• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahan jadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bahan jadi"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tuntutan reformasi birokrasi menghendaki suatu kepemimpinan yang Akuntable dan transparan maka meningkat pula tuntutan terhadap para Kepala Kantor Kementerian Agama. Mereka diharapkan mampu melaksanakan fungsinya baik sebagai manajer dan leader. Untuk meningkatkan kemampuan Kepala Kantor Kementerian Agama, Kementerian Agama telah menunjukkan good will, dengan predikat WTP (wajar tanpa pengecualian) dari Badan Pemeriksa Keuangan RI untuk tahun 2012 yang artinya setiap stakeholder telah memiliki tatakelola yang baik.

Persoalannya adalah untuk memperoleh sejumlah penghargaan tersebut, setiap Kepala Kantor Kementerian Agama harus memenuhi standar mutu yang telah digariskan oleh pemerintah. Hal ini, dimaksudkan agar pemberian penghargaan tersebut terarah dan tepat sasaran. Diklat teknis bagi Kepala Kantor Kementerian Agama merupakan upaya untuk mempersiapkan Kepala Kantor Kementerian Agama dalam menghadapi perkembangan.

Sebagai Kepala instansi harus memiliki tanggungjawab legal untuk mengembangkan staf, program, dan pelaksanaan kegiatan di Unit kerjanya. Di sinilah, efektifitas kepemimpinan Kepala Kantor tergantung kepada kemampuan mereka bekerjasama dengan staf dan masyarakat, serta kemampuannya mengendalikan pengelolaan anggaran, pengembangan staf, scheduling, pengembangan program, kegiatan, dan assessmen. Membekali Kepala Kantor memiliki seperangkat kemampuan ini merupakan hal yang penting.

(2)

tugasnya. Untuk itu di dalam Peraturan Kementerian Agama disebutkan kriteria menjadi Kepala Kantor Kementerian Agama meliputi:

1) Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai pimpinan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

2) Memiliki pengalaman di Eselon IV; dan

Dalam kerangka tugas dan fungsi Kantor Kementerian Agama, Kepala Kantor bertanggungjawab atas pelaksanaan Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan peningkatan keimanan dan ketakwaan serta kerukunan umat beragama…...

Untuk menjalankan tugas manajerial di atas, dan juga merespon tuntutan yang terus berubah saat ini, kepala kantor harus memiliki kepemimpinan yang kuat agar mampu melaksanakan program-program sekolah yang mereka bina secara efektif. Hal ini, mengingat Kepala Kantor tidak saja bertanggungjawab pimpinan dan stafnya, tetapi juga harus menjalin hubungan dengan masyarakat luas. Untuk mendukung pelaksanaan tanggungjawab tersebut, Kepala Kantor perlu memiliki kemampuan dan keterampilan kepemimpinan. Untuk membekali Kepala Kantor agar nantinya dapat menjadi pemimpin Kantor yang kuat dalam mengembangkan lembaga secara baik, maka mereka perlu dibekali dengan wawasan tentang kepemimpinan efektif.

B. Deskripsi Singkat

Modul ini membahas tentang Materi bagaimana Mata diklat ini membahas tentang kepemimpinan bagi Kepala Kantor Kementerian Agama sebagai manajer, supervisor dan pimpinan seyogyanya memiliki kompetensi kepemimpinan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

(3)

1. Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari modul ini, maka saudara dapat peserta mampu memahami dan menerapkan kepemimpinan yang efektif sebagai kepala kantor Kementerian Agama.

2. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan dari modul ini adalah dengan mempelajari modul ini maka saudara dapat:

a. Memahami konsep dasar kepemimpinan abad 21

b. memahami prinsip-prinsip dasar kepemimpinan yang efektif

c. memahami kompetensi kepemimpinan kepala kantor Kementerian Agama

(4)

3. Peta Kompetensi

Peta Kompetensi mata Diklat

Kepemimpinan Kepala Kantor Kementerian Agama

(5)

Materi Pokok Sub Materi Pokok Memahami konsep dasar

kepemimpinan abad 21

a. Pengertian Kepemimpinan efektif

b. konsep-konsep Kepemimpinan efektif

c. Kepemimpinan abad 21 memahami prinsip-prinsip dasar

kepemimpinan

a. Prinsip-prinsip dasar kepemimpinan yang efektif b. Peranan kepemimpinan yang

efektif

memahami kompetensi kepemimpinan kepala kantor Kementerian Agama

a. kompetensi kepemimpinan b. standar kompetensi

kepemimpinan kepala Kantor Kementerian Agama

mengembangkan kepemimpinan kepala Kantor Kemenerian Agama

a. pengembangan kepemimpinan Kepala Kantor Kementerian Agama

(6)

BAB II

PENGERTIAN KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

A. Pengertian Kepemimpinan Yang Efektif,

Yang menjadi, esensi kepemimpinan itu adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Hersey dan Blanchard dalam bukunya : Manajemen Perilaku Organisasi :

Pendayagunaan Sumberdaya manusia (1 986), esensi kepemimpinan adalah pencapaian tujuan melalui kerjasama kelompok. Berdasarkan uraian tersebut kepemimpinan efektif dapat diartikan sebagai gaya mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan secara optimal dimana mereka sangat antusias mencapai tujuan

tersebut. Selanjutnya Hersey dan Blanchard menjelaskan tentang kepemimpinan yang efektif. Dengan mengutip pendapat Bernard M. Bass, mereka membedakan kepemimpinan yang berhasil dengan kepemimpinan yang efektif, yang digambarkan sebagi berikut:

(7)

tanggapan B terhadap stimulus kepemimpinan A jatuh pada sisi kontinum yang berhasil. Hal ini masih belum mengungkapkan kisah efektivitas secara keseluruhan.

Apabila gaya kepemimpinan Atidaksesuai dengan peng harapan B, dan apabila B hanya melakukan pekerjaan karena posisi A, maka kita dapat mengatakan bahwa A berhasil, tetapi tidak efektif.

Tanggapan B sesuai dengan yang diinginkan A, karena A memiliki kontrol atas ganjaran dan hukuman, dan bukan karena B merasa kebutuhannya dapat terpenuhi dengan memenuhi tujuan manajer atau organisasi.

Sebaliknya, apabila upaya kepemimpinan A mengarah pada tanggapan yang berhasil, dan B melakukan pekerjaan itu karena ia ingin melakukannya dan merasa ada hasil yang diperolehnya, maka A ciipandang tidak hanya memiliki kuasa posisi tapi juga

kuasa pribadi. B menghormati A dan mau bekerjasama dengannya

dengan menyadari bahwa permintaan A konsisten dengan tujuan pribadinya. Nyatanya, B merasa tujuan pribadinya itu tercapai melalui aktivitas itu. lnilah yang dimaksudkan dengan kepemimpinan yang efektif. Perlu diingat bahwa efekivitas juga tampakseperti kontinum yang dapat beranjak dari sangat efektif sampai dengan sangat tidak efektif.

(8)

Dengan ukuran-ukuran ini, maka keberhasilan tersebut dapat dikualifikasi"berhasil yang efektif" dan "berhasil yang tidak efektif.

B. Konsep Kepemimpinan yang efektif

Andrei Gostik dalam bukunya dengan judul: The Carrot Principle. Menurutnya berikut inilah hal-hal yang mendasari kepemimpinan yang efektf.

a. Penentuan tujuan.

Seorang pemimpin harus memastikan dari awal bahwa semua anggota teamnya memahami maksud dan tujuan organisasi. Apa visi dan misi organisasi harus sudah terinternalisasi di diri masing-masing anggota. Inilah salah satu alasan kenapa banyak di dinding-dinding kantor perusahaan kita jumpai figura bertuliskan Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu perusahaan tersebut. Karena top management menginginkan semua yang terlibat di organisasinya tahu arah dan tujuan organisasinya.

Team tidak akan kehilangan arah dalam memacu roda organisasi dengan adanya fase penentuan tujuan ini di awal. Inilah fase mendasar dalam organisasi, dan pemimpin efektif terbiasa melaksanakannya.

b. Komunikasi.

Semua kebijakan, keputusan, informasi atau berita apapun yang dibuat oleh top management terkait kebaikan perusahaan harus dikomunikasikan dengan baik kepada semua anggota team. Banyak media yang bisa digunakan untuk menyampaikannya. Pemimpin biasa dalam mengomunikasikan sesuatu kepada teamnya tentu sudah terbiasa menggunakan media email, notes, memo dinas, chat-group, atau internal communication tools lainnya.

(9)

Karena itu pemimpin efektif akan membuat cara komunikasi yang lebih ‘intim’. Man-to-man communication. Dia akan temui langsung teamnya, dan memastikan setiap anggota teamnya memahami apa yang dikomunikasikannya tersebut.

c. Kepercayaan.

Komunikasi yang efektif didasari dengan adanya saling percaya antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut; dalam hal ini antara leader dengan bawahannya. Penentuan arah tujuan organisasi sudah dibuat, kemudian dikomunikasikan dan komunikasinya dibangun di atas kepercayaan. Bagaimana mungkin bawahan bisa menerima dan mengikuti instruksi atasan bila bawahannya tidak ‘percaya’ kepada leadernya. Prinsip ini sangat dipahami oleh pemimpin efektif.

d. Akuntabilitas (Pertanggungjawaban)

Dasar keempat adalah pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Banyak pemimpin yang akhirnya gagal menjalankan beberapa proyek karena melalaikan dasar ini. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang bersalah atas kegagalan organisasi, tapi ditujukan untuk menuntut pertanggungjawaban dari semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Prinsip ini memunculkan kaidah check-list; monitoring.

Semua karyawan atau bawahan merasa diawasi sehingga setiap saat mereka terpacu untuk memberikan yang terbaik. Kalaupun suatu saat mereka ‘bisa saja’ merasa tidak diawasi, kinerjanya tetap bisa mengutamakan yang terbaik karena mereka juga akan mempertanggungjawabkan pekerjaannya tersebut kepada atasannya di akhir pekerjaan / proyek.

C. Kepemimpinan Abad 21

(10)

terhadap beberapa pemimpin yang terkenal, mereka menyimpulkan ada 6 perubahan penting di dalam kepemimpinan di era abad 21, yaitu:

1. Pergeseran pengertian siapa yang dipandang sebagai pem impin

Kepemimpinan tidak lagi menjadi monopoli pimpinan teratas (boss of the top), namun setiap orang di dalam organisasi mempunyai tanggung jawab untuk memimpin. Kepemimpian dan kekuasaan seperti informasi harus diketahui bersama oleh semua orang dalam organisasi. Untuk menjadi pemimpin yang sukses, ia harus mampu memberdayakan dan berpenampilan yang optimal. Pemimpin paling atas akan populer dalam memimpin dengan mengajak setiap porang berperan dalam kepemimpinan dan kemudian mendidik dan memperkuat setiap orang dalam kemampuan untuk memimpin.

2. Pemimpin harus memberikan kemudahan dan hal-hal yang terbaik bagi setiap orang.

Kualitas terpenting yang harus dimiliki oleh pemimpin abad 2'l adalah kemampuan untuk memberikan inspirasi kepada yang dipimpin. Pertama mendorong mereka untuk bersama-sama mewuiudkan visi dan kedua untuk mendorong mereka bekerja dengan baik dalam mewujudkan hasil yang sempurna.

3. Terdapat perbedaan antara kepemimpinan dengan manajemen. Hal yang inti di dalam manajemen adalah kekuasaan dan pengawasan, sedangkan kepemimpinan berhubungan dengan mengarahkan dengan visi, inspirasi dan contoh/keteladanan.

(11)

mengidentifikasi, asumsi dan motivasi yang melandasi, memberi tantangan dengan pernyataan :'Apakah masih bisa dikerjakan ?'.

4. Kepekaan di dalam kePemimPinan

Seorang pemimpin sulit dapat mencapai sukses tanpa kepekaan dalam hubungan antara orang-orang. Kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan mendengarkan orang-orang, memperhatikan kepentingan, ide, ambisi dan dapat mengubah proses mendengar menjadi hal yang betul-betul esensial.

5. Pemimpin yang holistik.

Untuk menjadi pemimpin yang sukses dalam abad 21 sangat pentinq untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan luas. Hidup dalam era holistik, dunia ini semakin menjadi satu kesatuan. Kondisi yang demikian membutuhkan kepemimpinan yang memperhatikan tidak hanya organisasinya, namun juga lainnya. Pemimpin harus mampu berpikir menyeluruh dan simultan. Mereka perlu dibekali dengan pengetahuan yang luas, keterampilan dan perilaku yang berkualitas' Mereka harus terus menerus belajar dan berubah.

6. Pemimpin sebagai agen perubahan'

(12)

Wahjosumidjo (1999, hal. 2), menjelaskan dalam situasi yang penuh persaingan, diperlukan profil kepemimpinan abad XXI Yang mencerminkan nilai-nilai atau krakteristik :

1. Menampilkan diri sebagi pribadi yang memiliki visi yang kuat.

2. Selalu berorientasi untuk menghasilkan kinerja organisasi yang bermutu tinggi.

3. Menyelaraskan pemberian kompensasi dengan tingkat kinerja atau produktivitas.

4. Menciptakan mitra kerja atau kolaborasidengan tingkat intensitas dan mutu yang tinggi.

5. Menekankan betapa pentingnya kesetiaan pada etika kerja. 6. Merencanakan dengan cermat kesinambungan kepemimpinan.

P.Siagian (2000: hal. 21 8) menyatakan,akibat tuntutan terhadap proses demokratisasi dan makin tingginya pendidikan masyarakat, maka muncul pula tuntutan terhadap pemerintah beserta seluruh ajarannya sebagai berikut :

1. Aparatur pemerintah semakin transparan dalam merumuskan dan menerapkan kebijaksanaan pemerintah;

2. Aparatur pemerintah makin berorientasi pada pelayanan, bukan pada orientasi kekuasaan.

3. Aparatur pemerintah makin bersih dan berwibawa;

(13)

BAB III

PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN

A.Prinsip dasar Kepemimpinan

Merupakan salah satu faham kepemimpinan yang berpandangan bahwa hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin dilukiskan sebagai hubungan antara orang tua dengan anak. Faham ini didasarkan pada satu konsep pemikiran dasar agar dalam kehidupan satu organisasi bawahan selalu menunjukkan sikap loyal, hormat dan setia kepada pemimpin. Sebaliknya seorang pemimpin tampil menjadi panutan didalam pola pikir, sikap dan perilakunya selalu memberikan bimbingan, petunjuk dan tidak semena-mena kepada bawahan. Analog seperti suasana interaksi antara orang tua dan anaknya dalam satu keluarga rumah tangga.

Dalam berbagai kesempatan seringkali ditemukan bahwa faham

kepemimpinan yang dilukiskan sebagai hubungan antara orang tua dengan anak telah mengalami pergeseran makna, antara lain dapat dilihat kejadian-kejadian nyata dalam masyarakat atau organisasi :

1. Pemimpin mempunyai peranan sentral yang harus dihormati, dipatuhi. Pemimpin adalah segala-galanya.

2. Pemusatan kekuasaan pada seorang pemimpin menyebabkan munculnya perilaku :

a) Otoriter : Pemusatan kekuasaan disatu tangan yaitu pemimpin. Akibat lebih jauh adalah pemimpin dapat berbuat sekehendaknya.

b) Arogan : Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling kuasa, paling menentukan.

3. Sikap Lone Ranger, pemimpin menganggap paling benar, tidak perlu bantuan dan kerjasama dengan orang lain.

4. Sifat Dinosaurus, pemimpin menganggap paling hebat, dan selalu berorientasi pada sikap :

(14)

b) Suka berkelahi, marah-marah. c) Tidak bertanggung jawab. d) Melarikan diri dari persoalan.

e) Mendahulukan kepentingan sanak saudara, keluarga dan kerabat. f) Persekutuan atau kerjasama dalam berbagai kepentingan untuk mencari keuntungan pribadi

5. Sikap apa yang dikatakan oleh pemimpin selalu dianggap benar, mendukung tanpa reserve.

6. Sikap yang menonjolkan hal-hal yang seremonial, formalitas, dan dalih yang berlindung pada hal-hal yang konstitusional, bahkan muncul hal-hal yang penuh rekayasa.

7. Terkesan ada sikap feodalisme, seakan-akan ada hubungan hirarkis yang tajam antara pemimpin dengan bawahan .

Adalah tidak jujur, apabila seorang pemimpin dalam mempelajari

kepemimpinan semata-mata bersumber pada paradigma kepemimpinan hasil pengkajian dan pengembangan oleh pakar dari dunia barat, tanpa

mengabaikan dan memperhatikan nilai-nilai kepemimpinan bangsa yang justru digali dan berakar pada nilai-nilai moral, spiritual, etika, budaya, sosial dan semangat yang diwariskan oleh nenek moyang.

Paradigma, sebagai cara melihat, memandang, memberikan makna serta bereaksi terhadap satu fenomena kehidupan secara implisit telah tertanam di dalam jiwa Bangsa Indonesia. Bertitik tolak pada pengertian dan makna pola pikir yang telah disebutkan di atas, paradigma kepemimpinan sesungguhnya bertumpu pada ciri-ciri modern, serta azas integralistik, kekeluargaan,

persatuan dan kesatuan, azas selaras, serasi dan seimbang.

(15)

mengandung makna simbolis sebagai produk kebesaran jiwa nenek moyang para pendahulu.

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha

Arti kata Ing adalah di, Ngarsa berarti depan, Sung dari kata asung yang berarti memberi, dan Tuladha berarti teladan.

Penampilan seorang pemimpin yang demikian :

a) Berani menghadapi rintangan dan bekerja dalam merintis segala macam usaha.

b) Dengan tabah dan keberanian sanggup bekerja yang paling berat. c) Menegakkan disiplin diri sendiri maupun para bawahan.

d) Memberikan suri tauladan

e) Mengabdikan diri kepada kepentingan umum dan segenap anggota organisasi.

f) Bijaksana dalam memberikan petunjuk, nasehat dan pertimbangan-pertimbangan.

g) Berani menjadi ujung tombak bagi setiap usaha dan perjuangan. h) Sebagai seorang yang berdiri paling depan, pemimpin yang demikian memiliki sifat : teguh, tanggap dan tangguh.

2. Ing Madya Mangun Karsa

Ing berarti di, Madya artinya tengah, Mangun berarti membangkitkan dan

Karsa adalah kehendak.

Penampilan seorang pemimpin yangn demikian adalah : a) Mau terjun ditengah-tengah anak buah.

b) Merasa senasib dan sepenanggungan.

c) Sanggup menggugah dan membangkitkan gairah kerja, semangat juang dan etos kerja yang tinggi.

d) Karena ditengah-tengah anak buah, pemimpin selalu tanggap dan mampu berfikir dan bertindak cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan, kondisi dan situasi.

(16)

f) Menghayati kesulitan anak buah.

g) Bisa bersifat sabar, berlebar dada untuk menerima kelemahan dan kekurangan anak buah, tanpa mkecewa dan mengeluh.

3. Tut Wuri Handayani

Kata Tut berasal dari kata atut yang berarti ikut, Wuri artinya belakang, dan

Handayani berarti memberi daya, kekuatan.

Pemimpin yang demikian mempunyai peranan memberi daya kekuatan dan daya dukung untuk memperkuat sikap langkah dan tindakan dibawahnya. Penampilan seorang pemimpin yang demikian adalah :

a) Selalu memberikan dorongan dan kebebasan agar bawahan mau berprakarsa, berinisiatif dan memiliki kepercayaan diri untuk berkarya dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan (kreatif)

b) Selalu mengikuti kegiatan dengan cermat dan teliti, waspada dan tepat waktunya, koreksi dan pengarahan apabila terjadi kesalahan dan

penyimpangan.

c) Selalu memberikan nasehat, koreksi dan petunjuk atas dasar rasa sayang dan rasa tanggung jawab yang besar akan keberhasilan usaha yang dilakukan bersama

Kepemimpinan adalah sebagai proses yang melibatkan antara pemimpin dengan mereka yang dipimpin yang akan selalu mempergunakan konsep, teori yang jelas serta berkaitan dengan disiplin ilmu yang telah dikembangkan melalui analisis, eksperimen dan hipotesa.

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mendorong seorang pemimpin berorientasi ke arah terciptanya kepuasan masyarakat dan

kepuasan organisasi yang dipimpin. Untuk itu maka seorang pemimpin harus mampu mengendalikan proses manajemen, pembinaan dan pengembangan segala kekuatan organisasi yang ada. Lebih dari itu pemimpin wajib

(17)

resiko. Sehingga pemimpin wajib untuk berusaha mengembangkan tata nilai dan budaya kerja yang penuh dengan kesetiaan bagi semua anggotanya untuk berani mencoba dan tanggung resiko.

Disamping paradigma dan komitmen seperti diuraikan di atas, pemimpin seperti layaknya kepemimpinan pada umumnya memiliki karakter yang melukiskan ciri-ciri kepemimpinan secara umum. Juga memiliki ciri-ciri khusus, artinya memiliki jati diri berupa Trilogi Kepemimpinan yang harus dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh yang bercirikan :

1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Waspada Purba Wisesa

3. Ambeg Paramarta 4. Prasaja

5. Satya 6. Geminastiti 7. Blaka 8. Legawa 9. Kesatria

Arti atau makna masing-masing ciri tersebut adalah : 1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

a) Nilai yang terkandung dalam ciri ini adalah bahwa seorang pemimpin dituntut memiliki keyakinan beragama yaitu keimanan dan ketaqwaan yang teguh terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b) Keyakinan pada butir a) mengandung arti : setiap unsur manusia mempunyai kedudukan yang sama tinggi dihadapan Tuhan.

c) Timbul kesadaran pada diri seorang pemimpin, bahwa dirinya bukan seorang yang maha super, bukan sumber kewenangan yang mutlak dalam menentukan permasalahan bawahan.

d) Seseorang tidak merasa lebih tinggi terhadap orang lain, sehingga memiliki perasaan kasih sayang terhadap sesama dan semangat

(18)

e) Membuat bawahan untuk selalu berbuat adil, benar, jujur, sabar, tekun dan rendah diri.

f) Membuat bawahan jadi selalu tenang, bersih serta selalu ingat dan sadar.

2. Waspada Purba Wisesa

Arti kata Waspada adalah mempunyai ketajaman penglihatan dan mampu menembus penglihatan kedepan (visi), mampu menciptakan atau mampu mengendalikan atau menguasai. Sedang arti kata Wisesa adalah

keunggulan, kelebihan kekuatan berdasarkan kewibawaan atau kewibawaan yang disertai kekuatan. Jadi Purba Wisesa adalah mampu menciptakan dan mengendalikan semua kelebihan, keunggulan dan kekuasaan mampu

mengatur.

Purba Wisesa juga berarti mempunyai kekuasaan lebih besar serta bisa menerapkan Force Manjeure terhadap orang lain berdasarkan sifat-sifat tangguh dan kelebihan-kelebihan pemimpin. Jadi pemimpin yamg memiliki

Waspada Purba Wisesa adalah seorang pemimpin yang mampu membina, mengerahkan dan menguasai orang-orang dibawahnya.

Penampilan seorang pemimpin yang demikian :

a) Selalu menguasai persoalan yang berkembang dalam organisasi. b) Mampu memegang tampuk pimpinan secara bijaksana.

3. Ambeg Paramarta

Kata Ambeg artinya mempunyai sifat, sedangkan Paramarta berasal dari bahasa sansekerta “parama arta” yang berarti yang benar, yang hakiki. Jadi

Ambeg Paramarta berarti : murah, karisma, dermawan, mulia, murni, baik hati.

(19)

b) Mampu dengan tepat memilih mana yang harus didahukukan.

c) Selalu bersikap adil, memberikan kebahagiaan dan kesegaran serta kenyamanan hidup kepada semua bawahan.

d) Tidak bersikap munafik serta tidak menyimpan rahasia kepada bawahan.

e) Suka berbuat hal-hal yang menimbulkan kesenangan dan keheningan hati.

f) Suka memaafkan kesalahan dan kekurangan bawahan, bersikap sabar, maklum dan mudah memberi serta belas kasih.

g) Selalu penuh tepa selira, mawas diri dan tenggang rasa. h) Segala peristiwa selalu diperhitungkan dan dipikirkan apakah merugikan bawahan atau tidak.

i) Tidak sewenang-wenang, tidak mengabaikan bawahan dan tidak kejam terhadap sesama makhluk

4. Prasaja

Prasaja mengandung arti sederhana, toleran, terus terang, blak-blakan, tulus, ikhlas, benar dan mustakim.

Penampilan seorang pemimpin yang prasaja adalah :

a) Bersahaja, tidak plintat-plintut, lugu, polos (tulus dan terbuka, hati terbuka tanpa bumbu-bumbu)

b) Hidupnya tidak berlebihan, sederhana dan tidak tamak. 5. Satya

Satya berarti setia, menepati janji dan selalu memenuhi ucapannya. Penampilan seorang pemimpin yang satya adalah :

a) Dapat dipercaya, jujur, lurus, tulus dan serta selalu loyal terhadap organisasi.

b) Senantiasa berusaha agar kepemimpinannya berguna dan bisa membuat bahagia bawahan.

(20)

d) Memberikan pengayoman dan tuntunan kepada bawahan, lagi pula sangat memperhatikan kesulitan dan kesejahteraan bawahannya.

e) Bersikap loyal kepada bawahan dan sesama teman sejawat dan sederajat.

6. Geminastiti

Gemi artinya hemat dan berhati-hati, tidak boros. Nastiti berarti cermat yaitu meneliti dengan sangat hati-hati dalam segala pekerjaan.

Penampilan Geminastiti dalam kepemimpinan adalah :

a) Mampu melaksanakan semua pekerjaan dengan sangat efektif dan efisien dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya diperoleh hasil sebesar-besarnya.

b) Hemat dalam mengelola sumber daya manusia, materiil dan modal. c) Menghindari semua tingkah laku yang tidak memberi manfaat. d) Selalu cermat dan teliti, selalu menggunakan duga prayoga, yaitu pandai menduga-duga apakah yang paling baik pada saat itu, lalu

menghindari hal-hal yang dapat mendatangkan bahaya, sadar dan mampu membatasi penggunaan serta pengeluaran segala sesuatu.

7. Blaka

Blaka berarti terbuka, komunikatif, tidak picik pandangannya, bersedia memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengemukakan usul, pendapat, kritik yang konstruktif dan kreatif.

Penampilan blaka dalam kepemimpinan adalah :

a) Tidak malu dan mau belajar dari lingkungan dan bawahannya. b) Menyadari bahwa tidak ada manusia manapun yang bisa dan maha super dari segala yang ada didunia dan tidak ada yang kekal selama-lamanya.

c) Selalu membuka diri untuk belajar dan meningkatkan diri.

(21)

e) Ikhlas dan rela mewariskan tugas kewajiban dan tanggung jawab kepada generasi penerus yang telah dipersiapkan.

f) Ikhlas dan berani mempertanggungjawabkan semua tindakannya. 8. Legawa

Legawa berarti rela dan tahu, ikhlas serta setiap saat bersedia untuk memberikan pengorbanan.

Penampilan legawa dalam kepemimpinan adalah : a) Pengasih, karim dan dermawan.

b) Tabah, tawakal, mupun atau menghibur diri, pasrah menyerah dengan hati tulus bila terjadi kekecewaan dan kegagalan. Tetapi bangkit lagi untuk membangun.

c) Bisa menerima segala kesalahan dan kekecewaan.

d) Menerima segala uji coba dengan tabah, apabila tidak disukai dan difitnah orang atau sesamanya tetapi terus berjuang tanpa pamrih melaksanakan tugas.

9. Kesatria

Bersifat satria, berarti berbudi pekerti luhur dan terpuji, mampu mengendalikan diri dan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

Penampilan kepemimpinan yang bersifat kesatria adalah : a) Bersifat tenang, pendiam dan tidak tergesa-gesa.

b) Halus pekerti, namun memiliki keperkasaan dan kekuatan tetapi tidak ditonjolkan.

c) Bersikap sopan santun, manis tegur sapanya, ramah tamah, terbuka wajahnya dan susila dalam segala tingkah laku.

d) Penampilannya selalu apik dan menarik.

(22)

yang strategis, karena kedua kekuatan tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keyakinan pemimpin akan tugas dan peranan seorang pemimpin. Namun ada kekuatan lain disamping kedua kekuatan tersebut, yaitu pola perilaku yang pada hakekatnya merupakan praktek dari serangkaian nilai-nilai yang terkandung dalam paradigma dan komitmen kepemimpinan. Tanpa ada perilaku atau perbuatan, nilai pola pikir dan komitmen kepemimpinan tetap tinggal statis sebagai suatu lamunan atau mimpi indah yang menyebabkan pemimpin suatu organisasi menjadi lumpuh tak berdaya.

B.Peranan Kepemimpinan yang efektif

Keberhasilan bahkan kegagalan sebuah organisasi sebagian besar ditentukan oleh pemimpinnya. Kepemimpinan dalam kehidupan organisasi menurut Rumanti (2005: 245), mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan sosial atau kehidupan kelompok.

Maksud dari kedudukan strategis di sini, yaitu kepemimpinan mempunyai peranan senteral dalam menentukan dinamika sumber-sumber yang ada. Kepemimpinan merupakan gejala sosial dan selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok. Maksudnya kepemimpinan itu mutlak diperlukan dimana terjadi interaksi kerjasama dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan berperan mengatur jalannya interaksi yang terjadi dalam kelompok dalam rangka mencapai tujuan yang rtelah ditetapkan. Secara rinci apa-apa saja yang menjadi peran pemimpin ? Berikut ini penulis kemukakan pendapat para ahli.

Peran pemimpin menurut M.G. Micks dan C.R. Gullet (didalam :Ahmad Gazali dan FuadudCin) adalah sebagai berikut:

(23)

2. Memberikan sugesti

3. Mendukung tercapainya tujuan

4. Katalisator. Tampil untuk menimbulkan semangat dan daya kerja cepat dan semaksimal mungkin

5. Menc;ptakan rasa aman 6. Sebagai wakil organisasi 7. Sebagai sumber inspirasi

8. Memberi penghargaan dan pengakuan dalam bentuk apapun kepada bawahannya.

Sedangkan R. Covey (di dalam The Leader ofThe Future, 2000, hal. 152) membagi peran kepemimpinan menjadi 3 bagian :

1. Pathfinding (pencarian alur); peran untuk menentukan visi dan misi yang pasti. Pathfinding memiliki arti yang lebih mendalam di masa depan karena adanya suatu tujuan yang lebih bernilai.

2. Tujuan tersebut harus berorientasi kepada pelanggan.

3. Aligning (penyelaras); peran untuk memastikan bahwa struktur, sistem, dan proses operasional organisasi memberikan dukungan pada pencapaian misi dan visi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

4. Empowering (pembe rdayaan); peran untuk menggerakkansemangat dalam diri orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan, kecerdasan dan kreativitas yang luar bisas untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinslpprinsip yang disepakati. Kekuatan-kekuatan yang dimilikiki pengikut, harus terungkap dan dimanfaatkan untuk kepentingan pelangan.

Sondang P. Siagian dalam bukuTeori dan praktek Kepemimpinan (2003), menjelaskan bahwa peran pemimpin merupakan :

(24)

4. Med:ator yang handal, khususunya dalam hubungan khususnya dalam hubungan ke dalam terutama dalam menangani situasi konflik.

(25)

BAB IV

KOMPETENSI KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

A. Kompetensi Kepemimpinan

Kata “kompetensi” memiliki pengertian menyoroti aspek dan

penekanan yang relatif berbeda. Kompetensi memiliki pengertian yang sama dengan capability (kemampuan). Seseorang yang kompeten adalah yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian untuk melakukan sesuatu secara efisien dan efektif.

Mengingat banyaknya pengertian kompetensi yang dikemukakan dalam kamus dan juga oleh para ahli, berikut ini diuraikan beberapa pengertian kompetensi :

1. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, pengertian kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal;

2. Menurut Burgoyne (1998), kompetensi adalah kemampuan dan kemauan untuk melakukan tugas;

3. Menurut Woodruffe (1990), kompetensi ialah dimensi perilaku yang mempengaruhi kinerja;

4. Menurut Furnham (1990), kompetensi adalah kemampuan dasar dan kualitas kinerja yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik;

5. Menurut Mitrani (1992), kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya;

6. Menurut Murphy (1993), kompetensi adalah bakat, sifat dan keahlian individu apapun yang dapat dibuktikan, dapat dihubungkan dengan kinerja yang efektif dan baim sekali 7. Menurut Amstrong dan Baron (1998), competence

(26)

melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Pengertian

competence lebih memberikan perhatian pada akibat daripada usaha dan pada output daripada input. Competence mengacu pada dimensi perilaku sehingga sering juga disebut kompetensi perilaku. Pengertian competence untuk menggambarkan

bagaimana orang berperilaku ketika mereka melakukan perannya dengan baik;

8. Menurut Training Agency (1988), competence adalah konsep luas, ,e,uat kemampuan menstransfer keahlian dan

kemampuan kepada situasi baru dalam wilayah kerja.

Menyangkut organisasi dan pekerjaan, inovasi dan mengatasi aktivitas personel yang dibutuhkan di tempat berkaitan dengan rekan kerja, manajer serta pelanggan;

9. Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi sebagai suatu karakteristik dasar dari seorang individu yang secara sebab akibat berhubungan dengan criterion-referenced effective dan/atau kinerja yang tinggi sekali dalam melakukan suatu pekerjaan. Karakteristik individu apapun yang dapat dihitung dan diukur secara konsisten, dapat dibuktikan untuk membedakan secara signifikan antara kinerja yang efektif. Selanjutnya Spencer dan Spencer (1993), membagi kompetensi ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu : “threshold competencies” dan “differentiating competencies”. Threshold competencies, adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya. Tetapi tidak untuk membedakan seorang yang berkinerja tinggi dan rata-rata. Sedangkan differentiating competencies adalah faktor-faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah ; 10. Menurut Civil Service College (1997), kompetensi adalah

(27)

tempat kerja dengan memenuhi standar. Kompetensi merujuk pada kecakapan atau kelayakan seseorang dalam organisasi untuk menjalankan tugas dengan sempurna. Kompetensi merujuk pada sifat (trait) individu yang dapat atau berhubungan dengan prestasi kerja. Kecakapan yang dimaksudkan boleh didasarkan kepada motif, sifat, sikap atau nilai, tahap

pengetahuan atau pemikiran (kognitif) atau kemahiran bertingkah laku;

11. Menurut Covey, Roger dan Rabecca Meril (1994), kompetensi mencaku :

1. Kompetensi Teknis, yaitu pengetahuan dan keahlian untuk mencapai hasil yang telah disepakati, kemampuan untuk memikirkan persoalan dan mencari alternative baru;

2. Kompetensi konseptual adalah kemampuan melihat gambar besar, untuk menguji berbagai pengandaian dan mengubah perspektif;

3. Kompetensi untuk hidup dalam ketergantungan kemampuan, guna berinteraksi secara efektif dengan orang lain, termasuk kemampuan mendengar,

berkomunikasi, mendapat alternative lain, kemampuan untuk melihat dan beroprasi secara efektif dalam organisasi atau system yang utuh.

12. Menurut David Mc.Clelland, kompetensi adalah karakteristik yang mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung

terhadap atau dapat memprediksikan kinerja yang sangat baik. Selanjutnya David Mc.Clelland berpendapat bahwa kompetensi ini ibarat “gunung es”, dimana keterampilan dan pengetahuan

(28)

memiliki pengaruh terhadap bentuk dari bagian yang berada di atas air. Peran social dan citra diri berada apada bagian “sadar” seseorang, sedangkan bakat/sifat dan motif seseorang berada apad alam “bawah sadar”nya;

13. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Diklat Jabatan PNS, bahwa kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatannya;

14. Berdasarkan Keputusan Mendiknas Nomor 045 Tahun 2002, kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu;

15. Dalam konteks penyelenggaraan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, kompetensi dikelompokkan atas 4 jenis, yaitu (SANKRI, 2003 :75-76) :

1. Kompetensi Teknik (technical competence) yaitu

kompetensi mengenai bidang yang menjadi tugas pokok organisasi. Definisi yang sama dimuat dalam PP no 101/2000 tentang DIklat Jabatan PNS, bahwa kompetensi teknis adalah kemampuan PNS dalam bidang teknis tertentu untuk pelaksanaan tugas masing-masing. Bagi PNS yang belum memenuhi persyaratan kompetensi jabatan perlu mengikuti Diklat teknis yang berkaitan dengan persyaratan kompetensi jabatan masing-masing.

2. Kompetensi Manajerial (managerial competence) adalah kompetensi yang berhubungan dengan berbagai

(29)

menangani tugas organisasi. Kompetensi manajerial meliputi kemampuan menerapkan konsep dan teknik perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan evaluasi kinerja unit organisasi, juga kemampuan dalam melaksanakan prinsip good governance dalam

manajemen pemerintahan dan pembangunan termasuk bagaimana mendayagunakan kemanfaatan sumberdaya pembangunan untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas.

3. Kompetensi Sosial (Social Competence), yaitu

kemampuan melakukan komunikasi yang dibutuhkan oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas pokoknya. Kompetensi sosial dapat terlihat di lingkungan internal seperti memotivasi SDM dan atau peran serta

masyarakat guna meningkatkan produktivitas kerja, atau yang berkaitan dengan lingkungan eksternal seperti melaksanakan pola kemitraan, kolaborasi dan

pengembangan jaringan kerja dengan berbagai lembaga dalam rangka meningkatkan citra dan kinerja organisasi, termasuk bagaimana menunjukkan kepekaan terhadap hak asasi manusia, nilai-nilai sosial budaya dan sikap tanggap terhadap aspirasi dan dinamika masyarakat 4. Kompetensi intelektual/Strategik (intellectual / strategic

(30)

logis dan sistematis, juga kemampuan dalam hal memahami paradigma pembangunan yang relevan dalam upaya mewujudkan good governance dan mencapai tujuan berbangsa dan bernegara, serta kemampuan dalam menjelaskan kedudukan, tugas, fungsi organisasi instansi dalam hubungannya dengan Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Kata kompetensi, kata dasarnya kompeten, berarti cakap

mampu atau terampil;

2. Kompetensi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk melaksanakan kewenangan dan tanggungjawab yang dimiliki dalam melaksanakan tugasnya secara efektif efisien;

3. Kompetensi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk melaksanakan kewenangan dan tanggungjawab yang dimiliki dalam melaksanakan tugasnya secara efektif efisien;

4. Konsepsi kompetensi meliputi 3 (tiga) aspek, yaitu :

1. adalah kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang yang menyangkut karakteristik bakat (traits), motiv dan motivasi;

2. adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang dalam pelaksanaan tugas-tugas teknis;

3. adalah kemampuan seseorang dalam hal manajemen, kepemimpinan dan administrasi.

5. 5 (lima) karakteristik dasar kompetensi, meliputi :

1. Motif (motive), sesuatu yang secara terus menerus dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang yang

(31)

2. Sifat (traits), karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi dan informasi;

3. Konsep pribadi (self concept), perilaku, nilai dan kesan pribadi seseorang;

4. Pengetahuan (knowledge), informasi mengenai seseorang yang memiliki bidang substansi tertentu; 5. Keterampilan (skill), kemampuan untuk melaksanakan

tugas fisik dan mental tertentu.

B. Standar Kompetensi Kepala Kantor Kementerian Agama

Kompetensi PNS ini berkaitan dengan kemampuan berupa pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok, fungsi kewenangan dan tanggungjawab yang diamanatkan kepadanya.

Untuk itu kualifikasi aparatur pemerintah (PNS), terutama para pemimpin dalam birokrasi publik menurut Widodo (2006), harus : berakhlak bersih dan tidak cacat moral, memiliki visi ke depan. Selanjutnya menurut Ulrich dalam Tilaar (1997), bahwa untuk menciptakan sebuah kepemimpinan publik yang unggul diperlukan empat agenda utama, yaitu : (1) menjadi rekan yang stratejik, (2) menjadi seorang pakar, (3) menjadi seorang pekerja ulung dan (4) menjadi seorang agent of change (agen perubahan).

(32)

Menurut Harbani Pasolong (2008), setidaknya terdapat sepuluh prinsip kepemimpinan transformasional dalam pengelolaan birokrasi pemerintahan, yakni : (1) kejelasan visi, kepemimpinan yang baik selalu mulai dengan visi yang merefleksikan tujuan bersama, dan dijelaskan kepada seluruh pegawai dengan gamlang dan sederhana, (2) kesadaran pegawai, selalu berusaha untuk meningkatkan terhadap nilai dan pentingnya tugas dan pekerjaan bagi organisasi, (3) pencapain visi, berorientasi pada pencapaian visi dengan cara menjaga dan memelihara komitmen yang telah dibangun bersama, (4) pelopr perubahan, (5) pengembangan diri, (6) pembelajaran pegawai, (7) pengembangan pegawai, (8) pengembangan kreativitas, (9) budaya kerjasama, dan (10) kondusifitas organisasi.

Dalam upaya meningkatkan kompetensi PNS khususnya para pejabat struktural, Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (UU 43/199) tentang Perubahan atas UU 8/1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, dalam Pasal 17 ayat 2 mengatur pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Untuk menentukan Standar Kompetensi Jabatan, telah ditetapkan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011 tanggal 28 Juni 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan. Pedoman ini merupakan panduan bagi setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menyusun standar kompetensi jabatan pada instansi masing-masing.

(33)

mendasari individu dengan merujuk pada kriteria efektif dan/atau kinerja unggul dalam jabatan tertentu.

Dengan demikian setiap PNS yang akan memangku jabatan struktural harus memiliki standar kompetensi jabatan sesuai Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011. Berdasarkan kamus kompetensi manajerial yang tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011, ada sekitar 39 (tiga puluh Sembilan) kompetensi manajerial yang harus dimiliki setiap pejabat struktural eselon, IV, III, II dan I.

(34)

BAB IV

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

A. Pengembangan Kepemimpinan

Kepala Kantor Kementerian Agama adalah adalah jabatan strategis yang merupakan tumpuan keberhasilan visi dan misi Kementerian agama di kota/Kabupaten,sinergitas yang harmoni dengan pejabat Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat beragama dengan ditopang kepemimpinan dan kompetensi ideal.

Pemahaman lebih mendalam tentang visi misi dan tanggung jawab terhadap tupoksi akan mengantarkan keberhasilan bersama. Daya dukung segenap elemen dalam Kementerian Agama Kota/kabupaten harus diperdayakan sesuai dengan KMA 13 Tahun 2012 tentang Struktur organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama dan Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten.

Pada BAB II telah dibahas teori-teori kepemimpinan dan kompetensi jabatan telah di bahas pada BAB III. Dari pembahasan pada kedua bab dapat dikembangkan kualitas Kepala Kantor kementerian agama seiring tuntutan tugas dan fungsi Kementerian antara lain :

a. Peningkatan Pemahaman kultur budaya daerah dipadu dengan visi misi serta rencana strategis kementerian agama.

(35)

c. Pemantapan koordinasi dan kemitraan dengan jajaran kabupaten kota dan lingkup kewilayahan.

d. Pemberdayaan aparatur di lingkungan kantor kementerian agama.

B. Pengembangan Kepemimpinan Efektif

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan pemimpin yang efektif antara lain:

a. Kecenderungan untuk semakin mengurangi peranan pemerintah atau birokrat.

b. Upaya untuk mengembangkan kepemimpinan yang memberikan kesempatan dan kewenangan yang lebih luas kepada bawahan atau masyarakat.

c. Keharusan untuk memberdayakan bawahan dan masyarakat. d. Harapan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. e. Tuntutan kepada aparat pemerintah untuk semakin bersih dan

beribawa.

f. Di balik itu muncul upaya pengembangan kepemimpinan yang berbasis ajaran agama, menyajikan acuan yang lebih komprehensif.

Aspek yang harus dikembangkan dalam teknik kepemimpinan yang efektif antara lain:

a.

Teknik Human Relation

Human relation merupakan segenap aktivitas penyatupaduan manusia dengan pekerjaan dalam suatu organisasi yang memungkinkan perkembangan dari manusia sepenuhnya,sehingga antara manusia dan kerja itu terdapat hubungan timbal balik yang berma nfaat. (We st a, 1 989 :207).

(36)

diintegrasikan dengan Iingkungan kerjanya sehingga pegawai dan organisasi dapat sama-sama mendapat manfaat. lni merupakan tugas pimpinan organisasi.

Tingkat efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh:

a. Sejumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.

b. Sejumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan

c. Tingkat kesiapan dan kematangan bawahan yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi dan tujuan tertentu.

Berikut ini beberapa teknik khusus untuk mengembangkan human relation dalam rangka mempererat rasa persaudaraan, meyakinkan orang lain dan merubah pikiran orang lain tanpa menimbulkan rasa kecewa. (Didi wahyudi Sudirman, 1982:72 dan 73) sebagai berikut: 1 . Beberapa cara untuk mempererat rasa persahabatan

a. Milikilah perhatian serta minat yang setulus-tulusnya terhadap orang lain, tidak berpura-pura

b. Selalu senyum menjumpai setiap orang yang anda kenal dan akan anda kenal, nantinya.

c. Berusahalah mengingat nama-nama orang yang anda kenal. lngat bahwa nama orang baginya adalah rasa kebanggaan apabila diketahui orang lain.

d. Jadilah pendengar yang baik, dan berilah dorongan untuk -berbicara mengenai dirinya sendiri.

e. Bicaralah hai-hal yang bisa mengasikkan orang lain.

f. Usahakan supaya orang lain itu merasa bangga dan penting dan kagumilah dengan ikhlas.

2. Beberapa cara untuk meyakinkan orang lain:

(37)

b. Hormatilah pendapat-pendapat orang lain. Jangan sekalisekali mengatakan kepada orang lain bahwa dia itu salah.

c. Jika anda yang salah, cepatlah mengatakan dengan terus terang.

d. Mulailah dengan cara yang ramah tamah.

e. Cobalah untuk segera merubah orang dengan kata jawaban yang menguntungkan (misalnya: ya, setuju, dan lain-lain) f. Biarlah orang yang anda hadapi itulah yang banyak bicara. g. Biarlah orang lain mengira, bahwa gagasan itu datang dari

utd.

h. Cobalah melihat melalui versi/kacamata orang lain. i. Bersikaplah simpatik (penuh simpatik)terhadap gagasan pendapat orang lain. dan

i. Sentuhlah perasaan-perasaan yang mulia dan bagus.

j. Jelaskanlah gagasan gagasan anda dengan cara sedemikian rupa, sehingga orang bisa melihat mengetahuinya.

k. Jika semua gagal tantanglah mereka itu.

3. Beberapa cara untuk merubah pikiran orang tanpa menimbulkan rasa kecewa antara lain :

a. Mulailah dengan memberikan pujian yang ikhlas.

b. Jika menunjukan orang, lakukanlah dengan cara yang tidak langsung.

c. Berbicaralah tentang kesalahan-kesa lahan anda sendiri, sebelum anda mengecam orang lain.

d. Berilah perintah dalam bentuk usul/saran.

e. Usahakanlah jangan sampai menyinggung perasaan orang lain.

f. Pujilah perbaikan-perbaikan yang bagaimanapun kecilnya, dan jika anda memuji, lakukanlah hal itu dengan ikhlas dan penuh semangat.

(38)

h. Dorong dan berilah semangat kepada orang_orang. Bersikaplah seolah-olah kesalahan mereka itu mudah diperbaiki, dan seolah_olah pekerjaannya mudah dilkakukan.

i. Usahakanlah supaya orang lain suka melakukan, apa yang anda inginkan.

b. Teknik Pengambilan Keputusan 1. Pengambilan

keputusan(decisionmaking)adalahaktivitasdalam

manejemen berupa melakukan pemilihan di antara berbagai kemungkinan untuk menyelesaikan persoalan, pertentangan dan atau keraguan yang timbul dalam proses penyelenggaraan

2. usaha kerjasama(westra, 1989:1 1)

3. lnformasi merupakan bahan baku utama pengambilan keputusan. Keberhasilan pengambilan keputusan oleh seseorang tergantung pada kemampuan untuk menilai atau membandingbandingkan berbagai alternatif pemecahan persoalan tersebut, sekalipun waktunya mendesak dan datanya tidak memadai.

4. Jenis pengambilan keputusan, beserta langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah.

1) Perumusan dengan jelas tepat guna, masalah yang dirasakan.

2) Pengumpulan data sebanyak-banyaknya.

3) Mengumpulkan alternatif pemecahan masalah sebanyak-banyaknya.

(39)

penilaian untung ruginya. Untuk mendapat keputusan yang lebih matang, telaah staf perlu diperhatikan.

5) Segera keputusan tersebut diterapkan agar masalah selesai.

b. Pengambilan keputusan yang menyelesaikan pertentangan. a. Perumusan pertentangan yang terjadi secara jelas dan

tepat.

b. Dilakukan penelitian terhadap sebab-sebab sampai terjadi pertentangan.

c. Menanyakan dan mendengarkan dengan baik pendapat dari semua pihak yang terlibat dalam pertentangan itu.

d. Mempertimbangkan dengan pikiran tenang dan objektif: 1) Pro dan kontra setiap pendapat amsing-masing pihak 2) Melakukan Penilaian terhadap ide bukan orang. 3) Dibedakan dengan jelas antara falda dengan fiksi,

kejujuran dengan kebohongan, kebenaran dengan propaganda, itikad baik dengan prasangka.

e. Keputusan diambil untuk menyelesaikan masalah dengan menyetujui pendapat yang terbanyak segi baiknya.

f. Keputusan diharapkan untuk menyelesaikan pertentangan c. Pengambilan keputusan sesuatu hal yang belum ada peraturannya ( Pengambilan Kebijakan)

Ketentuan tentang pengambilan keputusan sesuatu hal yang belum ada peraturannya adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan diambll berdasarkan pertimbangan serta suara batin pengambilnya.

b. Hanya boleh diambil oleh pejabat yang berwenang melakukannya.

c. Hanya dapat diambil apabila telah diteliti segala faktanya dan dipertimbangkan berbagai kemungkinan yang ada serta ditentukan secara objektif.

d. lsi dan tujuan kebijakan tidak boleh bertentangan dengan sasaran serta kebljaksanaan orga nisasi.

(40)

f. Dalam peristiwa yang sama, walaupun untuk orang yang berlainan, harus diambil kebijakan yang sama.

g. Kalau bertentangan dengan peraturan yang telah ada, merupakan pelanggaran.

h. Kalau membatalkan tercapainya sasaran organisasi merupakan pengingkaran.

i. Kalau tidak sesuai dengan tujuan dan wewenang yang diberikan kepada pejabat yang bersangkutan, merupakan penyalahgunaan

wewenang-j. 10)Kalau dibuat tanpa mengindahkan fakta, alternatif subyektivitas,merupakan kesewenang-wenangan.

k. 11)Kalau ditetapkan lain, untuk orang yang berlainan, padah masalahnya sama, merupakan dlskriminasi

c. Teknik Motivasi

Menurut buku petunjuk pelaksanaan organisasi dan metode dari Biro Organisasi. Motivasi adalah proses pemberian motif oleh pemimpin kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien (Biro Organisasi Depag, 1983:43).

Untuk perbandingan, disampaikan defi nisi sebagai berikut:

Motivating adalah pekerjaanyang dilakukan oleh seorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan orang lain, dalam hal ini karyawannya untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan unutuk menggiatkan orangorang atau karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil yang dikehendaki dari orang-orang tersebut' (westra, 1989;285)

(41)

Seperti dimaklumi pegawai adalah terdiri dari individu yang berbeda wataknya termasuk dalam mersepon suntikan motivasi untuk bekerja. Ada yang dapat dimotivasi dengan materi, visi, ajaran agama dan sebagainya. Kepemimpinan yang efektif harus Kepemimpinan yang efektif harus tapemimpin an yang eonit fl berusaha memobilisasi manusia menuju tujuan tertentu dengan memberikan motivasi yang tepat sesuai dengan harapan keinginan maupun watak pegawainya.

Menurut Louis A Allen (1990:249), pimpinan memotivasi pegawai dengan cara:

a. Menginspirasi, yaitu dengan memasukan semangat kedalm diri orang.

b. Mendorong, yaitu dengan merangsang orang untuk melakukan apa yang harus dilakukan melalui pujian persetujuan, penghargaan, dan sebagainya.

c. Mendesak, yaitu membuat orang merasa melakukan apa yang harus dilakukan dengan sesuatu cara paksaan, kekerasan bahkan ancaman. Yang cocok dikembangkan untuk kepemimpinan yang efektif, sudah barang teniu cara yang pertama (menginspirasi), karena terjadi proses internalisasi nilai-nilai disiplin, ketelitian, ketekunan bekerja dan sebagainya. Pimpinan dapat memberikan insrpirasi melalui keteladanan yang baik seperti jujur, adil, komitmen yang tinggi, konsisten, serius, rajin bekerja dasebagainya. Disamping itu pimpinan juga dapat memberikan dorongan kepada pegawai.

d. Sedangkan menurut Kouzes dan Posner (2004) di dalam Semuil Tjiharjadi (2007), hal. I 5) memberikan lima praktik kepemimpinan yang sangat baik kepada para pemimpin. Kelima praktik tersebut meliputi :

1. Para pemimpin harus menjadi model bertindak

(42)

3. Para pemimpin harus mampu menghadapi proses

4. Para pemimpin harus memampukan orang lain untuk bertindak

5. Para pemimpin harus mampu mendorong hati dan semangat.

6. Literatur teori motivasi, antara lain Maslow, Douglas Mc Gregor, Frederich Herzberg, David Mc Clelland, Covey dan lainnya. dapat dikelompokkan terdapat 3(tiga) mode, yaitu: 1) Mode Tradisional

2) Pandangan ini menganggap bahwa pada dasarnya pegawai adalah malas dan dapat didorong hanya dengan imbalan keuangan.

3) Model Hubungan Manusiawi

4) Pandangan hubungan manusia berpendapat bahwa pegawai dapat dimotivasi dengan membuat mereka merasa penting dan berguna,antara laindengancara mem berikan lebih banyak kebebasan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaan mereka yang akan menimbulkan kepuasan kerja pegawai. Hubungan dan kontrak kemanusiaan yang lebih baik dengan mereka menjadi faktor utama motivasi.

5) Model Sumber Daya Manusia

6) Model sumber daya manusia mengkritik model hubungan manusiawi karena hanya memanipulasi para karyawan dengan cara leblh canggih. Motivasi karyawan tidak hanya pada upah dan kepuasan kerja, namun beraneka ragam, yang penting dalam model sumber daya manusia adalah pengembangan tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan organisasi, dimana setiap pegawai menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan kemampuan mereka.

(43)

Perintah adalah aktivitas pimpinan, untuk menggerakan bawahan serta mengadakan tindak bersama sesuai dengan kehendak, maksud dan tujuan pimplnan (Westra, 1989:82).

Organisasi tidak berjalan tanpa pimplnan dan pinpinan tidak akan mampu melaksanakan tugasnya untuk mewujudkan tujuan tanpa bantuan bawahan. Untuk menggerakan bawahan, pimpinan membutuhkan sarana, yaitu perintah.

Kepemimpinan yang efektif membutuhkan kemampuan menggerakan dan memotivasi orang lain, agar melakukan perintah itu dengan senang hati dan ikhlas.

Maya Malinda didalam bukuTo beAgreat Leader menjelaskan juga bahwa efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh metode mengarahkan bawahan yang digunakan oleh seorang pemimpin. Metode mengarahkan tersebut berbeda dalam setiap situasi dan kondisi. Ada beberapa metode yang bisa dilakukan, di antaranya: a. Metode persuasif (membujuk); melalui penyadaran atau pembujukan untuk memengaruhi atau membawa ke arah kesadaran untuk melakukan kewajiban tanpa disadarinya.

b. lletode implikatif (melibatkan); dengan cara dialog dalam rangka membawa kepada sasaran yang diinginkan.

c. Metode sugestif (menganjurkan); dengan cara memengaruhi bawahan untuk melakukan sesuatu dengan memberikan saran-saran dan harapan.

d. Metode diskusi; dengan cara berdialog antara pemimpin dengan bawahan dalam menentukan sasaran/tujuan organisasi.

e. Advise (nasehat); dengan cara memberikan nasehat kepada bawahanmengenai tujuan yang akan dicapai organisasi.

(44)

g. Komando; dengan cara yang lebih keras melalui perintah atau paksaan untuk melaksanakan perintah atau tugas tanpa ada alternatif lain.

Teknik Penyusunan Telaah Staf

Di dalam praktik, pimpinan membutuhkan pertimbangan yang cepat, sehingga pimpinan harus sudah menyimpan dan memelihara data-data dan informasi-informasi yang erat hubungannya dengan tugas pokok organisasi, sehingga tidak setiap kali melakukan pengumpulan data. Di sinilah perlunya operation room dan data room. Di samping itu untuk mempercerpat kerja staf, perlu dibantu dengan mesin elelcronik data proccessing dan komputer.

Kualifikasi staf yang baik adalah:

1. Memahami benar-benar kebijakan dan apa yang dikehendaki pimpinan.

2. Mengetahui, memahami jiwa dan watak pimpinan, termasuk watak yang khas sebagai manusia.

3. Mempunyai pengalaman dan keahlian.

4. Kuat dan cepat dalam pemikiran mendalam tentang sesuatu permasalahan.

5. Obyektif dan selalu beritikad baik (tidak menjerumuskan) 6. Pandai membuat dan mengembangkan alternatif-alternatif. 7. Berani bertanggung jawab atas pendapatnya.

8. Menguasai peraturan perundangan yang berlaku.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

Direktur Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Jakarta; 2. Kepala Kantor Kementerian Agama

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lombok

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Zeifni

Selain peserta yang diajukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, guru/kepala RA/Madrasah yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf E angka 1

Tujuan Program Standar Kecakapan Ubudiyah (SKU) yang terdapat dalam surat yang dikeluarkan oleh kepala kantor kementerian agama provinsi Jawa Timur

4.3.1 Tanggapan Responden Mengenai Pengawasan Kepala Subbagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kota Bandung ..... Pegawai Subbagian Tata Usaha Kantor

Yayasan tidak mempunyai anggota; Lebih lanjut Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacapmenuturkan yang dilakukan oleh KMMI dalam rangka meningkatkan mutu Madrasah Ibtidaiyah MI