Hyoscine-butylbromide adalah 0,3-0,6 mg/kg BB dengan dosis maksimumnya adalah 100 mg per hari. Kontra indikasi pemberian Hyoscine-butylbromide
adalah pada pasien miastenia gravis, penyakit megakolon, glaukoma, penyumbatan saluran kemih atau saluran cerna dan pasien yang sensitif terhadap obat tersebut. Efek samping yang dapat timbul pada pemakaian dosis maksimal Hyoscine-butylbromide adalah xerostomia, gangguan visual, retensio urine, namun efek samping ini biasanya ringan dan sangat jarang dijumpai.22,23,24,25
Sampai saat ini belum pernah dilaporkan adanya efek yang merugikan dalam pemakaian
Hyoscine-butylbromide pada wanita hamil. Penelitian preklinis terhadap tikus dan kelinci melaporkan tidak ada efek embriotoksik ataupun teratogenik dari pemberian Hyoscine-butylbromide. Food and drug administration di Amerika menyatakan bahwa Hyoscine-butylbromide aman diberikan kepada wanita hamil yang akan dilakukan seksio sesarea.22,24,28
2.5.2. Interaksi Hyoscine-butylbromide
Pemberian Hyoscine-butylbromide secara bersamaan dengan trisiklik antidepresan, antihistamin, quinidin, amantadin, dan disopiramide dapat memperberat efek antikolinergik. Pemberian Hyoscine-butylbromide secara bersamaan dengan antagonis dopamin seperti metoclopramide dapat menurunkan efek dari kedua obat tersebut pada sistem gastrointestinal. Pemberian Hyoscine-butylbromide secara bersamaan dengan beta adrenergik dapat meningkatkan efek takikardi.22
Gejala toksik dari pemberian Hyoscine-butylbromide akan berespon pada parasimpatomimetik. Pada penderita glaukoma, diperlukan konsultasi dengan ahli optalmologi dan harus diberikan pilokarpin secara lokal. Jika diperlukan, dapat diberikan obat parasimpatomimetik seperti neostigmin 0,5-2,5 mg per im atau iv. Penetalaksanaan komplikasi kardiovaskular dilakukan berdasakan prinsip terapeutik yang biasanya. Pada kasus paralisa otot pernafasan perlu dipertimbangkan pemasangan intubasi dan pernafasan bantuan. Kateterisasi perlu dilakukan pada kasus retensio urine.22
2.5.4. Efek Hyoscine-butylbromide dalam bidang Obstetri
Mekanisme kerja Hyoscine-butylbromide dalam mempercepat pembukaan serviks belum jelas. Hyoscine-butylbromide mempunyai tempat kerja khusus yaitu pada ganglion parasimpatik pada dinding viscera, karena itu Hyoscine-butylbromide mempunyai efek anti spasmodik spesifik yang bekerja pada otot polos di traktus gastrointestinal, traktus biliaris, traktus urinarius dan traktus genitalia, terutama pleksus serviko uterina dan hal ini dapat menyebabkan bertambahnya pembukaan serviks. Pemberian Hyoscine-butylbromide tidak mempengaruhi kontraksi uterus, bahkan membuat kordinasi yang lebih baik antara kontraksi uterus dengan dilatasi serviks sehingga mempercepat pembukaan serviks. Keadaan yang vagotonik menyebabkan terjadinya peningkatan ketegangan pada segmen bawah uetrus dan serviks, efek parasimpatomimetik bermanfaat untuk mengurangi kegangan ini, serta efek penghilang rasa sakit dari parasimpatomimetik membuat Hyoscine-butylbromide
sebagai obat yang dapat dipergunakan untuk mempecepat persalinan dan memiliki efek analgetik.29
2.5.5. Hasil penelitian tentang Hyoscine-butylbromide
Samuel dkk (2007), melaporkan bahwa Hyoscine-butylbromide efektif dalam
Sirohiwal D dkk (2005), melaporkan bahwa pemberian Hyoscine-butylbromide secara suppositoria efektif untuk mempersingkat persalinan kala I 30
Bhattacharya dkk, meneliti efek pemberian Hyoscine-butylbromide 20 mg secara
intramuskuler pada 100 primigravida dan menemukan bahwa rerata waktu persalinan menjadi lebih pendek 3 jam 40 menit dan 81% selesai bersalin dalam waktu 8 jam.30
Samal dkk, dalam sebuah studi yang hampir sama, menemukan pemberian
Hyoscine-butylbromide mempersingkat waktu persalinan 2 jam 42 menit dengan 88% wanita selesai bersalin dalam 8 jam. Hasil yang tampak pada neonatal adalah hampir sama pada kedua kelompok studi.30
Tewari dkk, merupakan peneliti yang petama yang menggunakan dosis 40 mg secara
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan randomized clinical trial dan pengamatan double blind yang dilakukan terhadap pasien inpartu fase aktif dan diberikan injeksi Hyoscine-butylbromide dan plasebo secara intravena, kemudian dinilai lamanya kala I fase aktif, kala II, kala III, tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan ibu, denyut jantung janin, berat badan bayi, skor APGAR, serta efek samping yang timbul.
3.2. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan diruang bersalin Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi penelitian adalah pasien inpartu kala I fase aktif di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang bersedia mengikuti penelitian.
Pengumpulan sampel dilakukan sejalan dengan berlangsungnya penelitian. Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang diberikan
Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus statistik.
(Z + Z ) x Sd 2 n = ____________________ d
dimana :
Z = Nilai baku normal dengan tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai
yang ditentukan
Untuk = 0,05 Z = 1,96
Z = Nilai baku normal dengan tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai
yang ditentukan
Untuk = 0,10 Z n = 1,282
SD = dihitung dengan rumus
Sd adalah 42,43
d = X1 – X2 = 26
(1,96 + 1,282) x 42,43 2
n = ____________________ = 27 26
3.4. KRITERIA PENERIMAAN
A. Pasien primigravida, sekundigravida, multigravida. B. Kehamilan aterm.
C. Janin hidup, tunggal dan presentasi belakang kepala. D. Persalinan Kala I dengan pembukaan serviks 4-5 cm. E. Kehamilan tanpa penyulit.
F. Tidak ada riwayat alergi Hyoscine-butylbromide.
3.5. KRITERIA PENOLAKAN
A. Pasien yang mendapat akselerasi persalinan.
B. Kehamilan dengan riwayat miastenia gravis, penyakit megakolon, glaukoma, penyumbatan saluran kemih atau saluran cerna.
3.6. KERANGKA KONSEPSIONAL
PLASEBO INJEKSI HYOSCINE
BUTYLBROMIDE 20 mg IV (
1 cc) RANDOMIZED CLINICAL TRIAL
KRITERIA PENERIMAAN
1. Lamanya fase aktif kala I (menit) 2. Lamanya Kala II, III
3. Tekanan Darah, Nadi, Frekuensi Pernafasan
4. Efek Samping
5. Denyut Jantung Janin 6. APGAR skor
3.7. VARIABEL PENELITIAN
Pemberian Hyoscine-butylbromide 20 mg secara intravena pada persalinan saat kala I fase aktif dengan pembukaan serviks 4-5 cm.
3.7.2. Variabel Dependen
A. Lamanya kala I fase aktif (menit). B. Lamanya kala II, III.
C. Tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi ibu D. Denyut jantung janin. .
E. Skor APGAR.
F. Efek samping pemberian Hyoscine-butylbromide.
3.8.
PENGOLAHAN DATA / ANALISIS STATISTIK
Untuk melihat perbedaan karakteristik subjek penelitian, lama masa persalinan kala I fase aktif, kala II, kala III, perbedaan tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, denyut jantung janin, skor APGAR antara kelompok yang diberikan Hyoscine-butylbromide dengan plasebo digunakan uji t berpasangan, uji exact fisher, dan uji chi square. Data penelitian yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisa dengan menggunakan program statistik SPSS versi 15.
3.9. ETIKA
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada subjek penelitian dengan memberikan Hyoscine-butylbromide
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kepada subjek penelitian diminta persetujuan tanpa paksaan dalam bentuk informed consent, dimana sebelumnya peserta penelitian telah memperoleh penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian,keuntungan serta kerugian apabila turut serta dalam penelitian. Nama subjek, jenis dan komposisi obat yang diberikan dirahasiakan. Bila terjadi efek samping terhadap subjek penelitian akan segera dilakukan pengobatan dengan biaya yang ditanggung sepenuhnya oleh peneliti.
Usulan proposal penelitian ini telah disetujui oleh Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU / RSUP H.Adam Malik Medan – RSUD Dr. Pirngadi Medan, Tim lima penelitian dan kemudian diteruskan dan disetujui oleh Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan FK-USU No: 234/KOMET/FK USU/2008.
3.10. BATASAN OPERASIONAL
1. Persalinan aterm adalah jika pasien bersalin pada usia kehamilan antara 37 sampai 40 minggu dengan berat badan lahir ≥ 2500 gram.
2. Persalinan kala I yaitu mulai timbulnya tanda-tanda persalinan sampai dengan pembukaan serviks lengkap dibagi 2 yaitu fase laten dan fase aktif.
3. Fase laten adalah fase yang dimulai dari awal persalinan sampai dicapai pembukaan serviks 3 cm.
4. Fase aktif adalah fase yang dimulai dari pembukaan serviks 4 cm sampai pembukaan lengkap.
5. Persalinan kala II yaitu fase persalinan yang dimulai dari pembukaan serviks lengkap sampai dengan bayi lahir.
7. Gawat janin adalah suatu keadaan terganggunya kesejahteraan janin yang disebabkan oleh hipoksia dan ditandai dengan denyut jantung janin kurang dari 120x/menit serta tidak teraturnya denyut jantung janin.
8. Fetal takikardi adalah suatu keadaan dimana denyut jantung janin lebih dari 180 x/menit. 9. Tekanan darah adalah penilaian keadaan ibu selama persalinan dilakukan setiap 60
menit sesuai dengan partograf, kala II dan kala III dengan menggunakan sphygmomanometer dinyatakan dengan mmHg.
10. Nadi adalah penilaian keadaan ibu dengan memeriksa denyut nadi selama satu menit setiap 60 menit sesuai dengan partograf, kala II dan kala III.
11. Respirasi adalah penilaian frekuensi pernafasan selama satu menit yang dilakukan setiap 60 menit sesuai dengan partograf, kala II dan kala III.
12. Efek samping adalah efek tidak diinginkan yang timbul sebagai akibat dari pemberian obat.
3.11. PROSEDUR PENELITIAN
3.11.1. Cara Kerja
Pasien baru yang masuk ke ruang bersalin dari Instalasi Gawat Darurat maupun dari Poli Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Pasien yang diseleksi adalah pasien primigravida, sekundigravida dan multigravida. Seleksi dilakukan oleh peneliti atau asisten peneliti yaitu PPDS Obstetri dan Ginekologi yang sudah terlatih dan sudah dinilai realitasnya. Dilakukan anamnese untuk mengetahui identitas pribadi dan tanda-tanda inpartu, hari pertama haid terakhir, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pemakaian obat serta alergi obat, dan antenatal care.
pemeriksaan obstetri, dimulai dengan mengukur tinggi fundus uteri (cm), menentukan bagian teregang dan terbawah janin, taksiran berat badan, frekuensi dan intensitas kontraksi rahim serta denyut jantung janin. Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher) untuk menilai pembukaan dan pendataran serviks, bagian terbawah janin, adekuasi panggul serta kemajuan persalinan.
Dari seluruh pemeriksaan diatas pasien yang dipilih adalah pasien dengan kehamilan aterm, janin tunggal, janin hidup, presentasi belakang kepala, inpartu dengan pembukaan serviks 4 – 5 cm. Bila pada pemeriksaan pertama kali belum dicapai pembukaan 4 cm, maka ditunggu sampai pembukaan 4 – 5 cm dan dimasukkan kedalam penelitian. Kemajuan persalinan diikuti dengan partograf mulai pembukaan 4 atau 5 cm sampai akhir persalinan. Untuk menentukan pembukaan 4 atau 5 cm peneliti menggunakan suatu alat yang dibuat sendiri oleh peneliti. Alat tersebut berbentuk huruf T terbuat dari logam anti karat dengan diameternya 4 dan 5 cm. Pasien dilakukan periksa dalam oleh peneliti atau asisten yang sudah dilatih, bila menurut peneliti pembukaan sudah mencapai 4 atau 5 cm, untuk memastikannya pasien dipasang spekulum sim’s, kemudian alat berbentuk T yang sudah disterilkan dimasukkan sampai ke serviks dan kemudian kita tentukan apakah pembukaan memang sudah mencapai 4 atau 5 cm. Selaput ketuban dipecahkan agar tidak menimbulkan bias.
akan diminta untuk menandatangani surat persetujuan untuk ikut penelitian. Pasien boleh memilih untuk menolak mengikuti penelitian.
Pasien yang memenuhi penelitian akan dipilih secara acak dan dengan pengamatan double blind akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang akan diberikan injeksi Hyoscine-butylbromide 20 mg secara intravena dengan perlahan-lahan dan kelompok pembanding yang akan diberikan NaCl fisiologis 1 cc secara intravena. Sebelum suntikan diberikan, pada saat diantara kontraksi dilakukan penilaian mengenai tekanan darah, nadi dan frekuensi pernafasan ibu, denyut jantung janin serta kemajuan persalinan. Pasien dipasang three way atau infus terlebih dahulu, kemudian diberikan suntikan. Pada saat suntikan diberikan, pengukur waktu dihidupkan dan persalinan diikuti. Semua parameter tersebut diatas dinilai setiap 60 menit sesuai dengan partograf. Lamanya waktu mulai dari pemberian obat sampai Kala II mulai dihitung sejak diberikan suntikan sampai pembukaan serviks lengkap (menit). Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 2 jam. Pada saat pembukaan telah lengkap, pada pengukur waktu dilihat lamanya fase aktif dalam menit. Kemudian setelah tercapai kala II, tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi ibu serta denyut jantung janin diukur pada saat diantara kontraksi. Lamanya kala II juga dihitung dalam menit. Di kala III, tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi ibu diukur segera setelah pemotongan tali pusat. Lamanya kala III juga dihitung dalam menit dengan melihat pengukur waktu. Berat badan dan skor APGAR bayi dinilai. Sejak suntikan diberikan, dinilai juga apakah dijumpai efek samping pemberian obat, perdarahan post partum juga dievaluasi, dan apabila ada pasien yang persalinannya menjadi seksio sesarea juga diperhatikan. Setelah partus volume urine pasien juga di pantau.
Peneliti menyediakan 60 lembar kertas yang telah diberi nomor 1-60 dan digulung serta dimasukkan dalam satu wadah khusus. Pasien diinstruksikan mengambil 1 lembar gulungan kertas tersebut secara acak. Jika pasien mendapat nomor bilangan ganjil, maka pasien dimasukkan ke dalam kelompok A yang mendapat perlakuan injeksi Hyoscine-butylbromide
[image:42.595.69.462.298.558.2]20 mg (1 cc) secara intravena, dan peserta yang mendapat bilangan genap dimasukkan kedalam kelompok B yang diberi plasebo (Injeksi NaCl 1 cc intravena).
Tabel Random
No Pasien Bilangan Random Perlakuan dan Tanpa Perlakuan
1 Ganjil A
2 3 4 5 6
Genap Genap Ganjil Ganjil Genap
B B A A B
3.11.3. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Sphygmomanometer Merkuri
2. Stetoskop
3. Dapton (pengukur denyut jantung janin)
4.
Three Way
5. Spuit 3 cc
6. Stopwatch
7. Spekulum
Sim’s
8. Alat T logam untuk mengukur pembukaan
Bahan-bahan yang digunakan adalah:
1.
Hyoscine-butylbromide
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
[image:44.595.68.515.294.763.2]Penelitian dimulai dari bulan Juli 2008 sampai jumlah sampel terpenuhi. Jumlah sampel adalah 30 pada masing-masing kelompok penelitian.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Kelompok
Karakteristik HBB (n = 30) NaCl (n= 30) Kemaknaan (p) 1. Usia (thn)
X ± SD Rentang
30.47 ±5.21 20-39
29.73 ± 5.34 21-40 0.593+ 2. Paritas Primigravida Sekundigravida Multigravida 8 (13.3%) 2 (3.3%) 20 (33.3%) 7 (11.7%) 8 (13.3%) 15 (25.0%) 0.112* 3. Pembukaan serviks
Primigravida
4 cm
5 cm
Sekundigravida
4 cm
5 cm
Multigravida
4 cm
5 cm
5 (33.3%) 3 (20.0%) 1 (10.0%) 1 (10.0%) 10 (28.6%) 10 (28.6%) 5 (33.3%) 2 (13.3%) 2 (20.0%) 6 (60.0%) 5 (14.3%) 10 (28.6%) 0.714** 0.490** 0.324*4. BB Bayi lahir
X± SD (gram) 3170.00 ± 271.52 2700-3900
3126.67 ± 179.43 2800-3500
+
Uji t-berpasangan * Uji Chi square ** Uji Exact Fisher
Tabel 2. Perbandingan Rerata Tekanan Darah Sistolik pada kedua kelompok penelitian
Kelompok Sístole HBB (n=30)
(mmHg) NaCl (n=30) (mmHg) Kemaknaan (p) 1. Menit ke-0
X ± SD Rentang
n = 30 117.00 ± 5.96
100-130
n = 30 118.00 ± 5.71
110-130
0.273
2. Menit ke-60 X ± SD
Rentang
n = 30 118.00 ± 8.86
100-130
n = 30 119.00 ± 8.84
100-130
0.664
3. Menit ke-120
X ± SD Rentang
n = 21 120.00 ± 8.94
100-130
n = 28 121.07 ± 5.66
110-130
0.611
4. Menit ke-180 X ± SD Rentang
n = 5 118.00 ± 4.47
110-120
n = 22 120.45 ± 6.53
110-130
0.435
5. Kala II X ± SD Rentang
n = 31 119.68 ± 7.06
110-130
n = 38 120.53 ± 6.95
110-130
0.70
6. Kala III X ± SD Rentang
n = 31 117.33 ± 5.833
110-130
n = 38 117.63 ± 5.89
110-130
0.49
Uji t-berpasangan
Tabel 3. Perbandingan Rerata Tekanan Darah Diastolik pada kedua kelompok penelitian
Kelompok Diastole HBB (n=30)
(mmHg)
NaCl (n=30) (mmHg)
Kemaknaan (p) 1. Menit ke-0
X ± SD Rentang
n = 30 76.00 ± 5.63
70-80
n = 30 77.33 ± 5.83
70-90
0.371
2. Menit ke-60 X ± SD Rentang
n = 30 76.00 ± 4.98
70-80
n = 30 76.33 ± 4.90
70-80
0.795
3. Menit ke-120 X ± SD Rentang
n = 21 77.14 ± 4.62
70-80
n = 28 77.86 ± 4.17
70-80
0.574
4. Menit ke-180 X ± SD Rentang
n = 5 78.00 ± 4.47
70-80
n = 22 79.55 ± 3.75
70-80
0.429
5. Kala II X ± SD Rentang
n = 30 77.00 ± 4.66
60-80
n = 30 77.67 ± 4.30
80-90
0.567
6. Kala III X ± SD Rentang
n = 30 77.00 ± 4.66
70-80
n = 30 78.00 ± 4.06
70-80
0.340
Uji t-berpasangan
Tabel 4. Perbandingan Rerata Frekuensi Pernafasan pada kedua kelompok penelitian Kelompok Frekuensi pernafasan HBB (n=30) (x/i) NaCl (n=30) (x/i) Kemaknaan (p) 1. Menit ke-0
X ± SD Rentang
n = 30 21.93 ± 1.85
18-24
n = 30 22.40 ± 2.48
20-32
0.413
2. Menit ke-60 X ± SD Rentang
n = 30 23.13 ± 1.54
20-24
n = 30 23.47 ± 1.57
20-26
0.411
3. Menit ke-120 X ± SD Rentang
n = 21 22.48 ± 1.53
20-24
n = 28 22.29 ± 1.78
20-26
0.697
4. Menit ke-180 X ± SD Rentang
n = 5 23.20 ± 1.09
22-24
n = 22 23.36 ± 1.29
20-24
0.796
5. Kala II X ± SD Rentang
n = 30 24.33 ± 1.06
22-26
n = 30 24.60 ± 0.93
24-26
0.305
6. Kala III X ± SD Rentang
n = 30 24.40 ± 1.22
22-26
n = 30 22.73 ± 0.98
24-26
0.248
Uji t-berpasangan
Tabel 5. Perbandingan Rerata Frekuensi Nadi pada kedua kelompok penelitian
Kelompok Frekuensi nadi HBB(n=30)
(x/i)
NaCl (n=30) (x/i)
Kemaknaan (p) 1. Menit ke-0
X ± SD Rentang
n = 30 83.20 ± 3.26
76-88
n = 30 81.73 ± 4.05
72-88
0.12
2. Menit ke-60 X ± SD Rentang
n = 30 84.60 ± 4.23
80-92
n = 30 84.20 ± 4.08
80-92
0.71
3. Menit ke-120 X ± SD Rentang
n = 21 87.05 ± 3.98
80-92
n = 28 85.00 ± 5.72
72-92
0.16
4. Menit ke-180 X ± SD Rentang
n = 5 87.60 ± 4.98
84-96
n = 22 84.73 ± 3.41
76-88
0.13
5. Kala II X ± SD Rentang
n = 30 88.47 ± 4.86
80-92
n = 30 87.13 ± 5.51
72-96
0.32
6. Kala III X ± SD Rentang
n = 30 84.67 ± 5.26
80-92
n = 30 82.93 ± 5.52
72-92
0.22
Uji t berpasangan
Tabel 6. Perbandingan Rerata Denyut Jantung Janin pada kedua kelompok penelitian
Kelompok DJJ HBB (n = 30)
(x/i)
NaCl (n=30) (x/i)
Kemaknaan (p) 1. Menit ke-0
X ± SD Rentang
n = 30 143.57 ± 5.83
132-152
n = 30 141.93 ± 4.65
132-148
0.23
2. Menit ke-60 X ± SD Rentang
n = 30 144.00 ± 4.81
140-152
n = 30 143.33 ± 4.34
140-152
0.57
3. Menit ke-120 X ± SD Rentang
n = 21 142.48 ± 4.46
136-152
n = 28 143.14 ± 4.53
136-152
0.61
4. Menit ke-180 X ± SD Rentang
n = 5 146.40 ± 2.19
144-148
n = 22 143.09 ± 3.89
132-148
0.08
5. Kala II X ± SD Rentang
n = 30 146.60 ± 3.41
140-152
n = 30 146.63 ± 3.60
140-152
0.77
Uji t berpasangan
Tabel 7. Perbandingan Skor APGAR janin pada kedua kelompok penelitian
Kelompok SKOR
APGAR
HBB (n = 30) NaCl (n= 30) Kemaknaan (p) 1. Menit 1
Rentang
8.10 ± 0.54 7-9
7.93 ± 0.64 7-9
0.28
2. Menit 5 Rentang
9.27 ± 0.52 8-10
9.33 ± 0.54 8-10
0.63
Uji t berpasangan
Tabel 7 memperlihatkan rerata nilai skor APGAR pada menit ke-1 dan ke-5 pada kedua kelompok penelitian. Dengan uji statistik menggunakan uji t-berpasangan tidak ditemukan perbedaan skor APGAR yang bermakna antara kedua kelompok penelitian pada menit ke-1 dan ke-5 dengan nilai p= 0.28 dan 0.63 (p>0.05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian injeksi Hyoscine-Butylbromide pada ibu dalam proses persalinan Kala I fase aktif tidak mempengaruhi tekanan darah sistolik maupun diastolik, frekuensi pernafasan dan nadi ibu serta denyut jantung janin dan skor APGAR bayi. Hal ini sama dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya.
Samuel dkk (2007) melaporkan pemberian injeksi Hyoscine-butylbromide dapat
Samal dkk, melaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan keadaan neonatal pada kelompok
yang mendapatkan injeksi Hyoscine-butylbromide dan yang tidak diberikan injeksi
Hyoscine-butylbromide.
Tewari, dkk melaporkan bahwa pemberian Hyoscine-butylbromide 40 mg secara intravena
[image:52.595.62.500.318.535.2]dalam dosis terbagi dua dan diberikan secara terpisah dalam 20 menit tidak menimbulkan efek yang merugikan pada janin dalam jangka pendek.
Tabel 8. Perbandingan Rerata Waktu Persalinan Kala I fase aktif, Kala II, Kala III Pada Kedua Kelompok Penelitian
Kelompok KALA
PERSALINAN
HBB (n = 30) (Menit)
NaCl (n= 30) (Menit)
Kemaknaan (p)
1. Kala I fase aktif
Rentang
140.67 ± 36.15 90-240
205.07 ± 63.08 90-390
0.001 2. Kala II
Rentang
35.43 ± 21.18 12-91
35.50 ± 16.89 10-90
0.989
3. Kala III Rentang
13.90 ± 3.83 8-20
14.37 ± 3.31 5-19
0.616
Uji t-berpasangan
Sebaran waktu persalinan pada kala II pada kedua kelompok penelitian yaitu 35.43±21.18 menit dan 35.50±16.89 menit. Dengan uji statistik menggunakan uji t-berpasangan tidak ditemukan perbedaan waktu persalinan pada kala II yang bermakna diantara kedua kelompok penelitian dengan p=0.989 (p>0.05). Sebaran waktu persalinan pada kala III pada kelompok perlakuan dan kontrol yaitu 13.90±3.83 menit dan 14.37±3.31 menit. Dengan uji statistik menggunakan uji t-berpasangan tidak ditemukan perbedaan waktu persalinan pada kala III yang bermakna diantara kedua kelompok penelitian dengan p= 0.616 (p>0.05).
Tabel 9.Perbandingan Rerata Waktu Persalinan Kala I fase aktif berdasarkan Pembukaan Serviks Pada Kedua Kelompok Penelitian
Kelompok Pembukaan Serviks HBB (n = 30)
(Menit)
NaCl (n = 30) (Menit)
Kemaknaan (p) 1. 4 cm
X ± SD (Menit)
(n = 16) 150.94 ± 37.30
(n = 12) 247.08 ± 62.35
0.001 2. 5cm
X ± SD (Menit)
( n = 14) 128.93 ± 32.13
( n = 18) 177.06 ± 46.85
[image:53.595.67.502.333.458.2]0.003
Tabel 9 memperlihatkan perbandingan rerata waktu persalinan kala I fase aktif berdasarkan pembukaan serviks 4 dan 5 cm pada kedua kelompok penelitian. Sebaran waktu persalinan kala I fase aktif pada kelompok perlakuan dan kontrol pada pembukaan 4 cm yaitu 150.94±37.30 menit dan 247.08±62.35 menit, dan pada pembukaan 5 cm yaitu 128.93±32.13 menit dan 177.06±46.85 menit.
Sirowal D dkk (2005) melaporkan bahwa pemberian Hyoscine-butylbromide secara suppositoria dapat mempersingkat masa kala I persalinan.
Recto dkk (1997), melaporkan dalam suatu penelitian di Manila terhadap 152 wanita inpartu
yang diberikan injeksi Hyoscine-butylbromide 10 mg setiap 4 jam dapat mempersingkat masa persalinan.
Samal dkk melaporkan pemberian injeksi Hyoscine-butylbromide mempersingkat waktu
persalinan selama 2 jam 42 menit dan 88% dari kelompok tersebut menyelesaikan proses persalinan dalam 8 jam.
Tewari dkk melaporkan bahwa pemberian Hyoscine-butylbromide 40 mg secara intravena
Tabel 10. Perbandingan Rerata Waktu Persalinan Kala I fase aktif, Kala II, Kala III Pada Kedua Kelompok Penelitian Berdasarkan Paritas
Kelompok KALA PERSALINAN HBB (n = 30)
(Menit)
NaCl (n= 30) (Menit)
Kemaknaan (p) 1. Primigravida
Kala I Fase aktif
Kala II Kala III
(n = 8) 176.00 ± 41.63
50.13 ± 21.62 13.88 ± 5.13
(n=7) 240.57 ± 61.96
39.86 ± 15.08 13.14 ± 3.71
0.030 0.313 0.760 2. Sekundigravida Kala I Kala II Kala III (n= 2) 160.00 ± 16.97
52.50 ± 27.57 15.00 ± 0.001
(n=8) 196.00 ± 42.58
36.75 ± 12.45 14.50 ± 2.44
0.291 0.226 0.790 3. Multigravida Kala I Kala II Kala III (n= 20) 124.60 ± 22.47
27.85 ± 17.04 13.80 ± 3.54
(n=15) 193.33 ± 69.75
32.80 ± 19.94 14.87 ± 3.58
0.001
0.435 0.387 Uji t-berpasangan
Tabel 10 memperlihatkan perbandingan rerata waktu persalinan kala I fase aktif, kala II, kala III pada kedua kelompok penelitian berdasarkan sebaran jumlah paritas. Dengan uji statistik menggunakan uji t-berpasangan ditemukan perbedaan waktu persalinan kala I fase aktif yang bermakna pada sebaran primigravida dan multigravida diantara kedua kelompok penelitian dengan nilai p=0.03 dan 0.001 (p<0.05), tetapi pada sebaran sekundigravida tidak dijumpai perbedaan yang bermakna, dimana nilai p=0.291 (p>0.05)
Bhattacharya dkk melaporkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 orang primigravida yang diberikan Hyoscine-butylbromide 20 mg secara intramuskuler, dan ternyata pemberian Hyoscine-butylbromide dapat mempersingkat waktu persalinan selama 3 jam 40 menit dan 80% persalinan dapat selesai selama 8 jam.
Samuels dkk (2007) melaporkan bahwa pemberian injeksi Hyoscine-butylbromide secara
intravena pada Kala I fase aktif pada kelompok primigravida persalinan lebih cepat 81 menit dan multigravida 63 menit dibandingkan kelompok plasebo.
Dari kedua kelompok penelitian ini tidak ditemukan efek samping pemberian Hyoscine-butylbromide seperti, gangguan visual ataupun retensio urine, namun pada kelompok yang diberikan Hyoscine-butylbromide dijumpai beberapa pasien yang mengalami xerostomia.
Tidak dijumpai kasus perdarahan post partum pada kedua kelompok penelitian. Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat dinyatakan bahwa Hyoscine-butylbromide bermanfaat dalam mempersingkat persalinan kala I fase aktif tetapi tidak mempengaruhi kala II dan kala III.
Pemberian injeksi Nacl 0.9% 1 cc sebagai plasebo diberikan pada 34 orang pasien, dimana terdapat 30 orang pasien yang memenuhi kriteria penelitian dan 4 orang pasien dikeluarkan dari penelitian karena diberikan oksitosin drips, dimana hasil akhirnya dilakukan seksio sesarea terhadap 2 orang pasien dan 1 orang pasien dilakukan ekstraksi vakum dan 1 orang lagi partus spontan pervaginam.
Hyoscine-butylbromide, dengan merek dagangnya Buscopan®merupakan terapi yang sering digunakan untuk mengurangi nyeri pada penderita kolik abdomen. Walaupun akhir-akhir ini penggunaan Hyoscine-butylbromide sudah jarang dilakukan, tetapi Hyoscine-butylbromide
sering digunakan untuk mengurangi nyeri persalinan. Salah satu keuntungan lain dari penggunaan Hyoscine-butylbromide adalah mempersingkat waktu Kala I fase aktif persalinan. Namun bagaimana farmakokinetik dari Hyoscine-butylbromide dalam mempersingkat waktu persalinan masih belum diketahui secara jelas dan masih sedikit penelitian yang dilakukan untuk menilai efektifitas Hyoscine-butylbromide dalam mempersingkat waktu persalinan.
tidak mempengaruhi aktivitas uterus, sehingga tidak ditemukan komplikasi gangguan kontraksi uterus seperti perdarahan post partum.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Penggunaan
Hyoscine-butylbromide
efektif dan aman untuk mempersingkat
persalinan kala I fase aktif tanpa mempengaruhi kala II dan kala III
2. Penggunaan
Hyoscine-butylbromide
dalam persalinan tidak mempengaruhi
tekanan darah ibu, frekuensi pernafasan dan frekuensi nadi ibu.
3. Penggunaan
Hyoscine-butylbromide
dalam persalinan tidak mempengaruhi
Denyut Jantung Janin dan skor APGAR bayi.
5.2. SARAN
1. Berdasarkan penelitian ini, sebaiknya diberikan injeksi
Hyoscine-butylbromide
pada kala I fase aktif
untuk mempersingkat waktu persalinan
pada
pasien-pasien yang akan bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rosen P, Supporting women in labor, 2004 available at:
www.medscape.com
2. Driscoll K, Active management of labour, BMJ 1994;309:1015 available at
www.bmj.com
3. Rai J, Cervical ripening. Washington 2007. Available at
www.emedicine.com
4. Cheng Y.W. Normal labor and delivery. San Francisco 2006. Available at
www.emedicine.com
5. Saifuddin AB, Adriansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiharjo, Jakarta, 2000: 3-5,145-150.
6. Wiknjosastro H. Fisiologi Dan Mekanisme Persalinan Normal. Edisi Ketiga.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo. Jakarta, 1999 : 180-191.
7. Cunningham FG, McDonald DC, Gant NF. Williams Obstetric, 21
thed. Texas.
McGraw – Hill Medical Publishing Division. 2001 : 309 – 30.
8. Lewis A. Why isn`t the Foetus rejected ? A Study of the Changes That Occur
in The Mammalian Immune system to allow for a Succesful Pregnancy.
January 2006. Available at www standupgirl.com
10. Llewellyn D. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Edisi 6. Sydney 2002;
65-82.
11. Archie CL, Biswas MK, Current obstetric & gynecology diagnosis &
treatment, ninth edition, California, 2003 ; 213-221.
12. Hanretty K.P. Obstetric illustrated sixth edition. UK, 2003; 224-250
13. Rustam M, Lutan D, Sinopsis obstetri, Medan 1999: 91-118
14. Saifuddin AB, Winknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2002. N6-22.
15. Arias F, Practical guide to high risk pregnancy and delivery, second edition.
Missouri, 1993: 150-160
16. Bisswass MK, Craigo SB. The Course and Conduct of Normal Labor &
Delivery, In DeCherney AH. Pernoll ML eds. Current Obstetric and
Gynecologic Diagnosis & Treatment. 8
thed. Connecticut : Appleton & lange,
1994 : 202 -26.
17. Handaya, Fisiologi nyeri persalinan, Simposium sehari FK-UI, Jakarta, 79-83,
1986
18. Sunatrio, Analgesia dan anestesia dalam kebidanan. Winkjosastro H., Ilmu
kebidanan ed. III, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
1991: 202-209
19. Hutajulu P, Perbandingan valetamat bromide dibandingkan hyoscine n butyl
bromide untuk mengurangi nyeri persalinan, Tesis bagian Obstetri dan
Ginekologi FK-USU, 2000, Medan
20. Moscarini, Cholinergic nerves in mouse uterus, Italy, 1982. Available at
www.spingerlink.com
22.
Hyoscine-butylbromide
(BP2004-EPV) available at
www.linnea-worldwide.com
23.
Buscopan available at
www.medsafe.govt.nz/Profs/Datasheet/b/Buscopantabinj.htm
24. Boehringer Ingelheim, Buscopan ampoules, Consumer Medicine information,
2002. Available at
www.bi-vetmidica.com
25. Buscopan
(
hyoscine-butylbromide
), available at
www.netdoctor.co.uk/medicines/100000395.html
26. Boehringer Ingelheim, Buscopan injectable solution, 2004. Available at
www.bi-vetmidica.com
27. Boehringer Ingelheim, Buscopan injectable solution, 2004. Available at
www.bi-vetmidica.com
28. Committee on Drugs, American Academy of Pediatrics. The transfer of drugs
and other chemicals into human breast milk. Pediatrics 1994; 93: 137-50
29. Samuels LA et al, The effect of
Hyoscine-butylbromide
on the first stage of
labour in term pregnancies, An International Journal of Obstetrics and
Gynaecology 2007
FORMULIR DATA DASAR SUBJEK PENELITIAN
Identitas Pasien
RSHAM / RSPM :
Tanggal/Bulan/Tahun :
MR :
Nama Peserta :
Pekerjaan :
Pendididkan :
Suku :
Alamat :
Paritas : G P A
HPHT :
Usia Kehamilan :
Diagnosa :
Pembukaan Serviks :
Tindakan : A. Pemberian Hyoscine-butylbromide
B. Plasebo, NaCl 0,9% 1 cc
Waktu diberikan injeksi : (jam:menit) _ _:_ _
Menit
ke
Tek. Darah Sistole (mmHg)
Tek. Darah Diastole (mmHg)
RR ( x/i)
Nadi (x/i)
DJJ (x/i)
0
60
120
180
240
300
360
Kala II
Kala III
Lamanya mulai diberi suntikan sampai kala II: ______________ menit
Lahir bayi pukul : ___________ Lamanya Kala II: ___________ menit
Lahir plasenta pukul :____________ Lamanya Kala III: ___________menit
Berat badan bayi :
Efek samping yang timbul
A. Xerostomia : + / -
B. Gangguan Visual : + / -
C. Retensio uine : + / -
SKOR APGAR 1’/ 5’ : _____/_____
Komplikasi lainnya :
LEMBAR PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :……….
Alamat :……….
Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur penelitian
“Efektivitas pemberian Hyoscine-Butylbromide untuk mempersingkat persalinan kala I fase aktif”
dan saya telah memahaminya.
Maka dengan sadar saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian ini.
Medan, ………..2008
Yang memberi persetujuan