• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : Analisis dan Temuan Data

B. Analisis Kognisi Sosial

Selain menganalisis teks, dalam analisis wacana juga penting untuk mengamati kognisi social, yakni bagaimana suatu teks itu bisa diproduksi. Karena teks berita merupakan suatu hasil dari buah pemikiran wartawan. Segala konsep yang ada terlebih dulu akan melewati tahap pemikiran konsep dari para pelaku media. Dalam analisis wacana Van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks. Proses terbentuknya teks ini tidak hanya bermakna bagaimana suatu teks itu dibentuk, proses ini juga memasukkan informasi bagaimana peristiwa itu ditafsirkan, disimpulkan, dan dimaknai oleh wartawan.18

Penulis melakukan wawancara via email dengan Shodiq Ramadhan selaku redaktur sekaligus penulis berita yang berjudul “Jangan Jadi Keledai”

terkait untuk meneliti kognisi sosialnya dalam penulisan berita tersebut.

18

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2001), h. 266

Terkait dengan pengangkatan berita mengenai Jokowi, Shodiq yang telah bergabung dengan Suara Islam sejak 2008 ini mengatakan bahwa, berita ini ditulis karena sedang aktual dan menjadi sorotan.

“Karena saat itu, sosok Jokowi tengah menjadi sorotan publik. Tapi Suara Islam mengangkatnya berbeda dengan media yang lain. Media yang saat itu yang tengah menggangkat sosok seorang Jokowi adalah

pemimpin yang baik.”19

Dalam edisi-edisi ini, berita-berita dalam Tabloid Tabloid Suara Islam dalam menetukan tema ada pada keputusan rapat redaksi. Peserta rapat adalah hampir semuanya dari pemimpin umum, pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, dan redaktur. Dalam rapat redaksi semua peserta bebas berpendapat, sampai mencapai kesepakatan bersama yang sesuai dengan kriteria layak Suara Islam.

Dari data yang didapatkan dari proses wawancara, penulis artikel berpendapat bahwa dari awal kepemimpinan Jokowi sebagai Walikota Solo pun, pekerjaannya sebagai pejabat pemerintahan tidak bisa dikatakan baik, apa lagi jika ia memimpin Jakarta. Hal ini terlihat dari perkataannya:

“Kepemimpinan di Solo saja belum tuntas dan bagaimana mobil Esemka yang digadang-gadang saat dia menjadi Walikota Solo itu kini? Tak ada realisasinya sampai sekarang. Bagaimana sosok seperti itu bisa memimpin Jakarta yang warganya jauh lebih banyak dan

tentunya masalahnya lebih kompleks.”20

Dari kata-kata di atas, terlihat ketidaksetujuan penulis terhadap Jokowi yang memimpin ibu kota Jakarta. Menurutnya, Jokowi merupakan sosok yang hanya mengadalkan pencitraan untuk dapat memimpin ibu kota.

19

Wawancara dengan Shodiq Ramadhan, 5 Febuari 2015.

20

“Sejauh ini masyarakat telah salah menilai Jokowi sebagai orang yang bisa merubah segalanya. Jokowi merupakan orang yang tak becus

sebagai pemimpin dan hanya mengandalkan pencitraan.”21

Sementara, dinilainya bahwa sosok Jokowi belum bisa memberikan bukti-bukti keberhasilan atas janji-janjinya. Ketidakberhasilan dari kepemimpinan Jokowi pun menurut Shodiq, sang penulis artikel, menjadi suatu hal yang urgensi untuk dilakukan, terkait dengan kabar yang menyebar saat itu bahwa Jokowi akan maju sebagai salah satu kandidat RI 1.

“Dalam tulisan saya agar tak memilih Jokowi sebagai Presiden agar tidak sama seperti Keledai yang jatuh di lubang yang sama. Karena kerja Jokowi selama memimpin tak ada yang beres dan kehebatan

Jokowi cuma hasil dari pencitraan.”22

Urgensi artikel mengenai Jokowi bukan hanya karena sepak terjang kepemimpinan Jokowi yang dinilai gagal, namun juga karena Suara Islam menilai bahwa ada rencana-rencana lain di balik rencana pencalonan Jokowi sebagai presiden. Hal-hal tersebut menyangkut kepentingan umat muslim.

“Kerja nyata yang dilakukan Jokowi tidak ada, contohnya banjir dan macet malah tambah parah. Apalagi dari sisi Islam, tak akan benar dengan bekerja sama dengan orang non muslim dengan mengangkat Ahok sebagai wakil untuk memerintah warganya yang mayoritas umat Islam dan Jokowi-Ahok lebih mementingkan konstitusi dari pada

kitab suci.”23

“Jokowi merupakan orang yang tak becus sebagai pemimpin dan

hanya mengandalkan pencitraan dan dia adalah antek dari kaum sekuler. Ini terbukti dengan dia tidak bisa mengatasi banjir dan macet serta transportasi publik dan pengangkatan wakil-wakilnya yang beragama non muslim. Ini menjadi kenyataan ketika Jokowi menjadi Gubernur dan dipasangkan dengan Ahok itu sebagai salah satu cara membuat Jakarta akan dipimpin oleh seorang non Muslim. Ini sudah

21

Wawancara dengan Shodiq Ramadhan, 5 Febuari 2015.

22

Wawancara dengan Shodiq Ramadhan, 5 Febuari 2015.

23

saya wanti-wanti masalah ini dalam tulisan saya “Jangan Jadi

Keledai” dan tulisan teman-teman di Suara Islam bahwa Jokowi akan

menjadi calon presiden untuk menaikkan Ahok sebagai Gubernur.” “Selama ini media sangat mendewakan sosok Jokowi. Kalau suara Islam, Kita melihat track recordnya selama memimpin dan siapa yang ada di belakangnya. Setelah diteliti, ini menjadi keresahan bagi kami selaku media Islam. Alangkah bodohnya kita kalau sampai membiarkan publik menganggap sosok Jokowi sebagai dewa penolong bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah umat muslim terbesar di dunia. Jokowi yang selalu berada di belakang pihak sekuler ini memerintah umat Islam. Contoh sesuatu yang harus dihindari oleh orang Islam adalah mengambil pemimpin dari non muslim. Tapi apa yang dilakukan Jokowi? Kepemerintahannya selalu mengangkat wakil-wakilnya dan pejabatnya dari non Muslim.24

Dari kata-kata yang dipakai penulis dalam menggambarkan sosok Jokowi, bisa dilihat juga kognisi sosial penulis bahwa ia mempunyai sikap yang kurang respek terhadap Jokowi. Hal ini bisa dilihat dari kata-kata ganti yang digunakan penulis seperti pedagang mebel, Islam abangan, bekas pedagang mebel, bekas Walikota Solo, dan lain sebagainya. Penulis tidak pernah memakai kata ganti Gubernur DKI Jakarta kepada Jokowi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis tidak pernah menganggap Jokowi sebagai sosok pemimpin Jakarta.

Kesimpulan sementara penulis dari hal-hal di atas adalah bahwa Suara Islam menilai bahwa Jokowi selama ini hanya mengandalkan popularitas dan pencitraan semata, sementara ia belum menunjukan kinerja yang pantas untuk memimpin Ibu Kota Jakarta, terlebih lagi jika memimpin rakyat Indonesia yang cakupannya jauh lebih luas dan mempunyai masalah yang lebih kompleks. Jokowi dinilai lebih baik untuk secara totalitas membangun

24

kota Solo dan menyelesaikan persoalan-persoalan di sana dan masih kurang pantas untuk dianggap seseorang yang benar-benar memimpin Jakarta. C. Konteks Sosial

Dimensi terakhir analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Menurut Guy Cock, konteks merupakan salah satu dari tiga hal yang sentral dalam wacana. Ia berpendapat bahwa konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa.25 Analisis sosial (konteks sosial) berkaitan dengan latar, situasi, peristiwa, atau kondisi sosial yang sedang terjadi saat itu.

Wacana yang diangkat dalam penulisan berita ini menekankan kepada kepemimpinan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sosok Jokowi sangat menyita perhatian publik. Tentunya perlu perhatian khusus untuk menyikapi fenomena ini.

Gejolak politik tentunya memiliki sisi menarik tersendiri dalam pandangan setiap media. Begitu pula hal nya dalam hal mengenai Jokowi. Semenjak pencalonan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta, nama Jokowi yang mulai melambung, merupakan salah satu hal yang menarik bagi Suara Islam. Segala hal yang menyangkut Jokowi menjadi pembicaraan di setiap lapisan masyarakat dan diberitakan di setiap media. Penyebab pemilihan Jokowi sebagai tema pemberitaan dikarenakan nama Jokowi yang sedang melambung, juga ditegaskan dalam pernyataan Shodiq ketika penulis menanyakannya:

“Karena saat itu, sosok Jokowi tengah menjadi sorotan publik.”26

25

Eriyanto. Analisis Wacana. (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2001), hal. 9.

26

Memang, pada saat itu Jokowi sedang gencar-gencarnya diberitakan berbagai media massa. Tiada hari tanpa munculnya sosok Jokowi di layar kaca dan media cetak. Tak lain halnya juga di media online. Sebagaimana yang telah peneliti juga jabarkan di bagian latar belakang penulisan skripsi ini bahwa sampai dengan tanggal 13 Desember 2013 di pagi hari, pemberitaan Jokowi di situs berita kompas.com telah mencapai jumlah 9.339 artikel. Pada situs berita detik.com terdapat 9159 artikel. Situs berita vivanews.com, memperlihatkan terdapat 1.460 artikel. Sementara pada situs berita okezone.com, terdapat 6.456 artikel mengenai Jokowi. Dan pada situs pencarian google.co.id, terdapat 25 juta hasil yang ditemukan.

Dengan fenomena tersebut membuat Jokowi mampu memenangi Pilgub DKI mengalahkan Fauzi Bowo yang lulusan S3 Perencanaan Tata Kota di Jerman dan juga incomen. Sedangkan Jokowi yang latar belakangnya hanya lulusan UGM sebagai sarjana kehutanan. Dengan begitu menarik melihat apa yang bisa dilakukan Jokowi menanggani masalah Jakarta yang semerawut. Pesan yang coba disampaikan adalah agar publik tahu akan latar belakang sosok Jokowi dan mempertanyakatan kapabilitas Jokowi dalam memimpin Jakarta.

“Sejauh ini masyarakat telah salah menilai Jokowi sebagai orang yang

bisa merubah segalanya. Jokowi merupakan orang yang tak becus sebagai pemimpin dan hanya mengandalkan pencitraan dan dia adalah antek dari kaum sekuler. Ini terbukti dengan dia tidak bisa mengatasi banjir dan macet serta transportasi publik dan pengangkatan

wakil-wakilnya yang beragama non muslim.”27

27

Dengan kinerja yang ditemukan selama Jokowi menjabat. Masalah banjir yang semakin parah dan disusul dengan macet yang belum juga hilang. Hal ini mengakibatkan tingkat kepercayaan publik kepada Jokowi di mata masyarakat kian turun.

“Menurut survei Lembaga Survey Nasional (LSN), hanya 34,6 persen responden yang mengaku puas atas kinerja Jokowi dalam menyelesaikan masalah Jakarta. Artinya mayoritas warga Jakarta

sudah kecewa dengan lelaki asal Gemolong, Sragen itu.”28

Akan tetapi, ini menjadi kekuatiran ketika masalah yang terjadi di Jakarta tetutup oleh media yang terus menerus mengekspos Jokowi sebagai pemimpin yang baik. Kinerja yang tak berhasil bisa dimanipulasi dan ditutupi dengan penggambaran Jokowi sebagai sosok yang sederhana dan merakyat. Karena media akan terus mengekspos Jokowi yang digadang-gadang akan menjadi presiden.

“Dalam tulisan saya agar tak memilih Jokowi sebagai Presiden agar

tidak sama seperti Keledai yang jatuh dilubang yang sama. Karena kerja Jokowi selama memimpin tak ada yang beres dan kehebatan Jokowi cuma hasil dari pencitraan. Dalam tulisan saya agar publik tak memilih Jokowi sebagai Presiden, agar tidak sama seperti Keledai yang jatuh dilubang yang sama. Karena kerja Jokowi selama memimpin tak ada yang beres dan kehebatan Jokowi cuma hasil dari

pencitraan.”29

Pada akhirnya, keputusan ada di tangan publik. Masyarakatlah yang menilai sejauh mana performa Jokowi selama memimpin Jakarta dengan segala kekurangannya dan aroma kristenisasi yang dibawanya untuk tidak terjerat media darling.

28

Berita “Jangan Jadi Keledai” Majalah Suara Islam edisi 14-28 Febuari 2014

29

89 A. Kesimpulan

Setelah menguraikan landasan teori, gambaran umum, dan analisis, penulis menyimpulkan beberapa poin. Kesimpulan tersebut tentunya diperoleh dengan meneliti, menganalisa dan menjelaskan bahasa-bahasa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, dan diperkuat dengan wawancara. Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah pada skripsi ini. Dari analisis data, penulis menyimpulkan:

1. Segi Teks

Tabloid Suara Islam berpendapat bahwa kinerja Jokowi tidak sesuai dengan gambaran pemberitaan kebanyakan media. Dalam Suara Islam dipaparkan bahwa Jokowi belum berhasil dalam memimpin Jakarta. Di antaranya dapat dilihat dari masalah banjir dan kemacetan yang semakin parah. Pemerintah yang dibangun Jokowi juga beraroma kristenisasi dan tak sesuai dengan aturan yang dianjurkan dalam Islam. Menurut Suara Islam, keberhasilan terpilihnya Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta serta tanggapan positif masyarakat terhadap kinerja Jokowi hanyalah merupakan hasil dari pencitraan yang dilakukan oleh media massa.

2. Segi Kognisi Sosial

Wartawan / penulis artikel yang berlatar-belakang organisasi Islam, memahami bahwa ketika membahas mengenai kepemimpinan, otomatis hal yang harus dibahas adalah hal-hal yang berkaitan dengan cara kepemimpinan yang sesuai dengan ajaran Agama Islam yang berpatokan dengan Al-Qur’an

dan Hadits. Menurut penulis artikel, kepemimpinan Jokowi tidak sesuai dengan syariat-syariat Islam. Terbukti dengan kepemimpinannya yang selalu memilih rekan dari golongan non muslim dan menganggap belum pantas memimpin Jakarta karena kepemimpinannya di Solo belum tuntas melaksanakan kewajibannya.

3. Segi konteks sosial

Tema kepemimpinan Jokowi yang diangkat pada objek penelitian terkait dengan tingginya popularitas nama Jokowi di masyarakat dengan terpilihnya dia sebagai Gubernur DKI Jakarta yang dianggap mampu membenahi Jakarta dari macet dan banjir dengan track record-nya selama memimpin Solo, sehingga Suara Islam merasa perlu melihat dari sisi yang berbeda.

B. Saran

Peneliti menyampaikan beberapa saran yang berkenaan dengan berita tentang kepemimpinan Jokowi, sebagai berikut:

1. Penulis berharap Suara Islam dapat meningkatkan kualitas penulisannya, dengan memperhatikan berbagai aspek yang menunjang. Unsur pemilihan

kata perlu diperhatikan dan bahasa yang lebih efektif untuk mempermudah pembaca dalam memahami maksudnya. Berita juga diharapkan agar lebih fokus terhadap tema yang dipilih.

2. Penulis juga mengaharapkan media dapat memiliki data yang akurat dalam setiap tulisannya. Tidak berpihak pada setiap orang atau golongan agar media sebagai kontrol sosial dapat berjalan. Konfirmasi dari pihak yang diberitakan sangat diperlukan, untuk memperkaya data dan peerapan prinsip cover both side.

3. Kepada masyarakat agar dapat menyaring berita tidak menelan bulat-bulat isi berita dari media manapun.

4. Penulis mengharapkan kelanjutan masalah yang peneliti ambil ini agar bisa dilanjutkan. Kebenaran akan pemerintahan Jokowi dalam memimpin akan lebih kelihatan apabila diteruskan dengan meneliti kepemimpinan Jokowi sebagai presiden.

x

Ambarita, Domu D., dkk. Jokowi: Spirit Bantaran Kali Anyar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2013.

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Konamala Erdinaya. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa. 2005.

Birowo, Antonius. Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali. 2004.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2008.

Dijk, Teun Van. Aims of Critical Discource Analisyst. Japan: Discourse.1995. ... Handbook of Discourse Analysist. Amsterdam: Academic Press. 1988. ... Society and Discourse: How Social Context Influence Text and Talk. New

York: Cambridge University Press. 2010.

Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1993.

Endah, Alberthiene. Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2012.

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS. 2007.

... Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2011. cet. 1

xi

Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. 2010. Karlina, Siti. dkk. Komunikasi Massa. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007.

Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN-Maliki Press. 2008.

Kriyantono, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2006.

M, Zaenudin H. The Journalist. Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007

Marahimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya. 1994.

Muhtad, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik. Jakarta: Logos. 1999.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006.

Nasution, Zulkarimien. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Terbuka. 2002. cet ke.3.

Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. 1989.

... Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.

Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005.

xii 1998.

Taringan & Henry guntur. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. 1993

Quail, Dennis Mc. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Erlangga. 1996.

Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana 2008. Yandianto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2s. 2000. Non Buku Detiknews.com http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Se miotik.pdf. Kbbi.web.id/analisis Kompas.com Merdeka.com

Dokumen Resmi Tabloid Suara Islam

Tabloid Suara Islam Edisi 164 tanggal 13-27 September 2013.

Tabloid Suara Islam Edisi 194 Tanggal 18 Rabiul Awal – 2 Rabiul Akhir 1436 H / 9 – 23 Januari 2015

Narasumber : Shodiq Ramadhan

Jabatan : Sekertaris Redaktur Pelaksana dan Penulis Tabloid Suara Islam Hari / Tanggal : 5 Febuari 2015

T: Sudah berapa lama menjadi wartawan?

Dokumen terkait