• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Dan Pemetaan Status Fosfat Lahan Sawah Pada Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Survei Dan Pemetaan Status Fosfat Lahan Sawah Pada Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI DAN PEMETAAN STATUS FOSFAT LAHAN SAWAH PADA DAERAH IRIGASI BAHAL GAJAH/TIGA BOLON KECAMATAN

SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH:

MEILISSA DAMAYANTI LUMBAN GAOL 080303069

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SURVEI DAN PEMETAAN STATUS FOSFAT LAHAN SAWAH PADA DAERAH IRIGASI BAHAL GAJAH/TIGA BOLON KECAMATAN

SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH:

MEILISSA DAMAYANTI LUMBAN GAOL 080303069/ILMU TANAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Penelitian : Survei Dan Pemetaan Status Fosfat Lahan Sawah Pada Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun

Nama : Meilissa Damayanti Lumban Gaol

Nim : 080303069

Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Supriadi, MS Mariani Sembiring, SP.,MP

Ketua Anggota

Mengetahui

(4)

ABSTRAK

MEILISSA DAMAYANTI LUMBAN GAOL: Survei Dan Pemetaan Status Fosfat Lahan Sawah Pada Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Dibimbing oleh Ir. Supriadi, MS dan Mariani Sembiring, SP.MP.

Survei dan pemetaan status fosfat lahan sawah dilakukan pada Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon di Kecamatan Sidamanik. Penelitian ini bertujuan memetakan status fosfat lahan sawah pada daerah irigasi bahal gajah/tiga bolon. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei -Agustus 2012. Pengambilan sampel menggunakan metode survei grid bebas dengan tingkat survey semi detail. Hasil analisis diolahmenggunakan metode regresi dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG). Parameter yang dianalisis adalah P-Tersedia dan P-Total.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-Tersedia digolongkan dalam 3 status yakni sedang (6,087 ha) tinggi (136,005 ha), dan sangat tinggi (286,009 ha). P-total digolongkan 3 status yakni sedang (48,393 ha), tinggi (109,445 ha), dan sangat tinggi (269,263 ha).

(5)

ABSTRACT

MEILISSA DAMAYANTI LUMBAN GAOL: Survey and mapping phosphate status on wet rice field in irrigation area of Bahal Gajah/Tiga Bolon Sub District Sidamanik. Simalungun. Leading by Ir. Supriasi, MS, dan Mariani Sembiring SP.MP.

Survey and mapping phosphate status on wet rice have done in irrigation area Bahal Gajah/Tiga Bolon in Sub District Sidamanik. This research purpose to make a map phosphate status on wet rice field in irrigation area Bahal Gajah/Tiga Bolon. The research start to do on May until December 2012. Method of sample take use free grid surveymethodwith semi detail survey scale. Result of analysis process using regreation method, with Geografis Information System (GIS) program. Parameter that analysis in laboratory is phosphate available and phosphate total.

The result of research showed that phosphate available devided by 3 status such as; medium (6,087 ha), high (136,005 ha), and highest (286,101 ha). Phosphate total devided by 3 status such as; medium (48,393 ha), high (109,445 ha), and highest (269,263 ha).

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 4 Mei 1990 dari ayah M. Lumban Gaol dan ibu I. M Nainggolan. Penulis merupakan putri pertama dari

empat bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Trisakti, Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih minat studi Ilmu Tanah Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Survei dan Pemetaan Status Fosfat Lahan Sawah Pada Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun”.

Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan teriama kasih kepada Ir. Supriadi, MS. dan Mariani Sembiring. SP. MP. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Ir. Razali, MP. yang telah membantu dalam menyelesaikan peta.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Februari 2012

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah ... 5

Tanah Sawah ... 10

Unsur Hara Fosfat ... 12

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

(9)

DAFTAR TABEL

No Hal.

1. Sebaran Luas Wilayah Status Hara P-tersedia ... 18

2. Sebaran Luas Wilayah Status Hara P-total ... 20

3. Analisis Ragam Regresi F hitung P-total Terhadap P-tersedia ... 22

4. Analisis Ragam Model Regresi ... 22

5. Analisis Ragam Regresi Koefisien P-total Terhadap P-tersedia ... 22

6. Analisis Ragam Regresi F hitung Dosis Pupuk Fosfat Terhadap... 23

P-tersedia 7. Analisis Ragam Model Regresi ... 24

8. Analisis Ragam Regresi Koefisien Dosis Pupuk Fosfat Terhadap... 24

P-tersedia 9. Analisis Ragam Regresi F hitung Dosis Pupuk Fosfat Terhadap... 25

P-total 10. Analisis Ragam Model Regresi ... 25

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Hal.

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal.

1. Hasil Analisis Tanah ... 31

2. Kriteria Sifat Tanah ... 33

3. Peta Penggunaan Lahan ... 34

4. Tabel Nilai F ... 35

(12)

ABSTRACT

MEILISSA DAMAYANTI LUMBAN GAOL: Survey and mapping phosphate status on wet rice field in irrigation area of Bahal Gajah/Tiga Bolon Sub District Sidamanik. Simalungun. Leading by Ir. Supriasi, MS, dan Mariani Sembiring SP.MP.

Survey and mapping phosphate status on wet rice have done in irrigation area Bahal Gajah/Tiga Bolon in Sub District Sidamanik. This research purpose to make a map phosphate status on wet rice field in irrigation area Bahal Gajah/Tiga Bolon. The research start to do on May until December 2012. Method of sample take use free grid surveymethodwith semi detail survey scale. Result of analysis process using regreation method, with Geografis Information System (GIS) program. Parameter that analysis in laboratory is phosphate available and phosphate total.

The result of research showed that phosphate available devided by 3 status such as; medium (6,087 ha), high (136,005 ha), and highest (286,101 ha). Phosphate total devided by 3 status such as; medium (48,393 ha), high (109,445 ha), and highest (269,263 ha).

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah sawah di Indonesia saat ini umumnya ditemukan pada tanah yang cukup baik di daerah datar maupun perbukitan yang diteraskan. Menurut data yang dikemukakan oleh Biro Pusat Statistika (BPS, 2008), luas lahan sawah di Indonesia pada tahun 2008 adalah 5.600.000 ha, dan Sumatera Utara memiliki bagian luas lahan sawah irigasi 498.467 ha.

Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Yang membedakan lahan ini dari lahan rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak terjadi terus- menerus tetapi mengalami masa pengeringan (Djaenuddin, et all, 2003). Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian, dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya.

(14)

pemineralan fosfor organik pada tanah asam yang disebabkan karena dinaikkannya pH 6 dan 7 (Sanchez, 1993).

Pada lahan sawah intensifikasi pemakaian pupuk P cenderung berlebihan, sehingga banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk P pada tanaman tidak diikuti dengan peningkatan hasil serta efisiensinya sangat rendah, sementara harga pupuk tersebut cukup mahal. Dari hasil analisis, jumlah P yang terangkut pada saat panen cukup kecil dan fosfat yang diserap tanaman padi pada lahan irigasi 15-20% dan pada lahan kering hanya 10-15% dari takaran pupuk yang diberikan, sementara sisanya tinggal didalam tanah sebagai residu dalam bentuk senyawa P (Adiningsih, 2004).

Survei dan pemetaan tanah berfungsi untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan menentukan potensinya pada berbagai macam penggunaannya. Pada penelitian ini, status hara fosfat dan penyebarannya pada daerah lahan sawah pada daerah irigasi Bahal Gajah/ Tiga Bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun dilakukan dengan survei dan pemetaan.

Kabupaten Simalungun secara administrasi memiliki luas wilayah 4.386,6 Km2 atau 6,12 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari 31 kecamatan, 22 kelurahan, dan 345 desa/ nagori. Secara geografis Kabupaten Simalungun terletak antara 02o36’-03o18’ LU dan 98o32’-99o

Kecamatan Sidamanik terletak di Kabupaten Simalungun dengan luas wilayah 83,56 Km

35’ BT, dan berbatasan dengan 8 kabupaten tetangga yaitu: Kabupaten Serdang Berdagai, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, dan Kota Pematangsiantar.

2

(15)

geografis Kecamatan Sidamanik terletak pada 2o50’51,4” LU dan 98o

Di Kecamatan Sidamanik memiliki beberapa daerah irigasi yaitu Daerah Irigasi Ambarisan, Daerah Irigasi Bah Tangan I-II, Daerah Irigasi Sarimatondang, Daerah Irigasi Manik Silau, Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon, Daerah Irigasi Manik Rejo, Daerah Irigasi Manik Hataran, dan Daerah Irigasi Jorlan Hulu.

53’55,3” BT. Dari luas tersebut hanya sekitar 1.651 Ha atau 19,76 % yang digunakan oleh penduduk sebagai lahan sawah dan luas lahan sawah irigasinya 2.240 Ha. Jumlah produksi yang dihasilkan pada tahun 2010 adalah 23.542,57

Ton/Ha (49,46 Kw/Ha) dengan luas panen 4.760 Ha (BPS Kabupaten Simalungun, 2011).

Dari data-data produksi padi sawah di Kecamatan Sidamanik, belum memberikan hasil yang optimum dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yang ada pada Kabupaten Simalungun. Produksi yang dihasilkan per kecamatan ini tidak stabil. Adapun penyebabnya karena kurangnya pengolahan tanah dan pemupukan yang efektif oleh petani. Untuk menerapkan pemupukan yang baik dan efisien diperlukan peta status hara yang dapat membantu petani untuk rekomendasi pemupukan.

(16)

Siantar I, Manik Siantar II, Manik Silau, Si Gorong, Bah Kapuran, Sipinggan, dan Tiga Bolon Pane.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan survei dan pemetaan status fosfat lahan sawah pada daerah irigasi Bahal Gajah di Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun, serta untuk penggunaan lebih lanjut bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Tujuan Penelitian

1. Untuk memetakan status fosfat lahan sawah pada daerah irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun.

2. Melihat keeratan hubungan antara produksi dengan ketersediaan P dan P Total lahan sawah pada daerah irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun.

3. Melihat hubungan antara P Total dengan P Tersedia lahan sawah pada daerah irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun.

Kegunaan Penelitian

1. Peta status hara ini diharapkan berguna sebagai acuan dalam pengelolaan lahan.

2. Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Survei dan Pemetaan Tanah

Survei memiliki arti yang bermacam-macam. Survei menurut Oxford adalah peninjauan secara umum, melihat-lihat atau memikirkan tentang sesuatu; inspeksi kondisi tentang sesuatu. Survei menurut Webster adalah belajar secara menyeluruh (general study), belajar secara komprehensif atau pengujian. Sedangkan menurut ITC-UNESCO, survei adalah uraian keseluruhan dari aktivitas dan proses (dalam Van den Broek, 1981), termasuk di dalamnya adalah sebagai berikut.

- Perumusan tujuan (pelaksanaan survei khusus atau spesifikasi survei) - Prosedur perencanaan (perencanaan proyek survei)

- Kompilasi data dan ekstraksi informasi (dengan jalan analisis dan manipulasi data)

- Penyajian informasi (dalam bentuk peta, laporan dan sebagainya) (Abdulah, 1992).

(18)

Tujuan utama survei tanah adalah (1). Membuat semua informasi spesifik yang penting tentang tiap-tiap macam tanah terhadap penggunaannya dan sifat-sifat lainnya sehingga dapat ditentukan pengelolaanya, (2). Menyajikan uraian satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat diinterpretasikan oleh orang-orang yang memerlukan fakta-fakta mendasar tentang tanah (Hakim, dkk. 1986).

Dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survei. Biasanya dalam metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta (Rayes, 2007).

Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (termodiology geodesi) dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy (Tamtomo, dalam Sianturi 2008). Tujuan pemetaan adalah melakukan pengelompokan tanah ke dalam satuan-satuan peta tanah yang masing-masing mempunyai sifat-sifat yang sama. Masing-masing satuan peta diberi warna yang sedapat mungkin sesuai dengan warna tanah yang sebenarnya. Disamping itu dicantumkan pula simbol-simbol atau nomor urutnya untuk memudahkan pembacaannya. Walaupun demikian batas-batas persamaan tersebut sudah barang tentu dibatasi oleh ketelitian (skala) dari peta-peta tersebut (Hardjowigeno, 2007).

(19)

maupun dalam segi klasifikasi tanahnya. Pengamatan-pengamatan di lapang harus dilakukan dengan teliti dan penggambaran titik-titik pengamatan ke dalam peta harus tepat. Pengamatan yang baik di lapang tetapi salah melatakkan atau menggambarkan dalam peta akan menghasilkan peta tanah yang salah yang tidak bermanfaat untuk digunakan. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan peta tanah yang baik dan benar diperlukan persiapan, pelaksanaan lapang, dan pengolahan data yang sebaik-baiknya.

1). Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap studi pustaka, yaitu meneliti dan mengkaji pustaka yang telah ada tentang keadaan tanah di daerah tersebut. Dengan demikian gambaran kasar tentang daerah yang akan diteliti telah didapat. Dalam tahapan ini berbagai data perlu diteliti terutama: peta topografi, peta geologi, iklim hidrologi, pola drainase, penggunaan tanah dan tataguna hutan kesepakatan, penduduk dan sarana angkutan (komunikasi) dll.

2). Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan bertujuan mempersiapkan survei utama yang akan dating di lokasi survei.

3). Survei Utama

(20)

Survei dan pemetaan tanah tidak hanya dapat memberikan gambaran tentang macam tanah yang dijumpai, tetapi harus dapat menggambarkan secara tepat dimana tanah tersebut dijumpai. Hal ini tidak berarti bahwa tanah yang dijumpai haruslah homogen, melainkan harus dapat menggambarkan bahwa pada suatu poligon yang dicantumkan dalam satuan peta tanah dapat diketahui satuan tanah utama (yang mendominasi) dan satuan peta tanah pendamping (Foth, 1994).

Peta tanah adalah peta yang menggambarkan sebaran jenis-jenis tanah disuatu tempat. Peta tanah dilengkapi dengan legenda yang secara singkat menerangkan sifat-sifat tanah dan masing-masing satuan peta. Satuan peta tanah (soil mapping unit) tersusun atas unsur-unsur yang pada dasarnya merupakan kesatuan dari tiga satuan, yakni satuan tanah, satuan bahan induk, dan satuan wilayah. Perbedaan satuan peta dalan berbagai kategori peta tanah terlerak pada ketelitian masing-masing unsur satuan petanya. Penggunaan tiga unsur tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan tanah dan sebarannya disuatu wilayah. Sementara ini, terutama di Indonesia, peta tanah dibuat untuk kepentingan pertanian, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dapat dimanfaatkan dibidang lain, seperti bidang keteknikan (pembuatan jalan, pembuatan saluran, penampung limbah industry, permukiman tempat pembuangan sampah, dan lain-lain) (Sutanto, 2005).

(21)
(22)

s/d

Skala peta adalah perbandingan antara jarak dua titik di dalam peta terhadap jarak sebenarnya di lapangan. Bila jarak 5 cm di dalam peta maka jarak di lapangan adalah 5 km (500.000 cm) karena skala peta adalah 1:100.000. Apabila jarak di lapangan 100 km dan peta yang digunakan berskala 1:100.000 maka jarak dua titik di peta adalah 10 cm (Sutanto, 2005).

Tanah Sawah

(23)

saluran-saluran drainase. Sawah yang airnya berasal dari irigasi disebut sawah irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah surut, sedangkan yang dikembangkan daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Menurut Deptan (2008), padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah tergenang. Penggenangan tanah akan mengakibatkan perubahan-perubahan sifat kimia tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Perubahan-perubahan sifat kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : penurunan kadar oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan pH tanah, reduksi besi dan mangan, peningkatan suplai dan ketersedian nitrogen serta peningkatan ketersediaan fosfor. Hakim, dkk. 1986 menambahkan bahwa dengan adanya penggenangan menyebabkan suasana reduktif terus-menerus pada lapisan bajak dan illuviasi oksidatif dari besi dan oksida-oksida mangan di subsoil, maka berkembanglah suatu bentuk profil tanah. Secara morfologi mempunyai kriteria kompak tipis, lapisan memedas di bawah lapisan bajak, dan horizon subsurface yang bercak besi dan mangan.

Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah satunya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu). Pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara C 94%, P 45%, K 75%, S 70%, Ca 30%, dan Mg 20% dari total kandungan hara dalam jerami (Suriadikarta dan Adimihardja, 2001).

(24)

sebagai masalah yang serius. Kendala dalam ekosistem tegalan yakni tanah lebih melapuk dan mudah tercuci, bereaksi masam, kadar Al tinggi, maka terjadi

kekurangan P dan hara lain sehingga menyebabkan turunnya produksi ( Hasibuan, 2009).

Menurut Ponamperuma (1985), jika tanah digenangi maka konsentrasi P-larut dalam air dan asam mula-mula meningkat sampai mencapai puncak atau mendatar kemudian turun. Puncak P-larut dalam air yang terendah terjadi pada tanah liat masam yang kaya Fe aktif dan puncak tertinggi pada tanah pasir yang miskin Fe aktif.

Meningkatnya ketersediaan P pada awal penggenangan disebabkan oleh: a. Reduksi FePO ∙ 2H2O→ Fe(PO4)2 ∙ 8H2 d. Pelepasan occluded P (P-tersemat)

pada tanah masam

e. Pertukaran ion (Agus, dkk, 2004).

Unsur Hara Fosfat

Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak dan essensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan ( Damanik, dkk, 2010).

(25)

tanah. Kandungan fosfat organik pada lapisan tanah atas (top soil) lebih banyak bila dibandingkan dengan sub soil. Hal ini disebabkan karena absorbsi/ serapan akar tanaman yang sampai ke sub soil, sedangkan pada top soil terdapat akumulasi

dari sisa- sisa tanaman dari satu generasi ke generasi berikutnya (Hakim, dkk, 1986).

Ketersediaan Fosfor di dalam tanah sangat tergantung kepada sifat dan ciri tanah itu sendiri, serta bagaimana pengelolaan tanah itu oleh manusia. Pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfat. Oleh karena itu kandungan fosfor di dalam tanah hanya bersumber dan ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan tingkat pelapukannya (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Bersama- sama N dan K tergolong ke dalam unsur hara utama. Fosfat terdapat di dalam setiap tanaman, walaupun jumlahnya tidak sebanyak N dan K. Unsur ini terutama diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, (PO43-) yang sumber utamanya dari Ca-, Al-, Fe- Fosfat dan kandungan di dalam tanah 0,01% - 0,1%. Penyerapan bentuk ion ini oleh tanaman dipengaruhi oleh pH disekitar perakaran. Pada pH yang lebih rendah akan meningkatkan absorpsi ion- ion H2PO4, sedangkan pada pH yang lebih tinggi ion- ion HPO4

Umumnya, P sukar tercuci oleh air hujan ataupun air pengairan. Hal ini disebabkan karena P bereaksi dengan ion lain dan membentuk senyawa yang tingkat kelarutannya berkurang, sehingga menjadi senyawa yang tidak mudah tercuci. Bahkan mungkin sebagian menjadi ion yang tidak tersedia untuk tanaman atau terfiksasi dengan senyawa lain (Tan, 1995).

(26)
(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada lahan sawah yang diairi Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon yang terdapat di Kecamatan Sidamanik dengan luas 530 Ha. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi, serta dilanjutkan dengan pembuatan peta digital di Laboratorium SIG (Sistem Informasi Geografi), Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Desember 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian, sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian, dan bahan-bahan kimia untuk analisa di laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System) untuk mengetahui titik koordinat pengambilan sampel tanah, bor tanah untuk mengambil sampel tanah, kantong plastik 1 kg sebagai wadah tanah dan kamera, serta alat-alat laboratorium untuk analisis tanah.

Metode Penelitian

(28)

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Awal

Kegiatan yang dilakukan untuk persiapan awal adalah studi literatur, konsultasi dengan dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, penyediaan lokasi penelitian dan peta daerah irigasi, penyediaan bahan peralatan yang digunakan di lapangan dan mengadakan survei pendahuluan untuk mempersiapkan survei utama yang meliputi pencarian informasi yang sesungguhnya untuk memperinci segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi data tersebut.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan mengadakan survei pendahuluan untuk orientasi lapangan penelitian. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap grid yang mengenai Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon. Setiap grid diambil 5 titik secara zigzag lalu dikompositkan kemudian dijadikan satu sampel. Pemboran (boring) dilakukan pada daerah yang telah ditentukan dengan kedalaman 0-20 cm. Kemudian mencatat letak koordinat posisi pemboran, bujur (longitude), lintang (latitude), dan ketinggian tempat dengan menggunakan GPS (Global Position System). Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

c. Analisis Tanah

(29)

Totalnya. Hal ini di lakukan sebagai dasar untuk mengetahui tingkat penyebaran status hara tanah pada daerah penelitian tersebut.

Parameter yang diukur adalah P-tersedia dengan metode bray II dan P-total dengan metode dekstruksi asam.

d. Pemetaan

Hasil analisis tanah dan titik koordinat lokasi sampel dipetakan dengan menggunakan program Arcview GIS, sehingga diperoleh peta penyebaran unsur hara sesuai dengan tingkat status haranya.

e. Data produksi

Pengumpulan data produksi dari lahan sawah tersebut dikumpulkan untuk mengetahui perbandingan hasil panen dari beberapa desa tersebut.

f. Analisis data statistik

− Regresi antara P-total terhadap P-tersedia

− Regresi antara dosis terhadap ketersediaan P-tersedia dan P-total − Untuk mengetahui bentuk model turunan antara P-total, P-tersedia dan

pupuk P, dilakukan analisis regresi. − Nilai R2

− Nilai koefisien regresi digunakan untuk melihat hubungan variabel

independent terhadap variabel dependent.

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

P-tersedia

Berdasarkan hasil analisis contoh tanah yang dapat di lihat pada Lampiran 1 maka kandungan unsur hara fosfor yang tertinggi dengan nilai 67, 09 ppm dan terendah sebesar 8,72 ppm.

Kriteria status hara berdasarkan Balai Penelitian Tanah 2005 (Lampiran 2). Dari hasil analisis tanah, maka daerah penelitian dapat digolongkan menjadi 3 golongan status hara yaitu sedang, tinggi dan sangat tinggi, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Luas Wilayah Status Hara P- tersedia

Status hara Luas (Ha) Luas (%)

Sedang 6,087 Ha 1,43%

Tinggi 136,005 Ha 31,84%

Sangat tinggi 286,009 Ha 66,73%

Total 427,101 Ha 100%

(31)
(32)

P-total

Berdasarkan hasil analisis contoh tanah yang dapat di lihat pada Lampiran 1 maka kandungan unsur hara fosfor yang tertinggi dengan nilai 459,26% dan terendah sebesar 28,97%.

Dari hasil analisis contoh tanah yang dapat kita lihat pada Tabel 2. maka daerah penelitian dapat digolongkan menjadi 3 golongan status hara yaitu sedang, tinggi dan sangat tinggi, berdasarkan kriteria dari Balai Penelitian Tanah 2005 (Lampiran 2).

Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Status Hara P-total

Status hara Luas (Ha) Luas (%)

Sedang 48,393 Ha 11,33%

Tinggi 109,445 Ha 26,67%

Sangat tinggi 269,263 Ha 62%

Total 427,101 Ha 100%

(33)
(34)

Regresi antara P-total dengan P-tersedia

Kadar P-total tanah diukur dengan menggunakan metode P2O5

Tabel 3. Analisis Ragam Regresi F hitung P-total Terhadap P-tersedia

, sedangkan P-tersedia tanah diukur dengan metode Bray II. Dari hasil analisis varian model

regresi dapat diterima dengan tingkat signifikasi α ≤ 0,01 seperti terlihat

Dari Tabel 3. diatas dapat dilihat nilai F hitung yaitu 20,151 sedangkan nilai F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas (df) Residual (sisa) yaitu 68 sebagai df penyebut dan df Regression (perlakuan) yaitu 1 sebagai df pembilang dengan tarap siginifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 4,00. Karena F hitung (20,151) > F tabel (4,00) maka Ho ditolak.

Dari Tabel 4. Dapat dinyatakan bahwa model regresi dapat menjelaskan P-tersedia hanya mampu diterangkan oleh P-total. Nilai R2 diperoleh dari hasil analisis ragam model regresi. Nilai R2

Tabel 4. Analisis Ragam Model Regresi

yaitu 22,9% yang berarti bahwa nilai P-total berpengaruh sangat nyata sebesar 22,9% terhadap P-tersedia.

(35)

Dari Tabel 5. diperoleh nilai signifikan sebesar 0,00, yang berarti bila nilai signifikannya ≤ 0,01 menunjukkan bahwa kadar P-total berpengaruh sangat nyata untuk meningkatkan P-tersedia tanah. Dari analisis data statistik di atas juga diperoleh persamaan regresi YP tersedia

Tabel 5. Analisis Ragam Regresi Koefisien P-total Terhadap P-tersedia = 34,097 + 2,367 P-total. *nilai signifikasi ≥ 0,05 berarti berpengaruh tidak nyata sedangkan ≤ 0,05 berarti berpengaruh nyata dan ≤ 0,01 berarti berpengaruh sangat nyata.

Regresi antara dosis pupuk P dengan P-tersedia

Kadar P-total tanah diukur dengan menggunakan metode P2O5

Tabel 6. Analisis Ragam Regresi F Hitung Dosis Pupuk Fosfat Terhadap , sedangkan P-tersedia tanah diukur dengan metode Bray II. Dari hasil analisis varian model regresi dapat diterima dengan tingkat signifikasi α ≥ 0,05 seperti terlihat pada Tabel 6.

(36)

sebagai df pembilang dengan tarap siginifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 5,32. Karena F hitung (0,175) < F tabel (5,32) maka Ho diterima.

Dari Tabel 7. Dapat dinyatakan bahwa model regresi dapat menjelaskan P-tersedia hanya mampu diterangkan oleh dosis pupuk Fosfat. Dari Tabel 7. Juga dapat dapat dilihat nilai R2

Tabel 7. Analisis Ragam Model Regresi

yaitu 2,1% yang berarti bahwa nilai dosis berpengaruh tidak nyata sebesar 2,1% terhadap P-tersedia.

R R Square Adjusted R Square Std. Error of Estimate 0,146 0,021 -0,101 1,55274

Dari Tabel 8. diperoleh nilai signifikan sebesar 0,686, yang berarti bila nilai signifikannya ≥ 0,05 menunjukkan bahwa nilai dosis berpengaruh tidak nyata untuk meningkatkan P-tersedia tanah. Dari analisis data statistik di atas juga diperoleh persamaan regresi YP tersedia

Tabel 8. Analisis Ragam Regresi Koefisien Dosis Pupuk Fosfat Terhadap = 11,804 – 1,061 dosis.

P-tersedia

Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 11,804 1,080 10,927 0,000 Dosis -1,061 2,532 -0,146 4,489 0,686

*nilai signifikasi ≥ 0,05 berarti berpengaruh tidak nyata sedangkan ≤ 0,05 berarti berpengaruh nyata dan ≤ 0,01 berarti berpengaruh sangat nyata.

Regresi antara dosis pupuk P dengan P-total

(37)

regresi dapat diterima dengan tingkat signifikasi α ≥ 0,05 seperti terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Ragam Regresi F Hitung Dosis Pupuk Fosfat Terhadap P-total

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 245,290 1 245,290 0,815 0,393

Residual 2408,731 8 301,091 Total 2654,021 9

* Jika F hitung ≤ F tabel (Lampiran 4.) atau probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima dan jika F hitung > F tabel atau probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.

Dari Tabel 9. diatas dapat dilihat nilai F hitung yaitu 0,815 sedangkan nilai F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas (df) Residual (sisa) yaitu 8 sebagai df penyebut dan df Regression (perlakuan) yaitu 1 sebagai df pembilang dengan tarap siginifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 5,32. Karena F hitung (0,815) < F tabel (5,32) maka Ho diterima.

Dari Tabel 10. dapat dinyatakan bahwa model regresi dapat menjelaskan P-total hanya mampu diterangkan oleh dosis pupuk Fosfat. Dari Tabel 10. juga dapat dilihat nilai R2

Tabel 10. Analisis Ragam Model Regresi

yaitu 9,2% yang berarti bahwa nilai dosis berpengaruh tidak nyata sebesar 9,2% terhadap P-total.

R R Square Adjusted R Square Std. Error of Estimate 0,304 0,092 -0,021 17,35198

(38)

Tabel 11. Analisis Ragam Regresi Koefisien Dosis Pupuk Fosfat Terhadap P-total

Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 54,297 12,072 4,498 0,002 Dosis 25,541 28,298 -0,304 0,903 0,393 *nilai signifikasi ≥ 0,05 berarti berpengaruh tidak nyata sedangkan ≤ 0,05 berarti berpengaruh nyata dan ≤ 0,01 berarti berpengaruh sangat nyata.

Pembahasan

Dari peta status hara P-tersedia pada Gambar 1, berdasarkan kriteria Balai Penelitian tanah 2005 maka status hara fosfor digolongkan menjadi 3 golongan yaitu hara sedang (6,087 Ha), hara tinggi (135,905 Ha) dan hara sangat tinggi (285,009 Ha). Status hara sangat tinggi lebih dominan atau memiliki luasan lebih besar daripada status hara sedang dan tinggi. Berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong memiliki kandungan ketersediaan unsur hara Fosfor yang sangat tinggi bagi tanaman.

Dari peta status hara P-total pada Gambar 2, berdasarkan kriteria Balai Penelitian tanah 2005 maka status hara fosfor digolongkan menjadi 3 golongan yaitu hara sedang (48,393 Ha), hara tinggi (109,445 Ha) dan hara sangat tinggi (269,263 Ha). Status hara sangat tinggi lebih dominan atau memiliki luasan lebih besar daripada status hara sedang dan tinggi. Berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong memiliki kandungan P-total yang sangat tinggi bagi tanaman.

(39)

ketinggian yang lebih tinggi. Oleh air P dibawa ke daerah yang memiliki ketinggian yang lebih rendah dan menumpuk di daerah tersebut. Sehingga kadar P lebih besar.

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada daerah studi, status hara P-total terluas (62%) dan status hara P-tersedia terluas (66,73%) dengan status hara sangat tinggi.

2. Kadar P total berpengaruh sangat nyata untuk meningkatkan P-tersedia tanah.

3. Dosis pupuk P berpengaruh tidak nyata pada ketersediaan P tanah dan P-total tanah.

Saran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S. 1996. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Adiningsih, S. 2004. Dinamika Hara Dalam Tanah Dan Mekanisme Serapan Hara Dalam Kaitannya Dengan Sifat-Sifat Tanah Dan Aplikasi Pupuk. LPI dan APPI, Jakarta.

Agus. F., A. Adimiharja., S. Hardjowigeno. A. M. Fagi., dan W. Hartatik. 2004. Tanah sawah dan Pengelolaannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Biro Pusat Statistik. 2008. Sumatera Dalam Angka. BPS Provinsi Sumatera Utara. Biro Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Simalungun Dalam Angka. BPS Kabupaten

Simalungun.

Dinas Pertanian. 2008. Pedoman Pertanian Organik.

Diakses Pada Tanggal 24 Februari

2012.

Djaenuddin, D., Marwan H., H. Subagyo, A. Mulyani dan Suharta. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah. Badan Litbang Pertanian.

Foth, H. D. 1994. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E. D Purbayanti., D. R Lukiwati., R. Trimulatsih. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Hakim. N., Nyakpa. Y. M., A.M. Lubis., Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B. Hong., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press. Bandar Lampung.

Hardjowigeno, S, H. Subagyo, dan M. L. Rayes. 2009. Morfologi dan Klasifikasi Tanah Sawah.

http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Dokumentasi buku tanah sawah

tanah sawah1.pdf. Diakses Pada Tanggal 24 February 2012.

Hardjowigeno. S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia. Malang. Hardjowigeno, S., 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

(42)

Mukhlis, Sarifuddin dan H. Hanum. 2011 Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. USU Press, Medan

Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS. Andi, Yogyakarta.

Ponnamperuma, F. N. 1985. Chemical kinetics of Wetland rice Soils Relative to Soil Fertility. In: Wetlands Soils: Characterization, Clasification and Utilization, p. 71-90. Los Banos, Laguna, Philipines: The International Rice Research Institute.

Rayes, L. M. 2007. Metode Inventaris Sumber Daya Lahan. ANDI, Yogyakarta. Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.

Kanisius.Yogyakarta.

Sanches, P. A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika Jilid 2. ITB, Bandung. Suriadikarta, D.A., dan Adimihardja A. 2001, Penggunaan Pupuk Dalam Rangka

Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah, Jurnal Litbang Pertanian 20 (4), Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimatologi, Bogor. Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius.

Yogyakarta.

Tamtomo, J. P. 2008. Land Surveying and Mapping : Pengukuran dan Pemetaan Tanah. http://tanahkoe.tripod.com/bhumiku/id10.html.

(43)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Sawah

No.lap P-bray Kriteria P2O5 Kriteria A3 57,62 Sangat Tinggi 171,68 Sangat Tinggi B2 10,48 Tinggi 63,57 Sangat Tinggi B3 14,01 Tinggi 91,68 Sangat Tinggi C2 12,47 Tinggi 80,87 Sangat Tinggi C3 10,04 Tinggi 87,36 Sangat Tinggi C4 14,23 Tinggi 126,28 Sangat Tinggi D3 12,47 Tinggi 61,41 Sangat Tinggi

D4 11,5 Tinggi 52,76 Tinggi

D5 9,38 Sedang 48,43 Tinggi

E3 10,04 Tinggi 57,08 Tinggi

E4 9,82 Sedang 50,60 Tinggi

E5 9,60 Sedang 44,11 Tinggi

E6 10,70 Tinggi 39,79 Sedang

F4 8,94 Sedang 35,46 Sedang

F5 8,72 Sedang 35,46 Sedang

F6 10,93 Tinggi 28,97 Sedang

F7 9,16 Sedang 33,30 Sedang

G3 15,33 Sangat Tinggi 87,36 Sangat Tinggi G4 31,41 Sangat Tinggi 67,90 Sangat Tinggi G5 30,31 Sangat Tinggi 52,76 Tinggi

(44)

G7 10,26 Tinggi 41,95 Tinggi

G8 9,82 Sedang 48,43 Tinggi

H3 19,07 Sangat Tinggi 179,01 Sangat Tinggi H4 22,38 Sangat Tinggi 128,44 Sangat Tinggi

H5 9,36 Sedang 44,11 Tinggi

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

22 4,3 3,44 3,05 2,82 2,66 2,55 2,46 2,4 2,34 2,3 23 4,28 3,42 3,03 2,8 2,64 2,53 2,44 2,37 2,32 2,27 24 4,26 3,4 3,01 2,78 2,62 2,51 2,42 2,36 2,3 2,25 25 4,24 3,39 2,99 2,76 2,6 2,49 2,4 2,34 2,28 2,24 30 4,17 3,32 2,92 2,69 2,53 2,42 2,33 2,27 2,21 2,16 40 4,08 3,23 2,84 2,61 2,45 2,34 2,25 2,18 2,12 2,08 60 4 3,15 2,76 2,53 2,37 2,25 2,17 2,1 2,04 1,99 120 3,92 3,07 2,68 2,45 2,29 2,18 2,09 2,02 1,96 1,91

∞ 3,84 3 2,6 2,37 2,21 2,1 2,01 19 1,94 1

(50)
(51)
(52)

SP 36 3.5 87.5

KCl 0 0.0

PHONSKA 0 0.0

8 H. br Ambarita Pemilik padi - padi –

padi

Siherang Urea 13 325.0 3.2 Tidak ada Lancar

ZA 1.6 40.0

SP 36 6.7 167.5

KCl 30 750.0

PHONSKA 6.7 167.5

9 Mukhri Pemilik padi - padi –

padi

Siherang Urea 3 75.0 3.4 Tidak ada Lancar

ZA 3 75.0

SP 36 16.7 417.5

KCl 0.0

PHONSKA 0.0

10 T. br Sidauruk Pemilik padi - padi -

padi

Siherang Urea 7.7 192.5 3.5 Tidak ada Lancar

ZA 3.8 95.0

SP 36 3.8 95.0

KCl 0 0.0

Gambar

Gambaran umum
Tabel 1. Sebaran Luas Wilayah Status Hara P- tersedia
Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Status Hara P-total
Tabel 3. Analisis Ragam Regresi F hitung P-total Terhadap P-tersedia
+4

Referensi

Dokumen terkait

aktual tidak berbeda signifikan yang artinya metode SLD dapat memprediksi formula optimum dan respon bobot jenis, viskositas, pH, serta persen alkali bebas sabun cair

Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi optimum senyawa alelopati alang-alang yang diekstrak dengan cendawan pengurai molekul organik ( Trichoderma sp.) yang dapat

Guna mengatasi hal tersebut, maka di- perlukan strategi pemasaran dan penjualan yang efektif, mudah, dan murah dalam mendorong keberhasilan UMKM untuk memperluas akses pasar

(1) Perbekel yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) setelah melalui proses peradilan terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan

Dalam ajaran islam, kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah memelihara dan mendidiknya. Oleh karena itu orangtua diharapkan memberikan pendidikan dan pengarahan

Kuat tarik belah 3% memperoleh hasil kuat tarik sebesar 7,81 Mpa,Dari hasil analisa test kuat tekan dan kuat tarik belah beton dengan menambahkan serat daun pandan

Berdasarkan hasil analisis validitas soal terhadap soal ulangan harian materi Perubahan Lingkungan, didapatkan nilai validitas soal dengan kriteria validitas sangat

Coloroso (2008) mengatakan bahwa bullying merupakan tindakan intimidasi atau penindasan yang dilakukan seseorang yang menganggap dirinya lebih kuat kepada orang lain