Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Maghfirah Ngabalin
NIM 109011000077
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
i
ABSTRAK
Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
Dalam penelitian ini, penulis memilih judul “Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara” dikarenakan kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan, mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, agar kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah.
Implementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional secara bertahap, namun dalam kenyataannya seringkali menghadapi berbagai masalah dan tantangan sehingga yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, bahkan mengalami kegagalan. Pada kurikulum 2013 ini muncul berbagai pendapat atau tanggapan terjadi pro dan kontra dari berbagai pihak.
Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Salah satu kunci sukses yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah upaya seorang guru atau kreativitas guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Subjek penelitiannya adalah Guru Pendidikan Agama Islam yang telah mengikuti pelatihan kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif melalui penelitian kepustakaan, digunakan untuk mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan judul dalam rangka menyusun landasan teori dan penelitian lapangan, dilakukan dengan terjun langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data-data dan fakta. Dalam pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan angket.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dan upaya-upaya yang dilakukan Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yaitu dengan mensosialisasikan tentang kurikulum 2013 dan menggunakan berbagai media serta mengoptimalkan penggunaaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap peserta didik.
ii
ABSTRACT
Perception and Effort Teacher Islamic Education Scientific Approach to the Implementation of the Curriculum 2013 in SMAN 52 of North Jakarta.
In this study, the authors chose the title "Teacher Perception and Effort Islamic Education Scientific Approach to the Implementation of the Curriculum 2013 in SMAN 52 of North Jakarta" because the curriculum is at the core of the field of education and have an influence on the entire educational activity, given the importance of the educational curriculum and human life, in order to run an effective curriculum must be supported by the readiness of resources, especially human resources available in the school.
Curriculum implementation should be able to realize the vision, mission and goals of national education in stages, but in reality often face many problems and challenges that are happening are not as expected, and even failure. In this 2013 curriculum appears the opinions or responses occur pros and cons of the various parties.
The teacher is an important factor that a great influence, even determine the success or failure of students in learning. One key to success is determining the successful implementation of the curriculum in 2013 was the effort of a teacher or teacher's creativity.
This study aims to determine teacher perceptions and efforts in the implementation of Islamic Education Scientific Approach in SMAN 52 of North Jakarta. Subject of research is Islamic Education Teachers who have attended the training curriculum in 2013 in SMAN 52 of North Jakarta. This research is a field study with a descriptive method of analysis with a qualitative approach through the research literature, is used to examine the books relating to the title in order to construct the basic theory and field research, conducted by the research work directly on the object to obtain data and facts . In the data collection techniques used observation, interviews, and questionnaires.
The results of this study showed that the perception and the efforts made in the implementation of the Master PAI scientific approach to the curriculum in 2013 is to socialize the curriculum in 2013 and uses a variety of media as well as optimizing the use of school facilities and infrastructure in the process of learning Islamic education and manners towards learners .
iii
KATA PENGANTAR
ميحّرلا نمّرلا ها مسب
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah membawa umat ke jalan yang
benar untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Dalam proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan atau hambatan
yang dialami penulis, namun berkat bantuan, motivasi dan bimbingan dari
berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid Khon, M.A. Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam
3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, M.A. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam
4. Penasihat Akademik Ibu Sofiah, M.Ag.
5. Siti Khadijah, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Ibu dan Bapak dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendidik dan membimbing selama perkuliahan berlangsung.
Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.
7. Seluruh staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Tarbiyah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan dan
iv
8. Mochamad Arif Nooryanto, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Kurikulum SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh staf Tata Usaha SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitas serta dokumen-dokumen sekolah
yang terkait dengan penelitian.
10.Para Siswa kelas X jurusan IPS SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang
telah bersedia menjadi responden khususnya dan seluruh warga
sekolah pada umumnya yang telah membantu penulis demi
terselesaikannya penelitian ini.
11.Ayahanda Bapak H. Abdu Razak Ngabalin, S.Pd dan Ibunda Robiah
tercinta yang telah bersusah payah mengasuh dan mendidik penulis
hingga dapat terus berkuliah.
12.Kakak dan Adik tersayang, Taufiqurrahman Ng, S.Pi, Muttaqien Ng,
S.Sos, Fachrudin Ng, Umar Fauzan Ng, S.Pd, Rahmi Hamidah, S.Pd,
dan Hasim Difinubun, yang selalu setia memberikan dukungan kepada
penulis secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.
13.Kawan-kawan seperjuangan di Fakultas dan Jurusan Pendidikan
Agama Islam angkatan 2009 khususnya PAI kelas B selalu memberi
dukungan kepada penulis untuk tetap semangat.
14.Sahabat yang selalu berbagi Nur Purwodiningsih, Am.Keb. , Eka Ayu
Wandini, Lia Nurul F, Pipit, Dini Agustin, S,Pd.I, Nur Faizah, S.Pd.I,
Nurdianah, S.Pd,I, Khairatul Maghfirah, S.Pd.I, Nisrina Nur Amelia,
S.Pd.I, dan Siska Mumsika Turahmah, S.Pd.I.
Penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada-Nya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan para pembaca umumnya.
Jakarta, 16 April 2014
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi ... 6
1. Pengertian Persepsi ... 6
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 7
B. Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik ... 9
1. Pengertian upaya Guru PAI ... 9
2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 12
3. Kepribadian Guru PAI ... 14
4. Syarat Menjadi Guru PAI ... 15
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI ... 16
C. Pendekatan Saintifik ... 17
1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 17
2. Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik ... 19
vi
4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
... 21
D. Kurikulum 2013 ... 26
1. Pengertian Kurikulum ... 27
2. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 28
3. Tujuan Kurikulum 2013 ... 29
4. Landasan Kurikulum 2013 ... 29
E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
B. Metode Penelitian ... 31
C. Populasi dan Sampel ... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 32
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 34
F. Instrumen Penelitian ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39
B. Deskriptif Data ... 44
C. Data Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara ... 44
D. Pembahasan ... 47
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 85
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket tentang upaya guru PAI dalam implementasi
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013
Tabel 4.1 Data Guru PNS di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.2 Data Guru Honor di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.3 DataTata Usaha PNS di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.4 DataTata Usaha Honor di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.5 DataSiswa di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.6 Guru Memfasilitasi Peserta Didik Untuk Melakukan Pengamatan atau Observasi
Tabel 4.7 Guru membimbing peserta didik dalam observasi melalui kegiatan melihat, mendengar dan membaca (gambar/tayangan video)
Tabel 4.8 Guru melatih peserta didik untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu objek atau materi
Tabel 4.9 Guru menyajikan media obyek secara nyata dalam pembelajaran yang terkait dengan praktek
Tabel 4.10 Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil observasi.
Tabel 4.11 Dalam pembelajaran metode observasi melatih peserta didik dalam kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi
Tabel 4.12 Guru membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan
Tabel 4.13 Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang
sudah dipahami oleh peserta didik
Tabel 4.14 Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan
viii
Tabel 4.16 Guru melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi pembelajaran
Tabel 4.17 Guru melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan
sendiri yang sukar bagi dirinya
Tabel 4.18 Guru membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan
terhadap materi pembelajaran tersebut
Tabel 4.19 Guru tidak banyak menggunakan metode ceramah
Tabel 4.20 Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum
Tabel 4.21 Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari
Tabel 4.22 Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya
Tabel 4.23 Guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi
Tabel 4.24 Guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas
Tabel 4.25 Guru merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik
Tabel 4.26 Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu
Tabel 4.27 Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik
Tabel 4.28 Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen
Tabel 4.29 Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru
Tabel 4.30 Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal
ix
Tabel 4.32 Guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik
Tabel 4.33 Guru sebagai mediator
Tabel 4.34 Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan
informasi dari peserta didik lainnya
Tabel 4.35 Peserta didik menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai pembelajaran
Tabel 4.36 Proses pembelajaran berpusat kepada siswa
Tabel 4.37 Dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip
Tabel 4.38 Dalam proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
Tabel 4.39 Pembelajaran terhindar dari verbalisme
Tabel 4.40 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
Tabel 4.41 Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
Tabel 4.42 Buku pegangan siswa yang mengacu pada Kurikulum 2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus
dikuasai
Tabel 4.43 Dalam pelaksanaan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur,
majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai
dengan kompetensi yang hendak dicapai
Tabel 4.44 Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, OHP dan lain-lain) kurang berpengaruh
dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan
x
Tabel 4.46 Guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan wawancara nara sumber
Tabel 4.47 Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu
Tabel 4.48 Guru menilai siswa saat diskusi
Tabel 4.49 Guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja
Tabel 4.50 Guru menilai pemahaman, konsep dan prinsip dilakukan dengan tes tertulis
Tabel 4.51 Saat observasi guru menilai sikap siswa bekerja kelompok maupun individu
Tabel 4.52 Guru menilai sikap siswa saat diskusi
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Penelitian SMA Negeri 52 Jakarta Utara
Lampiran 4 Uji Refrensi
Lampiran 5 Angket
Lampiran 6 Uji Validitas
1
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Wina Sanjaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu intitusi pendidikan. Seiring dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan, beban sekolah semakin berat dan kompleks. Sekolah tidak hanya dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar anak didik dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia pekerjaan.1
Dapat diambil kesimpulan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berperan sangat pesat memberi dampak terhadap sekolah.
Sebuah lembaga pendidikan ini memiliki tanggung jawab dan peran yang
penting dalam mencipta peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi,
minat, bakat serta keterampilan peserta didik.
Seperti yang diketahui, kurikulum merupakan salah satu
komponenpendidikan yang memiliki peran penting, kurikulum dapat
dijadikan sebagai acuan atau pedoman kegiatan belajar mengajar. Perubahan
yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan kurikulum bertujuan untuk
perbaikan sistem pendidikan.
Menurut Oemar Hamalik,“pengembangan kurikulum merupakan proses
dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntutan perubahan struktual
pemerintah perkembangan ilmu dan tekonologi maupun globalisasi.”2
Jadi, dalam menentukan sistem yang baru diharapkan para pembuat
kebijakan tidak hanya membuat keputusan satu pihak saja, tetapi harus
melihat berbagai tuntutan perubahan struktual pemerintah perkembangan
ilmu dan tekonologi maupun globalisasi. Terkait dengan pengembangan
kurikulum 2013 sebaiknya proses pengembangan kurikulum 2013 tidak
hanya menuntut keterampilan teknik dari pihak pengembang terhadap
pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami
berbagai komponen yang mempengaruhinya, karena pengembangan
kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai
komponen yang saling terkait.
Menurut Imas Kurniah dan Berlin Sani, “kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah
dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu”.3
Dalam buku E. Mulyasa yang berjudul Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013, menjelaskan tentang perlunya perubahan
kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam
KTSP 2006 sebagai berikut:
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan masyarakat (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) serta belum secara tegas memberikan layanan remediasi secara berkala.4
Jadi, perubahan dan pengembangan kurikulum diperlukan karena adanya
kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006, seperti isi, kompetensi
standar proses pembelajaran, penilaian dianggap belum terakomodasi di
dalam kurikulum dan belum peka terhadap perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global.
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.5
Beberapa langkah yang perlu dipahami oleh Guru Pendidikan Agama Islam (Guru PAI) dalam membelajarkan peserta didik, yaitu: (1) Siswa harus dihadapkan pada fenomena konkret baik fenomena alam, sosial, maupun budaya dengan harapan mereka benar-benar dihadapkan pada kondisi nyata dan otentik. (2) dari fenomena tersebut akan tumbuh inkuiri siswa dengan melakukan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi. (3) untuk memperoleh jawab pertanyaan tersebut peserta didik difasilitasi untuk menggali, mengkaji, memahami permasalahan melalui serangkaian kegiatan seperti mengeksplor perpustakaan (study library), mencari nara sumber langsung (study lapangan) ataupun melakukan percobaan (study experiment) yang pada intinya mereka memperoleh jawab dari pertanyaan mereka. (4) yang merupakan langkah terakhir - setelah mendapatkan data yang valid dari berbagai sumber, maka peserta didik harus mampu mengkomunikasikan hasil mereka dalam forum diskusi kelas untuk mendapatkan penguatan baik dari peserta didik lain maupun Guru PAI.6
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk
mengetahui persepsi dan upaya guru PAI dalam Implementasi pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 dan ingin meneliti lebih lanjut untuk dijadikan
4 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013), h. 60
5 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, op.cit.,h. 141
karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “PERSEPSI DAN UPAYA
GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52 JAKARTA UTARA”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan judul penelitian “Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam
Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, maka
penulis mengidentifikasi masalahyaitu:
1. Persepsi guru PAI tentang pemahaman pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013 masih kurang.
2. Persepsi sebagian masyarakat termasuk guru PAI mengenai kurikulum
2013 masih kontroversi.
3. Ketidaksiapan guru PAI dalam menerima perkembangan kurikulum 2013.
4. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di
SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
5. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
C. Pembatasan Masalah
Memperhatikan beberapa masalah yang teridentifikasi maka penulis
membatasi masalah agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan
operasional. Pembatasan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di
SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
2. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a) Untuk mengetahui persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
b) Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
2. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan hasil
yang bermanfaat dengan kegunaan sebagai berikut:
a. SecaraTeoritis.
1) Sebagai tambahan pengetahuan dan memperkaya khazanah
kelimuan tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam
implementasi pendekatan Saintifik pada kurikulum 2013.
2) Sebagai rujukan bagi peneliti lain dan masyarakat luas dalam
mengembangkan kajian sejenis.
b. Secara Praktis
1) Peneliti memperoleh pengalaman mengenai persepsi dan upaya
guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013.
2) Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan para guru PAI terkait
persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
3) Memberikan wawasan atau informasi kepada para pembaca
tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi
6
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “persepsi memiliki arti
tanggapan langsung dari sesuatu proses seseorang mengetahui beberapa melalui panca inderanya”.1
Dengan demikian menurut Alisuf Sabri, “persepsi adalah proses dimana individu dapat mengenali objek, dan fakta-fakta objektif dengan
menggunakan alat indera”.2
Dalam Kamus Inggris-Indonesia, “kata persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan kemudian
ditransfer ke otak”.3
Pengertian persepsi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Menurut Alex Sobur, “persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas
adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu”.4
Menurut Jalaludin Rahmat, “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan”.5
Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera seseorang (penginderaan) untuk dikembangkan
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. 2, h. 863
2
Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 46.
3
John M Echals dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1995), h. 105.
4
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 445. 5
sedemikian rupa sehingga dapat menyadari di sekelilingnya termasuk sadar akan dirinya sendiri. Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang, dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.6
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
tanggapan seseorang mengenai suatu kejadian atau pengalaman yang
dialaminya dan juga dilihatnya.Berkenaan dengan persepsi guru PAI
mengenai pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 maka yang dimaksud
dengan hal tersebut adalah tanggapan guru PAI mengenai pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Jalaludin Rahmat, persepsi yang dilakukan masing-masing individu tentunya berbeda-beda, hal itu di pengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Kebutuhan
Merupakan salah satu dorongan kejiwaan yang mendorong manusia untuk melakukan suatu tindakan, misalnya rangsangan, keinginan, tuntutan dan cita-cita.
b. Kesiapan mental
Kesanggupan penyesuaian atau penyesuaian sosial atau keduanya sekaligus untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang berhasil. c. Suasana emosional
Kondisi perasaan yang berkesinambungan, dicirikan dengan selalu timbulnya perasaan-perasaan yang senang atau tidak senang latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh seseorang.
d. Latar belakang budaya
Merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya.7
Demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi adalah kebutuhan, kesiapan mental, suasana
emosional dan latar belakang budaya, merupakan pendorong kejiwaan,
6 Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke 1, Ed, Ke-1, h. 88-89.
7
penyesuaian sosial, dan latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh
seseorang sehingga menciptakan hubungan sosial.
Sedangkan menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul
Wahab, karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan
proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi
diantaranya adalah:
a. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya untuk itu individunya memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu. b. Ciri-ciri rangsangan
Rangsangan yang bergerak diantara rangsangan yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang paling besar diantara yang paling kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangannya yang paling kuat.
c. Nilai dan kebutuhan individu
Seseorang seniman pasti punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang yang bukan seniman.
d. Pengalaman dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang menggambarkan dunianya.8
Dapat disimpulkan bahwa satu objek yang sama dapat di persepsikan
oleh dua orang atau lebih. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diatas.
Persepsi merupakan proses untuk membedakan rangsangan yang masuk
dan kemudian diberikan maknanya dengan bantuan beberapa faktor
seperti, perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan
individu, serta pengalaman dahulu.
B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya adalah usaha, akal, ikhtiar, (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari
jalan keluar, dsb), atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud atau
upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan”.9
Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.10
Menurut Syaiful Bahri Djamarah,“dalam setiap melakukan pekerjaan
yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang
dikerjakan merupakan profesi bagi setiap individu yang akan
menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Guru dalam arti yang sederhana
adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”.11
Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menguraikan, “bahwa seorang guru adalah pendidik Profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan”.12
Menurut Zuhairini dkk, “guru agama adalah orang yang mempunyai
tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan
ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah SWT”.13
Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menguraikan, bahwa guru adalah orang yang berwenang dan
9 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. 1, h. 995.
10Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006), cet. 1, h. 2
11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 31.
12
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Angkasa, 1984), h. 39. 13
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal.Baik disekolah maupun diluar sekolah.Dalam pandangan Islam secara umum guru adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.14
Guru Pendidikan Agama Islam tersebut berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya, guru pendidikan agama Islam di samping melaksanakan tugas dan pembinaan bagi peserta didik ia juga membantu dalam pembentukan akhlak dan mental anak didik tersebut sehingga anak didik tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi keimanan dan ketaqwaannya kepada Sang Pencipta, karena itu guru pendidikan agama masuk ke dalam kelas dengan apa yang ada padanya sangat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas pendidikan agama bagi peserta didik, misalnya caranya berpakaian, berbicara, bergaul, makan, minum, serta diamnyapun sangat mempunyai arti yang sangat penting karena paling tidak segala perilaku aktifitasnya disoroti oleh lingkungan terutama tauladan bagi peserta didik.15
Agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat Islam wajib mendakwahkan menyampaikan dan memberikan pendidikan agama Islam kepada yang lain sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.16
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat
menjadi pendidik agama Islam atau disebut guru agama asalkan dia
memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu mengimplikasikan nilai
14 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), h. 70. 15
Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 99. 16
yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai penganut agama yang
patut dicontoh dalam agama yang diajarkan dan bersedia berbagi
pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain.
Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks misalnya masalah peserta didik dengan berbagai macam latar belakangnya, sarana apa saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, cara atau
pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran,
mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama tersebut dan seberapa jauh tingkat efektifitas dalam kegiatan tersebut serta usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik siswa demikian seterusnya.17
Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru
adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada
peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, adalah seorang
pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke
arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang
berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
upaya guru adalah suatu aktivitas guru yang dilakukan dalam rangka
membimbing, mendidik, mengajar dan melakukan transfer knowledge
kepada anak didik sesuai dengan kemampuan dan keprofesionalan yang
dimiliki sehingga mencapai sesuatu yang diinginkan atau hendak
dicapai.Dalam hal ini tentunya terkait usaha atau cara yang dilakukan
dalam implementasi pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses kegiatan
belajar mengajar pada kurikulum 2013.
2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya peran guru pendidikan agama Islam dan guru umum itu
sama, yaitu sama-sama berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
yang ia miliki kepada anak didiknya, akan tetapi peranan guru agama
Islam selain berusaha menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge), ia juga harus menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada
anak didiknya agar mereka bisa menyelaraskan antara ajaran agama dan
ilmu pengetahuan.
Dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, dikemukakan bahwa: “pendidik
harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional”.18
Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidikan antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.19
Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan,“bahwa sehubungan
dengan peranan guru sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, juga
masih ada berbagai peranan guru agama Islam lainnya, yaitu peranan guru
sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, pengelola kelas, evaluator”.20
Penjelasan mengenai peran guru sebagai korektor, inspirator,
informator, dan organisator menurut Syaiful Djamarah dapat disimpulkan
bahwa Korektor, sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai
yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus
betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini
18UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara,, 2006), h. 185
19UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara, 2006), h. 251
mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang
kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural
masyarakat dimana anak didik akan mewarnai kehidupannya.
Inspirator, sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham yang
baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah
utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara
belajar yang baik.
Informator, sebagai informator guru harus bisa memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan
pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Organisator, sebagai
organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam
bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik,
menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan
sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas
dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
Sedangkan penjelasan mengenai guru sebagai motivator, inisiator,
pengelola kelas, dan evaluator adalah sebagai berikut:
Motivator, guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar
siswa mau melakukan kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi
kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan
individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para
siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan dari
luar diri siswa.
Inisiator, dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi
pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses
interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.
pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media
komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia
pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan
mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan
pendidikan dan pengajaran. Fasilitator, sebagai fasilitator guru hendaknya
dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar anak didik.
Pengelola Kelas, sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat
mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun
semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari
guru.
Evaluator, sebagai evaluator guru tidak hanya menilai produk (hasil
pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua
kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang
pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.21
3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Islam guru merupakan orang yang menjadi panutan dan
tauladan bagi anak didiknya.Oleh karena itu guru agama Islam hendaknya
mempunyai kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang
baik pula.
Dalam hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru agama Islam yaitu:
a. Penguasaan materi Islam yang komprohensif serta wawasan dan bahan
pengayaan, terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
b. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan metode, teknik)
pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.
c. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.
d. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan
Islam.
e. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.22
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik
dan pembina yang baik bagi anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak
atau penghancur bagi hari depan anak didik yang masih kecil (Tingkat
Sekolah Dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (Tingkat menengah)”.23
Jadi, kepribadian guru agama Islam adalah keseluruhan dari individu
yang terdiri dari unsur psikis dan fisik.Dalam makna demikian, seluruh
penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi kerja, sifat dan sikap serta
perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang
itu, asal dilakukan secara sadar. Kepribadian guru akan tercermin dalam
sikap dan perbuatan dalam membina akhlakul karimah dan membimbing
anak didik.
4. Persyaratan Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam
Menjadi guru tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa
persyaratan.Persyaratan tersebut diantaranya adalah Takwa kepada Allah
SWT, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.
Penjelasan mengenai takwa kepada Allah SWT dan berilmu sebagai
persyaratan menjadi guru pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
a. Takwa kepada Allah SWT, guru sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.
22 Muhaimin, op.cit, h. 172
b. Berilmu, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas dimana pengetahuan itu nantinya dapat diajarkan kepada muridnya. Makin tinggi pendidikan atau ilmu yang guru punya, maka makin baik dan tinggi pula tingkat keberhasilan dalam memberikan pelajaran.
c. Sehat Jasmani, kesehatan jasmani sering kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak didiknya.
d. Berkelakuan Baik, diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik.24
Dapat diketahui berdasarkan uraian diatas bahwa persyaratan menjadi
guru pendidikan agama Islam adalah takwa kepada Allah SWT sebagai
guru hendaknya memberi keteladanan terlebih dahulu dengan taat kepada
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, berilmu seorang guru hendaknya
memiliki pengetahuan yang luas, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
a. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Zuhairini, secara umum tugas guru pendidikan agama Islam ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif maupun potensi afektif. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat tinggi.Tugas guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.Tugas sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Oleh karena itu jika dilihat lebih rinci lagi maka tugas guru pendidikan agama Islam adalah: 1) Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam, 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak, 3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama, 4) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia. 25
24 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit h. 32-34.
b. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Nana Sudjana, tanggung jawab guru pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa dimasa yang akan datang. Dengan begitu guru pendidikan agama Islam harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik.26
Dengan demikian tugas guru pendidikan agama Islam ialah
menjadi pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik baik dari segi
jasmani maupun rohani (akal dan akhlak) anak didik. Tugas guru
bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengisi penuh
pikiran mereka dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas
membina murid menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab
untuk menguatkan jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka
terhadap apa yang diajarkan kepadanya dari berbagai ilmu
pengetahuan, dalam usaha membentuk akalnya, membina akhlaknya,
dengan mengambil tindakan dengan tangannya (bila perlu),
menolongnya dalam mencari ilmu pengetahuan, membangkitkan
kecintaan untuk mencari pengetahuan kecintaannya menjalankan tugas
itu, memberikan makanan rohani bagi murid dan menanamkan dalam
jiwanya akhlak yang mulia dan menjadikannya orang yang baik adat
istiadatnya.
\
C. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pendekatan adalah : 1)
Proses perbuatan, cara mendekati, 2) usaha dalam rangka aktivitas
penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti. Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan “approach” dalam bahasa Arab disebut dengan makhdal”.27
26 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 16.
Roy Killen sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat kepada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan merupakan orientasi atau cara memandang terhadap sesuatu. Pendekatan yang berbeda tentu melahirkan cara, langkah, dan teknik operasional yang berbeda pula untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.28
Menurut Rahmat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian, acangan. Sedangkan penelitian ilmiah adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ilmiah merupakan cara yang digunakan dalam mendalami suatu masalah dengan bidang keilmuan tertentu atau teori tertentu karena banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode.29
Pendekatan ilmiah atau saintific approach dalam Kurikulum 2013 pada hakikatnya merupakan titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pendekatan ilmiah merupakan ciri khas dari Kurikulum 2013 dan menjadi kekuatan tersendiri bagi eksistensiKurikulum 2013 terbukti dari Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah.30
Jadi, pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode
pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.Oleh karena itu banyak
pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan
metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan
28 Penyusun, Metodologi Pembelajaran untuk Peserta Diklat Profesi Guru, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah), h. 9
29 Rahmat, Mendalami Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. [online] tersedia: http://gurupembaharu.com/home/mendalami-penerapan-pendekatan-ilmiah-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 22 Oktober 2013.
karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific
teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya
fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam
melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung
aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
2. Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik
Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang
disampaikan pada pelatihan guru dalam rangka implementasi kurikulum
2013 adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuanberpikir tingkat tinggi siswa.
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f. Untuk mengembangkan karakter siswa.31
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 adalah untuk
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, melatih dan
mengembangkan bakat, potensi serta keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik, menjadikan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi
peserta didik, serta untuk mengembangkan karakter peserta didik (baik
sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan).
31Santi “Rasional Kurikulum 2013”, Pelatihan Guru disampaikan dalam Rangka Implementasi
3. Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah atau Saintifik
Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan
ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan
dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses
pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.32
Dengan demikian kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik atau ilmiah adalah proses pembelajaran harus berbasis pada fakta atau fenomena, berpikir secara kritis, berbasis konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan bukan dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah (semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis).Pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus terhindar dari nilai-nilai nonilmiah.
4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah:
Diklat guru disampaikan dalam rangka implementasi kurikulum 2013, “proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan”.33
Diagram 2.1
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Muhaimin memaparkan bahwa, dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.34
33Ibid, h. 5.
34 Muhaimin, “Kebijakan Pengembangan Kurikulum 2013,” Makalah disampaikan pada
Diagram 2.2
a. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata,
peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya.Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.35
Dapat diketahui dalam proses pembelajaran dengan metode observasi
atau mengamati guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan dengan atau tanpa alat,
kegiatan pembelajarannya yaitu membaca, mendengar, menyimak, melihat
(tanpa atau dengan alat)hal yang penting dari suatu benda atau
objek.Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan,
ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya
Menurut Teguh Suyitno, metode menanya kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat..Pada kegiatan pembelajaran ini siswa melakukan pembelajaran bertanya. Siswa yang pandai dan cerdas akan bertanya atau menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari teman.36
Dalam bahan ajar PLPG program sertifikasi guru Rayon 201 LPTK
UIN Jakarta 2013, menjelaskan tentang “fungsi bertanya diantaranya
adalah”:
1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan
menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.37
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa guru yang efektif
mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
36 Teguh Suyitno, Pendekatan Pembelajaran Pada Kurikulum 2013, http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=page&id=271#sthash.n4zCrvEv.dpbs, diakses pada tanggal 7 November 2013.
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Pada saat
guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta
didiknya belajar dengan baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta
didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.Kompetensi yang dikembangkan
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.38
Diketahui bahwa dalamproses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah pada Kurikulum 2013 salah satu metodenya yaitu adalah menalar.
Penalaran dalam proses pembelajaran adalah proses berfikir yang logis dan
sistematis atas fakta-kata empiris yang untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan
satu informasi dengan informasi lainnya.Pada kegiatan ini siswa akan
menalar yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. pada kegiatan ini siswa berlatih
menerapkan apa yang dipelajari sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
d. Mencoba
Kegiatan eksperimen bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa dalam memperkuat pemahaman fakta, konsep, prinsip, ataupunprosedur dengan cara mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, menyajikan data, mengolah data, dan menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber belajar termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sangat disarankan. Tindak lanjut kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Agar terkumpul sejumlah informasi, peserta didik dapat lebih banyak membaca buku, memperhatikan fenomena, atau objek dengan lebih teliti, bahkan melakukan eksperimen.39
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk memperoleh
hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
sesuai.Pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, misalnya, peserta didik
harus memahami makna Asmaul Husna (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil,
dan al-Adl) dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun
harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.
e. Membentuk Jejaring
Membentuk Jejaring, dalam hal ini siswa dituntut untuk partisipatif dan guru bertindak sebagai mediator, dalam membentuk jejaring dianjurkan kepada guru untuk membentuk kelompok yang heterogen. Pemanfaatan internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik.40
39 Bahan Desiminasi Kurikulum 2013, Konsep Pendekatan Scientific, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SMA Negeri 13 Jakarta, 23 Juli 2013.
40 Bahan Ajar PLPG Program Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013,
Demikian dapat diketahui bahwa membentuk jejaring adalah kegiatan
siswa untuk membentuk jejaring pada kelas.Kegiatan belajarnya adalah
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya.Kompetensi yang dikembangkan
adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.Guru
berfungsi sebagai fasilitator tentang kegiatan ini. Dalam kegiatan ini
pemanfaatan internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan
akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.
D. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari kata curir yang artinya pelari dan curere artinya tempat berpacu atau tempat lomba. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan menjadi popular sejak tahun lima puluhan yang di populerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu sudah dikenal orang diluar pendidikan.Sebelumnya yang lazim digunakan ialah