• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi program kencleng laz al-Madinah Ciledug dalam pemberdayaan Umat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi program kencleng laz al-Madinah Ciledug dalam pemberdayaan Umat"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ABDUL RAHMAN

NIM. 107053002786

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

AL-MADINAH CILEDUG DALAM

PEMBERDAYAAN UMAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ABDUL RAHMAN NIM: 107053002786

Pembimbing

M. HUDRI, M.Ag NIP. 19720606 199803 1 003

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2011

(4)

Skripsi berjudul EVALUASI PROGRAM KENCLENG LAZ AL-MADINAH CILEDUG DALAM PEMBERDAYAAN UMAT telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Juni 2011. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Manajemen Dakwah.

Jakarta, 17 Juni 2011 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Wahidin Saputra, M.A H. Mulkanasir, B.A, S.Pd, M.M

NIP. 19700903 199603 1 001 NIP. 19550101 198302 1 001

Anggota, Penguji I

Penguji II

Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A Drs. Cecep Castrawijaya, M.A

NIP. 19660605 199403 1 005 NIP. 19670818 199803 1 002

Pembimbing,

(5)

i

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Madinah Ciledug adalah salah satu lembaga pengelola zakat yang di dalamnya terdapat bermacam program, terutama dalam program fundraising. Salah satu dari program fundaraisingnya adalah program kencleng LAZ Al-Madinah Ciledug, yaitu penggalangan dana infak dan shodaqoh. Menariknya dari program ini adalah sebuah kaleng kecil seperti celengan yang bisa menghasilkan dana infak dan shodaqoh yang begitu besar, selama program tersebut berjalan terdapat hasil yang memuaskan dalam pemasukan dana infak dan shodaqoh, dan dari hasil dana kencleng tersebut yang terkumpul disalurkan ke program-program LAZ Al-Madinah khususnya dalam pemberdayaan umat. Program ini bertujuan untuk mempermudahkan jamaah dalam bershodaqoh dan berinfak, dan meningkatkan kesadaran terhadap jamaah akan mudahnya bershodaqoh dan berinfak.

Untuk mengukur apakah program tersebut berjalan dan berhasil atau tidaknya maka diperlukan evaluasi-evaluasi terhadap program tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengamati sejauh mana penilaian program kencleng LAZ Al-Madinah Ciledug dalam pemberdayaan umat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model evaluasi input yang digunakan oleh Pietrzakdkk. Di dalam evaluasi input ini terdapat variabel-variabel yang ingin penulis ketahui bagaimana karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien/jamaah) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (LAZ Al-Madinah), bagaimana kualifikasi para staf pelaksana program dalam menjalankan program kerja kencleng, dan bagaimana fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program kencleng.

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(6)

ii









Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah memberikan kita segala nikmat dan karuniaNya sehingga diri ini masih dapat bernafas dan diberi kesehatan untuk selalu dapat menuntut ilmu. Shalawat serta salam tak lupa selalu terlimpah curah kepada baginda Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya iman dan Islam.

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini tidaklah terlalu berlebihan apabila penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih kepada:

(7)

iii

2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, dan H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan Manajemen Dakwah.

3. M. Hudri, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan nasihat dan arahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan perlindungannya.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis.

5. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

iv

Hidayatullah Jakarta, sekalipun ucapan terimakasih penulis tidaklah berarti apa-apa untuk beliau tetapi penulis persembahkan skripsi ini untuk beliau.

7. Abang dan adikku tercinta, Moh. Amin, S.Com, Abdul Karim, Fatullah, Abdul Mukhlis, Ahmad Fudhoil, dan Abdul Rahim skripsi ini saya persembahkan.

8. Segenap keluarga besar LAZ Al-Madinah Ciledug Ustd. M. Rasyid, HD, S.Ag (Anggota/Wakil Ketua LAZ Al-Madinah), Rudi Hartono, S.Pd (Sekretaris LAZ Al-Madinah), dan Ade Wahyudi, SH (Div. Pembinaan Yatim LAZ Al-Madinah) yang dengan keramahannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di LAZ Al-Madinah dan sekaligus membantu dan memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan. Terimakasih banyak untuk semuanya.

(9)

v

Penulis berharap semoga segala usaha, pengorbanan, do’a dan harapan kita semua mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah SWT. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Demikianlah sedikit pengantar dan ucapan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi keluarga besar Jurusan Manajemen Dakwah pada Khususnya. Atas semua perhatian yang diberikan penulis sampaikan ucapan terima kasih.

Jakarta, Juni 2011

(10)

vi

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II : LANDASAN TEORI A. Evaluasi Program ... 17

1. Pengertian Evaluasi Program ... 17

2. Model Evaluasi Program ... 21

3. Indikator Evaluasi Program ... 24

4. Tinjauan dan Kegunaan Evaluasi Program ... 28

B. Kencleng ... 29

1. Pengertian Kencleng ... 29

(11)

ix

3. Pengertian Zakat ... 32

D. Pemberdayaan Umat ... 36

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG LAZ AL-MADINAH CILEDUG A. Profil LAZ Al-Madinah Ciledug ... 40

1. Sejarah Singkat Berdirinya LAZ Al-Madinah Ciledug . 40 2. Visi-Misi LAZ Al-Madinah Ciledug ... 42

3. Program Kerja LAZ Al-Madinah Ciledug ... 44

4. Struktur Organisasi LAZ Al-Madinah Ciledug ... 46

B. Profil Program Kencleng LAZ Al-Madinah Ciledug ... 52

1. Sejarah Munculnya Program ... 52

2. Sasaran dan Tujuan Program ... 53

3. Struktur Personil Pelaksana Program ... 53

4. Mekanisme Kerja Pelaksana Program ... 54

5. Sarana atau Fasilitas Pelaksana Program ... 56

(12)

viii

dalam Pemberdayaan Umat ... 59

1. Klien / Jamaah (Sasaran Penerima Kegiatan Program) . 59 2. Staf / Amil (Pelaksana Program) ... 69

3. Sarana atau Fasilitas yang Digunakan dalam Pelaksanaan Program ... 73

B. Analisis Evaluasi Program Kencleng LAZ Al-Madinah Ciledug dalam Pemberdayaan Umat ... 76

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran-Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(13)
(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan salah satu kewajiban yang diisyaratkan Allah SWT kepada umat Islam sebagai salah satu perbuatan ibadah yang setara dengan shalat, puasa dan haji. Akan tetapi zakat merupakan ibadah melalui harta kekayaan dan bukan ibadahbadaniyahyang pelaksanaannya dengan fisik.1

Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang telah ditetapkan dalam Al Qur’an. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang selalu disebutkan

sejajar dengan shalat. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam.

Dalam Al Qur’an terdapat dua puluh tujuh ayat yang mengajarkan kewajiban shalat dengan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata. Di dalam Al Qur’an terdapat pula berbagai ayat yang memuji orang-orang yang secara sungguh-sungguh menunaikannya dan sebaliknya memberikan ancaman-ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya. Karena itu khalifah Abu Bakar ash-Shidiq bertekad memerangi orang-orang yang shalat tetapi tidak mau mengeluarkan zakat. Ketegasan sikap ini menunjukkan

1

(15)

bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan dan jika hal ini dibiarkan maka memunculkan berbagai kemaksiatan lain.2

Adapun pelaksanaan zakat itu merupakan salah satu usaha untuk:

1. Membersihkan jiwaMuzakki(wajib zakat) dari sifat bakhil dan tamak serta menanamkan cinta kasih (solidaritas) terhadap golongan lemah. 2. Membersihkan harta yang kotor karena bercampur dengan harta

Mustahik(orang yang berhak menerima zakat). 3. Menumbuhkembangkan kekayaan muzaki.

4. Membersihkan jiwa para mustahik dari perasaan iri hati, benci dan dendam terhadap golongan kaya yang hidup dalam kemewahan tetapi tidak sudi berzakat.

5. Memberikan modal kerja kepada golongan lemah untuk menjadi manusia yang berkemampuan hidup layak.3

Perintah berzakat memang luar biasa, sehingga menghasilkan suatu keindahan. Zakat lahir untuk mengatasi kemiskinan, apabila kemiskinan itu teratasi, orang yang berzakat akan lebih banyak lagi, zakat infaq dan shadaqoh akan terus mengalir meski sudah tidak ada orang miskin lagi.

Perintah Allah SWT untuk mengambil zakat terdapat dalam QS. At-Taubah : 103, yang berbunyi:

 

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2002), Cet. Ke-1, h. 1-2

3

(16)

Artinya:”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. At-Taubah : 103).4

Dari ayat di atas sudah jelas bahwa setiap zakat itu harus dikeluarkan dari sebagian harta orang-orang muslim (muzaki) dengan maksud untuk membersihkan dan mensucikan harta mereka. Maka oleh sebab itu, perlu adanya Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk menggalang dana zakat kepada mereka yang kelebihan harta untuk dikelola atau didayagunakan dan diserahkan atau disampaikan zakat tersebut kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahik).

Untuk menggalang dana zakat tersebut dibutuhkan keterampilan bagi para amil yang memiliki pemikiran kreatif dan inovatif untuk menggalang dana zakat tersebut agar mereka mau mengeluarkan sebagian harta mereka (zakat). Keterampilan menggalang dana sangatlah penting, apalagi keterampilan tersebut dilakukan dengan manajemen yang baik sesuai dengan unsur-unsur manajemen (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling) sehingga penggalangan dana tersebut berjalan dengan baik dan lancar.

Fundraising tidak hanya diartikan pengumpulan dana semata, tetapi juga segala bentuk partisipasi dan kepedulian yang diberikan masyarakat kepada

4

(17)

suatu organisasi atau lembaga zakat yang berbentuk dana dan segala macam benda dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lembaga.5

Mengingat pentingnya fundraising bagi lembaga amil zakat (LAZ), karena fundraising atau penggalangan dana adalah unsur yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya organisasi atau LAZ tersebut mulai dari bertahan hidup LAZ, perluasan dan pengembangan LAZ, mengurangi hidup bergantung LAZ, membangun landasan pendukung LAZ dan sampai menciptakan organisasi atau LAZ yang efektif dan kokoh.

Untuk menggalang dana secara efektif dibutuhkan jam kerja yang panjang, kerja keras, kemampuan berkomunikasi dan pengetahuan yang cukup mendalam mengenai berbagai teknik yang dapat digunakan dalam menggalang dana.

Saat ini banyak terdapat Lembaga Amil Zakat atau Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang berhamburan disetiap wilayah, termasuk di dalamnya terdapat bermacam-macam program, mulai dari penggalangan dana

(fundraising) dan pendayagunaannya dan hasil dari semua itu hanya dikhususkan untuk kepentingan umat.

Salah satu contoh penggalangan dana (fundraising) dari lembaga zakat dengan programnya berupa Kencleng LAZ Al-Madinah Ciledug, yaitu sejenis kaleng kecil yang berbentuk lonjong seperti celengan. Bagi penulis program

5

(18)

tersebut sangat menarik perhatian, karena setelah penulis mewawancarai petugas amil LAZ Al-Madinah Ciledug program tersebut sangat membantu pemasukan (input) dana infak atau shadaqoh, dengan cara disebarkan 200 kencleng kepada jamaah majlis dhuha yaitu salah satu dari kegiatan Masjid Al-Madinah, dari sebagian jamaah tersebut ada yang memiliki pemikiran atau ide-ide untuk penyebaran kencleng seperti mengajak sanak saudaranya, dan ada sebagian jamaah yang menaruh kencleng di tempat usaha pribadinya seperti warung-warung, dan sebagian lagi jamaah menaruhnya (kencleng) di rumah masing-masing untuk pribadinya sendiri, sehingga dapat menghasilkan pemasukan dana infak dan shodaqoh yang begitu besar, dengan hasil dana yang terkumpul tersebut digunakan dan dimanfaatkan untuk jalannya program-program yang ada di LAZ Al-Madinah khususnya program yang bertujuan untuk kepentingan atau pemberdayaan umat yang ada di sekitar wilayah ciledug.

Untuk mengukur apakah program tersebut berjalan dan berhasil atau tidaknya maka diperlukan evaluasi-evaluasi terhadap program tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengamati sejauh mana penilaian program kencleng LAZ Al-Madinah ciledug dalam pemberdayaan umat.

(19)

Perlu dijelaskan di sini bahwa evaluasi tidak sama artinya dengan pengukuran (measurement). Mengenai (measurement) Wan dan Brown mengatakan bahwa pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas daripada sesuatu.

Dari definisi evaluasi (penilaian) dan definisi pengukuran (measurement)

yang telah disebutkan di atas, maka dapatlah diketahui dengan jelas perbedaan antara penilaian dan pengukuran. Pengukuran akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan ”how much”, sedangkan penilaian akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan”what value”.6

Melalui program kencleng LAZ Al-Madinah yang telah berjalan sampai sekarang ini, kelak LAZ tersebut akan menjadi sebuah lembaga zakat yang maju akan adanya bermacam program yang aktif dan hidup berkembang di dalamnya.

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, penulis sangat tertarik untuk mengambil judul ”Evaluasi Program Kencleng LAZ Al-Madinah Ciledug Dalam Pemberdayaan Umat” untuk dijadikan bahan penelitian skripsi.

6

(20)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dan dibahas pada penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penulis membatasi penelitian pada evaluasi program kencleng yang dilakukan oleh LAZ Al-Madinah Ciledug dalam pemberdayaan umat yang difokuskan pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Mei 2011.

Adapun pemilihan kriteria evaluasi, terkait tipe-tipe evaluasi yang memberikan penekanan atau fokus tertentu sesuai dengan ruang lingkup kegiatan yang dievaluasi, maka pada penelitian ini penulis menggunakan model evaluasi yang dilakukan oleh Pietrzak dkk, yaitu: evaluasi input yang di dalamnya terdapat variabel-variabel yang terkait dengan evaluasi ini, yaitu: Masyarakat (peserta program), Tim atau staff, dan Program.

2. Perumusan Masalah

Dalam merealisasikan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan untuk memudahkan pembahasan selanjutnya, adapun perumusan masalah tersebut yaitu sebagi berikut:

1) Bagaimana karakteristik sasaran penerima kegiatan program(klien)

(21)

2) Bagaimana kualifikasi para staf pelaksana program dalam menjalankan program kerja kencleng?

3) Bagaimana fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program kencleng?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas dapatlah diketahui bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui bagaimana karakteristik sasaran penerima kegiatan program(klien)apakah benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (LAZ Al-Madinah).

2) Untuk mengetahui bagaimana kualifikasi para staf pelaksana program dalam menjalankan program kerja kencleng.

3) Untuk mengetahui bagaimana fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program kencleng.

2. Manfaat Penelitian

(22)

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang bisa dimanfaatkan bagi para pengelolah program yang terkait pada program-program Lembaga Amil Zakat (LAZ), khususnya bagi pengelolah program kencleng LAZ Al-Madinah. Informasi ini berupa masukan umpan balik perencanaan program, untuk dapat membantu memperbaiki dan mengembangkan kegiatan-kegiatan program.

b. Manfaat Akademis

Diharapkan dapat menambah kontribusi keilmuan yang dapat dijadikan dokumentasi Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk dijadikan sebagai rujukan bagi para Mahasiswa yang berkonsentrasi pada study sosial dan manajemen dalam dimensi pelayanan masyarakat dan evaluasi program-program sosial.

c. Rekomendasi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi LAZ Al-Madinah dalam upaya mengevaluasi program kencleng yang terdapat pada LAZ Al-Madinah ciledug.

D. Metodologi Penelitian

(23)

Sebagai kejadian tingkat wacana maka metode penelitian ini adalah kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang manghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari sumber-sumber yang diperoleh.

Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan Metodologi Penelitian Kualitatif adalah sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.7

2. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari tanggal 17 Februari 2011 sampai dengan tanggal 26 Mei 2011.

b. Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian di kantor LAZ Al-Madinah Ciledug Jl.HOS Cokro Aminoto No.93 Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, Provinsi Banten.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini yaitu penulis sendiri, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah pihak pelaksana program, yaitu:

7

(24)

LAZ Al-Madinah Ciledug, dan pihak sasaran penerima kegiatan program, yaitu: jamaah yang aktif dalam kegiatan majlis dhuha.

Objek penelitian dari LAZ Al-Madinah Ciledug, yaitu pihak bagian mekanisme kerja dalam pelaksanaan kegiatan program. Dalam hal ini penulis mendapatkan informasi, bahwa pihak pelaksana kegiatan program kencleng yang terlibat hanya sejumlah 3 orang (amil).

Adapun penentuan jumlah objek penelitian dari pihak sasaran penerima kegiatan program yang terdiri dari jamaah yang aktif dalam kegiatan majlis dhuha, peneliti tentukan sejumlah 10 orang (jamaah). Penentuan jumlah objek penelitian pada pihak sasaran penerima program ini, tidak diambil dari keseluruhan populasi terget sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan oleh lembaga pelaksana, hal ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu, antara lain: karena keterbatasan tenaga, waktu dan dana.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

(25)

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.8 Penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap sesuatu yang terkait dengan masalah Program Kencleng LAZ Al-Madinah Ciledug yang dilakukan oleh LAZ Al-Madinah, baik secara langsung maupun tidak.

b. Wawancara(Interview)

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.9Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah campuran antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.10 Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan pada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dipakai guna melengkapi data-data yang diperlukan, juga untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti antara lain mencari data berupa buku, catatan, transkip, bulletin, makalah dan sebagainya.

5. Teknik Penulisan

8

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4, h. 53

9

Usman dan Akbar,Metodologi Penelitian Sosial,h. 57 10

(26)

Penulisan Skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA

(Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press Tahun 2007.

6. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskrtiptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis membaca, mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data yang diperoleh, lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menyusun skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu.

Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan literatur berupa skripsi, yaitu: Fahminudin, “Evaluasi Program

(27)

Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) Di Kecamatan Koja, Jakarta Utara”. Skripsi S1

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Skripsi ini membahas tentang evaluasi input dan proses pada program Evaluasi Program Deteksi Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan, Kolaborasi Yayasan YAPPIKA (Yayasan Pengobatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) Di Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Analisa evaluasi program pada program tersebut, yaitu berupa penilaian dengan mengkaji pada unsur-unsur atau variabel yang masuk di dalam pelaksanaan program, yang terdiri dari: 1). Karakteristik penerima layanan (Klien), 2). Kualifikasi para staf pemberi layanan, dan 3). Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program.

Meskipun pembahasan skripsi di atas, memiliki kesamaan dalam penelitian evaluasi program pada penulisan skripsi yang dilakukan penulis, yaitu melakukan penelitian evaluasi program pada input. Akan tetapi terdapat perbedaan-perbedaan pada penulisan penelitian skripsi ini, diantaranya:

(28)

2. Terletak perbedaan pada objek yang diteliti. LAZ Al-Madinah ciledug, yang dalam penelitian ini penulis jadikan sebagai objek penelitian pada penulisan skripsi ini, sebelumnya tidak ada dari salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melakukan penelitian evaluasi program pada lembaga dan program tersebut.

Perbedaan-perbedaan yang disebut di atas, menjadikan dasar argumentasi bahwa penelitian evaluasi program yang dilakukan pada penulisan skripsi ini bukanlah bersifat plagiat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, pokok permasalahannya akan dibagi menjadi lima bab. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUANmerupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

(29)

Zakat, yang menjelaskan masing-masing tentang pengertiannya. Dan Pemberdayaan Umat, yang menjelaskan tentang pengertiannya saja.

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG LAZ AL-MADINAH CILEDUG dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan tentang: Profil LAZ Al-Madinah, berisi tentang sejarah singkat berdirinya, visi dan misi, program kerja dan struktur organisasi. Profil Program Kencleng LAZ Al-Madinah, sejarah munculnya program, sasaran dan tujuan program, struktur personil pelaksana program, mekanisme kerja pelaksana, dan sarana atau fasilitas pelaksana program.

BAB IV : ANALISA EVALUASI PROGRAM KENCLENG LAZ AL-MADINAH CILEDUG DALAM PEMBERDAYAAN UMAT dalam bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang analisa evaluasi input, berupa penilaian dengan mengkaji pada unsur-unsur atau variabel yang masuk dalam pelaksanaan program, yang terdiri dari: Klien / jamaah (sasaran penerima kegiatan program), staf / amil (pelaksana program), dan sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Dan analisis evaluasi program kencleng LAZ Al-Madinah ciledug dalam pemberdayaan umat.

BAB V : PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan saran yang positif serta diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan di lembaga..

DAFTAR PUSTAKA

(30)

17

LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi Program

Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya memberikan penilaian atau menilai.1 Sedangkan secara etimologi, menurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut.2 Dengan kata lain evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan dari suatu kegiatan atau program.

Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris (to evalute-value=evaluation), secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari segi istilah ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni:

a. Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.

1

Tim Penyusun,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Ke dua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4

2

(31)

b. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.

c. Proses penelitian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.3

Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Devinisi tersebut menerangkan langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapai. Sebenarnya evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.4

Menurut H.D. Sudjana, evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.5

Sementara itu Ralph Tyler yang dikutip oleh Farida Yusuf Tayibnafis dalam bukunyaEvaluasi Program mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai.6

3

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 3

4

M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oporsionalnya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Edisi 1, Cet. Ke-3 h. 1

5

H.D. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumberdaya Manusia,Evaluasi Program, (Bandung: Falah Production, 2000), h. 281

6

(32)

Maka secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan program agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran yang dituju sudah dapat tercapai atau belum. Segala bentuk program apapun baik itu dalam hal profit maupun non profit ataupun nirlaba dalam pelaksanaan manajerialnya sangatlah disyaratkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Fungsi pengawas pada organisasi pada umumnya terkait dengan proses pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation).7 Monitoring atau usaha pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus agar dapat diketahui proses perkembangan kegiatan yang dilakukan. Begitu juga halnya dengan kegiatan evaluasi yang berupa penilaian program kegiatan baik dari awal hingga akhir.

Dalam bidang manajemen, mengevaluasi tidak dapat dilepaskan dari rangkaian kegiatan yang bermula dari perencanaan dan pelaksanaan suatu program. Oleh karena itu, dalam manajemen sebuah organisasi selalu ada sebuah unit yang dikenal dengan ME (monitoring dan evaluasi). Unit tersebut bertugas memonitor dan mengevaluasi tingkat kesesuaian antara proses kegiatan dengan rencana yang dibuat dan seberapa tinggi pencapaian dari proses tersebut.

Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi adalah suatu kesatuan yang saling mengisi satu dengan yang lainnya dan juga sesuatu yang wajib

7

(33)

dilakukan dalam suatu program atau organisasi. Maka sudah dipastikan bahwa melakukan evaluasi tidak terlepas dari pelaksanaan monitoring atau pemantauan bisa dilakukan pada proses pelaksanaan program, maka evaluasi adalah penilaian akhir pelaksanaan program.

Pengertian evaluasi dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program tidaklah suatu yang mutlak harus dilakukan sedemikian rupa. Melakukan evaluasi tidak harus dilaksanakan menunggu tahap akhir program, tetapi juga bisa dilakukan pertengahan program kegiatan apabila ditemukan indikasi-indikasi kejanggalan atau penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan jika hanya dilakukan pada akhir kegiatan, maka kesalahan dan kekurangan pada proses pelaksanaan kegiatan semakin lama menjadi besar dan semakin berat perbaikannya. Oleh karena itu melalui evaluasi terhadap kekurangan dari yang kecil ini akan lebih mudah pemecahannya dan tidak akan mengganggu kelancaran proses dan tahapan kegiatan berikutnya. Penilaian hasil fungsinya adalah untuk membantu penanggung jawab program dalam mengambil keputusan, meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program, penilaian hasil memerlukan perbandingan hasil program dengan tujuan yang telah ditetapkan.8

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa, evaluasi program adalah proses penilaian suatu program apakah hasil sesuai dengan

8

(34)

rencana dan tujuan, apakah pelaksanaan program itu efektif dan efisien, serta apakah program tersebut layak diteruskan, dimodifikasi, atau bahkan dihentikan.

2. Model Evaluasi Program

Sebelum melakukan evaluasi program terlebih dahulu kita menentukan model evaluasi yang akan kita gunakan. Model evaluasi program menurut

Steele (1977), mencakup lebih dari 50 jenis yang telah dan sedang digunakan dalam evaluasi program. Sebagai model berupa rancangan teoritis yang disusun para pakar, sebagaian dikembangkan dari pengalaman evaluasi di lapangan, dan sebagian lagi berupa konsep, pedoman, dan petunjuk teknis untuk menyelenggarakan evaluasi program.

Model-model evaluasi program dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori yaitu:

1. Model evaluasi terfokus pada pengambilan keputusan 2. Model evaluasi terhadap unsur-unsur program

3. Model evaluasi terhadap jenis/tipe kegiatan program 4. Model evaluasi terhadap proses pelaksanaan program 5. Model evaluasi terhadap pencapaian tujuan program 6. Model evaluasi terhadap hasil dan pengaruh program.9

Menurut pendapat lain, Setidaknya ada delapan model evaluasi yang dikemukakan oleh Arikunto dalam salah satu bukunya. Hanya saja dalam konteks ini, penulis akan membahas model evaluasi seperti yang

9

(35)

dikemukakan oleh Peitrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert yang meliputi: evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil.10

a. Evaluasi Input

Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Setidaknya ada tiga variabel utama yang terkait dengan evaluasi ini, yaitu: Masyarakat (peserta program), Tim atau Staff, dan Program.

1. Peserta Program, meliputi susunan keluarga dan berapa anggota keluarga yang ditanggung.

2. Tim atau Staff, meliputi: aspek demokrafi staff, seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman staff.

3. Program, meliputi: lama (waktu) pelaksanaan program, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia.11

Terkait dengan input program ini, ada empat kriteria yang dapat dikaji:

a) Tujuan program

b) Penilaian terhadap kebutuhan komunitas

c) Standar dari suatu praktek yang terbaik

10

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi.(Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2003), h. 189

11

(36)

d) Biaya untuk pelaksanaan program

b. Evaluasi Proses

Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.12

Evaluasi ini memfokuskan pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staff. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis terhadap sistem pemberian bantuan atau kegiatan program. Yang menjadi kata kunci dalam evaluasi proses ini adalah apa yang dilakukan dan seberapa baik itu dilakukan?, dengan kata lain apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran kegiatan program (peserta program)?.

c. Evaluasi Hasil

Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai.13 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima (masyarakat peserta program). Sehingga, pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah:

12

Elly Irawan, DKK,Pengembangan Masyarakat,(Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), Cet. 1, h. 18

13

(37)

1. Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya?

2. Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima bantuan program tersebut?

Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup:

a) Berorientasi pada program. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program. Misalnya, presentase cakupan program terhadap populasi sasaran.

b) Berorientasi pada masyarakat. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan pada perubahan perilaku masyarakat. Misalnya, munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya.14

3. Indikator Evaluasi Program

Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan

14

(38)

kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukkan suatu keadaan.15

Indikator yang digunakan tersebut terbagi menjadi dua indikator, yaitu indikator objek (suatu alat ukur yang sudah dirumuskan dan terdapat dalam program tersebut) dan indikator analisis (suatu hal untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian).

Adapun indikator-indikator yang perlu dipertimbangkan, terkait dengan penelitian evaluasi input terdapat 4 indikator yang digunakan untuk mengevalusai suatu kegiatan, yaitu: (a). Indikator ketersediaan, (b). Indikator relevansi, (c). indikator efesiensi, dan (d). Indikator keterjangkauan.16

1) Indikator ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada, misal dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga maka perlu dicek (dilihat), apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.

2) Indikator relevansi, indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang

15

Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama), Cet-1, 2005, h. 126

16

(39)

ditawarkan, misalnya pada suatu program pemberdayaan perempuan pedesaan dimana diperlukan kompor teknologi yang bisa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang untuk diperkenalkan, bila dibandingkan dengan kompor biasa mereka gunakan.

3) Indikator efisiensi, indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumberdaya yang ada dalam upaya mencapai tujuan, misalnya saja, suatu layanan yang dijalankan dengan baik dengan hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk memperkerjakan pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan terjadi adalah underemployment (pengangguran terselubung).

(40)

Dalam skripsi ini penulis menggunakan beberapa indikator sebagai berikut:

1. Variabel X (Evaluasi Program)

a. Indikator objek untuk mengetahui karakteristik sasaran penerima kegiatan program (jamaah).

b. Indikator ketersediaan untuk mengetahui jumlah sasaran penerima kegiatan program (jamaah) dan untuk mengetahui fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program kencleng.

c. Indikator keterjangkauan untuk mengetahui tempat pelaksanaan kegiatan program dengan tempat tinggal sasaran penerima kegiatan program (jamaah).

2. Variabel Y (Pemberdayaan Umat)

(41)

4. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi Program

Menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan ada 10 (sepuluh) alasan, mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:

1. Untuk melihat apa yang sudah dicapai

2. Melihat kemajuan, dikaikatkan dengan objek (tujuan) program 3. Agar tercapai manajemen yang lebih baik

4. Mengidentifikasikan kekurangan dan kelebihan, untuk memperkuat program

5. Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu program

6. Melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan cukuprasionalible

7. Untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik

8. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik 9. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas, dan

10. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.17

Pelaksanaan evaluasi ini juga berguna dan sangat penting dalam pelaksanaan program, karena:

a) Menjadi sistem untuk mengkaji perkembangan secara rutin dan membuat perbaikan yang diperlukan bagi semua pihak yang terkait, untuk memastikan apakah tujuan bisa dicapai.

17

(42)

b) Perintah atau lembaga donor perlu tahu bahwa dana yang dikeluarkan digunakan dengan baik dan sebagai bahan laporan bagi penyandang dana.

c) Pengalaman proyek bisa menjadi sumbangan untuk pemahaman bersama tentang apa yang berjalan dan tidak berjalan, dan untuk perancangan proyek atau program di masa mendatang.

B. Kencleng

1. Pengertian Kencleng

Kencleng adalah sebuah istilah bahasa sederhana dari celengan kaleng yang berbentuk lonjong, sehingga apabila dimasukkan uang logaman maka akan berbunyi kencreng.18 Kencreng menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tiruan bunyi uang logam yang dijatuhkan kedalam kaleng.19 Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa kencleng adalah istilah dari tempatnya, sedangkan kencreng adalah istilah dari bunyinya.

2. Tujuan Kencleng

18

Wawancara Pribadi dengan Rudi Hartono, (Sekretaris LAZ Al-Madinah), Kamis 24 Maret 2011

19

(43)

Tujuan dari program kencleng ini adalah untuk mempermudah para jamaah dalam beramal dan bersodaqoh, dan meningkatkan kesadaran terhadap jamaah akan shodaqoh dan infak.20

Tujuan dari hasil dana pemasukan program kencleng ini digunakan untuk kepentingan umat berupa; bantuan beasiswa anak asuh, santunan yatim, santunan dhua’fa, bantuan bencana alam,klinik kesehatan, sunatan masal, proposal kegiatan bermacam program, dan cicilan mobil layanan jenazah.21

C. Lembaga Amil Zakat

1. Pengertian Lembaga

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian lembaga antara lain: a. Asal mula (yang akan menjadi sesuatu); bakal (binatang, manusia

atau tumbuhan)

b. Bentuk (rupa, wujud) yang asli c. Acuan; ikatan

d. Badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha

e. Pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam suatu kerangka nilai yang relevan.22

Dari pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa lembaga adalah sebuah tempat resmi atau tidak resmi yang di dalamnya terdapat sekumpulan manusia atau sekelompok manusia yang melakukan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.

20

Wawancara Pribadi dengan Rudi Hartono 21

Wawancara Pribadi dengan Rudi Hartono 22

(44)

2. Pengertian Amil

Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas oleh penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dari wajib zakat (muzaki), mengumpulkan, menjaga dan menyalurkan. Dengan kata lain amil adalah badan atau lembaga atau panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat.23 yang disebut amil adalah orang atau lembaga yang mendapat tugas untuk mengambil, memungut dan menerima zakat dari para muzaki, menjaga dan memeliharanya untuk kemudian menyalurkannya kepada para mustahiknya.24

Menurut M. Yusuf Qardawi, yang dimaksud dengan amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat. Mulai dari para pengumpul sampai para bendahara dan para penjaganya, juga mulai dari pencatatan sampai kepada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat dan membagi kepada para mustahik.25

Para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan, semua berhubungan dengan pengaturan soal zakat yaitu soal sensus terhadap orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya, juga besar harta yang dizakati, kemudian mengetahui para

23

Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri,Zakat dan Wirausaha,(Jakarta: CED, 2005), Cet. Ke-1, h. 12-13

24

Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Sedekah,(Jakarta: Gema Insan, 1998), h. 22

25

M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat

(45)

mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu ditangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya.26

Seorang amil haruslah yang diangkat sebagai petugas oleh pemerintah. Pendapat ini dikemukakan oleh beberapa para ulama khususnya Abu Zahrah. Menurutnya, amil adalah mereka yang bekerja untuk mengelola zakat, menghimpun, menghitung, mencari orang-orang yang butuh

(mustahiqqin)serta membagikan kepada mereka.27

Dari beberapa pengertian amil di atas, penulis menyimpulkan bahwa amil adalah orang-orang yang mendapat tugas untuk mengambil, mengelola, mengembangkan dan menyalurkan dana zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya (dhua’fa).

3. Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu

al-barkatu ‘keberkahan’, al-anamaa ‘pertumbuhan dan perkembangan’,

ath-thaharatu‘kesucian’, dan ash-shalahu‘keberesan’. Sedangkan secara

istilah, meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dan lainnya, akan tetapi pada perinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu,

26

Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat

Berdasarkan Qur’an dan Haditsh. 546 27

(46)

yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, dengan persyaratan tertentu pula.28

Zakat juga bisa didefinisikan sebagai dari harta benda/kekayaan (yang bernilai ekonomi baik tetap bergerak) seseorang atau badan usaha yang beragama Islam yang wajib dikeluarkan apabila telah mencapai nisab dan haulnya untuk kemashlahatan masyarakat.29

Definisi lain tentang zakat yaitu bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dan syarat-syarat tertentu pula. Syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, haul,dankadar-nya. Menurut hadits, yang berasal dari Ibnu Abbas, ketika

Nabi Muhammad mengutus Mu’az bin Jabal ke Yaman untuk mewakili

beliau menjadi gubernur di sana, antara lain Nabi menegaskan bahwa zakat adalah harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya, antara lain fakir dan miskin.30

Zakat adalah salah satu rukun Islam dan merupakan kewajiban umat Islam dalam rangka pelaksanaan dua kalimat syahadat. Selain perkataan zakat, AlQur’an juga mempergunakan istilahshadaqahuntuk perbuatan-perbuatan yang berkenaan dengan harta kekayaan yang dipunyai seseorang. Walau tujuannya sama, namun kedua istilah itu berbeda

28

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), Cet. Ke-1, h. 7

29

Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, Pedoman Zakat, (Jakart: PT. Ade Cahya, 1994/1995), h. 171

30

(47)

dipandang dari segi hukum. Oleh karena itu, orang mempergunakan istilah shadaqah (sedekah) wajib untuk zakat dan shadaqah (sedekah) sunnat untuk sedekah biasa. Setiap sedekah hendaklah dikeluarkan dengan perasaan ikhlas tanpa motivasi atau niat untuk dipuji atau memberi malu penerima sedekah itu. Sedekah yang diberikan motivasi atau niat untuk dipuji dan atau memberi malu penerimanya, tidak akan memperoleh pahala dari Allah SWT.31

Selain itu, di dalam buku zakat dan wirausaha Lili Bariadi dkk dijelaskan bahwa ada istilah sedekah dan infak, sebagian ulama fiqih mengatakan bahwa sedekah wajib dinamakan zakat, sedangkan sedekah sunnah dinamakan infak. Sebagian yang lain mengatakan infak wajib dinamakan zakat, sedangkan infak sunnah dinamakan sedekah. Penyebutan zakat dan infak dalam Al Qur-an dan As Sunnah, zakat(QS. Al Baqarah: 43), shadaqah (QS. At Taubah: 104), haq (QS. Al an’am:

141),nafaqah(QS. At Taubah: 35),al’afuw(QS. Al A’raf: 199).32

Zakat(QS. Al Baqarah: 43)



Artinya: “dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku”(QS. Al Baqarah: 43)33

31

Muhammad Daud Ali,Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf h. 31-32 32

Lili Bariadi, Muhammad Zen, Muhammad Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), Cet. Ke-1, h. 4

33

(48)

Shadaqah(QS. At Taubah: 104)

Artinya: “tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?”. (QS. At Taubah:

Artinya:“dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.(QS. Al an’am: 141)35

Nafaqah(QS. At Taubah: 35)



Artinya:”pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.(QS. At Taubah: 35)36

34

Junus,Tarjamah Al Quran Al Karim,h. 184 35

Junus,Tarjamah Al Quran Al Karim,h. 132 36

(49)

Al’afuw(QS. Al A’raf: 199)

Artinya:“jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS. Al

A’raf: 199)37

D. Pemberdayaan Umat

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu

empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power

yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalanemberasal dari bahasa latin Yunani, yang berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreatifitas.38

Sedangkan pengertian pemberdayaan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu proses atau cara perbuatan memberdayakan (membuat berdaya). Dimana berdaya berarti berkekuatan, berkemampuan, bertenaga atau mempunyai akal (cara) untuk mengatasi sesuatu hal.39

Selain itu dalam pengertian lain menyatakan bahwa pemberdayaan merupakan suatu gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat.40

37

Junus,Tarjamah Al Quran Al Karim,h. 159 38

Lili Bariadi, Muhammad Zen, Muhammad Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), Cet. Ke-1, h. 53

39

Frista Artmanda,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang: Lintas Media), h. 234 40

(50)

Pemberdayaan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan. Pemberdayaan juga bisa diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi daya. Pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan ke arah yang lebih baik lagi.41

Dalam pandangan Islam, agama adalah pemberdayaan, pemberdayaan harus merupakan gerak tanpa henti. Istilah pemberdayaan adalah terjemah dari istilah asing “empowermen”. Secara leksikal pemberdayaan berarti penguatan. Sedangkan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan dan istilah ini dalam batasan-batasan tertentu dapat dipertukarkan. Imang Mansyur Burhan mendefinisikan pemberdayaan masyarakat / umat adalah sebagai upaya membangkitkan potensi umat islam ke arah yang lebih baik dalam kehidupan sosial, politik maupun ekonomi.42

Memberdayakan masyarakat / umat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat / umat yang dalam kondisi sekarang

41

Diana, Perencanaan Sosial Berkembang,(Yogyakarta: UGM Press, 1991), h. 15 42

(51)

ini tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan kemandirian masyarakat.43

Setelah melihat berbagai pendapat dari para ahli mengenai pemberdayaan, penulis mencoba mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah:

a. Pemberdayaan adalah pengembangan diri atau masyarakat / umat dari keadaan yang tidak berdaya menjadi berdaya

b. Pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat / umat

c. Pemberdayaan adalah suatu proses perubahan dengan waktu yang cukup panjang dilakukan secara continue untuk menuju kearah yang lebih baik.

Masyarakat / umat adalah sekelompok manusia yang saling terkait oleh sistem, adat istiadat, serta hukum khas dan hidup bersama. Masyarakat / umat adalah yang terdiri dari individu-individu yang hidup secara berkelompok.44

Dari kedua definisi tentang pemberdayaan dan masyarakat / umat secara terpisah maka sacara sederhana pemberdayaan masyarakat / umat adalah: ”Bagaimana mengembangkan keadaan atau situasi dari tidak berdaya

43

Gunawan Sumodiningrat,Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat,(PT. Bina Rena Pariwara), Cet. Ke-2, h. 165

44

(52)

menjadi kearah yang lebih baik kepada individu yang hidup secara

bersama”.45

Pemberdayaan masyarakat / umat dapat juga diartikan sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat / umat, atau juga diartikan proses perubahan yang dilakukan secara terus menerus oleh individu untuk menuju kearah yang lebih baik.46

Penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat / umat adalah proses pengembangan, peningkatan taraf hidup masyarakat / umat menuju kearah yang lebih baik atau melakukan perubahan kepada masyarakat / umat agar keluar dari kehidupan yang keterbelakangan.

45

Darmansyah,Ilmu Sosial Dasar,(Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 801 46

(53)

40 A. Profil LAZ Al-Madinah

1. Sejarah Singkat Berdirinya LAZ Al-Madinah

Pada awalnya kata zakat yang kita kenal adalah memberikan sebagian harta kita kepada kaum mustahiq (orang yang berhak mendapatkan zakat) yang telah diatur oleh hukum agama Islam baik jumlah, waktu dan teknik pemberiannya. Namun ada sebagian umat yang mengartikan dan mengaplikasikannya hanya sebatas zakat yang dikeluarkan oleh setiap individu umat Islam pada bulan suci Ramadhan saja yang lebih dikenal dengan sebutan zakat fitrah. Hal ini dapat dikarenakan oleh kurangnya pemahaman tentang ilmu zakat maupun kurangnya kesadaran umat itu sendiri akan zakat.

(54)

pertanyaan bagaimanakah mereka menghadapi kehidupan sehari-hari?, tentunya ini adalah menjadi bahan kajian dan renungan bagi kita semua yang hidupnya lebih beruntung, atau bagi kaum dermawan yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

Maka dari itu Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Madinah tergugah ingin menjembatani bagi kaum dhuafa (fakir miskin) dengan para muzaki (orang yang berzakat) atau para dermawan yang hidupnya dianugerahi rizki yang cukup yang tidak tertutup kemungkinan terkena hukum wajib untuk mengeluarkan zakat mal. Tentunya dengan demikian eksistensi LAZ Al-Madinah ini dapat membantu para muzaki / dermawan dalam hal penyaluran sebagai harta mereka yang pada hakekatnya adalah milik / hak para fakir miskin. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat

Adz-Dengan adanya kerja amanah, profesional dan transparan LAZ Al-Madinah berusaha mengembangkan diri menjadi LAZ terpecaya. Dan seiring berjalannya waktu, kepercayaan masyarakat itu semakin menguat. Dan dengan spirit kretifitas dan inovasi, LAZ Al-Madinah senantiasa

1

(55)

mampu memproduksi program-program yang tanggap terhadap perubahan dan kebutuhan sasaran pendayagunaan.

Singkatnya LAZ Al-Madinah siap menampung dan menyalurkan harta para muzaki / dermawan dengan penuh amanah, profesional dan tanggung jawab. Adapun jenis amalnya dapat berupa zakat, infak, shodaqoh yang sifatnya bukan hanya incidental (tahunan) tapi juga bersifat sewaktu-waktu.

Lembaga Amil Zakat Al-Madinah didirikan pada hari selasa tanggal 12 Februari tahun 2008. Beralamatkan di Masjid Al-Madinah CBD Ciledug jalan HOS Cokro Aminoto No. 93 Kelurahan Karang Tengah Kecamatan Karang Tengah Kota Tanggerang Propinsi Banten.

2. Visi dan Misi LAZ Al-Madinah

(56)

Berdirinya LAZ Al-Madinah tidak hanya mengadministrasikan pembukuan dengan baik tapi juga dapat melayani para muzaki / dermawan dengan baik secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Penyaluran dana LAZ Al-Madinah yang telah terkumpul diperuntukan kapada prioritas program yang telah dibuat yang berbasis kepada kemaslahatan umat.

1. Visi LAZ Al-Madinah

Menjadikan lembaga yang terpecaya, profesional dan bertanggung jawab dan turut serta membantu pemerintah dalam rangka membangun dan mengembangkan masyarakat berakhlakul karimah yang sejahtera dan mandiri secara ekonomis.

2. Misi LAZ Al-Madinah

a. Bidang Religius (keagamaan)

Ikut serta membentuk masyarakat religius yang tidak semata-mata mementingkan ibadah ritual, tapi juga gemar melakukan ibadah sosial.

b. Bidang Ekonomi

Membantu mengatasi masalah ekonomi kaum miskin (dhu’afa)

secara proaktif dan menjadi penggerak menumbuh kembangkan ekonomi kaum dhua’fa.

(57)

Membangun citra diri menjadi lembaga yang amanah, terpecaya, profesional dan penuh tanggung jawab yang pada gilirannya mendapatkan kepercayaan dihati masyarakat lingkungan sekitar khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

d. Bidang sosial

Membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam secara tanggap.

e. Bidang Pendidikan

Menjadikan lembaga zakat sebagai sarana pembina dan peningkatan mutu pedidikan.

3. Program LAZ Al-Madinah

Misi kelembagaan LAZ Al-Madinah dan misi ekonomi serta misi religius yang dijadikan sebagai pemandu gerak oleh LAZ Al-Madinah CBD Ciledug Tangerang untuk menggapai cita-cita yakini menjadi lembaga yang ikut ambil bagian dalam menumbuhkan kesadaran religius masyarakat dan program yang cukup signifikan sebagai aksi menuju cita-cita yang diinginkan. Berikut adalah program-program LAZ Al-Madinah CBD Ciledug Tangerang:

1. Layanan Peduli Umat

(58)

b. Peduli Bencana Alam

c. Pengiriman Relawan

2. Berbagi Untuk Dhuafa

a. Pengobatan Geratis

b. Pinjaman Modal Usaha

c. Bingkisan Lebaran

3. Orang Tua Asuh Yatim dan Dhuafa

a. Santunan

b. Beasiswa

c. Santunan massal

d. Pendidikan dan pelatihan.2

4. Fundraising Infak dan Shodaqoh

a. Kencleng LAZ Al-Madinah

b. Layanan Mobil Jenazah

d. Brosur, spanduk / umbul-umbul, dan internet.3

2

Hasan Ismail R,Sistem Rekrutmen Amil Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Madinah, Skripsi, (Jakarta, 2010), h. 31-36

3

(59)

4. Struktur Organisasi LAZ Al-Madinah

Struktur Organisasi LAZ Al-Madinah sebagai berikut:

Ketua : Ust. H. Kholilul Rohman, M.A

Anggota : 1. KH. Ahmad Kosasih, M.A

2. Ustd. M. Rasyid, HD, S.Ag

Direktur Eksekutif : Matali Firmansyah S.Ag

Sekretaris : Rudi Hartono, S.Pd

Bendahara : Intan Yuliasari

Div. Pembinaan Yatim : Ade Wahyudi, SH

Div. Pembinaan Dhuafa : Abdullah Habib, S.Ag

Div. Layanan Kesehatan : H.Ahmad Nursofa, M.Pd

Div. Mobil Layanan Peduli : Ahmad Sofyan

Div. Pengembangan Usaha : Ratna

Div. Pendidikan : M. Jaki Arifin, S.Th.I

(60)

Tugas-tugas dalam orgaisasi LAZ Al-Madinah yaitu:

Ketua

a. Menjalankan roda kepengurusan dengan sebaik-baiknya

b. Mengendalikan dan mengawasi program kerja yang telah ditetapkan

c. Bersama dengan bagian kesekretaritan menentukan kebijakan organisasi dan menjalankan fungsi administrasi umum

d. Bersama dengan bagian bendahara mengupayakan ketersediaan dana guna menunjang program kerja

Anggota Ketua

a. Membantu ketua dan mewkili ketua apabila berhalangan

b. Membantu laporan bulanan bagi kesekretaritan dan bagian bendahara

Direktur Eksekutif

a. Membantu ketua dan anggota ketua dalam menjalankan roda organisasi

(61)

Sekretaris

a. Bersama ketua dan direktur eksekutif melaksanakan kebijakan umum untuk kegiatan administrasi bagi kelancaran program

b. Membuat proposal berkoordinasi dengan divisi-divisi

c. Bertanggung jawab dalam proses surat menyurat

d. Bertanggung jawab terhadap pengendalian kearsipan

e. Menyiapkan bahan-bahan rapat pengurus harian

f. Membuat laporan kegiatan

Bendahara

a. Merencanakan anggaran rutin maupun insidentil

b. Menggali dan mencari sumber dana bersama pengurus harian

c. Mengendalikan penggunaan dan secara efektif dan efisien

d. Menyiapkan dan menyimpan arsip yang berhubungan dengan keuangan

e. Mencatat penerimaan dan pengeluaran keuangan yang rutin maupun insidentil

(62)

Divisi Pendidikan

a. Membuat proposal kegiatan divisi berkoordinasi dengan sekretaris

b. Mengurus masalah penyaluran dana bantuan pendidikan untuk delapan ashnaf sekaligus yang telah direkomendasikan kepada mustahik

c. Mengurus masalah peningkatan kualitas pendidikan mustahik dengan memberikan pelatihan sesuai dengan potensi desanya tersebut

d. Menyiapkan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat

Divisi Pembinaan Yatim

a. Membuat proposal kegiatan divisi berkoordinasi dengan sekretaris

b. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk anak yatim

c. Mengadakan pembinaan untuk anak yatim

d. Program beasiswa untuk anak yatim

(63)

f. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat Al-Madinah.

Divisi Pengembangan Usaha

a. Membuat proposal kegiatan divisi berkoordinasi dengan sekretaris

b. Merumuskan rencana pengembangan usaha Lembaga Amil Zakat Al-Madinah berdasarkan program kerja

c. Mengurus pengembangan usaha milik LAZ

d. Mengkordinasi pengembangan usaha para muzaki

e. Memberikan peluang kerja bagi fakir-miskin dan kaum dhuafa

f. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat Al-Madinah.

Divisi Pembinaan Dhuafa

a. Membuat proposal kegiatan divisi berkoordinasi dengan sekretaris

b. Memberikan modal usaha bagi kaum dhuafa sesuai standarisasi LAZ Al-Madinah

(64)

d. Memberikan pembinaan untuk kaum dhuafa

e. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat Al-Madinah.

Divisi Layanan Kesehatan

a. Membuat proposal kegiatan divisi berkoordinasi dengan sekretaris

b. Memberikan pelayanan kesehatan bagi fakir-miskin dan kaum dhuafa

c. Program sunatan massal

d. Program donor darah

e. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui sekretaris, dan sekretaris manampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat Al-Madinah.

Divisi Mobil Layanan Peduli

a. Membuat proposal kegiatan divisi berkoordinasi dengan sekretaris

b. Program layanan mobil jenazah

(65)

d. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat Al-Madinah.4

B. Profil Program Kencleng LAZ Al-Madinah

1. Sejarah Munculnya Program

Awal mulanya program ini terbentuk yaitu dari dasar pemikiran Ustd. M. Rasyid, HD, S.Ag selaku anggota atau wakil ketua LAZ Al-Madinah, beliau mempunyai ide tersebut semata hanya untuk mempermudahkan para jamaahnya untuk beramal dan bershodaqoh. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan beliau tentang latar belakang terbentuknya program kencleng, beliau mengatakan sebagai berikut:

Membantu masyarakat yang ingin menyisihkan uang belanjanya untuk sedekah buat kemakmuran masjid, inikan usaha program. Disetiap rumah (jamaah) pasti mempunyai uang receh, karena saya mempunyai kebiasaan dari dulu kalau ada receh saya pasti taruh laci, dengan begitu kalau kita rutin manaruh uang receh tersebut maka akan terkumpul banyak. Saya berfikir alangkah hebatnya kalau receh-recahan yang ada di rumah jamaah itu bisa dihimpun, kalo dia sendiri kumpulin seribu, dua ribu, gope dia bisa pake lagi kalau udah terkumpul segitu, nah bagaimana caranya duit recehan itu tetap mempunyai nilai dan bermanfaat, uang receh tersebut biar bisa terkumpul dan tidak tercecer maka kita kasih dia (jamaah) celengan pinjaman, jadi setiap recehan yang dia taro dicelengan Al-Madinah yang kita pinjamkan itu mutlak buat masjid, tapi kalau celengan ditabung diri sendiri dan celengannya itu dia beli sendiri nah itu hasilnya buat dia pribadi, tapi kalau celengan dari kita dan itu jadi milik kita. Biar recehan itu mempunyai nilai dan bermanfaat dan agar program

4

Gambar

GAMBARAN UMUM TENTANG LAZ AL-MADINAH
Tabel 4.1 Latar Belakang Peserta Program / Jamaah ......................................
GAMBARAN UMUM TENTANG LAZ AL-MADINAH
Tabel 4.1. Latar Belakang Jamaah
+4

Referensi

Dokumen terkait