• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

Oleh:

JONI KURNIAWAN SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Judul Skripsi

:

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H.

ABDUL MOELOEK

Nama Mahasiswa

:

JONI KURNIAWAN SAPUTRA

No. Pokok Mahasiswa

:

0542011158

Bagian

:

Hukum Administrasi Negara

Fakultas

: Hukum

MENYETUJUI

I. Komisi Pembimbing

Dr.Yuswanto, S.H.,M.H.

Sri Sulastuti, S.H., M.H.

NIP. 196205141987031003

NIP. 196207271987032004

II. Ketua Bagian Hukum Pidana

(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

:

Dr.Yuswanto, S.H.,M.H.

...

Sekretaris/ Anggota :

Sri Sulastuti, S.H.,M.H.

...

Penguji Utama

:

Nurmayani, S.H.,M.H.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr.Heryandi, S.H.,M.S.

NIP. 19621109 198703 1 003

(4)

RI WAY AT H I DU P

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 17 juni

1986, dari pasangan H. Husni Thamrin dan Dra. Hj. Haiyuna

sebagai anak kedua dari dua bersaudara.

Pendidikan

Taman

Kanak-kanak

(TK)

Sari

Teladan

diselesaikan tahun 1992. Sekolah Dasar Negeri 8 Sumber Rejo diselesaikan pada

tahun 1998. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 14 Bandar Lampung pada

tahun 2001. Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandar lampung pada tahun 2004.

Pada tahun 2005 penulis diterima sekaligus terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas

Hukum Extension Universitas Lampung. Penulis telah mengikuti Studi Banding

(5)

MOTTO

ASRI

Aktif, Segera, Ramah dan Inovatif

(RSUD Dr. H. Abdul Moeloek)

Memberikan pelayaan prima di segala bidang, menyelenggarakan dan

mengembangkan pusat-pusat pelayanan unggulan mengenai kesehatan

Dan siapa yang menempuh suatu jalan yang padanya dia

dapatkan ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadiran Allah SWT, saya persembahkan skripsi ini

kepada orang-orang yang kusayangi kemanapun langkahku pergi dan dimanapun

aku berada

Ayah dan Ibu Ku tercinta H. Husni Thamrin dan Dra. Hj. Haiyuna

Terima kasih yang tak terhingga untuk setiap tetes keringat dan air mata, kasih

sayang dan ketabahannya,Berkat

Didikan,Bimbingan,doa-doa,keikhlasan,kesabaran yang tak pernah Habis Dalam Membersarkanku

Sehingga AKU Bisa Menjadi Orang Yang Berhasil.

Ngah ku tersayang Fitri Agustiani dan kedua keponakan ku tercinta M. Kevin dan

Natasya Ayudia serta kakak ipar ku Pramono yang telah meberikan pengertian,

bantuan, penyemangat serta motifasi agar pakwo bisa segera menyelesaikan

skripsi ini hingga selesai.

Seluruh Keluarga besarku, Alm. Nenek, datuk, among, ajong, emak palapa serta

udo-udo dan uwo-uwo yang selalu memberikan dukungan moril sehingga aku

dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

(7)

SANWACANA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat, hidayah dan

kenikmatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul

“Pelayanan Jaminan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul

Moeloek Bandar

Lampung”, dimanapun maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai

salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun

penulis menyadarai masih terdapat kekurangan baik dari segi substansi maupun

penulisannya. Oleh karena itu, berbagai saran, dan kritik yang membangun dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi juga berkat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil sehingga

penulisan skripsi ini dapat di selesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1.

Dr. Yuswanto, S.H.,M.H., selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan saran, bimbingan dan bantuan yang sangat berarti

(8)

2.

Ibu Sri Sulastuti, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II, yang dengan sabar telah

meluangkan waktunya untuk memberikan saran, bimbingan dan bantuan yang

sangat berarti dalam penulisan skripsi ini

3.

Ibu Nurmayani, S.H.,M.H., selaku Penguji Utama yang telah meluangkan

waktunya untuk membantu, mengarahkan dan memberi masukan dalam

penulisan skripsi ini.

4.

Ibu Ati Yuniati, S.H.,M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan waktu,

masukan, dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

5.

Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

6.

Ibu Nurmayanti, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

dan Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H., selaku sekertaris bagian Hukum Administrasi

Negara terima kasih atas ketersediaannya untuk membantu, mengarahkan dan

memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7.

Bapak Heni Siswanto, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah

banyak memberi kritik dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini

agar dapat segera menyelesaikan skripsi.

8.

Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung Kiyai Apri,

kiyai Bashir, Mas Mishyo, Mas pendi, Mbak Yani, Mbak Hera yang telah

memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi

sampai

(9)

9.

Bapak Bahri,SE., selaku Kasubag Verifikasi di Rumah Sakit Abdul Moeloek

yang telah meluangkan waktu serta memberi informasi kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi.

10. Ayah dan Mamah terima kasih atas kesabarannya dalam memberikan dukungan

dan motifasinya baik secara moril, materiil, dan solusi kepada penulis selama

menyelesaikan pendidikan sampai dengan Strata Satu.

11. kakak tersayang yang tidak bosan-bosannya memarahi ku sehingga aku bisa

menyelesaikan skripsi ini, kemarahanmu adalah sebuah bukti besar bahwa beliau

sayang.

12. Keponakan ku tersayang Kevin, Tasya, yang selalu mengingatkan agar pakwo

nya cepat wisuda.

13. Untuk pacarku Rika puspa Dewi, SH yang cantik tapi bawel, Terimakasih

banyak atas semua dukungan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Keluarga pacarku khususnya om,tante,adik iin terima kasih banyak atas dorongan

dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh Teman

teman Fakultas Hukum Universitas Lampung: Retno, Ducan,

Mad, Adit, andika, Nedy, dll yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu terima

kasih atas kebersamaan kalian, bantuan dan dukungan kalian selama ini.

16. Buat Alm. Rendi Purnama Ningrat yang selalu memberi motivasi serta masukan,

sang penulis berterima kasih banyak atas semua bantuannya, semoga beliau

beristirahat dengan tenang.

17. Kantin emak yang selalu mengizinkan tempatnya untuk kompromi bersama

(10)

18. Dan teman-teman seluruh angkatan 2005 sampai 2007 terima kasih untuk selama

ini, dan untuk pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

19. Saudari Cici yang telah sangat membantu dalam proses penggandaan surat-surat

untuk menyelesaikan persyaratan ujian sampai selesai.

20. Universitas Lampung, khususnya Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT menerima dan membalas semua kebaikan yang kita perbuat,

mudah - mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi yang

membacanya.

Amin....

Bandar Lampung,

Penulis

(11)

ABSTRAK

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

Oleh

JONI KURNIAWAN SAPUTRA

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, dinyatakan bahwa

setiap orang mempunyai derajat yang sama dalam memperoleh kesehatan yang

optimal. Namun hingga saat ini pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

masyarakat belum menghasilkan bentuk pelayanan seperti yang diharapkan.

Tingkat kesehatan masyarakat yang masih rendah dan biaya kesehatan yang

semakin mahal membuat banyak keluarga miskin tidak mampu menjangkau

pelayanan kesehatan terutama di Rumah Sakit umum Daerah. Untuk memenuhi

hak rakyat atas kesehatan, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan telah

mengalokasikan dana bantuan

social sector

kesehatan yang digunakan sebagai

pembiayaan bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Jamkesda dibentuk

atas kebijakan Pemerintah untuk masyarakat yang kurang mampu agar

mendapatkan jaminan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah, namun

Pelaksanaan Jamkesda Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar

Lampung hanya peserta gakin yang masuk dalam daftar Jamkesda. Permasalahan

dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pelaksanaan Pelayanan Jaminan

Kesehatan Daerah di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar

Lampung? dan apa saja faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan Pelayanan

Jamkesda di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar Lampung?

Untuk membahas permasalahan penelitian ini, maka digunakan pendekatan

yuridis normatif yang ditunjang dengan pendekatan yuridis empiris. yang

berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan Jamkesda di Rumah Sakit Umum

Dr. H. Abdul Moeloek.

(12)
(13)

ABSTRACT

HEALTH SERVICES IN REGIONAL

GENERAL HOSPITAL DR. ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

By

JONI KURNIAWAN SAPUTRA

Under Article 4 of Law No. 23 of 1992, stated that everyone has the same degree

in obtaining optimal health. But until now the health services provided to the

community has not produced the type of services as expected. Levels are still low

public health and health care costs are increasingly expensive to make many poor

families cannot afford health care, especially in the Regional Hospital. To meet

the people's right to health, the government in this case the Ministry of Health has

allocated funding of social assistance that is used as a health sector financing for

the community, especially the poor. Jamkesda formed on the Government's policy

for the poor to get health insurance at the General Hospital, but the

implementation of the Regional General Hospital Jamkesda Abdul Moeloek

Bandar Lampung gakin only participant in the list Jamkesda. Problems in this

study is How Implementation of Health Insurance Services at the Regional

General Hospital Abdul Moeloek Bandar Lampung? and what are the limiting

factors in the implementation of Jamkesda Services at Regional General Hospital

Abdul Moeloek Bandar Lampung?

To address issues of this study, we used a normative juridical approach that is

supported by empirical juridical approach, related to service delivery Jamkesda

General Hospital Dr. H. Abdul Moeloek.

(14)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dari ancaman bahaya yang akan

menimpanya pada sewaktu-waktu tertentu, untuk itu kita hendaknya berusaha

untuk menghindari segala macam bentuk bahaya yang akan mengancam kita,

akan tetapi masih saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan

misalnya dan atau terganggunya kesehatan jasmani kita.

Bahaya terbesar yang dihadapi seseorang dalam kehidupan adalah kehilangan atau

kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit yang menimpa dirinya

dan atau keluarganya, yang dalam hal ini akan mengeluarkan biaya yang cukup

besar, sehingga diperlukan suatu anggaran biaya yang benar-benar terencana guna

mengantisipasi hal tersebut, namun bagi mereka yang tidak mampu merupakan

hal yang sangat sulit, maka pemerintah mempunyai tugas dan tanggung jawab

bagi mereka yang kurang mampu untuk menjamin kemudahan memperoleh

pelayanan kesehatan dan keringanan biaya kesehatan.

Untuk membantu hal-hal tersebut di atas pemerintah telah mengeluarkan

kebijakan dengan memberikan jamkesda bagi mereka yang kurang mampu.

Seperti tercantum dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan, bahwa Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya Kesehatan yang

(15)

2

pemerintah mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada setiap keluarganya

untuk menjamin kemudahan memperoleh pelayanan dan keringanan biaya

kesehatan.

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, dinyatakan bahwa

setiap orang mempunyai derajat yang sama dalam memperoleh kesehatan yang

optimal. Namun hingga saat ini pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

masyarakat belum menghasilkan bentuk pelayanan seperti yang diharapkan.

Tingkat kesehatan masyarakat yang masih rendah dan biaya kesehatan yang

semakin mahal membuat banyak keluarga miskin tidak mampu menjangkau

pelayanan kesehatan terutama di Rumah Sakit umum Daerah.

Pemerintah menyadari bahwa masyarakat, terutam masyarakat miskin sulit untuk

mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi tersebut semakin memburuk

karena mahalnya biaya kesehatan, akibatnya pada kelompok masyartakat tertentu

sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi hak rakyat atas

kesehatan, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan telah mengalokasikan

dana bantuan social sector kesehatan yang digunakan sebagai pembiayaan bagi

masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

Keluarga miskin disini adalah orang atau keluarga yang sama sekali tidak

mempunyai suatu sumber mata pencarian dan tidak mempunyai kemampuan

memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan atau orang-orang yang

mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok

yang layak. Setiap Rumah Sakit Pemerintah di Lampung diberi subsidi dana oleh

(16)

3

Umum Daerah tersebut secara Cuma-Cuma. Peserta Jamkesda yang ingin

memperoleh pelayanan kesehatan di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan

surat keterangan tidak mampu dari RT dan kelurahan, rujukan dari puskemas.

Apabila berkas atau persyaratan telah lengkap, petugas Rumah Sakit lansung

menangi, namun bila persyaratan belum lengkap maka petugas Rumah Sakit

memberikan jangka waktu 2x24 jam untuk melengkapi berkas-berkas yang belum

lengkap.

Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan melakukan berbagai kegiatan berupa

pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Akan tetapi pada

kenyataanya peneliti beberapa kali menemukan keluhan-keluhan masyarakat

mengenai pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Beberapa diantaranya

terdapat salah satu warga miskin yang meminta agar pihak yang berwenang

menegur kinerja pegawai di Rumah Sakit Daerah karena banyak oknum

pegawainya yang bersikap acuh kepada pasien atau keluarga pasien yang tidak

mampu.

Dalam penyelenggara program Jamkesda tersebut, perlu dilakukan peningkatan

baik dalam mutu pelayanan kesehatan serta jangkauan kepesertaannya. Jamkesda

dibentuk atas kebijakan Pemerintah untuk masyarakat yang kurang mampu agar

mendapatkan jaminan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah berdasarkan

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 bahwa setiap orang mempunyai

(17)

4

Pelaksanaan Jamkesda Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar

Lampung masih sangat jauh dari harapan yang diinginkan khususnya oleh

pengguna Jamkesda.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah Pelaksanaan Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah di RSUD?

b. Apasaja faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan Pelayanan Jamkesda di

RSUD?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah pelayanan Jamkesda di Rumah Sakit Umum

Dr. H. Abdul Moeloek dengan objek penelitian berupa pelayanan jaminan

kesehatan daerah di Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung dan faktor-faktor penghambat dalam pelayanan jaminan kesehatan

Daerah di Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Data

yang dijadikan dasar penelitian ini dikumpulkan pada rentang tahun 2010-2011

dengan lingkup lokasi penelitian di wilayah Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul

Moeloek di Bandar Lampung. Kajian selanjutnya pelayanan jamkesda ini adalah

mengenai prosedur administrasi bagi para pengguna jamkesda atau warga yang

kurang mampu untuk memperoleh pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum

(18)

5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui Pelayanan pelaksanaan Jamkesda.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pelayanan

jamkesda di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mejadi sumbangan

pemikiran yang bermanfaat untuk mengidentifikasi tentang masalah-masalah

yang timbul pada pelaksanaan pelayanan jamkesda di Rumah Sakit Umum Dr.

H. Abdul Moeloek di Bandar Lampung.

b. Kegunaan praktis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumbangan pemikiran yang bermanfaat terhadap pemda agar lebih bagi

petugas pelayanan jamkesda di lingkungan Rumah dan diharapkan dapat

(19)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Publik

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk

jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di

Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha

Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun

dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Imawan,

2005: 6).

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau

pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi

privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan

oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit swasta, PTS, perusahaan

pengangkutan milik swasta.

b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi

publik, yang dapat dibedakan lagi menjadi :

1) Bersifat primer dan, adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang

diselenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan

(20)

7

memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi,

pelayanan penjara dan pelayanan perizinan.

2) Bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik

yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya

pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa

penyelenggara pelayanan.

Efektifitas pelayanan publik adalah taraf tercapainya hasil suatu pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat. Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai,

sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang

dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya (Imawan, 2005: 8).

Substansi pelayanan publik selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan

bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan

tertentu. Pelayanan publik ini menjadi semakin penting karena senantiasa

berhubungan dengan khalayak masyarakat ramai yang memiliki keaneka ragaman

kepentingan dan tujuan. Oleh karena itu institusi pelayanan publik dapat

dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah. Jika pemerintah, maka

organisasi birokrasi pemerintahan merupakan organisasi terdepan yang

berhubungan dengan pelayanan publik. Dan jika non-pemerintah, maka dapat

berbentuk organisasi partai politik, organisasi keagamaan, lembaga swadaya

masyarakat maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan yang lain (Imawan,

(21)

8

Apapun bentuk institusi pelayanananya, maka yang terpenting adalah bagaimana

memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka memenuhi

kebutuhan dan kepentingannya. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan

pemerintahan, birokrasi sebagai ujung tombak pelaksana pelayanan publik

mencakup berbagai program-program pembangunan dan

kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah.

Birokrasi yang dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas umum

pemerintahan dan pembangunan tersebut, seringkali diartikulasikan berbeda oleh

masyarakat. Birokrasi di dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan

pembangunan (termasuk di dalamnya penyelenggaraan pelayanan publik) diberi

kesan adanya proses panjang dan berbelit-belit apabila masyarakat menyelesaikan

urusannya berkaitan dengan pelayanan aparatur pemerintahan. Akibatnya,

birokrasi selalu mendapatkan citra negatif yang tidak menguntungkan bagi

perkembangan birokrasi itu sendiri khususnya dalam hal pelayanan publik. Oleh

karena itu, guna menanggulangi kesan buruk birokrasi seperti itu, birokrasi perlu

melakukan beberapa perubahan sikap dan perilakunya antara lain (LAN,

1998: 34):

1. Birokrasi harus lebih mengutamakan sifat pendekatan tugas yang diarahkan

pada hal pengayoman dan pelayanan masyarakat; dan menghindarkan kesan

pendekatan kekuasaan dan kewenangan

2. Birokrasi perlu melakukan penyempurnaan organisasi yang bercirikan

organisasi modern, ramping, efektif dan efesien yang mampu membedakan

antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu ditangani

(22)

9

3. Birokrasi harus mampu dan mau melakukan perubahan sistem dan prosedur

kerjanya yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern yakni :

pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan kualitas,

efesiensi biaya dan ketepatan waktu.

4. Birokrasi harus memposisikan diri sebagai fasilitator pelayanan publik dari

pada sebagai agen pembaharu (change of agent ) pembangunan.

5. Birokrasi harus mampu dan mau melakukan transformasi diri dari birokrasi

yang kinerjanya kaku (rigid) menjadi organisasi birokrasi yang strukturnya lebih desentralistis, inovatif, flrksibel dan responsif.

Dari pandangan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi birokrasi

yang mampu memberikan pelayanan publik secara efektif dan efesien kepada

masyarakat, salah satunya jika strukturnya lebih terdesentralisasi daripada

tersentralisasi. Sebab, dengan struktur yang terdesentralisasi diharapkan akan

lebih mudah mengantisipasi kebutuhan dan kepentingan yang diperlukan oleh

masyarakat, sehingga dengan cepat birokrasi dapat menyediakan pelayanannya

sesuai yang diharapkan masyarakat pelanggannya. Sedangkan dalam kontek

persyaratan budaya organisasi birokrasi, perlu dipersiapkan tenaga kerja atau

aparat yang benar-benar memiliki kemampuan (capabelity), memiliki loyalitas kepentingan (competency), dan memiliki keterkaitan kepentingan (consistency

atau coherency) (Suryono, 2008: 45).

Pengukuran kinerja pelayanan publik seringkali dipertukarkan dengan pengukuran

kinerja pemerintah. Hal ini tidaklah terlalu mengherankan karena pada dasarnya

(23)

10

demikian, ukuran kinerja pemerintah dapat dilihat dari kinerjanya dalam

menyelenggarakan pelayanan publik. Demikian juga dengan organisasi swasta,

kinerja pelayanan organisasi tersebut swasta sering dilihat sebagai kinerja

pelayanan organisasi tersebut karena memang organisasi tersebut mejalankan

pelayanan. Sehingga apabila organisasi tersebut menyelenggarakan pelayanan

dengan baik, maka kinerja organisasi dapat dianggap baik. Dengan demikian

kinerja organisasi dan kinerja pelayanan sesuatu organisasi ibarat dua sisi dari

satu mata uang yang sama.

Berdasarkan review literatur diketemukan adanya beberapa indikator penyusun

kinerja. Indikator-indikator ini sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks

penelitian yang dilakukan dalam proses penemuan dan penggunaan indikator

tersebut. Beberapa diantara indikator tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. McDonald & Lawton (1977:75): output oriented measures throughput, efficiency, effectiveness.

a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam

suatu penyelenggaraan pelayanan publik.

b. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun

misi organisasi.

2. Salim & Woodward (1992: 34): economy, efficiency, effectiveness, equity.

(24)

11

b. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam

suatu penyelenggaraan pelayanan publik.

c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun

misi organisasi.

d. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.

3. Lenvinne (1990: 79): responsiveness, responsibility, accountability.

a. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.

b. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan

tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

c. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan

dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh

stake holders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam

masyarakat.

4. Zeithaml, Parasuraman & Berry (1990: 56): tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty.

(25)

12

b. Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

c. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customer dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

d. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada

customers.

e. Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh

provider kepada customer.

5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004:

Asas Pelayanan.

a. Transparansi

b. Akuntabilitas

c. Kondisional

d. Partisipatif

e. Kesamaan hak

f. Keseimbangan hak dan kewajiban.

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 63 Tahun 2004:

Prinsip Pelayanan Publik.

a. Kesederhanan

b. Kejelasan

c. Kepastian Waktu

d. Akurasi

(26)

13

f. Tanggung jawab

g. Kelengkapan sarana dan prasarana

h. Kemudahan akses

i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan

j. Kenyamanan

7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004:

Satndar pelayanan publik.

a. Prosedur Pelayanan

b. Waktu penyelesaian

c. Biaya pelayanan

d. Produk pelayanan

e. Sarana dan Prasarana

f. Kompetisi petugas pemberi pelayanan

8. Gibson, Ivancevich & Donnelly (1990: 112): Kepuasan, efisiensi, produksi,

perkembangan, keadaptasian, dan kelangsungan hidup.

a. Kepuasan, artinya seberapa jauh organisasi dapat memenuhi kebutuhan

anggotanya.

b. Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan.

c. Produksi adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan organisasi untuk

menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh lingkungan.

d. Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi

(27)

14

e. Pengembangan adalah ukuran yang mencerminkan kemampuan dan

tangungjawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya

untuk berkembang.

Sebagaimana dapat dicermati dalam review tersebut di atas, indikator-indikator

kinerja sangat bervariasi. Akan tetapi dari sekian banyak indikator tersebut,

kesemuanya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu indikator kinerja yang

berorientasi pada proses dan indikator yang berorientasi pada hasil. Adapun

pengelompokkan indikator-indikator tersebut

B. Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) di Rumah Sakit Umum Dr. H.

Abdul Moeloek.

Jaminan Kesehatan Daerah adalah program bantuan sosial untuk pelayanan

kesehatan bagi warga yang kurang mampu yang diselenggarakan secara merata di

ruang lingkup Rumah Sakit Umum Daerah, agar terjadi subsidi silang dalam

rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi warga yang

kurang mampu. Jamkesda merupakan perwujudan pemenuhan hak rakyat atas

kesehatan dan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Nasional (SJSN), dan merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam

pembangunan kesehatan di Indonesia.

1. Ketentuan Umum Jamkesda

Ketentuan Umum Jamkesda Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Jamkesda:

a) Setiap peserta Jamkesda mempunyai hak-hak mendapat pelayanan kesehatan

(28)

15

serta pelayanan kesehatan rujukan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL),

rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat.

b) Pelayanan Kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan berjenjang

berdasarkan rujukan.

c) Pelayanan obat di Rumah Sakit Daerah dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit,

Instalasi Farmasi atau Apotek Rumah Sakit bertanggung jawab

menyediakan semua obat dan bahan habis pakai untuk pelayanan

kesehatan masyarakat miskin yang diperlukan.

2) Untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan

yang dikirim lansung melalui pihak ketiga Franko Kabupaten/Kota.

d) Pelayanan kesehatan RJTL dan RITL di Rumah Sakit mencangkup: Tindakan,

Pelayan obat, Penunjang diagnostik, Pelayanan darah serta pelayanan lainnya

dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan

diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut jenis paket dan tarif pelayanan

kesehatan peserta jamkesda tahun 2008, atau sesuai penggunaannya.

e) Peserta tidak dibebankan biaya diluar kelengkapan berkas-berkas individu.

f) Pelayanan kesehatan RJTL dan RITL di Rumah Sakit Daerah mencangkup:

Tindakan, Pelayanan obat, Penunjang diagnostik, Pelayanan darah serta

pelayanan lainnya dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan

kesehatan diklaim dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut jenis

paket dan tarif pelayanan kesehatan peserta jamkesda, atau pengguna

INA-DRG, sehingga dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosa sebagai

(29)

16

2. Tata Laksana Jamkesda

Tata laksana jamkesda memiliki ketentuan umum, sebagai berikut:

a) Peserta program Jamkesda adalah setiap orang yang memiliki Kartu Tanda

Penduduk (KTP) berhak mendapatkan pelayanan kesehatan setelah mendapat

surat pernyataan dari RT dan kelurahan yang menerangkan bahwa warga

tersebut memang kurang mampu. KTP sementara tidak diperbolehkan kecuali

dalam keadaan/kondisi tidak tersedianya blangko KTP maka yang mendatangi

adalah pihak Kantor Kecamatan setempat (Sekretaris Kecamatan) sedangkan

penerbitan KTP sementara dari Kepala Desa dinyatakan tidak berlaku.

b) Pegawai negeri sipil (PNS) Anggota TNI/POLRI dan karyawan

BUMN/BUMD tidak dibenarkan ikut program Jaminan Kesehatan Daerah

(Jamkesda).

C. Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

bagi Keluarga Miskin

1. Pengertian Keluarga Miskin

Berbicara keluarga miskin amatlah komplek, karena adanya banyak faktor yang

perlu diperhatikan dan sifatnya multidimensional, yang artinya dikarenakan

kebutuhan manusia itu banyak. Maka pengertian keluarga miskin dapat dilihat

dari pengertian kemiskinan itu sendiri, yang juga meliputi banyak aspek, seperti:

a. Kemiskinan primer, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh miskinnya

sumber daya produksi, miskin organisasi sosial politik, dan miskin

(30)

17

b. Kemiskinan sekunder, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh miskinnya

jaringan sosial, sumber keuangan dan informasi.

Kategori Keluarga Miskin menurut Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1981

Kategori keluarga miskin adalah orang atau keluarga yang sama sekali tidak mempunyai suatu sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang-orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.

Dari pengertian diatas dapat ditarik gambaran bahwa keluarga miskin pada

umumnya adalah mereka yang tidak memiliki sumber mata pencaharian atau bila

ada tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup yang pokok sekalipun yang layak

bagi kemanusiaan.

Indikator keluarga miskin penerima bantuan pada program kesehatan menurut

Instruksi Gubernur No. INST/10/B.IV/HK/2002 mengacu pada data Keluarga Pra

Sejatera – Alasan Ekonomi (KPS-ALEK) tahap I Alasan Ekonomi (KS I ALEK)

yang dikeluarkan oleh BKKBN. Indikator keluarga prasejatera menurut BKKBN

adalah:

a. Pada umumnya keluarga pra sejatera tidak makan dua kali sehari atau lebih;

b. Anggota keluarga pra sejatera tidak memiliki pakaian yang berbeda dirumah,

bekerja, keluar dan berpergian;

c. Bagian lantai yang terluas tanah;

d. Jika ada anggota dari keluarga pra sejatera yang sakit tidak dibawa kesarana

(31)

18

2. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan

terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan disebut sarana kesehatan.

Tujuan utama dari rumah sakit sebagai sarana kesehatan masyarakat adalah

membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan

kesehatan umum masyarakat. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya

kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya

kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara

menyeluruh, terpadu dan berkisinambungan (Siregar, 2004).

Rumah sakit pada umumnya memiliki tugas menyediakan keperluan untuk

pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut keputusan Mentri Kesehatan RI

No. 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan

upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan

(32)

19

Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan

medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan

keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan

rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan. Maksud dasar

keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan

terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit memberikan pendidikan

bagi mahasiswa dan penelitian yang juga merupakan fungsi yang penting. Fungsi

keempat yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan juga telah menjadi

fungsi rumah sakit. Rumah sakit memiliki pelayanan bagi penderita yang lansung

dari rumah sakit terdiri atas pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan

keperawatan. Pelayanan penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosa,

pengobatan penyakit atau luka, pencegahan, rehalibitasi, perawatan dan

pemulihan kesehatan.

Menurut Alexandra Irianti Dewi (2008:383) Rumah Sakit adalah salah satu dari

penyelenggaraan pelayanan kesehatan atau lebih cepat disebut sebagai sarana

kesehatan. Menurut Permenkes No. 159b/Men.Kes/Per/II/1998 Tentang Rumah

Sakit disebutkan sebagai sarana upaya kesehatan serta upaya kesehatan yang

menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk

pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

Rumah Sakit sebagai salah satu sarana penyelenggaraan kegiatan pelayanan

kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Tugasnya adalah

(33)

20

pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan

dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Berdasarkan pasal 7 No. 23

Tahun 1992 tentang Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan

yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Peran dan fungsi Rumah Sakit sebagai tempat untuk melakukan pelayanan

kesehatan yang profesional akan erat kaitannya dengan 3 unsur, yaitu:

c. Unsur mutu yang dijamin kualitasnya

d. Unsur keuntungan atau dimanfaat yang tercermin dalam mutu pelayanan, dan

e. Hukum yang mengatur perumahsakitan secara umum dan kedokteran dan atau

medik khususnya (Hermien Hdiati K, 2002:118).

F. Peran Pemerintah dalam Pelaksanaan Pelayanan Jamkesda di Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek di Bandar Lampung.

Kewajiban Pemerintah untuk mewujudkan kesejateraan umum bagi masyarakat

(welfare state) terlebih bagi masyarakat yang kurang mampu, menyebabkan terjadinya peralihan dari prinsip staatsonthouding menjadi perinsip

staatsbemoeinis yaitu perinsip yang menghendaki negara dan pemerintah terlibat aktif dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Menurut E. Utrecht, sejak

negara turut serta secara aktif dalam pergaulan kemasyarakatan, lapangan

pekerjaan pemerintah makin lama makin luas.

Dalam penyelenggaraan kesehatan di masyarakat, diperlukan suatu peningkatan

pembangunan di bidang kesehatan. Dalam hal ini Pemerintah mempunyai tugas

dan tanggung jawab agar tujuan pembangunan bidang kesehatan mancapai hasil

(34)

21

jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas). Tujuan pembangunan kesehatan

adalah meningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat terlebih warga kurang mampu

yang optimal. Terciptanya masyarakat Indonesia seperti ini ditandai oleh

penduduknya yang hidup dengan prilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan

merata serta memiliki kesehatan yang optimal bagi seluruh warga yang kurang

mampu.

Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menjalankan otonomi

seluas-luasnya yaitu untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam Pasal 13 Ayat (1), Butir

(e) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU

No. 32 Tahun 2004), disebutkan bahwa penanganan bidang kesehatan merupakan

urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Propinsi. Dengan

demikian dalam menangani bidang kesehatan, situasi, kondisi dan potensi daerah

perlu diakomondasi dalam rangka melaksanakan pembangunan kesehatan agar

lebih efesien. Pasal 22, Ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004, menyebutkan bahwa

dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban menyediakan

fasilitas pelayanan kesehatan.

Perkembangan Jamkesda di daerah-daerah maju sudah sedemikian baiknya.

Setiap orang merasakan jaminan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan

(35)

22

sosial suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material dan spiritual yang

diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin yang

memungkinkan bagi setiap negara untuk mengadakan usaha pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi

diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta

kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. Yang dimaksud dengan jaminan

sosial menurut Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 yaitu

sebagai perwujudan dari pada sekuritas sosial adalah seluruh sistem perlindungan

dan pemeliharaan kesejateraan sosial bagi warga negara yang diselenggarakan

(36)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Untuk membahas permasalahan penelitian ini, maka digunakan pendekatan

yuridis normatif yang ditunjang dengan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan

yuridis normatif dilakukan dengan cara menelusuri dan menelaah berbagai

teori-teori dan konsep-konsep tentang pelaksanaan pelayanan Jamkesda di Rumah Sakit

Umum Dr. H. Abdul Moeloek. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara

pengamatan, wawancara dan mengumpulkan informasi terhadap pihak-pihak yang

dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan

Jamkesda di Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data lapangan dan data

kepustakaan. Sedangkan jenis data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis

data, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer, yaitu data yang lansung dikumpulkan oleh peneliti (Soemali

Suryabrata, 2000:85). Data primer ini didapat dari penelitian lapangan yang

berupa keterangan dari aparat yakni data yang didapat dari keterangan atau

penjelasan yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berhubungan

dengan Pelyanan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di Rumah Sakit

(37)

24

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara

mengutip, menelaah dan mencatat bahan-bahan peraturan dan hal-hal lainnya

yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Data sekunder ini terdiri dari:

a. Bahan HukumPrimer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat (Soerjono

Soekanto, 1990:52).

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer (Soerjono Soekanto, 1990:52).

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum lain yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan hukum sekunder,

seperti hasil penelitian, Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel-ertikel di

internet dan bahan-bahan lain yang sifatnya karya ilmiah berkaitan dengan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

C. Metode Pengumpulan Data dan Metode Pengelolaan Data

1. Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data yang akurat dalam penelitian ini ditempuh

prosedur sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara

membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang

(38)

25

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan

mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian. Dalam

penelitian ini digunakan teknik wawancara yang dilakukan terhadap para

pihak-pihak yang berkaitan.

2. Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka pengolahan data dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Rekonstruksi Data (reconstrusion), yaitu menyusun ulang data secara teratur,

berurutan dan logis, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

b. Penelaah Data (editing), yaitu pemeriksaan data yang terkumpul yang sudah

dianggap lengkap, relevan dan jelas.

c. Sistematika data (systematizing), yaitu penempatan data menurut kerangka

sistematika pokok bahasan berdasarkan urutan masalah.

D. Analisis Data

Data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis

dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu mengungkapkan dan memahami

kebenaran masalah serta pembahasan dengan menafsirkan data yang diperoleh

kemudian menuangkannya dalam bentuk kalimat yang tersusun secara terinci dan

(39)

26

Dari analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan secara induktif, yaitu cara

berfikir dalam mengambil suatu kesimpulan secara umum yang didasarkan atas

fakta-fakta yang bersifat khusus sebagai jawaban terhadap permasalahan yang

diteliti.

(40)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan Pelayanan Jamkesda di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Abdul Moeloek yaitu hanya peserta Jamkesda yang dulunya gakin masuk

dalam daftar Jamkesda yang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis

di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, yang mengacu kepada

prosedur yang telah ditetapkan.

b. Faktor penghambat dalam Pelaksanaan Pelayanan Jamkesda yaitu :

1. Birokrasi yang masih dipersulit.

2. Adanya pembedaan ruang kelas perawatan.

3. Sarana yang kurang memadai sehingga terkesan buruk, prasarana lain

seperti kipas angin dan air bersih yang tidak tersedia.

4. Adanya keterbatasan loket

Sehingga menjadikan

keluarga pasien

(41)

43

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu:

a. Diharapkan ke depan mengenai birokrasi agar diperbaiki agar lebih efisien dan

optimal sehingga dapat mempermudah keluarga pasien mengurus persyaratan

yang dibutuhkan.

b. Untuk permasalahan sarana dan prasarana, diharapkan pihak rumah sakit

dapat memperbaiki kekurangan sehingga memberi kemudahan terhadap

pasien di layanan rawat inap, dan menambahkan loket pendaftaran pada

masing-masing poliklinik serta membuka bank darah di dalam area rumah

sakit dengan tetap mengkoordinasikan bersama pihak PMI baik menyangkut

pengadaan darah maupun sistem pembiayaannya mengacu pada prosedur yang

(42)

DAFTAR ISI

Halaman

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...

1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...

4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...

4

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual...

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Publik...

6

B. Pelaksanaan Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah ...

14

C. Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit bagi Keluarga Miskin ...

17

III.

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah...

24

B. Jenis dan Sumber Data ...

24

C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data...

25

D. Analisis Data ...

26

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...

27

B. Permasalahan yang Dihadapi Mengenai Pelayanan

Jamkesda di RSUD Abdul Moeloek

…………

...

36

(43)

V.

PENUTUP

A. Kesimpulan ...

42

B. Saran...

43

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Alexandra Irianti Dewi, 2008.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Publik dengan

Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSDUD Semarang. Skripsi.

Gibson, Ivancevich & Donnelly, 1990.

Organisasi Jilid I, Terjemahan Darkasih.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hermien Hadiati K, 2002.

Hukum Untuk Perumahsakitan. PT. Citra Aditya Bakti.

Bandung.

Imawan, 2005.

Pelayanan Publik di Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

LAN, 1998.

Reformasi Karakter Manusia dalam Pembangunan. Yogyakarta.

UGM

Lenvinne, 1990.

Responsiveness, Responsibility, Accountability. Free Print

Mobile Collections Report Document

McDonald & Lawton, 1977.

Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Kabupaten dan Kota.

Keputusan Menteri Kesehatan No.686/Menkes/SK/VI/2010 tentang pembentukan

jaminan kesehatan

Salim & Woodward, 1992.

Analisis Pelayanan Publik. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta

Soerjono Soekanto, 1990.

Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Rajawali. Jakarta

Suryono, 2008.

Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

(45)

2

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2011. Syarat-syarat yang diperlukan pasien Jaminan Kesehatan

Sarana dan prasarana seperti pembagian buku panduan ibadah bagi orang yang sakit, tata cara tayammum, dan materi dzikir yang belum terlaksana pada pelayanan ini

Identifikasi terhadap tanggapan pasien mengenai aplikasi terapi doa yang diberikan oleh pembimbing rohani di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung

“Bagaimana Kualitas Pelayanan Rawat Inap Oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan?”.. 1.4

Penelitian kualitatif untuk menganalisis kualitas pelayanan rawat inap oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam

Analisis Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii. Kabupaten

Matriks 8: Pendapat Informan Perihal Sumber Daya Fasilitas Kesehatan dalam Pelaksanaan Kebijakan Program JKN di Rumah Sakit.

Adapun judul dari skripsi ini adalah : “RESPON PESERTA BADAN PENNYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN MANDIRI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH