• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Penukar Kalor Analisa Performance Heat Exchanger Jenis Shell And Tube

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Alat Penukar Kalor Analisa Performance Heat Exchanger Jenis Shell And Tube"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PEMILIHAN DAN PERANCANAN HEAT EXCHANGER 3.1. Pemilihan Heat Exchanger

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan beberapa jenis heat exchanger. Dalam tugas karya ini penulis memilih heat exchanger jenis shell and tube, dan jenis iini merupakan yang paling banyak dipergunakan dalam industri perminyakan. Adapun beberapa keuntungan dari heat exchanger jenis shell and tube ini dapat dilihat dibawah ini, antara lain :

1. Konfigurasi yang dibuat akan membiarkan luas permukaan yang besar dengan bentuk atau volume yang kecil.

2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi bertekanan tinggi.

3. Menggunakan teknik pabrikasi yang sudah mapan.

4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis material yang dipergunakan sesuai dengan jenis fluida, temperature dan tekanan yang dioperasikan.

5. Mudah dalam perawatan dan pembersihanya. 6. Prosedur dan perencanaanya sangat baik dan tepat.

7. Konstruksinya sederhana dan pemakaian ruangan relative kecil.

8. Prosedur pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti dan dipahami oleh para operator.

(2)

Oleh sebab itulah maka penulis memilih heat exchanger jenis shell and tube.

3.2. Data Perpindahan Panas

Dalam perhitungan heat exchanger ini, kita memerlukan bebarapa perhitungan yang penting untuk diketahui. Adapun perhitungan yang diperlukan adalah :

- Perhitungan koefisien perpindahan panas menyeluruh dari heat exchanger dengan mengetahui tekanan, temperature masuk dan keluar, diameter pipa, pajang pipa, dan laju aliran fluida.

- Perhitungan penurunan tekanan

- Perhitungan faktor pengotoran dengan mengetahui tahanan thermal lainnyadan koefisien perpindahan panasmenyeluruh.

Untuk lebih jelasnya, maka akan dihitung satu persatu dari point yang ada. Adapun data yang dihasilkan dari table spesifikasi pada heat exchanger yang diproleh dari Pertamina Dumai Indonesia adalah sebagai berikut :

- Pada shell side, fluida yang mengalir adalah “kerosene”, dengan data :

 Laju aliran kerosene (Ws) : 200 kghr

 Temperatur masuk kerosene (T1) : 200 0C

 Temperatur keluar kerosene (T2) : 180 0C

 Tekanan kerosene (Ps) : 15 2

(3)

- Pada tube side, fluida yang mengalir adalah “Crude Oil”, dengan data :

 Laju aliran crude oil (Wt) : 250.000 kghr

 Temperatur masuk crude oil (t1) : 50 0C

 Temperatur keluar crude oil (t2) : 60 0C

 Tekanan crude oil (Pt) : 40 2

cm kg

Dengan konstruksi dari heat exchanger

 Jenis Heat Exchanger : TEMA Type “R” JIS B 8243

 Diameter Tube Side (OD) : 25,4 mm

 Diameter Shell Side (ID) : 590 mm

 Panjang pipa (L) : 3176 mm

 Jaraj antara Tube (Pitch) : 32 mm

Dari data yang diketahui diatas, maka temperature kerosene memanasi crude oil. Untuk mengolah data tersebut akan dirubah kedalam derajat Farenheit ( 0F ) :

T1 =200 0C = 200 32 392

5

9 0  

   

  C 0F

T2 = 180 0C =    

 2000C

5 9

+ 32 = 356 0F

T1 = 50 0C =    

 500C

5 9

+ 32 = 122 0F

T2 = 60 0C =    

 600C

5 9

+ 32 = 140 0F

Berdasarkan table dari literature II hal. 821 diproleh kode API dari fluida :

 Mid-Continent Crude 340 API dengan X = 10,3 dan Y = 21,3

(4)

Keseimbangan suhu diproleh : Sehingga dari Fig. 4 dan Fig. 1 Literatu t

dan Kt = 0,075 Dengan laju aliran Crude Oil (Wt) =

hr Panas yang diterim Q = Wt . Cpt . ∆ 3.3. Perhitungan

(5)

T1 = 392 0F → T2 = 356 0F Dari Fig. 18 berdasarkan R dan P maka didapat harga Ft = 0,995

Sehingga didapat temperature rata-rata sebenarnya (∆tm)

∆tm = Ft . LMTD………. (1)

= 0,995 × 249,91 0F = 241,69 0F

= 116,49 0C

(6)

Berdasarkan Fig. 17 lit. II didapat nilai : Kc = Kalori Konstan : Fc = Kalori Fraksi

9 dan Fc = 0,475

0

F + 0,475 (392 0F-356 0F)

0

F + 0,475 (140 0F-122 0F) = 130,6 0F = 54,8 0F

dari harga sebenarnya. Harga sebenarnya melalui perhitungan yang

Harga U yang diambil dari table adalah antara 20-60 Kc = 0,1

Maka :

Tc = T2 + Fc (T1-T2) = 356

= 373,1 0F = 189,5 0F tc = t1 + Fc (t2-t1) = 122

3.4 Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (UD)

Pada perhitungan heat exchanger harga UD diambil pada lit. II table. 8

dengan penyesusaian fluida kerja. Harga UD pada table merupakan harga

pendekatan dikoreksi.

D

F ft hr. 2.0

menggunakan fluida medium organic pemanas dan

Btu karena

medium organic sebagai fluida yang dipanaskan, sehingga diambil harga UD = 38

F ft hr

Btu 0

. 2

.

1. Mencari Luas Permukaan Total (A) A =

m D

U t

Q

. ………2)

Dimana :

(7)

Maka :

diketahui luas permukaan luar pada barisan lintasan :

jum

Nt =

= 529,388 ft2

2. Menghitung Jumlah Tube Dari Lit. II Tabel 10

. Diproleh dari lit. II table 9 dengan mencari apat jumlah tube :

akai jumlah tube (Nt) = 208 buah, maka dicari luas permukaan total

………4)

ft × 0,2618 = 194 buah

Dianalisa dari data fluida mengalami 1 laluan cangkang dan 2 laluan tabung atau disebut 1 shell dan 2 tube passes

jumlah tube did Nt = 208 buah Dengan mem sebenarnya.

(8)

3. Koefisien perpindahan panas menyeluruh yang dikoreksi

3.5. Menghitung Pada Tube Side (Crude Oil) a :

(O )

iamet

Berdasarkan data yang ad

Diameter luar pipa D = 25,4 mm = 1 inch 12 BWG

Dari table 10, lit II diproleh lua 1. Luas laluan aliran pada tube (At) :

= 2. Kecepata li

t

(9)

2

3. Bilangan Reynold (Ret)

Ret =

Diproleh besar faktor perpindahan panas (JH)

(10)
(11)

3.6. Perhitungan Pada Shell Side (Kerosen) an pad

1. luas laju alir a shell (as)

Pt B C ID

. 144

' .

As = ……….14)

m

e in

Di ana :

ID = Diameter dalam shell side = 23,25 in C’ = Jarak bebas antara tube dengan tub = Pt = OD = 1,25 in – 1in = 0,25 B = Baffle space (jarak tiap sekat)

in in

ID

65 , 4 5

5   (dari data, harga B = 118 mm =

= 23,25 4,65 in)

= jarak antara tube = 1,25 in Maka

As = Pt

:

in in in in

25 , 1 . 144

65 , 4 . 25 , 0 . 25 , 23

(12)

2. Kecepatan aliran massa (Gs)

De = diameter ekivalent (ft)

= ,23 centi poise

(13)

Pada : Tc = 373,1 dan kode API 420, diproleh :

4. Koefisien perpindahan panas (ho) :

ho = JH s

indahan Panas 1. Temperatur dinding tube (tw)

tw = tc +

3.7. Perhitungn Koefisien Perp

(14)

2. Dari temperature tw = 313,35 0F dan nilai x = 10,3 ; y = 21,3 didapat viskositas

Maka didapat faktor koreksi dari gradient viskositas pada tube side (t) adalah : 14

sehingga koefisien perpindahan panas yang dikoreksi pada tube side

Hio = t

(15)

s

Koefisien perpindahan panas yang dikoreksi pada shell side (ho)

ho = s

4. Koefisien perpindahan panas menyeluruh (Uc) : Uc =

Uc = Koefisien perpindahan panas menyeluruh pada kondisi bersih

3.8. Faktor Pengotoran (Fouling Fsctor = Rd)

(16)

interaksi antara fluida dengan bahan yang digunakan dalam konstruksi heat exchanger.

Nilai faktor pengotoran (Rd) didapat dari :

Rd =

(17)

BAB IV

PENURUNAN TEKANAN

Penurunan tekanan (pressure drop) dipengaruhi oleh panjang pipa, kecepatan aliran fluida, diameter pipa, faktor gesekan, jumlah sekat yang terdapat pada shell.

4.1. Penurunan Tekanan Pada Shell Side

Dari perhitungan sebelumnya telah diketahui, bialngan Reynold pada shell (Res) = 200.90. Dengan mengetahui bilangan Reynold maka diproleh faktor gesekan (fs) dengan pemotongan 25% segmental baffles.

Temperatur Tc = 373,1 0F, maka dapat diproleh spesifik gravity (Ss) dengan kode 420 API pada kerosene.

Diamter dalam shell (Ds) = 23,25 in =

12 25 , 23 in

= 1,937 ft

Maka penrunan tekanan pada shell side (∆Ps) adalah :

∆Ps =

s s e s s

S D

N D G fs

 . . . 10 . 22 , 5

1 . . .

10

2 

(18)

Dimana :

Jumlah sekat dalam shell, N+1 =

B

Maka diproleh :

(19)

4.2. Penurunan Tekanan pada Tube Side

Dari perhitungan sebelumnya telah diketahui, bilangan Reynold pada tube side (Ret) = 11.868,88. dengan memgetahui bilangan Reynold maka diproleh faktor gesekan (ft).

ft = 0,00024………23)

Temperatur tc = 130,6 0F, maka diperoleh spesifik gravity (st) dengan kode 340

API pada crude oil

st = 0,83………..24)

Maka penurunan tekanan pada tube side (∆pt) adalah :

∆pt =

t t t t

S D

n L G f

 . . . 10 . 22 , 5

. . .

10 2

………...25)

Diamana :

Gt = Kecepatan aliran massa tube side

= 1.593.208

hr ft lb

.

2 L = Panjang tabung

= 10,42 ft

n = Jumlah laluan tube = 2 passes Dt = Diameter dalam tube

= 0,065 ft

St = Spesifik gravity

= 0,83

ft = Faktor gesekan

(20)

t = Perbandingan viskositas fluida pada suhu dinding tube rata-rata

Dari kecepatan aliran massa (Gt) = 1.593.208

hr

Sehingga diperoleh penurunan tekanan yang terjadi kembali pada tube side (∆pr)

(21)

Maka :

∆pr = 0,3 83 , 0

2 . 4

= 2,89 Psi

Maka total penurunan tekanan pada tube side (∆pr) adalah : ∆pr = ∆pt + ∆pr

(22)

BAB V KESIMPULAN

Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap komponen heat exchanger jenis shell and tube yang dialiri oleh dua jenis fluida yang berbeda dimana kerosene pada shell side dan crude oil pada tube side. Sebagai pemanas pada heat exchanger ini adalah kerosen dan crude oil sebagai fluida yang dipanaskan. Hal tersebut dilakukan untuk menghemat bahan bakar serta memanfaatkan panas yang dialirkan dan mempercepat titik didih dari fluida yang dipanasi.

Dari analisa dan hasil perhitungan maka didapat hasil sebagai berikut : 1. Jumlah panas yang dilepaskan (Q)

Q = 4.862.025

hr Btu

2. Kofisien perpindahan panas menyeluruh pada kondisi bersih (Uc) Uc = 41,29

F ft hr Btu

o

. . 2

3.Kofisien perpindahan panas menyeluruh pada kondisi kotor (UD)

UD = 35,45

F ft hr Btu

o

. . 2

4. Faktor pengotoran (Fouling Factor)

Rd = 0,0039

Btu F ft

hr o

. . 2

(23)

6. Ukuran-ukuran dari heat exchanger

 Diameter dalam shell (ID) = 590 mm = 23,25 in  Diameter luar tube (OD) = 25,4 mm = 1 in  Panjang tube (L) = 3176 mm = 125 in  Jumlah sekat ( buffles) = 26 buah

 Jumlah laluan aliran tube = 2 passes

 Tube pitch (Pt) = 32 mm = 1,25 in  Jarak bebas antara tube = 0,25 in

 Jumlah tube (Nt) = 208 buah  Diameter dalam tube (Dt) = 0,065 ft

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Penukar Kalor

Seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan terdapat banyak

sekali jenis-jenis alat penukar kalor. Maka untuk mencegah timbulnya kesalah

pahaman maka alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya :

1. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida

sampai pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil

pendinginan didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan

fluida pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini

media pendingin biasanya digunakan amoniak atau Freon.

2. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau

campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin

yang dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan

melepaskan panas atent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit

listrik tenaga uap yang mempergunakan condensing turbin, maka uap

bekas dari turbin akan dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan

menjadi kondensat.

3. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau

gas dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak

terjadi perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka

pendingin coler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan

(25)

4. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan

menjadi uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan)

suatu zat dari fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah

panas latent dan zat yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.

5. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil)

serta menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas

yang sering digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu

sendiri. Hal ini dapat dilihat pada penyulingan minyak pada ambar 2.1,

diperlihatkan sebuah reboiler dengan mempergunakan minyak (665 0F)

sebagai media penguap, minyak tersebut akan keluar dari boiler dan

mengalir didalam tube.

(26)

6. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan

panas suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus,

yaitu :

- Memanaskan fluida

- Mendinginkan fluida yang panas

Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan

kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger, dimana

fluida yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari tube fluida

yang mengalir adalah kerosene yang semuanya berada didalam shell.

(27)

2.2. Jenis-jenis Heat Exchanger

Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam

pembahasan akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger

yang banyak dijumpai dalam industri perminyakan. Heat exchanger ini

juga banyak mempunyai jenis-jenisnya.

Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini terdapat suatu terminology yang

telah distandarkan untuk menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut

yang dikeluarkan oleh Asosiasi pembuat Heat Exchanger yang dikenal

denganTublar Exchanger Manufactures Association (TEMA). Standarisasi

tersebut bertujuan untuk melindungi para pemakai dari bahaya kerusakan

atau kegagalan alat, karena alat ini beroperasi pada temperature dan

tekanan yang tinggi.

Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat

Exchanger, yaitu :

1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat,

misalnya untuk industri minyak dan kimia berat.

2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada

segi ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum

industri.

Jenis-jenis Heat Exchanger yang terdapat pada industri

(28)

1. Jenis Shell and Tube

Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam

industri perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell

(tabung/slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bandle (berkas)

pipa dengan diameter yang relative kecil. Satu jenis fluida mengalir

didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa

tetapi masih didalam shell. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.3

Gbr. 2.3. Konstruksi alat penukar kalor jenis shell and tube

Keterangan :

1. Saluran ujung yang tetap

2. Topi ujung yang tetap

3. Saluran atau tepi ujung yang tetap

4. Tutup saluran – chanel cover

5. Nosel ujung stasioner – Stationary head nozzle

6. Pelat tube stasioner – Stationary tubes sheet

7. Tube

(29)

10. Flens shell pada ujung stasioner-shell flange stationary head end

11. Flens shell ujung yang dibelakang, shell flange – Rear Head End

12. Nossel shell – Shell Nozzle

13. Flens penutup shell – shell cover flange

14. Sambungan ekspansi – Expansion Joint

15. Pelat tube yang mengambang – Floating Head Cover

16. Tutup kepala yang mengambang - Floating Head Cover

17. Flens kepala yang mengambang – Floating Head Flange

18. Penahan kepala yang mengambang – Floatinh Head Backing Device

19. Cicncin pemisah – Split Shear Ring

20. Flens penahan dengan slip – on – slip – on backing flange

21. Tutup kepala yang mengambang sebelah luar – Floating Head Cover

22. Pelat tutup yang mengambang yang menyusur – Floating Tube Sheet Skirt

23. Flens packing – Packing box flange

24. Packing

25. Cincin penekan packing – Packing follower ring

26. Cincin latern – Latern Ring

27. Batang pengikat dan spasi – Tie Rod and Spacer

28. Pelat penahan atau sekat transverse – Transverse Baffles or Support Plate

29. Sekat yang disentuh langsung – Impingement Buffles

30. Sekat yang longitudinal – Longitudinal Baffles

31. Pemisah aliran pass – PassPartition

32. Sambungan untuk venting – Vent Connection

(30)

34. Sambungan untuk instrument – Instrument Connection

35. Penahan bejana kepondasi/sadel – Support Saddle

36. Tahanan untuk mengangkat – Lifting Lug

37. Penahan gantungan – Support Bracket

38. Weir

39. Saluran untuk cairan – Liguid Level Connection

2. Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)

Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell

sendiri-sendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini

dibentuk menjadi U (lihat gambar 2.4). pada keperluan khusus, untuk

meningkatkan kemampuan memindahkan panas, bagian diluar pipa diberi srip.

Bentuk siripnya ada yang memanjang, melingkar dan sebagainya.

Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang

tinggi, dank arena tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat

(31)

3. Koil Pipa

Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan

didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk

mendinginkan fluida panas yang mengalir di dalam pipa. Jenis ini disebut juga

sebagai box cooler (gambar 2.5) jenis ini biasanya digunakan untuk pemindahan

kalor yang relative kecil dan fluida yang didalam shell yang akan diproses lanjut.

Gambar 2.5. Pipa Coil Heat Exchanger

4. Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)

Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi didalam shell,

tetapi dibiarkan di udara. Prndinginan dilakukan dengan mengalirkan air atau

udara pada bagian pipa. Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk

pendinginan dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk

memperluas permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa,

perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil

(32)

Gbr. 2.6. Alat penukar kalor jenis open tube section

Di samping jenis-jenis di atas, masih terdapat jenis-jenis lain yang

dijumpai di industri, antara lain :

- jenis spiral, menpunyai bidang perpindahan panas yang melingkar.

Karena alirannya yang melingkar maka system ini dapat “Self Cleaning” dan

mempunyai efisiensi perpindahan panas yang baik. Akan tetapi konstruksi seperti

(33)

- jenis lamella, biasanya digunakan untuk memindahkan panas dari gas ke

gas pada tekanan rendah. Jenis ini memiliki koefisien perpindahan panas yang

baik/tinggi.

Gbr. 2.8. Jenis Lamela

- Gasketter plate exchanger, mempunyai bidang perpindahan panas yang

terbentuk dari lembaran pelat yang dibuat beralur. Laluan fluida (biasanya untuk

cairan) terdapat diantara lembaran pelat yang dipisahkan gasket yang dirancang

khusus sehingga dapat memisahkan aliran dari kedua cairan. Perawatannya mudah

(34)

Gbr. 2.9. Gasket plate exchanger

Pada umumnya heat exchanger dibuat dengan pemesanan, karena harus

sesuai dengan kebutuhannya. Baik ukuran maupun bentuk dapat

bermacam-macam, sesuai dengan keperluan masing-masing.

2.3 Komponen-komponen Heat Exchanger.

Dalam penguraian komponen-komponen heat exchanger jenis shell and

tube akan dibahas beberapa komponen yang sangat berpengaruh pada konstruksi

heat exchanger. Untuk lebih jelasnya disini akan dibahas beberapa komponen dari

heat exchanger jenis and tube.

2.3.1 Shell

Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tubes yang akan

ditempatkan didalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran besar

atau pelat logam yang dirol. Shell merupakan badan dari heat exchanger, dimana

didapat tube bundle. Untuk temperatur yang sangart tinggi kadang-kadang shell

(35)
(36)

2.3.2. Tube (pipa)

Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang

mengalir didalamnya dan sekaligus sebagai bidang perpindahan panas. Ketebalan

dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu

bahan pipa tidak mudah terkorosi oleh fluida kerja. Adapun beberapa tipe susunan

tube dapat dilihat dibawah ini :

Gbr.2.11. tipe susunan tube.

Susunan dari tube ini dibuat berdasarkan pertimbangan untuk

mendapatkan jumlah pipa yang banyak atau untuk kemudahan perawatan

(37)

2.3.3. Sekat (Baffle)

Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat exchanger ini

antara lain adalah untuk :

1. Sebagai penahan dari tube bundle

2. Untuk mengurangi atau menambah terjadinya getaran.

3. Sebagai alat untuk mengarahkan aliran fluida yang berada di dalam tubes.

Ditinjau dari segi konstruksinya baffle dapat diklasifikasikan dalam empat

kelompok, yaitu :

1. sekat plat bentuk segmen.

2. Sekat bintang (rod baffle).

3. Sekat mendatar.

4. Sekat impingement.

(38)

Gbr. 2. 13. Sekat bintang (rod baffle)

(39)

Gbr. 2. 15. Sekat Impingement

2.4. Beda Temperatur Rata-rata Logaritma ( LMTD )

Faktor perhitungan pada alat penukar kalor adalah masalah perpindahan

panasnya. Apabila panas yang dilepaskan besarnya sama dengan Q peratuan

waktu, maka panas itu diterima fluida yang dingin sebesar Q tersebut dengan

persamaaan :

Q = U . A . ∆ Tlm………...(2.1)

Dimana Q = Kalor yang dilepaskan/diterima

U = Koefisien perpindahan panas menyeluruh

A = Luas perpindahan panas

(40)

Sebelum menentukan luas permukaan kalor (A), maka terlebih dahulu

ditentukan nilai dari LMTD. Hal ini berdasarkan selisih temperature dari fluida

uang masuk dan keluar dari kalor.

LMTD =

min min

  

  

maks n

maks

……….(2.2)

Untuk aliran pararel arah aliran fluida berbeda, dimana

∆Tmaks = ( T1 – t1 ) : ∆Tmin = ( T2 – t2 )

Untuk aliran fluida berlawanan, maka :

∆Tmaks = ( T1 – t2 ) : ∆Tmin = ( T2 – t1 )

Dimana : LMTD = Selisih temperature rata-rata logaritmik

T1 = Temperatur fluida masuk kedalam shell

T2 = Temperatur fluida keluar shell

t1 = Temperatur fluida masuk kedalam tube

t2 = Tempereatur fluida keluar tube

Dalam perencanaan alat penukar kalor harus dicari selisih temperature

rata-rata sebenarnya, yaitu dengan menggunakan faktor koreksi (Ft).

Besar selisih temperature rata-rata sebenarnya adalah (∆Tm);

∆Tm = Ff × LMTD………...(2.3)

2.5. Fouling Factor (Faktor Pengotoran)

Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada heat

(41)

pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu

atau memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau

mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut.

Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain :

 Temperatur fluida

 Temperatur dinding tube

 Kecepatan aliran fluida

Faktor pengotoran (fouling factor) dapat dicari persamaan :

Rd =

d c

d c

U U

U U

.

………...(2.4)

Uc = Koefisien perpindahan panas menyeluruh bersih

=

ho hio

ho hio

………(2.5)

hio = Koefisien perpindahan panas pada permukaan luar tube

ho = Koefisien perpindahan panas fluida diluar tube

Ud = Koefisien perpindahan panas menyeluruh (design)

=  .

A Q

……….(2.6)

2.6 Penurunan Tekanan pada Shell Side

Apabila dibicarakan besarnya penurunan tekanan pada sisi shell alat

penukar kalor, masalahnya proporsional dengan beberapa kali fluida itu

(42)

Besarnya penurunan tekanan pada isothermal untuk fluida yang dipanaskan atau

didinginkan, serta kerugian saat masuk dan keluar adalah :

∆Ps =

2.7 Penurunan Tekanan pada Tube Side

Besarnya penurunan tekanan pada tube side alat penukar kalor telah

diformulasikan, persamaan terhadap faktor gesekan dari fluida yang dipanaskan

atau yang didinginkan didalam tube.

∆Pt =

Mengingat bahwa fluida itu mengalami belokan pada saat passnya, maka

akan terdapat kerugian tambahan penurunan tekanan.

(43)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dengan demikian banyaknya industri yang berkembang, maka dituntut

kepada setiap manusia untuk memiliki pengetahuan dan kemahiran (skill)

dalam suatu bidang pekerjaan. Karakteristik penting yang harus diperhatikan

dalam tahap perancangan Alat penukar kalor dan sitem thermal diantaranya

adalah performasi dan kehandalan.

Salah satu cara yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi thermal

adalah dengan mengunakan Alat Penukar Kalor. Adapun beberapa jenis alat

penukar kalor yang digunakan adalah Superheater, Ekonomizer, Feed Water

Heater, kondensor, Heat Exchanger dan lain sebagainya.

Untuk menguasai teknik tentang heat exchanger baik dalam pengoperasian

maupun perakitan, maka harus memahami prinsip-prinsip dasar cara kerja heat

exchanger. Sesuai dengan namanya, heat exchanger adalah sebuah peralatan,

dimana melakukan perpindahan panas (kalor) antara dua jenis fluida yang

mengalir dan memiliki beda temperature. Pertukaran kalor terjadi melalui

bidang-bidang perpindahan panasnya yang umumnya berupa dinding-dinding

(44)

1.2. Tujuan Perencanaan

Adapun tujuan perencanaan dalam penulisan laporan ini adalah untuk

mempelajari atau mengetahui karateristik dari alat penukar kalor jenis shell and

tube heat exchanger.

1.3. Permasalahan

Perpindahan panas adalah proses yang sangat penting dalam dunia

perindustrian. Ekonomisnya suatu proses pabrik sering ditentukan oleh

keefektifan dari pemanfaatan dan recovery panas yang dikandung suatu bahan.

Banyaknya steam dan sistim pendingin yang dibutuhkan ditentukan oleh efisiensi

dari alat yang digunakan.

Ada banyak jenis heat exchanger yang dapat digunakan dalam industri,

tergantung pada proses apa yang akan ditangani. Kemudian sari suatu jenispun

mempunyai bermacam-macam tipe pula, tetapi yang penting dari karakter heat

exchanger ini adalah terjadinya perpindahan panas dari fase yang bersuhu rendah

dan seting kedua fase dibatasi oleh suatu dinding.

Untuk menentukan besar atau kecilnya panas yang dipindahkan pada range

temperature yang sama, ini tergantung kepada harga koefisien perpindahan panas

total dari alat yang digunakan dimana pada alat heat exchanger tersebut langsung

koefisien ini dapat diperkirakan besarnya melalui perhitungan.

1.4. Batasan Masalah

Karena mengingat pemakaian alat pemindah panas jenis shell and tube

(45)

1.5. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan penulis untuk mendapatkan

informasi maupun data dalam penyusunan karya akhir ini adalah dengan dua

metode, yaitu :

1. Studi Lapangan atau Survey

Suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan survey langsung

kelapangan dan mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak

terkait.

2. Studi Kepustakaan

Suatu cara pengumpulan data melalui perpustakaan, buku, majalah, dan

internet yang berhubungan dengan judul yang tertulis.

1.6. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah

dimulai dari bab 1 sampai dengan bab 6, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini penulis menjelaskan tentang latar belakang alat

penukar kalor dan beberapa jenis alat penukar kalor yang sering digunakan.

Adapun bab ini meliputi : latar belakang, tujuan perencanaan, batasan masalah,

(46)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka ini penulis menjelaskan lebih terperinci tentang alat

penukar kalor dan heat exchanger jenis shell and tube sehingga lebih mudah

dalam memahaminya. Dalam bab ini mencakup jenis-jenis alat penukar kalor,

analisa Heat Exchanger jenis shell and tube, beda temperatur rata-rata logaritma,

faktor pengotoran.

BAB III PEMILIHAN DAN PERHITUNGAN HEAT EXCHANGER

Didalam perhitungan heat exchanger ini penulis memberikan rumus-rumus

dan menghitungnya satu demi satu dari bagian-bagian Heat Exchanger. Adapun

yang dihitung meliputi : perhitungan pada tube side, perhitungan pada shell side,

perhitungan koefisien perpindahan panas, dan perhitungan fouling factor atau

faktor pengotoran.

BAB IV PERHITUNGAN PENURUNAN TEKANAN

Untuk perhitungan penurunan tekanan penulis sengaja membuat bab

tersendiri, agar lebih jelas dan mendetail. Perhitungan ini meliputi penurunan

tekanan pada tube side dan penurunan tekanan pada shell side.

BAB V KESIMPULAN

Dalam bab ini akan mencakup inti-inti daripada bab-bab sebelumnya yang

(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Donald Q. Kerrn, “Proses Heat Transfer”, MC Grain-Hill Book Company,

Ney York.

2. Perry J. H, “Chemical Engineering Hand Book I”, 4th ed, Mc. Graw-Hill

Book Company, Ney York, 1963

3. Sitompul, Tunggul. “Alat Penukar Kalor”, PT. Grafindo Persada,

Jakarta, 1987.

4. Frank M. White, “Mekanika Zalir”, Erlangga, Jakarta, 1986.

5. J. P. Homan, “Perpindahan Kalor”, Edisi ke 6. Erlangga, Jakarta, 1995.

(48)

APPENDIX OF CALCULATION DATA

Viscosities Of Petroleom Fraction For temperature ranges employed in the text

Coordinates to be used with fig. 14

X Y

760 API natural gasoline………... 550 API gasoline………... 420 API kerosene………... 340 API mid-continent crude……… 280 API gas oil ……….

Viscosities of Animal and Vegetable Oils

Acid No.

Sp gr 20/4oC

X Y

Almond……… Coconut……... Cod liver……. Lard………… Lineed……… Mustard……. Neatsfoot….. Olive………. Palm kernel… Perilla, raw…. Sardine……… Soybean…….. Sperm………. Sunbower…… Whale,refined

2.85 1212-1213 (1936)

Viscosities of Commercial Fatt Acids 250 to 400oF

Sp gr

At 300oF X Y

(49)

PROCESS HEAT EXCHANGER

TABLE 8. APPRGXHATE OVERALL DESIGN COLFICIENTS Values include dirt factors of 0.003 and allowable drops of 5 to 10 psl on

The controlling stream

Coolers

Hot fluid Cold fluid Overall UD

Water Methanol Ammonia Aqutous solutions Light organics Medium organics Heavy medium Gases

Water Light organics

Water 250-500 250-500 250-500 75-150

Heaters

Hot fluid Cold fluid Overall UD Methanol Ammonia

Aqucous solutions : Less than 2.0 cp More than 2.0 cp Light organics Medium organics Heavy organics Gases

200-700 200-700 200-700

200-700 100-500

Exchanger

Hot fluid Cold fluid Overall UD

Water

Aqucous solutions Light organics Medium organics Heavy organics Heavy organics Light organics

Water

Aqucous solutions Light organics Medium organics Heavy organics Light organics Heavy organics

(50)
(51)

APPENDIX OF CALCULATION DATA

Table 9. Tube-sheet Latouts ( Tube Counts ) Square Pitch

(52)
(53)

APPENDIX OF CALCULATION DATA

Table 10. Heat Exchanger and Condenser Tube Data

Surface per lin ft, ft2 Tube

OD, in BWG

Wall Thickness,

In

ID, in

Flow area Per tube

in.2 Outside Inside

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)

Gambar

Gambar. 2.1. Thermosiphon Reboiler
Gambar 2.5. Pipa Coil Heat Exchanger
Gambar 2.7. Spiral Heat Exchanger
TABLE 8.  APPRGXHATE OVERALL DESIGN COLFICIENTS  Values include dirt factors of 0.003 and allowable drops of 5 to 10 psl on The controlling stream
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian heat exchanger didapatkan besar perbedaan laju perpindahan panas antara aliran fluida panas dan dingin tidak lebih dari 10%, nilai perpindahan panas

Abstrak—Pada heat exchanger type shell and tube, selain pengunaan baffle yang bertujuan untuk mengarahkan aliran pada sisi shell juga bertujuan untuk meningkatkan laju

Perhitungan dimensi alat penukar kalor ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari alat penukar kalor berdasarkan koefisien perpindahan kalor keseluruhan, faktor pengotoran,

Analisa kinerja heat exchanger dilakukan dengan metode (LMTD), memperoleh hasil dengan nilai untuk koefisien perpindahan kalor keseluruhan (Ud) sebesar 0,018,

Salah satu jenis dari alat penukar kalor ialah alat penukar kalor pipa ganda (Double Pipe Heat Exchanger, DPHE), di bedakan menurut arah aliran fluidanya, berlawanan

Untuk arah aliran counter current, proses perpindahan panas yang terjadi lebih efektif daripada proses perpindahan panas dengan arah aliran

Dari kedua fluida, alat penukar kalor tipe shell and tube dan kecepatan aliran yang ditentukan akan dicari kapasitas perpindahan panas yang terjadi dari alat

Tc,i – Tc,o Selanjutnya, nilai efektivitas shell and tube heat exchanger dapat dihitung menggunakan persamaan : Dikarenakan nilai Qmax laju perpindahan kalor maksimal yang mungkin