• Tidak ada hasil yang ditemukan

persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat pada pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap anak di Rumah Sakit Umum Daerah Serang Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat pada pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap anak di Rumah Sakit Umum Daerah Serang Tahun 2011"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PERAWATAN PADA PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD SERANG TAHUN 2011

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun oleh: Ai Rosidah 107104000286

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini; saya :

Nama

:Ai

Rosidah

NIM

: 107104000286

Program

studi

: Ilmu Keperawatan Tahun

Akademik

:2007

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan skripsi yang berjudul:

PERSEPSI

ORANG

TUA

TENTANG

PERILAKU

CARING

PERAWAT PADA PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DI

RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD SERANG TAHUN 2011

Apabila suatu saat terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang telah ditetapkan.

(3)

iii Skripsi, April 2012

Ai Rosidah, NIM: 107104000286

Persepi Orang Tua Tentang Perilaku Caring Perawat Pada Pelaksanaan asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Serang Tahun 2011

xiii + 80 halaman + 3 tabel + 5 gambar + 2 lampiran

Kata kunci: persepsi, orang tua, perawat dan perilaku caring

ABSTRAK

Caring merupakan salah satu bentuk pelayanan yang didalamnya terdiri dari kasih sayang, keramahan, dan suatu pendekatan yang dinamis dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kualitas dan kepedulian kepada klien. Perawat mempunyai tugas untuk selalu menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang, rasa sensitive kepada diri sendiri dan orang lain. Perawat dituntut untuk selalu dapat menerapkan perilaku caring dalam proses asuhan keperawatan karena berdampak pada kepuasan pasien dan juga persepsi pasien dan orang tua.Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi orang tuatentang perilaku caring perawat di ruang rawat inap anak RSUD Serang tahun 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan bulan Desember 2011- Januari 2012, dengan jumlah sampel 96 responden dari 3 ruangan rawat inap anak RSUD Serang. Tehnik pengambilan data menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 96 responden sebanyak 94,8% responden memiliki persepsi baik dan sebanyak 5,2% responden memiliki persepsi kurangbaik. Saran, sikap caring yang sudah baik agar dapat dipertahankan serta komunikasi terapeutik untuk dapat ditingkatkan agar pencitraan orang tua dan keluarga pasien terhadap perawat tetap baik. Sikap

(4)

iv

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduated thesis, April 2012

Ai Rosidah, NIM: 107104000286

Parent’s Perception on Caring Behavior of Nurses in Implementation of Nursing Care at Pediatric's Ward RSUD Serang 2011

xiii + 80 pages + 3 tables + 5 images + 2 attachements Key words: perception, parent, nurse and caring attitude

ABSTRACT

Caring is one of service style which is consists of fondness, friendliness and a dynamic approaches of nurses in improving work qualities and caring toward the clients. It is the duty of nurses to always have a gently behavior and the sense of self-sensitive through others. Nurses are required to always put the

caring on tops in nursing care in order to fulfill the satisfaction both of patients and their parents. The aim of this study is to identify the parent’s perception through caring behavior of nurses in implementation of nursing care at pediatric’s ward RSUD Serang in 2011.

This study is a quantitative study using descriptive analysis. The study was conducted in December 2011-January 2012 with total of 96 respondents in three pediatric wards at RSUD Serang. The Data collection technique was using simple random sampling in collecting the data with questionnaire. The analysis was using univariate analysis.

(5)
(6)
(7)

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT PADA PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD SERANG TAHUN 2011 Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Jakarta, Mei 2012

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

viii

Nama : Ai Rosidah

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 3 Maret 1989 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Komplek Sek-Neg RI Blok B1/ 6 Rt 01/004 Panunggangan Utara Pinang Tangerang- Banten

No. Telp/HP : 0856 9388 7488

e-mail : rosyrosyidah@ymail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. TK SEKNEG, Tangerang (1994-1995)

2. SDN Panunggangan 1, Tangerang (1995-2001)

(9)

ix Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam tak lupa disampaikan kepada Rasul kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman

yang terang benderang. Atas izinNya lah skripsi dengan judul “Persepsi Orang Tua Tentang Perilaku Caring Perawat Pada Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Anak RSUD Serang Tahun 2011” dapat diselesaikan.

Skripi ini dibuat untuk memenuhi syarat akhir dari suatu program akademik Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapat gelar S.kep., akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan penulis terhadap pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis melihat fakta dan realita yang ada serta bagaimana pemecahan masalah dari suatu fenomena yang terjadi disekitarnya.

Penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menginginkan memberikan ucapan terimakasih yang mungkin hanya bisa dituliskan dalam skripsi kepada:

(10)

x Jakarta.

3. Dra. Farida Hamid, M.Pd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Tien Gartinah, M.N. selaku Ketua Program Studi IImu Keperawatan

(PSIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Ns. Yanti Riyantini M.Kep.Sp.Kep.An dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kp., M.KM. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikiranya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi.

6. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan khususnya dosen-dosen Ilmu Keperawatan yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta staf akademik, dan petugas laboratorium..

7. Pihak RSUD Serang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ucapan terimakasihku teristimewa kepada keluarga tercinta, terutama ayah dan ibu yang selalu memberikan doanya, motivasinya, kasih sayangnya dan dukunganya baik moral maupun spiritual demi keberlangsungan studi penulis, serta untuk kakak dan adikku (Aisyah dan Iqbal) yang selalu memberikan doa dan semangat.

(11)

xi

namanya. Terima kasih atas semangat dan dukungan kalian.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kesempurnaan itu dapat terbentuk dengan sebuah kritikan dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga rahmat Allah selalu tercurahkan kepada kita semua.

Ciputat, April 2012

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Pertanyaan Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

1. Pelayanan Keperawatan ... 7

2. Pendidikan Keperawatan ... 7

3. Rumah Sakit ... 7

4. Peneliti Lain ... 7

F. Ruang Lingkup Peneliti ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Konsep Caring ... 8

1. Definisi ... 8

2. Faktor carative dalam caring ... 9

B. Persepsi ... 14

1. Definisi ... 14

2. Macam-macam Persepsi ... 15

3. Faktor yang mempengaruhi persepsi ... 15

(13)

xiii

3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku ... 20

4. Bentuk perilaku ... 21

D. Keperawatan Anak ... 22

1. Perawat ... 22

2. Paradigma keperawatan ... 23

3. Peran perawat anak ... 25

E. Hospitalisasi Pada Anak ... 28

1. Definisi ... 28

2. Reaksi anak terhadap proses hospitalisasi ... 30

3. Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi anak ... 33

F. Kerangka Teori ... 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 35

A. Kerangka Konsep ... 35

B. Definisi operasional ... 36

BAB IV METODE PENELITIAN ... 38

A. Desain penelitian ... 38

B. Populasi dan sampel penelitian ... 38

1. Populasi penelitian ... 38

2. Sampel penelitian ... 39

C. Lokasi dan waktu penelitian ... 40

D. Tehnik pengumpulan sampel ... 40

E. Alat pengumpulan data ... 41

F. Tehnik pengumpulan data ... 42

1. Pengumpulan data ... 42

2. Tahap pengumpulan data ... 43

G. Uji validitas dan realibilitas ... 44

1. Uji validitas ... 44

2. Realibilitas ... 44

H. Pengplahan data ... 45

I. Tehnik analisa data ... 47

J. Etika penelitian ... 47

1. Prinsip-prinsip ... 47

2. Masalah etika penelitian ... 48

BAB V HASIL PENELITIAN ... 50

A. Gambaran umum tempat penelitian ... 50

B. Gambaran persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat ... 51

C. Distribusi frekuensi persepsi perilaku caring berkaitan 10 faktor ... 52

BAB VI PEMBAHASAN ... 56

(14)

xiv

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

(15)
[image:15.595.125.534.171.477.2]

xv

(16)
[image:16.595.120.538.67.489.2]

xvi

Gambar 2.1 Proses terjadinya persepsi (Sunaryo, 2004) ... 13 Gambar 2.2 Hierarki kebutuhan manusia (Abraham Maslow dalam Sunaryo,

2004) ... 13 Gambar 2.3 Cabang kebutuhan manusia (Jean Watson 1979, dalam Hidayat,

(17)

xvii Lampiran 1. Surat izin penelitian

Lampiran 2. Informed consent Lampiran 3. Kuesioner

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kesakitan anak merupakan indikator status kesehatan anak. Survei yang dilakukan oleh Survei Sensus Nasional (SUSENAS) tahun 2005 menunjukkan angka kesakitan pada kelompok anak usia 0-4 tahun ada 27,04%, kelompok anak usia 5-12 tahun 15,41%, kelompok anak usia13-15 tahun ada 9,71% dan 8,59% pada kelompok anak usia 16-21 tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa anak usia di bawah 5 tahun lebih rentan dengan penyakit apabila dibandingkan dengan usia lainnya, hal ini yang dapat menyebabkan anak harus menjalani hospitalisasi untuk mencapai kesehatan yang optimal.

(19)

hospitalisasi tidak berdampak pada anak saja orang tua anak pun akan mengalami perubahan seperti perubahan peran, masalah keuangan, kesepian, perubahan kebiasaan sosial. Hallstrom, Elander, Callery (1997 dalam Asmadi, 2008) membuktikan bahwa dampak hospitalisasi pada anak akan menimbulkan stress pada orang tua seperti takut, rasa bersalah, stress dan cemas. Brewis (1995 dalam Asmadi, 2008) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa rasa takut pada orang tua muncul selama perawatan anak di rumah sakit.

Perawat sebagai pemberi pelayanan (caregiver) akan mempengaruhi perilaku anak ketika menjalani hospitalisasi (Horner dalam Grayson 1990). Menurut Casey (1997) untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak yang mengalami hospitalisasi sangat dibutuhkan kerjasama antara orang tua dan tim kesehatan (Supartini, 2004). Menurut Wong (2008) asuhan yang berpusat pada keluarga menunjukkan bahwa dalam keperawatan anak, keluarga menjadi suatu elemen penting ketika anak menjalani hospitalisasi.

(20)

dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kualitas dan kepedulian kepada klien (Muhlisin & Ichsan, 2008). Leininger (1981) menekankan bahwa mengasuh (caring) adalah tema sentral dari asuhan keperawatan serta pengetahuan dan praktik keperawatan (Tomey, 2006).

Watson menilai penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya pengobatan, akan tetapi tanpa perawatan penyakit akan tetap ada. Watson memberikan pandangan tentang konsepnya yaitu tentang perilaku caring

perawat (Watson, 2008). Perawat mempunyai tugas untuk selalu menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang, rasa sensitif kepada diri sendiri dan orang lain (Christensen, 2009). Perawat dituntut untuk selalu dapat menerapkan

caring dalam proses asuhan keperawatan karena berdampak pada kepuasan pasien dan juga persepsi pasien dan orang tua.

Persepsi adalah suatu proses dimana individu menangkap rangsangan kesan-kesan sensoris guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins & Judge, 2008). Apabila persepsi seseorang baik maka perilaku yang muncul juga akan baik. Anne & Byrne (1992) menjelaskan bahwa seseorang memerlukan persepsi yang baik untuk mendasari penerimaan dan interpretasi yang baik dan informasi yang masuk untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang abstrak dengan sukses.

(21)

dirasakan pasien adalah perawat aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan, responsif, terampil dan menghargai serta menjelaskan.

Hasil penelitian lain oleh Wahyuni (2008) mengenai perilaku caring

perawat di RS Haji Adam Malik didapatkan sebanyak 58% pasien menyatakan perawat berperilaku baik dan 42% pasien menyatakan perawat berperilaku cukup, dalam hal ini Wahyuni menjelaskan masih rendahnya pelaksanaan karatif caring perawat terhadap pasien terutama aspek meningkatkan proses belajar mengajar dan aspek memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Serang merupakan rumah sakit rujukan Provinsi Banten. Data pada bulan Januari-Juni 2011 di RSUD kabupaten Serang terdapat 1.474 pasien anak yang dirawat. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang tua pasien yang diajukan pertanyaan tentang perilaku caring perawat 2 diantaranya menyatakan baik dan 3 lainnya menyatakan cukup. Fenomena ini mengindikasikan bahwa adanya kecenderungan perawat masih belum berperilaku caring pada saat memberikan asuhan keperawatan.

(22)

B. Rumusan Masalah

Anak yang menjalani hospitalisasi akan mengalami distres psikis yang meliputi kecemasan, ketakutan, kemarahan, kekecewaan, kesedihan, malu, atau rasa bersalah (Wong, 2009). Dampak hospitalisasi pada anak akan menimbulkan stress pada orang tua seperti takut, rasa bersalah, stress dan cemas. Caring hadir sebagai suatu pendekatan yang dinamis dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kualitas dan kepedulian kepada klien (Muhlisin & Ichsan, 2008). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang tua pasien yang diajukan pertanyaan tentang perilaku caring perawat 2 diantaranya menyatakan baik dan 3 lainnya menyatakan cukup. Fenomena ini mengindikasikan bahwa sebagian dari orang tua pasien masih belum melihat perawat berperilaku caring pada saat memberikan asuhan keperawatan.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan indentifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan diajukan adalah bagaimana persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat di ruang rawat inap anak RSUD Kabupaten Serang?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(23)

2. Tujuan Khusus

Mengidentifikasi persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat: a. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik

b. Menanamkan keyakinan dan harapan

c. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain d. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu

e. Mempromosikan dalam penerimaan ekspresi perasaan negatif dan positif

f. Membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan g. Mengajarkan hubungan interpersonal

h. Menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya sosial dan spiritual

i. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia

j. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologi

E. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi asupan bagi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menerapkan perilaku caring

(24)

2. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu acuan siswa keperawatan agar dapat lebih memahami tentang kosep caring yang dilakukan pada saat memberikan asuhan keperawatan yang dikhususkan kepada pasien anak.

3. Rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan dasar untuk menerapkan perilaku caring dalam asuhan keperawatan sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan keperawatan.

4. Penelitian keperawatan

Hasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk peneliti selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian untuk mengetahui gambaran tentang sesuatu secara objektif (Setiadi, 2007). Tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan suatu peristiwa atau kondisi populasi saat ini (Danim, 2003).

[image:24.612.135.552.161.467.2]
(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Caring

1. Definisi

Caring adalah perhatian kepada individu ataupun memberikan bantuan kepada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya (Nursalam, 2003). Watson dalam Muhlisin & Ichsan, 2008 mendefinisikan

caring lebih dari sebuah eksistensi filosofi dan ia memandang caring sebagai ideal moral keperawatan.

Proses caring keperawatan mencakup wilayah penyuluhan dalam bentuk ilmu biofisik, perilaku, sosial dan humanistik. Penerapan ilmu caring

(26)
[image:26.612.134.550.42.484.2]

Gambar 2.3 Cabang kebutuhan manusia menurut Jean Watson

2. Faktor carative dalam caring

Watson mengembangkan original carative factor menjadi clinical caritas processes yang menawarkan pandangan yang lebih terbuka (Muhlisin & Ichsan, 2008), yaitu:

Kebutuhan Biofisikal

Kebutuhan makan dan cairan Kebutuhan eliminasai

Kebutuhan ventilasi

Kebutuhan Psikofisikal

Kebutuhan aktivitas dan istirahat Kebutuhan seksualitas

Kebutuhan psikososial

Kebutuhan berprestasi Kebutuhana berorganisasi

Kebutuhan intrapersonal-interpersonal

(27)

a. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik.

Watson (2008) mengungkapkan bahwa perawat menerapkan perilaku penuh kasih saying, kebaikan dan ketenangan dalam konteks kesadaran terhadap caring. Faktor instrinsik yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu bentuk kasih sayang seperti emosi cinta, kepedulian dan cinta diri sendiri dan orang lain. Watson dalam Asmadi, 2008 mengemukakan bahwa asuhan keperawatan yang berdasarkan nilai humanistik dan altruistik dapat dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang, keyakinan, interaksi, kebudayaan dan pengalaman pribadi. Manifestasi caring perawat pada pengertian humanistik adalah memanggil namaanak dengan panggilan kesenangan, selalu mendengarkan keluhan anak dan kebutuhan anak. Perawat membuat anak merasa nyaman berbicara dengan suara lembut atau menyanyi dengan lembut atau dan dengan kontak fisik seperti memegang, memeluk, menyentuh, serta mencium (Potter & Perry, 2005)

b. Menanamkan keyakinan dan harapan.

(28)

klien (Asmadi, 2008). Manifestasi perilaku caring perawat adalah memotivasi pasien dan mendorong pasien mencari alternatif terapi secara rasional, memotivasi pasien untuk menghadapi penyakitnya walaupun penyakitnya termasuk terminal (Stuart dan Laraia, 2001)

c. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.

Seorang perawat dituntut untuk dapat membangun dan mengembangkan nilai senitivitas terhadap pribadi dan orang lain (Asmadi, 2008). Apabila nilai tersebut sudah dikembangkan oleh perawat maka dalam pemberian pelayanan perawat menjadi lebih sensitif dan bersikap wajar kepada klien (Muhlisin & Ichsan, 2008). Manifestasi perilaku caring perawat adalah bersikap empati dan mampu menempatkan diri pada posisi pasien, ikut merasakan dan prihatin terhadap penderitaan yang diungkapkan pasien serta siap membantu setiap saat (Tomey & Alligood, 2006)

d. Membina hubungan saling percaya dan saling membantu.

(29)

kekhawatiran keluarga dan tidak menakutkan bagi anak telah membentuk dasar untuk hubungan yang positif(Potter & Perry, 2005).

e. Mempromosikan dalam penerimaan ekspresi perasaan negatif dan positif. Perawat harus siap menampung dan mendukung perasaan negatif dan positif yang timbul dari diri klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup baik bagi perawat dan klien. Perawat harus menggunakan intelektual maupun emosional yang mereka miliki pada saat keadaan yang berbeda (Tomey& Alligood, 2006). Saat klien mengeluhkan tentang masalah dan perasaan, perawat dapat memberikan waktunya untuk mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh klien (Muhlisin, 2008). Perawat dapat memotivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya baik positif maupun negatif seperti memberikan keyakinan kepada anak-anak bahwa tidak mengapa jika menangis (Potter & Perry, 2005)

f. Membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.

Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan kepada klien. Perawat secara kreatif menggunakan diri sendiri dan cara yang diketahui untuk terlibat dalam proses caring-healing yang artristik (Muhlisin& Ichsan, 2008). Manifestasi perawat dapat melibatkan anak dan keluarga dalam perencanaan perawatan dari saat pertama dalam pertemuan pertama (Ricci & Kyle 2009).

g. Mengajarkan hubungan interpersonal.

(30)

untuk pertumbuhan personal klien (Muhlisin& Ichsan, 2008).Perawat memberdayakan keluarga dan anak dengan memberikan pengetahuan tentang segala sesuatu yang tidak dipahami (Ricci & Kyle 2009).

h. Menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya sosial dan spiritual.

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit klien (Christensen, 2009). Penciptaan lingkungan healing pada seluruh tingkatan baik fisik maupun nonfisik lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran yang memiliki keutuhan. Supartini (2004) menambahkan perlunya modifikasi lingkungan fisik agar tidak menakutkan. Modifikasi lingkungan tersebut dapat berupa, mendesainnya seperti rumah, yaitu penataan dan dekorasi yang bernuansa anak misalnya, menggunakan alat tenun dan tirai bergambar bunga atau binatang lucu, hiasan di dinding bergambar dunia binatang, papan nama pasien bergambar lucu, tangga dicat berwarna warni.

i. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

(31)

j. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis.

Seorang klien terkadang harus dihadapkan pada pengalaman yang bersifat provokatif dengan tujuan agar klien dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Muhlisin& Ichsan, 2008). Nilai eksistensi dan fenomenologis dapat menjadikan seorang klien siap dan mempunyai kekuatan dalam menghadapi kehidupan nyata dan kematian (Asmadi, 2008).

B. Persepsi

1. Definisi

Persepsi merupakan suatu proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi yang bertujuan untuk penggambaran arti suatu objek (Rangkuti, 2009). Menurut Bimo Walgito (2001 dalam Sunaryo, 2004) persepsi adalah proses pengorganisasian dan penginterpretasian rangsangan yang diterima oleh seorang individu yang merupakan suatu aktivitas berintegrasi dalam diri individu.

(32)

penginterpretasian suatu informasi yang diterima individu dalam menilai suatu objek

2. Macam-macam persepsi

Sunaryo (2004) membagi dua macam pesepsi, yaitu:

a. Eksternal perception, yaitu persepsi ini terjadi apabila rangsangan datang dari luar individu

b. Self perception, yaitu persepsi yang terjadi apabila rangsangan tersebut berasal dari dalam diri individu.

3. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Setiap individu melihat sesuatu hal yang sama namun mengartikan hal tersebut berbeda dapat diartikan jika persepsi setiap individu berbeda-beda walaupun objeknya sama. Perbedaan tersebut muncul karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukannya. Faktor pengalaman, pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan persepsi (Hardjana, 2003)

Interpretasi sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi dari pembuat persepsi tersebut. Karakteristik pribadi dipengaruhi oleh sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan seseorang (Robbins &Judge, 2008). Menurut Sukadji (1986 dalam Luthfi dkk) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah:

(33)

b. Sasaran persepsi, sasaran persepsi seseorang dapat disebabkan karena kesamaan, kedekatan dan kebetulan

c. Faktor situasi, misalnya seseorang yang ada di tepi pantai mengenakan pakaian renang itu merupakan sesuatu yang tidak mengherankan, tetapi apabila seseorang itu memakai pakaian renang tetapi tidak berada dalam situasi yang berhubungan dengan renang maka akan sangat menarik perhatian, karena itu bukan hal yang wajar.

4. Proses terjadinya persepsi

Sunaryo (2004) proses terjadinya persepsi terjadi karena tiga proses, yaitu:

a. Proses fisik, adanya stimulus berasal dari luar individu dan langsung mengenai alat indra sebagai reseptor

b. Proses fisiologis, adanya stimulusberasal dari dalam individu dengan menggunakan saraf sensorisyang menghantarkan ke dalam otak secara fisiologis

c. Proses psikologis, adanya proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima

(34)
[image:34.612.116.552.44.431.2]

Gambar 2.1 Proses terjadi persepsi

C. Perilaku

1. Definisi

Perilaku dari sudut biologis dapat diartikan adanya suatu kegiatan organisme yang saling bersangkutan dan dapat diamati secara langsung dan tidak langsung. Perilaku secara operasional adalah suatu rangsangan respon yang datangnya dari subjek luar (Soekidjo, 1993 dalam Sunaryo, 2004). Robert Kwick (1974 dalam Sunaryo, 2004) mendefinisikan perilaku adalah suatu tindakan organisme yang dapat kita amati dan pelajari.

Perilaku jika diibaratkan dengan gunung es, merupakan puncak gunung es yang dapat dilihat oleh kedua mata. Perilaku yang terlihat itu dapat diartikan hanyalah sebuah akibat yang muncul dikarenakan adanya sebab

Objek Stimulus

Reseptor

Persepsi

Saraf sensorik

(35)

(akar masalah), sedapat mungkin kita harus berhasil mengatasi akar masalah tersebut secara otomatis perilaku akan berubah (Gunawan, 2007).

Skinner (1938 dalam Notoatmodjo 2007) mendefinisikan perilaku sebagai hubungan antara stimulus dan respon. Skinner mengemukakan ada dua respon (tanggapan) yaitu:

a. Responden respons (perilaku responden)

Tanggapan yang disebabkan oleh rangsangan tertentu atau electing stimuli

yang menimbulkan tanggapan yang relatif tetap. Emosi merupakan salah satu contoh dari responden respons yang diakibatkan karena adanya hal-hal yang tidak mengenakan.

b. Operant respon atau instrument behavior

Tanggapan ini timbul karena berkembang dan diikuti rangsangan tertentu. Perangsangan tersebut atau semacamnya disebut reinforcing stimuli atau

reinforcer, karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respon yang dilakukan oleh orang. Perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. 2. Proses pembentukan perilaku

Perilaku manusia terbentuk atas dasar atau karena adanya kebutuhan. Abraham Harold Maslow mengemukakan bahwa ada lima kebutuhan dasar yang dimiliki oleh manusia, yaitu:

(36)

dan seks. Apabila ini semua tidak terpenuhi maka kebutuhan fisiologis dan biologis manusia tidak seimbang.

b. Kebutuhan rasa aman, manusia tidak akan hidup nyaman apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi. Rasa aman terhindar dari tindakan kejahatan, terhindar dari peperangan dan permusuhan.

c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, manusia mendambakan kasih sayang dari orang lain baik dari orang tua, saudara, kekasih dan lain-lain. Kebutuhan ini membuat manusia selalu merasa bahagia dan akan membuat manusia merasa aman dan nyaman.

d. Kebutuhan harga diri, di dalam diri manusia ingin menjadi seseorang yang selalu diperhatikan dan dihargai oleh orang lain. Hal seperti ini membuat manusia menjadi sosok makhluk hidup yang berarti.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, manusia selalu ingin lebih sukses dibanding orang disekitarnya, berhasil dalam menggapai cita-citanya dan merasa lebih baik dan menonjol dalam karier dan usahanya.

(37)
[image:37.612.132.551.42.463.2]

Gambar 2.2 hierarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow

3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku

Perilaku terbentuk dari beberpa faktor, dari dalam maupun luar. Green (1980 dalam Maulana 2009) menjelaskan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia, diantaranya:

a. Faktor predisposisi

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari diri seseorang dan karena ini seseorang dapat melakukan banyak hal seperti, pengetahuan, jenis kelamin, usia, persepsi dan lain-lain.

b. Faktor pemungkin (enabling factor)

(38)

c. Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor ini merupakan faktor pendorong perilaku seseorang atau memperkuat perilaku seseorang, seperti orang terdekat, tokoh masyarakat dan keluarga.

4. Bentuk perilaku

Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar individu (Sunaryo, 2004). Perilaku ada dua macam:

a. Perilaku pasif

Perilaku ini masih terdapat di dalam diri manusia sifatnya tertutup dan tidak dapat dilihat secara langsung.Perilaku ini dapat dilihat dari sikap bukan dari tindakan nyata, seperti berfikir. Seseorang berfikir kita hanya dapat melihat ia sedang berfikir tetapi kita tidak dapat melihat apa yang ada difikirannya

b. Perilaku aktif

(39)

D . Keperawatan Anak

1. Perawat

Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua (Supartini, 2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 menjelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan keperawatan di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentua peraturan perundang-undangan yang berlaku(Asmadi, 2008).

Florence Nightingale dalam Priharjo, 2008 menyatakan bahwa perawat adalah mempertahankan kondisi pasien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya. Menurut Elis & Hartley (1980 dalam Priharjo, 2008) perawat adalah orang yang mengasuh, melindungi dan merawat orang yang sakit, lanjut usia dan luka. Perawat merupakan seseorang yang berlatar belakang pendidikan keperawatan yang bertugas memberikan kenyamanan, merawat dan melindungi pasien dari segala sesuatu kondisi abnormal yang dialami pasien.

(40)

kolaboratif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam tatanan pelayanan keperawatan (Priharjo, 2008). 2. Paradigma keperawatan

Paradigma keperawatan terdiri dari empat konsep, yaitu: a. Manusia

Manusia sebagai sistem adaptif yang selalu berinteraksi dan berespons terhadap lingkungan, mempunyai kemampuan untuk mempertahankan integritas diri melalui mekanisme adaptasi (Kusnanto, 2004). Manusia sebagai klien keperawatan anak adalah individu yang berusia 0 sampai 18 tahun yang sedang dalam proses perkembangan dan pertumbuhan (Supartini, 2004).

Anak merupakan individu yang unik yang masih bergantung bantuan orang dewasa dan lingkungannya.Anak secara psikologis membutuhkan kasih sayang, cinta dan rasa aman dari orang dewasa yang berada disekitar.

b. Sehat

(41)

Sehat dalam keperawatan anak adalah kondisi dimana kesejahteraan anak terpenuhi antara fisik, mental dan sosial pada masa pertumbuhan dan perkembangan agara dapat tercapai secara optimal (Supartini, 2004). Anak sepanjang rentang sehat-sakit memerlukan bantuan perawat secara langsung maupun tidak langsung dan tidak terlepas bimbingan dari keluarga.

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, baik internal maupun eksternal. Faktor internal seperti aspek-aspek genetika, struktur dan fungsi tubuh serta psikologis sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan fisik, biologik, sosial, kultural dan spiritual (Asmadi, 2008). Anak selalu bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya.Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh rangsangan lingkungan eksternal seperti lingkungan yang aman, peduli dan penuh kasih sayang (Supartini, 2004).

d. Keperawatan

(42)

Fokus utama dalam pelayanan keperawatan adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga dan perawatan yang terapeutik. Konsep yang mendasari kerjasama antara keluarga dan perawat adalah perawat memfasilitasi keluarga agar tetap aktif dalam asuhan keperawatan anaknya di rumah sakit dan memberdayakan kemampuan keluarga dari aspek pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan perawatan anak di rumah sakit (Supartini, 2004)

3. Peran perawat anak a. Advokasi

Perawat sebagai advokasi bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi dan institusi tempat bekerja. Perawat harus bekerja sama dengan keluarga dalam memenuhi kebutuhan mereka dan merencanakan intervensi yang tepat sesuai kebutuhan (Wong, 2008). Perawat membantu melindungi klien dari kejadian yang tidak diinginkan ketika dalam tindakan diagnostik atau pengobatan. Perawat pun melindungi hak-hak klien sebagai manusia secara hukum serta membantunya dalam memenuhi kebutuhan dasar (Potter & Perry, 2005)

b. Pendidik

(43)

pendidikan kesehatan merupakan suatu hal terpenting karena keingin tahuan keluarga akan kondisi anak yang mencakup penyakit dan perawat anak selama di rumah sakit. Perawat mempunyai peran sebagai pendidik kesehatan dapat mengubah tiga sikap orang tua diantaranya pengetahuan, keterampilan dan sikap keluarga khususnya saat anak sakit (Supartini, 2004).

c. Konselor

Perawat sebagai konselor dapat memberikan konseling kepada anak dan keluarga saat mereka membutuhkannya. Proses pemberian konseling ini akan membedakan dengan pendidikan kesehatan yaitu mendengarkan keluhan klien, melakukan sentuhan, hadir secara fisik dan dapat bertukar pikiran anatara keluarga dan perawat (Supartini, 2004).

Wong (2008) menjelaskan perhatian pada kebutuhan emosi memerlukan dukungan dan terkadang memerlukan konseling. Konseling melibatkan pertukaran pendapat dan ide yang dapat memberi dasar untuk pemecahan masalah.

d. Koordinator

(44)

Perawat dijadikan sebagai koordinator karena selama waktu 24 jam perawat berada disisi klien. Perawat bekerja sama dengan keluarga sangat dibutuhkan dan juga harus terbina dengan baik, tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi dari orang tua tetapi ketika proses perawatan anak keluarga harus bersikap aktif (Supartini, 2004)

e. Peran restoratif

Perawat membantu klien untuk mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhannya kepada kebutuhan klien secara holistik (Potter & Perry, 2005).

Aspek penting dari restoratif adalah pengkajian dan evaluasi status fisik yang berkesinambungan. Fokus utama pada pengkajian fisik, patofisisologi dan rasional ilmiah yang dilakukan membantu perawat dalam membuat keputusan mengenai status kesehatan (Wong, 2008)

f. Pengambilan keputusan etis

(45)

didengar oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan anak (Supartini, 2004).

g. Peneliti

Berfikir kritis sangat diperlukan oleh perawat dalam melakukan penelitian sehingga dapat melihat fenomena yang ada dalam layanan asuhan keperawatan anak sehari-hari dan mempelajari penelitian sebelumnya untuk dapat meningkatkan kualitas praktek keperawatan anak (Supartini, 2004). Perawat pelaksana harus berperan pada riset karena mereka yang mengamati respon individu terhadap kesakitan dan kesehatan. Konsep praktek berdasarkan penelitian juga melibatkan analisis riset dalam praktek keperawatan sehari-hari (Wong, 2008).

Freda dalam Wong, (2008) menjelaskan ketika seorang perawat mendasarkan praktik klinisnya sesuai dengan riset mereka mampun berkontribusi pada kesehatan, kesejahteraan, dan pengobatan tidak hanya itu saja berkontribusi juga kepada institusi dan profesi keperawatan.

D. Hospitalisasi Pada Anak

1. Pengertian

(46)

untuk menjalani terapi dan perawatan sampai mencapai kesehatan yang optimal (Wong, 2008). Hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang penuh tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan (Potter & Perry, 2005). Hospitalisasi pada anak mempunyai dampak (Asmadi, 2005), yaitu:

a. Privasi, saat dirawat di rumah sakit klien pasti kehilangan sebagian privasinya. Kondisi ini disebabkan karena beberapa hal seperti, selama dirawat di rumah sakit klien berulang kali diperiksa oleh petugas kesehatan baik dengan dokter maupun perawat. Bagian tubuh yang biasanya dijaga agar tidak dilihat orang tiba-tiba dilihat dan disentuh oleh orang lain.

b. Gaya hidup, aktivitas yang dilakukan atau yang dijalani oleh klien sangat berbeda sewaktu sebelum dirawat dan ketika dirawat. Hal ini disebabkan karena perubahan situasi anatara rumah dan rumah sakit. Perubahan gaya hidup akibat hospitalisasi inilah yang harus menjadi perhatian setiap perawat. Asuhan keperawatan yang diberikan harus diupayakan sedemikian rupa agar dapat menghilangkan atau meminimalkan perubahan yang terjadi.

(47)

Perawat harus selalu memberi tahu klien sebelum melakukan intervensi apapun dan melibatkan klien dalam intervensi.

d. Peran, klien yang dirawat di rumah sakit sudah pasti mengalami perubahan peran,peran yang dijalani seseorang juga bergantung pada status kesehatannya, peran yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan peran yang dijalani saat sakit. Perubahan yang terjadi akibat hospitalisasi ini tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga pada keluarga.

2. Reaksi anak terhadap proses hospitalisasi

Menurut supartini (2004) reaksi anak yang dirawat dirumah sakit sesuai tahapan perkembangan adalah :

a. Masa bayi (0-1 tahun)

(48)

b. Masa toddler (2-3Tahun)

Anak usia toddler biasanya bereaksi terhadap hospitalisasi terhadap sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilaku anak sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap proses, putus asa dan pengingkaran. Tahap pengingkaran, prilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua, atau menolak perhatian yang diberikan orang lain. Tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah, menangis berulang, kurang menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, apatis.Tahap pengingkaran perilaku yang ditunjukan adalah menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal dan akan memulai menyukai ligkungan.

c. Masa prasekolah (3- 6Tahun)

Perawatan anak dirumah sakit memaksakan untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman.Penuh kasih sayang dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia pra sekolah ialah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara berlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol dirinya.

(49)

menganggap atau tindakan dan prosedur yang dilakukan mengancam integritas tubuhnya.Reaksi yang timbul dari hal tersebut adalah reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama terhadap perawat dan ketergantungannya terhadap orang tua.

d. Masa sekolah (6-12 Tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak berpisah dengan lingkungan yang dicintainya yaitu keluarga dan kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan.Kehilangan kontrol yangterjadisaat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktifitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak terhadap perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan karena adanya kelemahan fisik.

Reaksi terhadap adanya perlakuan fisik atau nyeri yang ditunjukkan dengan ekspresi verbal maupun non verbal. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perlakuan jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan memegang sesuatu dengan erat.

e. Masa remaja (13-18 Tahun)

(50)

sakit akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan. Pembatasan aktifitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol dirinya dan menjadi tergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang timbul akibat pembatasan aktifitas ini adalah dengan menolak tindakan dan perawatan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif terhadap petugas atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan.

3. Respon keluarga terhadap hospitalisasi anak

Muscari (2005) menjelaskan beberapa reaksi keluarga yang akan muncul ketika anaknya sakit atau dihospitalisasi:

a. Kemungkinan gangguan koping. Rasa takut dan ansietas tentang penyakit anak atau hospitalisasi akan meningkat, memperburuk kemampuan keluarga mengatasi masalah dan membantu anak melakukan koping. b. Kehilangan kendali. Perasaan putus asa diakibatkan dari beberapa stresor

seperti beratnya penyakit, hospitalisasi sebelumnya, prosedur medis, kurangnya sistem informasi, sistem pendukung, kekuatan ego, masalah keluarga yang lain, keyakinan agama atau budaya, komunikasi keluarga, dan kemampuan koping sebelumnya.

(51)
[image:51.612.115.548.41.512.2]

F. Kerangka teori

Gambar 2.4 kerangka teori persepsi, perilaku caring, keperawatan& hospitalisasi pada anak (modifikasi Watson, 1979)

Hospitalisasi

pada anak Distress psikis

Persepsi orang tua

Caring perawat

Perilaku caring perawat: 1. Membentuk system nilai

humanistik dan altruistik 2. Menanamkan keyakinan &

harapan

3. Mengembangkan sensitifitas 4. Membina hubungan saling

percaya dan saling bantu 5. Mempromosikan dalam

penerimaan ekspresif negatif dan positif

6. Membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan

7. Mengajarkan hubungan interpersonal

8. Menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya & spiritual

9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia

(52)

35

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori dan tujuan penelitian maka kerangka konsep

[image:52.612.126.544.35.654.2]

dengan judul “Persepsi Orang Tua Tentang Perilaku Caring Perawat Pada Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Serang Tahun 2011”, adalah:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Faktor karatif caring perawat, meliputi: 1. Membentuk sistem nilai humanistik

dan altruistik

2. Menanamkan keyakinan & harapan 3. Mengembangkan sensitifitas 4. Membina hubungan saling percaya

dan saling bantu

5. Mempromosikan dalam penerimaan ekspresif negatif dan positif

6. Membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan

7. Mengajarkan hubungan interpersonal 8. Menetapkan untuk mendukung

perlindungan, perbaikan budaya & spiritual

9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia

10.Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologis

(53)
[image:53.792.85.768.21.525.2]

B. Definisi Operasional

Table 3.1 Definisi Operasional

Variable Definisi operasional Cara ukur Hasil ukur Alat ukur Skala ukur

Persepsi orang tua tentang perilaku caring

perawat

Penginterpretasian suatu informasi yang diterima oleh orang tua dalam menilai perilaku caring perawat yang meliputi:

1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik

2. Menanamkan keyakinan dan harapan

3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain

4. Membina hubungan salin percaya dan saling bantu 5. Mempromosikan

dalam penerimaan ekspresi perasaan negatif dan positif 6. Membantu

Angket Persepsi kurang baik (0) : skor < 75

Persepsi baik (1) : skor > 75

(54)

menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan 7. Mengajarkan

hubungan interpersonal 8. Menetapkan untuk

mendukung perlindungan, perbaikan budaya sosial dan spiritual 9. Membantu dalam

pemenuhan

kebutuhan manusia 10.Mengembangkan

(55)

38 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian untuk mengetahui gambaran tentang sesuatu secara objektif (Setiadi, 2007). Tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien anak.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yangditeliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua pasien anak di RSUD Serang di ruang anak kelas 1, 2, 3, di RSUD Kabupaten Serang.

Alasan pengambilan populasi karena orang tua anak yang dapat menilai perilaku perawat ketika perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien anak.

2. Sampel

[image:55.595.115.537.68.470.2]
(56)

laki-laki sebanyak 34 orang dan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 62 orang. Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria.

a. kriteria inklusi, yaitu:

a) Mampu berkomunikasi dengan baik.

b) Memiliki anak yang dirawat di ruang rawat inap anak RSUD Serang minimal hari kedua perawatan

c) Mampu membaca dan menulis

b. Jumlah Sampel

Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (Univariat). Dikemukakan bahwa ukuran besar sampel diambil dengan menggunakan rumus Estimasi (Nursalam, 2003), yaitu:

Keterangan :

n : Besarnya sampel

Z21-α/2 : Confident interval = 95% = 1,96

p : Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi = 50% = 0,5

d : Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan

(57)

n =

n =

=

= 96,04

= 96 sampel

Peneliti mengantisipasi apabila terjadi data yang mengurangi kelengkapan dengan menambah jumlah sampel sebanyak 10 % dari jumlah responden sebenarnya (Hidayat, 2008), dengan perhitungan sebagai berikut:

10% x 96 = 9,6 = 10

Jadi dari 96 sampel + 10 sampel cadangan = 106 sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 responden. Responden di tambahkan 10 sebagai cadangan apabila saat pengambilan sampel ada yang belum memenuhi kriteria inklusi maka digantikan dengan sampel cadangan, sehingga saat penelitian peneliti mengambil sampel sebanyak 106 sampel.

C. Lokasi dan Waktu penelitian

(58)

D. Teknik pengumpulan sampel

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sample akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu membagikan kuesioner kepada semua orang tua pasien anak yang sedang mendampingi anaknya di rumah sakit, lalu setelah semuanya terkumpul seluruh kuesioner disesuaikan dengan kriteria inklusi.

E. Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner terdiri dari 30 pernyataan: dengan pilihan jawaban menggunakan skala Likert. Skala Likert banyak digunakan untuk riset SDM termasuk persepsi pekerja (Istijanto, 2005). Pernyataan positif terdiri dari nomor 1 - 20 dengan nilai:

1 = Sangat tidak setuju 2 = tidak setuju

3 = Setuju 4 = Sangat setuju

Pernyataan negatif terdiri dari nomor 21 – 30 dengan nilai: 1= Sangat setuju

(59)

Keterangan:

1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik, terdiri dari nomor : 1, 2, 21

2. Menanamkan keyakinan & harapan, terdiri dari nomor : 3, 4, 22 3. Mengembangkan sensitifitas, terdiri dari nomor : 5, 6, 23

4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu, terdiri dari nomor : 7, 8, 24

5. Mempromosikan dalam penerimaan ekspresif negatif dan positif, terdiri dari nomor : 9, 10, 25

6. Membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan, terdiri dari nomor : 11, 12, 26

7. Mengajarkan hubungan interpersonal, terdiri dari nomor : 13, 14, 27

8. Menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya & spiritual, terdiri dari nomor : 15, 16, 28

9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia, teridiri dari nomor : 17, 18, 29

(60)

F. Teknik pengumpulan data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksananakan pada bulan Desember 2011- Januari 2012. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner.

2. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam & Efendi, 2003). Pengumpulan data dilakukan di RSUD Serang dengan prosedur sebagai berikut :

1)Membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik yang ditujukkan kepada Direktur Utama RSUD Serang 2)Peneliti mendapatkan persetujuan dari Direktur Utama RSUD

Serang lalu peneliti memperlihatkan surat persetujuan kepada setiap kepala ruangan bukti bahwa peneliti sudah diizinkan untuk melakukan penelitian.

3)Peneliti melakukan pendekatan dan penjelasan kepada calon responden tentang penelitian yang akan dilakukan dan bagi responden yang bersedia dipersilahkan untuk menandatangani persetujuan penelitian.

(61)

5)Peneliti mendampingi responden pada saat pengisian kuesioner apabila responden tidak mengerti pernyataan didalam kuesioner dapat langsung ditanyakan kepada peneliti.

G. Uji Validitas dan Realibilitas

1. Uji Validitas

Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Gumilar, 2007). Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment

Rumus Pearson Product Moment :

Keterangan :

= Koefisien korelasi n = Jumlah responden

= Jumlah skor item

(62)

kurang dari r table adalah pada poin 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, 3b, 5b, 8a, 9b, 10b.

2. Realibilitas

Realibilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2006). Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakkan teknik Alpha Crombach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliable. Sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliable.

Uji reliable dilakukan untuk menguji kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat pada pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap anak RSUD Serang tahun 2011. Pernyataan ini diajukan kepada orang tua anak dengan jumlah responden sebanyak 30, dilakukan pada tanggal 19-23 Desember 2011 di RSUD Serang sebanyak 30 orang.

(63)

H. Pengolahan data

Proses pengolahan penelitian dan langkah-langkah pengolahan data diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

Data yang telah terkumpul dalam minggu terakhir, diperiksa kembali kelengkapannya. Beberapa lembar kuesioner ada yang tidak terisi lengkap, lalu mencari kembali responden baru dan kuesioner yang tidak terisi lengkap dianggap gugur.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Misalnya pemberian kode untuk persepsi orang tua yaitu 0=persepsi kurang baik, dan 1=persepi baik

3. Entry Data

(64)

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer

I. Tekhnik Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan mengunakan komputer, yaitu analisa univariat. Analisa univariat adalah analisis yang dilakukkan pada dua atau lebih variabel yang hanya memiliki satu variabel terikat (Setiadi, 2007). Analisa univariat merupakan analisa yang dilakukan terhadap sebuah variabel. Analisa univariat yang digunakan adalah jenis univariat distibusi frekuensi. Kita dapat mengetahui konsep yang akan kita ukur sudah siap untuk diteliti atau tidak, selain itu kita pun dapat mengetahui gambaran konsep secara terperinci (Umar, 2004). Variabel pada penelitian ini meliputi persepsi orang tua terhadap perilaku caring

perawat

J. Etika Penelitian

1. Prinsip-prinsip Etika Penelitian

(65)

tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain:

a. Prinsip Manfaat

Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilemma etik.

b. Prinsip Menghormati Manusia

Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek penelitian. c. Prinsip Keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.

2. Masalah Etika Penelitian

(66)

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Informed Consent

Inform cosent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian,mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.

b. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

(67)
(68)

50

BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat yang menggambarkan distribusi frekuensi dari responden.

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Serang adalah salah satu Rumah Sakit milik pemerintah yang berada di Serang yang diresmikan pada 20 Agustus 1938. RSUD Kabupaten Serang merupakan rumah sakit tipe B yang memiliki total kapasitas tempat tidur sebanyak 300 tempat tidur. Tugas Pokok dari Rumah Sakit Umum Daerah Serang yaitu melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan upaya penyembuhan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,

terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan

upaya rujukan.

Tugas pokok Rumah Sakit Umum Daerah Serang tersebut

mempunyai fungsi yang dijabarkan melalui program-program berikut :

1. Penyelenggaraan pelayanan medis

2. Penyelenggaraan pelayanan penunjang

(69)

4. Penyelenggaraan pelayanan rujukan

5. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan

6. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan

7. Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan

Data menunjukkan, kunjungan rawat inap anak di RSUD Kabupaten Serang selama tahun 2011 sebanyak 528 pasien per bulan atau 6332 per tahun. Ruang khusus rawat inap anak adalah Ruang Flamboyan 1, Flamboyan 2, Flamboyan 3. Tenaga perawat pelaksana yang bekerja di ruangan anak sebanyak 38 perawat dengan rincian 10 perawat Ruang Flamboyan 1, 14 perawat Ruang Flamboyan 2 dan 14 Ruang Flamboyan 3.

2. Gambaran Persepsi Orang TuaTentang Perilaku Caring Perawat

Analisis univariat menjelaskan atau mendeskripsikan tentang perilaku caring perawat di RSUD Serang

[image:69.612.133.550.42.597.2]

1. Persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat

Tabel 5.1

Tabel 5.1 menunjukkan sebanyak 5 orang tua pasien (5,2 %) memiliki persepsi kurang baik terhadap perilaku caring perawat secara

menyeluruh dan 91 orang tua pasien (94,8 %) memiliki persepi baik terhadap perilaku caring perawat

Persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat

Frekuensi

1. Persepsi kurang baik 2. Persepsi baik

5 91

Distribusi frekuensi persepsi orang tua

tentang perilaku caring perawat pada

(70)
[image:70.612.109.545.49.658.2]

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi persepsi orang tua tentang perilaku caring berkaitan dengan 10 faktor perilaku caring perawat

10 Faktor Perilaku Caring Persepsi

baik

Persepsi kurang

baik

1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistic 92 4 2. Menanamkan keyakinan & harapan 94 2 3. Mengembangkan sensitifitas 94 2 4. Membina hubungan saling percaya dan saling

bantu

94 2 5. Mempromosikan dalam penerimaan ekspresi

negatif dan positif

94 2 6. Membantu menyelesaikan masalah dan

mengambil keputusan

93 3 7. Mengajarkan hubungan interpersonal 95 1 8. Menetapkan untuk mendukung perlindungan,

perbaikan budaya & spiritual

95 1 9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia 93 3 10.Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan

fenomenologis

93 3

1. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku perawat membentuk nilai humanistik dan altruistik

Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 4 orang tua pasien (4,2%) memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 92 orang tua pasien (95,8%) memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat membentuk nilai humanistik dan altruistik.

(71)

Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 2 orang tua pasien (2,1%) memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 94 orang tua pasien (97,9%) memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat menanamkan keyakinan dan harapan.

3. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat mengembangkan sensitifitas

Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 2 orang tua pasien (2,1%) memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 94 orang tua pasien (97,9%) memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat mengembangkan sensitifitas.

4. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat membina hubungan saling percaya dan saling bantu

Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 2 orang tua pasien (2,1%) memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 94 orang tua pasien (97,9%) memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat membina hubungan saling percaya dan saling bantu.

[image:71.612.133.550.105.447.2]
(72)

baik dan sebanyak 94 orang tua pasien (97,9%) memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat mempromosikan dalam penerimaan ekspresi negatif dan positif.

6. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 3 orang tua pasien (3,1%) memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 93 orang tua pasien (96,9%) memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. 7. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat

mengajarkan hubungan interpersonal.

Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitiansebanyak 1 orang tua pasien (1%) memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 95 orang tua pasien (99%) memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat mengajarkan hubungan interpersonal.

8. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya& spiritual

[image:72.612.135.551.60.479.2]
(73)

baik dan sebanyak 95 orang tua pasien (99%) memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat menetapkan untuk mendukung perlindungan, perbaikan budaya & spiritual.

9. Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

Tabel 5.2 menunjukkan data yang diperoleh dari penelitian sebanyak 3 orang tua pasien (3,1%) memiliki persepsi kurang baik dan sebanyak 93 orang tua pasien (96,9%) memiliki persepsi baik yang berkaitan dengan perilaku caring perawat membantu dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

10.Persepsi orang tua berkaitan dengan perilaku caring perawat mengembangkan faktor kekuatan eksistensial dan fenomenologis

[image:73.612.132.550.87.453.2]
(74)

56

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai pembahasan yang meliputi interpretasi dan deskripsi hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan selanjutnya dibahas juga implikasi penelitian terhadap keperawatan dan penelitian yang berhubungan dengan persepsi orang tua tentang perilaku caring perawat di ruang rawat inap anak RSUD Serang.

A. Distribusi Frekuensi Persepsi Orang Tua Tentang Perilaku Caring

Persepsi adalah suatu proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi yang bertujuan untuk penggambaran arti suatu objek (Rangkuti, 2009). Menurut Bimo Walgito (2001 dalam Sunaryo, 2004) persepsi adalah proses pengorganisasian dan penginterpretasian rangsangan yang diterima oleh seorang individu yang merupakan suatu aktivitas berintegrasi dalam diri individu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi adalah diri sendiri, sasaran persepsi dan faktor situasi (Sukadji 1986 dalam Luthfi dkk).

(75)

Artinya hampir seluruhnya orang tua pasien anak sudah dapat menilai bahwa perilaku perawat di ruang rawat inap anak RSUD Serang sudah memiliki perilaku caring namun masih ada orang tua pasien anak yang menilai bahwa perilaku perawat di ruang rawat inap anak RSUD Serang tidak dapat memberikan rasa kenyamanan dan ketentraman kepada anak-anak mereka. Desiranto dalam Sarwono, 2010 berpendapat fenomena ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan pengalaman terhadap perilaku perawat saat memberikan asuhan keperawatan,

1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik.

C

Gambar

Tabel 3.1 Definisi operasional ......................................................................................
Gambar 2.1 Proses terjadinya persepsi (Sunaryo, 2004) ..............................................
gambaran tentang sesuatu secara objektif (Setiadi, 2007). Tujuan penelitian
Gambar 2.3  Cabang kebutuhan manusia menurut Jean Watson
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat ditempuh dengan menerapkan model pembelajaran CTL dimana model ini berupaya membawa pemikiran peserta didik untuk lebih memahami makna dari suatu

Selain itu, data juga menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan preeklampsia memiliki risiko lebih besar untuk menderita cerebral palsy dibandingkan dengan anak

Hambatan atau kesulitan yang dihadapi adalah pada awal tindakan sulitnya memotivasi siswa untuk ikut terlibat dalam proses pembelajaran, siswa cenderung pasif dan

Penemuan kasus Leptospirosis dilakukan dengan cara deteksi dini pasif oleh petugas leptospirosis Puskesmas Kota Semarang yang 91,9% menunggu datangnya pasien masuk

Sedangkan hipotesis minor yang kedua adalah, ada hubungan positif antara kepercayaan nasabah terhadap organisasi dengan loyalitas nasabah.Subyek penelitian berjumlah 70 orang

Kombinasi herba seledri ( Apium graveolens , L) dan daun lidah buaya ( Aloe vera , L) sebagai minuman herbal instan ....….Heru Agus Cahyanto.. KOMBINASI HERBA SELEDRI (

Dalam kebijakan UUD tersebut terdapat 5 pengaruh politik terhadap pendidikan yaitu: (a) Politik berpengaruh pada aktivitas pendidikan dalam penciptaan nilai-nilai dan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kekuatan, petunjuk dan ijin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”