• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Polyethylene Glycol (PEG) Pada Berbagai Wadah Simpan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Daya Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Polyethylene Glycol (PEG) Pada Berbagai Wadah Simpan"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA SIMPAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)

DENGAN PEMBERIAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG)

PADA BERBAGAI WADAH SIMPAN

Oleh:

SRINIDIYANTI MISRUN 060301052/BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DAYA SIMPAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)

DENGAN PEMBERIAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG)

PADA BERBAGAI WADAH SIMPAN

SKRIPSI

Oleh:

SRINIDIYANTI MISRUN 060301052/AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Penelitian : Daya Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Polyethylene Glycol (PEG) Pada Berbagai Wadah Simpan

Nama : Srinidiyanti Misrun

NIM : 060301052

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

(4)

ABSTRAK

SRINIDIYANTI MISRUN. Daya Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Polyethylene Glycol (PEG) Pada Berbagai Wadah Simpan. Dibawah bimbingan RATNA ROSANTY LAHAY dan SANGGAM SILITONGA.

Kakao merupakan tanaman yang sifat bijinya rekalsitran. Pemberian PEG dan penggunaan wadah simpan diharapkan dapat meningkatkan daya simpan benih kakao selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya simpan benih kakao (Theobroma cacao L.) dengan pemberian PEG pada berbagai wadah simpan. Penelitian dilakukan di lahan penelitian di Hataran Jawa II, Kab. Simalungun, mulai Februari 2010 hingga April 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan petak-petak terbagi dengan 3 ulangan. Lama penyimpanan ditempatkan pada petak-petak utama terdiri dari 4 taraf, konsentrasi PEG ditempatkan pada anak petak terdiri dari 4 taraf dan wadah simpan ditempatkan pada anak-anak petak, terdiri dari 3 taraf.

Hasil penelitian menunjukkan hingga 4 hari penyimpanan dengan konsentrasi PEG 45 % pada semua wadah simpan, persentase benih berkecambah di penyimpanan dapat ditekan menjadi 2,90 %,; dan dapat dipertahankan hingga 16 hari penyimpanan dengan konsentrasi PEG 45 % pada wadah simpan plastik berlubang. Persentase benih berjamur dan kadar air benih semakin meningkat dengan bertambahnya periode simpan tetapi kadar air benih meningkat hingga 12 hari penyimpanan dan akan menurun pada penyimpanan 16 hari.

Kata kunci: kakao, lama penyimpanan, polyethylene glycol, wadah simpan

ABSTRAK

SRINIDIYANTI MISRUN. The storage capacity of cacao seeds

(Theobroma cacao L.) through giving Polyethylene Glycol (PEG) in the various of

storage containers, supervised by RATNA ROSANTI LAHAY and

SANGGAM SILITONGA.

Cacao is a plant which it’s seed character is recalcitrant. Giving PEG and using various of storage containers was hoped to increase storage capacity of cacao seeds as long as period of saving. The research was aimed to identify the storage capacity of cacao seeds through giving PEG in the various of storage containers. Research took place in Hataran Jawa II, Kab. Simalungun, in February 2010 until April 2010. The method of this research is split-split plot design with 3 replication. Storage period was put on main factor which was consisted of 4 levels, PEG concentration was put on second factor, consisted of 4 types and storage container was put on the third factor consisted of 3 levels.

The results showed that until 4 days at storage with 45 % PEG concentration at all storage container, percentage of seed germination at storage can be decreased to be 2,90%; and can be defensed until 16 days with 45 % PEG concentration at perforated plastic of storage container. Percentage of molded seeds and Seed moisture content were increased with added period of storage but Seed moisture content were increased until 12 days at storage and was decreased at 16 days in storage.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Hataran Jawa pada tanggal 04 September 1988, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Soekadir Misrun dan Ibunda Ani.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Pematang Siantar dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Daya Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Polythylene Glycol (PEG) Pada Berbagai Wadah Simpan”.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ayahanda Soekadir Misrun dan ibunda Ani yang telah memberi dukungan moril maupun materil dan juga sebagai pembimbing lapangan selama pelaksanaan penelitian; abang dan kakak penulis yang memberikan semangat; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP. dan Ir. Sanggam Silitonga, selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis mulai dari penetapan judul, penelitian sampai penulisan skripsi; staf pengajar dan pegawai Departemen Budidaya Pertanian FP USU, serta rekan-rekan mahasiswa BDP stambuk 2006; para asisten Laboratorium Agroklimatologi I dan semua pihak yang berperan sampai penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dihargai. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat.

Medan, Juni 2010

(7)

DAFTAR ISI

Botani Tanaman Kakao ... 5

Syarat Tumbuh Kakao ... 7

Iklim ... 7 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

Pengamatan parameter di penyimpanan ... 17

Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) ... 17

Persentase benih berjamur di penyimpanan (%) ... 17

Kadar air benih (%) ... 17

Pengamatan parameter di persemaian Persentase perkecambahan benih (%) ... 18

Laju perkecambahan (Rata-rata hari) ... 18

Panjang hipokotil (cm) ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Sumber benih ... 18

(8)

Perlakuan konsentrasi PEG ... 19

Penyimpanan benih ... 19

Pengecambahan benih ... 19

Penyiraman ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) ... 21

Persentase benih berjamur di penyimpanan (%) ... 26

Kadar air benih (%)... 30

Persentase benih berkecambah di persemaian (%) ... 35

Laju perkecambahan (hari) ... 37

Panjang hipokotil ... 43

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 47

Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA

...50

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal. 1.Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) pada interaksi

perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG ... 21 2.Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) pada interaksi

perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan ... 22 3.Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) pada interaksi

perlakuan lama penyimpanan, konsentrasi PEG dan wadah simpan 24 4.Persentase benih berjamur di penyimpanan (%) pada interaksi

perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan... ... 26 5.Persentase benih berjamur di penyimpanan (%) pada interaksi

perlakuan konsentrasi PEG dengan wadah simpan... ... 28 6.Kadar air benih (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan

dengan wadah simpan ... 31 7.Kadar air benih (%) pada kombinasi perlakuan lama penyimpanan

dengan konsentrasi PEG ... 32 8.Persentase benih berkecambah di persemaian (%) pada interaksi

perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan ... 35 9.Laju perkecambahan (hari) pada interaksi perlakuan lama

penyimpanan dengan konsentrasi PEG ... 38 10.Laju perkecambahan (hari) pada interaksi perlakuan konsentrasi

PEG dengan wadah simpan ... 39 11.Laju perkecambahan (hari) pada interaksi perlakuan lama

penyimpanan, konsentrasi PEG dan wadah simpan ... 41 12.Panjang hipokotil (cm) pada interaksi perlakuan lama

penyimpanan dengan wadah simpan ... 43 13.Panjang hipokotil (cm) pada interaksi perlakuan lama

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal. 1. Hubungan antara persentase benih berkecambah pada interaksi

perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG ... 22 2. Hubungan antara persentase benih berkecambah di penyimpanan

(%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan ... 23 3. Hubungan antara persentase benih berjamur di penyimpanan

pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan. ... 27 4. Hubungan antara persentase benih berjamur di penyimpanan

pada interaksi perlakuan konsentrasi PEG dengan wadah simpan. ... 28 5. Hubungan antara kadar air benih pada interaksi perlakuan lama

penyimpanan dengan wadah simpan. ... 31 6. Hubungan antara kadar air benih pada interaksi perlakuan lama

penyimpanan dengan konsentrasi PEG. ... 33 7. Hubungan antara persentase benih berkecambah di persemaian

pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan ... 36 8. Hubungan antara laju perkecambahan pada interaksi perlakuan

lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG ... 38 9. Hubungan antara laju perkecambahan pada interaksi perlakuan

konsentrasi PEG dengan wadah simpan ... 38 10.Hubungan antara panjang hipokotil pada interaksi perlakuan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan penelitian di penyimpanan ... 51

2. Jadwal kegiatan ... 52

3. Deskripsi kakao Klon DR 38 ... 53

4. Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) ... 54

5. Sidik ragam persentase benih berkecambah di penyimpanan ... 55

6. Persentase benih berjamur di penyimpanan (%) ... 56

7. Sidik ragam persentase benih berjamur di penyimpanan ... 57

8. Kadar air benih (%) ... 58

9. Sidik ragam kadar air benih ... 59

10. Persentase perkecambahan benih di persemaian(%) ... 60

11. Sidik ragam persentase perkecambahan benih di persemaian ... 61

12. Laju perkecambahan benih (hari)... 62

13. Sidik ragam laju perkecambahan benih ... 63

14. Panjang hipokotil (cm) ... 64

15. Sidik ragam panjang hipokotil ... 65

16. Rangkuman uji beda rataan pengamatan parameter ... 66

17. Kadar air benih sebelum penyimpanan ... 67

18. Photo Benih... 68

19. Photo Kecambah ... 68

20. Photo Ruang Penyimpanan ... 69

21. Photo Wadah Simpan ... 69

(12)
(13)

ABSTRAK

SRINIDIYANTI MISRUN. Daya Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Polyethylene Glycol (PEG) Pada Berbagai Wadah Simpan. Dibawah bimbingan RATNA ROSANTY LAHAY dan SANGGAM SILITONGA.

Kakao merupakan tanaman yang sifat bijinya rekalsitran. Pemberian PEG dan penggunaan wadah simpan diharapkan dapat meningkatkan daya simpan benih kakao selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya simpan benih kakao (Theobroma cacao L.) dengan pemberian PEG pada berbagai wadah simpan. Penelitian dilakukan di lahan penelitian di Hataran Jawa II, Kab. Simalungun, mulai Februari 2010 hingga April 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan petak-petak terbagi dengan 3 ulangan. Lama penyimpanan ditempatkan pada petak-petak utama terdiri dari 4 taraf, konsentrasi PEG ditempatkan pada anak petak terdiri dari 4 taraf dan wadah simpan ditempatkan pada anak-anak petak, terdiri dari 3 taraf.

Hasil penelitian menunjukkan hingga 4 hari penyimpanan dengan konsentrasi PEG 45 % pada semua wadah simpan, persentase benih berkecambah di penyimpanan dapat ditekan menjadi 2,90 %,; dan dapat dipertahankan hingga 16 hari penyimpanan dengan konsentrasi PEG 45 % pada wadah simpan plastik berlubang. Persentase benih berjamur dan kadar air benih semakin meningkat dengan bertambahnya periode simpan tetapi kadar air benih meningkat hingga 12 hari penyimpanan dan akan menurun pada penyimpanan 16 hari.

Kata kunci: kakao, lama penyimpanan, polyethylene glycol, wadah simpan

ABSTRAK

SRINIDIYANTI MISRUN. The storage capacity of cacao seeds

(Theobroma cacao L.) through giving Polyethylene Glycol (PEG) in the various of

storage containers, supervised by RATNA ROSANTI LAHAY and

SANGGAM SILITONGA.

Cacao is a plant which it’s seed character is recalcitrant. Giving PEG and using various of storage containers was hoped to increase storage capacity of cacao seeds as long as period of saving. The research was aimed to identify the storage capacity of cacao seeds through giving PEG in the various of storage containers. Research took place in Hataran Jawa II, Kab. Simalungun, in February 2010 until April 2010. The method of this research is split-split plot design with 3 replication. Storage period was put on main factor which was consisted of 4 levels, PEG concentration was put on second factor, consisted of 4 types and storage container was put on the third factor consisted of 3 levels.

The results showed that until 4 days at storage with 45 % PEG concentration at all storage container, percentage of seed germination at storage can be decreased to be 2,90%; and can be defensed until 16 days with 45 % PEG concentration at perforated plastic of storage container. Percentage of molded seeds and Seed moisture content were increased with added period of storage but Seed moisture content were increased until 12 days at storage and was decreased at 16 days in storage.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan

setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

(15)

Indonesia juga memiliki potensi kakao sangat besar dan menduduki posisi kedua sebagai produsen kakao dunia. Berdasarkan analisis Departemen Pertanian tahun 2007, proyeksi total ekspor kakao Indonesia akan mencapai 624.241 ton, atau meningkat 27% dari volume ekspor tahun 2006. Pada tahun 2008 diproyeksikan total ekspor Indonesia mencapai 701.269 ton atau meningkat 12% dari tahun 2007. Hanya saja, industri kita masih mengekspor kakao dalam bentuk biji dan bubuk kakao, sehingga penciptaan nilai tambahnya masih minim (Setiawan, 2009).

Menurut Hansen dan Haunter, (1960) bahwa benih kakao yang dikeluarkan dari buahnya tanpa disimpan dengan baik akan berkecambah dalam waktu 3-4 hari dan dalam keadaan normal akan kehilangan daya tumbuhnya setelah 10-15 hari. Daya tumbuh benih kakao dapat dipertahankan selama 10 hari jika berada di dalam buah,tetapi pengiriman benih dalam bentuk buah biayanya mahal karena 70% berat buat merupakan berat kulit buahnya dan membawa risiko penyebaran hama dan penyakit seperti hama penggerek buah kakao (cacao moth) yang sangat berbahaya (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Perkecambahan biji selama penyimpanan dapat dihambat dengan menggunakan zat penghambat pertumbuhan diantaranya ialah Polyethylene glycol (PEG) yang bersifat mempertahankan potensi osmotik sel yang dapat digunakan untuk membatasi perubahan kadar air dan O2 pada medium perkecambahan atau

(16)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pemberian Polyethylene glycol terhadap daya simpan benih kakao dengan berbagai media simpan sehingga nantinya bermanfaat dalam hal pengiriman benih keluar daerah tanpa adanya benih yang berkecambah selama perjalanan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya simpan benih kakao (Theobroma cacao L.) dengan pemberian Polyethylene Glycol (PEG) pada berbagai wadah simpan.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan respon yang nyata akibat lama penyimpanan, konsentrasi PEG, wadah simpan, interaksi antara lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG, lama penyimpanan dengan wadah simpan, konsentrasi PEG dengan wadah simpan

serta interaksi ketiga faktor tersebut terhadap viabilitas benih kakao (Theobroma cacao L.)

Kegunaan Penelitian

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kakao

Kakao diklasifikasikan dalam dua jenis, kakao bulk dan kakao fine flavour. Kakao bulk atau kakao lindak berasal dari pohon-pohon forastero yang ditemukan di seluruh Afrika Barat dan Brasilia, sedangkan kakao fine flavour pada umumnya berasal dari pohon-pohon Criollo dan Trinitario yang ditemukan di Karibia, Venezuela, Indonesia dan Papua Nugini (Spillina , 1995)

Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat dari panjang 1 cm pada umur satu minggu, mencapai 16-18 cm pada umur satu bulan, dan 25 cm pada umur tiga bulan. Setelah itu laju pertumbuhannya menurun dan untuk mencapai panjang 50 cm memerlukan waktu dua tahun. Pada saat berkecambah pula, hipokotil memanjang dan mengangkat kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut dengan fase serdadu. Fase kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti dengan memanjangnya epikotil dan tumbuhnya empat lembar daun pertama. Keempat daun tersebut sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku-bukunya sangat pendek sehingga tampak tumbuh dari satu ruas. Pertumbuhan berikutnya berlangsung

secara periodik dengan interval waktu tertentu (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

(18)

perempatan atau jorquette dengan 4-6 cabang primer tumbuh ke samping atau yang disebut cabang plagiotrop (Poedjiwidodo, 1996).

Daun kakao memiliki dua persendian atau cartilation yang terikat pada pangkal dan tangkai daun. Tangkai daun bersisik halus dan membentuk sudut 30-600 dan berbentuk silinder. Warna daun muda kemerahan sampai merah bergantung pada varietasnya (Siregar dkk, 2000).

Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop, panjang tangkai daunnya hanya 2,5 cm. Tangkai daun berbentuk silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Susanto, 1994).

Jumlah bunga tanaman kakao dalam satu pohon mencapai antara 5000-12000 bunga dalam satu tahun. Akan tetapi jumlah bunga matang yang dihasilkan hanya 1% saja. Bunga kakao terdiri dari dari 5 helai daun kelopak dan 10 helai

benang sari. Diameter bunga 1,5 cm dan panjang tangkai bunga 2-5 cm (Wood and Lass, 1987).

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika masak berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye). Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Buah akan masak setelah

(19)

Syarat Tumbuh

Iklim

Tempat pembibitan mutlak mendapat naungan yang cukup. Naungan yang baik dengan fungsi utama menahan sebagian sinar matahari dan angin kencang. Naungan tambahan berupa atap dengan fungsi mengurangi intensitas penyinaran dan tetesan air hujan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Keadaan iklim yang sesuai untuk tanaman kakao, antara lain : Curah hujan cukup dan terdistribusi merata, dengan jumlah curah hujan 1500-2500 mm/tahun, dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bulan; suhu rata-rata antara 15 – 300 C, dengan suhu optimum 25,50 C; fluktuasi suhu harian tidak lebih dari 90 C dan tidak ada angin bertiup kencan

Pada tanaman kakao muda dalam melakukan proses fotosintesis menghendaki intensitas cahaya yang rendah, setelah itu berangsur-angsur memerlukan intensitas cahaya yang lebih tinggi sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Intensitas cahaya matahari bagi tanaman kakao yang berumur antara 12-18 bulan sekitar 30-60% dari sinar penuh, sedangkan untuk tanaman yang menghasilkan menghendaki intensitas cahaya matahari sekitar 50-75% dari sinar matahari penuh (Syamsulbahri, 1996).

Kakao tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl. Kebutuhan curah hujan sekitar 1100-3000 mm per tahun. Tanaman ini tidak memerlukan penyinaran matahari secara langsung (Pursglove, 1997).

(20)

18-21oC. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan daun adalah kelembaban nisbi. Tanaman kakao yang tumbuh pada areal yang mempunyai kelembaban nisbi antara 50-60% mempunyai daun yang lebat dan berukuran besar, dibandingkan dengan pertanaman kakao yang tumbuh pada areal yang mempunyai kelembaban nisbi 70-80%. Pada areal yang mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi, daun cenderung keriting dan menyempit pada ujung daun. Di samping itu pula dengan kelembaban nisbi yang tinggi, dapat menimbulkan penyakit akibat jamur (Syamsulbahri, 1996).

Tanah

Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah yang bila musim hujan drainase baik dan pada musim kemarau dapat menyimpan air. Hal ini dapat terpenuhi bila tanah memiliki tekstur sebagai berikut: fraksi pasir sekitar 50 %, fraksi debu sekitar 10-20% dan fraksi lempung sekitar 30-40%. Jadi tekstur tanah yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Susanto, 1994).

Kakao memerlukan pH tanah yang netral atau berkisar 5,6-6,8 agar dapat tumbuh dengan baik. Sifat ini khusus berlaku untuk tanah atas (top soil), sedangkan tanah bawah (subsoil) keasaman tanah sebaiknya netral, agak asam atau agak basa. Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu diatas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorpsi) hara, dan daya simpan lengas tanah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

(21)

dan drainase yang baik sehingga tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Wood and Lass, 1987).

Kakao pada umumnya ditanam pada ketinggian 0-800 m dpl. Tekstur tanah yang diperlukan adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir dan 10-20% debu. Tanah yang banyak mengandung humus dan bahan organik dengan pH antara 6,0-7,0, kedalaman air + 3 meter dan berdrainase baik, cocok bagi pertumbuhan kakao (Poedjiwidodo, 1996).

Benih kakao

Pada umur 143-170 hari buah telah mencapai ukuran maksimal dan mulai masak yang ditandai dengan perubahan warna kulit buah yang semula berwarna hijau muda dan hijau akan berubah menjadi kuning sedang buah yang berwarna merah atau merah muda berubah menjadi jingga. Lamanya pemasakan buah tergantung jenis kakao dan ketinggian tempat tumbuhnya (Poedjiwidodo, 1996).

Benih kakao termasuk golongan benih rekalsitran, sehingga memerlukan penanganan yang khusus. Arti dari benih rekalsitran sebagai berikut: ketika masak fisiologis kadar airnya tinggi, yakni lebih dari 40 %; viabilitas benih akan hilang di bawah ambang kadar air yang relatif tinggi (lebih dari 25%); sifat benih ini tidak mengikuti kaidah Harrington yang berbunyi “Pada kadar air 4-15%, peningkatan kadar air 1% dapat menurunkan periode hidup benih setengahnya. Demikian pula halnya dengan suhu, peningkatan 50 C pada kisaran 0-500 C dapat menurunkan umur simpan benih setengahnya; untuk bertahan dalam penyimpanan

(22)

Untuk budidaya kakao perbanyakan tanaman kakao secara generatif dengan menggunakan benih yang berasal dari sembarang biji tidak dibenarkan. Benih diambil dari tanaman kakao yang sudah berproduksi, baik dari pertanaman kakao klonal maupun kakao hibrida. Biji kakao yang baik untuk benih adalah berukuran besar, bernas (tidak kosong), bebas dari hama penyakit dan biji tidak kadaluarsa (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Penyimpanan benih

Untuk mendapatkan benih yang baik, sebelum disimpan biji harus benar-benar masak di pohon dan sudah mencapai kematangan fisiologis. Karena selama masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal tersebut, yang tidak dapat dihentikan lajunya (Sutopo, 1985).

Kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup biji. Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, tetapi beberapa biji dapat hidup lama bila terendam dalam air (misalnya juncus sp. terbenam selama tujuh tahun atau lebih). Berbagai biji lokal seperti biji kapri dan kedelai, tetap mapu tumbuh lebih lama bila kandungan airnya diturunkan dan biji disimpan pada suhu rendah. Penyimpanan dalam botol pada suhu sedang sampai tinggi biasanya menyebabkan biji kehilangan air, dan sel akan pecah bila biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara yang merupakan bahan yang baik bagi pertumbuhan patogen (Salisbury and Ross, 1995).

(23)

kehilangan viabilitas benih Kentucky blugrass yang baru dipanen berkorelasi dengan kadar air benihnya serta lamanya benih disimpan pada suhu tertentu. Benih berkadar air 54% disimpan pada suhu 300C selama 45 jam kehilangan daya kecambah sebanyak 20%. Tetapi benih berkadar air 44% akan tahan pada suhu 450C selama 36 jam tanpa kehilangan viabilitasnya. Benih berkadar air 22 dan 11% tidak menunjukkan kehilangan viabilitas pada suhu 500C selama 45 jam (Justice and Louis, 1994).

Pengiriman benih yang banyak dilakukan adalah dengan menghilangkan daging buah (pulp), menyucihamakan dan mencampurnya dengan serbuk arang lembap, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diberi lubang aerasi. Dengan cara seperti ini, ternyata masih banyak benih yang berkecambah selama penyimpanan atau pengiriman. Penyebabnya adalah faktor lingkungan

seperti air dan oksigen masih berpengaruh (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

(24)

Kendala utama dalam penyimpanan benih kakao adalah banyaknya benih berkecambah karena tidak memiliki masa dormansi. Berkaitan dengan hal itu berbagai usaha untuk mencegah perkecambahan dalam penyimpanan telah dilakukan oleh peneliti untuk mempertahankan daya kecambah selama penyimpanan. Penelitian Ashiru (1970) mempelajari pengaruh aerasi selama penyimpanan terhadap daya tumbuh benih. Hasilnya benih kakao yang disimpan di dalam kantong plastik yang diberi lubang aerasi, daya tumbuhnya lebih tinggi daripada benih yang disimpan didalam wadah tertutup.

Polyethylene glycol (PEG)

Polyethylene glycol (PEG) dengan rumus molekul (HO-CH2-(CH2-O-CH2)x-CH2-OH) merupakan senyawa polimer berantai panjang, tidak berubah (inert), bukan ionik dan tidak beracun (Krizek, 1985). PEG-6000, biasa dipakai untuk menciptakan substrat bertekanan osmosis tinggi tanpa dampak peracunan (Sadjad, 1994).

PEG-6000 adalah polyethylene Glycol H (O-CH2-CH2)nOH harga n 158 dan 204 dengan BM 7000 sampai 9000. Berupa serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis tidak berbau dan tidak berasa. Kelarutan PEG-6000 yaitu mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform P, serta praktis tidak larut dalam eter P. PEG 6000 mempunyai berat jenis 1.080 g/cm3, titik lebur 550C sampai 630 C, titik beku 550 C sampai 610 C. Khasiatnya sebagai zat tambahan (Umar,dkk, 2009).

(25)

potensi osmotik sel yang dapat digunakan untuk membatasi perubahan kadar air dan O2 pada medium perkecambahan atau penyimpanan sehingga molekul PEG

yang berada di luar membran sel benih akan membentuk lapisan tipis yang melindungi benih dan berfungsi sebagai penyangga kadar air benih dan keluar masuknya oksigen (Rahardjo, 1986).

Hasil penelitian benih kakao terdahulu pada perlakuan tanpa dan dengan PEG 20 persen benih kakao yang disimpan telah mengeluarkan akar dan telah berkecambah setelah disimpan selama 2 (dua) minggu, sedangkan pada penyimpanan konsentrasi 40 dan 60 persen tidak didapati benih yang berkecambah sampai penyimpanan 5 (lima) minggu (Adelina, 1997). Pemakaian PEG sangat berhasil dilakukan pada tanaman karet, hasil penelitian Charloq (2007) menunjukkan peranan PEG dalam menekan absorbsi air ke dalam benih, pada perlakuan PEG 45% disertai lama penyimpanan hingga 16 hari mampu menghasilkan perkecambahan karet sebesar 70 %.

Perkecambahan benih

(26)
(27)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Jl. Hataran Jawa II Simp. Murni Kab. Simalungun dan Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat + 118 m dpl, dari bulan Februari 2010 hingga April 2010.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao klon DR 38, Polyethylene Glycol-6000, Fungisida Delsene MX-80 WP, pasir, air, abu gosok, sekam, serbuk gergaji.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu pemecah buah, kantung plastik, kardus, lak ban, oven, becker glass, bak perkecambahan, ember, timbangan analitik, handsprayer, dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak – Petak Terbagi (Split-Split Plot Design) dengan tiga faktor perlakuan, yaitu:

Petak Utama

Faktor I : Lama penyimpanan benih (T) dengan empat taraf, yaitu: T1 : 4 hari T3 : 12 hari

(28)

Anak Petak

Faktor II : Konsentrasi PEG-6000 (P) dengan empat taraf, yaitu: Po : Konsentrasi PEG 0%

P1 : Konsentrasi PEG 15% P2 : Konsentrasi PEG 30% P3 : Konsentrasi PEG 45%

Anak-anak Petak

Faktor III : Wadah simpan (S) dengan 3 taraf, yaitu S0 : Wadah kantung plastik berlubang

S1 : Wadah kantung plastik dengan serbuk gergaji S2 : Wadah kantung plastik dengan abu sekam

Dengan demikian diperoleh 4 x 4 x 3 = 48 kombinasi perlakuan dimana setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Sehingga jumlah unit percobaan 144 unit. Pada tiap unit percobaan digunakan 30 benih kakao sehingga total benih yang digunakan 3600 benih.

Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis berdasarkan model linier dari Rancangan Petak-Petak Terpisah sebagai berikut (Gomez dan Gomez, 1995):

Yijkl = μ+ ρi + αj + ∂ij + βk +(αβ)jk + ∆ijk + γl + (αγ)jl + (βγ)kl + (αβγ) jkl + εijkl

Dimana:

i = 1,2,3 j = 1,2,3

(29)

Y

ijkl

=

Nilai pengamatan pada anak-anak petak yang diberi

penyimpanan taraf ke-l dan konsentrasi PEG taraf ke-k, media simpan benih taraf ke-j diulangi ke -i

μ

= Nilai tengah/rata rata populasi

ρ

i

= Pengaruh ulangan ke-i

α

j

= Pengaruh media simpan benih ke-j

∂ij = Galat pada petak utama yang menerima media simpan benih taraf

ke-j diulang ke-i

β

k

= Pengaruh konsentrasi PEG taraf ke-k

(

αβ

)

jk

=

Pengaruh interaksi antara perlakuan media simpan benih pada

taraf ke-j dengan konsentrasi PEG taraf ke-k

∆ijk = Pengaruh galat pada anak petak yang mendapat konsentrasi PEG

taraf ke-k dan media simpan benih taraf ke-j diulang ke-i

γl = Pengaruh lama penyimpanan taraf ke-i

(αγ)jl = Pengaruh interaksi media simpan benih taraf ke-j dengan lama

penyimpanan taraf ke-i dengan lama penyimpanan taraf ke-i

(βγ)kl = Pengaruh interaksi konsentrasi PEG taraf ke-k dengan lama

penyimpanan taraf ke-l

(αβγ)jkl= Pengaruh interaksi media simpan benih taraf ke-j dengan

konsentrasi PEG taraf ke-k dengan lama penyimpanan taraf ke-l

ε

ijkl

=

Galat pada anak-anak petak yang mendapat lama penyimpanan

(30)

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf F tabel 5 %. Pengujian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh setiap perlakuan maupun kombinasi perlakuan terhadap parameter yang diamati.

Pengamatan parameter di penyimpanan

Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%)

Persentase benih berkecambah pada penyimpanan dihitung dengan rumus: Jumlah benih berkecambah

% Benih berkecambah = ______________________ x 100% Jumlah benih disimpan

Persentase benih berjamur di penyimpanan (%)

Persentase benih berjamur pada penyimpanan dihitung dengan rumus: Jumlah benih berjamur

% Benih berjamur = ______________________ x 100% Jumlah benih disimpan

Kadar air benih (%)

Pengukuran kadar air benih dilakukan dua kali yakni sebelum benih diberi perlakuan (sebelum penyimpanan) dan setelah benih disimpan sesuai dengan perlakuan benih, masing-masing digunakan sebanyak 5 biji. Kadar air benih diukur dengan cara mengovenkan sampel pada suhu 1050C selama 24 jam dengan rumus:

Berat Basah- Berat Kering

(31)

Pengamatan parameter di persemaian

Persentase benih berkecambah (%)

Persentase benih berkecambah dalam pengecambahan 14 hari setelah persemaian benih, dihitung dengan rumus:

Jumlah benih berkecambah

% Benih berkecambah = ______________________ x 100% Jumlah benih dikecambahkan

Laju perkecambahan (Rata-rata hari)

Laju perkecambahan ini dinyatakan dalam rata-rata hari berkecambah, dihitung dengan rumus:

N1T1 + N2T2 +...+NxTx Rata-rata hari berkecambah = ______________________

Total benih berkecambah

Panjang hipokotil (cm)

Pengukuran ini dilakukan pada hari ke-14 setelah benih dikecambahkan. Pengukuran dimulai dari atas radikel sampai batas terangkatnya kotiledon.

Pelaksanaan Penelitian

Sumber benih

(32)

Pembersihan pulp dan pemberian fungisida

Buah kakao dibelah dengan alat pemukul, kemudian diambil biji pada bagian tengah buah, dan dibersihkan daging buah (pulp) biji kakao dengan abu gosok. Setelah pulp bersih, dicuci dengan air dan direndam selama 5 menit dalam larutan fungisida Delsene MX-80 WP dengan konsentrasi 2 g/l air selanjutnya dikeringanginkan selama 1 jam.

Perlakuan konsentrasi PEG

Benih-benih yang telah direndam dengan fungisida selanjutnya dimasukkan kedalam larutan PEG-6000 (gr/vol) selama 10 menit sesuai dengan taraf konsentrasi perlakuan dan selanjutnya dikeringanginkan selama 5 jam.

Penyimpanan benih

Benih yang telah diberi perlakuan disimpan dalam media sesuai dengan perlakuan media simpan dimana serbuk gergaji serta abu sekam yang akan digunakan sebagai media simpan, direndam dengan fungisida Delsene MX 200 terlebih dahulu lalu dikeringanginkan dan selanjutnya disimpan kedalam ruangan yang bertemperatur suhu kamar selama 4,8,12,16 hari.

Pengecambahan benih

(33)

Penyiraman

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%)

Data pengamatan persentase benih berkecambah di penyimpanan disajikan pada Lampiran 4 dan sidik ragam pada Lampiran 5. Dari hasil analisis sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin x terlihat bahwa perlakuan lama penyimpanan (T), konsentrasi PEG (P), wadah simpan (S), interaksi dua perlakuan T x P ; T x S ; P x S dan interaksi tiga perlakuan T x P x S berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di penyimpanan. Rataan persentase benih berkecambah dengan interaksi perlakuan lama penyimpanan, konsentrasi PEG serta wadah simpan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG.

Lama Penyimpanan (T)

PEG (P) Rataan

P0 = 0% P1 = 15 % P2 = 30 % P3 = 45 %

T1 = 4 hari 22,85 f 16,47 fg 12,11 gh 2,90 h 13,58 T2 = 8 hari 68,01 ab 62,21 bc 56,41 c 32,21 e 54,71 T3 = 12 Hari 74,25 a 58,16 c 46,49 d 43,71 d 55,65 T4 = 16 Hari 8,32 h 4,24 h 2,90 h 3,74 h 4,80 Rataan 43,35 35,27 29,48 20,64

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %.

(35)

Grafik rataan persentase benih berkecambah pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG tertera pada Gambar 1.

Ў T2 = 67,087 + 0,1654x - 0,0204x2

Gambar 1. Hubungan antara persentase benih berkecambah pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG.

Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa pada T1 membentuk hubungan yang bersifat linier dengan persentase benih berkecambah di penyimpanan semakin menurun dengan bertambahnya konsentrasi PEG, pada T2 dan T3 membentuk hubungan yang bersifat kuadratik sedangkan pada T4 tidak nyata.

Rataan persentase benih berkecambah dengan interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan.

Lama Penyimpanan

(36)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase benih berkecambah di penyimpanan pada T1 (4 hari ) dengan plastik berlubang (S0), yaitu 29,03 % yang berbeda tidak nyata pada T3 (12 hari) yaitu 23,77 % tetapi berbeda nyata pada T2 (8 hari) yakni 51,45 % dan pada T4 (16 hari) yaitu 6,71 %. Pada wadah simpan S1 (serbuk gergaji) persentase benih berkecambah di penyimpanan pada T1 (4 hari) yaitu 4,16 % yang berbeda tidak nyata dengan T4 (16 hari) yaitu 3,53 %.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada wadah simpan S2 (abu sekam) persentase benih berkecambah di penyimpanan pada T1(4 hari) yaitu 7,56 % berbeda tidak nyata dengan T4 (16 hari) yaitu 4,16 % selain itu juga persentase benih berkecambah pada T3 (12 hari ) yaitu 82,62 % berbeda tidak nyata dengan T2 (8 hari) yaitu 77,53 %.

Grafik rataan persentase benih berkecambah pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan perlakuan wadah simpan Gambar 2.

Ў S2 = 145,32 + 47,156x - 2,3669x2

(37)

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada wadah simpan S0, S1, S2 terhadap persentase benih berkecambah di penyimpanan membentuk hubungan yang bersifat kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa lama penyimpanan optimum pada S0 yaitu 8,06 hari dengan persentase benih berkecambah yaitu 42,07 %.

Rataan persentase benih berkecambah dengan kombinasi perlakuan lama penyimpanan, konsentrasi PEG dan wadah simpan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) pada interaksi

perlakuan lama penyimpanan, konsentrasi PEG dan wadah simpan. Lama

Penyimp.(T)

PEG (P) (%)

Wadah Simpan (S) Rataan

S0 S1 S2

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %.

(38)

walaupun pada lama penyimpanan T4 (16 hari) persentase benih berkecambah rendah, tetapi menunjukkan gejala sudah menurunnya daya tumbuh benih.

Dari Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan T1 (4 hari) dengan P3 (45 %) memiliki persentase benih berkecambah yang berbeda tidak nyata walaupun disimpan pada wadah simpan S1 (plastik berlubang), S2 (serbuk gergaji), dan S2 (abu sekam) yaitu 2,90 %.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase benih berkecambah selama penyimpanan T1 (4 hari) masih rendah dengan rataan terendah pada interaksi perlakuan T1P3S0, T1P2S1, T1P3S1,T1P3S2. Benih kakao masih dapat dipertahankan untuk disimpan selama 4 hari karena benih yang berkecambah selama penyimpanan masih rendah dan tetap memiliki viabilitas yang baik walaupun disimpan pada berbagai wadah simpan. Perlakuan lama penyimpanan menunjukkan bahwa semakin lama benih disimpan semakin menurun daya kecambah benihnya, dimana persentase benih berkecambah yang terendah diperoleh pada lama penyimpanan 16 hari (T4). Pada saat disimpan benih akan mengalami kemunduran baik morfologi maupun fisiologi dan dengan tetap berlangsungnya proses respirasi pada benih yang menghasilkan panas, air dan karbondioksida akan terjadi pengurangan zat makanan di dalam benih yang akhirnya akan menurunkan daya kecambah dan kecepatan berkecambahnya benih (Sadjad, 1994).

(39)

benih. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi PEG yang digunakan dapat menurunkan jumlah benih berkecambah selama penyimpanan walaupun tidak dapat mencegah benih berkecambah hingga 0%. Raharjo (1986) mengemukakan bahwa sel-sel benih memiliki nilai osmotik tertentu yang sama atau hampir sama dengan nilai osmotik kakao, diharapkan mampu mencegah berlangsungnya imbibisi sehingga proses perkecambahan benih tidak akan terjadi sebab imbibisi adalah syarat utama berlangsungnya perkecambahan.

Persentase benih berjamur di penyimpanan (%)

Data pengamatan persentase benih berjamur pada penyimpanan disajikan pada Lampiran 6 dan sidik ragam pada Lampiran 7. Dari hasil analisis sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin x terlihat bahwa lama penyimpanan (T), wadah simpan (S), interaksi dua perlakuan T x S; P x S berpengaruh nyata terhadap persentase benih berjamur di penyimpanan, dan konsentrasi PEG (P), interaksi dua perlakuan T x P; dan interaksi 3 perlakuan T x P x S berpengaruh tidak nyata terhadap persentase benih berjamur. Rataan persentase benih berjamur di penyimpanan pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase benih berjamur di penyimpanan (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan.

Lama Penyimpanan (T)

Wadah simpan (S) Rataan

S0 S1 S2

(40)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase benih berjamur di penyimpanan pada periode simpan T1 (4 hari) dengan wadah simpan plastik berlubang (S0) yakni sebesar 2,90 % yang berbeda tidak nyata dengan T2 (8 hari) yakni 3,53 % tetapi berbeda nyata pada T3 (12 hari) yakni 13,14 % dan pada T4 (16 hari) yakni 24,70.

Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa selama 4 hari penyimpanan (T1) jumlah benih berjamur sebesar 2,90 % tanpa menghiraukan wadah simpan yang digunakan.

Grafik rataan persentase benih berjamur pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan tertera pada Gambar 3.

Ў S0 = 5,9804 - 1,5412x + 0,1708x2

Gambar 3. Hubungan antara persentase benih berjamur di penyimpanan pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan.

(41)

Rataan persentase benih berjamur di penyimpanan pada interaksi perlakuan konsentrasi PEG dengan wadah simpan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase benih berjamur di penyimpanan (%) pada interaksi

perlakuan konsentrasi PEG dengan wadah simpan.

PEG (P) Wadah simpan (S) Rataan

S0 S1 S2

P0 = 0 % 7,72 bcd 4,66 cd 4,16 d 5,51 P1 = 15 % 9,90 abc 12,12 ab 2,90 d 8,31 P2 = 30 % 12,89 ab 6,46 cd 4,16 d 7,84 P3 = 45 % 13,76 a 6,12 cd 3,91 d 7,93 Rataan 11,07 7,34 3,78

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase benih berjamur pada perlakuan P0 (0 %) dengan wadah simpan S1 (serbuk gergaji) yakni 4,66 % yang berbeda tidak nyata dengan P2 (30 %) yakni 6,46 % dan pada P3 (45 %) yakni 6,12 % tetapi berbeda nyata dengan P1 (15 %) yakni 12,12 %.

(42)

Grafik rataan persentase benih berjamur pada interaksi perlakuan konsnetrasi PEG dengan wadah simpan tertera pada Gambar 4.

Ў S0 = 7,9002 + 0,1408x

Gambar 4. Hubungan antara persentase benih berjamur di penyimpanan pada interaksi perlakuan konsentrasi PEG dengan wadah simpan.

Gambar 4 menunjukkan bahwa pada S0 membentuk hubungan yang bersifat linier positif, dengan bertambahnya konsentrasi PEG yang diberikan menyebabkan persentase benih berjamur juga semakin meningkat selama penyimpanan sedangkan perlakuan S1 dan S2 tidak nyata.

(43)

terlalu rendah, sedangkan jamur dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kadar air dan temperatur yang tinggi sehingga benih kakao rentan terhadap serangan jamur selama penyimpanan. Semakin lama benih disimpan, jamur akan terus berkembang sehingga menurunkan daya kecambah benih.

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa wadah simpan S0 (plastik berlubang) tidak mampu untuk menekan pertumbuhan jamur selama penyimpanan karena dengan pemberian lubang aerasi, oksigen dan udara bebas keluar dan masuk kedalam benih sehingga jamur dapat terbawa oleh udara dan melekat pada benih serta menyebar kepada benih lainnya. Pada wadah simpan S2 (abu sekam), persentase benih berjamur di penyimpanan relatif rendah bila dibandingkan dengan wadah simpan lainnya. Hal ini dikarenakan pada wadah simpan abu sekam telah melewati proses pembakaran sehingga mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran

Kadar Air Benih (%)

(44)

Tabel 6. Kadar air benih (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %.

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar air benih pada perlakuan T1 (4 hari) dengan wadah simpan S0 (plastik berlubang) yaitu 45,31 % berbeda nyata dengan wadah simpan S1 (serbuk gergaji) yaitu 35,88 % serta S2 (abu sekam) yakni 38,39 %.

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar air benih pada perlakuan T3 (12 hari) dengan wadah simpan S0 (plastik berlubang) yaitu 33,11 % berbeda nyata dengan wadah simpan S1 (serbuk gergaji) yaitu 45,84 % serta S2 (abu sekam) yakni 53,30 %.

Grafik rataan kadar air benih pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan tertera pada Gambar 5.

ŷS0 = 54,254 + -1,7222x

(45)

Gambar 5 menunjukkan bahwa pada S0 membentuk hubungan yang bersifat linier negatif menunjukkan bahwa kadar air benih akan menurun seiring dengan bertambahnya periode simpan. Pada S1 dan S2 membentuk hubungan yang bersifat kuadratik dengan lama penyimpanan optimum pada S2 yaitu 9,6 hari dengan kadar air benih yakni 53,68 % dan semakin menurun dengan bertambahnya periode simpan.

Rataan kadar air benih pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kadar air benih (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG.

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar air benih pada perlakuan P0 (0 %) dengan T3 (12 hari) yaitu 47,13 % yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P0 (0 %) dengan T2 (8 hari) yakni 45,88 % tetapi berbeda nyata dengan kadar air benih pada T1 (4 hari) yakni 41,33 % dan pada T4 (16 hari) yakni 24,87 %.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar air benih pada perlakuan T4 (16 hari) dengan P0 (0% PEG) yaitu 24,87 % berbeda nyata dengan perlakuan T4 (16 hari) dengan P1 (15 % PEG) yakni 20,06 % tetapi kadar air benih pada perlakuan T4P1 tidak berbeda nyata dengan T4P2 yaitu 18,07 % dan T4P3 yakni 20,05 %.

(46)

ŷ T1 =41,351+ 0,0556x - 0,0035x2

Gambar 6. Hubungan antara kadar air benih pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG.

Gambar 6 menunjukkan bahwa pada T1, T2, T4 membentuk hubungan yang bersifat kuadratik dengan kadar air mencapai optimum pada T2 (8 hari) dengan konsentrasi PEG 13,63% yakni sebesar 46,18%. Pada T3 membentuk hubungan yang bersifat linier negatif menunjukkan bahwa kadar air benih akan menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi PEG.

(47)

penurunan bila disimpan lebih lama karena terjadinya kemunduran viabilitas benih. Benih rekalsitran tidak tahan disimpan dalam jangka waktu yang lama dan akan terjadi proses kemunduran benih selama penyimpanan.

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar air benih pada perlakuan T1 (4 hari) dengan wadah simpan S0 (plastik berlubang) yaitu 45,31 % berbeda nyata dengan wadah simpan S1 (serbuk gergaji) yaitu 35,88 % serta S2 (abu sekam) yakni 38,39 %. Hal ini menunjukkan bahwa wadah simpan mempengaruhi perubahan kadar air benih selama penyimpanan. Pada wadah simpan plastik berlubang (S0) oksigen (O2) dan gas – gas lain dapat keluar dan masuk kedalam wadah simpan yang menyebabkan biji melakukan imbibisi. Serbuk gergaji memiliki sifat higroskopis sehingga uap air yang menempel pada serbuk gergaji akan diserap oleh biji sehingga penentuan wadah simpan amat menentukan berhubung benih kakao merupakan benih rekalsitran.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar air benih dengan rataan tertinggi terdapat pada konsentrasi PEG 0 % yakni sebesar 39,80%. Tanpa pemakaian PEG, proses imbibisi tidak dapat dihentikan sehingga benih akan terus melakukan absorbsi air sampai tercapai keseimbangan kadar air atau sampai jaringan benih mengandung air sebanyak 40 sampai 60 persen (Soetopo, 1985). Dari hasil penelitian diketahui bahwa kadar air benih terendah pada konsentrasi PEG 45%. Hal ini menunjukkan bahwa PEG dalam beberapa konsentrasi telah menunjukkan peranannya dalam menekan absorbsi air ke dalam benih. PEG bersifat mempertahankan potensi osmotik sel yang dapat digunakan untuk membatasi perubahan kadar air dan O2 pada medium perkecambahan atau penyimpanan

(48)

lapisan tipis yang melindungi benih dan berfungsi sebagai penyangga kadar air benih dan keluar masuknya oksigen (Rahardjo, 1986).

Persentase benih berkecambah di persemaian (%)

Dari data pengamatan persentase perkecambahan benih disajikan pada Lampiran 10 dan sidik ragam pada Lampiran 11. Dari hasil analisis sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin x terlihat bahwa lama penyimpanan (T), wadah simpan (S), interaksi dua perlakuan T x S, berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan benih, sedangkan konsentrasi PEG (P), interaksi dua perlakuan T x P; P x S, interaksi tiga perlakuan T x P x S berpengaruh tidak nyata terhadap persentase perkecambahan benih di penyimpanan. Rataan persentase perkecambahan benih dengan interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Persentase benih berkecambah di persemaian (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan.

Lama Penyimpanan (T)

Wadah simpan (S) Rataan

S0 S1 S2

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa persentase benih berkecambah di persemaian pada penyimpanan T4 (16 hari) dengan wadah simpan S0 (plastik berlubang) yaitu sebesar 85,28 % yang berbeda nyata bila disimpan pada S2 (abu sekam) yakni 81,67 % dan pada S1 (serbuk gergaji) yaitu sebesar 7,22 %.

(49)

daya kecambah pada semua wadah simpan yang digunakan selama penyimpanan yakni sebesar 87,13 %.

Grafik rataan persentase benih berkecambah di persemiaan pada pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan tertera pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan antara persentase benih berkecambah pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan.

Gambar 7 menunjukkan bahwa S0 dan S1 membentuk hubungan yang bersifat kuadratik. Dari gambar dapat dilihat bahwa periode simpan yang optimum pada S1 yakni 7,6 hari dengan persentase benih berkecambah sebesar 98,55 %. Pada wadah simpan S2 membentuk hubungan yang bersifat linier negatif yang menunjukkan bahwa persentase benih berkecambah di persemiaan semakin menurun dengan bertambahnya periode simpan.

(50)

tumbuh benih dan benih kakao yang tergolong pada benih rekalsitran tidak mampu menahan dehidrasi berlebihan dan akan segera kehilangan viabilitasnya pada kelembaban yang relatif rendah. Menurut Soetopo (1985) menyatakan bahwa secara umum benih rekalsitran berkadar air tinggi dan kadar air tersebut berkorelasi dengan viabilitasnya.

Dari Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa pada T4 (16 hari) persentase benih berkecambah menurun. Setelah dikeluarkan dari buah benih kakao cepat kehilangan daya tumbuhnya sehingga bertambahnya lama penyimpanan akan mengurangi persentase benih untuk berkecambah. Menurut Adelina (1997) menyatakan bahwa pengurangan perkecambahan benih adalah akibat proses metabolisme yang terus berlangsung di dalam benih mengakibatkan terjadinya penurunan dari metabolit-metabolit seperti: lemak, protein, karbohidrat dan air. Laju perkecambahan (hari)

(51)

Tabel 9. Laju perkecambahan (hari) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa laju perkecambahan pada perlakuan T1 (4 hari) dengan P1 (15%) yakni 2,30 yang berbeda tidak nyata dengan P2 (30 %) yakni 2,36 dan pada P3 (45 % ) yakni 2,38. tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P0 (0 %) yaitu 2,14 hari.

Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa laju perkecambahan pada perlakuan T3 (12 hari) dengan P0 (0 %) yakni 1,50 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 (15 %) yakni 1,80 ; P2 (30 %) yakni 1,96 dan pada P3 (45 %) yaitu 1,98 hari.

Grafik rataan laju perkecambahan pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG tertera pada Gambar 8.

y T1= 2,1778 + 0,0053x

(52)

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa T1, T2 dan T3 membentuk hubungan yang bersifat linier positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi PEG maka laju perkecambahannya juga akan meningkat sedangkan pada T4 membentuk hubungan yang bersifat linier negatif.

Rataan persentase laju perkecambahan dengan interaksi lama penyimpanan dengan perlakuan konsentrasi PEG dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Laju perkecambahan (hari) pada interaksi perlakuan konsentrasi PEG

dengan wadah simpan.

PEG (P) Wadah simpan (S) Rataan

S0 S1 S2

P0 = 0 % 1,94 de 2,11 cd 1,82 e 1,96 P1 = 15 % 2,20 bcd 2,27 bc 1,83 e 2,10 P2 =30 % 2,45 ab 1,86 e 1,96 cde 2,09 P3 =45 % 2,69 a 1,92 de 2,00 cd 2,20 Rataan 2,32 2,04 1,90

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %.

(53)

Grafik rataan laju perkecambahan pada interaksi perlakuan konsentrasi PEG dengan wadah simpan tertera pada Gambar 9.

ŷ S0 = 1,9454 + 0,0167x

Gambar 9. Hubungan antara laju perkecambahan pada interaksi perlakuan konsentrasi PEG dengan wadah simpan.

Gambar 9 menunjukkan bahwa S0 membentuk hubungan yang bersifat linier positif dengan laju perkecambahan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi PEG sedangkan pada S1 dan S2 tidak nyata.

(54)

Tabel 11. Laju perkecambahan (hari) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan, konsentrasi PEG dan wadah simpan.

Lama Penyimpanan

(T)

PEG (P) (%)

Wadah Simpan (S) Rataan

S0 S1 S2

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %.

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa laju perkecambahan pada perlakuan T2 (8 hari) dengan perlakuan P3 (45 %) pada wadah simpan S1 (serbuk gergaji) yakni 2,79 hari yang berbeda tidak nyata dengan P0 (0%) yakni 2,33 hari; P1 (15 %) yaitu 2,57 hari serta P2 (30 %) yaitu 2,56 hari. Laju perkecambahan pada perlakuan T2 (8 hari) dengan perlakuan P3 (45 %) pada wadah simpan S2 (abu sekam) yakni 1,61 hari yang berbeda tidak nyata dengan P0 (0%) yakni 1,25 hari; P1 (15 %) yaitu 1,32 hari serta P2 (30 %) yaitu 1,35 hari.

(55)

1,30 hari yang berbeda tidak nyata dengan P0 (0%) yakni 1,29 hari; P1 (15 %) yaitu 1,22 hari serta P2 (30 %) yaitu 1,25 hari.

Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa laju perkecambahan pada perlakuan T4(12 hari) dengan perlakuan P3 (45 %) pada wadah simpan S0 (plastik berlubang) yakni 2,72 hari yang berbeda tidak nyata dengan P0 (0%) yakni 2,49 hari; P1 (15 %) yaitu 2,42 hari serta P2 (30 %) yaitu 2,57 hari.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa laju perkecambahan dengan rataan tertinggi pada perlakuan T2 (8 hari) dengan perlakuan P3 (45 %) yakni 2,44 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan T1 (4 hari) yakni 2,38 hari. Hal ini berarti bahwa penggunaan konsentrasi PEG dapat meningkatkan laju perkecambahan tetapi pada penyimpanan hingga 8 hari karena setelah itu laju perkecambahan mulai menurun. Penyimpanan benih rekalsitran tidak berguna tanpa disertai dengan tindakan lain diantaranya penggunaan bahan pengawet dan penggunaan wadah tempat menyimpan yang sesuai.

(56)

serta mempertahankan kadar air benih sehingga tidak kehilangan daya tumbuhnya. Sudah lama diketahui bahwa daya kecambah benih semakin menurun sejalan dengan bertambahnya umur benih.

Panjang hipokotil (cm)

Data pengamatan persentase benih berkecambah pada penyimpanan disajikan pada Lampiran 14 dan sidik ragam pada Lampiran 15. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin x terlihat bahwa perlakuan lama penyimpanan (T), penggunaan berbagai wadah simpan (S), interaksi dua perlakuan T x S; P x S dan interaksi tiga perlakuanT x P x S berpengaruh nyata terhadap panjang hipokotil dan pemberian PEG (P), interaksi dua perlakuan T x P, berpengaruh tidak nyata terhadap panjang hipokotil. Rataan panjang hipokotil pada interaksi lama penyimpanan dengan wadah simpan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Panjang hipokotil (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan.

Lama Penyimpanan (T)

Wadah Simpan (S) Rataan

S0 S1 S2 Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %.

(57)

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa panjang hipokotil pada perlakuanT4 (16 hari) dengan wadah simpan S0 (plastik berlubang) yaitu 1,50 cm tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2 (abu sekam) yaitu 1,41 cm tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S1 (serbuk gergaji) yaitu 0,79 cm.

Grafik rataan panjang hipokotil pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan tertera pada Gambar 10.

ў S0 =2,1417 + 0,0212x -0,004x2

Gambar 10. Hubungan antara panjang hipokotil pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan wadah simpan.

Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa S0, S1, S2 membentuk hubungan yang bersifat kuadratik negatif dengan penyimpanan optimum pada S2 yakni 8,6 hari dengan panjang hipokotil sebesar 2,39 cm.

(58)

Tabel 13. Panjang hipokotil (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan, konsentrasi PEG dan wadah simpan.

Lama

Penyimp. (T) PEG (P)

Wadah Simpan (S) Rataan

S0 S1 S2

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %.

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa panjang hipokotil pada perlakuan T3 (12 hari) dengan wadah simpan S0 (plastik berlubang) serta pada perlakuan P0 (0%) yaitu 1,85 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 (15 %) yakni 1,88; tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P2 (30 %) yaitu 1,71 cm dan P3 (45 %) yakni 1,45 cm. Pada perlakuan T3 (12 hari) dengan wadah simpan S1 (serbuk gergaji) serta pada perlakuan P0 (0%) yaitu 2,08 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 (15 %) yakni 2,01 cm ; P2 (30 %) yaitu 2,04 cm dan P3 (45 %) yakni 2,04 cm.

(59)

1,51; P2 (30 %) yaitu 1,54 cm dan P3 (45 %) yakni 1,45 cm. Pada perlakuan T4 (16 hari) dengan wadah simpan S2 (abu sekam) serta pada perlakuan P0 (0%) yaitu 1,35 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 (15 %) yakni 1,48 cm ; P2 (30 %) yaitu 1,33 cm dan P3 (45 %) yakni 1,48 cm.

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa peningkatan panjang hipokotil terdapat pada perlakuan wadah simpan serbuk gergaji (S2) yang disimpan selama 8 hari (T2) dengan rataan tertinggi yakni sebesar 2,44 cm. Panjang hipkotil semakin rendah dengan bertambahnya periode simpan dimana hingga 16 hari disimpan (T4) panjang hipokotil benih kakao yang dikecambahkan semakin pendek.

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa panjang hipokotil kakao terendah pada perlakuan T4 (16 hari). Perlakuan lama penyimpanan menunjukkan bahwa semakin lama benih disimpan semakin menurun daya kecambah benihnya yang disertai dengan semakin pendeknya hipotil dari benih kakao yang berkecambah. Menurut Sadjad (1994) menyatakan bahwa pada saat disimpan benih akan mengalami kemunduran baik morfologi maupun fisiologi dan dengan tetap berlangsungnya proses respirasi pada benih yang menghasilkan panas, air dan karbondioksida akan terjadi pengurangan zat makanan di dalam benih yang akhirnya akan menurunkan daya kecambah dan kecepatan berkecambahnya benih.

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa tanpa menggunakan PEG (P0) panjang hipokotil kakao sudah tinggi. Dengan pemberian PEG sebesar 0 % menyebabkan benih menyerap air dari lingkungan sekitarnya dan mengadakan imbibisi yang

(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Benih berkecambah di penyimpanan dapat ditekan hingga 4 hari penyimpanan dengan konsentrasi PEG 45 % pada wadah simpan plastik berlubang, sebuk gergaji dan abu sekam sebesar 2,90 %.

2. Selama 16 hari penyimpanan benih yang berkecambah di penyimpanan dapat ditekan hingga 2,90 % yang berkecambah bila menggunakan PEG dengan konsentrasi 45 % pada wadah simpan plastik berlubang.

3. Semakin lama benih disimpan menyebabkan persentase benih berjamur di penyimpanan meningkat dari 2,90 % pada T1 (4 hari) menjadi 3,53 % pada T2 (8 hari) dan meningkat lagi hingga 16 hari (T4) penyimpanan.

4. Kadar air benih semakin meningkat dengan bertambahnya periode simpan sampai batas 12 hari penyimpanan dan akan menurun pada 16 hari penyimpanan.

Saran

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, E. 1997. Pengaruh Umur Kemasakan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) dan Lama Penyimpanan Dalam Medium Polyethylene Glycol (PEG) Pada Suhu 240 C terhadap Daya Perkecambahan. Thesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Ashiru, G.A. 1970. Viability of Cacao Beans, Experimental Agriculture.

Bass, L. N. 1953. Relationship of Temperature, Time and Mouisture Content to the Viability of Seeds of Kentucky Bluegrass. Iowa Acad. Sci. Proc.

Charloq, 2007. Upaya Peningkatan Ketahanan Simpan Dua Variasi Benih Karet (Hevea Brasiliensis, Muell - Arg) Dikupas Melalui Pemberian Polyethylene Glycol. Thesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

Chin,H. F. and E. H. Roberts. 1980. Recalcitrant Crop Seeds, Kuala Lumpur. Tropical Press SDN. BHD.

Departemen Perindustrian. 2009. Gambaran Sekilas Industri Kakao.2007.http://www.depperin.go.id.

Gardner, F. D. ; R. B. Pearce and R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan : H. Susilo. Universitas Indonesia (UI-Press) Jakarta.

Gomez, K. A. And A. A. Gomez, 1984. Statistical Procedures for Agricultureal Research. An International Rice Research Institute Book. Second Edition. John Willey and Son Inc., New York.

Hansen, A. J. and J, R, Haunter. 1960. A Preliminary Experiment On Protection of Cacao Seeds. Proc. VIII International American Cacao. Conf. Trinidad and Tobago.

tanggal 20 Desember 2009.

tanam.html

Justice,O.L. and L.V. Bass. 1994. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Terjemahan: Rennic. Rajawali Press, Jakarta.

(62)

Krizek, D.T. 1985. Methods of Inducing Water Stress in Plants. Hort. Sci 20 (6) :1028-1038.

Michele R. E and M. R. Kaufman. 1973. Osmotic Potential of Polyethylene Glikol 6000. Plant Physiol. LI (5) : 914-916.

Nasrudin. 2009. Evaluasi Perkecambahan Biji.

Purwaningsih, O. 2001. Kajian Fisiologis dan Biokimiawi Bneih Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Selama Penyimpanan Dengan Perlakuan ABA dan GA3. Ilmu Pertanian Vol. 8 No. 2. Fakultas Pertanian Universitas

PGRI Yogyakarta.

Pursglove, J. W. 1997. Tropical Crops Dicotyledones. John Willey and Son Inc.,. New York.

Poedjiwidodo, Y. 1996. Sambung Samping Kakao. Trubus Agriwidya. Ungaran.

Pramono. 2009. Perkecambahan Benih,2009.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rahardjo, P. 1986. Penggunaan Polyethylene Glikol (PEG) Sebagai Medium Penyimpanan Benih Kakao (Theobroma cacao L.). Pelita Perkebunan II. Roberts, E. H. 1972. Storage Inveronment and Control of Viability In. E. H.

Roberts (ed) viability of seed Chapman and Hall, Syrucase University Press.

Salisbury, Frank B. and C. W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga. Penerbit ITB. Bandung.

Sadjad,S. 1994. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Setiawan, A. 2009. Analisis Ekonomi. Prospek Agroindustri 2008.

Siregar, H. S. T., Slamet R dan L. Murayani. 2002. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Cokelat. Penebar Swadaya, Jakarta.

(63)

Sutopo, L., 1985. Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta.

Susanto, FX. 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan hasil. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanaman Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM press, Bandung.

Umar, T; Riske, A.;Hendra ; Novel ; Meli ;Danang ; Istia Tri. 2009. Tugas Teknologi Sediaan Aseptis Infus Glukosa Natrium Klorida. Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

(64)
(65)

Lampiran 2. Deskripsi Kakao Klon DR 38

Hasil Persilangan :Java criollo dengan Forastero dari Venezuela

menghasilkan Hibrid Trinitario di Kebun Djatiroenggo. Warna kulit buah : Merah

Permukaan buah : Kasar Ujung buah : Runcing

Bentuk Buah : Bentuk bulat telur – lonjong Buah masak : Orange

Bentuk Biji : Bulat dan besar Bunga : Berwarna kemerahan

Akar :Tidak terlalu lebat, sehingga pertumbuhan tanaman kurang kuat

Daun : Bentuk memanjang, lanset dan jorong Warna biji : Biji putih,

Produktivitas : Mencapai 1,5 ton/ha,

Tipe Penyerbukan : Bersifat kompatibel menyerbuk sendiri, Berat per biji kering : 1,47 g.,

(66)

Lampiran 3. Rangkuman uji beda rataan pengamatan parameter

Perlakuan Parameter

1 2 3 4 5 6

T * * * * * *

P * tn * tn * tn

S * * * * * *

T x P * tn * tn * tn

T x S * * * * * *

P x S * * tn tn * *

T x P x S * tn tn tn * *

Keterangan:

1 = Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) 2 = Persentase benih berjamur di penyimpanan (%) 3 = Kadar air benih (%)

4 = Persentase benih berkecambah di persemaian (%) 5 = Laju perkecambahan (Hari)

6 = Panjang hipokotil (cm)

(67)

Lampiran 4. Kadar air benih sebelum penyimpanan

Berat Basah- Berat Kering % Kadar air benih = ____________________________ x 100%

Berat Basah 9,00 – 6,20

= x 100 %

(68)

Lampiran 5. Photo benih

(69)

Lampiran 7. Photo ruang penyimpanan

(70)

Lampiran 9. Photo peneliti

Lampiran 10

Gambar

Tabel 1. Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG
Gambar 1. Hubungan antara persentase benih berkecambah pada interaksi   perlakuan  lama penyimpanan dengan konsentrasi PEG
Gambar 2. Hubungan antara persentase benih berkecambah pada interaksi  perlakuan  lama penyimpanan dengan wadah simpan
Tabel 3. Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%) pada interaksi  perlakuan lama penyimpanan, konsentrasi PEG dan wadah simpan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila anggaran terkait Kegiatan Perusahaan tersebut melebihi jumlah anggaran yang telah disetujui sebelumnya, maka Pemrakarsa wajib mengajukan anggaran baru kepada PBM

Tujuan tugas akhir adalah mempelajari cara mebuat pola ukiran kayu, membuat lintasan pahat dan membuat program CNC yang berisi perintah membuat profil ukiran kayu tersebut

Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

Sumber dana pembelian tanah tersebut adalah dari pengembalian sebagian pokok pinjaman dari Koperasi Karyawan Apac Inti Pelita Sejahtera (Pihak Yang memiliki hubungan istimewa)

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh Paket Pupuk dan umur panen buah Terhadap jumlah benih bernas disajikan pada gambar 4 dibawah ini... Pada tabel 5

Tersusunnya RKT berupa rencana struktur dan peruntukan kawasan transmigrasi, terintegrasi dengan kawasan perdesaan, sebagai dasar dalam penyusunan rencana pembangunan dan

[r]

Permasalahan yang sering timbul dari pembentukan plastik dengan metode rotational moulding ini adalah terjadinya perbedaan ketebalan produk bola plastik dan