• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman dalam konteks perjuangan kemerdekaan Malaysia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman dalam konteks perjuangan kemerdekaan Malaysia"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PERJUANGAN KEMERDEKAAN MALAYSIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

OLEH

ROZILAWATI BINTI ISMAIL NIM: 109045200016

K O N S E N T R A S I S I Y A S A H S Y A R ’I Y Y A H PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta: 26 Februari 2011 M 22 Rabiul Awal 1432 H

(5)

i

(6)

ii

2. Prof. Dr. H Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, sebagai Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;

3. Dr. Asmawi, M.Ag dan Pak Afwan Faizin, MA, sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah, yang telah memberikan kemudahan administratif bimbingan akademik sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini; 4. Prof. Dr. Hj. Amany B. Lubis, Lc, MA, sebagai dosen pembimbing yang

dengan tulus ikhlas banyak memberikan petunjuk dan panduan bagi penyelesaian skripsi ini;

5. Kepada segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

6. Kepada para pimpinan, staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan bagi penulis dalam memanfaatkan buku-buku referensi;

7. Kepada para staf Perpustakaan Awam Negeri Kelantan dan Perpustakaan Awam Kuala Krai, yang telah menyediakan buku-buku referensi yang bermanfaat dalam penelitian penulis.

(7)

iii

Abang Long(W.Aziz), Acik(M.Aziman), Zai(Rozainah), Ina(Salina), Abang(M.Khairul), Adik(M.Azahari), Husna dan saudara-saudaraku yang tidak dapat disebutkan satu-persatu;

9. Pemerintah Malaysia dan Indonesia, Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia, Dato’ Duta Malaysia di Indonesia, Tuan Pengarah JPMI, Atase Agama serta seluruh staf Kedutaan Besar Malaysia dan kebajikan yang telah diberikan; 10.Kepada para pimpinan dan staf Internasional Office yang banyak memberi

informasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di sini. Juga buat teman-teman dari pelbagai negara di Internasional Office.

11.Dato’ Tuan Guru Haji Harun Taib selaku pengerusi Ahli Majlis Mesyuarat KUDQI dan seluruh Ahli Majlis Mesyuarat KUDQI. Pihak Kolej Universitas Darul Quran Islamiyyah yang telah memberi kesempatan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat dari asatizah2 KUDQI. Juga buat adik-adik yang masih di Kudqi dan ex-Kudqi. Serta buat asatizah dan teman-teman di Madrasah Muhammadiah Pondok Sungai Durian, Kuala Krai, Kelantan;

(8)

iv

mengenali penulis. Terima kasih juga atas kebersamaan kalian dalam menemani dan membantu penulis selama kuliah di sini.

13.Kepada teman-teman ketika mencari pengalaman bekerja, khususnya di As-Syabab Quran Centre, k.tie, k.na, k.long, k.zana, k.syikin, k.ni, k.moh, k.huda, k.ma dan k.aini. Terima Kasih karena turut mendoakan penulis dan banyak memberi semangat dan motivasi supaya sukses dalam perkulihan dan penulisan skripsi ini. Tidak lupa juga buat anak-anak didik di As-Syabab Quran Centre, MRSM Kuala Krai, dan Madrasah Muhammadiah Pondok Sungai Durian.

14.Kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis nyatakan satu persatu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan tersebut diterima sebagai amal shaleh di sisi Allah SWT dan memperoleh balasan pahala yang berganda. Amin.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan semua ini. Semoga apa yang penulis usahakan ini kiranya dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Jakarta: 26 Februari 2011 M 22 Rabiul Awal 1432 H

Penulis

(9)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...v

BAB I PENDAHULUAN...1

A.Latar Belakang Masalah...1

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah...5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian...6

D.Studi Terdahulu...7

E.Metode Penelitian...10

F. Sistematika Penulisan...12

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MALAYSIA...13

A. Sejarah Awal Penjajahan Inggris di Malaysia...14

B. Perkembangan Politik dan Sistem Pemerintahan Malaysia...16

1. Masa Penjajahan Inggris...17

2. Masa Menuju Kemerdekaan...20

3. Masa Kini...23

BAB III BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN...27

A.Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman...28

B.Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman...30

(10)

vi

BAB IV T U N K U A B D U L R A H M A N D A N K E M E R D E K A A N

MALAYSIA………40

A. Hubungan Politik Tunku Abdul Rahman dengan Pihak Inggris...41

B. Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman...43

C. Perundingan Kemerdekaan yang Diikuti Tunku Abdul Rahman...54

D. Kritik Perjuangan Kemerdekaan Tunku Abdul Rahman...60

BAB V PENUTUP...63

A. Kesimpulan...63

B. Saran-saran...65

DAFTAR PUSTAKA...66

LAMPIRAN...70

A. Hasil Wawancara...70

B. Perlembagaan 1957...73

C. Pemasyhuran Kemerdekaan...75

(11)

1

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Malaya adalah sebuah penempatan yang terletak di pertengahan Asia Tenggara. Sejak awal abad keenam belas masehi, Malaya pernah dijajah oleh tiga penguasa besar yang terdiri dari Belanda, Portugis, dan Inggris. Di antara tiga penguasa besar itu, Inggris telah menjajah Malaya dalam kurun waktu yang lebih lama, yaitu mulai akhir abad kedelapan belas hingga pertengahan abad ke dua puluh Masehi. Setelah berkurun lama dijajah Inggris, muncul semangat nasionalisme dikalangan masyarakat dan pada tahun 1957 Malaya berhasil mencapai kemerdekaan dari pihak Inggris.1 Pencapaian ini tidak terlepas dari keterlibatan dan strategi perjuangan para tokoh politik Malaya.

Ketika Malaya sedang menghadapi zaman penjajahan, beberapa orang tokoh politik telah bangkit memperjuangkan kemerdekaan Malaya, di antara tokoh yang terkenal di Malaya adalah seorang pangeran yang dilahirkan di Istana Negeri Kedah. Tokoh yang dimaksudkan adalah Tunku Abdul Rahman, beliau adalah anak Sultan Abdul Hamid Halim Shah, yaitu Sultan ke-25 Negeri Kedah. Setelah Tunku menyelesaikan studi di Inggris dan dengan dukungan dari teman-teman, beliau akhirnya pulang memperjuangkan kemerdekaan Malaya.2 Tunku terkenal sebagai negarawan berjiwa kerakyatan dan sebagai seorang pangeran beliau

1

Times Book International, Malaysia, (Singapore dan Kuala Lumpur, 2002), cet. 1, h. 5. 2

(12)

mempunyai kharisma yang sangat unik, di antaranya Tunku suka hidup sebagaimana rakyat biasa dan suka bersosialisasi dengan semua orang.3

Pada awal penglibatan Tunku dalam politik di Malaya, beliau telah dilantik sebagai Ketua Partai Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu/United Malay National Organization (UMNO) bagian Kedah, adapun setelah Dato’ Onn Jaafar mundur dari jabatannya sebagai Presiden UMNO, Tunku dilantik pula sebagai pengganti beliau pada tahun 1952. Di antara kebijakan politik Tunku di awal pemerintahannya, adalah Tunku banyak memberi nasihat kepada masyarakat supaya bersatu, walaupun pada waktu itu hubungan kemasyarakatan antara etnis sedikit tegang akibat penjajahan Jepang. Tunku juga berhasil membentuk Partai Gabungan yang terdiri dari UMNO, Partai Persatuan Cina Malaya/Malayan Chines Asosaity(MCA), dan Pertubuhan Kongres India Malaya/Malayan Indian Congres(MIC). 4 Dengan kesepakatan ini, partai gabungan telah berhasil memenangi pemilihan umum pada tahun 1955.

Setelah mencapai kemenangan, Tunku dan Partai Gabungan mulai langkahnya dalam mengatur strategi untuk menuntut kemerdekaan Malaya. Di antaranya, langkah Tunku dalam meredakan pemberontakan Partai Komunis Malaya(PKM) melalui Perundingan Baling. Tunku juga telah melakukan beberapa pertemuan tidak resmi dengan Pesuruhjaya Tinggi Inggris di Malaya, bagi

3

Syarif Ahmad, Tunku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, (Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1991), cet. 1, h. 53.

4

(13)

membincangkan rencana melakukan perundingan dengan pihak penjajah di Inggris.5 Dengan usaha Tunku dan kesepakatan Partai Gabungan, mereka berjaya memujuk pihak Inggris untuk mengadakan satu perundingan yang dinamakan Perundingan Kemerdekaan.

Perundingan itu telah diadakan di Inggris pada 18 Januari 1956, perundingan ini diketuai oleh Tunku dan diikuti oleh pimpinan Partai Gabungan serta wakil Raja-raja Melayu. Perundingan ini telah menghasilkan beberapa persetujuan dari pihak Inggris, di antaranya pihak Inggris bersetuju untuk memberi kemerdekaan Malaya pada tanggal 31 Agustus 1957, dengan syarat Malaya harus ikut serta dalam negara “Commonwealth”6, mengekalkan angkatan militer Inggris di Malaya, menubuhkan satu komisi yang beranggotakan wakil-wakil dari luar negara untuk membentuk konstitusi baru, dan pensyaratan lain adalah Tanah Melayu harus menjalankan pemerintahan secara demokrasi.7

Pengalaman Tunku belajar di Inggris telah membuatkan Tunku dekat dengan pihak Inggris sehingga beliau tidak mampu menolak beberapa keputusan pihak Inggris ketika berlakunya Perundingan Kemerdekaan. Hasil perundingan itu terlepas dari mendapat kritikan dan tantangan dari lawan politik beliau terutama Dato’ Onn Jaafar. Namun Tunku tetap sabar dan mencoba memberikan nasihat kepada masyarakat supaya bertenang dan menerima syarat yang telah ditetapkan

5

Yusof Harun, Tunku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra, 1991), cet.1, h. 186.

6

Negara-Negara Komanwel merupakan satu persatuan secara sukarela yang melibatkan negara-negara berdaulat yang ditubuhkan atau pernah dijajah oleh pihak Inggris.

7

(14)

oleh pihak Inggris demi kemerdekaan negara.8 Setelah mencapai kemerdekaan, Malaya membentuk suatu kesepakatan dengan Sabah dan Serawak dalam membentuk sebuah negara yang akan dinamakan Malaysia.9 Karena jasa dan pengorbanan Tunku Abdul Rahman, beliau diberi gelar sebagai Bapak Kemerdekaan dan dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia yang pertama.

Kemerdekaan negara bukanlah suatu hal yang mudah dicapai oleh sebuah negara. Di Malaysia peran dan kebijakan politik Tunku Abdul Rahman telah banyak membantu Malaysia mencapai kemerdekaan dengan aman dan secara diplomasi. Tunku bukan saja sanggup mengesampingkan kedudukannya sebagai pangeran dan senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat, akan tetapi beliau juga tidak pernah merasa takut dan menerima apa jua kritikan dalam memperjuangan bangsa dan tanahair tercinta.10

Untuk mengetahui pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dan proses perjuangan beliau dalam merealisasikan kemerdekaaan Malaysia dengan lebih terperinci dan mendalam, penulis mencoba melakukan penelitian lebih lanjut dan terdorong untuk menganalisis lebih mendalam melalui penelitian skripsi yang berjudul Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman dalam Konteks Perjuangan Kemerdekaan Malaysia.

8

Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005) cet. 1, h. 268.

9

Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4.

10

(15)

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih praktis dan terfokus sehingga para pembaca mendapat manfaat dari penelitian ini, penulis membuat batasan hanya tentang seorang tokoh politik Malaysia yang bernama Tunku Abdul Rahman, penelitian ini bertumpu pada pemikiran politik beliau dan perjuangan beliau ketika melakukan perundingan-perundingan menuntut kemerdekaan Malaysia dari pihak Inggris.

2. Perumusan Masalah :

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah di atas dan supaya tidak menjadi kajian yang melebar, penulis merumuskan permasalahan dengan rincian dalam bentuk persoalan sebagaimana berikut: a) Bagaimana keterlibatan politik Tunku Abdul Rahman?

b) Apa ide-ide Tunku Abdul Rahman dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia?

(16)

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji dengan lebih mendalam tentang keterlibatan tokoh besar politik Malaysia, yaitu Tunku Abdul Rahman.

2. Untuk mengetahui ide-ide Tunku Abdul Rahman dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia.

3. Untuk mengetahui perundingan-perundingan yang disertai Tunku Abdul Rahman dalam mewujudkan kemerdekaan Malaysia.

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis untuk mendapat jawaban terhadap berbagai persoalan yang terkait dengan kebijakan Tunku dan langkah yang diambil ketika memperjuangkan kemerdekaan Malaysia.

2. Sebagai sumbangan kepada ahli-ahli politik khususnya UMNO dalam menghayati sejarah pembentukan UMNO dan peran UMNO dalam menuntut kemerdekaan Malaysia.

3. Sebagai sumbangan kepada etnis-etnis di Malaysia supaya sentiasa bersatu dalam menjamin keamanan dan kemajuan Malaysia.

(17)

D.Studi Terdahulu

Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang pemikiran politik telah dilakukan, baik mengkaji secara spesifik maupun mengkaji secara umum yang sejalan dengan bahasan penelitian ini. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut baik yang berupa buku maupun skripsi, di antaranya:

Skripsi yang ditulis oleh Robby Chairil, yang berjudul Soekarno dan Perjuangan dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia (1942-1945).11 Skripsi ini menjelaskan tentang tokoh besar Indonesia yaitu Soekarno, yang mencakup tentang latar belakang kehidupan beliau, keterlibatan beliau dalam politik, dan perjuangan beliau dalam merealisasikan kemerdekaan Indonesia.

Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Baha bin Mohammad, yang berjudul

Analisis Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998.12 Skripsi ini menjelaskan tentang pemikiran Anwar Ibrahim dalam konteks reformasi Islam di Malaysia, serta peran Anwar Ibrahim dalam proses demokratisasi di Malaysia.

Skripsi yang ditulis oleh Hasfa Bakhry Hasan, yang berjudul Islam Hadhari, Suatu Pemikiran Abdullah Ahmad Badawi dalam Rencana Sebuah

11

Robby Chairil, Soekarno dan Perjuangan dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia (1942-1945), (Jakarta: Skripsi Fakultas Adab Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010)

12

(18)

Pemerintahan Islam di Malaysia.13 Skripsi ini memberi penjelasan tentang Islam Hadhari bahwa menurut pemikiran Abdullah Ahmad Badawi, melalui sebuah konsep pemerintahan yang melaksanakan sistem berdasarkan Islam, serta menjadikan agama Islam sebagai tatacara hidup bernegara.

Di samping itu terdapat beberapa sumber-sumber yang penulis rasakan relevan untuk dijadikan rujukan penulis, di antaranya adalah:

Buku Pertama, Political Awakening . Buku ini adalah hasil karya Tunku Abdul Rahman.14 Di dalam buku ini Tunku Abdul Rahman membicarakan tentang pengalaman beliau ketika memperjuangkan kemerdekaan Malaysia dan keterlibatan beliau dalam politik Malalysia.

Buku Kedua, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman. Buku ini adalah hasil karya Ramlah Adam.15 Buku ini secara lengkap memberi maklumat tentang Tunku Abdul Rahman, dimulai dari sejarah kehidupan beliau, karir beliau, keterlibatan beliau dalam bidang politik, serta jasa beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia.

Buku Ketiga, Malaysia Kita. Buku ini adalah hasil karya International Law Book Services.16 Buku ini secara ringkas memberi penjelasan tentang

13

Hasfa Bakhry Hasan, Islam Hadhari: Suatu Pemikiran Abdullah A. Badawi dalam Rencana sebuah Pemerintahan Islam di Malaysia, (Jakarta: Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)

14

Tunku Abdul Rahman, Political Awakening, (Selangor: Pelanduk Publication, 1986), cet. 1.

15

Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman. (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005), cet. 1.

16

(19)

Malaysia, yaitu dimulai dari sejarah Malaya, sejarah pembentukan Malaysia, sistem pemerintahan dan administrasi Malaysia, juga tentang posisi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam pemerintahan Malaysia saat ini.

Buku Keempat, Sejarah Malaysia, buku ini adalah hasil karya Muhammad Ismail Ahmad.17 Karya ini memberi penjelasan tentang sejarah Malaysia yang mencakup sejarah Melayu Melaka, sejarah Malaya, sejarah di zaman penjajahan , serta sejarah kemerdekaan Malaysia.

Buku Kelima, Dasar-dasar Ilmu Politik. Buku ini adalah hasil karya Miriam Budiardjo.18 Karya ini banyak memperkatakan tentang asas-asas ilmu politik, di antaranya tentang bentuk negara, konsep kekuasaan, dan pembuatan keputusan. Terdapat juga tentang pembentukan undang-undang dasar sebuah negara, kelompok-kelompok politik, serta sistem pemerintahan sebuah negara pada umumnya.

Buku Keenam, Fiqh Siyasah. Buku ini adalah hasil karya Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada.19 Buku ini membicarakankan tentang pemikiran politik Islam yang dibagi kepada zaman klasik, pertengahan dan, kontemporer. Buku ini juga memperjelaskan tentang konsep politik Islam secara rinci dengan mendatangkan beberapa pandangan tokoh politik Islam.

17

Muhammad Ismail Ahmad, Sejarah Malaysia, (Selagor: Pustaka Mawar, 2004), cet. 1. 18

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik.( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. 3.

19

(20)

E.Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Untuk melakukan penelitian data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan empiris dan menggunakan metode penelitian kepustakaan(library research). Penulis mencoba mengumpulkan data-data yang berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik berupa buku-buku, jurnal, ensiklopedi, maupun internet yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. Penulis juga melakukan wawancara untuk mendapatkan maklumat tambahan bagi melengkapi penulisan skripsi ini.

2. Obyek Penelitian

Yang menjadi obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah pemikiran politik Tunku Abdul Rahman, khususnya kebijakan beliau ketika melakukan perundingan dengan pihak Inggris dalam menuntut kemerdekaan Malaysia.

3. Teknik Pengumpulan Data

(21)

4. Sumber Data

Sumber-sumber datanya adalah sebagai berikut:

a) Data Primer: Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber yang asli dari obyek penelitian, yaitu buku-buku yang ditulis sendiri oleh Tunku Abdul Rahman dan wawancara dengan seorang wartawan yaitu Tuan Haji Subky Latif bin Abdullah.

b) Data Sekunder: Adalah data yang diperolehi dari sumber kedua, yaitu dari buku-buku lain yang berkaitan dengan objek penelitian seperti buku-buku yang berkaitan dengan sejarah Malaysia dan politik Malaysia.

c) Data Tertier: Data tertier merupakan data pelengkap yang terdiri dari kamus bahasa Indonesia, ensiklopedi, artikel dari halaman web dan lain-lain. 5. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data yang telah terhimpun(kualitatif), dengan cara mengumpulkan data-data dan mencoba untuk menganalisis pemikiran seorang tokoh politik, yaitu Tunku Abdul Rahman.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

(22)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran menyeluruh, ditulis sistematika sebagai berikut: Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang didahului dengan persoalan yang melatarbelakangi penelitian dan pengangkatan tema ini, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua memberi uraian tentang sejarah awal penjajahan Inggris di Malaysia, juga tentang perkembangan politik dan sistem pemerintahan Malaysia, yang dibagi kepada tiga periode, yaitu masa penjajahan Inggris, masa menuju kemerdekaan, dan Malaysia masa kini. Bertujuan untuk memberi gambaran secara ringkas tentang perpolitikan di Malaysia.

Bab ketiga memberi uraian secara khusus tentang riwayat hidup, latar belakang pendidikan, perjalanan karir, serta penglibatan politik Tunku Abdul Rahman. Bab ini bertujuan untuk memberi pengenalan lebih dalam tentang tokoh kemerdekaan Malaysia.

Bab keempat menguraikan tentang inti penelitian, yaitu tentang hubungan politik Tunku Abdul Rahman dengan pihak Inggris, pemikiran politik Tunku, dan perundingan kemerdekan yang diikuti Tunku. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami pemikiran politik Tunku Abdul Rahman.

(23)

13

GAMBARAN UMUM TENTANG MALAYSIA

Sejarah Malaya bermula di zaman kesultanan Melayu Malaka sekitar tahun 1400 Masihi. Pada masa kegemilangannya, wilayah kesultanan ini meliputi sebagian besar Semenanjung dan Pantai Timur Sumatera. Malaka muncul sebagai sebuah kerajaan yang gemilang kerana kedudukannya yang strategis yaitu titik pertemuan antara Asia Timur dengan Asia Barat. Keadaan ini membuatkan Malaka muncul sebagai pusat perdagangan utama khususnya perdagangan rempah di Asia Tenggara.1 Islam pula muncul sebagai agama utama yang tersebar dan menjadi anutan utama penduduk Malaka dan raja-raja.

Malaya terkenal dengan kekayaan hasil bumi dan karena mempunyai kondisi tanah yang subur. Kondisi ini telah menjadi penarik penguasa asing untuk menjajah Malaya, tujuan utama mereka adalah untuk mencari lokasi perdagangan baru dan menyebarkan agama kristen.2 Malaya pernah dijajah oleh tiga penguasa besar yang berbeda, yaitu Portugis pada tahun 1511, Belanda pada tahun 1641, dan Inggris pada tahun 1824.3 Di antara tiga penguasa besar itu, Inggris paling lama menjajah Malaya, yaitu mulai tahun 1824 hingga Malaya mencapai kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.

1

Amir F. Hidayat dan Abdurrasyid, Ensiklopedi Negara-negara di Dunia. (Bandung: Pustaka Setia, 2006), cet. 1, h. 310.

2

Zarina Syukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang : Penerbit Pinang Sdn.Bhd., 1985), cet. 1, h. 5.

3

(24)

Setelah mencapai kemerdekaan, Malaya telah membentuk kesepakatan dengan Sabah dan Sarawak untuk mendirikan sebuah negara yang dinamakan Malaysia. Malaysia merupakan sebuah Negara Federasi yang mempunyai tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan. Malaysia terletak di Asia Tenggara dengan luas 329.847km persegi, dan terletak di khatulistiwa yang beriklim tropis. Ibukota Malaysia adalah Kuala Lumpur, dan Putrajaya merupakan pusat pemerintahan. Malaysia terpisah kepada dua bagian, yaitu Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Filipina, dan jumlah penduduk Malaysia melebih 27 juta jiwa 4 A.Sejarah Awal Penjajahan Inggris di Malaysia.

Sejarah dan perkembangan politik merupakan pengalaman yang dicatat dari waktu ke waktu, supaya ia menjadi panduan dan pengajaran kepada masyarakat masa kini dan masa akan datang. “Mengkaji yang terdahulu untuk memahami yang akan datang” merupakan salah satu falsafah dalam pendekatan sejarah. Melalui pendekatan sejarah dalam mengembangkan ilmu politik kebiasaannya tertumpu kepada beberapa persoalan seperti kapan, siapa, kenapa, bagaimana dan di mana.5 Dengan berpedoman pada persoalan-persoalan di atas, maka sejarah dapat menghidupkan kembali masa lalu, dan membuat kesimpulan untuk mencapai kesepakatan di masa depan.

4

Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), cet. 1, h. 337.

5

(25)

Pada awal abad ke-17 Masehi adalah masa mulanya perkembangan perdagangan Inggris di Malaya, yaitu dengan perkembangan cara perdagangan di Asia Tenggara. Inggris semakin mempergiat usahanya untuk menguasai perdagangan bijih timah di Malaya, karena motif dan kepentingan yang sama antara Inggris dan Belanda, telah berlaku persaingan di antara mereka. Akan tetapi, pada tanggal 17 Maret 1824 meja perundingan telah menjadi suatu alternatif bagi mereka sebagai pemecah secara aman. Melalui perundingan itu, Inggris telah memperoleh tiga wilayah di Malaya yang mencakup Pulau Pinang, Malaka, dan Singapura. Ketiga negara bagian ini menjadi tanah jajahan Inggris dan dinamakan Negeri-negeri Selat.6

Inggris telah menerapkan sistem administrasinya sendiri dan mempergiatkan usaha dalam mengeluarkan hasil pertanian dan pertambangan bijih timah dari Malaya. Pada saat ini juga, golongan China dan India mulai masuk ke Malaya. Setelah beberapa tahun berlalu, Inggris mula mencari jalan untuk memperluas tanah jajahannya. Pada awalnya Negeri-negeri Melayu Bersekutu yang terdiri dari Perak, Selangor, Negeri Sembilan, dan Pahang berada dibawah pemerintahan Raja-raja Melayu. Disebabkan berlakunya pertikaian politik di antara raja-raja, Inggris telah berusaha menjinakkan Raja-raja Melayu dan akhirnya Inggris berhasil menguasainya pada tahun 1874 melalui satu perjanjian

6

(26)

politik di antara raja-raja dengan penguasa Inggris yang dinamakan Perjanjian Pangkor.7

Adapun Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu yang terdiri dari Kedah, Kelantan, Perlis dan Terengganu, propinsi-propinsi ini pada awalnya berada di bawah kekuasaan Siam. Pada tahun 1909, propinsi-propinsi ini diserahkan kepada Inggris atas permintaan raja-raja supaya dapat membebaskan kawasan mereka dari kekuasaan Siam. Penyerahan itu terjadi setelah Inggris dan Siam menandatangani suatu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Bangkok.8 Pada dasarnya, Inggris tidak merencana untuk ikut campur dalam politik Malaya, karena tujuan awal Inggris hanya untuk menguasai hasil ekonomi dan perdagangan di Malaya. Akan tetapi karena berlaku konflik internal beberapa kesultanan telah mengundang Inggris untuk terlibat secara aktif guna memperluas pengaruhnya di Malaya. Akibat konflik ini, Inggris mencapai keberhasilan menakluki beberapa kawasan yang diikuti dengan beberapa perjanjian.

B.Perkembangan Politik dan Sistem Pemerintahan Malaysia

Kata politik berasal dari bahasa Yunani politikus, yaitu dari kata polis

yang berarti negara kota, ia juga dari bahasa Latin yaitu politica. Kata politik telah digunakan pada abad ke-5 SM dan masih digunakan sampai saat ini.9 Para sarjana politik telah membuat kesimpulan bahwa, politik dalam suatu yang berkaitan

7

Alfitra Salamm dan Achmad Syahid, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Asia Tenggara),

(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 413. 8

Hasnah Hussin, Pengajian Malaysia, (Selangor: Oxford Fajar Sdn.Bhd, 2007), cet . I,h. 43.

9

(27)

dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, dan alokasi atau kontribusi dalam negara.10 Di Malaysia perkataan politik mulai mendapat perhatian ketika munculnya gerakan nasionalisme Melayu dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaya.

Dalam perkembangan politik dan sistem pemerintahan Malaysia, penulis membagi dalam tiga periode. Pertama, Masa Penjajahan Inggris. Kedua, Masa Menuju Kemerdekaan. Ketiga, Malaysia Masa Kini. Berikut penjelasan bagi setiap periode :

1. Masa Penjajahan Inggris

Ketiaka penjajahan Inggris, Malaya dijajah oleh Inggris secara berasingan yaitu Negeri-negeri Selat(NNS), Negeri-negeri Melayu Bersekutu(NNMB), Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu(NNMTB). Bentuk pemerintahan di tiga negara berasingan itu diketuai oleh seorang Pejabat Tinggi Inggris. Dalam menjalankan pemerintahan di Malaya, Inggris telah memperkenalkan berbagai sistem politik. Pada awalnya, Inggris memperkenalkan suatu sistem yang dinamakan Sistem Residen, sistem ini mula diperkenal setelah berlakunya Perjanjian Pengkor. Sistem ini berbentuk birokrasi dan dijalankan oleh seorang Residen Inggris, sistem ini Residen mempunyai kekuasaan tertinggi yang mencakup urusan pemerintahan, ekonomi, dan undang-undang di Malaya.11

10

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2008), cet. 3, h. 14.

11

(28)

Pembentukan sistem ini telah menyebabkan berlakunya pemberontakan dari beberapa pihak, namun usaha mereka gagal karena pemberontakan mereka berbentuk perseorangan dan tidak mendapat dukungan dari masyarakat umum.

Perkembangan gerakan politik Malaya bermula pada akhir tahun 1930-an dengan lahirnya semangat nasionalisme dikalangan kaum elit Melayu yang berpendidikan tinggi dan dipengaruhi gerakan nasionalis Indonesia. Organisasi pertama yang didirikan berdasarkan nasionalis Melayu dan mempunyai kepentingan politik adalah Kesatuan Melayu Muda(KMM), KMM membawa konsep anti-penjajah untuk memperjuangkan kemerdekaan negara dan ingin mewujudkan penyatuan dengan Indonesia melalui Indonesia Raya. Inggris telah mengkhawatiri gerakan KMM, sehingga pada tahun 1941 sejumlah besar pimpinan KMM telah ditangkap dan dipenjara. Ketika penjajahan Jepang pimpinan KMM telah dibebaskan, akan tetapi Jepang tetap menghalang dan membubarkan organisasi ini. Setelah pembubaran KMM, lahir pula beberapa organisasi lain yang bertujuan menjatuhkan penjajah Jepang, yaitu Malaya People’s Anti Japan Army (MPAJA) dan Parti Komunis Malaya (PKM).12

Penjajahan Jepang telah berakhir, apabila Nagasaki dan Hirosyima dimusnahkan oleh tentara sekutu pada tanggal 6 Agustus 1945. Setelah ditimpa kekalahan, Jepang telah menyerahkan kembali Malaya kepada Inggris pada 15 Agustus 1945. Kekalahan Jepang telah memberi ruang kepada Parti Komunis Malaya(PKM) untuk menguasai Malaya. PKM telah bertindak kejam terhadap

12

(29)

penduduk Malaya dengan membunuh dan memusnahkan harta benda mereka. Pada waktu ini, Inggris kembali menjajah Malaya dan mengumumkan keadaan darurat di Malaya sekitar tahun 1948 hingga 1960.13 Sekembalinya Inggris di Malaya, Inggris telah memperkenalkan sistem pemerintahan baru yang dinamakan Kesatuan Malaya atau Malayan Union.

Walaupun Inggris mendapat dukungan dari Raja-raja Malayu, namun keabsahan Kesatuan Malaya bernilai rendah karena disertai bersama tantangan dan ancaman dari masyarakat. Menjelang abad ke-20, gerakan kesadaran dan semangat nasionalisme dikalangan masyarakat Melayu semakin membara. Masyarakat Melayu mula menentang Kesatuan Malaya dengan mendirikan suatu organisasi politik melalui Kongres Melayu Semalaya pada 11 Mei 1946 di Johor, organisasi itu dinamakan United Malay National Organization(UMNO), dan diketuai oleh Dato’ Onn Ja’far. Organisasi ini menentang keras Kesatuan Malaya, karena dalam Kesatuan Malaya status kewarganegaraan akan diberikan sama rata kepada semua warga asing yang lahir di Malaya. Penguasa Inggris juga ingin menghapuskan kekuasaan sultan dan sultan hanya akan diberi otoritas dalam hal keagamaan dan adat istiadat Melayu. Motif penentangan lain adalah karena muncul kekhawatiran dikalangan orang Melayu terhadap para imigran, terutama golongan Cina yang ingin menguasai perekonomian Malaya.14

13

Amir F. Hidayat dan Abdurrasyid. op. cit., h. 311. 14

(30)

Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang penjajahan Inggris, struktur pemerintahan dikuasai penuh oleh penguasa Inggris. Beberapa kebijakan politik juga telah dilakukan oleh penguasa Inggris dalam rangka merampas dan menguasai Malaya. Akan tetapi semangat nasionalisme dalam diri masyarakat Melayu dan keberhasilan UMNO memikat hati masyarakat Melayu, Kesatuan Malaya akhirnya dibubarkan pada tahun 1948.

2. Masa Menuju Kemerdekaan.

Akibat tantangan dari masyarakat Melayu, Kesatuan Malaya telah dibubarkan pada 21 Januari 1948, dan penguasa Inggris bersetuju untuk melakukan perundingan bersama pimpinan UMNO dalam rangka membuat draf bagi membentuk perlembagaan baru dan sistem pemerintahan baru di Malaya. Hasilnya, penguasa Inggris bersetuju untuk mendirikan Persekutuan Malaya dan membentuk perlembagaan baru yang dinamakan Perjanjian Persekutuan Malaya 1948. Perjanjian ini menetapkan bahwa dalam pemerintah Persekutuan Malaya harus terdapat seorang Pejabat Tinggi Inggris, satu Dewan Perundangan Persekutuan yang beranggotakan 75 anggota, satu Dewan Masyuarat Pemerintah, dan satu Dewan Raja-raja untuk menasihati Pejabat Tinggi Inggris.15 Di dalam Perjanjian itu juga menjelaskan bahwa penguasa Inggris mempunyai niat untuk menjadikan Malaya ke arah pemerintahan sendiri dan memperkenalkan sistem pemilihan umum di masa akan datang.

15

(31)

Partai politik Malaya semakin berkembang dengan terbentuknya Partai Gabungan yang mewakili etnis-etnis di Malaya, partai ini diketuai oleh Tunku Abdul Rahman yang juga menjabat sebagai ketua UMNO. Partai Gabungan didirikan pada bulan Januari 1952 dan disertai oleh tiga partai besar, yaitu Partai Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO), Partai Persatuan Cina Malaya (MCA), dan Pertubuhan Kongres India Malaya (MIC). Pada tanggal 27 Juli 1955, Partai ini telah memenangi pemilihan umum pertama dengan memenangi 51 kursi dari 52 kursi yang dipertandingkan.16 Pada waktu inilah bermula sistem demokrasi di Malaya, sistem ini diwujudkan sebagai persiapan ke arah pembentukan kerajaan berparlemen. Sistem ini juga diperkenalkan untuk memberi latihan kepada rakyat dan memberi pengalaman pemilihan umum di Malaya.

Dengan kemenangan yang telah dicapai, pada bulan Januari 1956 Tunku bersama wakil Partai Gabungan dan wakil raja-raja berangkat ke London untuk melakukan perundingan kemerdekaan dengan penguasa Inggris. Hasil perundingan itu, tanggal kemerdekaan Malaya telah ditetapkan pada tanggal 31 Agustus 1957. Setelah selesai perundingan, suatu komisi dibentuk dan dinamakan Komisi/Suruhanjaya Reid. Komisi itu bertujuan untuk membentuk perlembagaan baru bagi Malaya. 17 Komisi Reid telah membuat draf untuk membentuk perlembagaan baru, dan perlembagaan ini akan menyatakan tentang hak istimewa bagi orang Melayu dan agama Islam sebagai agama negara.

16

Times Book International, op. cit., h. 13. 17

(32)

Politik Malaya terus berkembang, dalam rangka membentuk sebuah negara yang dinamakan Malaysia, Tunku berencana untuk menggabungkan Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei dalam sebuah negara. Dalam pembentukan ini, berlaku perbincangan panjang di antara Komisi Cobbold, Anggota Perundingan Persekutuan, Anggota Pemerintah, dan Anggota Referendum Singapura. Setelah berlaku beberapa perbincangan, Persekutuan Malaysia didirikan hanya meliputi Malaya, Sabah, Serawak, dan Singapura. Dua tahun kemudian, pada tanggal 16 September 1963 berlaku pengunduran Singapura dari Malaysia.18 Pada saat ini, Malaysia hanya terdiri dari Sabah, Serawak dalam Semenanjung Malaysia.

Dalam membentuk pemerintahan, beberapa pendekatan telah dikemukakan oleh pemikir politik Islam. Di antaranya, pemikiran politik al-Ghazali tentang tujuan membina negara/pemerintahan adalah untuk menjadi alat melaksanakan Syari’at, untuk mewujudkan kemaslahatan rakyat, dan untuk menjamin ketertiban urusan dunia juga urusan agama. Ia juga berfungsi sebagai lambang kesatuan umat Islam demi kelangsungan sejarah umat Islam.19

Walaupun penjajahan Inggris di Malaysia tidak bersifat kekerasan, tetapi kemerdekaan sebuah negara mempunyai arti yang sangat besar dan perlu diperjuangkan. Di sini kita dapat lihat walaupun sulit memperjuangkan

18

Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan Wawasan Bangsa, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4.

19

(33)

kemerdekaan negara, Malaysia tetap berjaya mencapai kemerdekaan hasil perjuangan tokoh-tokoh politik Malaysia dan kesepakatan komunitas etnis di Malaysia. Pemerintah baru yang dikuasai oleh Partai Gabungan telah berusaha menghapuskan Partai Komunis Malaya, meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan, memajukan ekonomi Malaysia, dan memperkenalkan Malaysia di tingkat Internasional.

3. Masa kini

Penjajahan Inggris telah memberi kesan dan perubahan yang jelas dalam sistem politik dan pemerintahan Malaysia. Pada saat ini, Malaysia menggunakan sistem pemisahan kekuasaan dan sistem federalisme yaitu memisahkan antara pemerintahan propinsi dan pemerintah persekutuan. Majelis Raja-raja merupakan lembaga tertinggi negara yang terdiri dari sembilan orang raja dan empat orang gubernur, lembaga ini mempunyai kekuasaan dalam melantik Yang di-Pertuan Agong. Konstitusi Malaysia menetapkan bahwa Yang di-Pertuan Agong adalah Kepala Negara, dan ia dipilih dari kalangan raja-raja dalam jangka waktu lima tahun secara bergantian. Yang di-Pertuan Agong berwenang dalam pelantikan Perdana Menteri, merupakan ketua dari tiga cabang pemerintahan, dan merupakan ketua pasukan militer. Yang di-Pertuan Agong juga mempunyai kekuasaan dalam mempersetujui rancangan undang-undang.20 Akan tetapi Yang di-Pertuan Agong tidak terlibat dalam membentuk dasar negara.

20

(34)

Sistem pemisahan kekuasaan dalam sistem pemerintahan Malaysia berkedudukan dibawah Majelis Raja-Raja dan Yang di-Pertuan Agong. Dalam klasifikasi badan eksekutif, Malaysia menggunakan sistem Parlementer, yaitu partai politik yang memperoleh mayoritas kursi di Parlemen akan diangkat sebagai Perdana Menteri dengan persetujuan Yang di-Pertuan Agong. Perdana Menteri berfungsi sebagai ketua pemerintahan, juga sebagai kepanjangan tangan dari parlemen untuk menjalankan kebijakan dan keputusan politik di parlemen.21

Legislatif nasional atau parlemen dalam pemerintahan Federal menggunakan sistem dua majlis/departemen, yaitu dewan negara(Senat) dan dewan rakyat(Departemen Kerakyatan). Kedua dewan ini berwenang dalam membuat dan membatalkan undang-undang, berwenang dalam menetapkan cukai baru, dan bewenang dalam meluluskan penggunaan dana negara. Adapun Badan Yudikatif di Malaysia dibagi kepada tiga bagian, yaitu Mahkamah Atasan(Mahkamah Agong, Mahkamah Rayuan, Mahkamah Tinggi), Mahkamah Rendah(Mahkamah Sesyen, Mahkamah Juvana, Mahkamah Magistret, Mahkamah Penghulu), dan Mahkamah Khas(Mahkamah Tentera, Mahkamah Buruh, Mahkamah Khas Raja-raja). Peradilan ini dikuasai oleh kerajaan persekutuan, adapun kerajaan negeri hanya berwenang dalam Mahkamah Syariah dan Mahkamah Adat.22

21

Hasnah Hussin, op. cit., h. 92. 22

(35)

Walaupun Malaysia menggunakan sistem pemisahan kekuasaan, pada hakikatnya pemisahan ini sulit dilaksanakan secara menyeluruh karena ketiga lembaga itu mempunyai keterkaitan antara satu sama lain. Henry B.Mayo mendefinisikan sistem politik yang demokrasi adalah di mana kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan dan diselenggara dalam suasana yang terjamin kebebasan politik. Adapun Syarat dasar terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi adalah perlindungan konstitusi, badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan untuk berserikat, berorganisasi atau beroposisi, dan mendapat pendidikan.23

Malaysia telah menggunakan bentuk pemerintahan demokrasi sejak mencapai kemerdekaan, konsep demokrasi adalah konsep yang menggunakan suara rakyat dalam menentukan pimpinan negara. Demokrasi yang diterapkan di Malaysia bercorak Demokrasi Berparlemen, dimana wakil-wakil yang dipilih oleh rakyat akan menduduki Parlemen dan menjalankan pemerintahan melalui peruntukan Perlembagaan Malaysia.24 Perlembagaan juga masih mengedepankan hal-hal penting dalam perlembagaan seperti hak asasi kewarganegaraan, hak istimewa orang Melayu, kedudukan agama Islam dan bahasa Melayu.25

23

Miriam Budiarjo, op.cit., h. 116. 24

Ghazali Mayudin, Politik Malaysia: Perspektif, Teori, dan Praktik. (Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2002), cet. 1, h. 25.

25

(36)

Semenjak mencapai kemerdekaan pada tahun 1957, Malaysia tetap menggunakan sistem kepartaian berbentuk multi partai hingga saat ini. Jika satu partai memperoleh mayoritas kursi di Parlemen atau Dewan Rakyat, maka partai itu dapat menguasai tampuk pemerintahan Malaysia. Sistem pemilihan umum yang digunakan di Malaysia adalah berasaskan ”First-Past-The-Post-System” atau sistem distrik, yaitu calon-calon yang memperoleh mayoritas suara di suatu kawasan pemilihan umum, maka calon itu akan berkuasa di kawasan itu. Pelaksanaan Pemilihan umum di Malaysia diadakan 5 tahun sekali, yang diawasi oleh suatu komisi yang dinamakan Komisi/Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR).26

Selain sistem pemerintahan khilafah dan imamah, terdapat sistem pemerintahan lain yang dipraktikkan oleh umat Islam dalam konteks negara-bangsa(nation-state). Di zaman sekarang, beberapa negara yang mayoritas penduduknya Muslim menganut sistem demokrasi dalam menjalankan pemerintahan. Walaupun menggunakan sistem demokrasi, pengaruh Islam masih begitu nampak dengan banyaknya perundang-undangan yang berbasis pada syariat Islam.27 Adapun di Malaysia, sistem demokrasi yang dijalankan merupakan satu langkah untuk merialisasikan cita-cita dalam rangka mewujudkan sebuah negara yang mempunyai suasana politik yang damai dan stabil.

26

International Law Book Services, op. cit., h. 181. 27

(37)

27

BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN

Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj, merupakan satu nama yang tidak asing dalam sejarah politik Malaysia. Tunku adalah seorang putra raja yang dilahirkan di Istana, dan Tunku terkenal sebagai negarawan yang berjiwa rakyat. Sebagai seorang pangeran beliau mempunyai kharisma yang sangat unik, dan sepanjang keterlibatan beliau dalam bidang politik beliau banyak memberi sumbangan kepada bangsa dan negara. Tunku juga terkenal sebagai pemersatu bangsa karena keberhasilan beliau menyatukan komunitas etnis dalam menentang penjajahan Inggris dan menuntut kemerdekaan Malaysia.1

Tunku adalah seorang pemimpin negara yang telah berhasil menyampaikan cita rakyat untuk mencapai kemerdekaan Malaysia. Untuk merialisasikan cita-cita rakyat Tunku telah berjuang dengan tabah dan menghadapi segala kesulitan dengan sabar. Ahli sejarah pada masa akan datang akan mencantumkan pristiwa-pristiwa bersejarah bersama nama-nama pejuang kemerdekaan negara masing-masing. Tunku sebagai seorang tokoh pejuang kemerdekaan Malaysia, beliau diberi gelar sebagai bapak keamanan dan bapak kemerdekan.2 Hasil perjuangan beliau, Malaysia pada saat ini menjadi sebuah negara yang maju dan dihormati di seluruh dunia.

1

Syarif Ahmad, Tunku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, (Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1991), cet. 1, h. 39.

2

(38)

A.Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman

Tunku Abdul Rahman adalah salah seorang putra Sultan Negeri Kedah, yaitu Sultan Abdul Hamid Halim Shah. Beliau dilahirkan pada 8 Februari 1903 di Istana Tiga Tingkat Alor Setar, Kedah. Tunku merupakan anak ke-20 dari 45orang anak Sultan Abdul Hamid, hasil dari pernikahan dengan delapan orang istri. Adapun hasil pernikahan ayahanda dan bundanya, beliau merupakan anak ke-7, dan beliau mempunyai tiga saudara dan tiga saudari. Bunda Tunku bernama Makche Menjelara, anak perempuan Luang Nara Biroraks, dan rakyat Siam yang berasal dari Pegu, Burma.3 Karena percampuran darah Melayu, India, Siam dan Burma, kulit Tunku berbeda dengan kulit orang Melayu. Adapun pada waktu kecil, Tunku lebih menggunakan bahasa Siam sebagai bahasa pengantar di istana, dan beliau mewarisi keberanian dan kepintaran bundanya.

Sebagaimana pangeran-pangeran yang lain, pada waktu kecil pergaulan Tunku agak terbatas dan terkendali. Tunku dibenarkan berteman hanya dikalangam keluarga DiRaja dan beliau jarang sekali bertemu dengan ayahandanya. Setelah beranjak dewasa, barulah Tunku diperboleh berteman dengan orang-orang Melayu yang sebaya dengan beliau di luar istana, beliau sangat senang dan gembira dapat berteman dengan mereka.4 Secara tidak

3

Yusof Harun,Tunku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra, 1991), cet. 1, h. 15.

4

(39)

langsung, hal ini memperlihatkan kepribadian Tunku yang mementingkan kebebasan untuk hidup dan beliau tidak suka bersikap sombong.

Setelah beranjak dewasa, pada tahun 1933 Tunku telah menikah dengan istri pertama beliau yang bernama Chik Mariam. Chik Mariam adalah anak gadis dari seorang peniaga timah di Alor Star. Hasil pernikahan Tunku dengan Chik Mariam, mereka telah dikarunia dua orang anak, anak pertama mereka bernama Tunku Khadijah dan anak kedua Tunku Ahmad Nerang. Pada tahun 1935, Chik Mariam telah meninggal dunia akibat penyakit demam malaria, pada saat itu anaknya Tunku Nerang baru berusia 25 hari. Setelah kematian Chik Mariam, Tunku telah menyerahkan kedua anaknya di bawah naungan bundanya.5

Setelah beberapa bulan kematian istri pertamanya, Tunku menikah pula dengan seorang wanita Inggris bernama Violet Coulson. Tunku sudah lama mengenali Violet, yaitu sewaktu mereka sama-sama menjadi mahasiswa di Universitas Cambrige, Inggris. Pernikahan Tunku dengan Violet diluar pengetahuan keluarga, karena pernikahan dengan bangsa lain tidak disukai dan dilarang oleh keluarga DiRaja.6 Pernikahan ini juga dan akan menyebabkan dirinya dikeluarkan dari kalangan keluarga DiRaja.

Setelah dua tahun pernikahan Tunku bersama Violet, pernikahan mereka telah dilanda krisis, hal ini menyebabkan Violet bersedih dan kembali ke Inggris. Pernikahan mereka terputus tanpa penceraian, tetapi mereka berpisah karena

5

Yusof Harun, op.cit., h. 49 6

(40)

keengganan Violet kembali ke Malaya. Karena kekecewaan Tunku dengan sikap Violet, beliau telah mencari wanita lain untuk dijadikan sebagai istri, dengan harapan wanita itu dapat menemani beliau hingga ke akhir hayat. Tunku telah menikah untuk ketiga kalinya dengan Syarifah Radziah binti Syed Alwi Barakbah, seorang wanita dari keluarga terkenal di Alor Star, Kedah.7 Sebagaimana harapan Tunku, pernikahan mereka kekal hingga ke akhir hayat, walaupun mereka tidak dikarunia anak.

Tunku adalah seorang olahragawan yang aktif, dan beliau adalah penggemar setia olahraga sepak bola. Secara pribadi, beliau juga menggemari seni fotografi, olahraga golf, dan berlayar. Setelah banyak berbakti kepada bangsa dan negara, pada 6 Desember 1990 Tunku telah menghembus nafas terakhir pada usia 87 tahun di Rumah Sakit Kuala Lumpur dan ditempatkan di Makam DiRaja Langgar, Alor Star Kedah.8 Kepergian Tunku merupakan suatu kehilangan yang besar dan jasa beliau senantiasa dikenang oleh rakyat Malaysia.

B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman

Tunku memulai sekolahnya pada usia yang agak muda, ini karena bundanya ingin Tunku menjadi seorang pangeran yang pintar dan sukses. Tunku mulai menerima pendidikan tidak formal pada usia 4tahun dan mendapat pendidikan formal pada usia 6tahun, melalui pendidikan bahasa Melayu di Sekolah Melayu Alor Star. Adapun pada waktu petang, beliau mempelajari bahasa

7

Yusof Harun, op. cit., h. 54. 8

(41)

Inggris dari seorang guru privat yang datang mengajar di istana. Setahun kemudian, beliau disekolahkan ke Sekolah Inggris Kerajaan(Government English School) juga di Alor Star, untuk mendapat pendidikan bahasa Inggris secara formal.9

Setelah Tunku berusia 8 tahun, pada tahun 1913 Tunku mengikuti abangnya Tunku Yusuff ke Siam. Ketika di Siam, beliau bersekolah di Sekolah Debsirindir, di sekolah ini beliau mempelajari dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Siam. Setelah dua tahun di Bangkok, abangnya yang mengabdi sebagai anggota Militer Siam telah meninggal dunia ketika ikut berjuang ketika berlakunya perang dunia pertama.10

Pada tahun 1915 Tunku terpaksa kembali ke Kedah dan meneruskan pengajian di Penang Free School, Pulau Pinang. Di sekolah itu, Tunku tidak dilayani sebagai pangeran, beliau sering dihukum guru karena kenakalan beliau. Tunku bukanlah seorang pelajar yang pintar dan rajin belajar, beliau hanya ingin mencapai apa yang menjadi kewajibannya saja. Di alam persekolahan, Tunku lebih gemar mengikuti kegiatan berolahraga dan aktivitas-aktivitas lasak, dan ketika studi di Bangkok, beliau pernah menjadi anggota Tim Pramuka dan pernah dilantik sebagai Junior Officer.11

9

Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005), cet. 1, h. 12.

10

Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, op. cit., h. 5. 11

(42)

Pada bulan Desember 1919 Tunku telah ditawarkan untuk mengikuti perkuliahan di St.Catharine’s College, Universitas Cambrige, Inggris. Pada waktu itu beliau ditingkat tujuh dan baru berusia 16tahun, pemerintah Kedah pada waktu itu telah mengumumkan rencana untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak masyarakat Melayu yang ingin melanjutkan studi ke luar negari. Akan tetapi beasiswa itu didahulukan kepada anak-anak penguasa dan keluarga DiRaja, dan Tunku adalah di antara orang yang telah terpilih untuk menerima beasiswa itu. Sebelum memasuki universitas itu, Tunku bersama beberapa orang temannya harus ke Huntingdon12 untuk mengikuti ujian prauniversitas(matriculation). Setelah lulus ujian matriculation, Tunku telah diterima masuk ke Universitas Cambrige dan beliau mengambil Jurusan Sejarah dan Asas Undang-undang.13

Pada tahun 1925, yaitu setelah tujuh tahun belajar di Inggris, beliau telah kembali ke Kedah dengan memperoleh Ijazah Sarjana Muda Sastera (Sejarah). Setelah sampai di Malaya, beliau mendapat banyak pujian karena beliau adalah pangeran Kedah yang pertama berhasil menerima Ijazah dari universitas terkenal di Inggris. Kepulangan beliau tidak lama, karena pada awal tahun 1927 beliau disaran keluarga supaya melanjutkan perkuliahan dalam Jurusan Undang-undang di Inggris.14 Karena kurang berminat dalam jurusan Undang-undang dan kesenangan yang dialami semasa libur perkuliahan, hal ini telah membuatkan beliau tidak tekun lagi dalam studinya.

12

Salah sebuah kampung di Inggris. 13

Ramlah Adam, op. cit., h. 17. 14

(43)

Karena pikiran Tunku tidak konsentrasi lagi untuk belajar, beliau tidak lulus dalam ujian semester satu hingga tiga tahun lamanya. Hal ini menyebabkan beliau dipanggil dosen dan dosen memberi saran agar Tunku pulang saja ke Malaya. Dengan rasa kecewa atas kegagalan beliau, Tunku telah kembali ke Malaya, dan masyarakat Malaya yang dulu memuji beliau, kini menganggap beliau sebagai seorang pengeran yang telah menghabiskan uang pemerintah dan membuang waktu di Inggris. Tunku menerima segala tanggapan dengan hati yang terbuka, namun di lubuk hati beliau berazam akan berusaha untuk mendapatkan ijazah dalam bidang undang-undang di Inggris di masa akan datang.15

Pada tahun 1938, Tunku kembali meneruskan studinya dibidang undang-undang di Inner Temple, Inggris. Setelah beberapa bulan disana, Tunku terpaksa kembali ke Malaya tanpa berhasil menyelesaikan studinya, hal ini karena tercetusnya Perang Dunia Kedua. Setelah beberapa tahun berkhidmat dalam pemerintahan Malaya, pada pertengahan tahun 1946 telah berlaku konflik politik di Malaya akibat pembentukan Kesatuan Malaya. Kerena persetujuan Tunku dengan pembentukan ini, Tunku telah dipandang rendah dan wujudnya konflik diantar beliau dengan Partai UMNO dan kerajaan Kedah. Berlakunya konflik ini, telah membuatkan Tunku mengambil keputusan untuk kembali ke Inggris dan meneruskan perkuliahan beliau di sana.16

15

Abdul Aziz Ishak, op. cit., h. 19. 16

(44)

Pada bulan Desember 1948 yaitu dalam usia 46 tahun, Impian Tunku telah menjadi kenyataan dengan keberhasilan beliau memperoleh Ijazah dalam bidang Undang-undang di Inggris.17 Keberhasilan dan pengalaman beliau ketika menuntut ilmu di Inggris banyak memberi kesadaran dan menetapkan pendirian beliau untuk memerdekakan negara dan dilantik sebagai pemimpin Malaysia. C.Perjalanan Karir dan Keterlibatan PolitikTunku Abdul Rahman

Ketika menuntut di Universitas Cambrige, Tunku sudah mulai menunjuk minat dalam bidang politik, tetapi beliau lebih tertumpu kepada politik yang bersifat sosial bukan akademis. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan beliau dalam mendukung siapa saja, asalkan mereka adalah teman-teman beliau. Tunku sanggup berkampanye dalam pemilihan umum di Inggris dengan mendukung calon Partai Liberal(Lyold George) seorang yang berbangsa Wales. Tunku mendokong partai ini karena kebanyakan teman-temannya berasal dari Wales.18

Pada tahun 1926, telah muncul kesadaran dikalangan mahasiswa dan mereka saling berdiskusi untuk mendirikan satu organisasi, yang dinamakan Persatuan Melayu Great Britain. Organisasi ini bertujuan untuk mempererat hubungan mahasiswa Malaya yang belajar di Inggris dan dasar organisasi itu adalah “satu bahasa satu bangsa”. Anggota organisasi juga telah bersepakat untuk menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar ketika mengadakan

17

Mohd Badri bin Jaafar, op. cit., h. 11. 18

(45)

pertemuan. Ketika pembentukan organisasi ini, Tunku telah dilantik sebagai sekretaris dan pada tahun 1929 beliau dilantik pula sebagai ketua organisasi ini.19

Setelah pulang dari Inggris dengan kegagalan pada bulan April 1931, Tunku langsung diterima bekerja sebagai Pejabat Pelatihan di Kantor Penasihat Undang-undang Kedah. Pada akhir tahun 1931, beliau dipindahkan ke Kulim sebagai Sekretaris Pejabat Jajahan. Karena kurang pengetahuan Tunku di bidang Undang-undang dan sikap beliau yang tidak disiplin sewaktu bekerja, setahun kemudian beliau dipindahkan pula ke Kuala Nerang sebagai Pejabat Jajahan. Pada tahun 1935, beliau dipindahkan pula ke Pulau Langkawi akibat berlakunya perselisihan paham diantara beliau dengan pihak Inggris.20 Sejak menjabat sebagai Pejabat Jajahan di Kuala Nerang, Tunku telah menunjukkan sikap beliau yang gemar mengenal rakyat dengan berhubungan erat dengan mereka.

Karena ingin menghilangkan kegelisahan dan penderitaan masyarakat akibat pendudukan Jepang, beliau merancang untuk mendirikan satu organisasi yang diketua oleh beliau sendiri dan dimanakan Persatuan Sandiwara Belia-belia Melayu. Organisasi ini bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi membantu buruh-buruh paksa yang dipaksa oleh pihak Jepang. Tunku juga pernah bergabung dalam Gerakan Bintang Tiga dan Malayan People Anti-Japanese Army(MPAJA)

yang bertujuan menetang penjajahan Jepang pada waktu itu. Setelah penjajahan Jepang, Tunku dan beberapa temannya telah meminta pihak Inggris supaya

19

Yusof Harun, op. cit., h. 42. 20

(46)

kembali memerintah Malaya.21 Mungkin pada waktu itu, belum muncul kesadaran dalam diri Tunku untuk memerdekakan negara dan membentuk pemerintahan sendiri.

Walaupun Persatuan Sandiwara Belia-belia Melayu telah mengubah nama kepada Serikat Bekerjasama Am Sayoburi(SEBERKAS), Tunku tetap menjadi anggota organisasi ini. Organisasi ini diubah nama karena terdapat segolongan anak muda ingin menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang berkhidmat untuk masyarakat Malaya, terutamanya dalam memajukan pendidikan dan ekonomi orang-orang Melayu. Organisasi ini mempunyai kepentingan politik dan perubahan ini sebagai rencana untuk menghindari kecurigaan pihak Inggris. Dengan wujudnya rencana penubuhan Kesatuan Malaya, Persatuan Seberkas telah menunjukkan dan memperjuangkan dasar politiknya.22

Tunku telah kembali ke Malaya pada bulan Desember 1948, beliau telah berhasil memiliki Ijazah Undang-undang yang begitu lama diimpikan. Sebelum kembali ke Malaya, telah berlaku beberapa perbincangan di antara beliau dan anggota Persatuan Melayu Great Britain di Inggris, perbincangan itu banyak memperkatakan tentang rangka untuk memerdekakan Tanah Malayu dari penjajahan Inggris. Sekembalinya Tunku ke Malaya, beliau diberi kepercayaan

21

Abdul Aziz Ishak, op. cit., h. 38. 22

(47)

untuk menjabat sebagai Presiden UMNO bagian Kedah dan Timbalan Pendakwa Raya di Alor Star dan di Kuala Lumpur.23

Pada bulan Agustus 1951, karena berlakunya krisis internal dalam UMNO, kondisi ini telah menyebabkan Onn Jaafar mundur dari jabatannya, untuk mengisi kekosonganini, Tunku telah diberi kepercayaan dan dilantik sebagai pengganti untuk menjabat sabagai Presiden UMNO.24 Dibawah kepimpinan Tunku, beliau telah merencana dan berhasil membentuk satu gabungan bagi partai-partai yang mewakili komunitas etnis di Malaya. Gabungan ini dibentuk dalam rangka untuk menarik undian bagi memenangi Pemilihan Umum pertama yang akan diadakan pada 27 July 1955. Hasil kesatuan itu, Parti Gabungan telah berhasil memenangi 51kursi dari 52kursi yang dipertandingkan.25 Dengan kemenangan ini, Tunku berusaha untuk menunaikan janji beliau kepada rakyat, yaitu akan menuntut kemerdekaan dari pihak Inggris secepat mungkin.

Pada 31 Desember 1956, Tunku sabagai Ketua Menteri dan Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri telah memimpin rombongan ke London dalam rangka untuk melakukan perundingan dengan pihak Inggris untuk menuntut kemerdekaan Malaya. Setelah berlaku beberapa perundingan, anggota rombongan akhirnya berhasil membujuk pihak Inggris menandatangani Perjanjian Merdeka (Independent Treaty) di Lancaster House, London. Perjanjian itu menyatakan

23

Ibid, h. 59. 24

Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4.

25

(48)

bahwa Malaya akan mendapat kemerdekaan pada tanggal 31 Ogos 1957. Setelah mencapai kemerdekaan, Tunku telah diangkat sebagai Perdana Menteri pertama dan terus memimpin Partai Gabungan dalam Pilihanraya Umum 1959, 1964 dan 1969. 26

Pada bulan Mei 1961, Tunku berusaha memelihara hubungan baiknya dengan negara-negara luar, beliau telah mengadakan suatu pertemuan bersama wartawan-wartawan dari negara luar yang diadakan di Singapura. Dalam pertemuan itu, Tunku mengumumkan bahwa Malaya akan membuat satu kesepakatan bersama Brunei, Singapura, Sabah dan Serawak untuk mendirikan sebuah negara yang akan dinamakan Malaysia. Hasra Tunku untuk mendirikan Malaysia pernah ditentang oleh pemimpin Filipina dan Indonesia. Dengan kesungguhan dan ketabahan beliau, Malaysia berhasil dibentuk pada 16 September 1963 yang hanya meliputi Malaya, Singapura, Sabah dan Serawak.27 Namun begitu, pada tahun 1965 Tunku terpaksa mengeluarkan Singapura dari Malaya akibat konflik politik yang berlaku pada waktu itu.

Tunku dengan resmi turun dari jabatannya sebagai Perdana Menteri dan Presiden UMNO pada 22 September 1970. Walaupun telah meninggalkan kancah politik, beliau tetap aktif dilapangan sosial dan kebajikan, di antaranya dalam

26

Hasnah Hussin, Pengajian Malaysia, (Selangor: Oxford Fajar Sdn.Bhd., 2007), cet. 1, h. 72.

27

(49)

kegiatan dakwah dan perkembangan Islam di Malaysia juga Antarabangsa.28 Dengan ini, jika mengingati sejarah kemerdekaan Malaysia, seharusnya menghargai dan mengingati jasa dan pengorbanan Tunku Abdul Rahman yang banyak berjasa kepada bangsa dan negara dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membentuk negara Malaysia.

28

(50)

40

Kemerdekaan berarti sebuah negara mendapat kebebasan dari belenggu penjajahan kuasa asing dan dapat melaksanakan sistem pemerintahan sendiri di negara sendiri. Kemerdekaan juga berarti sebuah pemerintah negara berhak melakukan apa saja demi kesejahteraan rakyat dan keamanan negara. Kemerdekaan Malaysia berhasil dicapai dari penjajahan Inggris pada tanggal 31 Agustus 1957 melalui perjuangan panjang Partai Gabungan dan Tunku Abdul Rahman sebagai tokoh kemerdekaan Malaysia.1

Sebutan Merdeka dan nama Tunku Abdul Rahman sudah menjadi satu sinonim dalam sejarah kemerdekaan Malaysia, dan agak mustahil jika berbicara tentang kemerdekaan Malaysia tanpa menyebut nama Tunku Abdul Rahman. Tunku merupakan seorang Pangeran yang sanggup menanggung derita memperjuangkan bangsa dan negara. Tunku telah diberi penghormatan oleh sejarah sebagai seorang tokoh yang telah berhasil memperjuangkan kemerdekaan dan melahirkan ide mendirikan Malaysia, beliau juga merupakan Perdana Menteri pertama Malaysia.2 Tunku tidak pernah memikirkan tentang pangkat, derajat, atau popularitas, karena pada Tunku setelah menunaikan semua tanggungjawab beliau, biarlah beliau menjadi “ The happiest prime minister in the world”.

1

Zarina Syukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang: Penerbit Pinang Sdn. Bhd, 1985), cet. 1, h. 37

2

(51)

A.Hubungan Politik Tunku Abdul Rahman dengan Pihak Inggris

Hubungan politik Tunku dengan pihak Inggris mula terwujud pada awal pembentukan Kesatuan Malaya. Menurut sejarah, Tunku telah mendukung rencana pihak Inggris dalam pembentukan Kesatuan Malaya dan berharap agar pihak Inggris kembali memerintah Malaya untuk menjamin keamanan Malaya setelah setahun dijajah Jepang. Hal ini karena Tunku terkesan dengan penjajahan Jepang yang kejam dan tidak berperi kemanusiaan. Dukungan Tunku terhadap pembentukan Kesatuan Malaya telah membuatkan Tunku dipandang rendah dan wujud konflik diantara beliau dengan Persatuan Serikat Bekerjasama Am Sayoburi(SEBERKAS), Partai United Malay National Organization(UMNO) dan Sultan Kedah pada waktu itu.3

Tunku mempunyai keperibadian yang pro-Inggris, hal ini disebabkan latar belakang pendidikan beliau yang terlalu lama di Inggris, yaitu beliau telah menempuh masa selama 25 tahun untuk menamatkan studi dan memperoleh Ijazah Sarjana Muda Sastra juga Ijazah Sarjana Muda Undang-undang. Karena terlalu lama di Inggris, pergaulan dengan orang Inggris menjadi satu kebiasaan baginya dan Tunku tidak memiliki rasa rendah diri maupun takut terhadap Pejabat Tinggi Inggris.4 Dalam usaha Tunku memperjuangkan kemerdekaan Malaya, Tunku banyak melakukan perundingan dan bertolak-ansur dengan pihak Inggris.

3

Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005), cet. 1, h. 81.

4

(52)

Tunku juga telah menggunakan kebijaksanaannya dalam permainan politik dengan pihak Inggris yang sengaja melengah-lengahkan tarikh kemerdekaan Malaya.

Ketika menjabat sebagai ketua UMNO, hubungan baik Tunku dengan pihak Inggris banyak mempengaruhi keberhasilan beliau dalam meraih kemerdekaan Malaya, terutama teman-temannya dikalangan ahli politik di Inggris. Teman-teman Tunku banyak membantu dalam memberi nasihat dan penjelasan tentang taktik Inggris dalam menjaga kepentingan mereka untuk mengekalkan kekuasaan mereka di tanah jajahan. Tunku juga pernah memperdaya pihak Inggris dalam menyelesaikan masalah politik dan meraih kemerdekaan Malaya.5 Sebagai pejuang bangsa, Tunku senantiasa meletakkan kepentingan bangsa dan negara melebihi apa jua kepentingan termasuk kepentingan beliau sebagai golongan autokratik/DiRaja.

Adapun dari hasil wawancara, kata Subki Latif: Kerena Tunku lama belajar di Inggris dan banyak bergaul dengan masyarakat Inggris, Tunku terpengaruh dengan pemikiran Inggris serta ciri-ciri kebudayaan Inggris. Tunku bukan saja memiliki hubungan baik dengan Inggris, Tunku juga pernah bekerja dalam pemerintahan ketika penjajahan Inggris. Pihak Inggris telah berpegang pada dasar akan memberikan kemerdekaan Malaysia sekiranya wujud satu generasi dikalangan anak Malaya yang terpengaruh dengan pemikiran barat. Karena hubungan baik Tunku dengan pihak Inggris, Tunku telah diberi

5

(53)

kepercayaan untuk memerintah Malaysia dengan syarat harus menjalankan pemerintahan dengan dasar yang telah ditetapkan oleh Inggris.6 Hubungan baik Tunku dapat dibuktikan dengan persetujuan Tunku ketika perundingan kemerdekaan Malaya, yaitu dengan mengakui pejabat Inggris dalam pemerintahan Malaysia terutama di bagian pertahanan, keamanan, dan hubungan luar negeri. B.Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman

Disini penulis membagi pemikiran politik Tunku Abdul Rahman kepada dua sudut, pertama dari sudut politik, dan kedua dari sudut perjuangan.

1. Dari Sudut Politik

a. Bentuk Pemerintahan menurut Tunku Abdul Rahman

Selain sistem pemerintahan Khalifah dan Imamah, terdapat sistem pemerintahan lain yang dipraktikkan oleh umat Islam dalam konteks negara-bangsa(nation state), yaitu sistem pemerintahan demokrasi yang sekarang ini banyak dipraktekkan di sejumlah negara-negara muslim.7 Kata Tunku dalam bukunya “Political Awakening”: “Democracy has been defined as a State having direct or representative rule, ignoring hereditary

rights and class distinctions, and tolerating minority views. Malaysia’s idea

of democracy is consistent with the definition except that the Constitution

provides for a Rules, and protection for the indigenous people who are less

6

Wawancara penulis dengan Tuan Haji Subky Latif bin Abdullah melalui Email, beliau seorang penulis dan wartawan, pada tanggal 19 Desember 2010.

7

(54)

progressive economically and less viable that the other immigrant races

who have made a home and a success of their life in Malaysia. This is

accepted and agreed to by all”.8

Dalam konteks sejarah pemerintahan Malaya, penjajahan Inggris telah menerapkan sistem demokrasi di Malaya. Dalam merealisasikan kemerdekaan Malaya, Tunku telah berusaha meyakinkan pihak Inggris akan kesungguhan Partai Gabungan untuk menjalankan sistem demokrasi di Malaya.9 Di sini jelaslah pada kita bahwa Tunku menerima bentuk pemerintahan yang direncanakan dan disyaratkan pihak Inggris ketika menuntut kemerdekaan Malaysia, dan bentuk pemerintahan ini tetap dilaksananakan di Malaysia sampai saat ini.

b. Dasar Negara menurut Tunku Abdul Rahman

Di Dalam buku ”History of Malaya” memberi penjelasan sebagai berikut: The Constitutional

Referensi

Dokumen terkait