PERILAKU PERAKARAN BEBERAPA JENIS POHON
HUTAN YANG DOMINAN DI HUTAN LINDUNG LAE
PONDOM
SKRIPSI
OLEH
HISAR MANALU / 101201006 BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Sistem dan Perilaku Perakaran Beberapa Jenis Pohon Kehutanan Di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi
Nama : Hisar Manalu
NIM : 101201006
Program Studi : Budidaya Hutan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
( Dr. Budi Utomo, SP., MP ) ( Afifuddin Dalimunte, SP., MP ) NIP. 19700820 200312 1 002 NIP. 19731105 200212 1 001
Mengetahui:
Ketua Pogram Studi Kehutanan
ABSTRAK
HISAR MANALU: Perilaku beberapa jenis pohon hutan yang dominan di hutan lindung lae pondom. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan AFFIFUDDIN DALIMUNTE.
Perakaran pada pohon merupakan olandasan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pohon, juga berperan dalam proses penyerapan hara dan air dari dalam tanah. Selain itu juga berfungsi dalm menjaga keseimbangan pohon dalam pertumbuhannya. Penelitian ini dapat memberi informasi tentang optimalisasi penggunaan lahan sesuai dengan perilaku dari perakaran pohon yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan april 2014 sampai dengan juni 2014 dengan mengamati data secara langsung di lapangan. Ada 10 jenis pohon yang diteliti, yaitu pinus mercussi, persea americana, erythryna subumbrans. Cinnamomum burmanni, artocarpus heterophyllyus, Nephelium lappaceum, Alstonia angustiloba, Eucalyptus mgrandis dan Archidendron pauciflorum.
ABSTRACT
HISAR Manalu: Behavior several dominant forest tree species in protected forests pondom lae. Supervised by Budi Utomo and AFFIFUDDIN DALIMUNTE.
Rooting the tree is olandasan important for the growth and development of trees, also play a role in the absorption of nutrients and water from the soil. It also serves preformance maintain balance in tree growth. This research can provide information on the optimal use of land in accordance with the behavior of the studied tree roots. This study was conducted from April 2014 to June 2014, with observed data directly in the field. There are 10 species studied, ie pine mercussi, Persea americana, erythryna subumbrans. Burmanni Cinnamomum, Artocarpus heterophyllyus, Nephelium lappaceum, Alstonia angustiloba, Eucalyptus mgrandisandArchidendronpauciflorum.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Hutaimbaru, 8 Mei 1992. Anak dari Sabar Manalu dan
Natalina Sianturi. Tahun 2004 penulis lulus dari SD Negeri 174540 Horisan,
tahun 2007 lulus dari SMP Negeri 1 Pagaran, dan Tahun 2010 Lulus dari SMA
Negeri 1 Pagaran Kabupaten Tapanauli Utara. Kemudian Juni 2010 penulis lulus
di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
melalui jalur PMP . Selanjutnya penulis memilih peminatan Budidaya Hutan.
Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) 7 Juli-16
Juli 2012 di hutan pendidikan USU Tahura, Tongkoh, Kabupaten Karo. Penulis
melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian
ini. Judul penelitian ini adalah Perilaku Perakaran Beberapa Jenis Pohon Hutan
yang Dominan di Hutan Lindung Lae Pondom.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Budi Utomo, SP., MP.
sebagai ketua komisi pembimbing dan Afifuddin Dalimunte, SP., MP. sebagai
anggota komisi pembimbing yang sudah meluangkan waktunya untuk
membimbing, motivasi dan memberi masukan selama penelitian.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan
DAFTAR ISI
Parameter Penelitian ... 14
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Statifikasi hutan hujan tropis ... 5
2.Beberapa jenis perakaran pohon ... 9
ABSTRAK
HISAR MANALU: Perilaku beberapa jenis pohon hutan yang dominan di hutan lindung lae pondom. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan AFFIFUDDIN DALIMUNTE.
Perakaran pada pohon merupakan olandasan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pohon, juga berperan dalam proses penyerapan hara dan air dari dalam tanah. Selain itu juga berfungsi dalm menjaga keseimbangan pohon dalam pertumbuhannya. Penelitian ini dapat memberi informasi tentang optimalisasi penggunaan lahan sesuai dengan perilaku dari perakaran pohon yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan april 2014 sampai dengan juni 2014 dengan mengamati data secara langsung di lapangan. Ada 10 jenis pohon yang diteliti, yaitu pinus mercussi, persea americana, erythryna subumbrans. Cinnamomum burmanni, artocarpus heterophyllyus, Nephelium lappaceum, Alstonia angustiloba, Eucalyptus mgrandis dan Archidendron pauciflorum.
ABSTRACT
HISAR Manalu: Behavior several dominant forest tree species in protected forests pondom lae. Supervised by Budi Utomo and AFFIFUDDIN DALIMUNTE.
Rooting the tree is olandasan important for the growth and development of trees, also play a role in the absorption of nutrients and water from the soil. It also serves preformance maintain balance in tree growth. This research can provide information on the optimal use of land in accordance with the behavior of the studied tree roots. This study was conducted from April 2014 to June 2014, with observed data directly in the field. There are 10 species studied, ie pine mercussi, Persea americana, erythryna subumbrans. Burmanni Cinnamomum, Artocarpus heterophyllyus, Nephelium lappaceum, Alstonia angustiloba, Eucalyptus mgrandisandArchidendronpauciflorum.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perakaran pada pohon merupakan landasan yang sangat penting pada
pertumbuhan dan perkembangan pohon. Tidak hanyamemberikan penguat
mekanis untuk memelihara struktur lurus ke atas suatu pohon, tetapi juga esensial
untuk penyerapan air dan mineral. Kenyataannya, kesehatan dan vigor sistem
perakaran sangat mendasari kesehatan dan vigor pohon secara keseluruhan,
sehingga idealnya, perlakuan silvikultur seyogyanya didasarkan pada karekteristik
akar dan tajuk secara seimbang. Sistem perakaran hanya relatif sedikit diketahui
karena kesulitan yang tak dapat dihindari dalam mempelajari akar tanpa pada saat
yang sama mengubah kondisi pertumbuhannya. Karakteristik perakaran pohon
bervariasi besar di antar jenis, individu dalam jenis yang sama, dan bahkan di
antara akar yang berbeda dalam satu individu pohon. Penyebaran lateral sistem
perakaran biasanya 2 sampai 5 kali radius tajuk, menjadi lebih besar pada tempat
tumbuh yang jelek dan pada kondisi yang lebih kering. Perkembangan lateral
sistem perakaran pohon yang ekstensif berarti bahwa umumnya konsentrasi
tertinggi akar-akar halus penyerap makanan ada pada jarak tertentu dari batang.
Kenyataan ini mempunyai hubungan yang jelas dengan penempatan pupuk
(Daniel dkk, 1987).
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tanaman dan biasanya
berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di
luar tanah. Akar pertama pada tanaman berbiji berkembang dari meristem apeks
di ujung akar embrio dalam biji yang berkecambah. Akar embrio juga dinamakan
menjadi akar primer dengan cabang yang berukuran lebih kecil. Sistem akar yang
seperti itu disebut akar tunggang. Pada monokotil, akar primer tidak lama
bertahan dalam kehidupan tanaman dan segera mengering. Dari dekat pangkalnya
atau di dekatnya akan muncul akar baru yang disebut akar tambahan atau akar
adventif. Keseluruhan akar adventif seperti itu dinamakan susunan akar serabut.
Sistem akar tunggang umumnya dapat menembus tanah lebih dalam dibandingkan
dengan akar serabut, namun akar serabut melekat lebih baik pada lapisan atas
tanah. Dalam sistem akar tunggang, akar primer dan cabangnya yang besar akan
mengalami penebalan sekunder, namun akar cabang kecil, yang berguna dalam
penyerapan, tetap dalam keadaan primer dan sering tak lama hidupnya (Hidayat,
1995).
Sistem perakaran yang baik memungkinkan tanaman mendapatkan
sumberdaya yang diperlukan untuk fotosintesis (air dan nutrisi) dalam jumlah
yang cukup. Dennis dan Turpin (1990) menyatakan bahwa bahan kering hasil
fotosintesis merupakan sumber energi bagi pembelahan dan pembesaran sel yang
mengakibatkan pertambahan tinggi tanaman. Pengetahuan tentang karakteristik
perakaranseperti dipengaruhi oleh manajemen dan kondisi tempat tumbuhadalah
sangat penting untuk optimalisasi penggunaan lahan (Schroth, 1995).
Dalam suatu ekosistem hutan, pohon merupakan vegetasi yang tidak bisa
dipisahkan dari wilayah tersebut, pohon merupakan penyerap karbon terbanyak
dan menjadi vegetasi yang sangat berperan dalam menjaga ekosistem, menjaga
kesuburan tanah, mencegah erosi, banjir serta menyumbangkan oksigen terbesar.
Oleh karena itu, maka pohon perlu dijaga, dirawat dan dilestarikan. Untuk
salah satu bagian dari pohon yang perlu diperhatikan, termasuk sistem, maupun
perilaku perakaran pohon tersebut. Karena sistem dan bagaimana perilaku akar
pada suatu pohon sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiperilaku perakaran beberapa
jenispohon hutan yang dominan di Hutan Lindung Lae Pondom.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang perilaku
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan
Hutan adalah suatu wilayah yang ditumbuhi pepohonan, juga termasuk
tanaman kecil lainnya seperti, lumut, semak belukar, herba dan paku-pakuan.
Pohon merupakan bagian yang dominan diantara tumbuh-tumbuhan yang hidup di
hutan. Berbeda letak dan kondisi suatu hutan, berbeda pula jenis dan komposisi
pohon yang terdapat pada hutan tersebut. Sebagai contoh adalah hutan di daerah
tropis memiliki jenis dan komposisi pohon yang berbeda dibandingkan dengan
hutan pada daerah temprate (Rahman, 1992).
Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh
pohon-pohon yang menempati tempat dimana terdapat hubungan timbal balik
antara tumbuhan tersebut dengan lingkungannya. Pepohonan yang tinggi sebagai
komponen dasar dari hutan memegang peranan penting dalam menjaga kesuburan
tanah dengan menghasilkan serasah sebagai sumber unsur hara penting bagi
vegetasi (Ewusie,1990). Menurut Bachelard et al. (1985), pohon berperan dalam
perlindungan tanah dan daur hidrologi (cadangan air tanah), pencegah erosi dan
banjir, peredam polusi, menjaga keseimbangan iklim global dan sebagai sumber
plasma nutfah.
Struktur dan Komposisi Hutan
Struktur merupakan lapisan vertikal dari suatu komunitas hutan. Dalam
komunitas selalu terjadi kehidupan bersama saling menguntungkan sehingga
dikenal adanya lapisan-lapisan bentuk kehidupan (Syahbudin, 1987). Selanjutnya
Indriyanto (2005), menguraikan stratifikasi hutan hujan tropis menjadi lima
stratum yaitu :
1. Stratum A (A-storey), yaitu lapisan tajuk (kanopi) hutan paling atas yang
dibentuk oleh pepohonan yang tingginya lebih dari 30 m.
2. Stratum B (B-storey), yaitu lapisan tajuk kedua dari atas yang dibentuk
oleh pepohonan yang tingginya 20-30 m.
3. Stratum C (C-storey), yaitu lapisan tajuk ketiga dari atas yang dibentuk
oleh pepohonan yang tingginya 4-20 m.
4. Stratum D (D-storey), yaitu lapisan tajuk keempat dari atas yang dibentuk
oleh spesies tumbuhan semak dan perdu yang tingginya 1-4 m.
5. Stratum E (E-storey), yaitu lapisan tajuk paling bawah (lapisan kelima dari
atas) yang dibentuk oleh spesies-spesies tumbuhan penutup tanah (ground
cover) yang tingginya 0-1 m.
Pohon
Pohon-pohon menjadi organisme dominan di hutan tropis, bentuk
kehidupan pohon berpengaruh pada physiognomi umum, produksi dasar dan
lingkaran keseluruhan dari komunitas. Banyak ciri-ciri pohon tropis berbeda
dengan daerah lain mengingat terdapat ciri-ciri tertentu dan kebiasaan bercabang
buah-buahan dan sistem akar yang jarang dan tidak pernah dijumpai di bagian
bumi lain (Longman & Jenik, 1987).
Menurut Sutarno & Soedarsono (1997), pohon hutan merupakan
tumbuhan yang berperawakan pohon, batangnya tunggal berkayu, tegak biasanya
beberapa meter dari tanah tidak bercabang, mempunyai tajuk dengan percabangan
dan daun yang berbentuk seperi kelapa. Menurut Whitmore (1986) dalam Tamin
(1991), pohon tumbuh serta alami di hutan dalam bentukyang dominan dalam
hutan hujan, bahkan tumbuhan bawah sebagian besarnya terdiri daripada
tumbuhan berkayu yang mempunyai bentuk pohon.
Akar
Dalam pertumbuhannya akar merupakan bagian terpenting dari pohon
untuk dapat mempertahankan hidupnya. Akar memiliki tugas untuk memperkuat
berdirinya tumbuhan, menyerap air dan unsur-unsur hara yang terlarut di
dalamnya dari dalam tanah, serta terkadang sebagai tempat untuk menimbun
makanan. Saat biji berkecambah, akar lembaga atau calon akar memperlihatkan
sistem perakaran yang berbeda antara tumbuhan dikotil dan monokotil. Akar pada
tumbuhan dikotil merupakan akar tunggang. Sedangkan akar pada tumbuhan
tumbuhan monokotil, akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya akan mati,
kemudian terbentuk sejumlah akar yang berukuran kurang lebih sama besarnya
dan semuanya keluar dari pangkal batang (Aryulina dkk, 2006).
Akar pada pohon merupakan bagian pohon yang biasanya terdapat di
dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air
(hidrotrop). Badan akar tidak memiliki buku (node) dan ruas (internode) sehingga
tidak mendukung daun atau bagian yang lain. Warna akar tidak hijau, melainkan
dengan pola warna keputihan sampai kekuningan. Pertumbuhan ujung akar lebih
lambat dibandingkan bagian batang . ujung akar berbentuk runcing sehingga
mudah menembus tanah secara mekanik maupun kimiawi. Akar tumbuhan
berfungsi untuk memperkuat berdirinya tubuh tumbuhan, menyerap air dan unsur
hara tumbuhan dari dalam tanah, mengangkut air dan unsur hara ke bagian
tumbuhan yang memerlukan, dan kadang kala sebagai tempat pertumbuhan zat
makanan cadangan (Nugroho dkk, 2006).
Akar merupakan pintu masuk bagi hara dan air dari tanah, yang sangat
penting untuk proses fisiologi pohon. Dengan demikian apabila fungsi akar
terganggu maka pertumbuhan bagian pucuk akan terganggu pula.Untuk dapat
diserap oleh tanaman, molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar.
Dari permukaan akar ini air (bersama bahan-bahan terlarut) diangkut menuju
pembuluh xylem. Lintasan pergerakan air dari permukaan akar menuju pembuluh
xylem ini disebut lintasan radial pergerakan air. Xylem dan floem dikelilingi oleh
satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut perisikel. Jaringan vaskular dan
perisikel membentuk suatu tabung yang disebut stele. Ujung akar akan terus
antara akar dan tanah. Juga memperluas wilayah penjelajahan akar di dalam tanah.
Pada bagian ujung akar terdapat tudung akar yang berfungsi melindungi sel-sel
meristematik pada bagian ujung akar tersebut (Lakitan, 1991).
Secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
1. Akar serabut. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuha
Walaupun kadang-kadang, tumbuha
catatan, tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara
at
tumbuhan.
2. Akar tunggang. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuha
utamanya adalah untuk menyimpan makanan.
Akar lateral dan akar adventiv merupakan bentuk perakaran yang terdapat
pada pohon di hutan dataran. Akar lateral berukuran lebih kecil dari akar pokok
dan merupakan cabang-cabang dari akar pokok, tumbuh kesamping dan radius
pertumbuhannya semakin membesar pada tempat tumbuh yang jelek dan kering.
Akar adventiv merupakan akar yang tidak tumbuh pada tempatnya, akar
ini terdapat pada tumbuhan dikotil dan monokotil, Akar adventif di sebut juga
akar modifikasi. Akar adventif dapat muncul dari batang, daun, ataupun keluar
dari akar primer. Karena tidak tumbuh pada tempatnya, akar ini memungkinkan
A B
C D
Gambar 1: Beberapa jenis perakaran pohon ; Akar banir (A), Akar lateral (B),
Akar tunggang (C), Akar serabut (D)
Fungsi akar bagi tumbuhan:
1. Untuk menyokong dan memperkokoh berdirinya
hidupnya
2. Untuk menyerap air dan garam-garam mineral (zat-zat hara) dari dalam
tanah
3. Mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke
tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan
4. Pada beberapa macam tumbuhan ada yang berfungsi sebagai alat
respirasi, misalnya tumbuhan bakau
5. Pada beberapa jenis tumbuhan, ada yang berguna sebagai tempat
Misalnya wortel yang memiliki akar tunggang yang membesar, berfungsi
sebagai tempat menyimpan makanan.
(Andani dan Purbayanti, 1991).
Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya.
Adanya pemadatan tanah, misalnya yang ditimbulkan oleh kegiatan eksploitasi,
akan merubah struktur tanah dan pori-pori tanah, sehingga kandungan air
tanahpun ikut berubah. Karena tanah merupakan tempat berkembangnya akar
pohon serta interaksi hara dengan pohon, maka pemadatan tanah dan kandungan
air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan akar pohon. Pada tingkat berapa
kepadatan tanah dan kandungan air tanah tersebut bisa mengganggu pertumbuhan
akar.Sistem pembuluh pada akar berkembang secara terpisah dari organ lateral
dan prokambium berkembang secara akropetal sebagai kelanjutan tak terputus
jaringan pembuluh pada bagian-bagian akar yang lebih matang. Diferensiasi dan
pematangan xilem dan floem juga secara akropetal dan mengikuti proses pada
prokambium. Pada umumnya diferensiasi jaringan akar dibelakang promaristem
apikal dapat dirangkum sebagai berikut : pembelahan periklinal dalam korteks
berhenti dekat tingkatan dengan unsur tipis menjadi matang; diluar daerah ini akar
mengalami pemanjangan cepat, dan pematangan protoxilem biasanya hanya
berlangsung pada saat proses pemanjangan hampir selesai; jalur caspari
berkembang dalam sel-sel endodermis sebelum pematangan unsur-unsur
protoxilem dan pada umumnya juga sebelum timbulnya rambut-rambut akar
(Bardgett, 1989).
Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi
sifat fisik, kimia maupun sifat biologinya. Dalam istilah tanah, lapisan tersebut
dikenal dengan nama horison. Penampakan vertikal dari tanah yang terdiri atas
horison disebut profil tanah. Cepat atau lambatnya pembentukan
horison-horison tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu: bahan induk,
iklim, biota, topografi dan waktu. Proses pembentukan lapisan tanah mempengaruhi
sistem perakaran pohon.
Akar terdiri dari beberapa bagian, yaitu leher atau pangkal akar yang
merupakan bagian akar yang bersambung dengan pangkal batang, ujung akar yang
merupakan bagian akar termuda yang terdiri dari jaringan-jaringan yang masih
dapat mengadakan pertumbuhan (jaringan meristem), Batang akar yang
merupakan bagian akar yang terdapat di antara leher akar dan ujung akar,
Cabang akar yang merupakan bagian yang tidak langsung bersambungan dengan
pangkal batang tetapi keluar dari akar pokok, Serabut akar yang merupakan
cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut, Rambut-rambut atau
bulu-bulu akar yang merupakan penonjolan sel-sel kulit luar (epidermis) yang
sesungguhnya dan tudung akar (kaliptra) yang merupakan bagian akar yang
terletak paling ujung sebagai pelindung ujung akar yang muda (Aryulina dkk.,
2006).
Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Lindung Lae Pondom Kabupaten
Dairi, dengan luas hutan sekitar 21.131 Ha. Hutan lindung Lae Pondom terletak
pada ketinggian 700- 1250 mdpl dengan suhu rata-rata tahunan 19,60C dan
kelembaban pada ksaran 85% - 89% dan dengan rata-rata kelembaban 87%.
Hutan lindung lae pondom terletak di bagian hulu danau toba sehingga hutan ini
menyumbangkan air ke Danau Toba tepatnya di desa Silalahi. Oleh karena itu
Gambar : Peta Lokasi Penelitian
A B C
Gambar 7: Batang (A), Perakaran (B), Akar menembus akar pohon di sekitarnya (C)
8. Persea americana
A B C
Gambar 8: Batang (A), Perakaran (B), Akar membelok ke atas ketika menjumpai tanah keras berupa batu (C)
9. Cinnamomum burmannii
A B C
Gambar 9 : Batang (A), Perakaran pohon (B), Akar lebih banyak terdapat di permukaan tanah (C)
A B C
Gambar 13: Batang (A), Perakaran pohon (B), Pohon memiliki akar banir (C)
Pembahasan
Keadaan fisik tanah yang terdapat pada lokasi penelitian merupakan tanah
yang subur dan keberadaan bebatuan yang relatif sedikit, tingkat kekeringan yang
rendah dan kelembaban yang tinggi. Tanah yang merupakan tempat tumbuh
pohon yang diteliti adalah sama dan tidak memperlihatkan perbedaan yang
signifikan antara individu yang satu dengan yang lain. Sifat fisik tanah
mempengaruhi pertumbuhan perakaran pohon dalam pertumbuhannya. Pada
lokasi penelitian yang dilakukan tidak terdapat pemadatan tanah, hal ini karena
lokasi penelitian merupakan wilayah hutan dan tidak ada aktivitas yang
menyebabkan terjadinya pemadatan tanah, sehingga dalam pertumbuhannya
perakaran pohon tidak terganggu dan dapat menjalankan fungsinya secara normal
terutama dalam hal penyerapan air dan unsur hara. Hal in sesuai dengan
pernyataan (Bardget, 1989), pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan
sifat fisik tanahnya, adanya pemadatan tanah, misalnya yang ditimbulkan oleh
eksploitasi akan merubah struktur tanah dan pori-pori tanah. Bagian-bagian akar
pohon yang diteliti tumbuh dan berkembang dengan baik, seperti akar primer,
akar sekunder dan tersier.
Jika keadaan tanah sebagai tempat tumbuh subur atau gembur, maka
perakaran pohon memiliki radius pertumbuhan yang lebih kecil. Hal tersebut
terjadi karena perakaran tidak perlu mencari unsur hara lebih jauh dari batang
pohonnya, melainkan unsur hara yang dibutuhkan oleh pohon tersedia tidak jauh
penyebaran lateral sistem perakaran biasanya 2 sampai 5 kali radius tajuk,
menjadi lebih besar pada tempat tumbuh yang jelek dan pada kondisi yang lebih
kering. Perilaku perakaran yang seperti ini dijumpai pada hampir setiap perakaran
10 jenis pohon yang diteliti. Pada saat melakukan penggalian pada perakaran
pohon Alpukat (Persea americana) terdapat tanah yang mengalami pemadatan,
yang menyebabkan tanah tersebut mengeras dan menggumpal menyerupai batu,
sehingga akar pohon membelok ke bagian atas permukaan untuk menghindari
gumpalan tanah yang sudah mengeras karena mengalami pemadatan.
Tumbuhan atau pohon yang tumbuh di sekitar pohon juga mempengaruhi
perilaku perakaran pohon dalam menjalankan fungsinya, perakaran pohon yang
diteliti dengan perakaran pohon lain di sekitarnya sering ditemui mengalami
perjumpaan di dalam permukaan tanah. Beberapa di antara 10 jenis pohon yang
diteliti ditemui keberadaan perakaran yang merusak perakaran pohon lain ketika
di sekitarnya, seperti akar kayu manis (Cinnamomum burmanni) dan Rambutan
(Nephelium lappaceum). Tetapi Akar Pohon Dadap (Erythrina subumbrans)
bersilangan dengan akar pohon Nangka(Artocarpus heterophyllus) yang tumbuh
secara berdekatan, akar pohon Dadap (Erythrina subumbrans) yang menembus
perakaran tanaman kopi, akar pohon Eukaliptus (eucalyptus mercussi) yang
bersilangan dengan salah satu tanaman lokal di sekitarnya. Pada beberepa jenis
pohon tersebut tidak terdapat perilaku yang menunjukkan saling mengganggu
antara perakaran yang satu dengan yang lainnya, tetapi saling memberikan ruang
tumbuh yang baik dengan memberikan celah untuk menembus lapisan tanah
Bentuk perakaran dari 10 jenis pohon yang diteliti tidak memiliki
perbedaan antara satu dengan yang lain, perbedaan terlihat dari pola percabangan,
rambut akar, bentuk perakaran yang terlihat disekitar pangkal batang pohon. Hal
ini sesuai dengan pernyataan (Daniel dkk., 1987), bahwa karakterstik perakaran
pohon bervariasi besar diantara jenis, individu dalam jenis yang sama dan bahkan
di antara akar yang berbeda dalam satu individu pohon.Beberapa jenis pohon
yang tidak memiliki percabangan di sekitar pangkal batang seperti, Pohon pinus
(Pinus mercussi),kaliptus (Eucalyptus), nangka (Artocarpus heterophyllus), dadap
(Erythrina subumbrans) danMeme (nama lokal). Sedangkan pohon yang memiliki
percabangan berdekatan dengan pangkal batang adalah pohon
rambutan(Nephelium lappaceum), Petai (Parkia speciosa), Jengkol (Archidendron
pauciflorum), Alpukat (Persea americana) dan Kayu Manis (Cinnamomum
burmanii). Perbedaan bentuk perakaran di dalam tanah dapat terlihat melalui
kelurusan atau pembengkokan perakaran. Pohon yang memiliki akar bengkok
tidak beraturan adalah rambutan(Nephelium lappaceum), pinus (Pinus
mercussi),danKayu Manis (Cinnamomum burmanii), sedangkan pohon yang
memiliki akar lurus lebih banyak adalah eukaliptus (Eucalyptus mercussi), nangka
(Artocarpus heterophyllus), dadap (Erythrina subumbrans), Meme (nama lokal),
Petai (Parkia speciosa), Jengkol (Archidendron pauciflorum), dan Alpukat
(Persea americana)
Panjang akar, Jumlah akar, diameter akar dan luas permukaan akar
semakin meningkat dengan bertambahnya umur pohon. Pada 10 jenis pohon yang
(Persea americana) yaitu 45.2 cm dan pohon yang memiliki diameter akar
terkecil adalah pohon rambutan (Nephelium lappaceum) yaitu 28.8 cm.
Perubahan warna akar tidak terjadi pada setiap akar pohon dan akar yang
mengalami perubahan warna tidak berdasarkan kedalaman tanah yang sudah
digali, tetapi perakaran pohon yang diteliti memiliki warna sesuai dengan jenis
pohon yang diteliti. Hal tersebut terbentuk secara alami tanpa ada pengaruh dari
tempat tumbuh pohon tersebut. Beberapa pohon yang diteliti ada akar yang
memiliki warna sama dengan batang, diantaranya adalah eukaliptus (Eucalyptus
mercussi) dan Dadap (Erythrina subumbrans) dan selainnya merupakan akar yang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Lapisan tanah yang terdapat pada lokasi penelitian tidak mengalami pemadatan
sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar
2. Perilaku perakaran pohon dipengaruhi oleh keadaan sifat fisik tanahnya dan
tumbuhan yang tumbuh di sekitar pohon yang diteliti
3. Bentuk perakaran memperlihatkan perbedaan di dekat pangkal batang pohon
dan kelurusan perakaran
4. Diameter akar tertinggi terdapat pada Alpukat (Persea americana) dan
terendah pada rambutan (Nephelium lappaceum)
5. Perubahan warna tidak terlihat pada akar yang diteliti sesuai dengan kedalaman
penggalian
Saran
Sebaiknya dalam melakukan penggalian dilakukan pada pohon yang tidak
produktivitas lagi untuk mencegah kematian apabila terjadi kerusakan pada akar
pohon, dan dalam melakukan penelitian sebaiknya lebih hati-hati pada saat
DAFTAR PUSTAKA
Andani, S dan Purbayanti, E.D. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Aryulina dkk. 2006. Biologi SMA dan MA. Esis. Jakarta.
Bardgett, R.D. 1989. The Biology of Soil. Oxford University Press. Inggris.
Campbell, N.A. 1987. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Daniel dkk. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Hairiah, K., Utami, S.R., Suprayogo, D., Widianto., Sitompul, S.M., Sunaryo., Lusiana. B., Mulia, R, Van Noordwijk, M., and Cadisch, G. 2000. Agroforestri pada Tanah Masam: Pengelolaan interaksi antara pohon-tanah-tanaman semusim.
ISBN. 979-95537-5-X. ICRAF-Bogor.
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit ITB. Bandung.
Lakitan, B. 1991. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Longman and jenik 1987.Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nugroho dkk. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Angkasa. Bandung.
Schroth, G.1995.Tree root characteristics as criteria for species selection and systems design in agroforestry. Agroforestry Systems 30:125-143.