• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai (Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai (Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI

( Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar,

Kabupaten Simalungun )

SKRIPSI

Disusun Oleh

FERAWATI PAULINA SAGALA

050903079

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH

GELAR SARJANA (S-1) ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI………...………….i

DAFTAR TABEL………....………… iv

ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...……… 1

B. Perumusan Masalah………..………. 7

C. Tujuan Penelitian………..………. 7

D. Manfaat Penelitian………...……….. 8

E. Kerangka Teori………..……… 8

1. Efektivitas………..………...………. 9

a. Pengertian Efektivitas …...………...…... 9

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas... 22

2. Program...………….……....……… 24

3. Rumah Tangga Miskin... 29

4. Bantuan Langsung Tunai... 31

a. Pengertian Bantuan Langsung Tunai...…….………….... 31

b. Tujuan dan Sasaran Bantuan Langsung Tunai... .…... 33

c. Operasionalisasi Dana Bantuan Langsung Tunai...…. 33

(3)

F. Defenisi Konsep………... 36

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian………... 37

B. Lokasi Penelitian………... 37

C. Informan Penelitian………... 38

D. Teknik Pengumpulan Data………... 39

E. Teknik Analisa Data………... 39

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 40

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Identitas Informan...………... 50

1. Identitas Informan Kunci dan Tambahan……….... 51

2. Identitas Informan Utama...………... 52

B. Jawaban Informan atas Variabel Penelitian... 55

1. Jawaban Daftar Wawancara Untuk Informan Kunci dan Tambahan... 55

2. Jawaban Daftar Wawancara Untuk Informan Utama... 64

BAB V ANALISA DATA A. Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai... 77

(4)

2. Ketepatan Waktu... 83

3. Manfaat... 86

B. Dampak Negatif Program Bantuan Langsung Tunai... 86

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan………... 89

B.Saran………... 90

DAFTAR PUSTAKA………...92

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tabel Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut

Badan Pusat Statistik... 29

Tabel 2 Tabel Klasifikasi Penduduk Nagori Kahean

Menurut Jenis Kelamin... .………...…... 42

Tabel 3 Tabel Klasifikasi Mata Pencaharian Penduduk

Nagori Kahean... 43

Tabel 4 Tabel Klasifikasi Tingkat Pendidikan Masyarakat

Nagori Kahean... 45

Tabel 5 Tabel Klasifikasi Masyarakat Nagori Kahean

Menurut Agama... 46

Tabel 6 Tabel Klasifikasi Penduduk Nagori Kahean

Berdasarkan Suku Bangsa... 47

Tabel 7 Tabel Klasifikasi Program Bantuan Langsung Tunai

di Nagori Kahean... 49

Tabel 8 Tabel Identitas Informan Kunci dan Informan Tambahan... 51

(6)

Tabel 10 Tabel Identitas Informan Utama Menurut

Jenis Kelamin... 53

Tabel 11 Tabel Identitas Informan Utama BerdasarkanUmur... 53

Tabel 12 Tabel Identitas Informan Utama Berdasarkan Pendidikan ... 54

Tabel 13 Tabel Identitas Informan Utama Menurut Pekerjaan... 55

(7)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI ( Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar,

Kabupaten Simalungun )

Nama : Ferawati Paulina Sagala

NIM : 050903079

Dosen Pembimbing : Dra. Februati Trimurni, M.Si

Bantuan Langsung Tunai merupakan salah satu program yang dibuat untuk menanggulangi semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Sasaran dari program ini adalah masyarakat yang masuk dalam kategori hampir miskin, miskin dan sangat miskin yang selanjutnya disebut RTS. Pelaksanaan program ini harus dilakukan dengan baik sehingga tercapai keefektifan tujuan, manfaat dan juga ketepatan waktu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian guna mengetahui tingkat keefektifan program Bantuan Langsung Tunai tersebut.

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keefektifan Program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simaungun, Provinsi Sumatera Utara dan untuk mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh program BLT ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Adapaun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam dan studi pustaka.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean berjalan dengan efektif. Keefektifan ini dapat dilihat dari pencapaian tujuan, ketepatan waktu, dan manfaat yang dirasakan oleh Rumah Tangga Sasaran. Rumah Tangga Sasaran di Nagori Kahean menyatakan bahwa Bantuan Langsung Tunai telah memberikan manfaat yang sangat baik kepada mereka. Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa Bantuan Langsung Tunai memberikan dampak negatif yaitu membuat Rumah Tangga Sasaran menjadi ketergantungan terhadap program ini.

(8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Ferawati Paulina Sagala

NIM : 050903079

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai ( Studi Pada Nagori Kahean

Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun )

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra.Februati Trimurni, M.Si Prof.Dr.Marlon Sihombing,MA

       131 923 884           131 568 391

Dekan Fisip USU

Prof.Dr.M.Arif Nasution,MA

(9)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI ( Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar,

Kabupaten Simalungun )

Nama : Ferawati Paulina Sagala

NIM : 050903079

Dosen Pembimbing : Dra. Februati Trimurni, M.Si

Bantuan Langsung Tunai merupakan salah satu program yang dibuat untuk menanggulangi semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Sasaran dari program ini adalah masyarakat yang masuk dalam kategori hampir miskin, miskin dan sangat miskin yang selanjutnya disebut RTS. Pelaksanaan program ini harus dilakukan dengan baik sehingga tercapai keefektifan tujuan, manfaat dan juga ketepatan waktu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian guna mengetahui tingkat keefektifan program Bantuan Langsung Tunai tersebut.

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keefektifan Program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simaungun, Provinsi Sumatera Utara dan untuk mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh program BLT ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Adapaun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam dan studi pustaka.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean berjalan dengan efektif. Keefektifan ini dapat dilihat dari pencapaian tujuan, ketepatan waktu, dan manfaat yang dirasakan oleh Rumah Tangga Sasaran. Rumah Tangga Sasaran di Nagori Kahean menyatakan bahwa Bantuan Langsung Tunai telah memberikan manfaat yang sangat baik kepada mereka. Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa Bantuan Langsung Tunai memberikan dampak negatif yaitu membuat Rumah Tangga Sasaran menjadi ketergantungan terhadap program ini.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan Bakar Minyak ( BBM ) merupakan salah satu barang kebutuhan yang

penting bagi masyarakat dan memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas

ekonomi. Ada tiga pengguna utama BBM yaitu rumah tangga, industri dan transportasi.

Kenaikan harga BBM akan memperbesar beban masyarakat kecil dan juga bagi dunia

usaha. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga

meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok

produksi yang akhirnya akan menaikkan harga jual produk. Dengan kenaikan harga jual

produk tersebut akan memperberat beban hidup masyakarat yang pada akhirnya akan

menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan.

Kenaikan harga minyak di pasar dunia telah menimbulkan dampak negatif bagi

perekonomian pada banyak negara termasuk Indonesia. Sekalipun Indonesia merupakan

negara yang mempunyai sumber minyak bumi yang melimpah. Kenaikan harga minyak

dunia yang hampir tiga kali lipat dari harga sebelumnya menyebabkan pemerintah menjadi

bingung dan kesulitan untuk mengatasinya.

Kebutuhan minyak dalam negeri terus meningkat melebihi produksi dalam negeri

(11)

minyak. Harga minyak dunia yang saat itu mencapai 117 dolar AS per barel menyebabkan

biaya impor minyak meningkat tajam. Selama ini untuk menjaga harga minyak dalam

negeri tetap murah, pemerintah memberikan subsidi BBM dan bila harga tetap

dipertahankan, maka besaran subsidi BBM yang dibutuhkan hampir menghabiskan ¼

belanja negara. (http://www.kompas.com “ Dilema kenaikan BBM” ).

Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin terpuruknya APBN maka

pemerintah pada saat itu mengambil kebijakan yaitu menaikkan harga BBM dalam negeri.

Pemerintah beranggapan bahwa jika tidak dilakukan penyesuaian harga BBM dalam

negeri, APBN yang merupakan salah satu pilar perekonomian menjadi tidak berkelanjutan.

Disamping kenaikan harga minyak dunia yang sangat tinggi, kenaikan harga BBM

juga disebabkan karena pemerintah melihat bahwa subsidi BBM yang selama ini diberikan

lebih banyak dinikmati oleh kelompok berpendapatan menengah keatas. Ketidakadilan itu

dapat dilihat dari 20 % masyarakat kelompok pendapatan teratas menikmati hampir 48,44

% subsidi BBM. Sementara 20 % masyarakat kelompok pendapatan kedua teratas

menikmati 22,48 % subsidi BBM, 20 % masyarakat kelompok pendapatan menengah

menikmati 15,16 % subsidi BBM, dan 20 % masyarakat kelompok pendapatan kedua

terbawa menikmati 8,77 % subsidi BBM. Sedangkan 20 % masyarakat kelompok

pendapatan terbawah hanya menikmati subsidi BBM sebesar 5,15 %. Selain itu

meningkatnya subsidi BBM mengakibatkan berbagai program untuk masyarakat miskin

menjadi tidak mungkin terlaksana. Dan semakin besar subsidi BBM, semakin besar

(12)

Dapat dikatakan bahwa keputusan yang diambil pemerintah pada saat kenaikan

BBM tersebut ibarat memakan buah simalakama. Jika dibatalkan, keuangan negara terkuras

karena subsidi BBM membengkak hingga Rp 250 triliun atau hampir sepuluh kali lipat

anggaran pendidikan. Dan bila dinaikkan, rakyat menjerit karena beban ekonomi kian

berat.

Kenaikan harga BBM yang menyebabkan kenaikan terhadap barang-barang

kebutuhan pokok dan transportasi telah berdampak bagi semua lapisan masyarakat. Tetapi

dampak yang paling berat akibat kenaikan BBM ini adalah kelompok masyarakat ekonomi

lemah. Tekanan berat yang paling dirasakan oleh masyarakat miskin utamanya adalah

tingginya harga bahan bakar untuk kebutuhan memasak sehari-hari, biaya transportasi, dan

harga barang-barang kebutuhan pokok yang semakin mahal.

Meskipun saat ini harga BBM sudah turun tetapi tetap saja tidak berpengaruh

terhadap penurunan barang-barang kebutuhan yang lain. Penurunan BBM sebanyak 3 kali,

tidak mengubah tarif angkutan. Para pihak pengelola angkutan mengatakan meski harga

BBM turun, harga suku cadang terus naik sampai 20 persen. Alasan yang digunakan masih

karena banyaknya komponen operasional angkutan umum yang harus diperhitungkan, tidak

hanya BBM. Sehingga para pengelola angkutan tidak menurunkan tarif angkutan

(http://www.kompas.com “ Tiga Kali BBM Turun, Tarif Angkot Tetap Bertahan “ ).

Penurunan harga BBM saat ini tidak berpengaruh terhadap penurunan tarif angkutan. Pihak

angkutan mengatakan harga suku cadang naik jadi tidak dapat menurunkan tarif angkutan.

Tidak turunnya tarif angkutan membuat harga barang-barang kebutuhan tetap atau tidak

(13)

barang-barang kebutuhan karena mereka masih terbebani dengan tarif angkutan yang

mahal. Jadi dapat disimpulakan bahwa menurunnya harga BBM tidak berdampak terhadap

harga-harga barang yang lain kalaupun terjadi penurunan dapat dikatakan sangat kecil

pengaruhnya.

Dalam rangka menanggulangi dampak kenaikan BBM yang dirasakan memberatkan

masyarakat miskin maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk memberikan

bantuan yaitu Bantuan Langsung Tunai ( BLT ). Upaya penanggulangan kemiskinan untuk

mencapai kesejahteraan sosial merupakan salah satu amanat dari UUD 1945 dimana negara

bertanggung jawab terhadap fakir miskin dan anak-anak terlantar.

Bantuan Langsung Tunai yang pernah diberikan Pemerintah SBY-JK adalah

sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2005/2006 dan tahun 2008. BLT tahun 2005 terdiri dari

dua tahap pembagian. Tahap pertama pada Oktober-Desember 2005 yaitu sebesar

Rp300.000,00 dan tahap kedua pada Januari-Maret 2006 sebesar Rp 300.000,00. Bantuan

ini adalah bantuan yang diberikan setelah pemerintah menaikkan harga BBM tahun 2005

lalu. Tahun 2005 kenaikan BBM terjadi dua kali yaitu pada tanggal 1 Maret 2005 sebesar

30 % dan tanggal 1 Oktober 2005 sebesar 128 %. Dan pembagian Bantuan Langsung Tunai

yang kedua kali yaitu tahun 2008 yang dibagikan pada Juni-Agustus 2008 sebesar Rp

300.000,00 dan pada September-Desember 2008 Rp 400.000,00. Bantuan Langsung Tunai

tahun 2008 ini merupakan bantuan setelah pemerintah menaikkan kembali harga BBM

sebesar 27,8 % pada tanggal 24 Mei 2008.

Pemberian Bantuan Langsung Tunai tersebut merupakan program yang dibuat

(14)

Kehadiran Program Bantuan Langsung Tunai dimungkinkan dari UU No.6 Tahun 1974

Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial dimana pemerintah bertugas

untuk membuat kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

Program BLT yang dibuat oleh pemerintah dalam menanggulangi dampak akibat

kenaikan BBM ini menimbulkan reaksi pro dan kontra dari berbagai lapisan masyarakat.

Pihak yang pro dengan kebijakan pemerintah ini memandang bahwa pemerintah memang

harus membantu masyarakat yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

setelah kenaikan harga BBM. Dan ada juga pihak yang melihat bahwa program BLT ini

merupakan bantuan pada masa transisi yang bertujuan untuk menjaga kestabilan kondisi

ekonomi dan sosial masyarakat disaat kondisi perekonomian negara mengalami

keterpurukan. Pihak lain menyatakan bahwa program BLT merupakan bantuan tanggap

darurat. Sedangkan pihak yang kontra dengan program ini meminta agar pemerintah tidak

meluncurkan bantuan tersebut tetapi menunda penetapan kenaikan harga BBM. Pihak lain

memandang bahwa sebaiknya pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk

program-program padat karya karena BLT dapat membuat masyarakat menjadi malas.

Program BLT tahun 2008 yang telah berjalan belum lama ini juga masih

menimbulkan kontra dari berbagai pihak. Banyak yang menilai bahwa BLT bukanlah solusi

terbaik untuk meringankan beban masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Ahli

perminyakan Dr.Kurtubi menilai, BLT justru akan membuat masyarakat menjadi malas.

Banyak dampak yang tidak baik dari BLT ini. Salah satu, masyarakat menjadi malas. Oleh

karena itu, lebih baik uang BLT itu untuk membuat lapangan kerja baru.

(15)

Penolakan terhadap BLT tahun 2008 ini banyak diakibatkan karena

masalah-masalah yang terjadi saat penyaluran dana BLT tahun 2005/2006 lalu. Penyaluran dana

BLT tahun 2005/2006 berlangsung tidak lancar dan terjadi banyak kericuhan. Bahkan

hingga jatuh korban akibat kekurangbecusan mekanisme pencairan dana. Berdasarkan data

Persda Network, setidaknya dua aparatur negara di tingkat paling bawah, yakni Ketua RT

menjadi korban akibat BLT. Ada yang dibunuh warganya yang marah, ada pula bunuh diri

karena stres tak kuat menahan cercaan warga. Saman (52), Ketua Rukun Tetangga di

Dusun Benit, Desa Sungai Mengkuang, Kecamatan Muara Bungo, Kabupaten Bungo,

Provinsi Jambi, tewas akibat ditikam warganya, Hendri alias Bujang (24). Nur Hasan (50),

Ketua RT 02/08 Kelurahan Pancoran Mas, Depok, tewas menyedihkan akibat meminum

cairan racun serangga. Hasan menempuh jalan pintas dengan menenggak racun serangga.

Warga yang tidak mendapat kartu mengira Hasan yang memainkan. Padahal, Hasan sudah

menjelaskan bahwa kewenangannya hanya membagi. Di pihak penerima, kakek-nenek tua

renta, harus rela berjuang sekuat tenaga mengimbangi desakan orang-orang miskin lainnya

untuk mendapatkan jatah yang jumlahnya hanya Rp 100.000,00 hingga Rp 300.000,00.(

http://www.kompas.com “ Catatan Kelam BLT 2005” ).

Selain dari hal tersebut diatas penolakan juga terjadi karena pada penyaluran BLT

tahun 2005 terjadi beberapa kasus pemotongan dana BLT di beberapa daerah seperti di

Kulon Progo dan Gunung Kidul. Besarnya pomotongan bervariasi antara Rp 25.000,00

hingga Rp 75.000,00 per kepala keluarga. Selain itu sekitar dua ribu BLT ditengarai salah

sasaran. Jika hal ini kembali terjadi, berpotensi memicu konflik ditengah masyarakat. (

(16)

Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkatnya

dalam sebuah penelitian yang berjudul “ Efektivitas Program Bantuan Langsung

Tunai” ( Studi Pada Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun ).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi

perumusan masalah adalah : Bagaimana Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai

Tahun 2008 di Nagori Kahean ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat keefektifan program Bantuan Langsung Tunai di Nagori

Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar.

2. Untuk mengetahui dampak dari program Bantuan Langsung Tunai bagi masyarakat

(17)

D. Manfaat Penelitian

Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara mengenai efektivitas penyaluran Bantuan Langsung

Tunai.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat:

a. Bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam

membuat karangan ilmiah.

b. Memberikan data empirik hasil penelitian mengenai efektivitas program Bantuan

Langsung Tunai tahun 2008.

c. Sebagai perbandingan bagi penelitian yang serupa dimasa yang akan datang dan

segala pemanfaatan dari tulisan ini.

E. Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berpikir, yaitu kerangka

teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun

kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti

(18)

Selanjutnya Singarimbun menyebutkan bahwa teori merupakan serangkaian asumsi,

konsep, dan konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara

sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Dalam penelitian ini adapun kerangka teori yang dibentuk adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur yang sangat penting dalam

pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, suatu

aktivitas dikatakan efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas kerja berarti penyelesaian suatu pekerjaan

tepat pada waktu yang telah ditetapkan, atau bisa juga dikatakan sesuai dengan rencana

yang telah disusun. Secara nyata Stoner dalam Tangkilisan ( 2005 : 138 ) menekankan

pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan

efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi.

Pendapat diatas sesuai dengan pendapat Komaruddin ( 1994 : 269 ) yang

mengatakan, efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkatan keberhasilan

kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dan juga

didukung oleh pendapat Steers ( 1985 : 46 ) yang mengatakan bahwa efektivitas adalah

sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua

(19)

Miller dalam Tangkilisan ( 2005 : 138 ) juga mengemukakan bahwa “ Effektiveness

be define as the degree to which a sosial sistem achieve its goals. Effectiveness must be

distinguished from efficiency. Efficiency is mainly concerned with goal attainments.”

(Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai

tujuannya. Efektivitas ini harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandung

pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung

dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan.

Lain halnya dengan pendapat Sondang P. Siagian yang menyatakan bahwa

efektivitas tidak hanya dipandang dari segi pencapaian tujuan saja tetapi juga dari segi

ketepatan waktu dalam mencapai tujuan tersebut. Lebih rinci Sondang P. Siagian ( 2000 :

171 ) mengatakan bahwa efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah

ditentukan sebelumnya tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu

yang sudah dialokasikan untuk melakukan kegiatan. Sedangkan Sarwito ( 1987 : 45 )

mengatakan bahwa efektivitas atau sesuatu berhasil guna adalah pelayanan yang baik corak

maupun mutunya, kegunaanya benar-benar sesuai dengan kebutuhan lini dalam mencapai

tujuan organisasi.

Secara lebih rinci dapat dikatakan bahwa aktivitas seseorang atau organisasi dapat

dikatakan efektif apabila aktivitas atau perbuatan tersebut menimbulkan akibat

sebagaimana yang dikehendaki atau direncanakan. Jelasnya, bila tujuan telah sesuai dengan

yang direncanakan sebelumnya, maka hal itu disebut efektif. Begitu juga sebaliknya, jika

tujuan itu tidak tercapai atau tidak sesuai dengan yang direncanakan maka pekerjaan itu

(20)

Dari beberapa pendapat ahli diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam

efektivitas terdapat beberapa unsur yang penting, yaitu :

1. Pencapaian Tujuan

Suatu kegiatan/program dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan/sasaran

yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Sondang P. Siagian ( 2000 : 27 ) tujuan adalah

sesuatu keadaan atau atribut yang ingin dicapai oleh seseorang, sekelompok orang atau

suatu organisasi yang merupakan titik akhir dari usaha jangka panjang dari orang,

kelompok orang atau organisasi yang bersangkutan. Maksudnya dalam hal ini adalah

bahwa tujuan merupakan hal atau keadaan yang ingin dicapai oleh individu,kelompok,

maupun organisasi.

Telah umum diketahui bahwa suatu organisasi diciptakan untuk mencapai untuk

mencapai tujuan tertentu. Sukar membayangkan adanya suatu organisasi yang didirikan

tanpa adanya tujuan tertentu yang ingin. Mulai dari organisasi rumah tangga sampai kepada

organisasi yang disebut negara, semuanya mempunyai tujuan. Demikian pentingnya faktor

tujuan dalam kehidupan organisasional hingga dapat dikatakan secara kategorikal bahwa

apapun yang dilakukan oleh dan dalam suatu organisasi, kesemuanya itu harus diarahkan

kepada tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

(21)

ditentukan terlebih dahulu dan menitikberatkan pada keuntungan dari pada pemilik dapat dibantu oleh management perkantoran ( Moekijat, 1986 : 37 ).

Berdasarkan pendapat Moekijat diatas dapat dilihat bahwa tujuan-tujuan dari suatu

organisasi dapat dibedakan atas tiga hal yaitu pelayanan atau jasa, tanggung jawab sosial,

dan keuntungan. Bantuan Langsung Tunai merupakan program sosial yang tidak

berorientasi pada keuntungan tetapi pada pelayanan dan tanggung jawab sosial, sehingga

tujuan-tujuan yang ditetapkan difokuskan untuk melayani masyarakat dan untuk

peningkatan tanggung jawab sosial bukannya untuk mencari keuntungan.

Secara rinci pendapat Sondang P. Siagian mengenai tujuan dapat disimpulkan

bahwa tujuan merupakan suatu keadaan akhir yang ingin dicapai oleh organisasi. Dalam

Program Bantuan Langsung Tunai keadaan akhir yang ingin dicapai oleh organisasi /

negara adalah membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya, mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan

ekonomi, dan meningkatkan tangung jawab sosial bersama.

a. Membantu Masyarakat Miskin Agar Tetap Dapat Memenuhi Kebutuhan Dasarnya

Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang memegang peran sangat penting bagi

masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Yang termasuk dalam

kebutuhan dasar adalah sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Pangan adalah

kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan oleh karenanya merupakan bagian dari

hak asasi individu. Pangan juga merupakan komponen dasar yang utama untuk

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Melihat begitu pentingnya pemenuhan terhadap kebutuhan dasar ini terutama

(22)

untuk pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Salah satu kebijakan yang dilakukan untuk

pemenuhan kebutuhan dasar ini adalah Program Bantuan Langsung Tunai. Pemerintah

sangat berharap dengan dibuatnya Program Bantuan Langsung Tunai ini dapat membantu

masyarakat miskin agar dapat memenuhi kebutuhan dasar. Diharapkan dengan adanya

Bantuan Langsung Tunai ini masyarakat tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

pangan, sandang, papan, pendidikan dan juga kesehatan.

b. Mencegah Penurunan Taraf Kesejahteraan Masyarakat Miskin Akibat Kesulitan

Ekonomi

Secara harfiah kesejahteraan adalah suatu keadaan / kondisi yang terdapat rasa

aman, tentram, makmur yang dirasakan oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama.

Dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 bab I pasal 2 ayat

1 kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun

spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang

memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan

jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi keluarga serta masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan Pancasila.

(23)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat adalah keadaan yang

aman, tentram dan makmur yang dirasakan oleh seluruh masyarakat. Kesejahteraan

menyangkut aspek jasmani, rohani dan sosial. Program Bantuan Langsung Tunai

merupakan program yang dirancang yang salah satu tujuannya adalah untuk mencegah

penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi. Kesulitan

ekonomi yang dimaksud disini adalah kesulitan yang dialami masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan ekomomi akibat kenaikan harga BBM.

Masyarakat yang paling menderita akibat kenaikan BBM adalah masyarakat miskin.

Sehingga untuk membantu masyarakat, pemerintah memberikan uang tunai secara

langsung agar manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat miskin. Diharapkan

dengan adanya Bantuan Langsung Tunai ini masyarkat miskin dapat mempertahankan taraf

kesejahteraannya. Maksudnya meskipun Bantuan Langsung Tunai tidak dapat

meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat miskin tetapi diharapkan dengan Bantuan

Langsung Tunai ini masyarakat tidak mengalami penurunan taraf kesejahteraan baik dalam

bidang jasmani, rohani, maupun sosial.

c. Meningkatkan Tanggung Jawab Sosial Bersama

Tanggung jawab sosial organisasi adalah tanggung jawab moral organisasi terhadap

masyarakat ( Bertens, 2000:292 ). Tanggung jawab sosial merupakan tanggung jawab

organisasi kepada masyarakat diluar tanggung jawab ekonomis. Tanggung jawab sosial

organisasi dilakukan dengan membuat kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi demi

satu tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung dan rugi ekonomisnya.

Sedangkan tanggung jawab sosial bersama adalah tanggung jawab moral semua

(24)

pokok yang terjadi dalam suatu negara. Masalah-masalah ini menyangkut masalah

kemiskinan, pendidikan dan juga kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa

masalah-masalah yang terjadi seperti kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, kesehatan bukan

hanya tangung jawab pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab semua lapisan

masyarakat. Diharapkan dengan keterlibatan ketiga sektor tersebut, masalah-masalah

negara dapat diatasi dengan baik.

Program Bantuan Lansung Tunai bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab

sosial bersama. Diharapkan dengan adanya Bantuan Lansung Tunai dapat memperkecil

kesenjangan antar masyarakat miskin dengan masyarakat yang tidak miskin. Pihak

pemerintah, swasta, dan masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran bahwa masyarakat

miskin merupakan tanggung jawab bersama.

Ketiga tujuan dari program Bantuan Langsung Tunai diatas yaitu membantu

masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penurunan

taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi, dan meningkatkan

tanggung jawab sosial bersama dapat tercapai ketika dalam pelaksanaanya benar-benar

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai dalam

hal ini menyangkut dua aspek yaitu pendataan rumah tangga sasaran dan kesesuaian jumlah

uang yang diterima rumah tangga sasaran.

a. Pendataan Rumah Tangga Sasaran

Pendataan adalah proses pengidentifikasian sasaran atau proses penjaringan sasaran

program. Keefektivan program sangat dipengaruhi oleh pendataan yang dilakukan, apakah

tepat sasaran atau tidak . Dalam pendataan hal yang perlu diperhatikan adalah prosedur

(25)

Dalam Program Bantuan Langsung Tunai lembaga yang bertanggung jawab

sekaligus pelaksana pendataan rumah tangga / keluarga miskin adalah Badan Pusat

Statistik ( BPS ). Di setiap kecamatan BPS menempatkan seorang KSK (Koordinator

Statistik Kecamatan) yang dibantu oleh seorang pembantu KSK (PKSK). Sebagian besar

KSK adalah mantis dan sebagian lagi adalah staf BPS kabupaten/kota yang ditunjuk karena

tidak semua kecamatan memiliki Mantis (Mantri Statistik).

Proses pendataan terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama, pencacah meminta

kepada Kepala Lingkungan untuk mengisi Listing Sensus ( LS ) yaitu daftar keluarga /

rumah tangga yang diduga miskin diseluruh lingkungannya. Selanjutunya, dari daftar LS

yang telah dibuat, pencacah melakukan pengamatan kasat mata dari rumah ke rumah untuk

menandai layak atau tidaknya keluarga / rumah tangga yang ada dalam daftar tersebut

untuk diajukan sebagai keluarga / rumah tangga miskin. Selain itu, jika dalam pengamatan

tersebut masih ada dijumpai keluarga / rumah tangga miskin yang belum tercakup,

pencacah dapat menambahkannya kedalam daftar LS dan bila ada yang tidak layak maka

akan di drop dari daftar LS.

Pada tahap kedua, setelah pencacah menyerahkan daftar LS yang sudah ditandai,

Mantis BPS melakukan verifikasi kasat mata ke rumah keluarga / rumah tangga miskin

yang diajukan pencacah. Pada tahap berikutnya, daftar keluarga / rumah tangga yang

dinilai layak melalui pengamatan mantis BPS, diserahkan kembali kepada pencacah untuk

didata kondisi sosial ekonominya dengan menggunakan kuisioner rumah tangga yang telah

disediakan yang disebut PSE05.

Selanjutnya, PSE05 yang sudah terisi diserahkan kepada petugas BPS ditingkat

(26)

datanya, dan hasilnya dikirim ke BPS Pusat, data tersebut diolah dan dilakukan

penghitungan skor serta penetapan keluarga / rumah tangga penerima program BLT. Daftar

keluarga / rumah tangga penerima BLT yang ditetapkan BPS selanjutnya dikirim ke PT Pos

Indonesia untuk dibuatkan Kartu Kompensasi BBM ( KKB), dan kemudian didistribusikan

kepada keluarga / rumah tangga penerima. Bersamaan dengan proses distribusi KKB ini

dilakukan kegiatan pencocokan dan penelitian ( coklit ). Apabila dijumpai keluarga / rumah

tangga penerima yang dinilai tidak layak, KKB-nya akan dibatalkan atau ditahan.

Indikator yang dijadikan penilaian untuk mengidentifikasi keluarga / rumah tangga

miskin adalah 14 variabel yang telah ditentukan oleh Badan Pusat Statistik, seperti luas

bangunan tempat tinggal, jenis lantai tempat tinggal, jenis dinding tempat tinggal,

kepemilikan asset dan lain-lain. Penerima Bantuan Langsung Tunai untuk tahun 2008

adalah hasil pendataan rumah tangga miskin tahun 2005 yang sudah diverifikasi. Verifikasi

data tahun 2008 dilakukan karena pada program BLT tahun 2005 / 2006 banyak terjadi

kesalahan terutama salah sasaran.

b. Kesesuain Jumlah Dana Bantuan Langsung Tunai yang Diterima Rumah Tangga

Sasaran dengan Jumlah yang Sudah Ditetapkan

Kesesuaian jumlah maksudnya adalah tidak adanya pengurangan atau pemotongan

terhadap apa yang seharusnya diterima oleh masyarakat. Besarnya jumlah dana Bantuan

Langsung Tunai yang diterima masyarakat adalah Rp 100.000,00 / bulan. Pada Bantuan

Lansung Tunai tahun 2008 dana yang dibagikan sebesar Rp 700.000,00 / RTS untuk tujuh

bulan dengan dua kali tahap pembagian yaitu periode Juni-Agustus dan

(27)

Kesesuain jumlah dana yang diterima RTS dapat mempengaruhi tercapainya

tujuan-tujuan Program Bantuan Langsung Tunai yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena

semakin kecil dana yang diterima masyarakat akibat pemotongan maka semakin kecillah

kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Ketepatan Waktu

Suatu kegiatan/program dikatakan efektif apabila tercapainya tujuan sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan. Secara sederhana dapat dikatakan efektivitas kerja berarti

penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, apakah

pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas itu

diselesaikan, dan tidak terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya

dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.

Ketepatan waktu dalam suatu pelaksanaan kegiatan adalah penyelesaian

kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mencapai tujuan dilakukan sesuai dengan yang

direncanakan. Untuk itu diperlukan jadwal pelaksanaan suatu kegiatan atau program.

Jadwal pelaksanaan program berguna untuk menentukan waktu dan urutan

kegiatan-kegiatan program. Jadwal waktu program merupakan alat yang dapat menunjukkan kapan

berlangsungnya suatu kegiatan, kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Jadwal ini dapat

digunakan untuk pengendalian pelaksanaan program secara keseluruhan.

Ketepatan waktu dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai ini dapat

dilihat dari pelaksanaannya dilapangan yaitu pada saat pencairan dana Bantuan Langsung

Tunai. Waktu pencairan dana Bantuan Langsung Tunai berbeda antara satu daerah dengan

(28)

juga pihak kecamatan serta dipengaruhi juga oleh letak daerah tersebut. Untuk proses

pencairan dana Bantuan Langsung Tunai, Pemerintah Desa melakukan sosialisasi kepada

masyarakat mengenai jadwal pembagian Bantuan Langsung Tunai.

Ketepatan waktu dalam proses pencairan dana Bantuan Langsung Tunai dapat

dilihat dari dua faktor pendukung yaitu ketepatan pembagian dana Bantuan Langsung

Tunai sesuai dengan jadwal serta kemudahan dan keteraturan dalam pencairan Bantuan

Langsung Tunai.

a. Ketepatan Jadwal Pembagian Dana Bantuan Langsung Tunai

Jadwal berguna untuk menentukan waktu dan urutan pelaksanaan

kegiatan-kegiatan. Kefektifan suatu program dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan

program yang tepat jadwal atau sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat. Jadwal

pembagian dana Bantuan Lansung Tunai ditentukan oleh Kantor Pos. Kantor Pos lah yang

menentukan kapan pelaksanaan pencairan dilakukan antar satu daerah dengan daerah yang

lain.

Keefektifan Program Bantuan Lansung Tunai dari segi waktu dapat dilihat apakah

proses pencairan tersebut sudah sesuai dengan jadwal atau malah terjadi penundaan.

Karena ketika terjadi penundaan maka akan berdampak pada kegiatan-kegiatan selanjutnya

yang akan dilakukan. Para petugas Kantor Pos melakukan sosialisasi kepada masyarakat

megenai kapan dilaksanakannya pencairan dana BLT agar masyarakat mengetahui

waktunya.

b. Kemudahan dan Keteraturan Pencairan Bantuan Langsung Tunai

Kemudahan dan keteraturan pencairan Bantuan Langsung Tunai dapat

(29)

Langsung Tunai dengan mudah dan teratur maka proses pencairannya dapat selesai dengan

cepat. Masalah keteraturan dalam proses pencairan dana Bantuan Lansung Tunai ini

tergantung dari bagaimana para petugas mengatur proses pembagiaanya, apakah perlu

menambah pos-pos pembagian atau perlu menambah jumlah petugas.

3. Manfaat

Suatu kegiatan/program dikatakan efektif apabila kegiatan / program itu

memberikan manfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhannya. Suatu

program atau kegiatan dibuat dengan harapan memberikan manfaat bagi masyarakat yang

menerima program tersebut maupun yang tidak menerima, baik manfaat secara langsung

maupun tidak langsung.

Manfaat merupakan hasil dari perubahan yang telah dilakukan program / proyek

(Thomsett, 2006 : 91 ). Manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari

pelaksanaan kegiatan / program. Program Bantuan Langsung Tunai diharapkan dapat

bermanfaat langsung bagi Rumah Tangga Sasaran.

Program Bantuan Langsung Tunai akan bermanfaat bagi Rumah Tangga Sasaran

ketika bantuan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga dan bukan

untuk memenuhi keinginan-keinginan yang tidak bermanfaat. Dalam Bantuan Langsung

Tunai tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penggunaan dana tersebut, masyarakat

bebas menggunakan dana tersebut untuk keperluan apapun.

(30)

Untuk mengetahui keefektifan kegiatan organisasi pelayanan publik, dikenal adanya

beberapa pendekatan ( Fadillah Putra dan Saiful Arif ( 2001 : 22 ) ).

Pendekatan-pendekatan tersebut adalah :

1. Pendekatan Sasaran ( Goal Approach )

  Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran

efektivitas dimulai dengan mengidentifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat

keberhasilan organisasi dalam pencapaian sasaran tersebut.

Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan

pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil yang maksimal

berdasarkan sasaran resmi “official goal” dengan memperhatikan permasalahan yang

ditimbulkannya. Dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan

mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yang direncanakan.

Dengan demikian, pendekatan ini akan mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau

lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber ( Sistem Resource Approach )

Pendekatan ini mengukur efektivitas dari sisi input, yaitu dengan mengukur

keberhasilan organisasi publik dalam mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk

mencapai performasi yang baik. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam

sumber yang dibutuhkannya dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi

(31)

Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga

terhadap lingkungannya. Karena lembaga mempunyai hubungan merata dengan

lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input

dari lembaga dan output yang dihasilkan juga dilemparkan kepada lingkungan.

Dalam berbagai jenis sumber untuk memelihara sistem dari suatu lembaga

merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas. Secara sederhana,

efektivitas seringkali diukur dengan jumlah atau kwantitas, berbagai jenis sumber yang

berhasil diperoleh dari lingkungan.

3. Pendekatan Proses ( Process Approach )

Pendekatan ini menekankan pada aspek internal organisasi publik, yaitu dengan

mengukur efektivitas layanan publik melalui berbagai indikator internal organisasi.

Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari

suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar

dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkordinasi. Pendekatan ini tidak

memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang

dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang mengandalkan tingkat

efisiensi serta kesehatan lembaga.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Steers ( 1985 : 209 ) mengidentifikasi ada empat rangkaian variabel yang

(32)

1. Ciri Organisasi

Struktur dan teknologi organisasi dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari

efektivitas, dengan berbagai cara. Mengenai struktur, ditemukan bahwa meningkatnya

produktivitas dan efisiensi sering merupakan hasil dari meningkatnya spesialisasi fungsi,

ukuran organisasi, sentralisasi pengambilan keputusan, dan formalisasi.

Teknologi juga dapat berakibat atas tingkat efektivitas selanjutnya, walaupun

mungkin tidak secara langsung. Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa variasi teknologi

berinteraksi dengan struktur dalam pengaruhnya terhadap keberhasilan organisasi. Artinya,

efektivitas jelas diperlancar bila susunan struktur sumber-daya organisasi sedemikian rupa,

sehingga paling cocok untuk menangani teknologi yang dipakai.

2. Ciri Lingkungan

Di samping ciri organisasi, lingkungan luar dan dalam juga telah dinyatakan

berpengaruh atas efektivitas. Keberhasilan hubungan organisasi-lingkungan tampaknya

amat bergantung pada tiga variabel kunci : (1) tingkat keterdugaan keadaan lingkungan; (2)

ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan; dan (3) tingkat rasionalitas organisasi. Ketiga

faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan.

Semakin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.

3. Ciri Pekerja

Faktor pengaruh penting yang ketiga atas efektivitas adalah para pekerja itu sendiri.

Pada kenyataannya, para angota organisasi mungkin merupakan faktor pengaruh yang

paling penting atas efektivitas karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan

(33)

Sarana pokok untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan ini dari pekerja adalah

dengan menintegrasikan tujuan pribadi dengan sasaran organisasi. Jika pekerja dapat

memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan pribadi dengan kerja mencapai sasaran

organisasi, adalah logis untuk membuat asumsi bahwa baik keterikatan pada organisasi

maupun prestasi kerja akan meningkat. Di pihak lain, jika para pegawai dihadapkan pada

situasi dimana tujuan pribadi mereka bertentangan dengan sasaran organisasi, usaha para

pekerja akan diboroskan dengan mudah dengan akibat jumlah energi yang tersedia untuk

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan efektivitas berkurang.

4. Kebijakan dan Praktek Manajemen

Terdapat beberapa mekanisme khusus untuk meningkatkan efektivitas organisasi

yaitu meliputi penetapan tujuan strategi, pencarian dan pemanfaatan sumber-daya secara

efisien, menciptakan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan

pengambilan keputusan, dan adaptasi dan inovasi organisasi.

2. Program

Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan

umum. Menurut pengertian secara umum, “program “dapat diartikan sebagai “rencana”.

Pengertian program secara khusus adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang

merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses

yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok

orang ( Arikunto, 2004 : 2 ).

Dalam pelaksanaan proses program diperlukan adanya keterlibatan kelompok

(34)

perubahan peningkatan dalam kehidupan masyarakat. Tanpa memberikan manfaat kepada

masyarkat maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan. Program juga

harus memiliki pelaksana yang meliputi organisasi maupun pengawasan dalam proses

pelaksanaan. Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan

implementasi.

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam

waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan

suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu

relatif lama.

Program merupakan sistem. Sedangkan, sistem adalah satu kesatuan dari bagian

atau komponen program yang saling kait-mengait dan bekerjasama satu dengan lainnya

untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam sistem. Dengan begitu, program terdiri

dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka

mencapai suatu tujuan. Dalam sebuah program harus dimuat berbagai aspek ( Tangkilisan,

2005 : 219 ), yaitu :

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai,

Setiap kegiatan ataupun aktivitas yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi

ditujukan untuk mencapai tujuan, demikian juga dengan program. Cara yang paling logis

untuk merencanakan suatu program adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai.

Demikian juga halnya dengan program Bantuan Langsung Tunai mempunyai tujuan-tujuan

yang ingin dicapai. yaitu:

(35)

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tangung jawab sosial bersama.

b. Adanya kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan tersebut,

Dengan program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih

mudah untuk dioperasionalakan. Dalam pelaksanaan program diperlukan kebijaksanaan

untuk dapat mencapai tujuan dengan baik. Dalam program Bantuan Langsung Tunai yang

mempunyai tujuan untuk mempertahankan kesejahteraan rumah tangga sasaran akibat

kenaikan harga kebutuhan pokok maka pemerintah memberikan bantuan lansung tunai

dengan pemberian uang sebesar Rp 100.000/bulan dengan pengambilan tiga bulan sekali.

Pemerintah melihat bahwa dengan memberikan bantuan tersebut dapat membantu

masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui,

Untuk menjalankan program diperlukan adanya aturan atau pun prosedur guna

memperlancar pelaksanaan program. Aturan ataupun prosedur ini berguna sebagai acuan

ataupun petunjuk untuk pelaksanaan program. Dalam pelaksanaan program BLT juga

terdapat aturan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Petujuk Teknis Penyaluran BLT

untuk RTS yang berguna untuk menjaga kesatuan langkah penyaluran BLT di semua

daerah.

d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan,

Anggaran merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanan setiap program.

Demikian juga dengan program BLT diperlukan anggaran untuk mencapai tujuan.

(36)

perincian untuk dana yang dibagikan ke Rumah Tangga Sasaran sebesar Rp 13,37 triliun

dan sisanya untuk biaya operasional dan lain-lain.

e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan program BLT diperlukan adanya keterlibatan kelompok

masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga program memberikan hasil yaitu

mempertahankan kesejahteraan masyarakat akibat kenaikan harga kebutuhan. Untuk

mencapai tujuannya program BLT juga harus didukung oleh pelaksana yang meliputi

organisasi maupun pengawasan dalam proses pelaksanaan.

Pencapaian tujuan Program BLT dapat dicapai jika semua pihak dari pusat sampai

desa/kelurahan bersama-sama masyarakat turut mendukung dan menyukseskan

ipelaksanaan di lapangan. Melalui Petunjuk Teknis Penyaluran BLT untuk RTS diharapkan

semua pihak memperoleh pemahaman yang sama tentang Program BLT ini.

 

Sesuai dengan bentuk kegiatannya, program dapat dibedakan menjadi tiga

(Arikunto,2004 : 32 ), yaitu :

a. Program Pemrosesan

Yang dimaksud dengan “program pemrosesan” adalah program yang kegiatan

pokoknya mengubah bahan mentah ( input ) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau

keluaran ( output ). Cirri khusus dari program ini adalah adanya sesuatu yang semula

berada dalam kondisi awal sebagai masukan, kemudian diolah dan ditransformasikan

menjadi suatu keluaran yang dikehendaki oleh tujuan program. Contoh : Program

(37)

b. Program Layanan

Yang dimaksud program layanan adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas sesuai dengan tujuan

program. Contoh : Program Perpustakaan, Program Koperasi, Program Bank.

c. Program Umum

Tidak seperti pada program jenis pemrosesan dan layanan yang dengan jelas dapat

dikenali jenisnya karena ada masukan yang diolah menjadi keluaran, dan pada program

layanan ada “raja” yang dilayani, pada program jenis ketiga justru tidak tampak apa yang

menjadi ciri utama. Oleh karena itu, program ini disebut juga dengan program umum.

Contoh : Program Makanan Tambahan Anak Sekolah ( PMTAS ).

Jika dilihat dari pembagian program diatas maka program Bantuan Langsung Tunai

dapat dimasukkan dalam kategori program umum. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri

program BLT. Dalam program BLT tidak ada sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai

masukan di dalam sebuah transformasi dan menjadi keluaran. Demikian juga di dalam

program BLT, rumah tangga sasaran yang mendapat bantuan langsung tunai bukanlah

pihak yang dilayani sebagi “raja”, karena rumah tangga sasaran tidak dapat pindah ke

program lain. Program BLT memiliki komponen-komponen atau faktor-faktor penting

(38)

3. Rumah Tangga Miskin

Konsep kemiskinan terkait erat dengan kemampuan seseorang atau rumah tangga

dalam memenuhi kebutuhan dasarnya baik itu untuk pangan maupun non-pangan.

Seseorang / rumah tangga dikatakan miskin bila kehidupannya dalam kondisi serba

kekurangan, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut Badan Pusat

Statistik, Rumah Tangga Miskin didefenisikan sebagai mereka yang mempunyai

pengeluaran per kapita Rp.175.000/orang/bulan atau kurang.

Tabel 1

Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Badan Pusat Statistik

No Variabel Kriteria Rumah Tangga Miskin

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal

Kurang dari 8 m2 per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal

Tanah/bambu/kayu murahan

3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal

Bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok

tanpa diplester

4. Fasilitas tempat buang air besar Tidak punya/bersama-sama dengan rumah tangga lain

5. Sumber penerangan rumah tangga Bukan listrik

6. Sumber air minum Sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air hujan

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari

Kayu bakar/arang/minyak tanah

8. Konsumsi daging/susu/ayam per minggu

Tidak pernah mengkonsumsi/hanya satu kali

dalam seminggu

(39)

setiap ART dalam setahun dalam setahun

10. Makanan dalam sehari untuk setiap ART

Hanya sekali makan /dua kali makan dalam

sehari

11. Kemampuan membayar untuk berobat ke Puskesmas/Poliklinik

Tidak mampu membayar untuk berobat

12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga

Petani dengan luas lahan 0,5 ha/buruh tani,

nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan,

atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan

dibawah Rp 600.000/bulan

13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga

Tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya tamat SD

14. Pemilikan asset/tabungan Tidak punya tabungan/barang yang muda dijual dengan nilai minimal Rp 500.000, seperti

sepeda motor ( kredit/non kredit ), emas, ternak,

kapal motor, atau barang modal lainnya.

Sumber : Badan Pusat Statistik

Ketentuan :

1. Rumah tangga yang layak mendapatkan Bantuan Langsung Tunai adalah rumah tangga

yang memenuhi 9 atau lebih dari 14 indikator rumah tangga miskin.

2. Rumah tangga yang tidak layak mendapatkan Bantuan Langsung Tunai adalah:

a. Rumah tangga yang tidak memenuhi sembilan atau lebih ciri rumah tangga

miskin.

b. PNS/TNI/Polri/Pensiunan/Purnawirawan/Veteran.

(40)

d. Karyawan BUMN/BUMD.

e. Rumah tangga penerima JADUP.

f. Ada anggota rumah tangga yang memiliki asset kendaraan bermotor, banyak

hewan ternak, sawah/kebun luas, kapal motor, handphone, atau barang berharga

lainnya.

4. Bantuan Langsung Tunai

a. Pengertian Bantuan Langsung Tunai

DalamPetunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Tunai ( BLT ) Untuk Rumah

Tangga Sasaran Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah bantuan langsung berupa uang

tunai sejumlah tertentu untuk Rumah Tangga Sasaran. Sedangkan Rumah Tangga Sasaran (

RTS ) adalah rumah tangga yang masuk kategori sangat miskin, miskin, dan hampir

miskin. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program

Bantuan langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS) dalam rangka

kompensasi pengurangan subsidi BBM, Program BLT pelaksanaannya harus langsung

menyentuh dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat miskin, mendorong

tanggung jawab sosial bersama dan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada

perhatian pemerintah yang secara konsisten benar-benar memperhatikan Rumah Tangga

Sasaran yang pasti merasakan beban yang berat dari kenaikan harga BBM.

Kebijakan pengalihan subsidi BBM ini juga disinergikan dengan kebijakan

(41)

sehingga skema perlindungan sosial bagi masyarakat miskin tetap mendorong keberdayaan

masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pada tahun 2005 dan 2006 Pemerintah

melaksanakan skema Program Kompensasi Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Minyak

(PKPS-BBM) meliputi :

a. PKPS BBM Tahap I :

1. Bidang pendidikan, yang diarahkan untuk menyukseskan program wajib belajar 9

tahun melalui pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus

Murid (BKM)

2. Bidang Kesehatan, diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan melalui

sistem jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, yang meliputi layanan kesehatan

dasar, layanan kesehatan rujukan dan pelayanan penunjang lainnya

3. Bidang infrastruktur pedesaan, diarahkan pada penyediaan infrastruktur di

desa-desa tertinggal (jalan, jembatan, air bersih, sanitasi, tambatan perahu, irigasi desa-desa

sederhana dan penyediaan listrik bagi daerah yang betul-betul memerlukan).

b. PKPS BBM Tahap II :

Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran

(unconditional cash transfer) sebesar Rp.100.000,- per bulan, dan setiap tahap diberikan

Rp.300.000.- / 3 bln. Sasarannya adalah Rumah Tangga Sasaran sejumlah 19,1 juta sesuai

hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan DIPA Departemen Sosial

yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan.

Pada Tahun 2008 Pemerintah melanjutkan skema program PKPS BBM dari bulan

Juni s.d Desember 2008 dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada

(42)

selama 7 bulan, dengan rincian diberikan Rp.300.000.- / 3 bln (Juni-Agustus) dan

Rp.400.000.- / 4 bln (September-Desember). Sasarannya Rumah Tangga Sasaran sejumlah

19,1 juta sesuai hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan DIPA

Departemen Sosial yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan.

b. Tujuan Dan Sasaran Bantuan Langsung Tunai

Dalam Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Tunai ( BLT ) Untuk Rumah

Tangga Sasaran tujuan dari Program Bantuan Langsung Tunai bagi RTS dalam rangka

kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah :

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tangung jawab sosial bersama.

Sedangkan sasaran Program BLT adalah Rumah Tangga Sangat Miskin ( poorest ),

Rumah Tangga Miskin ( poor ) dan Rumah Tangga Hampir Miskin ( near poor ) diseluruh

Indonesia. Penerima BLT adalah Rumah Tangga Sasaran sebanyak 19,1 juta RTS

bersasarkan hasil pendataan BPS.

c. Operasionalisasi Dana Bantuan Langsung Tunai

Pelaksana Program BLT bagi RTS adalah Departemen Sosial selaku Kuasa

Pengguna Anggaran dibantu pihak-pihak terkait yang telah ditetapkan dengan Instruksi

Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program BLT untuk RTS. Penyaluran

BLT-RTS merupakan suatu bentuk kerjasama yang didasarkan pada fungsi dan tugas

(43)

kelancaran bidang tugas masing-masing. Bentuk kerjasama ini dimaksudkan untuk

mempercepat proses penyaluran dana BLT-RTS kepada sekelompok sasaran sehingga

pemanfaatannya menjadi lebih optimal. Untuk meningkatkan sinergi pelayanan yang

maksimal, maka masing-masing lembaga saling berkoordinasi.

d. Mekanisme Dan Tahapan Kegiatan Penyaluran BLT

Dalam Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Tunai ( BLT ) Untuk Rumah

Tangga Sasaran secara umum, tahapan yang dilaksanakan berkaitan dengan penyaluran

dana BLT adalah:

1. Sosialisasi Program Bantuan Langsung Tunai,dilaksanakan oleh Departemen

Komunikasi dan Informatika, Departemen Sosial, bersama dengan

Kementerian/Lembaga di Pusat bersama-sama Pemerintah Daerah Provinsi dan

Kabupaten/ Kota, Aparat Kecamatan dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat

(Karang Taruna, Kader Taruna Siaga Bencana (TAGANA), Pekerja Sosial Masyarakat

(PSM), Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat.

2. Penyiapan data Rumah Tangga Sasaran dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS

Pusat). Daftar nama dan alamat yang telah tersedia disimpan dalam sistem database

BPS, Departemen Sosial dan PT Pos Indonesia.

3. Pengiriman data berdasarkan nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran dari BPS Pusat

ke PT Pos Indonesia.

4. Pencetakan KKB Bantuan Langsung Tunai Untuk Rumah Tangga Sasaran (KKB)

berdasarkan data yang diterima oleh PT Pos Indonesia.

(44)

6. Pengiriman KKB ke Kantor Pos seluruh indonesia

7. Pengecekan kelayakan daftar Rumah Tangga Sasaran di tingkat Desa/ Kelurahan.

8. Penerima Program Keluarga Harapan juga akan menerima BLT-RTS, sehingga

dimasukkan sebagai Rumah Tangga Sasaran yang masuk dalam daftar.

9. Pembagian KKB kepada Rumah Tangga Sasaran oleh Petugas Kantor Pos dibantu

aparat desa/ kelurahan, Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat, serta aparat

keamanan setempat jika diperlukan.

10.Pencairan BLT-RTS oleh Rumah Tangga Sasaran berdasarkan KKB di Kantor Pos atau

di lokasi-lokasi pembayaran yang telah ditetapkan. Terhadap KKB Penerima dilakukan

pencocokan dengan daftar Penerima (Dapem), yang kemudian dikenal sebagai KKB

Duplikat.

11.Pembayaran terhadap penerima KKB dilakukan untuk periode Juni s.d Agustus sebesar

Rp. 300.000,- dan periode September s.d Desember sebesar Rp.400.000,-. Penjadwalan

pembayaran pada setiap periode menjadi kewenangan dari PT. Pos Indonesia.

12.Jika kondisi penerima KKB tidak memiliki identitas sebagai persyaratan kelengkapan

verifikasi proses bayar, maka proses bayar dilakukan dengan verifikasi bukti diri yang

sah (KTP, SIM, Kartu Keluarga, Surat Keterangan dari Kelurahan, dll).

13.Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran BLTRTS oleh tim terpadu.

(45)

F. Defenisi Konsep

Konsep merupakan defenisi atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak keadaan, kelompok, individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. (

Singarimbun, 1999: 137 ).

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas adalah suatu keadaan dimana tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

tercapai, dengan tepat waktu, dan bermanfaat bagi masyarakat.

2. Program Bantuan Langsung Tunai adalah suatu kesatuan kegiatan atau

implementasi dari sebuah kebijakan dengan memberikan bantuan langsung berupa

uang tunai sejumlah tertentu untuk Rumah Tangga Sasaran.

3. Efektivitas Penyaluran Program Bantuan Langsung Tunai adalah suatu keadaan

dimana tujuan yang ingin dicapai yaitu membantu masyarakat miskin agar tetap

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penurunan taraf kesejahteraan

masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi, dan meningkatkan tanggung jawab

sosial bersama, diselenggarakan secara tepat waktu dan manfaatnya secara nyata

(46)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan analisa kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (1987:64) metode deskriptif

adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau

fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan

fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan

interpretasi rasional dan akurat.

Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan

keadaan dari obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisa

kebenaran berdasarakan data yang diperoleh dilapangan.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar

(47)

C. Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Hendrarso menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat

generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah

tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian akan menjadi

informan yang akan memberikan berbagai macam informasi yang diperlukan selama proses

penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu informan kunci ( key

informan ), informan utama dan informan tambahan. Informan kunci adalah mereka yang

mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang

diteliti. Sedankan informan tambahan adala mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti ( Hendrarso dalam

Suyanto, 2005 : 171 ).

Berapa jumlah responden atau informan dalam penelitian kulitatif belum diketahui

sebelum peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data di lapangan. Hal ini karena

pengumpulan data suatu penelitian kualitatif mempunyai tujuan tercapainya kualitas data

yang memadai, sehingga sampai dengan responden yang keberapa data telah dalam

keadaan “tidak berkualitas” lagi dalam arti sudah mencapai titik jenuh karena responden

tersebut sudah tidak lagi memberi informasi baru lagi, artinya responden tersebut

(48)

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive

sampling ). Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu ( Sugiyono, 2005 : 96 ).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan

penelitian langsung ke lokasi penelitian dengan cara wawancara yaitu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada

pihak-pihak terkait.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu pengumpulan data melalui kepustakaan,

dan bahan lainnya yang relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

kualitatif, yaitu analisa data terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar

peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi. Jadi teknik analisa data

dilakukan dengan penyajian data, yang diperoleh melalui keterangan yang diperoleh dari

informan, selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

(49)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Gambaran umum tentang Nagori Kahean pada penelitian ini dijelaskan dalam tujuh

kondisi sebagai berikut :

1. Luas dan Batas Wilayah Nagori Kahean

Nagori Kahean merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dolok Batu

Nanggar Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Luas Nagori Kahean adalah 654

ha, terdiri atas empat huta yaitu :

a. Huta Kahean I

b. Huta Kahean II

c. Huta Kahean III

d. Afdelling IV Dolok Ilir

Nagori Kahean mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sinaksak

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tambun Nabolon

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Silinduk

(50)

Nagori Kahean merupakan daerah yang beriklim tropis seperti daerah lainnya di

Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kondisi

inilah yang membuat daerah tersebut berpotensi sebagai daerah pertanian dan perkebunan

sehingga sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani maupun buruh tani.

Sedangkan orbitasi dan jarak tempuh di Nagori Kahean adalah desa ini memiliki

jarak 17 km dari ibu kota kecamatan, 35 km dari ibu kota kabupaten, dan 145 km dari ibu

kota provinsi.

2. Keadaan Penduduk

Masyarakat Nagori Kahean merupakan masyarakat majemuk ( heterogen ), dimana

daerah ini dihuni berbagai suku bangsa yakni suku Jawa, Batak, Sunda, Melayu, Nias, dan

Minang. Suku Jawa merupakan suku mayoritas daerah ini. Meskipun masyarakatnya

majemuk, namun suasana kekeluargaan dan kekerabatan sangar tinggi sehingga kehidupan

berdampingan berjalan dengan baik.

Berdasarkan data pada Kantor Nagori Kahean tahun 2009, jumlah penduduk Nagori

Kahean adalah 1.862 orang, terdiri dari laki-laki berjumlah 952 orang dan perempuan

berjumlah 910 orang dengan jumlah kepala keluarga 471 KK dan mempunyai kepadatan 25

(51)

Tabel 2

Klasifikasi Jumlah Penduduk Nagori Kahean Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah ( orang ) Persentase

Laki-laki 952 51,13 %

Perempuan 910 48,87 %

Jumlah 1862 100 %

Sumber : Kantor Kepala Nagori Kahean Tahun 2009

3. Mata Pencaharian

Dilihat dari segi perekonomian, karena Nagori Kahean memiliki lahan perkebunan

dan persawahan yang luas , maka sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian

sebagai petani dan buruh tani. Selain itu juga sebagian masyarakat berprofesi sebagai

karyawan perusahaan pemerintah dan swasta, pengusaha kecil dan menengah, montir dan

(52)

Tabel 3

Klasifikasi Mata Pencaharian Penduduk Nagori Kahean

Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan

Buruh Tani 130 119

Petani 97 115

Karyawan Perusahaan Pemerintah 79 62

Pengusaha Kecil dan Menengah 30 9

Montir 29 -

Pedagang Keliling 20 5

Karyawan Perusahaan Swasta 21 -

Peternak 21 -

Pembantu Rumah Tangga - 19

Pegawai Negeri Sipil 5 9

Pensiun PNS/TNI/POLRI 9 2

Jasa Pengobatan Alternatif 4 1

Dukun Kampung Terlatih 2 1

Bidan Swasta - 3

Perawat Swasta - 1

TNI 1 -

(53)

Jumlah 952 910

Sumber : Kantor Kepala Nagori Kahean Tahun 2009

Dari tabel ( 3 ) dapat dilihat bahwa mayoritas mata pencaharian masyarakat Nagori

Kahean adalah buruh tani dan petani. Pekerjaan sebagai buruh tani dan petani merupakan

mata pencaharian utama masyarakat sejak dari dulu. Luas wilayah Nagori Kahean 62,7 %

merupakan perkebunan, 30,6 % merupakan areal persawahan dan sisanya merupakan

pemukiman dan sarana umum serta kuburan.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan instrumen yang penting dalam menentukan maju mundurnya

suatu daerah. Hal ini terjadi karena apabila berbicara tentang pendidikan kita akan

bersentuhan dengan sumber daya manusianya, kualitas masyarakat dan kualitas arah

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pembatasan penelitian ini adalah Penelitian analisis wacana kritis terhadap teks berita ini dibatasi pada posisi subjek, objek, dan posisi pembaca berita

Ibu dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang cara menyusui yang

Pernyataan ini juga didukung oleh suami responden yang lainnya seperti suami Ny M yang mengatakan “sekarang ini adalah anak pertama kami, jadi perawatan yang

(tujuh) kendaraan yang diuji tercapai pada kisaran putaran mesin yang berbeda- beda. 2) Posisi throttle saat tercapai konsumsi bahan bakar optimum pada 7 (tujuh)

Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan terkait dengan materi dalam penelitian ini, hakikat hasil belajar yang dimaksud adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa

mempengaruhi bagaimana mereka mempersepsikan mengenai model pembelajaran blended learning yang mereka jalankan, yang mana persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000)

Berdasarkan uraian di Latar belakamg di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan kewirausahaan dan Literasi digital

Kluster / Kelompok Program Bantuan dan Perlindungan Sosial Kelompok Sasaran Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Usaha Mikro dan.