Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
REZA MAULANA
NIM : 108051100053
KONSENTERASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Slaipsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
REZA IVIAUI.ANA
NIM :108051100053
Di b*wah bimbingan
Dra. Muslirah Nurlaily, MA
NIP : 197 1041222000032001
KONSENTRA
SIJURNALISTTK
JURUSAN
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN
ISLAM
FAKULTAS
ILMU DAKWAI{
DAl\
ILMU KOMUNIKASI
TINIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAII
JAKARTA
Skripsi berjudul Analisis Wacana Pemberitaan Pemerintahan Joko Widodo dalam Tabloid Suara Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10
April 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.
I)
pada program studi Komunikasi danPenyiaran Islam konsentrasi Jurnalistik.
Ciputat, l0 April2015
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
&
Fra,MuslEraL Nurlailv. MA
ffi
Penguji I
Rubivanlh. MA
IttIP: 1973082199E032001
Penguji
II
/yt
{
Ade Rina Farida" M. Si
IIIIP: I 97705 1320070120 lE
Anggota,
Pembimbing,
--t-J - v"Y \t'"V \-' Dra. Musfirah Nurlailv. IVIA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 9 April 2015
i
ABSTRAK
Reza Maulana
“Analisis Wacana Pemberitaan Pemerintahan Joko Widodo dalam Tabloid Suara
Islam.”
Ir. H. Joko Widodo pada awalnya hanyalah seorang warga Indonesia biasa yang hidup dalam keluarga sederhana. Sampai ia akhirnya memutuskan untuk memasuki dunia politik pada tahun 2005 dan menjadi Walikota Surakarta (Solo), tempat ia dilahirkan. Tahun 2012, ia diminta oleh Jusuf Kalla secara pribadi untuk mencalonkan diri sebagai gubernur di DKI Jakarta. Semenjak pencalonan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta inilah nama Jokowi mulai melambung. Segala keberhasilan Jokowi dalam memimpin kota Solo banyak diekspos di hampir seluruh media massa, sehingga masyarakat pun mengelu-elukan nama Jokowi. Namun, di tengah maraknya berbagai pemberitaan positif mengenai sosok dan kinerja Jokowi di media massa yang terkesan monoton, nampaknya ada segelintir media yang melihat realitas tersebut dari ketidakberhasilan memimpin Jakarta dengan masalah banjir dan
kemacetan serta isu kristenisasi. Salah satunya adalah Tabloid Suara Islam.
Berdasarkan konteks di atas, timbul beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimanakah teks yang dibangun oleh Tabloid Suara Islam mengenai sosok pribadi dan kepemimpinan Joko widodo? 2. Bagaimanakah kognisi sosial yang melatarbelakangi wacana yang dibentuk Tabloid Suara Islam mengenai sosok pribadi dan kepemimpinan Joko Widodo? 3. Bagaimanakah konteks sosial yang melatarbelakangi wacana yang dibentuk Tabloid Suara Islam mengenai sosok pribadi dan kepemimpinan Joko Widodo?
Untuk menganalisa masalah yang diteliti, peneliti menggunakan Analisis Wacana model TeunVan Dijk, yang membagi pengkajian wacana menjadi tiga bagian. Pertama, Segi Teks, yang meneliti tulisan dalam pemberitaan. Penelitian dalam segi teks ini dibagi lagi menjadi tiga struktur: Struktur Makro, Suprastruktur dan Struktur Mikro. Kedua, Segi Kognisi Sosial, yang meneliti mental penulis berita dengan melakukan wawancara berkaitan dengan berita yang ditulisnya. Ketiga, Segi Konteks Sosial, dengan melihat kondisi perkembangan isu dalam masyarakat yang mendorong penulisan berita yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini hanya akan membahas tentang bagaimana wacana dan kecenderungan Tabloid
Suara Islam dalam mengonstruksi realitas suatu peristiwa menjadi sebuah berita, dalam hal ini berita mengenai pemerintahan Joko Widodo.
Dalam segi teks terlihat bahwa keberhasilan Jokowi dalam menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta hanyalah hasil dari suatu pencitraan yang didukung oleh kekuatan media massa dalam memengaruhi pemikiran masyarakat. Sementara pada kenyataannya, kinerja dan performa Jokowi dalam menjabat kursi pemimpin tidaklah bisa dikatakan baik. Hal ini didasarkan pada permasalahan kemacetan dan banjir yang tidak kunjung membaik. Ditambah aroma kristenisasi dalam kepemerintahannya dengan mengangkat wakil dari golongan non muslim. Dari penelitian aspek kognisi sosial, penulis berita menganggap Jokowi tidak pantas menjadi panutan. Kepemerintahannya dijalankan tidak sesuai dengan syariat Islam. Selain itu Jokowi dinilai belum tuntas melaksanakan kewajiban-kewajibannya di Solo, sementara permasalahan di Jakarta jauh lebih kompleks dengan masyarakat yang heterogen. Sedangkan dari aspek konteks sosial, yang membangun teks berita adalah histeria masyarakat terhadap sosok Jokowi dan kompaknya pemberitaan media massa mengenai kepemimpinan Jokowi yang hampir tanpa cela, sehingga Suara Islam merasa pentingnya masyarakat melihat pemberitaan mengenai Jokowi dari ketidakberhasilannya mengatasi banjir, macet dan kristenisasi.
ii
Bismillahirrahmannirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat kesehatan. Sehingga,
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
marilah kita panjatkan kepada junjungan kita, nabi besar Nabi Muhammad
SAW, juga bagi keluarga, sahabat, serta para umatnya hingga akhir zaman
nanti dan kita termasuk ke dalamnya yang mendapat syafaatnya di yaumil
akhir nanti. Amin.
Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini, yang berjudul ”Analisis Wacana Pemberitaan Pemerintahaan Joko
Widodo dalam Tabloid Suara Islam”, yang disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1) di lingkungan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan sampai masa
penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik dari keluarga, sahabat, teman, dan berbagai pihak
lainnya yang telah banyak berjasa bagi penulis. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief
Subhan, M.Ag., Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan I
Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum, dan Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag.,
iii
Sekertaris Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si, serta Sekertaris
Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Dra. Musfirah Nurlaily, MA
sekaligus sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk membantu menyelesaikan kuliah penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas
ilmu yang telah diberikan kepada Peneliti.
5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
6. Pihak Tabloid Suara Islam yang turut berperan dalam selesainya
penelitian penulis. Khususnya bapak Shodiq Ramadhan yang
meluangkan waktunya di tengah kesibukkannya.
7. Secara khusus dan yang paling penulis banggakan, kedua orangtua
tercinta Bapak Didi Sumardi dan Ibu Marsi atas do’a dan kasih
sayangnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Kakak-kakak tercinta, Nova Mardiyanto dan Desy Maryana. Terima
kasih atas dukungan dan semangatnya sehingga skripsi ini dapat
selesai.
9. Tiara Mustika, yang banyak sekali membantu penulis dalam berbagai
hal sampai selesainya skripsinya. Rangga Tsabit Imam, Ariya Kemal,
iv persaudaraan kita akan terus terjalin.
10.Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan
mendo’akan.
Akhirnya penulis ucapkan syukur dan terima kasih sekali lagi, dan
mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan dan kekhilafan yang penulis
pernah lakukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak tanpa
terkecuali.
Jakarta, 9 April 2015
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR SKEMA..........ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Tinjauan Pustaka... 8
E. Metodologi Penelitian... 10
F. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI ... 16
A. Analisis Wacana ... 16
1. Pengertian Analisis ... 16
2. Macam-macam Analisis ... 16
a. Wacana ... 16
b. Semiotika ... 18
c. Framing...20
d. Isi ... 22
vi
a. Teks...25
b. Kognisi Sosial...30
c. Konteks Sosial...31
B. Berita ... 33
1. Definisi Berita... 33
2. Jenis-jenis Berita... 34
3. Nilai Berita... ... ... 35
4. Kategori Berita ... 36
BAB III GAMBARAN UMUM... 39
A. Sejarah Tabloid Suara Islam ... 39
B. Visi dan Misi Tabloid Suara Islam ... 40
C. Struktur Organisasi ... 42
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 45
A. Analisis Struktur Teks ... 45
1. Kristenisasi Jokowi-Ahok: Pedagang Mebel Menyihir Jakarta.45 2. Simsalabim Jokowi Apa Bisa?...62
3. Jangan Jadi Keledai...72
B. Analisis Kognisi Sosial ... 82
C. Analisis Konteks Sosial ... 86
BAB V PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
[image:10.595.103.526.72.567.2]vii
DAFTAR PUSTAKA ... x
viii
[image:12.595.103.526.145.558.2]DAFTAR TABEL
Tabel 1 Struktur Wacana Van Dijk...25
Tabel 2 Elemen Wacana Van Dijk ... 26
Tabel 3 Nilai Berita ... 36
Tabel 4 Kategori Berita ... 37
Tabel 5 Analisis Data Kristenisasi Jokowi-Ahok...61
Tabel 6 kerangka Analisis Data Simsalabim Jokowi Apa Bisa?...71
ix
DAFTAR SKEMA
1
A. Latar Belakang Masalah
Ir. H. Joko Widodo, atau yang akrab dipanggil dengan sapaan Jokowi,
awalnya hanyalah seorang warga Indonesia biasa yang hidup dalam
keluarga sederhana, sampai ia akhirnya memutuskan untuk memasuki dunia
politik pada tahun 2005 dan menjadi Walikota Surakarta (Solo),
berpasangan dengan F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakilnya dalam partai
PDI Perjuangan.1 Jokowi mendapatkan amanah untuk memimpin kota Solo
selama dua periode. Periode pertama pada tahun 2005-2010, dan periode
kedua tahun 2010-2015.
Baru dua tahun menjalani mandatnya sebagai Walikota Solo pada
periodenya yang kedua, pada tahun 2012, ia diminta oleh Jusuf Kalla secara
pribadi untuk mencalonkan diri sebagai gubernur di DKI Jakarta. Semenjak
pencalonan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta inilah nama Jokowi mulai
melambung. Segala hal mengenai Jokowi banyak diekspos media massa.
Keberhasilan-keberhasilan Jokowi selama menjabat sebagai Walikota Solo
terpampang di berbagai media massa elektronik maupun cetak., yaitu
kesuksesannya me-rebranding kota Solo dengan slogan: "Solo: The Spirit
of Java", menjadikan Solo sebagai anggota Organisasi Kota-kota Warisan
Dunia pada tahun 2006 yang kemudian menjadikan Solo sebagai tuan
1
Alberthiene Endah. Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta, (Solo: PT Tiga
rumah konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008,2
mendapatkan pengakuan UNESCO atas kesenian wayang kulit sebagai
warisan budaya dunia,3 mendapat penghargaan Bintang Jasa Utama pada 12
Agustus 2011, menjadi 25 finalis World Mayor 2012 atau walikota pilihan
dunia 2012 yang diselenggarakan The City Mayors Foundation yang
bermarkas di London, Inggris,4 dan dinobatkan sebagai walikota terbaik ke
3 di dunia pada Januari 2013.
Untuk melihat seberapa besar perhatian yang media berikan terhadap
Jokowi, penulis mencoba menelusuri pemberitaan di media online dengan
mengetikkan kata kunci Jokowi. Kemudian penulis mendapatkan hasil yang
cukup mencengangkan. Sampai terhitung tanggal 13 Desember 2013 pagi
hari, pemberitaan di situs berita kompas.com mengenai Jokowi berjumlah
9.339 artikel. Pada situs berita detik.com, terdapat 9.159 artikel. Di
vivanews.com terdapat 1.460 artikel. Situs berita okezone.com menuliskan
6.456 artikel. Sedangkan pada situs pencarian google.co.id, terdapat 25 juta
hasil yang ditemukan. Dari hasil yang didapatkan tersebut, nampaknya
sudah dapat membuktikan bahwa Jokowi merupakan seorang news maker
yang sangat penting bagi media massa saat ini. Pemberitaannya bahkan
mengalahkan pemberitaan mengenai Dahlan Iskan maupun Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
2
Merdeka.com, yang ditulis oleh Saugy Riyandi dan diposting pada Kamis, 12 Desember 2013.
3
Alberthiene Endah, Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta, (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2012), h. 143
4
Domu D. Ambarita dkk, Jokowi: Spirit Bantaran Kali Anyar (Jakarta: PT Elex Media
Media seperti tersihir oleh keberadaan sosok Jokowi. Dari sekian
banyak pemberitaan mengenai Jokowi tersebut, pemberitaan didominasi
oleh berbagai berita positif mengenai Jokowi, baik dari segi sosoknya,
maupun dari kinerja yang dilakukannya. Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo
terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008”. Hebatnya lagi, berita
positif mengenai Jokowi tidak hanya terbatas pada ranah domestik. Dalam
situs merdeka.com, Jokowi diberitakan masuk ke dalam tokoh populer versi
majalah Foreign Policy di Amerika yang menggambarkan Jokowi sebagai
pemimpin global paling berpengaruh, sejajar dengan Vladimir Putin,
Kanselir Jerman Angela Merkel, mantan kontraktor Badan Keamanan
Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden, Presiden Iran Hassan Rouhani,
bahkan Paus Fransiskus.5
Pantaslah jika Ia disebut-sebut sebagai media darling. Media darling
sendiri menurut pakar publisitas Amerika Julissa Fernandez merupakan
“Someone who is media savvy. A person who can make good use of all
media platform to benefit them in someway”. Atau dapat diartikan seseorang
yang mempunyai pengetahuan tentang media dan mampu memanfaatkan
semua bentuk media sehingga menguntungkan mereka dalam suatu hal.6
Atas perhatian besar dari pihak media massa terhadap segala keberhasilan
Jokowi, akhirnya Jokowi menjadi seorang sosok yang sangat populer di
kalangan rakyat Indonesia dan mengantarkannya menjadi Gubernur DKI
Jakarta.
5
Merdeka.com yang ditulis oleh Saugy Riyandi dan diposting pada Kamis, 12 Desember 2013.
6
Memang, disadari atau tidak disadari, disengaja ataupun tidak
disengaja, Jokowi memperoleh hasil yang menguntungkan dari pemberitaan
positifnya di berbagai media. Citra baik Jokowi dalam media massa
membentuk citra baik juga di mata publik. Menurut Mc Luhan, media
menjadikan dirinya sebagai pesan. Karena keampuhannya, apa yang
dianggap penting bagi media akan dianggap penting pula bagi publik. 7
Dengan kekuatannya itu, media massa cetak maupun elektronik dapat
dimanfaatkan sebagai penyalur aspirasi rakyat, pembentuk opini publik,
juga alat penekan yang dapat ikut memengaruhi dan mewarnai kebijakan
politik suatu negara.8
Dengan penggambaran sosok Jokowi sebagai pemimpin yang
sederhana, rendah hati dan senang bergaul dengan rakyat dengan sering
mengadakan blusukan ke permukiman warga, nama Jokowi semakin
dielu-elukan masyarakat. Sosoknya yang begitu dikagumi bahkan membuat
masyarakat sensitif terhadap pihak-pihak yang melayangkan kritikan pada
dirinya, seperti mantan ketua MPR Amin Rais yang mengkritisi rencana
pencapresan Jokowi sebagai Capres pada pemilu mendatang dan Ketua
FPD DPR Nurhayati Ali Assegaf yang mengkritisi mengenai banyaknya
kebakaran yang terjadi di Jakarta.
Setelah kritikan yang mereka alamatkan pada Gubernur DKI Jakarta
tersebut, banyak masyarakat yang mencibir dan mengecam. Begitu pula
dengan beberapa pengamat politik dan media massa. Kompas.com
7
Mc Luhan yang disunting dari buku Asep Saeful Muhtad, Jurnalistik Pendekatan Teori
dan Praktik, (Jakarta: Logos, 1999), h.3
8
memberitakan dengan mengusung tagline “Serangan untuk Jokowi,
Bumerang untuk Amien Rais”.9
Sementara itu, detiknews.com mengangkat
pemberitaan tersebut dengan judul “Jokowi Diusik. Serangan Amien Rais
dan Nurhayati ke Jokowi Mental”.
Dilihat dari hal-hal di atas, bisa kita katakan bahwa banyak media
massa yang cenderung pro terhadap Jokowi. Karena, sebagaimana yang
dikatakan Eriyanto bahwa wartawan bukanlah robot yang meliput
pemberitaan sebagaimana adanya. Apa yang dia lihat, etika dan moral yang
dalam banyak hal berarti keberpihakan terhadap suatu kelompok atau nilai
tertentu, yang umumnya dilandasi keyakinan tertentu, merupakan bagian
integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi
realitas.10
Mengacu dari pendapat Eriyanto di atas, jelas bahwa posisi wartawan
bukan hanya sebagai pelapor peristiwa sebagaimana hal-nya. Berita
merupakan hasil konstruksi realitas sosial dimana selalu melibatkan
pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan / media. Realitas yang
sama bisa saja menghasilkan suatu pemberitaan yang sama sekali berbeda.
Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat bergantung pada bagaimana
fakta itu dipahami dan dimaknai. Ini berarti, wartawan juga turut menjadi
partisipan dari keberagaman nilai subjektifitas di dalam publik. Hal ini
tentunya juga berlaku terhadap pemberitaan mengenai Jokowi. Di tengah
maraknya berbagai pemberitaan positif mengenai sosok dan kinerja Jokowi,
9
Kompas.com, ditulis oleh Indra Akuntono, diposting pada Jumat, 27 September 2013 pukul 11:14 WIB
10
ternyata nampaknya ada segelintir media yang melihat realitas tersebut dari
sisi lain. Salah satu dari segelintir media tersebut adalah media yang
bernafaskan agama, yakni Tabloid Suara Islam.
Tabloid Suara Islam merupakan salah satu media massa yang menulis
pemberitaan dan memberikan aspirasi serta pemikirannya dengan
berlandaskan ayat-ayat Al-Quran. Berbeda dengan media massa lain yang
memaparkan keberhasilan kepemimpinan Jokowi ketika memimpin kota
Surakarta dan juga ketika memimpin Jakarta, Suara Islam melihat sisi lain
dari citra Jokowi dan kepemimpinannya selama ini. Suara Islam menilai
banyak kegagalan yang dihasilkan Jokowi sampai saat ini. Melalui kata-kata
dan bahasanya, Suara Islam ini memberikan pemaparan dimensi lain akan
sosok dan kinerja kepemimpinan Jokowi di tengah pemberitaan media yang
terkesan monoton.
Pada akhirnya, berdasarkan hal-hal di atas, penulis merasa tertarik
untuk mengangkat pemberitaan Suara Islam mengenai Jokowi, tokoh yang
sangat populer akhir-akhir ini, dengan harapan memberikan pengetahuan
terhadap pembaca akan keragaman dimensi pemberitaan yang terdapat di
media massa dan mengajak pembaca memahami pemberitaan Suara Islam
terhadap kepemimpinan Jokowi dari segi agama Islam dan segi lainnya
melalui wacana dan penggunaan bahasa Tabloid Suara Islam. Terhadap
penelitian ini, peneliti mengambil judul “Analisis Wacana Pemberitaan
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, Peneliti memberikan batasan penelitian pada
pemberitaan yang membahas seputar pribadi dan isu kinerja
pemerintahan Joko Widodo menjadi Gubernur DKI. Penulis akan
membahas kepemimpinan Joko Widodo dalam Tabloid Suara Islam
dari edisi 13 – 27 September 2013 dan 14 – 28 Februari 2014.
2. Perumusan Masalah
Untuk mengetahui permasalahan yang diteliti, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah teks, kognisi sosial, dan konteks sosial menurut
analisis wacana Van Dijk, yang dibangun oleh Tabloid suara Islam
mengenai sosok pribadi dan kepemimpinan Joko widodo?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk meneliti dan mengetahui teks, kognisi sosial, dan konteks sosial
yang dibangun oleh Tabloid Suara Islam mengenai sosok pribadi dan
kepemimpinan Joko Widodo.
2. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sebagai
tambahan referensi dalam perkembangan kajian media, khususnya
mengenai kajian yang berhubungan dengan media dan citra
pemimpin negeri, serta dapat memberikan referensi bagi penelitian
serupa di masa mendatang.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
media massa (terutama Tabloid Suara Islam) dalam membangun
berita dan mengkritisi tokoh-tokoh pemimpin bangsa.
D. Kajian Pustaka
Sebelumnya, peneliti telah mengadakan tinjauan pustaka terhadap
skripsi dengan judul yang mirip. Dari tinjauan yang peneliti lakukan,
peneliti mendapatkan bahwa kajian seperti ini telah diteliti sebelumnya oleh
beberapa orang. Beberapa di antaranya adalah:
1. “Analisis Wacana Pemberitaan Pemerintah Daerah Tangerang Selatan
pada Harian Lokal Tangsel Pos Edisi 3, 4, dan 5 Oktober 2011” oleh
Danang Riyanto, Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2012. Kesimpulan dari skripsi Danang Rianto adalah koran Tangsel
Pos kurang mengkritik pemerintahan Tangsel karena adanya MOU
untuk memberitakan pemerintahan mengenai kinerja bagusnya dan
mengurangi berita yang bersifat kritik. Skripsi penulis berbeda dengan
Danang yang melihat pemerintahan Tangerang Selatan, penulis
memilih Jakarta yang dipimpin oleh Jokowi dan memilih media yang
berideologi Islam dan tidak terikat dengan pemerintah. penulis
menemukan adanya kritik yang keras terhadap pemerintahan Jokowi
yang belum mampu mengatasi banjir, macet dan Kristenisasi
pemerintahannnya.
Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang ditulis
peneliti adalah terletak pada kesamaan teori yang digunakan. Peneliti
terdahulu menggunakan teori analisis wacana model Teun Van Dijk.
2. “Analisis Wacana Teun Van Dijk dalam Pemberitaan Laporan Utama
Majalah Gatra tentang Seruan Boikot Israel dari New York” oleh
Fauziah Mursyid Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2013. Kesimpulan dari Skripsi ini adalah majalah gatra mendukung
tentang pemboikotan terhadap produk Israel, keberpihakan tersebut
mencerminkan pandangan sosial sebagian masyarakat Indonesia.
berbeda dengan skripsi penulis, Fauziah lebih luas mengangkat
masalah agama. Kalau penulis melihat seputar jakarta dan
pemerintahannya saja. Penulis menemukan aroma kristenisasi yang
Persamaan penelitian Fauziah dengan penelitian yang ditulis peneliti
juga terletak pada kesamaan teori yang digunakan, yaitu
menggunakan teori analisis wacana model Teun Van Dijk.
3. “Analisis Wacana Bahasa Jurnalistik Rubrik Suara Utama pada
Tabloid Suara Islam” oleh Muklis Jurusan Konsentrasi Jurnalistik
Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013. Kesimpulan skripsi ini adalah penulisan berita
Suara Islam tidak mutlak selalu benar dan berstandar pada KBBI,
EYD, dan SOP. Berbeda dengan Skripsi muklis yang melihat berita
Suara Utama Suara Islam hanya dari bahasa jurnalistik, penulis ingin
melihat bahasa yang digunakan Suara Islam dalam membentuk berita
pemerintahan Joko Widodo.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian kualitatif deskriptif.
Menurut Bogdan dan Tailor, metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Sugiono
tanpa memanipulasi objek.11 Dalam hal ini, peneliti merupakan
instrumen utama dalam pengumpulan dan interpretasi data. Alat
lainnya seperti angket, perekam, kamera, dan lain sebagainya
hanyalah sebagai alat bantu dalam melakukan penelitian.12 Menurut
Rahmat Kriyantono, penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya, dengan tidak
mengutamakan besarnya populasi atau sampling. Penelitian jenis ini
lebih menekankan kedalaman (kualitas) data, bukan kuantitasnya.13
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma kritis. Paradigma kritis melihat bahwa media bukanlah
saluran yang bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh kelompok
tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak
dominan.14 Berita yang disajikan dengan strategi yang mengesankan
objektifitas, keseimbangan dan sikap non partisan, namun bisa
menggiring khalayak untuk mendefinisikan suatu realitas dalam
bingkai tertentu, dari sudut pandang tertentu, dengan struktur
simbol-simbol bahasa tertentu atau bahkan menggunakan sistem logika
tertentu pula. Paradigma kritis dilakukan lebih kepada penafsiran,
11
Bogdan dan Tailor yang disunting dalam buku Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif
(Bandung: CV Alfabeta, 2010), h.3
12
Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Malang: UIN-Maliki
Press,2008), h. 175
13
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 58
14
Dennis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Erlangga,
karena dengan penafsiran kita dapat mengetahui dunia dalam teks dan
menyingkap makna yang ada di baliknya.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah wartawan Tabloid Suara
Islam yang menulis artikel atau pemberitaan mengenai Joko Widodo
(Jokowi) yang menjadi permasalahan dalam penelitian, dan Redaktur
pelaksana Tabloid Suara Islam. Penulis akan melakukan wawancara
terhadap penulis artikel tersebut untuk diwawancarai seputar
permasalahan yang akan diteliti. Dari wawancara akan didapatkan
sumber data sekunder berupa pernyataan-pernyataan dari penulis
artikel yang kemudian akan dianalisis untuk dijadikan salah satu
sumber acuan penafsiran, yaitu dalam sisi kognisi sosial dan konteks
sosial yang merupakan objek penelitian wacana Van Dijk.
Sedangkan objek penelitiannya adalah tulisan-tulisan dalam
Tabloid Suara Islam yang membahas tentang kinerja pemerintahan
Joko Widodo. Edisi yang penulis gunakan untuk penelitian adalah
Edisi bulan September 2013 dan edisi bulan Febuari 2014.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Penulis mencari sumber informasi melalui penelaahan
buku-buku, foto, artikel, bahan kepustakaan dan data-data referensi
digunakan untuk mendapatkan data-data yang menunjang untuk
melakukan observasi dan wawancara.
b. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan teks.
Penulis melakukan analisis teks berita yang terdapat pada berita
Tabloid Suara Islam edisi 13 – 27 September 2013 dan 14 – 28
Februari 2014. Dengan mencermati tanda-tanda pada objek
penelitian sesuai analisis wacana Van Dijk.
c. Wawancara
Untuk lebih melengkapi data yang dicari dari berbagai
referensi, peneliti akan melakukan tanya jawab / wawancara
kepada perwakilan wartawan Tabloid Suara Islam yang juga
bertindak sebagai penulis artikel-artikel seputar permasalahan yang
akan diteliti, dengan tujuan untuk lebih melengkapi data yang
dicari dan mengungkap penyebab keluarnya tulisan-tulisan yang
menjadi objek penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Langkah yang selanjutnya peneliti lakukan adalah menyusun
data-data yang diperoleh secara sistematis, diklarifikasi, lalu dianalisa
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, lalu disajikan
dalam bentuk laporan ilmiah. Dalam penelitian ini, analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis wacana Teun Van Dijk yang
menggabungkan tiga dimensi wacana ke dalam suatu kesatuan
analisis: struktur makro, suprastruktur dan struktur mikro.
Aspek kedua yaitu aspek kognisi sosial (latar belakang dan
ideologi wartawan yang menulis pemberitaan yang menjadi objek
penelitian). Hal ini diasumsikan bahwa suatu berita terbentuk dengan
terlebih dahulu melewati pemikiran dan pendefinisian makna dari
wartawan sehingga berita tidak bersifat netral.
Yang ketiga adalah aspek konteks sosial. Dalam hal ini diteliti
kondisi masyarakat (tren yang sedang berkembang dalam masyarakat)
yang memengaruhi keluarnya suatu pemberitaan yang disajikan
wartawan.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi
dkk yang diterbitkan oleh CEQDA (Centre for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB I : Pendahuluan
Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bagian ini menjelaskan secara rinci definisi analisis,
macam-macam analisis, model teori Teun Van Dijk, dan Berita.
BAB III : Gambaran Umum
Bagian ini berisi mengenai sejarah dan perkembangan, visi dan
misi, serta struktur redaksional Tabloid Suara Islam
BAB IV : Analisis dan Temuan Data
Bagian ini berisi tentang pemaparan hasil analisa dan temuan data
terkait penelitian yang ditulis peneliti. Peneliti akan memaparkan
analisa wacana terkait pemberitaan pemerintahan Jokowi.
BAB V : Penutup
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis atas penelitian
16
A. Analisis
1. Pengertian Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).1
Analisis secara Linguistik adalah penelaahan yang dilakukan oleh
penelti atau pakar bahasa dalam menggarap data kebahasaan yang
diperoleh dari penelitian lapangan atau dari pengumpulan teks
(penelitian kepustakaan). Sedangkan, Analisis data adalah penelaahan
dan penguraian data hingga menghasilkan simpulan.2
2. Macam-macam Analisis
a. Analisis Wacana
Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media, Suatu
Pengatar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis
Framing mengatakan bahwa “Wacana atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan kata discourse ternyata merupakan kata serapan
dari bahasa latin, discursus, kata dis, berarti „dari, dalam arah yang
berbeda’, dan currere, berarti ’berlari’. Jadi discursus berarti lari
kian kemari.3
1
Kbbi.web.id/analisis
2
Kbbi.web.id/analisis
3
Alex Sobur, Anilisis Teks Media, Suatu Pengatar untuk Analisis Wacana, Analisis
Alex Sobur menambahkan pendapatnya mengenai pengertian
analisis wacana, bahwa analisis wacana merupakan studi tentang
struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka
fungsi (pragmatik) bahasa.4 Unsur penting dalam analisis wacana
adalah kepaduan dan kesatuan serta penafsiran peneliti. Analisis
wacana melihat kepada isi pesan yang akan diteliti.
Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana adalah sebagai
berikut:
1. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam
masyarakat (rule of use– menurut Windowson).
2. Analisis wacana merupakan usaha memaknai makna tuturan
dalam konteks dan situasi (firth).
3. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan
melaui interpretasi semantik (Beller).
4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam
tindak berbahasa (what is said from what is done – menurut
Labov).
5. Analisis wacana diarahkan kepada memakai bahasa secara
fungsional (functional use language– menurut Coulyhard).5
Sedangkan, Henry Guntur mengatakan bahwa wacana tidak
hanya mencakup percakapan atau obrolan tetapi juga pembicaraan
4
Alex Sobur. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) cet.6, h. 75
5
di muka umum, tulisan serta upaya-upaya formal seperti laporan
ilmiah dan sandiwara dalam lakon.6
Menurut Ismail Marahimin, wacana adalah “kemampuan
untuk maju (dalam pembahasan) menurut urutan-urutan yang
teratur yang menurut urutan yang semestinya dan komunikasi buah
pikiran baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur.”7
Sedangkan menurut Roger Fawler, wacana adalah
komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang
kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya;
kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi
atau representasi dari pengalaman.8
Jadi wacana sendiri diartikan sebagai konstelasi kekuatan
yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna, baik
berupa tulisan, rekaman suara ataupun gambar yang kemudian
menjadi diskusi publik. Media bukan lagi saluran bebas dan netral
tapi media membentuk ide, gagasan, dan konsep, sehingga dapat
memengaruhi cara berpikir dan bertindak orang lain.
b. Analisis Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotic berasal dari kata Yunani
semeion, yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan
sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun
sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Secara
6
Taringan dan Henry guntur. Pengajaran Wacana. (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 23
7
Ismail Marahimin. Menulis Secara Populer. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), hal. 26
8
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks. (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta,
terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
seluruh kebudayaan sebagai tanda.9
Semiotik sebagai suatu ilmu atau metode analisis untuk
mengkaji tanda. Tanda- tanda adalah perangkat yang kita pakai
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini. Semiotik atau
dalam istilah Barthes pada dasarnya hendak mempelajari
bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan
dengan mengomunikasikan (communicate). Memaknai berarti
bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga
mengonstitusi sistem terstruktur dari tanda.10
Sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat dan selalu
melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya, tentu
membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami
tentang suatu hal. Apa yang perlu dipahami? Banyak hal, salah
satunya adalah tanda. Agar tanda itu bisa dipahami secara benar
dan sama, membutuhkan konsep yang sama agar tidak terjadi salah
pengertian. Namun pada kenyataannya tanda itu tidak selamanya
bisa dipahami secara benar dan sama di antara masyarakat. Setiap
orang memiliki interpretasi makna tersendiri dan tentu saja dengan
berbagai alasan yang melatarbelakanginya.
9
Alex Sobur, Analisis Teks media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 95
10
Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the
study of signs).11 Masyarakat selalu bertanya apa yang dimaksud
dengan tanda? Banyak tanda dalam kehidupan sehari -hari kita
seperti tanda-tanda lalu lintas, tanda-tanda adanya suatu peristiwa
atau tanda -tanda lainnya. Semiotik meliputi studi seluruh
tanda-tanda tersebut sehingga masyarakat berasumsi bahwa semiotik
hanya meliputi tanda-tanda visual (visual sign). Di samping itu
sebenarnya masih banyak hal lain yang dapat kita jelaskan seperti
tanda yang dapat berupa gambaran, lukisan dan foto sehingga tanda
juga termasuk dalam seni dan fotografi atau tanda juga bisa
mengacu pada kata-kata, bunyi-bunyi dan bahasa tubuh (body
language).
c. Analisis Framing
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh
Beterson pada tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai
struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang
mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta
yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi
realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh
Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai
kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang
membimbing individu dalam membaca realitas.12
11
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.p df. Diakses pada tgl. 26/4/2012.
12
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk
membedah cara-cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta.
Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan
fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih
berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak
sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan
untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta
apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan,
serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.13
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan
sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai
oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses
konstruksi. Di sini realitas dimaknai dan dikonstruksi dengan
makna tertentu. Analisis framing merupakan analisis untuk
mengkaji pembingkaian realitas yang dilakukan media.
Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang artinya
realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna
tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau
memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media.
Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih
13
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran
khalayak.14
d. Analisis Isi
Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh
gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secra
objektif, sistematik, dan relevan secara sosiologis. Uraian dalam
analisisnya boleh saja menggunakan tata cara kuantitatif atau
kualitatif, atau bahkan keduanya sekaligus.15
Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh
keterangan dari isi komunikasi dalam bentuk lambang. Analisis isi
dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi,
seperti: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, novel,
dan lain-lain.16
Untuk itu, dalam ilmu komunikasi banyak menggunakan
analisis isi untuk menganilisis isi media cetak maupun elektronik.
Karena analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan
menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan
dokumen atau teks.17
3. Analisis Wacana Van Dijk
Critical discourse analysis (CDA) has become the general label for a study of text and talk, emerging from critical linguistics, critical
14
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi(Jakarta: Kencana Prenada Media,
2006), h. 252.
15
Zulkarimien Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa (Jakarta: Pusat Penelitian Universitas
Terbuka, 2002), cet ke.3, h. 32.
16
Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remadja Karya, 1989), h.
122.
17
Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu
[image:35.595.101.519.99.701.2]semiotics and in general from sosio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discource and communication.18(Analisis wacana kritis telah menjadi nama / label umum untuk studi mengenai teks dan percakapan, berasal dari ilmu bahasa kritis, semiotik kritis dan secara umum berasal dari
kesadaran secara sosial-politik sadar dan komunikasi).
Discourse analysist is concerned with the study of relationship between language and the contexts in which it is used. Discourse analysist study language in use: written texts of all kinds, like
speech and spoken data from conversation to highly
institutionalized forms of talk.19 (Analisis wacana adalah mengenai studi hubungan anatara penggunaan bahasa dan konteks. Analisis wacana mempelajari bahasa dalam penggunaan: dari segi teks tertulis. seperti pidato dan data yang diucapkan dari pembicaraan sampai beragam bentuk kata-kata adat).
Dari pernyataan di atas, studi wacana ini berasal dari analisis
linguistik kritis. Merambah kepada ilmu sosial lainnya, seperti analisis
semiotik kritis, bahasa, wacana, komunikasi, dan ilmu sosial lainnya.
Meski awalnya berasal dari bahasan wacana liguistik, tapi tidak
menutup kesempatan kepada ilmu sosial lainnya.
Penelitian ini berfokus pada hubungan antara bahasa dan konteks.
Konteks dalam analisis wacana Van Dijk berfokus pada aspek bahasa
non-verbal, aspek sosial dan aspek situasional dari kegiatan
komunikasi, misalnya latar belakang sejarah dan politik, situasi di mana
teks tersebut diproduksi, dan sebagainya:
...”context often means geographical, historical or political “situation”, “environtment” or “background”, for instance in media...20 (konteks sering berarti geografis, sejarah, atau politik situasi, lingkungan atau latarbelakang, misalnya media).
18
Teun Van Dijk. Aims of Critical Discource Analisyst, (Japan: Discourse.1995) vol.1 hal .
7
19
Teun Van Dijk. Handbook of Discourse Analysist, (Amsterdam: Academic Press, 1988)
hal. 1
20
Teun Van Dijk. Society and Discourse: How Social Context Influence Text and Talk,
Menurut Van Dijk, wacana dapat berfungsi sebagai suatu
pernyataan (assertion), pertanyaan (question), tuduhan (accusation),
atau ancaman (threat). Wacana juga dapat digunakan untuk
mendiskriminasi atau mempersuasi orang lain untuk melakukan
diskriminasi.21 Van Dijk menggambarkan bahwa wacana mempunyai
tiga dimensi yang terdiri dari teks, kognisi sosial dan konteks sosial
yang digabungkan ke dalam suatu kesatuan analisis. Dalam teks yang
diteliti adalah bagaimana stuktur teks dan strategi wacana yang dipakai
untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial
dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu
penulis. Sementara itu aspek konteks sosial mempelajari bangunan
wacana yang berkembang dalam masyarakat mengenai suatu masalah.22
Dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Skema 1
Diagram Model Analisis Van Dijk23
21
Alex Sobur. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) H. 71
22
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS
Yogyakarta, 2001) h.224
23
Eriyanto, Analisis Wacana,... h. 225.
Konteks Sosial
Kognisi sosial
Sedangkan struktur wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1
Struktur Wacana Van Dijk.
Struktur Metode
Teks
Menganalisis bagaimana Strategi wacana yang digunakan untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi
tekstual yang dipakai untuk memarjinalkan suatu kelompok,
gagasan atau peristiwa tertentu.
Critical Linguistik
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana Kognisi penulis dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis.
Wawancara Mendalam
Konteks Sosial
Menganalisis bagaimana Wacana yang berkembang dalam Masyrakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau
peristiwa digambarkan
Studi pustaka, penelusuran sejarah dan wawancara
Sumber: Eriyanto24
a. Teks
Dalam wacana Van Dijk, suatu teks terdiri atas beberapa struktur
atau tingkatan, yang masing-masing bagiannya saling mendukung.
Struktur teks itu terdiri dari: Pertama, Struktur Makro, yang merupakan
24
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2009).
makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang
diangkat. Kedua, Suprastruktur, merupakan kerangka suatu teks,
bagaimana struktur dan elemen wacana disusun dalam teks secara utuh.
Ketiga, Struktur Mikro, yaitu makna yang dapat diamati dengan
menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafase yang dipakai,
[image:39.595.107.525.161.642.2]dan sebagainya.25
Tabel 2
Elemen Wacana Van Dijk
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro Tematik
Tema/topik yang dikedepankan dalam
berita.
Topik
Suprastruktur Skematik
Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan ke dalam teks berita utuh.
Skema
Struktur Mikro Semantik
Makna yang ingin ditekankan dalam teks
berita.
Latar, detail, maksud, praanggapan,
nominalisasi.
Struktur Mikro Sintaksis
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang
disampaikan.
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti.
Struktur Mikro Stilistik
Pilihan kata yang dipakai.
Leksikon
Struktur Mikro Retoris
Bagaimana dan dengan cara apa penekanan
dilakukan.
Grafis, metafora, ekspresi.
Sumber: Eriyanto26
25
Teknik-teknik Analisis Kualitatif. Hal. 163
26
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS
Berbagai elemen tersebut merupakan suatu kesatuan, saling
[image:40.595.103.525.154.605.2]berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Untuk memperoleh
gambaran dari elemen-elemen yang harus diamati tersebut, berikut adalah
penjelasannya:
Tematik (tema atau topik)
Tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks, yang
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan wartawan. Topik
menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting isi suatu
berita, yang didukung oleh subtopik.27
Skematik (skema atau alur)
Teks umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
sampai akhir. Alur menunjukan bagaian-bagian dalam teks yang
disusun dan diurutkan hingga membentuk suatu arti. Menurut Van Dijk,
makna yang terpenting dalam skematik adalah strategi wartawan untuk
mendukung topik tertentu yang disampakan dengan urutan tertentu.
Semantik (latar, detil, maksud, praanggapan dan nominalisasi)
Semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna
lokal (local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antar
kalimat, hubungan antar proposisi, yang membangun makna tertentu
27
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS
dari suatau teks. Analisis wacana memusatkan perhatian pada dimensi
teks, seperti makna yang eksplisit maupun implisit.28
Latar, merupakan bagian berita yang dapat memengaruhi
semantik (isi) yang ingin ditampilkan. Latar menentukan ke arah mana
pandangan khalayak akan dibawa.
Detil, merupakan informasi-informasi tambahan yang ditampilkan
penulis yang dapat mendukung apa yang ingin disampaikannya. Detil
yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan
dengan sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.
Maksud. Elemen maksud hampir sama dengan elemen detil.
Bedanya, dalam elemen detil informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan dengan panjang, sedangkan dalam elemen
maksud informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan
secara esplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan
diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.29
Praanggapan, merupakan pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks dengan memberi premis yang dipercaya
kebenarannya.
Sintaksis (Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti)
Secara etimologi, kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun /
dengan dan tattein / menempatkan). Jadi, kata sintaksis secara etimologi
28
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) h. 78.
29
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2001),
berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata
atau kalimat (Pateda, 1994: 85). Ramlan (Pateda, 1994:85) mengatakan,
“sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase.”30
.
Dibawah ini beberapa elemen sintaksis:
Bentuk Kalimat, merupakan segi sintaksis yang berhubungan
dengan prinsip kausalitas, dengan melihat susunan subjek (yang
menerangkan) dan predikat (yang diterangkan).
Koherensi, merupakan pertalian atau jalinan antar kata atau
kalimat dalam teks. Koherensi menggambarkan bagaimana peristiwa
dihubungkan atau dipandang saling terpisah oleh wartawan.
Kata Ganti, merupakan kata yang digunakan sebagai alat untuk
memposisikan komunikator dalam sebuah wacana.
Stilistik (leksikon)
Pusat perhatian Stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan
seseorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya
dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian style
bisa diterjemahkan sebagai gaya bahasa (Sudjiman, 1993:13).
Di dalam stilistik terdapat elemen leksikon. Leksikon, merupakan
pemilihan kata di antara berbagai pilihan kata yang tersedia. Misalnya
kata „meninggal’ yang dapat ditulis dengan kata lain seperti mati, tutup
usia, dan lain-lain.
30
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Retoris (Grafis, Metafora, Ekspresi)
Strategi dalam level retoris di sini adalah gaya yang diungkapkan
ketika seseorang berbicara atau menulis. Gaya bahasanya hiperbolik,
ironi dan metanomi. Tujuannya adalah melebihkan sesuatu yang positif
mengenai diri sendiri dan melebihkan keburukan pihak lawan.31 Di
bawah ini elemen-elemenya.
Grafis, merupakan bagian yang ditonjolkan dalam teks, misalnya
pemakaian huruf tebal, miring, garis bawah, gambar, caption, tabel, dsb
untuk mendukung pesan.
Metafora, merupakan kiasan, ungkapan, yang dimaksudkan
sebagai bumbu suatu berita. Metafora dapat digunakan wartawan
sebagai alasan pembenar atau landasan berpikir terhadap gagasannya
dengan menggunakan pepatah, kepercayaan masyarakat, kata-kata
kuno, ayat-ayat suci, dan sebagainya.
Ekspresi, merupakan elemen yang digunakan untuk meyakinkan
pembaca atas peristiwa yang dikonstruksi wartawan.
b. Segi Kognisi Sosial
Tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, Van Dijk
juga memperhatikan bagaimana suatu teks diproduksi. Yang ia sebut
kognisi sosial, kesadaran mental wartawan yang membentuk teks
tersebut.32
31
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h. 83-84
32
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS
Menurut Eriyanto, “wartawan bukanlah robot yang meliput apa
adanya, apa yang dilihat. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti
keberpihakan pada satu kelompok – umumnya dilandasi keyakinan
tertentu – merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dalam
membentuk dan mengkonstruksi realitas. Teks sebenarnya tidak memiliki
makna tetapi makna tersebut diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih
tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa, yang dalam hal ini
adalah wartawan.33 Oleh karena itu, analisis kognisi sosial dibutuhkan
untuk mengetahui makna tersembunyi yang digunakan oleh wartawan
melalui proses kesadaran mentalnya. Karena wartawan membentuk
pemberitaan juga berdasarkan pandangan pribadi. Kejadian atau peristiwa
yang sama bisa menjadi pemberitaan yang beda wartawan yang satu
dengan yang lainnya.
c. Konteks sosial
Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam
masyarakat, sehingga meneliti teks perlu dilakukan penelitian intertekstual
dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan
dikonstruksi oleh masyarakat.34 Hal yang diteliti adalah sesuatu yang
berkembang di masyarakat, hal yang booming yang memengaruhi
keluarnya suatu pemberitaan yang disajikan wartawan.
Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua
poin yang penting, taitu: kekuasaan (power), dan akses (acces).
33
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2001) hal. 260.
34
1. Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok atau anggotanya. Suatu kelompok untuk
mengontrol kelompok atau anggota dari kelompok lain. Kekuasaan ini
umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang
bernilai seperti uang, status, dan pengalaman. Selain berupa kontrol
yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh Van Dijk,
juga berbentuk persuasif; tindakan seseorang untuk secara tidak
langsung mengontrol dengan jalan memengaruhi kondisi mental, seperti
kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.
2. Akses
Analisis wacana Van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses.
Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih
berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk memengaruhi
kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi
kesempatan untuk mengontrol topik apa dan isi wacana apa yang dapat
disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.35
Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa jika situasi sosial memengaruhi
wacana secara langsung, maka orang-orang yang berada pada kondisi sosial
yang sama akan berbicara dengan cara yang sama, yang pada kenyataannya
tidak seperti itu. Walaupun ada pengaruh sosial terhadap konteks, selalu ada
35
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS
juga perbedaan dalam kepribadian individu, sehingga setiap wacana selalu
unik.
B. Berita
1. Pengertian Berita
Istilah berita berasal dari bahasa Sanksekerta, yakni vrit yang
kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris menjadi write, yang arti
sebenarnya adalah “ada“ atau “terjadi“. Sebagian ada yang menyebutnya
vritta, yang artinya “kejadian“ atau “yang telah terjadi“. Vritta masuk ke
dalam bahasa Indonesia menjadi “berita“ atau “warta“.36
William S. Moulsby dalam Getting The News, seperti yang dikutip
oleh Haris Sumadiria (2005:64) menegaskan, berita bisa didefinisikan
sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta
yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik
perhatian khalayak.37
Mitchel V. Charnley dalam buku Reporting, seperti yang dikutip
oleh Gunadi (1998:17) mendefinisikan berita sebagai laporan tercepat
mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau
penting, atau kedua-duanya untuk sejumlah besar penduduk.38
Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita.
Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya
36
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h.46.
37
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2005), h.64.
38
sebagian kecil saja yang dilaporkan. Berita adalah hasil akhir dari proses
kompleks dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa
dengan tema-tema tertentu dalam suatu kategori tertentu.39
Pada dasarnya, berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa di
sini adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada
gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa. Dengan
demikian, dapat pula dikatakan secara sederhana, bahwa dalam suatu
proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana atau keadaan,
orang, dan benda, bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa
merupakan upaya untuk merekonstruksikan realitas. Karena sifat dan
faktanya bahwa tugas redaksional media massa, seperti wartawan, editor,
redaktur pelaksana, dan juga pemimpin redaksi adalah menceritakan
peristiwa-peristiwa, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa
seluruh isi surat kabar merupakan realitas yang telah dikonstruksikan
(constructed reality). Laporan-laporan jurnalistik yang ada di media pada
dasarnya tidak lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk
“cerita“.40
2. Jenis Berita
Jenis-jenis berita dapat digolongkan menjadi lima bagian yaitu:41
a. Straight News: Berita langsung (straight news) adalah berita yang
ditulis apaadanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar
halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini.
39
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LKIS, 2007). h. 102. 40
Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004) h. 168.
41
b. Deep News: Berita yang mendalam dan dikembangkan dengan
pendalaman hal-hal yang ada di sudut permukaan.
c. Investigation News: Berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian
dari berbagai sumber.
d. Interpretative News: Berita yang dikembangkan berdasarkan pendapat
wartawan, berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan.
e. Opinion News: Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya
pendapat para tokoh atau cendekiawan mengenai suatu isu atau hal-hal
tersebut.
3. Nilai Berita
Nilai berita (news value) merupakan standar yang menjadi panduan
bagi wartawan untuk menentukan realitas seperti apa yang layak
diberitakan dan realitas seperti apa pula yang tidak layak untuk
diberitakan. Semakin banyak nilai berita, semakin besar pula kemungkinan
dari realitas tersebut untuk diberitakan. Namun sebaliknya, semakin
sedikit nilai berita, semakin kecil pula kemungkinan dari realitas tersebut
untuk turut diberitakan.42
Setiap hari ada jutaan peristiwa, jutaan peristiwa tersebut potensial
untuk membentuk berita. Ada sebuah pertanyaan, kenapa hanya peristiwa
yang diberitakan? Dan kenapa dari sisi tertentu saja ditulis oleh wartawan?
Semua proses itu ditentukan oleh apa yang disebut sebagai nilai berita.
Secara umum, nilai berita dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
42
Tabel 3 Nilai Berita43
Prominance
Nilai berita diukur dari kebesaran
peristiwanya atau arti pentingnya.
Peristiwa yang diberitakan adalah
peristiwa yang dipandang penting.
Human Interest
Peristiwa lebih memungkinkan disebut
berita kalau peristiwa itu lebih banyak
mengandung unsur haru, sedih, dan
menguras emosi khalayak.
Conflict
Peristiwa yang mengandung konflik
lebih potensial disebut berita
dibandingkan dengan peristiwa yang
biasa-biasa saja.
Unusual
Berita mengandung peristiwa yang
tidak biasa atau peristiwa yang jarang
terjadi.
Proximity
Peristiwa yang dekat lebih layak
diberitakan dibandingkan dengan
peristiwa yang jauh.
4. Kategori Berita
Pengategorisasian berita menjadi landasan atau pijakan bagi
wartawan untuk menentukan bagaimana sebuah realitas diklasifikasikan
43
dan bagaimana peristiwa didefinisikan, dipahami, bahkan direkonstruksi.44
Secara umum, menurut Tuchman seperti yang dikutip oleh Eriyanto
(2002:108-109), wartawan memakai lima kategori berita. Kategori
tersebut dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subjek peristiwa
yang menjadi berita. Kelima kategori tersebut dapat dilihat pada tabel 2 di
bawah ini:
[image:50.595.104.522.174.697.2]Tabel 4 Kategori Berita45
Hard News
Berita mengenai peristiwa yang
terjadi saat itu. Kategori berita ini
sangat dibatasi oleh waktu dan
aktualitas. Semakin cepat
diberitakan semakin baik. Bahkan
ukuran keberhasilan dari kategori
berita ini adalah dari sudut
kecepatan pemberitaannya.
Soft News
Kategori berita ini biasanya
menyangkut hal-hal yang
berhubungan dengan kisah
manusiawi (human interest). Pada
kategori berita ini tidak dibatasi oleh
waktu. Ia bisa diberitakan kapan
44
Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), h. 176.
45
saja.
Spot News
Sub klasifikasi dari hard news.
Dalam spot news, peristiwa yang
diliput tidak direncanakan terlebih
dahulu (bersifat spontan).
Developing News
Sub klasifikasi dari hard news.
Hampir menyerupai spot news,
tetapi dalam developing news
dimasukkan elemen lain, seperti
peristiwa yang diberitakan adalah
bagian dari rangkaian yang akan
diteruskan keesokan harinya atau
39
A. Sejarah Berdirinya Suara Islam
Suara Islam Media Group adalah media komunikasi dan informasi
yang bertujuan untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan
masyarak