• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh suplementasi niasin (Nicotinic Acid) terhadap produksi dan kolesterol telur ayam hysex brown

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh suplementasi niasin (Nicotinic Acid) terhadap produksi dan kolesterol telur ayam hysex brown"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

PENGARUH SUPLEhU3N'BTASI

NUSIN O T I N I C

ACID)

TERHADAP BRODUmI DAN KOLESTEROL TELUR

(12)

PENGARUH SUPLEMENTASI NIASIN

(NICOTINIC ACID)

TERHADAP PRODUKSI DAN KOLESTEROL TELUR

AYAM HYSEX BROWN

THE EFFECT OF

NIACIN

SUPPLEMENTATION ON PRODUCTION AND EGG CHOLESTEROL OF HYSEX BROWN

LAYING HENS

ABSTRA CT

An experiment to study the effect of niacin supplementation on produc- tion and egg cholesterol of Hysex Brown laying hens was conducted using a Randomized Complete Block Design. Niacin in capsules containing 0, 250, 500, 750, 1000, 1250 pprn was given to individual hens in experiment I, and in experiment I1 niacin levels of 0, 500, 1000, 1500 pprn was also given to individual hens per day. Hysex Brown laying hens were individualy put in cages, banded and fed ad libitum.

Results showed that the effect of niacin supplementation at 750 pprn added to laying hen diets during four weeks of observation significantly reduced egg production by 29.01 percent, while the supplementation of

(13)

RINGKASAN

I NYOMAN SUTARPA SUTAMA. Pengaruh Suplementasi Niasin (Nicotinic Acid) terhadap Produksi dan Kolesterol Telur Ayam Strain Rysex Brown (di bawah bimbingan Juju Wahju sebagai ketua, R. Widjajakusuma, I. K. Arnrullah, A. A. Mattjik dan Muhilal sebagai anggota).

Telur merupakan salah satu bahan makanan asal ternak unggas yang kaya akan gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, disamping harganya murah, sehingga disebut wonderful food. Oleh karena itu, tidak mengherankan konsumsi telur di Indonesia cukup tinggi dibanding- kan dengan bahan

makanan

sumber protein hewani lain. Disisi lain, adanya persepsi, bahwa sebutir telur mengandung kolesterol relatif cukup tinggi, yaitu 200 - 250 mg atau 1280 mg per 1 0 0 g kuning telur (yolk). Konsumsi makanan berkolesterol dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis, bahkan konsumsi berlebih makanan kaya kolesterol, dan rendahnya konsumsi rnakanan berserat menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler

.

(14)

manusia sebesar 15 - 30 persen (Hotz, 1983) dan 7 persen kolesterol telur dari ayam yang diberi suplementasi niasin 500 ppm (Leibetseder , 1995). Pe- nurunan kadar kolesterol plasma terjadi, karena niasin menghambat aktivitas enzim HMG -KoA redukuse (Kutsky , 1973; Harper, 1992), Cipoprotein lipase (Hotz, 1983) dan adeniZut siklase (Montgomery et al., 1993), di hati, sehingga produksi VLDL (Very

Low

Density Lipoprotein) di hati, demikian juga aliran VLDL yang keluar dari hati berkurang. Akibatnya, produksi kolesterol total, LDL

(Low

Density Lipoprotein) dan trigliserida menurun, diikuti dengan peningkatan HDL (High Density Lipoprotein). Berkurangnya aliran VLDL yang keluar dari hati, merupakan suatu mekanisme yang memungkinkan terjadinya penurunan kolesterol telur (Beyer dan Jensen, 1991). Akan tempi, informasi mengenai peranan niasin hubungannya dengan produksi dan kolesterol telur masih beragam.

Penelitian ini dilakukan dua tahap, dengan tujuan untuk rnengetahui pengaruh taraf suplementasi niasin terhadap produksi dan koiesterol telur ayam Hysex Brown.

Penelitian Tahap pertama dirancang untuk mengetahui pengaruh taraf suplementasi niasin terhadap respons fisiologis ayam petelur , dengan jalan mengamati konsumsi ransum, produksi dan kolesterol telur. Hasil penelitian tahap pertama digunakan untuk menduga taraf niasin clan profil kolesterol telur pada ayam yang sedang produksi.

(15)

tebai kerabang telur, index warm kuning telur, kolesterol total, VLDL, LDL, HDL, dan TG plasma, kolesterol telur, niasin hati, hormon estrogen dan tiroksin pada plasma darah.

Penelitian biologis tahap pertama dilakukan di Farm Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan IPB, J1. Raya Pajajaran, selama 4 minggu mulai tanggal 10 April s.d. 10 Mei 1996. Penelitian tahap kedua dilaksanakan selama 12 minggu mulai tanggal 20 Juni s.d. 12 September 1996. Untuk analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium: Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Fisiologi Bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH IPB ,

Bogor serta Puslitbang. Gizi, Dep. Kes. Bogor.

Penelitian tahap pertama menggunakan ayam petelur Hysex Brown urnur 21 minggu (produksi 5 persen) sebanyak 60 ekor, setelah dua minggu masa adaptasi. Penelitian tahap kedua, menggunakan ayam petelur Hysex Brown umur 30 minggu (sedang produksi), sebanyak 80 ekor. Ayam di- tempatkan dalam kandang individu yang berukuran 35 x 30 x 4 0 cm, dilengkapi dengan tempat makan dan minum.

Ransum dalarn bentuk mash mengandung energi metabolis 2900.01 kkal per kg dan protein 16.5 persen (dihitung), terdiri dari jagung kuning, dedak padi, bungkil kacang kedele, tepung ikan, kalsium karbonat dan premix-B

.

(16)

Niasin &lam bentuk powder dimasukkan ke dalam kapsul (niasin terkapsulasi), disesuaikan dengan taraf yang telah ditentukan. Niasin di- berikan setiap pagi hari, dengan jalan dicekokkan perlahan - lahan melalui mulut ayarn. Untuk penelitian tahap pertama, &sesuaikan dengan konsumsi ransum per minggu, sedangkan per dua minggu untuk penelitian tahap kedua. Agar semua mendapat perlakuan yang sama, maka perlakuan kontrol (tanpa suplementasi niasin) ayam dicekokkan dengan kapsul kosong (placebo).

Suplementasi niasin 750 dan 1000 ppm yang diberikan ayam selama 4 rninggu nyata menurunkan produksi dan kolesterol telur sebesar 29.01 clan 14.45 persen, tanpa mempengaruhi konsumsi ransum (Penelitian tahap pertama). Penelitian tahap kedua, suplementasi niasin 1000 - 1500 ppm pada saat ayam berumur 34 minggu nyata menurunkan kolesterol plasma sebesar 10.45 persen, mengikuti persamaan regresi: Y p = 140.00

-

0.0114 X (r =

-

0.96). Kolesterol telur turun sebesar 19.22 persen, mengikuti per- samaan regresi: Y, = 1011.24 - 0.15 X (r = - 0.93), tanpa mem- pengamhi produksi telur. Suplernentasi niasin 0 , 500, 1000 dan 1500 ppm yang diberikan ayam selama 12 minggu tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum, produksi telur , berat telur , konversi ransum, Haugh unit, tebal kerabang telur , index warm kuning teIur , kolesterol plasma, kolesterol telur, hormon estrogen dan tiroksin plasma.
(17)

PENGARUH SUPLEMENTASI NIASIN

(NICOTINIC ACID)

TERHADAP PRODUKSI DAN KOLESTEROL TELUR

AYAM

HYSEX BROWN

Oleh

I NYOMAN SUTARPA SUTAMA

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar DOKT OR

pads

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASC ASARJ ANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

Judul : PENGARUH SUPLEMENTASI NIASIN (NICOTINIC ACID) TERHADAP PRODUKSI DAN KOLESTEROL TELUR AYAM HYSEX BROWN

Nama Mahasiswa : I NYOMAN SUTARPA SUTAMA Nomor Pokok : 93555

Prof. Dr. R. Widjajakusuma Dr. Ir. I. K . Amrullah

Anggota Anggota

D

Dr. Ir. A.A. Mattjik

Anggota

Dr. Muhilal Anggota

Ketua Program studi Ilmu Ternak ram Pascasarjana Program Pascasarjana

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan tanggal 1 Januari 1957 di Desa Bebetin, Singaraja, Bali. Putra ketiga dari delapan bersaudara keluarga petani I Nyoman Krena dan Ni Nyoman Sedani.

Lulus Sekolah Dasar No. 19 Singaraja tahun 1968, Sekolah Menengah Pertama Negeri I1 Singaraja tahun 1974 dan Sekolah Menengah Atas Negeri Singaraja tahun 1977. Tahun 1983 menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar

.

Tahun 1985 sampai sekarang sebagai staf pengajar Jurusan Nutrisi dan Makanan .Ternak di Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar

-

Bali.

Menikah tahun 1987 dengan Ir. Sri Anggreni Lindawati. Tahun 1993 sampai sekarang sebagai staf pengajar Jumsan Produksi Ternak dan dikaruniai dua anak, yaitu Ni Luh Lany Christina Prajawati dan I Made Hary Kartika Putra.

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wase) atas berkat dan rahmat-Nya selama penelitian ber- langsung dan penulisan hasil penelitian hingga selesai, yang akhirnya dapat dituangkan dalam bentuk Disertasi.

Penulisan Disertasi merupakan salah satu syarat setiap mahasiswa dalam rangka penyelesaian pendidikan untuk memperoleh gelar Doktor di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Disertasi ini dapat diselesai- kan dengan baik berkat adanya kerjasama yang serasi, selaras dan seimbang dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan yang berharga ini ingin diucapkan rasa terima kasih yang sangat dalam, terutama:

Kepada Yth. Bapak Prof. Dr. Juju Wahju selaku Ketua Komisi Pembimbing, atas kontribusinya yang telah diberikan berupa arafian, dorongan moril selama bimbingan. Disela - sela kesibukan beliau masih sempat menyisihkan waktu untuk melakukan pengamatan secara langsung jaiannya penelitian dilapangan. Memberikan telaah ilmiah secara mendalam, sehingga di dalam menuangkan rangkaian pemikiran ilmiah g u m menyusun disertasi ini, sedikit sekali menemukan rnasalah.

(21)

Kepada Yth. Bapak Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing beserta staf Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Unggas, atas segala bantuan moril dan saran - saran yang diberikan di dalam penulisan disertasi sampai selesai.

Kepada Yth. Bapak Dr. Muhilal selaku Anggota Komisi Pembimbing beserta staf Laboratorium Puslitbang. Gizi yang terkait, atas segala fasilitas, dorongan, bimbingan dan petunjuk yang penuh pengertian yang telah di- berikan, mulai pelaksanaan analisis di Laboratorium sampai selesai.

Kepada Yth. Bapak Dr. Ir. A. A. Mattjik selaku anggota Komisi Pembimbing, atas segala pengertian dan arahan yang berkaitan dengan masalah penetapan rancangan yang digunakan, sehingga biaya penelitian dapat ditekan seminimal mungkin. Disamping memberikan telaah ilmiah analisis statistika hasil penelitian.

Diucapkan banyak terima kasih yang sebesar - besarnya kepada yang terhormat:

Rektor Universitas Udayana dan Dekan Fakultas Peternakan Uni- versitas Udayana, atas dorongan moril serta kesempatan yang diberikan untuk melajutkan pendidikan S3 (Program Doktor) di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Direktur Program Pascasqjana beserta staf yang telah banyak mem- berikan bantuan fasilitas dan kemudahan - kemudahan yang berhubungan dengan adrninistrasi selama mengikuti pendidikan S3 pada Program Pasca-

(22)

sarjana Institut Pertanian Bogor. Ketua CPIU - IAEUP, atas bantuan bea- siswa yang diberikan selama mengikuti pendidikan S3 Program Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor.

Direktur Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor, atas segala bantuan prasarana dan sarana, seperti penyediaan air minum, lokasi untuk berlangsungnya penelitian.

Ketua Yayasan Aji Dharma Bhakti, Yayasan Astra dan Yayasan Super- semar yang telah memberikan bantuan dam, sehingga kekurangan biaya selama penelitian bedangsung dapat teratasi.

Kepala Laboratorium Produksi Ternak Unggas, atas segala bantuan alat sem fasilitas lain yang diberikan, beserta beberapa staf yang telah meluang- kan waktu untuk membantu di dalam pelaksanaan pembedahan organ re- produksi, pengamatan terhadap kualitas telur

,

tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih. Kepala Laboratorium Fisiologi, Bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH IPB, Bogor, atas segaia bantuan b e ~ p a alat

-

alat serta fasilitas lain yang disediakan, sehubungan dengan kelancaran pelaksanaan analisis hormon estrogen dan tiroksin, diucapkan terima kasih.

O r a n g tua, mertua, kakak, a d i k d a n ipar yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil, sehingga pekerjaan yang amat berat dan susah ini dapat terlaksana dengan baik. Walaupun ditengah - tengah per- jalanan mengaIami sedikit ketersedatan

.

Istri tercinta Ir. S r i Anggreni Lindawati,

M.

S i atas doa restu, pe- ngorbanan, ketabahan d m kesetiaannya mendampingi perjalanan hidup yang pahit dan serba kekurangan ini. Demikian pula anak - anakku tercinta dan
(23)

tersayang Ni Luh Lany Christina Prajawati serta I Made Hary Kartika Putra, yang selama mengikuti pendidikan S3 bersarna mertua, dengan sabar, tabah menatap dan meratap keadaan yang ada. Meskipun dernikian, mudah - mudahan persembahan disertasi ini dapat rnenghapus semua keadaan di atas.

Teman - teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, atas bantuan fisik dan dorongan yang telah diberikan dari awal sarnpai akhir pe- nelitian, tidak lupa diucapkan banyak terima kasih.

Melalui kesempatan ini pula tidak lupa disampaikan permohonan maaf yang sebesar - besarnya atas kesalahan yang telah diperbuat, baik sengaja maupun tidak sengaja selama pelaksanaan penelitian, bimbingan dan penulisan disertasi.

Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wase) membalas kebaikan dan selalu melimpahkan rahmat-Nya.

(24)

DAFTAR IS1

Halaman

...

ABSTRACT

...

111 RINGKASAN

...

iv RIWAYAT HIDUP

...

.

..

...

.xi UCAPAN TERIMA KASIH

...

xii

...

DAFTAR TABEL

...

X V I ~ I DAFTAR GAMBAR

...

xix DAFTAR LAMPIRAN

...

xx PENDAHULUAN

...

- 1

TINJAUAN PUSTAKA

...

-5 Vitamin

...

5 Niasin (Nicotinic Acid)

...

6 Struktur dan Sifat Biokimia Niasin

...

-6 Biosintesis Niasin

...

-7 Metabolisme Niasin

...

8

...

Kebutuhan Niasin 10

(25)

Telur

...

20 Komposisi Kirnia Telur

...

-20 Kolesterol Telur

...

-24

Proses Pembentukan Telur

...

-27 Niasin dan KolesteroI

...

28 MATERI DAN METODE PENELITIAN

...

-32

Penelitian Tahap Pertama

...

-32 Tempat dan Waktu Penelitian

...

32

...

Materi Penelitian - 3 3

...

Metode Penelitian -34

Penelitian Tahap Kedua

...

38

...

Tempat dan Waktu Penelitian 38

Materi Penelitian

...

-38 Metode Penelitian

...

39 HASIL DAN PEMBAHASAN

...

53 KESIMPULAN DAN SARAN

...

-92 DAFTAR PUSTAKA

...

... ...

-93 LAMPIRAN

...

-104
(26)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Komposisi kirnia telur

...

.22 2. Kadar air, kolesterol dan B-karoten pada telur segar

dan bubuk

...

..23 3. Komposisi kuning telur

...

.23 4 . Komposisi lernak kuning telur..

...

-25 5. Kandungan zat - zat makanan ransum..

...

.33 6. Taraf niasin yang diberikan tiap hari

...

.34 7. Rataan suhu dan kelembaban (RH) ruang kandang

penelitian

...

.54 8. Pengaruh suplementasi niasin terhadap konsumsi ransum,

produksi dan kolesterol telur selama 4 minggu penelitian.

...

.57 9. Pengaruh suplementasi niasin terhadap konsumsi ransum,

produksi telur, berat telur, konversi ransum selama

12 rninggu penelitian..

...

.63 10. Pengaruh suplementasi niasin terhadap Haugh unit, tebal

kerabang,dan index warna kuning telur selama 12 minggu

penelitian

...

.69 1 1 . Pengaruh suplementasi niasin terhadap kolesterol telur,

kolesterol plasma, VLDL, LDL, HDL, trigliserida plasma

dan niasin hati seIama 12 minggu penelitian

...

.75

...

12. Pengaruh suplementasi niasin terhadap histologi hati .84 13. Pengaruh suplementasi niasin terhadap hormon estrogen

(27)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. S truktur niasin

...

-7 2. Biosintesis niasin dari triptofan..

...

. 9 3. Biosintesis kolesterol..

...

.18 4. Pengaruh suplementasi niasin terhadap konsumsi

ransum selama 4 minggu penelitian

...

.58 5 . Pengaruh suplementasi niasin terhadap konsumsi

ransum selama 12 minggu penelitian

...

.59 6. Pengaruh suplementasi niasin terhadap

produksi selama 4 minggu penelitian

...

.61 7. Pengaruh suplementasi niasin terhadap produksi

selama 12 minggu peneiitian..

...

.64 8. Pengaruh suplementasi niasin terhadap kolesterol

telur selama 4 minggu penelitian..

...

.76 9a. Pengamh suplementasi niasin terhadap kolesterol

...

plasma selama 1 2 minggu penelitian -79

9b. Pengaruh suplementasi niasin terhadap kolesterol

...

plasma selama 12 minggu penelitian -79

10a. peng& suplementasi niasin terhadap kolesterol

...

telur selama 1 2 minggu penelitian -81

lob. Pengaruh suplementasi niasin terhadap kolesterol

...

telur selama 12 minggu penelitian .81

1 1 . Histologi hati ayam yang mendapat suplementasi

...

niasin pada akhir penelitian (Pembesaran 450 kali) .85

12. Profil estrogen setelah satu jam oviposisi pertama

...

(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Komposisi zat - zat makanan Premix-B..

...

105 2. Analisis ragam rataan konsumsi ransum seIama 4 minggu

penelitian tahap pertamaI06

3. Analisis ragam rataan produksi telur ( H D X ) selama 4 minggu

penelitian tahap pertarna.

...

106 4. Analisis ragam rataan kolesterol kuning telur selama

4 minggu penelitian tahap pertama

...

. I 0 7 5. Analisis ragam rataan konsumsi ransum selama 12 minggu

penelitian

...

. l o 7 6. Analisis ragam rataan produksi telur (HD%) selarna

12 minggu Penelitian

...

. I 0 8 7. Analisis ragam rataan berat telur selama 1 2 minggu

penelitian

...

-108 8. Analisis ragam rataan konversi ransum (FC)

...

selama 12 minggu penelitian 109

9. Analisis ragam rataan Haugh unit selama 1 2 minggu

...

penelitian 109

10. Analisis ragam rataan tebal kerabang telur selama

...

12 minggu penelitian.. . I 1 0

11. Analisis ragam rataan index warm kuning selarna

...

12 minggu penelitian.. . I 1 0

12. Analisis ragam rataan kolesterol total plasma minggu

...

ke-4 selaina 12 minggu penelitian . I 1 1

13. Analisis ragam rataan kolesterol total plasma selama

...

12 minggu penelitian.. . I 1 1

1 4 . Analisis ragam rataan HDL plasma selarna 12 minggu

...

(29)

Analisis ragam rataan LDL plasma selama 1 2 minggu

penelitian

...

112 Analisis ragam rataan VLDL plasma selama 12 minggu

penelitian

...

113 AnaIisis ragam rataan trigliserida plasma selama

12 minggu penelitian

...

1 1 3 Analisis ragam rataan kolesterol kuning telur minggu

ke-4 selama 12 minggu penelitian

...

114 Analisis ragam rataan kolesterol kuning telur selama

12 minggu penelitian

...

1 1 4 Analisis ragam rataan niasin hati pada akhir

penelitian

...

115 Analisis ragam rataan hormon estrogen plasma

selama 12 minggu penelitian

...

115 Analisis ragam rataan hormon tiroksin plasma selama

1 2 minggu penelitian

...

1 1 6 Analisis ragam rataan berat lima buah ova terbesar

dalam ovarium pada akhir penelitian

...

116 Analisis ragam rataan diameter lima buah ova terbesar

dalam ovarium pada akhir penelitian

...

117

...

AnaIisis ragam rataan panjang oviduk pada akhir penelitian 1 1 7

...

Analisis ragam rataan berat oviduk pada akhir penelitian 1 1 8

...

Analisis ragam rataan berat hati pada akhir penelitian 118

...

Analisis ragam rataan panjang usus halus pada akhir penelitian 119

...

(30)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telur merupakan salah satu bahan makanan asal ternak unggas yang kaya akan gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, disamping harganya murah, sehingga disebut wonderful food. Oleh karena itu, tidak mengherankan konsumsi telur di Indonesia cukup tinggi dibanding- kan dengan bahan makanan sumber protein hewani yang lain. Kenyataan seperti ini terbukti dengan meningkatnya konsumsi telur sebesar 3.42 persen tahun 1993, sedangkan tahun 1984 sebesar 3.12 persen (Biro Pusat Statistik, 1993). Peningkatan konsumsi telur sebesar 0 . 3 persen tersebut, tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang tinggi.

Disisi lain adanya persepsi, bahwa sebutir telur mengandung koles- terol yang reiatif cukup tinggi (Montgomery et al., 1993), yaitu 230 mg (Mountney , 1976), berkisar antara 200 - 250 mg (Yaffee et al., 1991), atau 1280 mg per 100 g kuning telur (North dan Bell, 1990). Disertai ungkapan bahwa mengkonsumsi makanan berkolesterol dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis (Kritchevsky , 1987). Willett (1994) melaporkan bahwa, apabila konsumsi berlebih makanan kaya kolesterol, rendahnya konsumsi makanan berserat dan berubahnya pola konsumsi merupakan suatu ha1 sentral dan mendasar dapat menimbulkan penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular (Coronary Heart Di sease)

.

(31)

konsumsi telur berkurang. Berkurangnya konsumsi telur per kapita terjadi ditengah - tengah kehidupan masyarakat di USA (United States of Assosiation) beberapa tahun belakangan ini (Economic Research Service, 1990). Fennema (1985) menambahkan bahwa dengan mengurangi konsumsi makanan yang kaya kolesterol dapat menurunkan kejadian penyakit tersebut di atas. Untuk itu, seyogyanya kepedulian terhadap masaiah kolesterol, terutarna kolesterol telur yang terkait erat dengan kesehatan masyarakat perlu di- tingkatkan.

Meskipun demikian, keberadaan kolesterol di daIam tubuh manusia tetap perlu, yaitu berkisar 1000

-

1500 mg per hari, karena hasil metabolisme kolesterol di dalam tubuh digunakan untuk pembentukan struktur membran sel serta lipoprotein plasma. Mempengaruhi permiabelitas membran plasma dan aktivitas enzim yang terkait pada membran. Kolesterol juga sebagai prekursor penting dalam sintesis sejumlah hormon steroid, 7-dehidrokolesterol yang dibutuhkan untuk produksi vitamin D, dan asam empedu untuk meng- emulsikan lemak makanifn pada usus halus (Bhagavan, 1992; Montgomery et al., 1993).

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, perlu dilakukan suatu upaya antisipasi yang diharapkan mampu menghasilkan, menyediakan teIur ataupun hasil ternak lainnya yang berkolesterol rendah. Alternatif yang dapat di- tempuh, yaitu dengan suplementasi zat makanan, seperti niasin (Nicotinic Acid) dalam ransum ayam petelur , karena penurunan kolesteroi tidak dapat dihasilkan hanya dengan pembatasan kolesterol ransum, tetapi juga dapat dilakukan melalui penghambatan biosintesis kolesterol.

(32)

petelur tidak nyata menurunkan kolesterol plasma, kolesterol telur, produksi telur dan meningkatkan berat telur. Suplementasi niasin 1000 pprn dalam ransum ayam White Leghorn dapat menurunkan kolesterol telur, dengan tidak mempengaruhi produksi telur (Sharma et al., 1979). Ouart et aE. (1987) dan Harms (1988) melaporkan bahwa, suplementasi niasin 22 ppm dalam ransum tidak berpengaruh terhadap produksi telur, konsumsi ransum dan konversi ransum, sedangkan suplementasi di atas 22 pprn berpengaruh terhadap pro- duksi telur ayam Hyline W-77. Achee dan Hebert (1994) mengungkapkan bahwa suplementasi niasin 45 pprn dalam ransum ayam Hyline W-36 tidak berpengaruh terhadap berat telur, menurunkan produksi telur disertai dengan penurunan kolesterol plasma dan meningkatnya kolesterol telur

.

Suplemen- tasi niasin 5 - 15 ppm dalam ransum tidak berpengaruh terhadap produksi telur, tetapi menurunkan berat kuning telur dengan tidak konsisten. Leeson et al. (1991) melaporkan bahwa suplementasi niasin 66 - 132 pprn dalarn ransum berpengaruh terhadap produksi dan kulit telur, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat telur, konsumsi ransum, berat badan, kolesterol telur dan Iemak hati. Lebih lanjut diungkapkan bahwa suplementasi niasin sarnpai 1022 pprn tidak berpengaruh terhadap kolesterol telur.

Niasin rnerupakan bagian dari vitamin 3

-

komplek, sebagai koenzim NAD (nikotin amide

-

adenin dinukleotid) clan NADP (nikotin arnide - adenin dinukleotid fosfat) yang sangat penting dalam proses reaksi oksidasi - reduksi (Schumm, 1993). Di dalam fungsi fisiologisnya niasin berperan sebagai koenzim untuk katabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Kutsky, 1973); menurunkan kolesterol plasma manusia sebesar 15 - 30 persen (Hotz, 1983) dan 7 persen pada kuning telur dari ayam yang diberi suplementasi niasin 500 pprn (Leibetseder , 1995).
(33)

glutan'l-KoA reduktase (HMG -KoA reduktase) di dalam hati, sehingga proses perubahan asam asetat dalarn bentuk asetil KoA menjadi asam mevalonat terhambat yang akhirnya pembantukan skualen, demikian juga kolesterol berkurang. Hotz (1983) menambahkan bahwa niasin menghambat aktivitas enzim lipoprotein lipase, adenilat siklase (Montgomery et al., 1993), se- hingga produksi VLDL (Very

Low

Density Lipoprotein) di hati, demikian juga aliran VLDL yang keluar dari hati berkurang, akibatnya produksi koles- terol total, LDL (Low Density Lipoprotein) dan trigliserida menurun, diikuti dengan peningkatan HDL (High Density Lipoprotein). Berkurangnya aliran VLDL yang keluar dari hati adalah suatu mekanisme yang memungkinkan terjadinya penurunan kolesterol telur (Beyer dan Jensen, 1991).

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi dan kolesterol telur ayam yang diberi suplementasi niasin.

Manfaat

(34)

TINJA UAN PUSTAKA

Vitamin

Vitamin merupakan bahan organik komplek, yang dibutuhkan daIam jumlah sangat sedikit pada makanan (relatif terhadap zat - zat makanan lairpya), karena vitamin bekerja sebagai katalisator yang memungkinkan t r a n s f o m s i makronutrien atau metabolisme (Lehninger , 1993). Vitamin esensial untuk pertumbuhan, hidup pokok dan kesehatan tern*. Artinya, dalam kondisi normal tidak dapat disintesis oleh jaringan tubuh dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan (Ensminger

,

1980).

Vitamin berdasarkan kelarutannya dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu: 1) yang larut dalam lemak (vitamin A. D, E, dan K), diakumulasilcan d a l a p hati dan pada beberapa bagian dari tubuh, sedangkan 2) larut dalam air, seperti vitamin B,, ,, ,,

,,

,,

,,,

H, Bc, dan kolin. Vitamin yang larut dalam air, kecudi vitamin B,, tidak disimpan di dalam tubuh. Akan tetapi, vitamin tersebut masuk ke dalam tubuh secara bebas, didapatkan dalam cairan tubuh intra/ekstraseluler dan keluar dari tubuh secara mudah rnelalui urin (Linder

.

1992).

Oleh karena itu, beberapa hal tersebut di atas dapat dijadikan suatu alasan sangat penting, bahwa vitamin yang larut dalam air harus ada &lam jumlah yang cukup memadai di dalam ransum (Ensminger

.

1980;
(35)

Niasin ifat Biokimia N ~ a s l s

. .

Struktur

dan

S

Niasin atau asam nikotinat (Nicotinic Acid), sesungguhnya merupakan bagian dari vitamin B-komplek, yang sering disebut piridin

R

- asam karboksilat atau sebagai deskripsi generik asam piridin 3 - asam karboksilat ("Pyridine-3 Carboxylic Acid"), dengan formula empiris C,H,NO, (Brody, 1945; Kutsky, 1973; Lloyd et al., 1978; Riis, 1983) dan rumus bangunnya disajikan pada Gambar 1.

Niasin disebut pula vitamin B, (Lloyd et al., 1978), Vitamin B, (Linder, 1992) atau PP = pellagra preventif. Dalam perdagangan niasin dikenal dengan nama nisil, akotin, nikotinipea atau nokonasid (Safro et al., 1990). Niasin dalam makanan stabil dibandingkan dengan vitamin lain dan tidak sensitif terhadap panas, cahaya, udara, asam maupun baw dan sedikit rusak selama pengolahan dan prosesing. Untuk a h i f sebagai vitamin, sisi

N

pada cincip piridin hams tidak terikat, misalnya terikat pada molekul enzim.

Menurut Andarwulan dan Koswara (1992), niasin dapat dikristalkan dalam bentuk jarurn dari hasil ekstraksi dalam air atau alkohol dan meleleh pada suhu 235.5 - 236.6"C. Dapat trersublimasi tanpa mengalami kemsakan, mempunyai spektrum absorpsi dengan panjang gelombang maksimum 385 nm. Di dalam jaringan tubuh ternak niasin berbentuk amide, bebas dan terikat pada sistem enzim.

(36)

Niasin

.

COOH

-

-,

.

-,

.

Adenin mononukleotid Nikotinamid mononukleotid Nikotinamid adenin dinukleotid (NAD+ )

Gambar 1. Stmktur niasin (Sumber: Riis, 1983)

lipoik dan biotin. Merupakan inti metabolisme sel, karena vitamin tersebut merupakan koenzim dalam reaksi tertentu bersama dengan glikolitik asam trikarboksilik (siklus krebs) dan lintasan pentose.

Biosintesis Niasin

[image:36.593.43.521.44.565.2]
(37)

Riis (1983) dan Schumm (1993) mengungkapkan bahwa, reaksi per- ubahan triptofan menjadi niasin (Gambar 2) merupakan reaksi yang mengatur laju pemutusan cincin aromatik yang dikatalisasi oleh tripdofan oksigenase (triptofan p i r o h e ) . Kemampuan ayam untuk merubah triptofan menjadi niasin sangat dipengaruhi oleh variasi genetik (Fisher dan Boorman, 1986). Enzim triptofan ooksigenase mempunyai gugus prostetik porfirin mengandung besi dan dapat dibangkitkan apabila ada triptofan.

Kondisi dibawah efisiensi 100 persen molar, 1.7 mg triptofan dapat menyediakan 1 mg niasin (Lloyd et a l . , 1978). Akan tetapi, dalam praktek, efisiensi tersebut tidak demikian (Parakkasi, 1983). Manusia lebih kurang 60 mg triptofan dapat memproduksi 1 mg niasin. Sekitar 1 per 60 triptofan dalam ransum dapat dikonversi menjadi asam nikotinik dan nicotinamide (Linder , 1992). Ratio perubahan triptofan menjadi niasin pada ayam ber- variasi, yaitu 45 : 1 (Allen et a l . , 1971), 50 : 1 (Lloyd et a l . , 1978) dan 40 : 1 (North dan Bell, 1990).

Metabolisme Niasin

(38)
[image:38.591.69.486.30.469.2]

hewan, seperti tikus, babi, anjing dan manusia berupa 5

-

methylnicotinamide rata - rata 3 mg per hari (Linder, 1992), sedangkan pada hewan pemakan rumput (herbivor) dikeluarkan melalui urin tanpa mengalami perubahan. Pengluaran metabolit niasin paada unggas dalam bentuk m atau R-niwtinyl ornitin atau dinicotinyl ornithin (Lloyd et a l . , 1978; Anggorodi, 1979: Scott et al., 1982).
(39)

Kebutuhan Niasin

Kebutuhan akan niasin yang diungkapkan dengan istilah equivalen niasin. Harga equivalen niasin ternyata sedikit bervariasi, karena kebutuhan triptofan lain disarnping untuk pembahannya menjadi niasin. Pembahan ini adalab suatu faktor variabel yang tergantung pada karbohidrat, logam - logam (aluminium, kalsium, kuprum dan natrium), hormon atau termasuk vitamin lain, umur, kinetik dan stres fisik (Safro et al., 1990).

Brody (1945); Fisher dan Boorman (1986) menyatakan bahwa ke- butuhan niasin setiap ternak berbeda

-

beda tergantung dari jenis, strain ternak. Menurut Anggorodi (1979). perbedaan kebutuhan niasin karena:

1) niasin disintesis dalarn tubuh ternak dari triptofan, jadi kebutuhan akan niasin tergantung dari kadar triptofan dalam ransum. 2) sebagian besar dari niasin yang terdapat pada bahan ransum dalam bentuk terikat, sehingga tidak &pat dimanfaatkan oleh ternak terutama ayam. Baru dapat dimanfaatkan, apabila diberi lamtan alkali terlebih dahulu

(North

dan Bell, 1990).
(40)

-

- -

~ ~ P Nnasnn S I

Riis (1983); Parakkasi (1983); North dan Bell (1990) menyatakan bahwa niasin sebagai pembentuk koenzim NAD ( N i k o t i m i d Adenin Dinukleotide) dan NADP (Nikotinamid Adenin Dinukleotide Phosfat), penting dalam reaksi - reaksi yang ada hubungannya dengan metabolisrne karbohidrat, protein dan lemak. NAD merupakan elektron akseptor pa* siklus Krebs dan proses dehidrogenase Iainnya. NADP khusus dalam proses dehidrogenase pada reduksi biosintesis. Linder (1992) menambahkan bahwa niasin juga berfungsi sebagai flushing (untuk menurunkan kadar kolesterol serum) dan untuk vasodilatator pernbuluh darah permukaan. Niasin me- nurunkan kolesterol misalnya VLDL dan LDL, yaitu dengan jalan 1) menghambat sekresi VLDL dari hati dan 2) menekan mobilisasi a s a p lemak dari jaringan adiposa, yang me~pzikan kerjasama sinergetik dengan asam empedu atau HMG-KoA (Bhagavan, 1992). Meskipun demikian, niasin mempunyai efek samping, seperti penekanan, hyperpigmentasi, gangguan saluran pencernaan, diarhe, fungsi hati tidak normal dan asam urat yang berlebihan pada urin.

(41)

pada tikus. Niasin taraf 1 - 2 persen dalam ransum dapat menghambat per- turnbuhan broiler dan phosphaturia, karena meningkatnya NAD di dalam kortek renal dengan jalan mengharnbat a r m mengatur Na+ yang tergantung pada transpot phosphor melalui membran tubuli ginjal, sehingga ATP (adenosine threephosphate), substansi untuk sintesis DNA (deoxyribo- nucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid) berkurang.

Sumber Niasin

Niasin terdapat pada hati, daging, kecambah gandum (Mindell, 1981), kacang (Riis, 1983), jagung (Linder, 1992), avokat, ikan, teIur dan biji bunga matahari (Tillman et aC., 1991), kelenjar adrenal, lensa mata, alfalfa (Andarwulan dan Koswara, 1992), susu dan hijauan (Anggorodi, 1979). Niasin juga terdapat pada tepung ikan, dedak padi dan beberapa hasil fer- mentasi (Parakkasi, 1983).

Di beberapa bagian tubuh ayam konsentrasi niasin ditemukan ber- variasi, yaitu 1 0 - 12; 8 - 15; 0.07 - 0.1; sedikit

-

1.0 dan 0.1 - 0.5 mg berturut - turut untuk serum darah, hati, kulit telur, kuning telur dan putih telur (Christensen, 1983).

Kolesterol Struktur Kolesterol

(42)

seluler (North dan Bell, 1990). Berat molekul 386.64 dengan perbandingan C

: H : 0 adalah 83.87; 11.99 dan 4t14 persen (Fruton dan Simmonds, 1962). Struktur kolesterol merupakan derivat dari inti perhidrosiklopentano- penantren yang mengandung sebuah gugus hidroksil alkohoI pada atom C, dan sebuah cabang rantai alifatik yang terdiri dari 8 buah atom karbon pada atom C

,,,

disarnping mempunyai ikatan rangkap pada atom C,,. C , dan C , dengan akhiran sistimatik "ene", posisi ketidak jenuhan pada intinya tersebut d i t a n w dengan simbul serta nomor atom karbon pada ikatan rangkap atau dengan meletakkan nomor atom karbon pada ikatan rangkap di belakang akhiran "ene" (Fruton clan Simmonds, 1962).

Sifat

dan

Sumber Kolesterol

Kolesterol adalah senyawa yang tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol yang dipanaskan pada suhu 80°C, tetapi Iarut dalam pelarut organik, seperti kloroform, eter, pyridin, benzena, petrolium eter dan lemak. Merupakan molekul monohidrat, berbentuk kristal jarurn ortombik berwama putih dan mempunyai sifat optik aktif dengan spesifik rotasi (a) Do

-

39.5OC (dalam larutan Moroform). Menjadi bentuk anhydrous pada suhu 70°

-

80°C, dan mencair pada suhu 150°C serta terdekomposisi pada suhu 360°C (Windholdz el al., 1976)
(43)

hewan (Zoosterol), terdapat bersama - sama dengan sterol lain yang jenuh, yaitu kolestanol dan koprostanol (Lehninger , 1993).

Kolesterol plasma darah ayam bervariasi, yaitu yang tidak bertelur 102.0 mg per 100 mL, sedangkan 123 mg per 100 mL untuk ayam yang ber- telur, atau terjadi peningkatan kolesterol sebesar 17 persen dengan total lemak 1347 mg per 100 mL (Romanoff dan Romanoff. 1963). Meningkatnya lipida darah tersebut akibat dari meningkatnya hormon estrogen (Griminger , 1976).

Metabolisme Kolesterol

sterol yang terdapat di alam mempunyai varietas dan jenis yang ber- macam

-

macam. Kolesterol plasma &lam bentuk ester asarn lemak dapat diserap langsung melalui limfa dan sekitar 50 persen dari kolesterol yang diserap dalam bentuk tereterifikasi. Saluran pencernaan juga mengandung sterol dehidrogenase yang merupakan katalis bagi perubahan koles- terol menjadi 7- dehydrokolesterol. Beberapa kolesterol yang terdapat dalam feses hewan antara lain koprostanol, yang terjadi karena adanya reaksi antara bakteri di dalam saluran pencernaan dengan kolesterol. Bakteri tersebut membentuk koprostanol yang berasal dari kolesterol melalui bentuk

A

-

kolestenon. Sterol - sterol lain yang keluar bersama feses adalah

7- dehydrokolesterol, A

'

- kolestenol dan kolestanol.
(44)

dengan empedu, membentuk senyawa protein yang larut dalam plasma darah (Brjggs dan Brotherton, 1970; Schumm, 1993). Kolesterol dengan fosfolipida di dalam plasma, terikat dengan protein dan beredar bersama

-

sama darah sebagai senyawa lipoprotein. Lipoprotein merupakan senyawa yang terdiri dari protein, fosfolipida, Iemak netral, kobsterol bebas, kolesteroi

ester

dan hormon steroid yang bergabung dengan ikatan non-kovalen. Dalam proses metabolisme lemak di dalam sei peranan lipoprotein sangat besar artinya, yakni sebagai alat transpot lipids.

Di dalam plasma darah, lipoprotein dibedakan menjadi lima golong- kan, yaitu: 1) kilomikron (portomikron untuk unggas), 2) lipoprotein densitas sangat rendah (very low density lipoprotein = VLDL), 3) lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein = LDL), 4) lipoprotein densitas tinggi (high density lipoprotein = HDL) dan 5) lipoprotein densitas sangat tinggi (very high density lipoprotein = VHDL). Dari kelima golongan lipoprotein plasma darah tersebut di atas, ternyata sebagian besar dalam bentuk LDL, dengan struktur 78 -lipoprotein dan sedikit dalarn bentuk HDL, dengan struktur 7a- iipoprotein (Schumm, 1993).

(45)

permukaan jaringan endotelium otot dan jaringan lemak. Akibatnya, lama kelamaan VLDL berubah menjadi LDL (Deckelbaum et al., 1977). Pada ayam petelur aktivitas lipoprotein lipase meningkatkan folikel ovarium secara cepat, akibat terakumulasinya Iemak pada kuning telur dengan cepat (Bensadoun dan Kompiang, 1979).

Di dalam sel perifer LDL berinteraksi dengan molekul reseptor dindimg sel membentuk komplek LDLreseptor , kemudian LDL-reseptor masuk ke dalam sel. Di dalam sel akan diuraikan menjadi asam amino dan komponen lipida, terutama ester kolesterol dihidrolisis menjadi kolesterol sebagai cadangan kolestrol di dalam sel penyer, yang juga sebagai komponen membran sel. Kolesterol yang berlebih akan dikeluarkan dari membran sel dalam bentuk kolesterol bebas dan bentuk senyawa esternya.

Beberapa zat yang timbul karena proses oksidasi kolesterol adalah bersifat karsinogenik pada hewan percobaan dan zat ini merupakan hasil proses metabolisme yang tidak normal dari kolesterol (Fruton dan Simmonds, 1962).

(46)

Biosintesis Kolesterof

Menurut Nalbandov (1990); Linder (1992) dan Schumm (1993), semua atom C dari kolesterol berasal dari asetil KO-A. Diketahui bahwa, hampir sernua jaringan dapat mensintesis kolesterol dari asetat (-OOH) yang me- rupakan hasil metabolisme karbohidrat, protein dan Iemak, melalui lebih dari 30 tahapan reaksi. Walaupun demikian, biosintesis kolesterol yang paling sederhana dapat dilihat pada Gambar 3.

Jaringan yang dapat mensintesis kolesterol, seperti adrenal kortek, usus. jaringan syaraf, dinding arteri, alat

-

alat reproduksi. Namun, sintesis kolesterol yang paling banyak terdapat di hati. Ensim - enzim yang berperan dalam sintesis kolesterol bergabung dengan pertikeI sitoplasrna (mikrosom). Oleh karena itu, sintesis kolesterol yang dikatalis oleh enzim mempunyai ketergantungan pada kofaktor yang a& di dalarn mikrosom.
(47)

Y4

&

-

UO

cLqb-J

Lk*nw.trrJ \

6 - t HlI

#

"

H O

Smmrmod

Gambar 3. Biosintesis kolesterol (Sumber: Nalbandov

.

1990; Schumm, 1993) [image:47.584.54.550.67.551.2]
(48)

fosfo- mevalonat. Senyawa terakhir tersebut merupakan intermedia yang secara simultan akan mengalami kehilangan fosfat tersier dan mengalami dekarboksilasi menjadi dimetilalil - pirofosfat dengan menambah sebuah proton pada pusat ikatan rangkap metilene karbon, yang kemudian diikuti dengan hilangnya sebuah proton dari atom C,. Kedua isomer tersebut adalah senyawa - senyawa terpenting dalam sintesis poli-iso-prenoid yang merupakan dasar dari reaksi berikutnya, yang melibatkan ikatan C ke C dalam reaksi biosintesis sterol.

Kolesterol di dalam tubuh: 1) satu per tiga berasal dari makanan yang dikonsumsi, 2) sedangkan dua per tiga bersumber dari sintesis dalarn tubuh, terutarna pada hati dan usus haIus (Fennema, 1985: Tobert, 1987). Kolesterol malcanan diserap dari usus, bersarna - sama lipida lainnya, seperti kolesterol yang disintesis di dalam usus (kolesterol endogenus), digabungkan dalam kilomokron dan VLDL (Vahouny et al., 1977). Di dalam limfa kolesterol yang diserap 80

-

90 persen diesterkan dengan asarn lernak rantai panjang. Walaupun demikian, pengesteran juga dapat terjadi di dalam mukosa usus. Bila sisa kilomikron masuk ke hati, banyak ester kolesterolnya dihidrolisis dan kolesterolnya diambil oleh hati. Selanjutnya VLDL yang dibentuk akan mengangkut kolesterol ke dalam plasma, sedangkan HDL mengangkut ester kolesterol dari jaringan ekstra hepatik ke hati. Akhirnya, semua kolesterol yang akan dikeluarkan dari tubuh terlebih dahulu masuk ke hati, selanjumya disekresikan ke dalam empedu sebagai kolesterol maupun asam kolat dalam garam

-

garam empedu.
(49)

kolesterol akan ditekan dengan adanya ransum yang banyak mengandung kolesterol atau dengan pengambilan skualen atau sterol lain yang dapat di- konversi menjadi kolesterol. Sebaliknya, apabila kolesterol yang terdapat daIam ransum dikurangi, maka biosintesis kolesterol a k a dirangsang dalam jumlah yang cukup besar. Perubahan kolesterol dalam darah merupakan

respon yang berhubungan dengan perubahan derajat kejenuhan dari asam lemak dalam ransum. Makin banyak asarn lemak jenuh dalam ransum. maka konsentrasi kadar kolesterol serum semakin tinggi (White et al., 1964; Linder, 1992). Oleh karena itu, perlu adanya tingkat minimum kebutuhan kolesterol umuk mempertahankan produksi telur (Marks

dan

Washburn, 1977; Sutton et al., 1984). Disarnping sintesis kolesterol (metabilit 26-hidroksi- kolesterol) biasanya dihambat oleh HMG-KoA sintase clan NMG-KoA

redukase (Bhagavan, 1992). Pengukuran yang dilakukan pada hati tikus menunjukkan bahwa HMG-KoA reduktuse mempunyai waktu paruh sekitar 4 jam (Montgomery et al., 1993).

Telur Komposisi

Kimia

Telur.

Telur merupakan salah satu'bahan makanan produk ternak unggas yang lengkap, serbaguna clan tersedia. Terdiri atas tiga bagian, yaitu kulit telur

(egg shell), putih telur (albumen)

dan

kuning telur (yolk)

dengan

struktur clan komposisi kimia yang berbeda

-

beda (Romanoff dan Romanoff. 1963; Leeson dan Summers, 1991). Perbedaan komponen telur tersebut disebabkan oleh jenis dan jumlah ransum yang dikonsumsi, umur unggas, suhu lingkungan,
(50)

Telur sebagai sumber asam lemak tidak jenuh terutama asam olet (18:1), zat besi, fosfor, trace elemen, vitamin A, D, E dan K ataupun vitamin B, termasuk bitamin B,,. Mengandung 60 persen lipoprotein dan merupakan senyawa komplek dari lipid netral, fosfolipid dan protein (Burley, 1987). Asam oleat yang tinggi dalam rnakanan dapat menurunkan kolesterol sebesar 10 persen dan LDL plasma 15 persen (Bonanome dan Grundy , 1988). Disamping asam oleat, telur juga mengandung dua asam lemak tidak jenuh yang penting, yaitu lenoleat (18:2) dan arakhidonat (24:2), yang di dalam tubuh diubah menjadi prostaglandin. Prostaglandin membuat adenilat siklase tidak aktif, sehingga terjadi hambatan lipolisis pada jaringan adiposa. Akibatnya, kolesterol maupun LDL dan VLDL akan berkurang, disertai dengan peningkatan HDL plasma.

Telur yang beratnya 5 0 g tersusun dari 11 persen kulit telur, 58 persen putih telur dan 31 persen kuning telur, dengan komposisi kimia (zat - zat ma!anan): 0.6 g karbohidrat, 6.3 g protein, 5.0 g lemak (0.21 g kolesterol). Sisanya vitamin A, D,

B,,,

B , clan B,. Mineral Cu, I, Mg, Mn, Na, K, Zn, C1 dan S (Coutts dan Wilson, 1990). Ensminger (1980) menyatakan bahwa komposisi zat - zat rnakanan telur 66, 13, 10 dan 11 persen berturut

-

turut untuk air, protein, lemak dan mineral. Lemak telur berada dalam keadaan emulsi, sehingga mudah tercerna dan sangat menguntungkan bila dikonsumsi oleh orang tua ataupun anak - anak (Walstra dan Jenness, 1984). Leeson dan Summers (1991) menyatakan bahwa telur terdiri dari beberapa komponen, untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
(51)

(18 g), namun albumen kandungan gizinya lebih rendah bila dibandingkan dengan yolk. Albumen terdiri atas bagian luar yang encer (outer thin white), bagian yang kental (thick white), bagian dalam yang encer (inner thin white) dan bagian dalam albumen yang kental (inner thick white = chalaziferous layer).

Tabel I . Komposisi kimia telur

Komponen Kulit t e l u r Albumen Kuning t slur

B e r a t ( g ) 6 . 2 - 1 8 . 7

Air (%) 1 . 6 - 4 8 . 7

P a d a t a n ( % ) 9 8 - 4

-

51.3

P r o t e i n ( % ) 3.3 10.6 16.6

K a r b o h i d r a t (%)

-

0 . 9 1 - 0

Lemak ( % ) 0 . 0 3 kecil 32.6

Mineral ( % ) 9 5 . 1 0 . 6 1.1

Sumber: Leeson dan Summer (1991)

Indratiningsih (1991) melaporkan bahwa telur segar mempunyai kadar air, kolesterol dan 8-karoten yang labili tinggi dibangdingkan dengan telur bubuk (Tabel 2). Perbedaan ini karena kolesterol sangat mudah teroksidasi baik oleh sinar, oksigen dan pernanasan. Oleh karena itu, akan terbentuk senyawa kolesterol oksida sebanyak 5 buah dan salah satu diantaranya adalah

5,5 -epoksida (Morgan dan Armstrong, 1987).

[image:51.591.89.505.38.567.2]
(52)

kuning telur tidak bersifat bebas, zetapi terikat &lam bentuk partikel lipo- protein. Lipoprotein kuning telur terdiri atas 85 persen lem& dan 15 persen protein. Lemak dari lipoprotein mengandung 20 persen fosfolipid (lecithin, fosfatidil serin), 60 persen lemak netral (trigliserida) dan 5 persen (kolesterol, bentuk esternya). Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa komposisi kimia kuning telur ayarn, disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2.Kadar air, kolesterol dan R-karoten teiur segar dan bubuk

Telur bubuk

Komponen Telur segar

Pan drying Spray drying

Air ( % I 77 -44

Kolesterol (%BK) 66.12 i3-karoten ( % ) 0.04

Sumber: Indratiningsih (1991)

Tabel 3 .Kornposisi kuning telur

Komponen Persentase ( %

Air 4 8 - 6 6

Bahan padat 51.34

Bahan organik 5 0 - 2 7

a. Protein 16.58

b. Lemak 32.62

Karbohidrat 1.07

Bahan anorganik 1.07

[image:52.589.89.504.38.537.2]
(53)

Kolesterol Telur

Tahun 1974, dilaporkan oleh Departemen Pertanian US, bahwa telur dengan berat 56,7 g kadar kolesterolnya 274 mg. Apabila substansi lemak seperti ini dikonsumsi dalam jurnlah yang banyak akan menyebabkan penyakit jantung pada manusia. Oleh karena itu, uraian tentang beberapa komponen telur kaitannya dengan kolesterol clan penyakit jantung sangat diperlukan untuk membantu masyarakat menyadari pentingnya telur dalam usaha memenuhi kebutuhan giqi.

Tahun 1987, timbulah aksi dari industri dan Deparemen Pertanian di US secara besar - besaran mernproduksi telur dengan kadar kolesterol lebih r e n w dari 210 mg per butir telur. Tahun 1988 rnempelajari clan rneng- analisis telur di US. Dilakukan juga terhadap koleksi telur pada musim semi tahun 1989. Berdasarkan standar kuantitatif test kolesterol, dengan analisis saponifikasi langsung dan gas kromatografi, menunjukkan bahwa kadar ko- lesterol telur 22 persen lebih rendah dari sebelumnya. USDA melaporkan bahwa rata

-

rata kolesterol telur di US 213 mg, ekstra - besar berkisar 230 mg, medium Iebih kurang 180 mg atau 399 mg per butir telur atau 1280 rng per 100 g kuning telur (North dan Bell, 1990). Stadelman dan Cotterill (1977) melaporkan bahwa sebutir telur mengandung kolesterol 270 mg, 548 mg atau 1602 mg per 100 g kuning teIur dan no1 mg per 100 g albumen (Church dan Church, 1975). Griffin (1992) melaporkan bahwa setiap telur kadar kolesterolnya bervariasi dari 200

-

250 mg. Bervariasinya kadar kolesterol telur tersebut bergantung dari besar kecilnya telur (North

dan

(54)

asam Iemak jenuh, 2.17 g mono-asam lemak tidak jenuh &n 0.71 g poli-asam ten@ tidak jenuh (North dan Bell, 1990). Meskipun demikian, telah di- sepakati umum bahwa kadar kolesterol telur komersial adaIah 200 mg per butir telur (Beyer dan Jensen, 1989; Elswyk et al., 1991).

Griffin et al. (1985) melaporkan bahwa kuning telur mengandung lebih kurang 33 persen padatan, sebagian besar lipoprotein kaya trigliserida, lipovitellin dan fosvitin, sedangkan sebagian kecil immunoglubulin, serum albumen protein pengikat vitamin. Lebih dari 95 persen kolesterol dari kuning telur bergabung dalam liprotein kaya trigtiserida. Sisanya mengelilingi lipovitellin, sebagai protein atau lemak komplek yang terdiri dari lebih kurang 20 persen Iemak dan 4 persen kolesterol (Cook, 1968; Noble, 1987). Koles- terol dalam putih telur diperkirakm sangat kecil atau bahkan tidak ada (Bell

dan

Freeman, 1971). Lebih lanjut dijelaskan oleh Romanoff dan Romanoff (2963) bahwa perbandingan antara protein d m lemak dalarn kuning telur adalah 1 : 2 &lam bentuk lipoprotein. Untuk mengetahui komposisi lemak kuning telur dapat dilihat pada Tabel 4.

TabeI 4.Komposisi lemak kuning telur

K o m p o n e n Persentase ( % I

Gliserida 62.3

Phosfolipida 32 - 8

Kolesterol 4.9

L e m a k 0.1

(55)

Kolesterol kuning telur merupakan komponen lemak yang terdiri dari 65.5 persen trigliserida, 5.2 persen kolesterol dan 28.3 persen phosfolipida (Sirait, 1986). Ditambahkan pula bahwa berkisar 84 persen dari kolesterol yang terdapat pada kuning telur dalam bentuk bebas dan sisanya dalam bentuk ester. Lebih kurang 20 persen kolesterol daIam bentuk ester pada ayam karena diberikan makanan komersial (Noble, 1987). Rasio antara bentuk bebas dan bentuk ester agak bervariasi tergantung pada strain unggas. OIeh karena itu, kadar kolesterol dalam telur sedikit bervariasi karena dipengaruhi oleh strain.

Ayam petelur putih menghasilkan kolesterol telur yang berbeda di- bandingkan dengan ayam petelur coklat. Ayam petelur putih menghasilkan telur dengan kadar kolestrol 17.41 mg per g kuning telur atau 316.34 rng per

18.17 g kuning telur, sedangkan ayam petelur coklat menghasilkan telur dengan kadar kolesterol 17.08 mg per g kuning telur atau 308.29 mg per 18.05 g kuning telur (Han dan Lee, 1992). Griffin (1992) menambahkan bahwa kolesterol kuning teIur dipengaruhi oleh lipoprotein kaya trigliserida dari ransum yang dikonsumsi dan saat sintesis kuning telur berlangsung. Pada sintesis kuning telur, komponen - komponen, seperti kolesterol yang di- perlukan untuk pemenuhan perkembangan kuning telur (ova) yang dituangkan 7

-

1 I hari sebelum ovulasi, melalui sistem sirkulasi yang kompleks. Suatu sistem pengembangan suplai venosa yang tersusun konsentris disekitar folikel,
(56)

Proses Perbentukan Telur

Nalbandov (1990) mengungkapkan bahwa sistem reproduksi ayam betina berfungsi pertama - tama melalui stimulasi FSH (Folicle Stimulating Hormone) dari pituitari anterior , yang menyebabkan terjadinya per- kembangan folikel - folikel yang telah dewasa (yolk) yang dibungkus oleh membran folikuler. Produksi F S H secara normal dirangsang oleh peningkatan periode pencahayaan. Secara alami, peningkatan itu disebabkan oleh ber- tarnbah lamanya siang hari. Perangsangan tersebut mempengaruhi ovari untuk mulai menghasilkan hormon estrogen clan progesteron. Estrogen bersama progesteron dan androgen merangsang perkembangan anatomis dan kelenjar oviduk. Estrogen berfungsi 1) mempercepat pertumbuhan magnum, kelenjar kerabang (uterus) dan elemen - elemen kelenjar ayam betina menjelang dewasa (Yu dan Marquardt, 1974), 2) merangsang pembentukan granula albumen serta pelepasan granula ke dalam lumen (Whitehead et al., 1993), 3) meningkatkan konsentrasi trigliserida (TG) plasma darah (Griminger , 1976), 4) menyebabkan peningkatan kadar kalsium, protein, lernak, vitamin clan substansi lainnya melalui membran folikuler di dalarn aliran darah menuju ke ovum yang diperlukan sebagai perangsang peningkatkan proses pembentukan ' telur

.

Forte et al. (1983), menyimpulkan
(57)

Progesteron mempengaruhi kelenjar hipotalamus untuk memproduksi LH (Luteinizing hormone) dari pituitari anterior, yang merangsang folikel berowlasi, yaitu lepasanya yolk yang sudah masak dari ovan'um ke infundibuZum. Kemudian ke magnum, disini yolk dibalut oleh putih telur (2.5

-

3.5 jam). Membran cangkang (kulit) ditambahkan di dalam isthmus (1.25

-

1.5 jam). Telur masuk ke kelenjar kerabang untuk pembentukan cangkang telur, dari timbunan kalsium karbonat dalarn suatu matrik protein dan mukopolisakarida (21 - 22 jam). Terakhir, pembentukan penutup kerabang (cuticle), yang berfungsi untuk mengurangi 1) telur dari serangan bakteri, 2) penguapan air dan 3) pelindung telur.

Proses bertelur terjadi karena spingter diantara uterus (kelenjar kerabang) clan vagina relaksasi, uterus kontraksi, ayam meningkatkan tekanan abdominal, telur jalan terus ke vagina dan kloaka (Appleby et al.. 1992).

Niasin clan Kolesterol

Dilaporkan bahwa niasin sudah biasa dan efektif digunakan obat untuk menurunkan kadar kolesterol pada pasien yang menderita penyakit hiper- kolesterolemia (Bodwell dan Erdman, 1988). Penurunan kadar kolesterol serum pasien secara drastis, apabila diberikan niasin 3

-

6 g per hari, disebab- kan oleh hambatan sintesis daripada VLDL, yang diikuti dengan turunnya pembentukan LDL (Linder, 1992). seraya meningkatkan sintesis HDL (Ganong, 1992). Seed et al. (1993) mengungkapkan bahwa, suplementasi 373 mg niasin per hari menurunkan kolesterol plasma yang diikuti dengan peningkatan kadar HDL (High Density Lipoprotein) dan menurunnya kadar
(58)

Hunt dan Groff (1990) menyatakan bahwa penggunaan niasin dosis tinggi (lebih kurang 3 g per hari) pada pasien penderita penyakit hyper- kolesterolemia secara nyata menurunkan total kolesterol dan LDL, sedangkan menyebabkan meningkatnya HDL serum. Walaupun mekanisme aksi dari niasin tidak diketahui secara jelas, dikemukakan bahwa niasin dapat menghambat aktivitas siklase adenilat di dalam sel melalui reseptor membran, sehingga perubahan ATP menjadi cAMP (cyclic adenosine momophosphate) sangat kecil. Akibatnya, konsentrasi cAMP di dalam jaringan adiposa rendah (Harper, 1992; Mountgomery et al., 1993), dengan demikian aktivitas lipase (kinase fosfon'lase) berkurang. Berkurangnya aktivitas lipase menyebabkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa berkurang, akibatnya ber- kurangnya substansi untuk sintesis lipoprotein di dalam hati. Berkurangnya sintesis lipoprotein menghasilkan VLDL yang rendah, maka LDL dan total kolesterol serum berkurang. Peningkatan HDL nampaknya disebabkan ke- rusakan di dalam hati kecil. Niasin yang diberikan pada pasien penderita jantung koroner dengan dosis 1.5

-

3 g per hari menyebabkan penurunan

LDL, total kolesterol, tempi meningkatkan HDl plasma (ShiI et al., 1994). Bertalian dengan hasil penelitian tersebut di atas, penurunan kadar kolesterol telur baik kuantitas maupun kualitas telah dilakukan oleh Griffin (1992), yaitu dengan jalan seleksi genetik, perbaikan zat - zat rnakanan dan obat

-

obatan. Namun bagaimana pengaruh niasin pada ayam petelur (?), perlu dikaji lebih lanjut, karena sedikit penelitian yang telah di- lakukan. Apakah suplementasi niasin dalam ransum berpengaruh terhadap performans produksi dan kolersterol telur ayam.
(59)

mungkin akan mempengaruhi kebutuhan niasin. Disamping ketersediaan niasin dari berbagai bahan makanan untuk unggas bervariasi (Yen et al., 1977).

Niasin berpengaruh terhadap performans ayam, seperti pertambahan berat badan, FCR dan produksi telur. Apabila niasin dalam ransum kurang maka akan terjadi penurunan produksi telur dan diikuti dengan dermatitis, stomatis, perosis dan daya tetas rendab (Riis, 1983).

Steele dan Roseborough (1979) melaporkan bahwa suplementasi niasin 250 ppm dalam ransum basal dapat meningkatkan pertambahan berat badan kalkun umur 2 minggu sebesar 6.5 persen dan menurunkan konversi ransum sebesar 7.9 persen. Penelitian berikutnya dilakukan di laboratorium, tidak terdapat respons pertumbuhan dengan suplementasi niasin (Roseborough dan Steele, 1981). Suplementasi niacinamide 140 ppm dengan 0.3 persen garam (NaCl) dalam ransum basal yang mengandung niasin 22 ppm nyata me- ningkatkan pertambahan berat badan ayam betina mu& umur 8 minggu. Akan tetapi, tidak efektif untuk mengurangi hambatan pertumbuhan akibat ke- padatan yang tinggi (Maurice et al., 1990).

Seiwald (1993) mengungkapkan bahwa suplementasi niasin 500 dan

4000 ppm tidak berpengarufi terhadap konsumsi ransum, produksi telur, pertumbuhan, kolesterol pada serum dan kuning telur. Keadaan yang serupa juga didapat oleh Leibetseder (1995), bahwa suplementasi niasin 500 ppm tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, berat badan, produksi telur ,

kolesterol pada plasma dan kuning telur

.

Lebih lanjut diungkapkan bahwa perubahan berat badan dan jumlah ransum yang di konsumsi berkorelasi negatif dengan konsentrasi kolesterol telur , Vila ayam mengkonsumsi ransum kurang dari 1 10 g per hari (Vargas clan Naber , 1984)
(60)

secara statistik menurunnya tidak nyata

.

Kegagalan ini benar - benar terjadi karena 1) rendahnya konsentrasi VLDL plasma, karena masih cukup untuk memenuhi kebutuhan perkembangan folikel, 2) jumlah selaput reseptor VLDL dari oosit atau afinitas reseptor VLDL untuk VLDL plasma mungkin me- ningkat untuk mengkompensasi berkurangnya tingkat liporpotein, 3) ke- mungkinan laju produksi telur menurun dengan cepat dari ayam. Niasin memberi waktu lebih banyak folikel untuk menerima komponen - komponen dari kuning telur, bila kecepatan receptor - mediated VLDL plasma tidak berubah.

Beyer dan Jensen (1993) menambahkan bahwa, terjadi kegagalan dalarn penurunan substansi total kolesterol plasma atau jelasnya VLDL, bersamaan dengan berkurangnya substansi telur yang lain. Narnpaknya mekanisme fisiologis pembentukan kuning telur cukup unik terhadap perlakuan makanan dan kolesterol telur dipertahankan homeostasis.

(61)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Untuk mengetahui pengamh suplementasi taraf niasin terhadap pro- duksi clan kolestrol telur , penelitian dilakukan dua tahap.

Penelitian tahap pertama dirancang untuk mengetahui hubungan antar taraf suplementasi niasin terhadap respons fisiologis ayam petelur , dengan jalan melakukan pengamatan terhadap konsumsi ransum, produksi

dan

kolesterol telur

.

Hasil penelitian tahap pertama digunakan untuk menduga preferensi taraf niasin dan prevalensi kolesteroI telur pada ayam yailg sedang produksi.

Penelitian tahap kedua dirancang untuk mengkaji taraf niasin yang telah ditetapkan pada penelitian tahap pertama terhadap performans produksi. kolestetrol pada plasma dan telur. Demikian juga terhadap kualitas telur, kadar hormon estrogen dan tiroksin (T,) plasma.

- .

rtlan

Tab*

P

-Tempat dan Waktu Penelitian

(62)

Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan ayam petelur Hysex Brown, yang di- perkirakan mengandung darah New Hamshire, berumur 21 minggu (produksi 5 persen) sebanyak 60 ekor, yang berasal dari pembibitan ayan PT Sinta Poultry Slipi, Jakarta.

Ransum yang digunakan mengandung energi metabolis 2900.01 kkal per kg dengan protein 16.5 persen. Disusun dari bahan - bahan seperti: jagung kuning, dedak padi, bungkil kacang kedele, tepung ikan, kalsium karbonat dan premix-B , yang kandungan zat - zat makanannya, disajikan pada Tabel 5.

[image:62.565.51.492.45.728.2]

Tabel 5. ~ a n d u n ~ a n zat - zat makanan ransum *)

...

...

Kandungan zat - zat makanan Dihitun

Energi Zetabolis (kkal/kg)

Protein kasar ( % I

Ca ( % )

P tersedia ( % j

Lemak ( 0 )

Serat kasar

Metionin ( % )

Lisin ( % ) ( % )

Triptof an

Niasin ( % I

Dianalisi (

P P ~ )

Energi m e k b o l i s (kkaI/kg)

Protein kasar ( 0)

Ca

P tersedia ( % I

Lemak ( $ 1

Niasin ( PPm ( % )

Kereran

an:

*f

: Hasil perhitun an Scott et

el:,

1982)
(63)

Kandang sebagai tempat ayam pada penelitian ini digunakan kandang Individu (Single Cages), dengan ukuran 35 x 30

x 40 cm.

Niasin yang digunakan dalam bentuk tepung, kemumian 98 persen, dengan formula empiris C,H,NO,, di produksi oleh PT Merck, Jakarta. Untuk menjamin ketepatan penggunaan taraf niasin yang diberikan dan ke- seragaman konsumsi niasin, maka taraf niasin yang diberikan setiap ekor ayam untuk masing

-

masing perlakuan &tetapkan, seperti pada Tabel 6. Niasin dimasukkan ke dalam kapsul (niasin terkapsulasi) sesuai dengan taraf yang telah ditentukan. Pelaksanaan ini didasarkan atas asumsi bahwa pada ransum dengan imbangan energi metabolis 2900.01 kkal per kg dan protein 16.50 persen, dikonsumsi oleh ayarn sebesar 110 g per ekor per hari.

Tabel 6. Taraf niasin yang dibe

Gambar

Gambar 1. Stmktur niasin (Sumber: Riis, 1983)
Gambar 2. Biosintesis niasin dari triptofan ( S h e r :  Schumm, 1993)
Gambar 3. Biosintesis
Tabel I. Komposisi kimia telur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompos TKKS mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis, yang pada akhirnya akan menghasilkan asimilat yang digunakan

Sisi lain dari implementasi fungsi pengorganisasian yang dilakukan oleh Madrasah Ibtidaiyah Islahul Muta’allim Pagutan adalah penyediaan fasilitas dan perlengkapan

Ini adalah persoalan umum pada semua teknik maximum- likelihood (termasuk algoritma Lucy-Richardson ), yang mencoba mencocokkan data sedekat mungkin dengan citra aslinya [8].

Berlandaskan masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan salah satu alternatif untuk masalah sikap terhadap sains siswa, yaitu

Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa inflasi, kurs dan tingkat suku bunga mampu memberikan variasi kontribusi untuk mempengaruhi Non Performing Loan yang dimiliki

4. Mengetahui pengelolaan lingkungan yang seharusnya dilakukan untuk proyek pengembangan Lapangan Beta. Mengetahui kondisi karakteristik rona lingkungan awal dari Lapangan

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari tingkat konsumsi dua populasi keong murbei (P. canaliculata) yang memiliki variasi cangkang berbeda terhadap gulma air

Hasil pengujian menunjukkan bahwa keberhasilan penyambungan, waktu pembentukan tunas dan panjang tunas, jumlah dan lebar daun pada top cleft grafting lebih baik dibanding