• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Maghfirah Ngabalin

NIM 109011000077

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.

Dalam penelitian ini, penulis memilih judul “Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara” dikarenakan kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan, mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, agar kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah.

Implementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional secara bertahap, namun dalam kenyataannya seringkali menghadapi berbagai masalah dan tantangan sehingga yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, bahkan mengalami kegagalan. Pada kurikulum 2013 ini muncul berbagai pendapat atau tanggapan terjadi pro dan kontra dari berbagai pihak.

Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Salah satu kunci sukses yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah upaya seorang guru atau kreativitas guru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Subjek penelitiannya adalah Guru Pendidikan Agama Islam yang telah mengikuti pelatihan kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif melalui penelitian kepustakaan, digunakan untuk mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan judul dalam rangka menyusun landasan teori dan penelitian lapangan, dilakukan dengan terjun langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data-data dan fakta. Dalam pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan angket.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dan upaya-upaya yang dilakukan Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yaitu dengan mensosialisasikan tentang kurikulum 2013 dan menggunakan berbagai media serta mengoptimalkan penggunaaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap peserta didik.

(7)

ii

ABSTRACT

Perception and Effort Teacher Islamic Education Scientific Approach to the Implementation of the Curriculum 2013 in SMAN 52 of North Jakarta.

In this study, the authors chose the title "Teacher Perception and Effort Islamic Education Scientific Approach to the Implementation of the Curriculum 2013 in SMAN 52 of North Jakarta" because the curriculum is at the core of the field of education and have an influence on the entire educational activity, given the importance of the educational curriculum and human life, in order to run an effective curriculum must be supported by the readiness of resources, especially human resources available in the school.

Curriculum implementation should be able to realize the vision, mission and goals of national education in stages, but in reality often face many problems and challenges that are happening are not as expected, and even failure. In this 2013 curriculum appears the opinions or responses occur pros and cons of the various parties.

The teacher is an important factor that a great influence, even determine the success or failure of students in learning. One key to success is determining the successful implementation of the curriculum in 2013 was the effort of a teacher or teacher's creativity.

This study aims to determine teacher perceptions and efforts in the implementation of Islamic Education Scientific Approach in SMAN 52 of North Jakarta. Subject of research is Islamic Education Teachers who have attended the training curriculum in 2013 in SMAN 52 of North Jakarta. This research is a field study with a descriptive method of analysis with a qualitative approach through the research literature, is used to examine the books relating to the title in order to construct the basic theory and field research, conducted by the research work directly on the object to obtain data and facts . In the data collection techniques used observation, interviews, and questionnaires.

The results of this study showed that the perception and the efforts made in the implementation of the Master PAI scientific approach to the curriculum in 2013 is to socialize the curriculum in 2013 and uses a variety of media as well as optimizing the use of school facilities and infrastructure in the process of learning Islamic education and manners towards learners .

(8)

iii

KATA PENGANTAR

ميحّرلا نمّرلا ها مسب

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada

junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah membawa umat ke jalan yang

benar untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.

Dalam proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan atau hambatan

yang dialami penulis, namun berkat bantuan, motivasi dan bimbingan dari

berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid Khon, M.A. Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, M.A. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam

4. Penasihat Akademik Ibu Sofiah, M.Ag.

5. Siti Khadijah, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Ibu dan Bapak dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah mendidik dan membimbing selama perkuliahan berlangsung.

Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Tarbiyah UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan dan

(9)

iv

8. Mochamad Arif Nooryanto, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian

Kurikulum SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.

9. Seluruh staf Tata Usaha SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah

memberikan pelayanan dan fasilitas serta dokumen-dokumen sekolah

yang terkait dengan penelitian.

10.Para Siswa kelas X jurusan IPS SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang

telah bersedia menjadi responden khususnya dan seluruh warga

sekolah pada umumnya yang telah membantu penulis demi

terselesaikannya penelitian ini.

11.Ayahanda Bapak H. Abdu Razak Ngabalin, S.Pd dan Ibunda Robiah

tercinta yang telah bersusah payah mengasuh dan mendidik penulis

hingga dapat terus berkuliah.

12.Kakak dan Adik tersayang, Taufiqurrahman Ng, S.Pi, Muttaqien Ng,

S.Sos, Fachrudin Ng, Umar Fauzan Ng, S.Pd, Rahmi Hamidah, S.Pd,

dan Hasim Difinubun, yang selalu setia memberikan dukungan kepada

penulis secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.

13.Kawan-kawan seperjuangan di Fakultas dan Jurusan Pendidikan

Agama Islam angkatan 2009 khususnya PAI kelas B selalu memberi

dukungan kepada penulis untuk tetap semangat.

14.Sahabat yang selalu berbagi Nur Purwodiningsih, Am.Keb. , Eka Ayu

Wandini, Lia Nurul F, Pipit, Dini Agustin, S,Pd.I, Nur Faizah, S.Pd.I,

Nurdianah, S.Pd,I, Khairatul Maghfirah, S.Pd.I, Nisrina Nur Amelia,

S.Pd.I, dan Siska Mumsika Turahmah, S.Pd.I.

Penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya

mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada-Nya

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis

sendiri dan para pembaca umumnya.

Jakarta, 16 April 2014

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi ... 6

1. Pengertian Persepsi ... 6

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 7

B. Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik ... 9

1. Pengertian upaya Guru PAI ... 9

2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 12

3. Kepribadian Guru PAI ... 14

4. Syarat Menjadi Guru PAI ... 15

5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI ... 16

C. Pendekatan Saintifik ... 17

1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 17

2. Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik ... 19

(11)

vi

4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

... 21

D. Kurikulum 2013 ... 26

1. Pengertian Kurikulum ... 27

2. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 28

3. Tujuan Kurikulum 2013 ... 29

4. Landasan Kurikulum 2013 ... 29

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

B. Deskriptif Data ... 44

C. Data Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara ... 44

D. Pembahasan ... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013

Tabel 3.1 Kisi-kisi angket tentang upaya guru PAI dalam implementasi

pendekatan saintifik pada kurikulum 2013

Tabel 4.1 Data Guru PNS di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.2 Data Guru Honor di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.3 DataTata Usaha PNS di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.4 DataTata Usaha Honor di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.5 DataSiswa di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.6 Guru Memfasilitasi Peserta Didik Untuk Melakukan Pengamatan atau Observasi

Tabel 4.7 Guru membimbing peserta didik dalam observasi melalui kegiatan melihat, mendengar dan membaca (gambar/tayangan video)

Tabel 4.8 Guru melatih peserta didik untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu objek atau materi

Tabel 4.9 Guru menyajikan media obyek secara nyata dalam pembelajaran yang terkait dengan praktek

Tabel 4.10 Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil observasi.

Tabel 4.11 Dalam pembelajaran metode observasi melatih peserta didik dalam kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi

Tabel 4.12 Guru membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan

Tabel 4.13 Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang

sudah dipahami oleh peserta didik

Tabel 4.14 Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan

(13)

viii

Tabel 4.16 Guru melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi pembelajaran

Tabel 4.17 Guru melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan

sendiri yang sukar bagi dirinya

Tabel 4.18 Guru membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan

terhadap materi pembelajaran tersebut

Tabel 4.19 Guru tidak banyak menggunakan metode ceramah

Tabel 4.20 Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum

Tabel 4.21 Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari

Tabel 4.22 Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,

tertulis, atau media lainnya

Tabel 4.23 Guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi

Tabel 4.24 Guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas

Tabel 4.25 Guru merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik

Tabel 4.26 Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu

Tabel 4.27 Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik

Tabel 4.28 Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen

Tabel 4.29 Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru

Tabel 4.30 Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal

(14)

ix

Tabel 4.32 Guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik

Tabel 4.33 Guru sebagai mediator

Tabel 4.34 Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan

informasi dari peserta didik lainnya

Tabel 4.35 Peserta didik menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai pembelajaran

Tabel 4.36 Proses pembelajaran berpusat kepada siswa

Tabel 4.37 Dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip

Tabel 4.38 Dalam proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,

khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

Tabel 4.39 Pembelajaran terhindar dari verbalisme

Tabel 4.40 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa

Tabel 4.41 Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

Tabel 4.42 Buku pegangan siswa yang mengacu pada Kurikulum 2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus

dikuasai

Tabel 4.43 Dalam pelaksanaan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur,

majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai

dengan kompetensi yang hendak dicapai

Tabel 4.44 Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, OHP dan lain-lain) kurang berpengaruh

dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan

(15)

x

Tabel 4.46 Guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan wawancara nara sumber

Tabel 4.47 Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu

Tabel 4.48 Guru menilai siswa saat diskusi

Tabel 4.49 Guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja

Tabel 4.50 Guru menilai pemahaman, konsep dan prinsip dilakukan dengan tes tertulis

Tabel 4.51 Saat observasi guru menilai sikap siswa bekerja kelompok maupun individu

Tabel 4.52 Guru menilai sikap siswa saat diskusi

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Penelitian SMA Negeri 52 Jakarta Utara

Lampiran 4 Uji Refrensi

Lampiran 5 Angket

Lampiran 6 Uji Validitas

(17)

1

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Wina Sanjaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu intitusi pendidikan. Seiring dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan, beban sekolah semakin berat dan kompleks. Sekolah tidak hanya dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar anak didik dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia pekerjaan.1

Dapat diambil kesimpulan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang berperan sangat pesat memberi dampak terhadap sekolah.

Sebuah lembaga pendidikan ini memiliki tanggung jawab dan peran yang

penting dalam mencipta peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi,

minat, bakat serta keterampilan peserta didik.

Seperti yang diketahui, kurikulum merupakan salah satu

komponenpendidikan yang memiliki peran penting, kurikulum dapat

dijadikan sebagai acuan atau pedoman kegiatan belajar mengajar. Perubahan

yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan kurikulum bertujuan untuk

perbaikan sistem pendidikan.

Menurut Oemar Hamalik,“pengembangan kurikulum merupakan proses

dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntutan perubahan struktual

pemerintah perkembangan ilmu dan tekonologi maupun globalisasi.”2

Jadi, dalam menentukan sistem yang baru diharapkan para pembuat

kebijakan tidak hanya membuat keputusan satu pihak saja, tetapi harus

melihat berbagai tuntutan perubahan struktual pemerintah perkembangan

ilmu dan tekonologi maupun globalisasi. Terkait dengan pengembangan

(18)

kurikulum 2013 sebaiknya proses pengembangan kurikulum 2013 tidak

hanya menuntut keterampilan teknik dari pihak pengembang terhadap

pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami

berbagai komponen yang mempengaruhinya, karena pengembangan

kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai

komponen yang saling terkait.

Menurut Imas Kurniah dan Berlin Sani, “kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah

dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu”.3

Dalam buku E. Mulyasa yang berjudul Pengembangan dan

Implementasi Kurikulum 2013, menjelaskan tentang perlunya perubahan

kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam

KTSP 2006 sebagai berikut:

1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.

3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan masyarakat (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.

5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

(19)

7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) serta belum secara tegas memberikan layanan remediasi secara berkala.4

Jadi, perubahan dan pengembangan kurikulum diperlukan karena adanya

kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006, seperti isi, kompetensi

standar proses pembelajaran, penilaian dianggap belum terakomodasi di

dalam kurikulum dan belum peka terhadap perubahan sosial yang terjadi pada

tingkat lokal, nasional, maupun global.

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.5

Beberapa langkah yang perlu dipahami oleh Guru Pendidikan Agama Islam (Guru PAI) dalam membelajarkan peserta didik, yaitu: (1) Siswa harus dihadapkan pada fenomena konkret baik fenomena alam, sosial, maupun budaya dengan harapan mereka benar-benar dihadapkan pada kondisi nyata dan otentik. (2) dari fenomena tersebut akan tumbuh inkuiri siswa dengan melakukan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi. (3) untuk memperoleh jawab pertanyaan tersebut peserta didik difasilitasi untuk menggali, mengkaji, memahami permasalahan melalui serangkaian kegiatan seperti mengeksplor perpustakaan (study library), mencari nara sumber langsung (study lapangan) ataupun melakukan percobaan (study experiment) yang pada intinya mereka memperoleh jawab dari pertanyaan mereka. (4) yang merupakan langkah terakhir - setelah mendapatkan data yang valid dari berbagai sumber, maka peserta didik harus mampu mengkomunikasikan hasil mereka dalam forum diskusi kelas untuk mendapatkan penguatan baik dari peserta didik lain maupun Guru PAI.6

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk

mengetahui persepsi dan upaya guru PAI dalam Implementasi pendekatan

saintifik pada kurikulum 2013 dan ingin meneliti lebih lanjut untuk dijadikan

4 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013), h. 60

5 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, op.cit.,h. 141

(20)

karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “PERSEPSI DAN UPAYA

GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52 JAKARTA UTARA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul penelitian “Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam

Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, maka

penulis mengidentifikasi masalahyaitu:

1. Persepsi guru PAI tentang pemahaman pendekatan saintifik pada

kurikulum 2013 masih kurang.

2. Persepsi sebagian masyarakat termasuk guru PAI mengenai kurikulum

2013 masih kontroversi.

3. Ketidaksiapan guru PAI dalam menerima perkembangan kurikulum 2013.

4. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di

SMA Negeri 52 Jakarta Utara.

5. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum

2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.

C. Pembatasan Masalah

Memperhatikan beberapa masalah yang teridentifikasi maka penulis

membatasi masalah agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan

operasional. Pembatasan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di

SMA Negeri 52 Jakarta Utara.

2. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum

2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.

D. Perumusan Masalah

(21)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada

kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.

b) Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan

saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan hasil

yang bermanfaat dengan kegunaan sebagai berikut:

a. SecaraTeoritis.

1) Sebagai tambahan pengetahuan dan memperkaya khazanah

kelimuan tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam

implementasi pendekatan Saintifik pada kurikulum 2013.

2) Sebagai rujukan bagi peneliti lain dan masyarakat luas dalam

mengembangkan kajian sejenis.

b. Secara Praktis

1) Peneliti memperoleh pengalaman mengenai persepsi dan upaya

guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada

kurikulum 2013.

2) Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan para guru PAI terkait

persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan

saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.

3) Memberikan wawasan atau informasi kepada para pembaca

tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi

(22)

6

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi memiliki arti

tanggapan langsung dari sesuatu proses seseorang mengetahui beberapa melalui panca inderanya”.1

Dengan demikian menurut Alisuf Sabri, “persepsi adalah proses dimana individu dapat mengenali objek, dan fakta-fakta objektif dengan

menggunakan alat indera”.2

Dalam Kamus Inggris-Indonesia, “kata persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan kemudian

ditransfer ke otak”.3

Pengertian persepsi menurut para ahli adalah sebagai berikut:

Menurut Alex Sobur, “persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas

adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang

atau mengartikan sesuatu”.4

Menurut Jalaludin Rahmat, “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan”.5

Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera seseorang (penginderaan) untuk dikembangkan

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. 2, h. 863

2

Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 46.

3

John M Echals dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1995), h. 105.

4

Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 445. 5

(23)

sedemikian rupa sehingga dapat menyadari di sekelilingnya termasuk sadar akan dirinya sendiri. Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang, dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.6

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah

tanggapan seseorang mengenai suatu kejadian atau pengalaman yang

dialaminya dan juga dilihatnya.Berkenaan dengan persepsi guru PAI

mengenai pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 maka yang dimaksud

dengan hal tersebut adalah tanggapan guru PAI mengenai pendekatan

saintifik pada kurikulum 2013.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Jalaludin Rahmat, persepsi yang dilakukan masing-masing individu tentunya berbeda-beda, hal itu di pengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu:

a. Kebutuhan

Merupakan salah satu dorongan kejiwaan yang mendorong manusia untuk melakukan suatu tindakan, misalnya rangsangan, keinginan, tuntutan dan cita-cita.

b. Kesiapan mental

Kesanggupan penyesuaian atau penyesuaian sosial atau keduanya sekaligus untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang berhasil. c. Suasana emosional

Kondisi perasaan yang berkesinambungan, dicirikan dengan selalu timbulnya perasaan-perasaan yang senang atau tidak senang latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh seseorang.

d. Latar belakang budaya

Merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya.7

Demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi adalah kebutuhan, kesiapan mental, suasana

emosional dan latar belakang budaya, merupakan pendorong kejiwaan,

6 Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke 1, Ed, Ke-1, h. 88-89.

7

(24)

penyesuaian sosial, dan latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh

seseorang sehingga menciptakan hubungan sosial.

Sedangkan menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul

Wahab, karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan

proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi

diantaranya adalah:

a. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya untuk itu individunya memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu. b. Ciri-ciri rangsangan

Rangsangan yang bergerak diantara rangsangan yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang paling besar diantara yang paling kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangannya yang paling kuat.

c. Nilai dan kebutuhan individu

Seseorang seniman pasti punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang yang bukan seniman.

d. Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang menggambarkan dunianya.8

Dapat disimpulkan bahwa satu objek yang sama dapat di persepsikan

oleh dua orang atau lebih. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diatas.

Persepsi merupakan proses untuk membedakan rangsangan yang masuk

dan kemudian diberikan maknanya dengan bantuan beberapa faktor

seperti, perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan

individu, serta pengalaman dahulu.

(25)

B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Upaya Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya adalah usaha, akal, ikhtiar, (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari

jalan keluar, dsb), atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud atau

upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan”.9

Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.10

Menurut Syaiful Bahri Djamarah,“dalam setiap melakukan pekerjaan

yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang

dikerjakan merupakan profesi bagi setiap individu yang akan

menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Guru dalam arti yang sederhana

adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”.11

Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menguraikan, “bahwa seorang guru adalah pendidik Profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawab pendidikan”.12

Menurut Zuhairini dkk, “guru agama adalah orang yang mempunyai

tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan

ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah SWT”.13

Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menguraikan, bahwa guru adalah orang yang berwenang dan

9 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. 1, h. 995.

10Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006), cet. 1, h. 2

11

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 31.

12

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Angkasa, 1984), h. 39. 13

(26)

bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal.Baik disekolah maupun diluar sekolah.Dalam pandangan Islam secara umum guru adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.14

Guru Pendidikan Agama Islam tersebut berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya, guru pendidikan agama Islam di samping melaksanakan tugas dan pembinaan bagi peserta didik ia juga membantu dalam pembentukan akhlak dan mental anak didik tersebut sehingga anak didik tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi keimanan dan ketaqwaannya kepada Sang Pencipta, karena itu guru pendidikan agama masuk ke dalam kelas dengan apa yang ada padanya sangat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas pendidikan agama bagi peserta didik, misalnya caranya berpakaian, berbicara, bergaul, makan, minum, serta diamnyapun sangat mempunyai arti yang sangat penting karena paling tidak segala perilaku aktifitasnya disoroti oleh lingkungan terutama tauladan bagi peserta didik.15

Agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat Islam wajib mendakwahkan menyampaikan dan memberikan pendidikan agama Islam kepada yang lain sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 :









“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.16

Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat

menjadi pendidik agama Islam atau disebut guru agama asalkan dia

memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu mengimplikasikan nilai

14 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), h. 70. 15

Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 99. 16

(27)

yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai penganut agama yang

patut dicontoh dalam agama yang diajarkan dan bersedia berbagi

pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain.

Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks misalnya masalah peserta didik dengan berbagai macam latar belakangnya, sarana apa saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, cara atau

pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran,

mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama tersebut dan seberapa jauh tingkat efektifitas dalam kegiatan tersebut serta usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik siswa demikian seterusnya.17

Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru

adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada

peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, adalah seorang

pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke

arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang

berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan

akhirat.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

upaya guru adalah suatu aktivitas guru yang dilakukan dalam rangka

membimbing, mendidik, mengajar dan melakukan transfer knowledge

kepada anak didik sesuai dengan kemampuan dan keprofesionalan yang

dimiliki sehingga mencapai sesuatu yang diinginkan atau hendak

dicapai.Dalam hal ini tentunya terkait usaha atau cara yang dilakukan

dalam implementasi pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses kegiatan

belajar mengajar pada kurikulum 2013.

(28)

2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya peran guru pendidikan agama Islam dan guru umum itu

sama, yaitu sama-sama berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan

yang ia miliki kepada anak didiknya, akan tetapi peranan guru agama

Islam selain berusaha menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of

knowledge), ia juga harus menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada

anak didiknya agar mereka bisa menyelaraskan antara ajaran agama dan

ilmu pengetahuan.

Dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, dikemukakan bahwa: “pendidik

harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional”.18

Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidikan antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.19

Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan,“bahwa sehubungan

dengan peranan guru sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, juga

masih ada berbagai peranan guru agama Islam lainnya, yaitu peranan guru

sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, pengelola kelas, evaluator”.20

Penjelasan mengenai peran guru sebagai korektor, inspirator,

informator, dan organisator menurut Syaiful Djamarah dapat disimpulkan

bahwa Korektor, sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai

yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus

betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini

18UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara,, 2006), h. 185

19UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara, 2006), h. 251

(29)

mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah

mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang

kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural

masyarakat dimana anak didik akan mewarnai kehidupannya.

Inspirator, sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham yang

baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah

utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara

belajar yang baik.

Informator, sebagai informator guru harus bisa memberikan informasi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan

pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam

kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.

Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Organisator, sebagai

organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam

bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik,

menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan

sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas

dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.

Sedangkan penjelasan mengenai guru sebagai motivator, inisiator,

pengelola kelas, dan evaluator adalah sebagai berikut:

Motivator, guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar

siswa mau melakukan kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi

kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan

individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para

siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan dari

luar diri siswa.

Inisiator, dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi

pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses

interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.

(30)

pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media

komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia

pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan

mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan

pendidikan dan pengajaran. Fasilitator, sebagai fasilitator guru hendaknya

dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan

belajar anak didik.

Pengelola Kelas, sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat

mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun

semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari

guru.

Evaluator, sebagai evaluator guru tidak hanya menilai produk (hasil

pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua

kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang

pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.21

3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Islam guru merupakan orang yang menjadi panutan dan

tauladan bagi anak didiknya.Oleh karena itu guru agama Islam hendaknya

mempunyai kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang

baik pula.

Dalam hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus

dimiliki oleh setiap guru agama Islam yaitu:

a. Penguasaan materi Islam yang komprohensif serta wawasan dan bahan

pengayaan, terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya.

b. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan metode, teknik)

pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.

c. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.

(31)

d. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian

pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan

Islam.

e. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak

langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.22

Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik

dan pembina yang baik bagi anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak

atau penghancur bagi hari depan anak didik yang masih kecil (Tingkat

Sekolah Dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (Tingkat menengah)”.23

Jadi, kepribadian guru agama Islam adalah keseluruhan dari individu

yang terdiri dari unsur psikis dan fisik.Dalam makna demikian, seluruh

penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi kerja, sifat dan sikap serta

perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang

itu, asal dilakukan secara sadar. Kepribadian guru akan tercermin dalam

sikap dan perbuatan dalam membina akhlakul karimah dan membimbing

anak didik.

4. Persyaratan Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam

Menjadi guru tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa

persyaratan.Persyaratan tersebut diantaranya adalah Takwa kepada Allah

SWT, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.

Penjelasan mengenai takwa kepada Allah SWT dan berilmu sebagai

persyaratan menjadi guru pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:

a. Takwa kepada Allah SWT, guru sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

22 Muhaimin, op.cit, h. 172

(32)

b. Berilmu, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas dimana pengetahuan itu nantinya dapat diajarkan kepada muridnya. Makin tinggi pendidikan atau ilmu yang guru punya, maka makin baik dan tinggi pula tingkat keberhasilan dalam memberikan pelajaran.

c. Sehat Jasmani, kesehatan jasmani sering kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak didiknya.

d. Berkelakuan Baik, diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik.24

Dapat diketahui berdasarkan uraian diatas bahwa persyaratan menjadi

guru pendidikan agama Islam adalah takwa kepada Allah SWT sebagai

guru hendaknya memberi keteladanan terlebih dahulu dengan taat kepada

Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, berilmu seorang guru hendaknya

memiliki pengetahuan yang luas, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.

5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

a. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Zuhairini, secara umum tugas guru pendidikan agama Islam ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif maupun potensi afektif. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat tinggi.Tugas guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.Tugas sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Oleh karena itu jika dilihat lebih rinci lagi maka tugas guru pendidikan agama Islam adalah: 1) Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam, 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak, 3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama, 4) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia. 25

24 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit h. 32-34.

(33)

b. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Nana Sudjana, tanggung jawab guru pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa dimasa yang akan datang. Dengan begitu guru pendidikan agama Islam harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik.26

Dengan demikian tugas guru pendidikan agama Islam ialah

menjadi pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik baik dari segi

jasmani maupun rohani (akal dan akhlak) anak didik. Tugas guru

bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengisi penuh

pikiran mereka dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas

membina murid menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab

untuk menguatkan jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka

terhadap apa yang diajarkan kepadanya dari berbagai ilmu

pengetahuan, dalam usaha membentuk akalnya, membina akhlaknya,

dengan mengambil tindakan dengan tangannya (bila perlu),

menolongnya dalam mencari ilmu pengetahuan, membangkitkan

kecintaan untuk mencari pengetahuan kecintaannya menjalankan tugas

itu, memberikan makanan rohani bagi murid dan menanamkan dalam

jiwanya akhlak yang mulia dan menjadikannya orang yang baik adat

istiadatnya.

\

C. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pendekatan adalah : 1)

Proses perbuatan, cara mendekati, 2) usaha dalam rangka aktivitas

penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti. Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan “approach” dalam bahasa Arab disebut dengan makhdal”.27

26 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 16.

(34)

Roy Killen sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat kepada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan merupakan orientasi atau cara memandang terhadap sesuatu. Pendekatan yang berbeda tentu melahirkan cara, langkah, dan teknik operasional yang berbeda pula untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.28

Menurut Rahmat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian, acangan. Sedangkan penelitian ilmiah adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ilmiah merupakan cara yang digunakan dalam mendalami suatu masalah dengan bidang keilmuan tertentu atau teori tertentu karena banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode.29

Pendekatan ilmiah atau saintific approach dalam Kurikulum 2013 pada hakikatnya merupakan titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pendekatan ilmiah merupakan ciri khas dari Kurikulum 2013 dan menjadi kekuatan tersendiri bagi eksistensiKurikulum 2013 terbukti dari Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah.30

Jadi, pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,

menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode

pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.Oleh karena itu banyak

pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan

metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau

melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan

28 Penyusun, Metodologi Pembelajaran untuk Peserta Diklat Profesi Guru, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah), h. 9

29 Rahmat, Mendalami Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. [online] tersedia: http://gurupembaharu.com/home/mendalami-penerapan-pendekatan-ilmiah-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 22 Oktober 2013.

(35)

karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific

teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan

pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.

Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya

fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam

melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung

aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.

2. Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik

Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang

disampaikan pada pelatihan guru dalam rangka implementasi kurikulum

2013 adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya

kemampuanberpikir tingkat tinggi siswa.

b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

f. Untuk mengembangkan karakter siswa.31

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran

dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 adalah untuk

meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, melatih dan

mengembangkan bakat, potensi serta keterampilan yang dimiliki oleh

peserta didik, menjadikan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi

peserta didik, serta untuk mengembangkan karakter peserta didik (baik

sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan).

31Santi “Rasional Kurikulum 2013”, Pelatihan Guru disampaikan dalam Rangka Implementasi

(36)

3. Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah atau Saintifik

Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan

ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,

penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu

kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan

dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses

pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.32

Dengan demikian kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik atau ilmiah adalah proses pembelajaran harus berbasis pada fakta atau fenomena, berpikir secara kritis, berbasis konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan bukan dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah (semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis).Pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus terhindar dari nilai-nilai nonilmiah.

(37)

4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah:

Diklat guru disampaikan dalam rangka implementasi kurikulum 2013, “proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses

pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan

keterampilan”.33

Diagram 2.1

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi.

Muhaimin memaparkan bahwa, dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.34

33Ibid, h. 5.

34 Muhaimin, “Kebijakan Pengembangan Kurikulum 2013,” Makalah disampaikan pada

(38)

Diagram 2.2

a. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata,

peserta didik senang dan tertantang, dan mudah

pelaksanaannya.Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.35

Dapat diketahui dalam proses pembelajaran dengan metode observasi

atau mengamati guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan dengan atau tanpa alat,

kegiatan pembelajarannya yaitu membaca, mendengar, menyimak, melihat

(tanpa atau dengan alat)hal yang penting dari suatu benda atau

objek.Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan,

ketelitian, dan mencari informasi.

(39)

b. Menanya

Menurut Teguh Suyitno, metode menanya kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat..Pada kegiatan pembelajaran ini siswa melakukan pembelajaran bertanya. Siswa yang pandai dan cerdas akan bertanya atau menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari teman.36

Dalam bahan ajar PLPG program sertifikasi guru Rayon 201 LPTK

UIN Jakarta 2013, menjelaskan tentang “fungsi bertanya diantaranya

adalah”:

1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus

menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan

menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.37

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa guru yang efektif

mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan

36 Teguh Suyitno, Pendekatan Pembelajaran Pada Kurikulum 2013, http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=page&id=271#sthash.n4zCrvEv.dpbs, diakses pada tanggal 7 November 2013.

(40)

mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Pada saat

guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta

didiknya belajar dengan baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta

didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi

penyimak dan pembelajar yang baik.Kompetensi yang dikembangkan

adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk

hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c. Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.38

Diketahui bahwa dalamproses pembelajaran dengan pendekatan

ilmiah pada Kurikulum 2013 salah satu metodenya yaitu adalah menalar.

Penalaran dalam proses pembelajaran adalah proses berfikir yang logis dan

sistematis atas fakta-kata empiris yang untuk memperoleh simpulan

berupa pengetahuan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan

satu informasi dengan informasi lainnya.Pada kegiatan ini siswa akan

menalar yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa

yang ada dalam kehidupan sehari-hari. pada kegiatan ini siswa berlatih

menerapkan apa yang dipelajari sesuai dengan kehidupan sehari-hari.

(41)

d. Mencoba

Kegiatan eksperimen bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa dalam memperkuat pemahaman fakta, konsep, prinsip, ataupunprosedur dengan cara mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, menyajikan data, mengolah data, dan menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber belajar termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sangat disarankan. Tindak lanjut kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Agar terkumpul sejumlah informasi, peserta didik dapat lebih banyak membaca buku, memperhatikan fenomena, atau objek dengan lebih teliti, bahkan melakukan eksperimen.39

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk memperoleh

hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau

melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang

sesuai.Pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, misalnya, peserta didik

harus memahami makna Asmaul Husna (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil,

dan al-Adl) dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun

harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan

tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan

bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya

sehari-hari.

e. Membentuk Jejaring

Membentuk Jejaring, dalam hal ini siswa dituntut untuk partisipatif dan guru bertindak sebagai mediator, dalam membentuk jejaring dianjurkan kepada guru untuk membentuk kelompok yang heterogen. Pemanfaatan internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik.40

39 Bahan Desiminasi Kurikulum 2013, Konsep Pendekatan Scientific, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SMA Negeri 13 Jakarta, 23 Juli 2013.

40 Bahan Ajar PLPG Program Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013,

(42)

Demikian dapat diketahui bahwa membentuk jejaring adalah kegiatan

siswa untuk membentuk jejaring pada kelas.Kegiatan belajarnya adalah

menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis, atau media lainnya.Kompetensi yang dikembangkan

adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir

sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.Guru

berfungsi sebagai fasilitator tentang kegiatan ini. Dalam kegiatan ini

pemanfaatan internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan

akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.

D. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum berasal dari kata curir yang artinya pelari dan curere artinya tempat berpacu atau tempat lomba. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan menjadi popular sejak tahun lima puluhan yang di populerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu sudah dikenal orang diluar pendidikan.Sebelumnya yang lazim digunakan ialah

Gambar

Tabel 2.1 Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket tentang upaya guru PAI dalam implementasi
TABEL 4.2 DATA GURU HONOR SMA NEGERI 52 JAKARTA
TABEL 4.3 DATA TATA USAHA  PNS SMA NEGERI 52 JAKARTA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, untuk memberikan wadah kepada pelaku industri bordir dan dibuatkan suatu bangunan untuk mengembangkan industri bordir skala rumahan menjadi industri

Intent i = new Intent(getApplicationContext(), Data.class); startActivity(i); } }); } } SemuaBarangActivity.java package com.tugasakhir; import java.util.ArrayList;

Prinsip tersebut pada hakekatnya adalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sehingga dalam melaksanakan pembangunan lingkungan tetap terjaga dengan baik.. Kata

Penelitian ini akan menggunakan Skeletonema costatum dengan variasi perbedaan kepadatan sel inokulasi awal untuk diaplikasikan pada limbah batik dalam upaya

Kebiijakan Pemerintah mengeluarkan Perda No. 10 tahun 1956 tentang pemberantasan pelacuran di jalanan dalam Kota Besar Semarang dan penutupan rumah tempat pelacuran

246 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BuDI PEKERTI FAKToR-FAKToR YANG MENYEBABKAN KEMAJuAN PERADABAN ISLAM DI DuNIA BAB 9... Sebelum mulai pembelajaran, bacalah al-Qur’an

Bahwa partai- partai politik yang dibentuk di Indonesia belum bisa lepas dari politik aliran yang menunjukkan tingginya pluralitas spektrum ideologi dan kultur

Yaitu ligamentum yang menahan tuba falopi berjalan dari arah infidibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya terdapat urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteri dan vena