• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS MELALUI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK PADA SISWA MTS DAAR AL-ULUUM ASAHAN KISARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS MELALUI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK PADA SISWA MTS DAAR AL-ULUUM ASAHAN KISARAN."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program StudiPendidikanMatematika

Oleh:

NURFI SYAHRINA NIM. 8146171063

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kualitas perangkat pembelajaran berbasis realistik yang dikembangkan, (2) meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui perangkat pembelajaran berbasis realistik, (3) meningkatkan disposisi matematis siswa melalui perangkat pembelajaran berbasis realistik, (4) menganalisis respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis realistik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan menggunakan modifikasi Model Thiagarajan, Semmel & Semmel. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Buku Siswa, LKS, RPP, dan Tes Kemampuan Komunikasi Matematis (TKKM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah valid, dengan nilai rata-rata Buku Siswa 4,22, LKS 4,13, RPP 4,25 dan TKKM menunjukkan kriteria valid untuk keempat butir soal. Disamping itu perangkat pembelajaran yang dikembangkan juga efektif. Hal inidapat dilihat dari hasil uji coba dilapangan yaitu rata-rata tingkat ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 90,47%, rata-rata ketercapaian tujuan pembelajaran sebesar 85,21%, serta pelaksanaan pembelajaran memenuhi kriteria ketercapaian alokasi waktu sesuai RPP; (2) rata-rata pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa pada uji coba I sebesar 82,26 meningkat menjadi 85,22 pada uji coba II; (3) rata-rata disposisi matematis siswa pada uji coba I sebesar 119,93 meningkat menjadi 121,10 pada uji coba II; (4) respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dalam kategori positif atau baik, dengan nilai rata-rata sebesar 97,22%.

(8)

Approach on Students of MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran. Postgraduate School of The State University of Medan 2016.

This study aims to: (1) analyze the quality of learning tools that developed based on realistic approach, (2) improve students` mathematical communication ability taught through learning tools based on realistic approach, (3) improve students` mathematical disposition ability taught through learning tools based on realistic approach, (4) analyze the students` response to the learning tools based on a realistic approach. The type of this study is development research using modified Thiagarajan, Semmel & Semmel model. The learning tools that developed are student books, lesson plan, worksheet and the mathematical communication ability test. The results suggests that : (1) learning tools developed are valid, student books with a mean value 4,22, worksheet with a mean value 4,13, lesson plan with a mean value 4,25 and the mathematical communication ability test demonstrate the criteria valid for all four items. Besides, learning tools developed also effective. It can be seen from the test result with a mean value of student classical completeness is 90,47%, achievement of learning goals is 85,21%, as well as the implementation of learning achievement meet the criteria appropriate time allocation RPP, (2) the average achievement of students` mathematical communication ability in trial I at 82,26 increased to 85,22 in trial II, (3) the average achievement of students` mathematical disposition ability in trial I at 119,93 increased to 121,10 in trial II, (4) the students` response to learning tools in a positive or good category, with a mean value 97,22%.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Melalui Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik pada Siswa MTs Daar Al – Uluum Asahan Kisaran”. Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada : 1) Ibunda tercinta Suparti, S.Pd dan ayahanda Raja M. Murani, Nurhidayah, Am.

Kep (kakak), Ainul Mubin, S.E (Adik), Nur Ainun Aslam (Adik) serta semua sanak keluarga yang selalu memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan tesis ini.

2) Bapak Prof. Dr. Martua Manullang, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Zul Amry, M.Si,P.hd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

(10)

3) Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S, dan Dr. Edy Surya, M. Si selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam penyelesaian proposal tesis ini.

4) Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.

5) Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur dan Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED.

6) Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7) Kepada Bapak H. Ramlan Siregar, S. Ag selaku kepala sekolah dan seluruh rekan Guru MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran yang telah memberikan dukungan, kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8) Seluruh teman-teman Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Matematika

Kelas A-1 angkatan 2014 khususnya Nurhafifah Imran, Siti Saroh, Ainsyah, Asmah Arimbi, Ami Nazmi Faridah yang telah memberi motivasi dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

(11)

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan penulisan tesis ini. Akhir kata semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.

Medan, September 2016 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

2.7.2 Karakteristik Realistic Mathematics Education ... 59

2.7.3 Implementasi Realistic Mathematics Education dalam Kegiatan Belajar Mengajar ... 66

(13)

BAB. III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 84

3.2 Tempat dan Waktu ... 84

3.3 Subjek dan Objek ... 84

3.4 Defenisi Operasional ... 85

3.5 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 87

3.5.1 Tahap Pendefinisian (define) ... 89

3.6.2 Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 100 3.6.3 Angket Disposisi Matematis ... 101

3.6.4 Angket Respon Siswa ... 102

3.7 Teknik Analisis Data ... 103

3.7.1 Analisis Data untuk Menghitung Validitas Dan Reliabilitas ... 103

3.7.2 Analisis Data Efektifitas Perangkat Pembelajaran.. 106

3.7.3 Analisis Data Disposisi Matematis Siswa ... 108

3.7.4 Analisis Data Respon Siswa ... 109

3.7.5 Analisis Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 109

3.8 Indikator Keberhasilan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik yang Dikembangkan ... 109

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 111

4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 111

4.1.2 Analisis Efektivitas Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 141

4.1.3 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 156

4.1.4 Deskripsi Peningkatan Disposisi Matematis Siswa melalui Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 159

4.1.5 Deskripsi Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 161

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 168

4.2.1 Efektifitas Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 168

4.2.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa... 172

(14)

4.2.4 Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran

Berbasis Pendekatan Realistik ... 174

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 175

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 177

5.2 Saran ... 177

DAFTAR PUSTAKA ... 179

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Realistic Mathematics Education .. 67

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Skala Disposisi Matematis ... 101

Tabel 3.2 Skor Alternatif Jawaban Disposisi Matematis ... 101

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kevalidan ... 104

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Validitas dan Reabilitas Butir Soal 106

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara Disposisi Matematis Siswa 115 Tabel 4.2 Analisis Tugas Materi Segiempat pada LKS ... 117

Tabel 4.14 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba I ... 143

Tabel 4.15 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba I ... 144

Tabel 4.16 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba I... 145

Tabel 4.17 Keterangan Revisi pada Buku Siswa ... 149

Tabel 4.18 Keterangan Revisi pada LKS ... 150

Tabel 4.19 Deskripsi Hasil TKKM Uji Coba II ... 151

Tabel 4.20 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba II ... 151

Tabel 4.21 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba II ... 152

Tabel 4.22 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba II ... 154

Tabel 4.23 Deskripsi Hasil Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 157

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A

1. Buku Siswa ... 182

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 217

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 249

Lampiran B 1. Angket Respon Siswa ... 287

2. Angket Disposisi Matematis ... 288

3. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 290

Lampiran C 1. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 292

2. Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 295 3. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 296

Lampiran D 1. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba I dan II ... 297

2. AnalisisHasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan PencapaianIndikator pada Uji Coba I ... 298

3. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan PencapaianIndikator pada Uji Coba II... 299

4. Analisis Disposisi Matematis Siswa pada Uji Coba I ... 300

5. Analisis Disposisi Matematis Siswa pada Uji Coba II ... 302

6. Dokumentasi Kegiatan Belajar Mengajar ... 304

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan. Kualitas

suatu bangsa mempengaruhi kemajuan bangsa tersebut. Pendidikan dapat

menumbuhkembangkan sumber daya manusia yang handal dan mempunyai

keahlian serta keterampilan sehingga dapat mempercepat pembangunan bangsa

Indonesia. Tanpa pendidikan, suatu bangsa tidak dapat mengalami perubahan dan

kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan harus dipersiapkan sebagai bekal

kehidupan di masa yang akan datang.

Pendidikan adalah investasi masa depan. Kemakmuran dan kejayaan

Indonesia sangat bergantung dari pelaksanaan pendidikaan saat ini. Pendidikan

akan menyiapkan siswa untuk menghadapi masalah dengan situasi serta kondisi

yang berbeda, terlebih di era globalisasi. Pendidikan memberikan kesempatan

siswa tidak sekedar bertahan hidup ditengah kemajuan zaman melainkan

membangun kemampuan bekerjasama, berkomunikasi, saling menghormati,

toleransi, religius, berakhlak mulia dalam upaya menyelesaiakan masalah dan

menciptakan kreatifitas.

Sebagai investasi utama maka pendidikan perlu mengasah rasa ingin

tahu. Rasa ingin tahu pada setiap orang amatlah penting. Semua pemikir besar

adalah orang-orang dengan karakter penuh rasa ingin tahu. Sebut saja Newton,

Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Leonardo Da Vinci, adalah orang-orang

(18)

besar yang hidup dengan rasa ingin tahu. Tentunya dalam pelaksanaan pendidikan

saat ini menginginkan siswa-siswanya sebagai pemikir-pemikir besar di masa

depan. Rasa ingin tahu sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan rasa

ingin tahu membuat pikiran siswa menjadi aktif, membuat siswa menjadi para

pengamat yang aktif dan akan membuka dunia-dunia baru yang menantang dan

menarik siswa untuk mempelajarinya meniadakan rasa bosan untuk belajar.

Oleh sebab itu, pendidikan tidak hanya mementingkan hasil tetapi juga

proses dalam pendidikan. Hal ini sejalan dengan lampiran Permendikbud No. 65

tahun 2013 tentang Standar Proses, yaitu proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting

dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan

adalah Matematika. Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari

sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Karena

pentingnya peranan matematika dalam kehidupan, maka dalam kurikulum

pendidikan di Indonesia, matematika harus diajarkan disemua jenjang pendidikan

dari Sekolah Dasar (SD) hingga sampai Perguruan Tinggi (PT). Hal ini dapat

dilihat bahwa pelajaran matematika menempati urutan pertama dalam jumlah jam

(19)

hal ini menunjukkan pentingnya pelajaran matematika bagi para siswa di berbagai

jenjang pendidikan.

Mengingat peranan matematika sangat penting dalam kehidupan maka

Badan Standar Nasional Pendidikan memuat tujuan pembelajaran matematika

(Isa, 2011:3), mata pelajaran matematika untuk Sekolah Menengah Pertama

(SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan berikut:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat; melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (5) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (6) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian tujuan pembelajaran matematika diatas dapat dilihat

bahwa dari butir 1 sampai dengan 4 menggambarkan kompetensi atau

kemampuan berpikir matematik, sedangkan untuk butir ke 5 melukiskan ranah

afektif yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Dengan adanya ranah

kognitif dan afektif pembelajaran matematika lebih bermakna sehingga belajar

matematika menjadi fokus perhatian dalam memampukan siswa mengaplikasikan

berbagai konsep sehingga anak didik diharapkan mampu memecahkan masalah

(20)

Pembelajaran matematika selalu mendapat perhatian lebih dari pemerintah

dunia, akan tetapi kualitas pembelajaran matematika di Indonesia belum mencapai

hasil yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan

oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011

serta Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2009.

Keduanya merupakan studi terpisah dengan metodologi yang berbeda atas sampel

yang berbeda terhadap pelajar di Indonesia. Tujuannya untuk perbandingan atau

bench marking literasi matematika di berbagai negara di dunia. Dari hasil yang

ditunjukkan oleh TIMMS dan PISA Indonesia masih berada pada tingkat rendah,

hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja atau

level menengah, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6.

Aspek yang dinilai dalam PISA adalah kemampuan pemecahan masalah (problem

solving), kemampuan penalaran (reasoning) dan kemampuan komunikasi

(communication). Penelitian oleh TIMSS 2007, TIMSS 2011 dan PISA 2009

memaparkan bahwa siswa Indonesia memiliki kemampuan menjawab pertanyaan

matematika dalam standar internasional yang rendah (Murni, dkk, 2013:195).

Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia seperti yang telah disebutkan di

atas harus diperbaiki, karena matematika adalah ilmu dasar yang berguna dalam

kehidupan sehari-hari. Selain itu, suatu bangsa yang ingin dapat menguasai

IPTEK dengan baik perlu mempersiapkan tenaga-tenaga yang memiliki

pengetahuan matematika yang cukup (Suherman et al, 2001:55). Selanjutnya

Sutarto Hadi (Hendriana & Soemarmo, 2014: 8) juga menambahkan perlunya

(21)

matematika akan lebih bermakna bagi siswa dan dapat memberikan bekal

kompetensi yang memadai, baik untuk studi lanjut maupun untuk memasuki dunia

kerja. Oleh karena itu maka matematika di sekolah harus mampu mengupayakan

agar siswa dapat mengembangkan berpikir matematis sehingga siswa mampu

bersaing dalam dunia pendidikan dan kerja.

NCTM (National Council of Teacher of Mathematics, 2000) telah

menetapkan beberapa standar proses yang harus dikuasai peserta didik dalam

pembelajaran matematika, meliputi: (1) belajar untuk berkomunikasi

(mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar (mathematical

reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem

solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection); (5)

representasi matematis (mathematical representation). Terlihat jelas bahwa salah

satu standar proses yang harus dikuasai peserta didik adalah kemampuan

komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis perlu menjadi fokus

perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi, siswa dapat

mengorganisasi dan mengonsolidasi berpikir matematikanya dan siswa dapat

mengeksplorasi ide-ide matematika.

Berdasarkan karakteristiknya, Wahyudin (Yonandi, 2011: 133)

mengatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang bernilai guna, yang

tercermin dalam peran matematika sebagai bahasa simbolik serta alat komunikasi

yang tangguh, singkat, padat, cermat, tepat, dan tidak memiliki makna ganda.

Kemampuan komunikasi matematik merupakan kemampuan dan sikap esensial

(22)

(2014: 29) komunikasi matematik merupakan keterampilan menyampaikan ide

dan atau pesan matematik dalam bahasa sehari-hari atau dalam bahasa simbol

matematik. Menurut Janvier (Bistari, 2010: 15), salah satu bentuk aktivitas untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yaitu memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengintegrasikan

keterampilan berkomunikasi melalui berbagai repesentasi eksternal, seperti

deskripsi verbal, grafik (visual), tabel ataupun formula. Aktivitas tersebut

disamping memberi peran matematika sebagai bahasa, serta sekaligus

menekankan matematika sebagai aktivitas (doing mathematics) dimana dalam

bermatematika tidak hanya fokus pada solusi akhir tetapi pada prosesnya

mencakup proses translasi seperti interpretasi, pengukuran, pensketsaan,

pemodelan dan lain-lain.

National Council of Teachers of Mathematics (Ansari, 2009:9)

mengemukakan matematika sebagai alat komunikasi (mathematics as

communication) merupakan pengembangan bahasa dan simbol untuk

mengkomunikasikan ide matematika, sehingga siswa dapat: (1) mengungkapkan

dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya, (2)

merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui

investigasi, (3) mengungkapkan ide matematika secara lisan dan tulisan, (4)

membaca wacana matematika dengan pemahaman, (5) menjelaskan dan

mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah

dipelajarinya, dan (6) menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematik, serta

(23)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi matematik siswa memegang peran penting serta perlu ditingkatkan di

dalam pembelajaran matematika. Kemampuan komunikasi matematik

(mathematics communication) dalam pembelajaran sangat penting untuk

diperhatikan karena melalui komunikasi matematis baik lisan maupun tulisan

dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika.

Cocroft (Shadiq, 2004: 19) menyatakan bahwa: “We believe that all these

perceptions of the usefulness of mathematics arise from the fact that mathematics

provides a means of communication which is powerful, concise, and

unambiguous.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa perlunya siswa belajar

matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang

sangat kuat, teliti dan tidak membingungkan.

Menurut NCTM (Saputra, 2013: 3) dikarenakan melalui komunikasi,

guru dapat menginventarisasi dan konsolidasi pemikiran matematik siswa; siswa

dapat mengkomunikasikan pemikiran matematik secara terurut dan jelas pada

teman, guru dan lainnya; guru dapat menganalisis dan menilai pemikiran siswa

serta model yang digunakan; siswa dapat menggunakan bahasa matematik untuk

mengungkapkan ide matematik dengan tepat.

Hal ini senada dengan pendapat Asikin (Darkasyi, 2014: 25-26) yang

mendeskripsikan tentang peran penting komunikasi dalam pembelajaran

matematika yaitu : (1) Komunikasi dimana ide matematika dieksploitasi dalam

berbagai perspektif, membantu mempertajam cara berpikir siswa dan

(24)

matematika, (2) Komunikasi merupakan alat untuk “mengukur” pertumbuhan

pemahaman; dan merefleksikan pemahaman matematika para siswa, (3) Melalui

komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran

matematika mereka.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Baroody (Umar, 2012: 2), bahwa

pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika

melalui lima aspek komunikasi yaitu representing, listening, reading, discussing

dan writing. Selanjutnya disebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa

komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuhkembangkan di

kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak

hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan

pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga

"an invaluable tool for communicating a variety of ideas clearly, precisely, and

succinctly. Kedua, mathematics learning as social activity: artinya, sebagai

aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, sebagai wahana interaksi antar

siswa, serta sebagai alat komunikasi antara guru dan siswa.

Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematik sebagai salah satu

aktivitas sosial (talking) maupun sebagai alat bantu berpikir (writing) yang

direkomendasi para pakar agar terus ditumbuhkembangkan di kalangan siswa.

Dan ada dua alasan penting mengapa pembelajaran matematika terfokus pada

pengkomunikasian. Pertama, matematika pada dasarnya adalah suatu bahasa.

Kedua, matematika dan belajar matematik dalam bathinnya merupakan aktivitas

(25)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi

matematika siswa memegang peran penting dan perlu ditingkatkan di dalam

pembelajaran. Namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan

komunikasi matematik siswa jarang mendapat perhatian. Guru lebih berusaha agar

siswa mampu menjawab soal dengan benar tanpa meminta alasan atas jawaban

siswa, ataupun meminta siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran, ide dan

gagasannya. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dapat terlihat

pada salah satu soal yang diberikan oleh guru di Mts Daar Al-Uluum Asahan

Kisaran kepada 32 siswa kelas VII. Ketika guru memberikan soal sebagai berikut :

Gambar 1.1 Soal latihan siswa

Dari soal yang diajukan tersebut, hanya 15 siswa (47%) yang dapat

menjawab soal tersebut dengan baik dan benar, sedangkan 17 siswa (53%) masih

terdapat banyak kekeliruan dalam menyelesaikannya, bahkan terlihat tidak dapat

memahami soal yang diberikan guru. Adapun beberapa proses jawaban siswa

yang tidak dapat menjawab soal adalah sebagai berikut :

(26)

Gambar 1.2 Cara siswa menjawab

Berdasarkan jawaban siswa untuk soal tersebut terlihat tidak

terpenuhinya salah satu indikator komunikasi matematis yaitu siswa tidak dapat

menyatakan suatu situasi ke dalam bahasa, simbol, ide atau model matematik

secara tertulis serta menjelaskan ide matematika kedalam kata-kata sendiri, siswa

mengalami kesulitan merubah soal tersebut kedalam model matematika,

ditemukan kesalahan siswa dalam menafsirkan soal sehingga jawaban yang

diberikan tidak sesuai dengan yang ditanyakan, dari jawaban tersebut terlihat

kemampuan komunikasi matematik siswa masih sangat rendah.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga terungkap

dalam penelitian Ansari (2009: 62) menunjukkan hasil observasi dilapangan yang menyatakan situasi

atau ide-ide

matematika melalui tulisan atau dengan kata-kata sendiri

Siswa salah dalam menafsirkan soal sehingga jawaban yang diberikan tidak sesuai yang ditanyakan

Siswa tidak mampu

menerapkan berbagai

konsep dan prinsip luas

persegipanjang dalam

(27)

dilakukan terhadap siswa kelas X dibeberapa SMA Negeri NAD juga

menunjukkan bahwa rata-rata siswa terlihat kurang terampil berkomunikasi untuk

menyampaikan informasi seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan dan

menaggapi pendapat orang lain. Mereka cenderung bersifat pasif atau pendiam

ketika guru mengajukan pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa dan siswa

juga masih terlihat malu-malu atau segan untuk bertanya ketika guru menyediakan

waktu untuk bertanya. Diperkuat oleh hasil penelitian Purwandari (2014: 5-9)

hasil observasi beberapa sekolah ditingkat SMP di kelas VII menunjukkan bahwa

siswa mengalami kesulitan dalam mengemukakan ide matematikanya secara

tertulis serta menjelaskan ide matematika ke dalam kata-kata sendiri, siswa

mengalami kesulitan merubah soal tersebut ke dalam model matematika,

ditemukannya kesalahan siswa dalam menafsirkan soal sehingga jawaban yang

diberikan tidak sesuai yang ditanyakan.

Selain kemampuan komunikasi matematis pada ranah kognitif diperlukan

juga aspek afektif sebagai soft skill dalam matematika. Afrilianto & Rosyana

(2014: 47) menyebutkan “soft skill matematik sebagai komponen proses berpikir

matematik dalam ranah afektif ditandai dengan perilaku afektif yang ditampilkan

seseorang ketika melaksanakan hard skill matematik. Prilaku afektif tersebut

berkaitan dengan istilah disposisi”. Disposisi matematis dapat dimaknai sebagai

kesukaan dan apresiasi terhadap matematika, kecendrungan untuk berpikir dan

bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan terhadap diri sendiri, ketekunan

serta antusias dalam belajar, gigih dalam menghadapi permasalahan, fleksibel,

(28)

Disposisi sangat penting perannya dalam membuat pembelajaran

matematika berjalan dengan baik. Bahkan lebih dari itu, disposisi matematis

berperan dalam membuat siswa menikmati pembelajaran matematika dan pada

gilirannya membuat siswa dapat merasakan manfaat dan menerapkan matematika

dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kata Nurjaman (2014: 377) bahwa “disposisi

matematik akan memberi banyak manfaat diantaranya, transfer of knowledge

terhadap siswa akan berjalan sesuai yang diharapkan, suasana pembelajaran

menjadi menyenangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan hasil yang

maksimal serta guru akan lebih semangat dalam menjalankan tugasnya di kelas”.

Disposisi matematis memiliki peran yang esensial dalam pembelajaran

matematika disekolah. Seperti pendapat Husen (2014: 482) bahwa “esensialitas

disposisi matematis siswa akan terwujud jika disposisi dipandang sebagai salah

satu faktor yang turut menentukan keberhasilan belajar siswa. Sejalan dengan hal

tersebut, dalam proses belajar siswa cenderung membutuhkan rasa percaya diri

dan kegigihan dalam menghadapi setiap masalah yang diberikan”. Dari

pernyataan ini disimpulkan bahwa kepercayaan diri, ketekunan, kegigihan,

keingintahuan dan sikap reflektif sangat diperlukan dalam pembelajaran

matematika.

Dari penjelasan di atas, tampak pentingnya disposisi matematis siswa

dalam belajar matematika. Namun kondisi di lapangan belum sesuai harapan. Dari

hasil wawancara peneliti dengan guru matematika MTs Daar Al-Uluum Asahan

Kisaran yaitu Nuraisyah Manurung, S.Pd pada tanggal 10 April 2016 di lokasi

(29)

pembelajaran matematika, diantaranya guru masih mendominasi pembelajaran

sehingga siswa cenderung pasif dan menerima saja, siswa kurang merespon

pertanyaan guru saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang percaya diri ketika

mengerjakan permasalahan matematik yang diberikan guru, bahkan mereka tidak

tertarik untuk menyelesaikan soal-soal matematika dan hanya memilih menyontek

pekerjaan temannya. Dari wawancara ini dapat disimpulkan bahwa disposisi

matematis siswa masih rendah.

Permasalahan di atas akhirnya mengerucut pada penilaian bahwa

matematika adalah pelajaran yang sulit dan tidak menarik untuk dikuasai,

sehingga siswa kurang berminat belajar matematika. Apabila dihadapkan dengan

soal-soal matematika, siswa cenderung menghindarinya. Siswa cenderung takut

jika memulai belajar matematika dan siswa menjauhi guru-guru matematika.

Fakta rendahnya ketertarikan siswa terhadap matematika didukung oleh penelitian

Kusumawati (Nuraina, 2012) yang menunjukkan persentase skor rerata disposisi

matematis pada siswa SMP sebanyak 297 orang di kota Palembang dengan

peringkat tinggi, sedang, dan rendah baru mencapai 58% dan diklasifikasikan

pada kategori rendah.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, dikhawatirkan siswa semakin tidak

mengerti matematika. Mengingat matematika adalah ilmu yang berjenjang, jika

pada materi pertama siswa tidak tuntas, maka pada materi selanjutnya siswa akan

semakin kesulitan. Keadaan ini akan seperti gelindingan bola salju yang semakin

lama semakin besar hingga terbentuk opini di benak siswa bahwa mata pelajaran

(30)

Menurut Liberna (2012: 191) “alasan mendasar mengapa matematika

dianggap pelajaran yang menyulitkan adalah karena faktor dalam diri peserta

didik itu sendiri. Faktor ini sebagian besar berasal dari pemikiran mereka”.

Mereka telah tersugesti dengan pikirannya sendiri atau bahkan mereka mensugesti

pikirannya sendiri kalau matematika itu menyulitkan. Akhirnya tidak ada

sedikitpun usaha untuk mengerjakan soal sendiri dan lebih memilih menyontek

temannya.

Menyadari akan pentingnya kemampuan komunikasi matematis dan

disposisi matematis dan pada waktu yang sama kedua variabel ini rendah, maka

dapat ditemukan adanya masalah pada kedua variabel ini. Oleh sebab itu guru

harus melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Upaya yang

dapat dilakukan diantaranya merubah paradigma pembelajaran kearah

konstruktivis, membahas masalah secara komprehensif pada forum MGMP, serta

memperbaiki kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran.

Menurut Wahyudi (2010 : 107) “kualitas pendidikan ditentukan oleh

berbagai faktor dominan antara lain; guru, kepemimpinan kepala sekolah, sarana

dan prasarana sekolah termasuk kelengkapan buku, media/alat pembelajaran,

perpustakaan sekolah, tanpa terkecuali kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik”. Dari pendapat Wahyudi salah satu komponen yang sangat penting

dalam kualitas pendidikan adalah perangkat pembelajaran. Kualitas perangkat

pembelajaran yang digunakan juga menentukan kualitas pembelajaran.

Perangkat yang berkualitas adalah perangkat pembelajaran yang

(31)

2012: 68) disimpulkan bahwa kriteria kualitas suatu perangkat yaitu kevalidan

(validity), kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness). Sehingga

dapat dinyatakan bahwa perangkat yang berkualitas adalah yang memenuhi ketiga

aspek tersebut. Selanjutnya dari pernyataan Tati, dkk (2009 : 78) disimpulkan

bahwa validitas diperoleh dari validasi perangkat oleh pakar (expert) dan teman

sejawat berisikan validasi isi (content), konstruk dan bahasa. Selanjutnya

kepraktisan berarti bahwa perangkat pembelajaran dapat diterapkan oleh guru

sesuai dengan yang direncanakan dan mudah dipahami oleh siswa, sedangkan

keefektifan dipilih dari hasil penilaian autentik yang meliputi penilaian terhadap

proses pembelajaran dan hasil belajar.

Selanjutnya mengenai perangkat pembelajaran, menurut Trianto (2011

:201) “perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar

mengajar dapat berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kerja Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hail Belajar (THB),

media pembelajaran serta buku ajar siswa”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perangkat pembelajaran meliputi sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan

pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa perangkat

pembelajaran yang lazim didengar adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan alat

evaluasi.

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti terhadap perangkat yang

digunakan di MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran, terdapat beberapa kelemahan

pada perangkat pembelajaran. Mulai dari RPP yang disusun oleh guru tidak

(32)

alokasi waktu yang jelas pada setiap prosesnya. Kemudian tidak adanya rubrik

penskoran pada penilaian hasil belajar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.3.

(33)

Kelemahan selanjutnya terkait dengan buku siswa. Dari analisis yang

dilakukan peneliti pada materi segiempat, buku yang digunakan siswa

memaparkan materi secara langsung dan tidak mengarahkan siswa membangun

pengetahuannya sendiri, buku tersebut langsung memberikan rumus yang

selanjutnya digunakan dalam penyelesaian masalah. Terlihat pada gambar 1.4.

(34)

Kelemahan selanjutnya adalah peran lembar kerja siswa (LKS) yang

mendukung bahan ajar siswa belum dimanfaatkan dalam pembelajaran di MTs

Daar Al-Uluum Asahan Kisaran. Hasil wawancara peneliti pada ibu Nuraisyah

Manurung, S.Pd selaku guru Matematika Mts Daar Al-Uluum Asahan Kisaran

bahwa LKS tidak disusun oleh guru melainkan oleh pihak lain, hal ini

menyebabkan tidak sinkron dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan

RPP, oleh sebab itu ibu Nuraisyah Manurung, S.Pd lebih memilih tidak

memanfaatkan LKS yang ada. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis peneliti

terhadap LKS di MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran ditemukan bahwa : LKS

tidak mencantumkan tujuan pembelajaran, berisi soal-soal rutin yang merupakan

penerapan rumus-rumus, secara fisik dan visual ilustrasinya LKS tanpa warna dan

tidak menarik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.5. Jadi, LKS tersebut tidak

mendukung siswa mengkonstruksikan pengetahuannya dan tidak mendukung

dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Oleh sebab itu,

perlu dikembangkan LKS yang dapat memperbaiki kondisi tersebut.

Kelemahan-kelemahan ini menunjukkan perangkat pembelajaran yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran belum memenuhi kriteria valid,

praktis dan efektif. Oleh sebab itu wajarlah jika kemampuan komunikasi dan

disposisi matematis siswa masih rendah. Dengan mengembangkan perangkat

pembelajaran dapat menjadi solusi untuk meningkatkan suatu kemampuan

tertentu. Penelitian Darmawati (2015) telah berhasil mengembangkan perangkat

pembelajaran berbasis realistic mathematics education untuk meningkatkan

(35)

menunjukkan bahwa penggunaan perangkat pembelajaran tipe GQGA berbasis

kontekstual dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis sebesar 0,43

dan aktivitas siswa sebesar 0,156. Penelitian terdahulu ini menambah keyakinan

bahwa dengan mengembangkan perangkat pembelajaran dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

Gambar 1.5 Lembar Kerja Siswa

Menurut Romadhoni (2011: 1) “salah satu cara meningkatkan kemampuan

siswa adalah dengan memilih dan menetapkan model pembelajaran yang sesuai

(36)

siswa”. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis

maka dipilih pendekatan yang dapat membantu siswa untuk menciptakan iklim

berpikir dan membuat siswa tertarik dengan matematika. Oleh sebab iu,

pendekatan yang dipilih dalam mengembangkan perangkat pembelajaran

matematika hendaknya disesuaikan dengan metode, media dan sumber belajar

lainnya yang relevan dalam menyampaikan informasi dan membimbing siswa

agar terlibat secara optimal, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman

belajar dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuan kognitif dan afektifnya.

Dan hendaknya perangkat pembelajaran yang dikembangkan menjadi satu

kesatuan yang saling melengkapi dan terfokus pada tujuan yang ingin dicapai.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pembelajaran

pada siswa adalah pendekatan realistik. Pendekatan realistik di Indonesia dikenal

dengan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) yang sejalan dengan

teori belajar RME (Realistic Mathematics Education) Pertama kali dikembangkan

di Belanda oleh Hans Freudenthal. RME menggabungkan pandangan tentang apa

itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika dan bagaimana matematika

harus diajarkan. Siswa tidak boleh dipandang sebagai obyek belajar, melainkan

sebagai subyek belajar. RME menggunakan fenomena dan aplikasi yang real

terhadap siswa dalam memulai pembelajaran. Dengan sekumpulan soal

kontekstual, siswa dibimbing oleh guru secara konstruktif sampai mereka

mengerti konsep matematika yang dipelajari. Sehingga dari penguasaan konsep

(37)

Dalam kerangka Realistic Mathematics Education, Freudenthal

menyatakan bahwa “mathematic is human activity”, karenanya pembelajaran

matematika disarankan berangkat dari aktivitas manusia. Pada dasarnya

pendekatan realistik bukanlah dipandang sebagai pengetahuan yang “siap pakai”,

tetapi “metematika adalah aktivitas manusia”. Pembelajaran tidak lagi hanya

pemberian informasi dalam pembelajaran matematika, tetapi berubah menjadi

aktivitas manusia untuk memperoleh pengetahuan manusia. Kebermaknaan

konsep merupakan konsep utama dari Pendidikan Matematika Realistik. Suatu

pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran

dilaksanakan dalam suatu konteks atau pembelajaran menggunakan permasalahan

realistik. Suatu masalah realistik tidak harus selalu berupa masalah yang ada di

dunia nyata (realworld problem) dan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari

siswa. Suatu masalah disebut “realistik” jika masalah tersebut dapat dibayangkan

(imagineable) atau nyata (real) dalam pikiran siswa. Namun , kebanyakan para

pendidik hanya memberikan pembelajaran berdasarkan buku pegangan yang tidak

interaktif dan tidak menunjang peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi

matematis siswa.

Maka dari itu, dengan mengembangkan perangkat berbasis pendekatan

realistik diharapkan dapat menciptakan kegiatan interaktif, menarik perhatian

siswa, melatih keterampilan siswa dan bermakna sehingga dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam

(38)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

2. Disposisi matematis siswa masih rendah.

3. Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru,

guru mendominasi pembelajaran sehingga keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran masih sangat kurang.

4. Dalam proses pembelajaran, siswa belum membangun sendiri pengetahuan

dalam dirinya.

5. Perangkat pembelajaran tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.

6. Perangkat pembelajaran tidak dibuat sendiri oleh guru.

7. Buku pegangan siswa belum efektif dalam mendukung pengembangan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

8. RPP yang digunakan guru tidak memuat alokasi waktu yang jelas, tidak

memuat rubrik penskoran pada penilaian hasil belajar dan mencantumkan

model pembelajaran.

9. LKS belum mendukung siswa untuk mengkontruksikan pengetahuannya.

10. Siswa tidak memiliki keinginan yang kuat untuk memahami matematika dan

cenderung menghindari matematika.

11. Siswa kurang tertarik menyelesaikan soal-soal matematika sehingga siswa

(39)

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan diatas

maka yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah pengembangan

perangkat pembelajaran berbasis pendekatan realistik dibatasi pada Buku Siswa

(BS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ,

Tes Kemampuan Komunikasi Matematis (TKKM) pada materi segiempat untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa kelas VII

MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana

pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan realistik untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa?”. Dari

permasalahan tersebut dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu

sebagai berikut :

1) Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran berbasis pendekatan realistik

yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan

disposisi matematis siswa ?

2) Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

diajar melalui perangkat pembelajaran berbasis pendekatan realistik ?

3) Bagaimana peningkatan disposisi matematis siswa yang diajar melalui

(40)

4) Bagaimana respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis

pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan

disposisi matematis siswa ?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengembangkan perangkat

pembelajaran realistik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi

matematis siswa MTs/SMP. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan

untuk :

1) Menganalisis kualitas perangkat pembelajaran berbasis pendekatan

realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan

komunikasi dan disposisi matematis siswa.

2) Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan

melalui perangkat pembelajaran berbasis pendekatan realistik.

3) Meningkatkan disposisi matematis siswa yang diajarkan melalui perangkat

pembelajaran berbasis pendekatan realistik.

4) Menganalisis respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis

pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan

masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran yang dapat

memberikan suasana baru dalam memperbaiki kemampuan komunikasi

(41)

1) Bagi siswa akan memperoleh pengalaman nyata dalam belajar matematika

menggunakan pendekatan realistik yang difokuskan pada peningkatan

kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa.

2) Sebagai masukan bagi guru matematika mengenai pendekatan

pembelajaran matematika dalam membantu siswa meningkatkan

kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa.

3) Bagi kepala sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan kepada tenaga

pendidik untuk menerapkan perangkat pembelajaran berbasis realistik

dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut.

4) Bagi peneliti, dapat menjadikan sebagai bahan acuan dalam

pengembangan perangkat pembelajaran berbasis realistik lebih lanjut.

5) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pembelajaran

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Afrilianto, M & Rosyana, T. (2014). Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Kelancaran Berprosedur dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi, 2(1): 45-53

Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anisa, N.W. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik untuk Siswa SMP Negeri di Kabupaten Garut. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Program Pascasarjana Universitas Terbuka, Vol 1, No. 1 Ansari, B.I. (2009). Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh:

Yayasan Pena.

Anggraeni, D & Utari, S. (2013). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMK Melalui Pendekatan Kontekstual dan Strategi Formulate-Share-Listen-Create (FSLC). INFINITY: Jurnal Ilmiah Program Study Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Volume 2, No.1.Edisi Februari 2013.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Armanto, D. (2001). Aspek Perubahan Pendidikan Dasar Matematika melalui

Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sehari Penerapan Pendidikan Matematika Realistik pada Sekolah Dasar dan Madrasah, tanggal 5 November 2001, Medan. Tidak diterbitkan.

__________ (2010). Membelajarkan Berpikir Matematika. Medan : Unimed Press.

Beyers J. (2011). Development and Evaluation of an Instrument to Asses Prospective Teachers Disposition with Respect to Mathematics: International Journal of Business and Social Science. 2 (16): 20 – 32 Bistari, B. (2010). Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai untuk

Meningkatkan Komunikasi Matematik. Jurnal Pendidik an Matematika dan Ipa Vol. 1 No. 1 Januari 2010, hal. 11-23

Cai, J. J, M.S., Lane, S. (1996). Assessing students mathematical communication. School Science and mathematics; 96, 5. 238.

(43)

Darmawati, Edi, T., & Agung, H. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Realistic Mathematics Education untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Program Magister Pendidikan Matematika FKIP UNTAN. Volume 4, No 4

Darkasyi, M., Rahmah, J., & Anizar, A. (2014). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. Jurnal Didaktik Matematika, Volume 1, No.1, Edisi April 2014. Banda Aceh : Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Fauzi, KMS. A. (2002). Pembelajaran Matematika Realistik pada Pokok

Bahasan Pembagian di SD. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Ferryansyah. (2011). Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Siswa Antara Pembelajaran yang Disertai Penciptaan Kondisi Alfa dan Tanpa Disertai Penciptaan Kondisi Alfa. Socioscienta: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Volume 3, No. 1, Edisi Juni 2011.

Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics. Utrecht: Freudenthal Institute.

Hasratuddin. (2015). Mengapa Harus Belajar Matematika ?. Medan : Penerbit Perdana Publishing

Hendriana, H & Soemarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika.Bandung: PT Refika Aditama.

Herman. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Pengajaran Langsung untuk Mengajarkan Materi Kesetimbangan Benda Tegar. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, Jilid 8 Nomor 1: 1-11.

Hobri. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jember : Center for Society Studies.

Husen, I. Z. (2014). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kreatif serta Disposisi Matematik Siswa SMP melalui Pendekatan Saintifik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi, 2(1): 478-848

(44)

Kuta Malaka Aceh Besar. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu Vol. 10, No. 1 September 2011. (ISSN 1693-4849)

Liberna, H.(2012). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa mealui Penggunaan Metode Improve pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Jurnal Formatif. 2(3): 190-197

Mandur, K., I Wayan, S., & I Nengah, S. (2013). Kontribusi Kemampuan Koneksi, Kemampuan Representasi dan Disposisi Matematis terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMA Swasta di Kabupaten Manggarai. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika. 2 Tahun 2013

Mulyana, S.R., & Suyitno, H. (2013). Pembelajaran Matematika Siswa kelas V dengan Model Cooperatif Learning Bermuatan Pendidikan Karakter. Journal of Primary Education. 2(1) : 134-140.

Mudhofir. (1987). Teknologi Instruksional. Bandung : Remadja Karya CV

Murdani, Rahmah, J., & Turmudi. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Penalaran Geometri Spasial Siswa di SMP Negeri Arun Lhokseumawe. Jurnal Peluang Volume 1, No 2, April 2013. (ISSN 2302-5158)

Murni, A., Josua, S., Yaya, S.K., & Bana, B.K. (2013). The Enhancement of Junior High School Student’s Abilities in Mathematical Problem Solving Using Softt Skill-Based Metacognitive Learning. Indo-MS Journal Mathematics Education (JME) Vol. 4 No. 2 July 2013 (ISSN 2087-8885).

National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and Standarts for School Mathematics. Reaston. VA: NCTM

Nieveen, N & Plomp, T. (2007). An Introduction to Educational Design Research. Netherlands institute for curriculum development.

Ningsih, U.S., Sri, H.S., & Haninda, B. (2015). Efektivitas Model Realistic Mathematics Education terhadap Kemampuan Representasi dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Unila. Vol. 3, No. 5

(45)

Nuraina. (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPs Unimed

Nurjaman. (2014). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi serta Disposisi Matematik Siswa Madrasah Tsanawiyah melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi, 2(1) : 376 – 484

Permendikbud RI. (2013). Salinan Lampiran Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014. Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Permendikbud.

Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Jogjakarta: DIVA Press.

Purwandari, Y. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Statistika Menggunakan Pendekatan Kontekstual Berorientasi pada Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Kelas VII. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.

Russefendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal Kreano. Volume 3 Nomor 1 : 59-72.

Romadhoni, I, F. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada Pokok Bahasan Membuat Hidangan Penutup untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK. Jurnal Universitas Dhyana Pura, 1(1) :1-12

(46)

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disajikan pada Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMA Jenjang Dasar tanggal 16-19 Agustus 2004. Yogyakarta: Depdiknas.

Slavin, R. E. (2006). Educational Psychology, Theories and Practice. Eighth Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.

Sinaga, B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3) .Disertasi. Tidak dipublikasikan. Surabaya:PPs Universitas Negeri Surabaya.

Subanindro. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri Berorientasikan Kemampuan penalaran dan Komunikasi Matemati Siswa SMA. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan matematika FMIPA, UNY, 10 November. (Online), (http://ris. uksw.edu/download/makalah/kode/M00676, diakses 26 Oktober 2015). Sudirman. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan

Model Belajar Aktif Tipe Giving Question and Getting Answer (GOGA) Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis. Jurnal Wacana Didaktika Vol. III No. 18 Januari 2015.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Suherman, et al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Jika Common Text Book UPI.

Sumirat, A.L. (2014). Efektifitas Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think -Talk-Write (TTW) Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2. (ISSN : 2356-3915)

Susanto, J. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Lesson Study dengan Kooperatif Tipe Number Heads Together Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA di SD. Journal Of Primary Education : 1 (2)

Soedjadi, R. (2001). Pembelajaran Matematika Realistik Pengenalan Awal dan Praktis. Makalah yang disampaikan kepada guru SD/MI terpilih.

(47)

Syaban, M. (2009). Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Investigasi. Educationis III, 1 (2): 129-136

Tati, Zulkardi & Yusuf, H. (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual Pokok Bahasan Turunan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 3 (1): 75-89

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S. Semmel, M. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomington: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.

Umar, W. (2012). Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika. Infinity : Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Volume 1, No. 1, Edisi Februari 2012.

Ontario Ministry of Education. (2005). The Ontario Curriculum, Grades 1 to 8: Mathematics. Toronto, Canada: Queen’s Printer for Ontario.

Yonandi. (2011). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2 Nomor 2 Juli 2011 hal: 133

Wahyudi. (2010). Standar Kompetensi Profesional Guru. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, volume 1 Nomor 2

Wardani, S., Utari, S., & Izumi, N. (2010). Mathematical Creativity and Disposition: Experiment with Grade-10 Student Using Silver Inquiry Approach. Journal of Science and Mathematics Teaching, 1(59): 1-16

Gambar

Gambar 1.1 Soal latihan siswa
Gambar 1.2 Cara siswa menjawab
Gambar 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru
Gambar 1.4 Buku Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen yang dikaji dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu buku teks Fisika SMA sebagai buku yang diteliti dan buku Fisika Universitas sebagai rujukan

Variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas daerah pertanian yang dikonversi untuk perluasan kota, luas lahan budidaya, variabel

[r]

disusun suatu konscp kelja yang setcrusnya discbut dcngiUt "Manajcrncn Mutu TcrpiJdu Biulan Nuklir".. meliputi motu, produktivitas, inovasi, kepemimpinan pada

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk perilaku jujur dan tidak jujur para siswa SMP dalam situasi ulangan harian, serta tujuan yang ingin dicapai..

Sebagai perusahaan yang memiliki cakupan yang luas serta perusahaan yang bergerak pada bidang teknologi PT Telekomunikasi Indonesia memiliki media internal yaitu

This thesis has been examined by the board of examiners of Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, and has been accepted as

Penerapan model learning cycle pada materi perubahan sifat benda dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran