• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : Analisis dan Temuan Data

1. Pengertian Analisis

A. Analisis

1. Pengertian Analisis

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).1

Analisis secara Linguistik adalah penelaahan yang dilakukan oleh penelti atau pakar bahasa dalam menggarap data kebahasaan yang diperoleh dari penelitian lapangan atau dari pengumpulan teks (penelitian kepustakaan). Sedangkan, Analisis data adalah penelaahan dan penguraian data hingga menghasilkan simpulan.2

2. Macam-macam Analisis

a. Analisis Wacana

Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media, Suatu Pengatar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing mengatakan bahwa “Wacana atau dalam bahasa Inggris

dikenal dengan kata discourse ternyata merupakan kata serapan dari bahasa latin, discursus, kata dis, berarti „dari, dalam arah yang berbeda’, dan currere, berarti ’berlari’. Jadi discursus berarti lari kian kemari.3 1 Kbbi.web.id/analisis 2 Kbbi.web.id/analisis 3

Alex Sobur, Anilisis Teks Media, Suatu Pengatar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) cet.6 hal. 9

Alex Sobur menambahkan pendapatnya mengenai pengertian analisis wacana, bahwa analisis wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.4 Unsur penting dalam analisis wacana adalah kepaduan dan kesatuan serta penafsiran peneliti. Analisis wacana melihat kepada isi pesan yang akan diteliti.

Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana adalah sebagai berikut:

1. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat (rule of use – menurut Windowson).

2. Analisis wacana merupakan usaha memaknai makna tuturan dalam konteks dan situasi (firth).

3. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melaui interpretasi semantik (Beller).

4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa (what is said from what is done – menurut Labov).

5. Analisis wacana diarahkan kepada memakai bahasa secara fungsional (functional use language – menurut Coulyhard).5

Sedangkan, Henry Guntur mengatakan bahwa wacana tidak hanya mencakup percakapan atau obrolan tetapi juga pembicaraan

4

Alex Sobur. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) cet.6, h. 75

5

di muka umum, tulisan serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara dalam lakon.6

Menurut Ismail Marahimin, wacana adalah “kemampuan

untuk maju (dalam pembahasan) menurut urutan-urutan yang teratur yang menurut urutan yang semestinya dan komunikasi buah

pikiran baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur.”7

Sedangkan menurut Roger Fawler, wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman.8

Jadi wacana sendiri diartikan sebagai konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna, baik berupa tulisan, rekaman suara ataupun gambar yang kemudian menjadi diskusi publik. Media bukan lagi saluran bebas dan netral tapi media membentuk ide, gagasan, dan konsep, sehingga dapat memengaruhi cara berpikir dan bertindak orang lain.

b. Analisis Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotic berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan

sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Secara

6

Taringan dan Henry guntur. Pengajaran Wacana. (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 23 7

Ismail Marahimin. Menulis Secara Populer. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), hal. 26 8

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks. (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001), hal. 2

terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.9

Semiotik sebagai suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda- tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini. Semiotik atau dalam istilah Barthes pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengomunikasikan (communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengonstitusi sistem terstruktur dari tanda.10

Sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya, tentu membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Apa yang perlu dipahami? Banyak hal, salah satunya adalah tanda. Agar tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama, membutuhkan konsep yang sama agar tidak terjadi salah pengertian. Namun pada kenyataannya tanda itu tidak selamanya bisa dipahami secara benar dan sama di antara masyarakat. Setiap orang memiliki interpretasi makna tersendiri dan tentu saja dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.

9

Alex Sobur, Analisis Teks media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 95

10

Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs).11 Masyarakat selalu bertanya apa yang dimaksud dengan tanda? Banyak tanda dalam kehidupan sehari -hari kita seperti tanda-tanda lalu lintas, tanda-tanda adanya suatu peristiwa atau tanda -tanda lainnya. Semiotik meliputi studi seluruh tanda-tanda tersebut sehingga masyarakat berasumsi bahwa semiotik hanya meliputi tanda-tanda visual (visual sign). Di samping itu sebenarnya masih banyak hal lain yang dapat kita jelaskan seperti tanda yang dapat berupa gambaran, lukisan dan foto sehingga tanda juga termasuk dalam seni dan fotografi atau tanda juga bisa mengacu pada kata-kata, bunyi-bunyi dan bahasa tubuh (body language).

c. Analisis Framing

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas.12

11

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.p df. Diakses pada tgl. 26/4/2012.

12

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.13

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih

13

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h. 161-162.

diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.14

d. Analisis Isi

Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secra objektif, sistematik, dan relevan secara sosiologis. Uraian dalam analisisnya boleh saja menggunakan tata cara kuantitatif atau kualitatif, atau bahkan keduanya sekaligus.15

Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, novel, dan lain-lain.16

Untuk itu, dalam ilmu komunikasi banyak menggunakan analisis isi untuk menganilisis isi media cetak maupun elektronik. Karena analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen atau teks.17

Dokumen terkait