• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH DENGAN

HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2010/2011

Oleh

ERNA KUSMIYATI

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam belajar setelah siswa

mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan disekolah dan diwujudkan dalam bentuk nilai dari guru kepada muridnya pada jangka waktu tertentu.

Penilaian yang dilakukan oleh guru adalah sebagai dasar untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan selama siswa mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh anak didik dan bagaimana Orang tua memperhatikan anak dalam proses belajar. Orang tua yang memiliki status sosial ekonomi yang kuat mempunyai

kemungkinan dapat menyediakan fasilitas belajar untuk anak-anaknya. Faktor tersebut diduga dapat meningkatkan kualitas penampilan siswa dalam

(2)

pendidikan sang anak. Dari sudut pandang ekonomi sumber daya yang dimaksud adalah penyediaan sarana pendidikan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan positif status sosial ekonomi orang tua siswa dan ketersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung tahun Pelajaran 2010/2011?”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif asosiatif dengan

pendekatan ex post facto dan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah 217 siswa dengan sampel sebanyak 140 siswa dengan rumus Cochran. Teknik pengambilan sampel dengan mengunakan simple random sampling Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, angket,

wawancara, dan dokumentasi. Pengujian hipotesis dianalisis dengan

menggunakan rumus korelasi parsial, dan model korelasi ganda atau multiple.

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis mengunakan taraf signifikansi 0,05, maka hasilnya sebagai berikut.

(3)

2. Terdapat hubungan ketersediaan fasilitas belajar dengan hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010-2011 secara signifikan dan positif apabila status sosial ekonomi orang tua dikendalikan. Diperoleh koefisien thitung = 6,610 sedangkan harga koefisien ttabel = 1,977 , ini berarti thitung > ttabel..

(4)

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA SISWA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DI RUMAH DENGAN

HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2010/2011

Oleh

ERNA KUSMIYATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA SISWA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DI RUMAH DENGAN

HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2010/2011

(Skripsi)

Oleh

ERNA KUSMIYATI

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Model Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) dan Ketersediaaan Fasilitas Belajar di Rumah (X2)

dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII

Semester Ganjil (Y)...36

2. Kurva Normal Q-Q Plot Status Sosial Ekonomi Orang Tua...70

3. Kurva Normal Q-Q Plot ketersediaan fasilitas belajar...71

(7)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar ... 13

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 18

3. Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah ... 26

B. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011... 30

1. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Hasil Belajar... .... 30

2. Hubungan Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah dengan Hasil Belajar ... ... 32

(8)

D. Kerangka Pikir ... 35

E. Hipotesis ... 36

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 37

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 39

3. Tehnik Sampling ... 40

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional Variabel ... 41

E. Tehnik Pengumpulan Data 1. Observasi ... 44

2. Angket ... 44

3. Wawancara ... 44

4. Dokumentasi ... 45

F. Uji Persyaratan Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Angket ... 45

2. Uji Reabilitas Angket ... 47

G. Tehnik Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 50

2. Uji Homogenitas ... 51

3. Uji Linieritas... 51

H. Pengujian Hipotesis 1. Korelasi Parsial... 53

2. Korelasi Multipel... 54

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis SMP Negeri 18 Bandar Lampung ... 56

2. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 18 Bandar Lampung ... 56

3. Visi dan Misi, Strategi yang diterapkan, Indikator keberhasilan SMP Negeri 18 Bandar Lampung ... 57

4. Situasi dan Kondisi SMP Negeri 18 Bandar Lampung .... 58

5. Proses Belajar Mengajar SMP Negeri 18 Bandar Lampung... 59

6. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 18 Bandar Lampung ... 60

7. Kegiatan Ekstrakulikuler ... 61

8. Situasi Pengolahan Kelas ... 62

B. Deskripsi Data 1. Data Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) ... 63

2. Data Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah (X2) ... 65

3. Data Hasil Belajar (Y) ... 67

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 69

2. Uji Homogenitas ... 73

(9)

1. Korelasi Parsial ... 78 2. Korelasi Multipel ... 80 E. Pembahasan

1. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1)

dengan Hasil Belajar IPS Terpadu (Y) ... 83 2. Hubungan Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah (X2)

Dengan Hasil Belajar IPS Terpadu (Y) ... 84 3. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) dan

Ketersediaan Fasilitas Belajar (X2) dengan

Hasil Belajar (Y) ... 86

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 88 B. Saran ... 89

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Hasil Belajar IPS Terpadu Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran2010/2011...5

2. Data Pendidikan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...5

3. Data Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...6

4. Data Pendapatan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...6

5. Jumlah Tanggungan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil Di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...7

6. Data Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...38

7. Alokasi Proporsional Sampling... ... ...40

8. Definisi Operasional Variabel...43

9. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X1...46

10. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X2...47

11. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X1...49

12. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X2...49

13. Analisis Varias (ANAVA) untuk Uji Kelinieran Regresi...52

14. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi...55

15. Keadaan Siswa SMP Negeri 18 Bandar Lampung...59

16. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 18 Bandar Lampung...60

17. Distribusi Frekuensi status sosial ekonomi orang tua (X1) Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...64

18. Kategori status sosial ekonomi orang tua (X1) Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...65

19. Distribusi Frekuensi Fasilitas Belajar Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...66

(11)

Siswa Kelas VII Semester IPS SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2010/2011...68

22. Kategori Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 (Y)...69

23. Hasil Pengujian Normalitas Variabel X1 ...70

24. Hasil Pengujian Normalitas Variabel X2 ...71

25. Hasil Pengujian Normalitas Variabel Y...72

26. Hasil Pengujian Homogenitas...74

27. Hasil Uji Kelinieran X1 ... ...75

28. Hasil Uji Keberartian ... ...76

29. Hasil Uji Kelinieran X2...76

30. Hasil Uji Keberartian...77

31. Kesimpulan Hasil Uji Linieritas Garis Korelasi...77

32. Hasil Pengujian Korelasi Secara Parsial...79

33. Korelasi antara status sosial ekonmi orang tua (X1) dan ketersediaan fasilitas Belajar (X2) dengan Hasil Belajar IPS Terpadu (Y)...81

(12)

Motto

“Jadilah diri sendiri, meskipun terkadang orang lain terlihat lebih baik, tetapi percayalah bahwa kemampuan sendiri akan lebih membanggakan

dibandingkan hasil orang lain.” (Joe Erji)

“Dibalik setiap rasa sakit, Tuhan pasti telah mempersiapkan hadiah terindah. Untuk itu, perpikir positif atas apapun yang kamu alami.”

“Kemarin adalah sejarah. Hari ini adalah anugerah. Lupakan hari kemarin, jangan sia-siakan hari ini, untuk hari esok yg lebih baik.”

“Jangan pernah percaya jika seseorang mengatakan " gak usaha capek2 deh kamu gak mungkin bisa" karena sebenarnya dia sedang mencari sesorang

yang bisa menemaninya dalam setiap kegagalanya.” ( Gusbud )

“Hadapilah problem hidup diri kamu dan akuilah keberadaannya, tetapi jangan biarkan diri kamu di kuasainya. Biarkanlah diri kamu menyadari

adanya pendidikan situasi berupa kesabaran, kebahagiaan, dan pemahaman makna.” (Hellen Keller)

(13)

PERSEMBAHAN

Dengan Memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas izin dan ridha-Nya lah, kupersembahkan karya sederhana ini Untuk yang kucintai,

kuhormati, yang kusayangi, kukasihi, kubanggakan dan kuidolakan ;

Kedua orang tuaku bapak Sudarman dan ibu sulistiowati yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu dan kasih sayangmu yang telah memberikan kekuatan dalam setiap langkahku dalam mencapai impian

dan harapanku.(I LOVE U)

Mas eno dan adik-adik ku Eko dan Dedy tercinta terima kasih atas doa nya supaya aku menjadi orang yang berguna.

Untuk sahabat ku SEUES terima kasih atas segala nya yang telah kalian berikan.semogah persahabatan kita tak lekang oleh waktu dan jarak. (I

LOVE U FOHEVER)

Untuk seseorang yang selalu memberiku semangat, dukungan, dan kasih sayang dengan sabar terima kasih (koko chanyen)

Teman- teman seperjuangan ku yang telah menemaniku selama ini

Para pendidik yang kuhormati terima kasih atas ilmu yang telah diberikan

(14)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa dan Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

Nama Mahasiswa :

Erna Kusmiyati

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743031013

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Jurusan : Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. R. Gunawan S, S.Pd, S.E, M.M. Drs. I Komang Winatha ,M.Si.

NIP 19600808 1986031003 NIP 19530730 1982031001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Drs. Iskandar Syah, M.H. Drs. Hi. Nurdin, M.Si.

(15)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Status

Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah

Dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP

Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.” sebagai salah satu

syarat untuk menggelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Sholawat

dan salam selalu tercurahkan pada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa

kami dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini atas bantuan berbagai pihak. Untuk

itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang

setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. Iskandar syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

(16)

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung;

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung ;

7. Bapak Dr. Raden Gunawan Sudarmanto, S.Pd, S.E, M.M. Pembimbing 1 yang

telah banyak meluangkan waktu untuk seluruh urusan akademik serta kritik

dan sarannya sampai penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. I Komang Winatha, M.Si., selaku pembimbing II dan Pembimbing

Akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta

memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., sebagai pembahas dan penguji yang banyak

memberi masukan saat-saat terakhir pengerjaan skripsi ini. Terima kasih atas

semua bimbingannya hingga terselesaikannya skripsi ini;

10.Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi

Pendidikan Ekonomi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya;

11.Ibu. Dra. Hj. Mulia Sari, M.M. selaku kepala sekolah,SMP Negeri 18 Bandar

Lampung, yang telah banyak membantu dalam penelitian ini;

12.Seluruh Dewan Guru dan Staff SMP Negeri 18 Bandar Lampung yang telah

bersedia memberikan waktu dan membantu penulis;

13.Ayahanda Sudarman dan Ibunda Sulistiowati tercinta, kakanda (Sutrisno)

terkasih serta adik ku (Dedy, dan Eko) tersayang telah mendukungku.;

14.Untuk Juhari Saputra Lais terima kasih atas semangat, dukungan, dan telah

(17)

15.Untuk sahabatku ”SEUES” SulisTriana, Ucha Nurhati Putri , Eva Rahmita

Dewi dan Sri Astuti terimakasih atas motivasi dan dukungan kalian I love U.

16.Untuk teman-teman seperjuangan ku seluruh angkatan 2007 Ira, Arius, Desi,

Dwi, Else, Elya, Emi, Enti, Eva, Hanafi, Abang Hendri, Hendri, Joko, KD,

Lely, Linda, Mevi, Muja, Mung, Alfat, Nur, Ayu, Doni, Alin, Piqoh, Mila,

Septi, Mpi, Sri, Sulis, Suliyah, Ucha, Ari, Wahyu, dan Wuri maupun

teman-teman reguler yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih

atas do’a dan dukungannya selama ini;

17.Kakak-kakak tingkat serta adik-adik tingkat yang sudah berkarya maupun

yang masih berusaha berkarya semoga sukses selalu;

18.Untuk teman PPL di SMA ARJUNA Bandar Lampung, Ria, Neli, Duwi, Ika,

Fitri, Mbak Novi, Wulan, Selvi, Asep, Abang Togar, May, dan Rahmat

Pengalaman kita selama PPL mengajarkan kita arti sebuah kesabaran dan

kerja keras.

19.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan di atas kertas ini namun

penulis berterimakasih atas semuanya;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan

terbuka dan ucapan terimakasih. Namun demikian, penulis berharap semoga

tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada

khususnya.

Bandar Lampung, Maret 2012 Penulis

(18)

I . PENDAHULUAN

Bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

Pembahasan secara rinci beberapa subbab tersebut dikemukakan sebagai berikut.

A . Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan untuk membangun sumber daya

manusia yang berkualitas, karena itu pendidikan harus dilaksanakan

sebaik-baiknya untuk membawa bangsa ini keluar dari krisis menuju kemajuan.

Pendidikan sebagai usaha membangun bangsa dan watak bangsa. Pendidikan yang

demikian mencakup ruang lingkup yang amat luas, yaitu pendidikan kemampuan

mental, pikir (rasio, intelektual) dan kepribadian manusia seutuhnya. Pendidikan

memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan bangsa, sehingga

menuntut orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sama dan

bertanggung jawab agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan. Dalam hal ini guru

(19)

memang wajar sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung

dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar.

Tercantum dalam undang-undang sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

2003 Pasal 3 tentang tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi “ Pendidikan

Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

berdemokratis serta bertanggung jawab.”

Idris (2005 : 78) menyebutkan berdasarkan hasil yang di dapat UNESCO tentang

penyebaran pencapaian pendidikan menyatakan bahwa ada penemuan yang perlu

diperhatikan : ada hubungan yang kuat antara kekayaan nasional dengan rata-rata

pencapaian prestasi tingkat sekolah dalam suatu negara (r = 0,729) dengan

demikian tidak mengherankan, masyarakat yang telah kaya dapat lebih banyak

menyediakan pendidikan untuk warga negaranya. Jelas hal itu akan menimbulkan

kesenjangan antara masyarakat yang kaya dengan masyarakat yang miskin. Akses

pendidikan bagi masyarakat yanng kaya akan lebih mudah didapat sedangkan bagi

masyarakat yang miskin akan mengalami kesulitan. Padahal dengan

pendidikanlah seseorang mampu meningkatkan dan mengembangkan potesialnya

menuju kehidupan yang lebih baik lagi.

Ruang lingkup yang lebih sempit lagi, ada kaitannya antara pendidikan dengan

(20)

yang kuat mempunyai kemungkinan dapat menyediakan fasilitas belajar untuk

anak-anaknya. Faktor tersebut diduga dapat meningkatkan kualitas penampilan

siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Orang tua dengan status sosial

ekonomi yang tinggi akan mengalokasikan lebih banyak sumber yang dimilikinya

bagi pendidikan sang anak. Dari sudut pandang ekonomi sumber daya yang

dimaksud adalah penyediaan sarana pendidikan. Orang tua dengan status sosial

ekonomi yang tinggi akan dapat mendaftarkan anaknya untuk mengikuti

bimbingan belajar tambahan, menyediakan guru privat, kursus bahasa asing,

bahkan dapat menyediakan layanan internet di rumah untuk menambah

pengetahuan anak. Bagi anak adanya fasilitas belajar membuat anak untuk

berkonsentrasi belajar dan anak pun harus mempunyai ruang khusus untuk belajar

sehingga tidak terganggu oleh orang lain.

Status sosial ekonomi orang tua yang rendah membuat sang anak membantu

orang tua mereka bekerja dan anak pun kurang untuk belajar di rumah sehingga

hasil belajar anak menjadi tidak memuaskan. Setiap orang tua pasti menginginkan

anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan dan dapat berprestasi. Fenomena

yang sering terjadi dilapangan menujukkan, anak-anak yang lahir dalam keluarga

yang kurang beruntung sulit mengenyam pendidikan dengan baik. Orang tua

mereka akan menghabiskan banyak waktu untuk berjuang keras untuk memenuhi

kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar lainnya sehingga kurang memperhatikan

perkembangan kemampuan belajar anak-anaknya.Oleh karena proses belajar juga

berlangsung di rumah, ketersediaan fasilitas belajar di rumah menjadi penting

artinya bagi upaya peningkatan prestasi akademik siswa. Fasilitas belajar di rumah

(21)

karena peran serta dari orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar amat

penting dalam membantu keberhasilan siswa dalam belajar.

SMP Negeri 18 Bandar Lampung adalah salah satu sekolah menengah pertama

negeri yang suda lama berdiri di Bandar Lampung. Jika dilihat dari letaknya

sekolah ini sangat nyaman untuk proses pendidikan karena masih jauh dari

keramaian kota. Tetapi di sekolah ini prestasi belajar siswanya kurang baik pada

beberapa mata pelajaran karena sebagaian status sosial orang tua siswa menengah

ke bawah atau orang tua siswa bekerja sebagai buruh atau sebagai wiraswasta.

Keberhasilan sekolah dalam memberikan layanan pendidikan biasanya dilihat dari

tingkat prestasi belajar siswanya atau output pendidikannya. Dengan prestasi

belajar yang baik memungkinkan terciptanya kualitas manusia yang baik. Banyak

hal yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan belajar siswa. Faktor

yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar tersebut, ada yang berasal dari luar

dirinya. Faktor yang berasal dari luar, salah satunya adalah status sosial ekonomi

orang tua dan penyediaan fasilitas belajar di rumah.

Berdasarkan penelitian pendahuluan, di dapat data yang berkenaan dengan

penelitian,antara lain

Data yang berkenaan dengan Hasil Belajar Siswa.

Berikut ini adalah data Hasil Belajar IPS Terpadu Semester Ganjil Kelas VII SMP

(22)

Tabel 1: Hasil Belajar IPS Terpadu Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

Sumber : Guru wali kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 1 di atas, hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII masih

tergolong rendah yaitu 36,87% atau sebanyak 80 siswa belum mampu mencapai

ketuntasan. Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah (2000: 18) apabila pelajaran

yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan

siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Data tentang status sosial ekonomi orang tua siswa terdiri dari

Berikut ini adalah data tentang tingkat pendidikan orang tua siswa

Tabel 2 : Pendidikan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

No Kategori Ayah Persentase % Ibu Persentase %

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa tingkat pendidikan orang tua baik

ayah dan ibu sebagaian besar SMA. Ini terlihat dari dengan persentase yang

diperoleh 41,94% atau sebanyak 91 orang untuk pendidikan ayah dan 45,16% atau

sebanyak 98 orang untuk pendidikan ibu.

(23)

Berikut ini adalah data tentang pekerjaan orang tua siswa.

Tabel 3 : Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.

No Jenis Pekerjaan Ayah Persentase % Ibu Persentase %

sebagaian besar ibu rumah tangga sebesar 77,42% atau sebanyak 168 orang.

Berikut ini adalah data tentang pendapatan orang tua.

Tabel 4 : Pendapatan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

No Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Berdasarkan Tabel 4 di atas, terlihat bahwa pendapatan orang tua siswa tergolong

rendah ini terlihat dengan sebagaian besar pendapatan orang tua dibawah

(24)

Berikut ini adalah data tentang jumlah tanggungan orang tua.

Tabel 5 : Jumlah Tanggungan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil Di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

No Kategori Frekuensi (n) Persentase %

1 1 – 3 49 22,58

2 3 – 6 121 55,76

3 >6 47 21,66

Jumlah 217 100

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 5 di atas, terlihat bahwa jumlah tanggungan Orang Tua siswa

sebagian besar memiliki anak 3 – 6 ini terlihat dengan persentase sebesar 55,76%

atau sebanyak 121 orang.

Selain data di atas, peneliti melakukan wawancara langsung kepada 20 (dua

puluh) orang siswa berkenaan dengan ketersediaan fasilitas belajar di rumah. Dari

20 (dua puluh) orang siswa yang diwawancarai tersebut hanya 5 (lima) orang

yang memiliki fasilitas belajar dirumah yang baik, yaitu memiliki ruangan belajar

sendiri, ketenangan, dan kenyamanan belajar yang baik (lingkungan belajar

kondusif), kertersediaan alat penunjang belajar seperti komputer, kelengkapan

buku referensi/literature penunjang, penerangan dalam ruang belajar kelengkapan

alat tulis atau perlengkapan belajar, 6 (delapan) orang memiliki faasilitas belajar

cukup baik, sisanya sebanyak 9 (sembilan) orang tidak memiliki fasilitas belajar

di rumah yang baik.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti ini

mengambil judul : ” Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan

Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah Dengan Hasil Belajar IPS Terpadu

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi

permasalahan penelitian yaitu

1. Status sosial ekonomi orang tua siswa yang rendah menyebabkan siswa

kurang fasilitas belajar seperti orang tua siswa tidak mampu membeli

buku-buku pelajaran dan peralatan penunjang lainnya.

2. Status sosial ekonomi orang tua yang rendah menyebabkan siswa menjadi

tidak memiliki waktu belajar yang cukup dikarenakan harus membantu orang

tua bekerja.

3. Tingkat pendidikan formal orang tua siswa yang masih rendah menyebabkan

siswa kurang terbimbing di rumah dan sekolah.

4. Pendapatan orang tua yang masih rendah menyebabkan siswa tidak terpenuhi

kebutuhan belajarnya baik di sekolah maupun di rumah.

5. Ketidaknyamaan anak untuk belajar di rumah atau tidak ada ruang khusus

untuk anak belajar di rumah menyebabkan anak tidak berkonsentrasi belajar.

6. Kurangnya atau tidak lengkapnya fasilitas belajar di rumah atau di sekolah

menyebabkan anak malas belajar di sekolah maupun di rumah.

7. Kurangnya fasilitas belajar di rumah menjadi anak tidak bersemangat

mengerjakan tugas sekolah atau PR (pekerjaan rumah) karena tidak

lengkapnya fasilitas belajar yang di berikan oleh orang tua siswa.

8. Rendahnya status sosial ekonomi orang tua dan tidak adanya fasilitas belajar

yang memadai atau tidak lengkap menyebabkan menurunnya prestasi belajar

(26)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan Identifikasi masalah, maka penelitian ini hanya

mengkaji tentang hubungan status sosial ekonomi orang tua dan ketersediaan

fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII

semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung Pada Tahun Pelajaran

2010/2011. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada status sosial

ekonomi orang tua (X1), ketersedian fasilitas belajar di rumah (X2),dan hasil

belajar IPS terpadu (Y).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai

1. Apakah ada hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan hasil belajar

IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar

Lampung 2010/2011 ?

2. Apakah ada hubungan ketersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil

belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18

Bandar Lampung 2010/2011 ?

3. Apakah ada hubungan status sosial ekonomi orang tua dan kertersediaan

fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII

(27)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa

1. Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi orang tua siswa dengan

hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri

18 Bandar Lampung 2010/2011.

2. Untuk mengetahui hubungan kertersediaan fasilitas belajar di rumah

dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP

negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011.

3. Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi orang tua dan

kertersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu

siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung

2010/2011.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini sangat bermanfaat dan berguna, baik secara teoritis

maupun praktis, yaitu

1. Kegunaan Teoritis

a. Mendukung atau menolak grand teory yang dikemukakan oleh para

ahli dan memperkaya ilmu pendidikan bagi mahasiswa pendidikan

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu

pendidikan yang menyangkut prestasi belajar.

c. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan

(28)

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan bagi kepala SMP Negeri 18

Bandar Lampung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa apabila kondisi

ekonomi orang tua dan ketersediaan fasilitas belajar berprestasi siswa rendah.

Dengan demikian kepala sekolah dapat merencanakan dan menentukan

strategi apa yang akan digunakan.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian antara lain.

1. Objek Penelitian.

Objek penelitian ini adalah status sosial ekonomi orang tua, ketersediaan

fasilitas belajar di rumah dan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII

semerter ganjil.

2. Subjek Penelitian.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri

18 Bandar Lampung.

3. Tempat Penelitian.

Tempat penelitian ini adalah di SMP negeri 18 Bandar Lampung.

4. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilakukan tahun 2010/2011.

5. Displin Ilmu.

Displin ilmu yang berhubungan dengan hal ini adalah ekonomi,

(29)

II . TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Bagian bab II terdiri atas tinjauan pustaka, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum

analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan

dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya penelitian dapat melakukan

kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel

yang lain akan menghasilkan kerangka pikir yang selanjutnya dapat digunakan

untuk merumuskan hipotesis.

A. Tinjauan Pustaka

Bagian tinjauan pustaka akan membahas teori-teori yang mendasari tentang hasil

belajar, status sosial ekonomi orang tua siswa dan ketersediaan fasilitas belajar di

rumah. Dan juga menjelaskan teori-teori yang mempengaruhi antara status sosial

ekonomi orang tua siswa dengan hasil belajar dan ketersediaan fasilitas belajar di

rumah dengan hasil belajar.

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

(30)

kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan

pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih

dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional. (Abdurrahman,2003:

37-38).

Belajar merupakan suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 3).

Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam

perubahan tingkah laku seperti kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan

daya pikir. Belajar menjadi suatu kebutuhan setiap manusia, karena dengan

belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan yang baik bagi

dirinya maupun dalan kehidupan bermasyarakat.

Ada pendapat lain menurut Hamalik (2003:27-28) yang menyatakan tentang

pengertian belajar yaitu

 Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman.

 Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

 Belajar adalah suatu proses yang mengubah tingkah lau melalui

pengalaman-pengalaman yang terjadi pada lingkungan sekitarnya sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelmnya.

Slameto (2003:5),mengatakan bahwa jenis-jenis belajar yaitu

1. Belajar bagian (part learning, franctioned learning )

Yaitu umumnya belajar dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat.

(31)

Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungan dengan penyelesaian suatu persoalan.

3. Belajar diskriminatif (discriminative leaning)

Diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi /

stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4. Belajar global / keseluruhan (global whole learning)

Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt.

5. Belajar insidental (incidental learning)

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu

berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar.

6. Belajar instrumental (instrumental learning)

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang

diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.

7. Belajar intensional (intentional learning)

Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar incidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.

8. Belajar laten (latent learning)

Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten.

9. Belajar mental (mental learning)

Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari.

10.Belajar produktif (productive learning)

R. Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. 11. Belajar verbal (verbal learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Darsono, 2001: 4). Hasil evaluasi

tersebut didokumentasikan dalam buku nilai guru dan wali kelas serta arsip yang

(32)

disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku yang disampaikan pada

waktu pembagian rapor akhir semester, kenaikan, atau kelulusan. Jadi, prestasi

belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses

pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, serta

aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan

sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa.

Hasil belajar pada suatu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak

pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 4).

Hasil belajar pada suatu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan

pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.

Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring.

Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak

pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor,

angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan

dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain,

suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono,2006: 4).

Hasil belajar atau yang disebut prestasi belajar dalam penelitian ini adalah berupa

angka-angka tertentu yang tercantum dalam nilai raport. Prestasi adalah hasil yang

telah dicapai atau dilakukan. Selanjutnya Winkel (2004: 162) mengatakan :

“Prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai. Belajar adalah suatu proses

(33)

kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan

sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif.

Burton dalam Oemar(2001: 31), mengemukakan bahwa hasil-hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,

abilitas dan keterampilan. Sedangkan hasil belajar menurut Suharsimi Arikunto

(2006: 63), menyatakan sebagai hasil belajar yang telah dicapai seseorang telah

mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses

belajar yang dilakukan.

Syaiful Sagala (2003: 38) mengatakan bahwa agar peserta didik dapat berhasil

dalam belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan

berikut ini

1. Kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scolastic Aptitude Test), 2. Menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest

Inventory),

3. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya (Differential Aptitude Test),

4. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achievement Test),dan sebagainya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Pada dasarnya antara hasil

belajar dan prestasi belajar mempunyai arti yang sama, karena hasil belajar

merupakan bagian dari prestasi siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tu’u

(2004: 76) yang menyatakan bahwa unsur yang ada dalam prestasi siswa adalah

(34)

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar-mengajar yang optimal

cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut

a. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa.

b. Menambah keyakinan atau kemampuan dirinya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya. d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni

mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotoris, keterampilan atau perilaku.

e. Kemampuan siswa unutk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya (Sudjana, 1990: 56).

Faktor- faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu

1. Faktor internal siswa meliputi

a. Aspek fisiologis siswa yaitu jasmani seperti mata dan telinga.

b. Aspek psikologis siswa yaitu intelegensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi.

2. Faktor eksternal siswa, meliputi

a. Faktor lingkungan social yaitu keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman

b. Lingkungan non-sosial yaitu rumah, sekolah, peralatan, dan alam. 3. Faktor pendekatan siswa dalam belajar, meliputi

a. Pendekatan tinggi yaitu pendekatan speculative dan pendekatan

achieving.

b. Pendekatan sedang yaitu pendekatan analytical dan pendekatan

deep.

c. Pendekatan rendah yaitu pendekatan reproductive dan pendekatan

surface (Syah, 2003: 156).

2 . Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan

perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama

(35)

lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang di

antaranya ialah adanya hubungan yang harmonis antara sesama anggota keluarga,

tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai ; tenang, adanya

perhatian yang besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan

pendidikan anak-anaknya (Hakim, 2005:17).

Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan

anak-anak, misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup, menyebabkan

lingkungan materil yang dihadapi oleh anak di dalam keluarganya akan lebih luas,

sehingga ia dapat kesempatan yang lebih luas di dalam memperkenalkan

bermacam-macam kecakapan, yang mana kecakapan-kecakapan tersebut tidak

mungkin dapat dikembangkan kalau tidak ada alat-alatnya. Misalnya : Seorang

yang berbakat seni musik tidak dapat mengembangkan bakatnya kalau tidak ada

alat-alat musiknya. Hubungan sosial antara anak-anak dan orang tuanya itu

ternyata berlainan juga corak-coraknya; misalnya keluarga yang ekonominya

cukup, hubungan antara antara orang tua dan anak akan lebih baik, sebab orang

tua tidak ditekankan di dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya,

sehingga perhatian dapat dicurahkan kepada anak-anak mereka. Secara umum

pendapat di atas itu adalah benar, tetapi perlu diingat, bahwa sebenarnya status

sosial ekonomi keluarga bukanlah satu-satunya faktor yang mutlak menentukan

perkembangan anak (Ahmadi,2007:91).

Keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya dengan belajar anak. Anak

yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan,

(36)

seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan

lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai

cukup uang (Syah,2005:153).

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang

terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga

terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak

merasa minder dengan teman lain, hal ini akan mengganggu belajar anak (Sumadi

Suryabrata,2002:234).Bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah

sebagai pembantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk

bekerja, hal yang begitu juga akan menggangu belajar anak (Syah,2005:155).

Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba

kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru

keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan

akhirnya sukses besar. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering

mempunyai kecendrungan untuk memanjakan anak. Anak hanya

bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya

kepada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak

(Slameto.2003:64). Status sosial biasanya didasarkan pada berbagai unsur

kepentingan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu status pekerjaan,

status dalam sistem kekerabatan, status jabatan, dan status agama yang dianut

Status sosial dibedakan atas 2 (dua) macam menurut perkembangannya

1. Status yang diperoleh atas dasar keturunan (Ascribed status). Pada umunya status ini banyak dijumpai pada masyarakat yang menganut stratifikasi tertutup misalnya masyarakat feudal.

(37)

akan diperhitungkan dengan matang. Individu dan segenap anggota masyarakat berhak dan bebas menentukan kehendaknya sendiri dalam memilih status tertentu sesuai dengan kemampuan sendiri. Setiap orang menjadi dokter, guru, hakim, dsb.(Abulsyani,2002:93).

Bahrein T.Sugihen (1997:139) menyebutkan jikalau berbicara tentang status

cenderung merujuk pada kondisi sosial seseorang dalam kaitannya dengan jabatan

(kekuasaan) dan peranan yang dimiliki orang bersangkutan di dalam masyarakat

dimana ia menjadi anggota partisipan. Dengan demikian,pengertian status

cenderung memperhatikan tingkat kedudukan seseorang dalam hubungannya

dengan status orang lain berdasarkan ukuran tertentu. Ukuran atau tolak ukur yang

dipakai didasarkan pada salah satu kombinasi yang mencangkup tingkat

pendapatan, pendidikan, prestise / kekuasaan. Status seseorang atau sekelompok

orang dapat diperoleh dari rata-rata skor, misalnya yang dicapai seseorang dalam

masing-masing bidang, seperti pendidikan, pendapatan tahunan keluarga, dan

pekerjaan kepala rumah tangga (bread winner). Prestise terpenting di dalam

masyarakat sering didasarkan pada pekerjaan atau jabatan seseorang, tetapi

disamping itu tingkat pendidikan seseorang sering menentukan pekerjaan atau

kedudukannya.

Maria Ulfa (2001 : 11) menyebutkan tolak ukur keadaan sosial seseorang dalam

masyarakat digolongkan ke dalam kelompok

1. Pengukuran yang bersifat objektif, dalam arti dapat dinyatakan dalam angka atau bersifat factual termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut : a. Pendidikan

b. Status jabatan atau pekerjaan yang dinyatakan dengan skor

(38)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran terhadap status sosial

ekonomi orang tua dalam penelitian ini mengacu pada tingkat pendidikan orang

tua, jenis pekerjaan orang tua, besar pendapatan orang tua, dan juga jumlah

tanggungan keluarga.

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Atikah (2002:17) mengutip pendapat Yusuf yang mengatakan bahwa

kemiskinan orang tua baik ilmu pengetahuan maupun kekayaan akan

mempengaruhi pendidikan anaknya. Hal tersebut senada dengan pendapat

Nasution dan Nurhalijah dalam Atikah (2002:17) yang mengatakan untuk

membantu dalam proses pendidikan sebaiknya orang tua harus belajar dan

mempertinggi pengetahuannya, sebab semakin banyak yang diketahui

orang tua semakin banyak pula yang dapat diberikan kepada anak-

anaknya.Sedangkan Dalyono (2005:130) berpendapat bahwa tingkat

pendidikan orang tua besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah

anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. Hal tersebut

dimungkinkan karena semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin

tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki semakin luas. Dengan demikian,

anak dari keluarga berpendidikan akan menghasilkan anak yang

berpendidikan pula (Dalyono:130)

2. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Kamus besar bahasa Indonesia jenis pekerjaan atau mata pencaharian

(39)

Sedangkan menurut FEUI dalam Dalyono (2004:200) jenis atau jabatan

pekerjaan adalah macam pekerjaan yang sedang atau pernah dilakukan

oleh orang-orang yang mencari pekerjaan dan pernah bekerja.Jenis

pekerjaan sangat penting artinya bagi orang tua, sebagai orang tua

seseorang harus memenuhi kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya,

termasuk pemenuhan kebutuhan pokok bagi anak-anaknya. Kemampuan

orang tua untuk membiayai keluarganya sangat tergantung pada jumla

pendapatan yang diterima, sedangkan yang mempengaruhi jumlah

pendapatan yang diterima adalah jenis pekerjaan.

3. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Winardi dalam Dwi Lestari (2005:18) mengatakan pendapatan adalah

semua perolehan yang diterima oleh seseorang dalam satu bulan atau satu

tahun yang dapat diukur dengan nilai ekonomis. Berdasarkan pengukuran

ini, suatu karyawan dapat digolongkan berdasarkan pendapatan golongan

tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat

pendapatan adalah gambaran yang jelas tentang posisi ekonomi keluarga

dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan

kekayaan keluarga yang menjadi tiga kelompok, yaitu : pendapatan tinggi,

sedang, dan rendah.Sedangkan menurut Adi dalam Dwi Lestari (2005:8)

pendapatan adalah jumlah keseluruhan penghasilan dari pekerjaan utama

dan sampingan. Tingkat pendapatan rumah tangga dapat diketahui

(40)

Atikah (2002:17),”tingkat pengeluaran rumah tangga seimbang dengan

tingkat pendapatan rumah tangga, semakin besar pendapatan maka

semakin besar pula pengeluaran rumah tangga”. BPS tahun 2003

menggolongkan tingkat pendapatan menjadi tiga yaitu

1. Pendapatan rendah, apabila pengeluaran kurang dari Rp.400.000,- per bulan,

2. Pendapatan sedang, apabila pengeluaran antara Rp.400.000,- ssamapi dengan Rp.800.000,- per bulan,

3. Pendapatan tinggi, apabila pengeluaran lebih dari Rp.800.000,- per bulan (Noviyanti,2004:18).

Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi tingkat pendidikan yang

dicapai anak-anaknya. Pidarta dalam Nurhayati (1997:243) menyatakan

bahwa fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang

proses pendidikan. Pidarta juga menjelaskan bahwa aspirasi orang tua

yang sudah memadai acap kali terhambat dengan kemiskinan, sehingga

mereka tidak dapat membiayai anak-anak untuk belajar (Nurhayati,

1997:50). Pendapat tersebut senada dengan Gerungan (2000:181-182),

bahwa orang tua dapat mencurahkan perhatian yang mendalam kepada

pendidikan anak-anaknya apabila Ia tidak disulitkan dengan perkara

kebutuhan primer kehidupan manusia.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa untuk dapat

memberikan pendidikan secara maksimal kepada anak-anaknya; orang tua

harus memiliki pendapatan yang cukup. Karena selain biaya sekolah juga

diperlukan sarana penunjang agar proses belajar dapat berjalan lancer

(41)

4. Jumlah Tanggungan keluarga

Faktor lain yang mempengaruhi status sosial ekonomi orang tua adalah

jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungannya.”Selain dipengaruhi

oleh pendapatan, factor lain yang mempengaruhi keadaan ekonomi adalah

konsumsi dan pengeluaran, yaitu besarnya pendapatan, komposisi rumah

tangga dan tuntutan lingkungan” (Ritongga, dalam Dwi Lestari ;2005:23).

Komposisi rumah tangga yang dimaksudkan adalah jumlah anggota

keluarga yang menjadi tanggungan seorang kepala keluarga.Suatu keluarga

dinyatakan besar apabila mempunyai anak lebiah dari tiga orang dan

dinyatakan kecil apabila mempunyai anak kurang dari tiga

(Nurhayati,1997:12).Jumlah anggota keluarga yang besar menyebabkan

pemenuhan kebutuhan keluarga semakin besar pula, termasuk pemenuhan

pendidikan anaknya. Selain itu, waktu yang tersedia untuk memberikan

perhatian kepada anak-anaknya, dengan semakin besarnya jumlah anggota

keluarga akan semakin kurang perhatian yang diberikan.Kesempatan untuk

memberikan pendidikan yang lebih semakin terbuka pada keluarga yang

memiliki tanggungan yang lebih sedikit. Dengan demikian, orang tua dapat

mencurahkan perhatian secara ekonomi maupun psikis dengan lebih baik.

Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi tingkat pendidikan yang dicapai

anak-anaknya. Keadaan ekonomi yang sulit akan mengganggu proses belajar

anak. Seperti yang dijelaskan oleh Made Pidarta (1997:50) bahwa aspirasi orang

tua yang sudah memadai acapkali terhambat dengan kemiskinan, sehingga mereka

(42)

penyataan Gerungan (2000:181) orang tua dapat mencurahkan perhatian yang

lebih mendalam kepada pendidikan anak-anaknya apabila tidak disulitkan dengan

perkara kebutuhan primer kehidupan manusia.

3. Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah

Secara garis besar, persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai belajar ada

dua yaitu : pertama persiapan diri dan yang kedua adalah persiapan sarana. Sarana

atau fasilitas belajar merupakan salah satu faktor penentu prestasi belajar siswa.

Karena dengan fasilitas belajar yang memadai atau lengkap akan menjadikan

belajar menjadi lebih baik lagi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Slameto (2003:28)

yang menyatakan bahwa satu syarat keberhasilan belajar adalah bahwa “ Belajar

memerlukan sarana yang cukup”.

Fasilitas belajar adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan berupa ruang, buku

pelajaran, perpustakaan. Daryanto (1998:51). Sudjana dan Rivai 1990 (dalam

jamaluddin Idris 2005) menyebutkan pula bahwa fasilitas belajar siswa

merupakan komponen dari program kegiatan belajar mengajar. Fasilitas belajar

adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar

mengajar, baik secara sebagian maupun keseluruhan. Fasilitas belajar dapat

berupa buku pelajaran atau sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan

visual, audio atau perangkat lainnya yang dapat membantu kegiatan belajar

mengajar.

Fasilitas belajar yang harus dipenuhi oleh siswa ada beberapa macam jenisnya,

(43)

Fasilitas atau sarana yang harus dipenuhi oleh siswa agar belajar menjadi lebih baik lagi adalah

1. Ruang belajar, persyaratan yang harus dipenuhi untuk ruang belajar adalah a. Bebas dari gangguan

b. Sirkulasi dan suhu udara yang baik c. Penerangan yang baik

2. Perlengkapan yang cukup baik

Untuk dapat belajar dengan baik paling sedikit kita membutuhkan sebuah meja tulis (atau yang berfungsi sebagai meja tulis), kursi, rak buku dan alat-alat tulis.

Menurut Surya (2004:91),”Peralatan atau perlengkapan belajar siswa yang harus

disediakan adalah seperti buku tulis, pulpen, tinta, pensil, penggaris, penghapus,

busur, perekat, kertas, jangka, pensil warna dan lain-lain”. Fasilitas belajar

merupakan sistem,karena di dalamnya terdapat sejumlah komponen yang saling

bertautan dan berpengaruh dalam proses menuju tercapainya tujuan. Pendidikan

perlu memperhatikan beberapa hal dalam rangka pemanfaatan fasilitas belajar

tersebut ialah berpedoman pada tujuan instruksional disesuaikan dengan materi

pelajaran yang disajikan, disesuaikan dengan waktu dan keluasan materi yang

disampaikan, bentuk evaluasi pengajaran yang digunakan perlu disesuaikan

dengan fasilitas belajar yang dimanfaatkan.Jamaluddin Idris (2005:81).

Suryosubroto (1997:292) menyebutkan bahwa proses belajar akan berjalan

dengan lancar jika ditunjang dengan sarana yang memadai, baik jumlah, keadaan

maupun kelengkapannya. Suryosubroto juga mendefinisikan sarana belajar atau

fasilitas belajar adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar

mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak demi pencapaian

tujuan. Widodo Supriyono (dalam Siti Muamanah,2002:11) menyebutkan ada

(44)

1. Memiliki kondisi fisik yang sehat.

2. Memiliki jadwal belajar di rumah, yang disusun dengan baik dan teratur. 3. Memiliki dispiln terhadap diri sendiri, patuh dan taat terhadap rencana

belajar yang telah dijadwalkan.

4. Memiliki kamar/tempat untuk belajar yang sesuai dengan selera sendiri dan mendorong kegiatan belajar.

5. Menyiapkan perabot sekolah yang baik sebelum belajar.

6. Menerangi kamar/tempat belajar agar tidak mengganggu kesehatan mata. 7. Harus bisa memusatkan perhatian dan berkonsentrasi dalam belajar. 8. Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar.

Berdasarkan pendapat diatas menyebutkan bahwa dalam pembelajaran dibutuhkan

beberapa hal termasuk fasilitas belajar, seperti kamar belajar, perabot sekolah,

penerangan ruang belajar, termasuk hal-hal lainnya.

Roestiyah (1996:166) mengungkapkan bahwa belajar memerlukan fasilitas belajar

yang cukup, sehingga anak dapat belajar dengan tenang. Dalam hal ini fasilitas

atau sarana belajar dapat berupa alat bantu pelajaran yang dimiliki meliputi

prasarana belajar, sumber belajar dan alat-alat belajar. Contoh alat belajar adalah

buku baik itu buku pelajaran atau buku penunjang lainnya.Seseorang anak agar

dapat belajar efektif membutuhkan fasilitas belajar yang cukup baik itu

penerangan, ruang belajar maupun literature. Karena hal tersebut akan

mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Thabrany (dalam Siti Muamanah, 2002:13)

bahwa dalam belajar, sarana belajar yang perlu dipersiapan antara lain

1. Ruang Belajar

Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang. Hendaknya seorang siswa memilih ruang belajar yang mempunyai persyaratan fisik sebagai berikut

a. Bebas dari gangguan

(45)

b. Sirkulasi dan suhu udara yang baik

Udara sangat penting untuk menjaga stamina. Ruang belajar yang pengap dan panas karena sirkulasi udara yang kurang baik akan membuat kita cepat lelah. Suhu udara haruslah enak, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

c. Penerangan yang baik

Cahaya yang kurang baik akan membuat mata kita cepat lelah. Penerangan yang ideal adalah penerangan yang tidak langsung atau merata diseluruh ruangan.

2. Perlengkapan yang cukup

Untuk dapat belajar dengan baik paling sedikit dibutuhkan meja belajar (atau alat yang berfungsi sebagai meja belajar) dan kursi belajar. Yang terpenting adalah tinggi meja dan kursi belajar harus sesuai dengan postur tubuh. Rak buku harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Begitu juga dengan alat-alat tulis atau alat-alat lainnya yang dibutuhkan, hendaknya disediakan didekat meja belajar atau tempat yang mudah dilihat. Mengenai alat-alat dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan sangat tergantung dari bidang apa yang dipelajari. Paling tidak antara lain pensil, pena, tinta, penghapus, penggaris, pensil warna, jangka,busur, gunting, lem, kamus.

Pentingnya fasilitas belajar yang harus dimiliki oleh siswa juga diperjelas oleh

beberapa pakar pendidikan adalah sebagai berikut Surya (2004:91) menyatakan

bahwa ,”Untuk mendukung proses belajar anda di samping sumber-sumber belajar

yang harus anda sediakan dengan lengkap dan baik tentunya adalah perlengkapan

belajar”. Selanjutnya, Gie (1984), dikutip dari Wusono (2004:12) mengatakan

bahwa ,”Belajar tidak dapat dilakukan tanpa adanya sarana belajar yang cukup,

semakin lengkap sarana belajar semakin dapat seorang siswa belajar dengan tidak

terganggu”.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, sudah cukup jelas bahwa fasilitas belajar di

rumah ikut menentukan hasil belajar siswa, karena fasilitas belajar mempunyai

fungsi sebagai pendukung proses belajar dan juga sebagai salah satu sarana

(46)

kurang lengkap akan dapat membawa akibat yang negatif misalnya murid tidak

bisa belajar dengan baik sehingga prestasi belajarnya bisa menjadi rendah.

4 . Hubungan Status Sosial Orang Tua Dengan Hasil Belajar

Keluarga dengan penghasilan tinggi, dimungkinkan dapat memenuhi material

yang mendukung fasilitas belajar anaknya. Selanjutnya orang tua yang

berpendidikan akan mengarahkan penggunaan fasilitas belajar dalam upaya

meningkatkan kemampuan belajar anak. Selanjutnya keadaan sosial ekonomi

orang tua di pandang berhubungan erat dengan prestasi belajar. Berdasarkan

penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kelas sosial

ekonomi orang tua dan hasil belajar anak. Anak-anak dari kelas sosial ekonomi

tinggi mendapat prestasi belajar yang baik, sedangkan anak-anak dari kelas sosial

ekonomi rendah hasil belajarnya mengecewakan. Jamaliddin Idris (2005:78).

Slameto (2003:63) menyebutkan keadaan ekonomi keluarga erat kaitannya

dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan

pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga

membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat

tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar akan terpenuhi jika

keluarga mempunyai cukup uang.

Berdasarkan makalah “ Sumber Daya Pendidikan” Bambang Indriyanto (2001:3)

paling tidak terdapat argumentasi bagaimana status sosial ekonomi orang tua

dengan status sosial ekonomi tinggi dan pendapaan tinggi akan memberikan nilai

(47)

tingkat pendidikan tinggi, akan selalu memberikan kesempatan belajar,

mengarahkan, memotivasi, dan membimbing anaknya. Orang tua yang demikian

mengharapkan anaknya memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Orang tua yang

hanya mempunyai tingkat pendidikan rendah, tidak tertutup kemungkinan juga

akan memperhatikan pendidikan anaknya di sekolah. Tetapi karena kerterbatasan

pengetahuan dan keterbatasan dana, anak hanya memperoleh bimbingan dan

dukungan fasilitas belajar secukupnya.

Penelitian yang dilakukan Vebrito (dalam Jamaluddin 2005:78) tentang anak-anak

putus sekolah yang hanya dilaporkan UNESCO antara lain menyimpulkan bahwa

anak putus sekolah lebih banyak terjadi pada sekolah-sekolah di desa daripada di

kota. Faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah kemiskinan atau

ketidakmampuan orang tua untuk membiayai anak-anaknya. Gambaran ini

menunjukan bahwa sebagian besar anak putus sekolah terjadi di daerah pedesaan

karena kemiskinan.

Kemungkinan penyebab prestasi belajar rendah akibat status sosial ekonomi

rendah juga dikemukakan Garcia (dalam Woolfolk, 1996) mengatakan bahwa

siswa dengan status sosial ekonomi orang tua rendah kurang akrab dengan buku

atau kegiatan sekolah atau penampilan mereka kurang simpatik. Siswa lain dan

guru mungkin akan meremehkan prestasi belajar mereka, sehingga dapat

membuat siswa itu tidak percaya diri. Hal ini yang menyebabkan prestasi belajar

rendah adalah kemungkinan siswa ini telah mengalami prestasi yang kurang baik.

Akibatnya, dirinya percaya bahwa belajar keras adalah sia-sia. Disamping itu

(48)

sekolahnya hingga tamat adalah siswa yang status sosial ekonominya rendah.

Tingkat kemampuan ekonomi erat kaitannya dengan pemenuhan fasilitas belajar,

yang akhirnya dapat menunjang kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dimungkinkan

karena faktor-faktor eksternal seperti tersedianya fasilitas belajar dapat

menentukan pilihan cara penyampaian dan penentu dalam pemilihan kegiatan

belajar mengajar. Tingkat prestasi siswa dapat menghambat manakala tingkat

sosial ekonominya rendah.

5. Hubungan Fasilitas Belajar Dengan Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses informasi, transformasi dan

evaluasi. Jikalau murid tidak dapat memahami apa yang dikatakan atau

disampaikan oleh guru maka besar kemungkinan murid tidak dapat menguasai

mata pelajaran yang diajarkan guru. Sebaliknya guru tidak sanggup menyatakan

buah pikirannya dengan jelas sehingga ia dipahami oleh siswa, juga tidak dapat

mencapai penguasaan penuh oleh siswa atas bahan pelajaran yang

disampaikannya. Jamaluddin Idris (2005:82).

Tiap mata pelajaran kita memperoleh sejumlah informasi, ada yang menambah

pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperluas dan memperdalamnya.

Ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui

sebelumnya. Informasi itu harus dianalisis, diubah dan ditransformasikan ke

dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat dipergunakan untuk

hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru dan fasilitas belajar mutlak

diperlukan. Penyediaan fasilitas belajar bagi siswa dapat meningkatkan kualitas

(49)

sekaligus proses transformasi ke dalam bentuk pemahaman mereka yang terwujud

dalam peningkatan prestasi belajar.(Nasution,2000).

Makalah Nasution “Sumber Daya Pendidikan” Bambang Indriyanto (2001:4) memaparkan hasil-hasil dari penelitian orang lain sebagai berikut :

Morrow (1983) menemukan bahwa ketersediaan bahan bacaan yang memadai di rumah mendorong anak menjadi tertarik untuk melakukan kegiatan membaca. Disamping itu penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Anderson.et.al.(1988) ; dan Stevenson dan Lee (1990) juga menemukan bahwa ketertarikan anak pada kegiatan membaca mempunyai efek positif terhadap prestasi akademik siswa, serta menemukan bahwa tingginya prestasi akademik siswa karena mempunyai fasilitas belajar yang baik di rumah, seperti kamar belajar sendiri. Penelitian serupa yang dilakukan di Indonesia oleh Gorman dan Yu (1990) dan Jones (1987) menemukan tentang efek positif ketersediaan bahan bacaan di rumah dengan prestasi akademik siswa. Lebih lanjut Patto, et. Al (1983) dalam satu studi pada sekolah-sekolah di daerah perkotaan di Negara bagian lowa, menemukan bahwa siswa-siswi yang pandai cenderung senang membaca dan memerlukan tempat-tempat yang tenang di rumah.

Oleh karena proses belajar juga berlangsung di rumah, ketersediaan bahan bacaan

dan fasilitas belajar menjadi penting artinya bagi upaya peningkatan prestasi

akademik siswa. Bantuan orang tua terhadap anak dalam kegiatan belajar anak

akan lebih terbantu jika fasilitas belajar dan bahan bacaan memadai. Ketersediaan

bahan bacaan di rumah juga merupakan faktor penting bagi prestasi akademik

anak.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Studi atau hasil penelitian sebelumnya berkaitan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut

1. Resthu Dwi Astuti Pramudhita dengan judul “Hubungan Antara Status

Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan

Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Semester 1 Di SMA Negeri

Gambar

Tabel 1: Hasil Belajar IPS Terpadu Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011
Tabel 3 : Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri
Tabel 5 : Jumlah Tanggungan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil Di
Gambar 1 : Gambar Model  Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) dan Ketersediaaan Fasilitas Belajar di Rumah (X2) dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil (Y)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: (1) ” Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV

tenaga kesehatan umumnya bahwa terapi latihan dan terapi manipulasi secara dini dan intensif sangat efektif untuk meningkatkan lingkup gerak sendi bahu pada pasien frozen

Langkah pertama dalam perhitungan umur bantalan adalah dengan mencari besar beban baik radial maupun aksial yang bekerja pada bantalan (biasanya diketahui dari analisis

termasuk dalam hal melindungi lingkungan dan sumberdaya alam di Indonesia.Namun ternyata lembaga-lembaga tersebut seringkali harus menghadapi tantangan berat dalam menyesuaikan

Menurut Kuncoro (2001), uji statistik F adalah uji yang menunjukkan apakah semua variabel bebas yang terdapat dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

siswa yang dimulai dari administrator yang melakukan login untuk masuk Gambar 4.5 System Flow Proses Persetujuan Perijinan Siswa.. ke dalam sistem kemudian administrator

Program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Yogyakarta yang dilaksanakan pada semester khusus tahun 2015 merupakan program yang bertujuan memberikan

John sebagai Account Officer yang memang sudah mengetahui data-data fiktif tersebut tidak melakukan pengecekan lapangan sehingga kredit yang diajukan bisa dengan mudah di