• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Siklamat Pada Madu Secara Kualitatif Dengan Reaksi Pengendapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Siklamat Pada Madu Secara Kualitatif Dengan Reaksi Pengendapan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI SIKLAMAT PADA MADU SECARA

KUALITATIF DENGAN REAKSI PENGENDAPAN

TUGAS AKHIR

OLEH:

RACHMA DWITA SARI NIM 122410077

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

“IDENTIFIKASI SIKLAMAT PADA MADU SECARA KUALITATIF

DENGAN REAKSI PENGENDAPAN” tugas akhir ini diajukan sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan

pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

4. Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing

tugas akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan

dengan penuh perhatian hingga tugas akhir ini selesai.

5. Ibu Hj. Ernawati, Apt. selaku Kepala Koordinator Pembimbing Praktek Kerja

(4)

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Sahabat – sahabat penulis yang telah memberikan semangat, keceriaan dan

dukungan dalam suka dan duka, khususnya untuk Gita, Pradipta, Ayuna,

Fanny, Selvy, Hindri, Selly, Linda dan Wilda serta teman-teman Analis

Farmasi Dan Makanan stambuk 2012, terima kasih untuk kebersamaan serta

masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

Secara khusus dan yang teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada Ayahanda (Alm) Ir. Syafiuddin, Ibunda (Alm) Erna Sari

Pane, Opung B.Pane, Abangda Rachmad Syahputra dan Adinda Angga Winawan

Hakim atas segala do’a, kasih sayang, dukungan moril maupun materil yang tidak

tergantikan, selalu memberikan motivasi dan restu yang tidak ternilai harganya

dengan apapun.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari tugas akhir ini masih jauh

dari sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan

saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Mei 2015 Penulis,

(5)

IDENTIFIKASI SIKLAMAT PADA MADU SECARA KUALITATIF DENGAN REAKSI PENGENDAPAN

ABSTRAK

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang sengaja atau tidak sengaja ditambahkan ke dalam makanan, yang tidak mempunyai nilai gizi tujuannya untuk memperpanjang masa simpan dan mencegah pertumbuhan mikroba pada makanan, salah satu jenis bahan tambahan pangan adalah pemanis. Pemanis terbagi menjadi dua, pemanis alami dan pemanis sintetis. Siklamat adalah salah satu jenis pemanis sintetis yang diizinkan penggunaannya dalam batas yang telah ditentukan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/88 dengan kadar maksimum siklamat adalah 3 gram/kg. Kelebihan mengkonsumsi siklamat dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi kesehatan. Madu merupakan cairan kental seperti sirup bewarna bening atau kuning pucat sampai cokelat kekuningan yang berasal dari lebah. Identifikasi siklamat pada madu dilakukan dengan menggunakan metode pengendapan. Hasil dapat dilihat dari terbentuknya endapan putih setelah proses pemanasan dengan penambahan NaNO2 selama 10 menit.

(6)
(7)

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 15

3.3 Sampel, Alat dan Bahan ... 15

3.3.1 Sampel ... 15

3.3.1 Alat ... 15

3.3.1 Bahan ... 16

3.4 Prosedur ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18

4.2 Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

5.2 Saran ... 21

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Flowsheet ... 23

Lampiran 2. Sampel Madu dan Blanko ... 24

Lampiran 3. Pereaksi BaCl2 10 % ... 25

Lampiran 4. Pereaksi NaNO2 10 % ... 26

Lampiran 5. Penangas Air ... 27

(10)

IDENTIFIKASI SIKLAMAT PADA MADU SECARA KUALITATIF DENGAN REAKSI PENGENDAPAN

ABSTRAK

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang sengaja atau tidak sengaja ditambahkan ke dalam makanan, yang tidak mempunyai nilai gizi tujuannya untuk memperpanjang masa simpan dan mencegah pertumbuhan mikroba pada makanan, salah satu jenis bahan tambahan pangan adalah pemanis. Pemanis terbagi menjadi dua, pemanis alami dan pemanis sintetis. Siklamat adalah salah satu jenis pemanis sintetis yang diizinkan penggunaannya dalam batas yang telah ditentukan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/88 dengan kadar maksimum siklamat adalah 3 gram/kg. Kelebihan mengkonsumsi siklamat dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi kesehatan. Madu merupakan cairan kental seperti sirup bewarna bening atau kuning pucat sampai cokelat kekuningan yang berasal dari lebah. Identifikasi siklamat pada madu dilakukan dengan menggunakan metode pengendapan. Hasil dapat dilihat dari terbentuknya endapan putih setelah proses pemanasan dengan penambahan NaNO2 selama 10 menit.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan tambahan pangan adalah suatu bahan yang sering ditambahkan

pada makanan yang gunanya untuk menambah kualitas pada makanan. Sejak abad

20 peranan bahan tambahan pangan menjadi semakin penting sejalan dengan

kemampuan teknologi yang memproduksi bahan tambahan pangan sintetis.

Banyaknya bahan tambahan pangan yang tersedia secara bebas dengan harga yang

relatif murah akan meningkatkan pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti

meningkatnya konsumsi bahan tersebut bagi setiap konsumen (Cahyadi, 2006).

Aktivitas masyarakat yang dipenuhi dengan kesibukan dan gaya hidup

modern seperti saat ini memberikan dampak, salah satunya adalah banyak sekali

masyarakat yang lebih memilih makanan buatan industri rumah tangga

dibandingkan dengan makanan buatan sendiri. Hal ini perlu kita perhatikan,

bahwa tanpa disadari seringkali makanan buatan industri rumah tangga

mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya, salah satunya adalah

pemanis buatan yang dilarang atau pemanis buatan yang diizinkan tetapi diberikan

dalam jumlah yang berlebihan (Yuliarti, 2007).

Pemanis merupakan bahan tambahan pangan yang sering ditambahkan dan

digunakan untuk keperluan produk olahan pangan. Pemanis dapat berfungsi

(12)

kalori bagi tubuh. Pemanis dapat ditemukan pada bahan alami maupun bahan

sintetis (Cahyadi, 2006).

Kebutuhan pemanis dari tahun ke tahun semakin meningkat. Industri

pangan dan minuman lebih menyukai menggunakan pemanis sintetis

dibandingkan pemanis alami, karena selain harganya lebih murah, tingkat

kemanisan pemanis sintetis jauh lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Hal

tersebut mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan pemanis sintetis

terutama siklamat (Cahyadi, 2006).

Siklamat merupakan salah satu jenis pemanis sintetis yang diizinkan,

namun meskipun diizinkan, penggunaan siklamat yang berlebihan dapat memicu

terbentuknya kanker (Yuliarti, 2007).

Mengingat adanya bahaya yang dapat ditimbulkan oleh siklamat terhadap

kesehatan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap bahan pemanis sintetis pada

minuman, khususnya pada madu. Madu merupakan salah satu jenis minuman

sehat yang berkhasiat, tetapi madu sering disalahgunakan dengan ditambahkannya

bahan tambahan pangan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu penting dilakukan

identifikasi lebih lanjut terhadap madu yang beredar di pasaran. Berdasarkan hal

tersebut maka dipilihlah judul “Identifikasi siklamat pada madu secara kualitatif

dengan reaksi pengendapan”. Hasil identifikasi diharapkan dapat digunakan

sebagai informasi bagi yang berwenang dalam pengawasan terhadap kesehatan

(13)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan identifikasi siklamat pada madu secara kualitatif dengan

reaksi pengendapan adalah untuk mengetahui apakah sampel madu yang diuji

mengandung siklamat atau tidak sesuai dengan persyaratan yang diizinkan.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari identifikasi siklamat pada madu secara

kualitatif dengan reaksi pengendapan adalah dapat diketahui bahwa madu yang

diidentifikasi tersebut memenuhi persyaratan sehingga aman untuk dikonsumsi

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

sebagai makanan, bukan merupakan bahan khas makanan, mempunyai atau tidak

mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja atau tidak sengaja ditambahkan ke

dalam makanan, dimaksudkan untuk memperbaiki proses pengolahan, penyiapan,

perlakuan, pengemasan, penyimpanan atau pendistribusian makanan untuk

menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen makanan dan

mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Amalia, 2013).

Penggunaan bahan tambahan pangan bertujuan untuk memperpanjang

umur simpan atau mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan

mikroba pada makanan, mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat

menurunkan mutu pangan, meningkatkan kualitas pangan baik dari segi nilai gizi

maupun sifat organoleptik, membantu pengolahan, membentuk makanan menjadi

lebih baik, renyah dan lebih enak dimulut, penggunaan bahan tambahan pangan

sebaiknya digunakan dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan

(Amalia, 2013 ; Cahyadi, 2006).

Dengan mengetahui penggunaan bahan tambahan pangan, dapat

memberikan arahan kepada seseorang untuk menggunakan dan menempatkan

bahan tambahan pangan dengan cara tepat sehingga bahan tambahan pangan

(15)

Pada dasarnya bahan tambahan pangan dibedakan atas dua golongan

besar, yaitu:

1. bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan

dengan mengetahui komposisi dari bahan tambahan pangan tersebut,

seperti pengawet, pewarna, penyedap rasa dan pemanis

2. bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan dan tidak

mempunyai fungsi pada makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja

dalam jumlah sedikit ataupun banyak, diperoleh dari proses produksi,

pengolahan ataupun pengemasan yang masih terus terbawa kedalam

makanan, seperti residu pestisida dan antibiotik (Cahyadi, 2006).

Penggunaan bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat

dibenarkan apabila:

1. dimaksudkan untuk mencapai tujuan penggunaan dalam pengolahan

2. tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah

atau yang tidak memenuhi persyaratan

3. tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan

dengan cara produksi yang baik untuk pangan

4. tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

(Cahyadi, 2006).

(16)

2.2 Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan

digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri pada makanan dan

minuman. Pemanis adalah bahan tambahan pangan yang ditambahkan dalam

makanan atau minuman untuk menciptakan rasa manis (Amalia, 2013 ; Cahyadi,

2006).

Pemanis berdasarkan proses pembuatannya terbagi menjadi dua bagian,

yaitu:

1. Pemanis alami

Pemanis alami dapat diperoleh dari alam, salah satunya dapat ditemukan

pada tumbuhan, salah satu jenis pemanis alami dari tumbuhan adalah tebu

(Saccharum officanarum L) dan bit (Beta vulgaris L), jenis tanaman ini juga

sering disebut gula alam atau sukrosa. Selain itu, pemanis alami juga dapat

diperoleh dari hewan, jenis hewan yang dapat menghasilkan pemanis alami adalah

lebah. Lebah menghasilkan pemanis alami dalam bentuk madu (Amalia, 2013 ;

Yuliarti, 2007).

Gula tidak mengandung vitamin, tidak ada serat kasar, hanya sejumlah

kecil mineral akan tetapi mengandung nilai kalori yang tinggi. Gula adalah

sumber kalori yang miskin nilai gizinya. Jika mengkonsumsi pemanis alami (gula)

secara berlebihan, kemungkinan besar akan mengalami resiko kegemukan.

(17)

2. Pemanis buatan

Pemanis buatan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat

memberikan rasa manis pada makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Pemanis

buatan diperoleh melalui proses kimia dan mempunyai kemanisan yang lebih

dibanding dengan pemanis alami. Salah satu contoh pemanis buatan adalah

sakarin, siklamat, dan aspartam. Jenis pemanis buatan tersebut adalah jenis

pemanis yang diizinkan penggunaannya dalam makanan sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 208/Menkes/Per/IV/1985 dalam jumlah yang dibatasi atau

dengan dosis tertentu (Amalia, 2013 ; Yuliarti, 2007).

Penggunaan pemanis buatan dan bahan kimia yang lain sesuai peraturan

penggunaannya harus dibatasi karena meskipun pemanis buatan tersebut aman

dikonsumsi dalam jumlah yang kecil, namun dalam jumlah tertentu dapat

menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, pembatasan tersebut dikenal

dengan Acceptable Daily Intake (ADI) atau asupan harian yang dapat diterima

tubuh. Acceptable Daily Intake (ADI) merupakan jumlah maksimal pemanis

buatan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup

tanpa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan (Yuliarti, 2007).

2.2.1 Manfaat pemanis buatan

Pemanis buatan sudah banyak dimanfaatkan pada pangan, baik dalam

makanan atau minuman. Penambahan pemanis buatan dalam pangan memiliki

beberapa manfaat, di antaranya yaitu sebagai:

1. memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan, seseorang

(18)

berasa manis. Gula dalam tubuh akan dimetabolisme menjadi suatu energi

atau kalori. Jika penderita kegemukan mengkonsumsi makanan atau

minuman manis maka akan menghasilkan energi atau kalori yang sangat

banyak. Jika energi atau kalori ini tidak digunakan maka akan disimpan di

dalam tubuh dalam bentuk cadangan makanan yang biasanya berupa

lemak. Kemudian jika konsumsi gula sudah dicukupi oleh zat lain maka

energi sisa atau kalori sisa juga akan tetap disimpan dalam bentuk lemak.

Maka dari itu, untuk tetap bisa menikmati rasa manis penderita

kegemukan sebaiknya mengkonsumsi makanan atau minuman dengan

gula pengganti yaitu berupa pemanis buatan

2. penyalut obat, beberapa obat mempunyai rasa yang tidak enak, karena itu

untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat tersebut biasanya dibuat

obat yang bersalut dengan tambahan pemanis buatan. Pemanis buatan

lebih sering digunakan untuk penyalut obat karena umumnya bersifat

higroskopis dan tidak menggumpal

3. pencegah kerusakan gigi, karena pemanis sintetis memiliki rasa manis

yang lebih tinggi dari pemanis alami sehingga pemakaian pemanis sintetis

lebih sedikit dari pemanis alami. Dengan jumlah pemanis sintetis yang

digunakan lebih sedikit maka tidak merusak gigi

4. bahan tambahan pemanis utama dalam industri makanan atau minuman

karena harganya yang relatif lebih murah dan mudah didapat (Cahyadi,

(19)

2.3 Siklamat

Siklamat pertama kali ditemukan oleh Michael Sveda pada tahun 1937,

siklamat biasanya terdapat dalam bentuk garam natrium. Penggunaan siklamat

pada awalnya hanya ditujukan untuk industri obat, yaitu untuk menutupi rasa

pahit dari zat aktif obat. Siklamat ditambahkan dalam makanan dan minuman

sejak tahun 1950 dan mulai dikenal secara luas sebagai bahan tambahan makanan.

Nama lain dari siklamat adalah natrium sikloheksilsulfamat atau natrium siklamat.

Siklamat lebih dikenal dengan nama assugrin atau sucaryl (Cahyadi, 2006).

Siklamat bersifat mudah larut dalam air dengan intensitas 30 kali

kemanisan sukrosa. Garam siklamat (Natrium siklamat) akan mengering pada

suhu 105ºC. Memiliki rumus molekul C6H11NHSO3Na. Berbentuk hablur putih

tidak berbau, bersifat tahan terhadap panas sehingga sering digunakan dalam

pangan yang proses pengolahannya menggunakan suhu tinggi seperti makanan

kalengan. Berbeda dengan sakarin yang memiliki rasa manis dengan rasa pahit,

siklamat hanya berasa manis tanpa adanya rasa pahit (Cahyadi, 2006).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88,

kadar maksimum siklamat adalah 3 g/kg berat badan, sedangkan menurut World

Health Organization (WHO) batas konsumsi harian siklamat yang aman adalah

11 mg/kg berat badan. Pemanis ini hanya diperbolehkan pada pangan rendah

kalori dan pangan tanpa penambahan gula, penggunaan siklamat pada makanan

dan minuman kemasan harus mencantumkan komposisi (Sulami, 2009).

Pemanfaatan siklamat sebagai pemanis ditujukan kepada seseorang yang

(20)

pemanis yang rendah kalori. Di dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi

oleh masyarakat luas, penggunaan siklamat harus dalam kadar yang sesuai,

sehingga penggunaan siklamat harus dibatasi karena jika berlebih dapat

menganggu kesehatan. Diantaranya dapat menimbulkan sakit kepala, kehilangan

daya ingat, iritasi, alergi, kebotakan dan kanker. Campuran siklamat akan

menimbulkan gangguan kesehatan karena hasil metabolisme siklamat yang

disebut sikloheksilamin bersifat memicu terbentuknya kanker sehingga ekskresi

(pembuangan) melalui urin dapat merangsang pertumbuhan tumor dan mampu

menyebabkan atropi yaitu pengecilan testikular dan kerusakan kromosom.

Pengkonsumsian siklamat dalam dosis yang lebih akan mengakibatkan kanker

kandung kemih. Bahaya kesehatan ini tidak berlangsung seketika tetapi bisa

muncul bertahun-tahun setelah mengkonsumsi makanan tersebut yang disebut

dengan efek jangka panjang penggunaan siklamat (Lestari, 2011 ; Yuliarti, 2007).

Senyawa sikloheksilamin yang merupakan senyawa hasil metabolisme

siklamat tidak bisa dicerna oleh tubuh. Senyawa ini akan mengendap di dalam

(21)

2.4 Madu

Madu merupakan cairan kental seperti sirup bewarna bening atau kuning

pucat sampai cokelat kekuningan yang berasal dari lebah. Warna madu bervariasi

tergantung kepada komposisi zat warna yang terkandung di dalamnya. Zat warna

yang membentuk warna madu antara lain xanthophil, carotin dan chlorophyl.

Lebah madu menghasilkan madu yang dibuat dari nektar sewaktu musim

tumbuhan berbunga, pada saat nektar dikumpulkan dari bunga oleh lebah pekerja,

bahan tersebut masih mengandung kadar air yang tinggi, setelah lebah mengubah

nektar menjadi madu dengan kandungan air yang rendah dan sukrosa diubah

menjadi fruktosa dan glukosa. Rasa khas madu, yaitu manis dengan aroma yang

enak dan segar. Jika dipanaskan, aromanya menjadi lebih kuat tetapi bentuknya

tidak berubah. Bobotnya per ml bekisar antara 1,352 gram sampai 1,358 gram

(Sihombing, 1997 ; Sarwono, 2001).

Komponen utama madu adalah glukosa dan fruktosa. Senyawa dan

bahan-bahan lain yang terkandung dalam madu ialah protein, asam amino, enzim,

asam-asam organik , mineral, tepung sari bunga, sukrosa, dan maltosa. Di dalam madu

juga terkandung sedikit kapang dan ragi (Winarno, 1982).

Madu berdasarkan asal nektarnya dikelompokkan menjadi 3 golongan,

yaitu:

1. madu flora adalah madu yang dihasilkan dari nektar bunga yang berasal

dari satu jenis bunga disebut madu monoflora, sedangkan madu yang

(22)

mengandung enzim dan asam amino bebas yang jumlahnya lebih banyak

dibandingkan dengan madu monoflora

2. madu ektraflora adalah madu yang dihasilkan dari nektar di luar bunga,

seperti daun, cabang, atau batang tanaman

3. madu embun adalah madu yang dihasilkan dari cairan hasil suksesi

serangga, yang kemudian eksudatnya diletakkan dibagian tanaman,

selanjutnya cairan itu dihisap dan dikumpulkan oleh lebah madu

(Sarwono, 2001).

Madu diperoleh dari sarang lebah yang telah diproses dengan pemanasan

sampai 70ºC, berdasarkan proses pengambilannya madu digolongkan menjadi dua

jenis, yaitu:

1. madu ekstraksi (Extracted Honey) yaitu madu yang diperoleh dari sarang

yang tidak rusak, diambil dengan menggunakan alat yang disebut

ekstraktor

2. madu paksa (Stained Honey) yaitu madu yang diperoleh dengan cara

merusak sarang lebah, dilakukan dengan cara pengepresan, penekanan

atau dengan cara lainnya (Sarwono, 2011).

2.4.1 Mutu dan kualitas madu

Madu yang berasal dari lebah yang diternak lebih baik mutunya

dibandingkan madu yang berasal dari lebah liar. Madu yang berasal dari lebah

ternakan relatif seragam mutunya dari masa ke masa, karena sumber nektarnya

(23)

Kualitas madu dapat dilihat dari warna, rasa, kekentalan, kadar air dan

aroma pada madu, namun hal tersebut tergantung dari asal tanaman dan

perkembangan teknologi pengolahannya. Warna madu tergantung dari tanaman

asal madu tersebut, namun tingkatan pemanasan pada saat pengolahan juga

mempengaruhi warna. Aroma madu ada hubungannya dengan warna, semakin

gelap warna madu maka aromanya akan semakin keras atau tajam, namun aroma

madu mudah menguap sehingga jika tidak dijaga dengan baik aromanya akan

menghilang (Suprapto, 1993).

Untuk menjaga kualitas, madu tidak boleh disimpan dalam wadah logam

guna mencegah terjadinya reaksi kimia dan penyerapan logam berbahaya.

Penyimpanan madu terbaik adalah didalam wadah gelas atau botol plastik

(Sarwono, 2001).

Banyaknya kadar air pada madu menentukan keawetan madu. Madu

dengan kadar air tinggi mudah berfermentasi. Fermentasi terjadi karena terdapat

jamur di dalam madu, jamur dapat tumbuh dengan aktif apabila kadar air dalam

madu tinggi, semakin tinggi kadar air dalam madu maka semakin cepat madu

berfermentasi. Kadar air pada madu yang baik adalah bekisar 17-18%. Kandungan

air dalam madu dapat diukur dengan alat yang dinamakan hydrometer dan

refractometer (Suprapto, 1993).

2.4.2 Manfaat madu

Madu mempunyai banyak manfaat, beberapa manfaat madu adalah sebagai

berikut:

(24)

2. mencegah terjadinya peragian dalam saluran pencernaan, dan kandungan

gizinya cepat diserap tubuh

3. membantu pembentukan darah

4. mencegah pertumbuhan mikroba seperti Salmonella, Shigella, E.colli, dan

V.cholerae yang menyebabkan diare.

5. mengobati penyakit luar seperti luka bakar, bibir pecah-pecah, sariawan

dan penyakit kulit.

6. mengatur bekerjanya usus besar, baik untuk kerja hati, bermanfaat bagi

kesehatan paru-paru dan dapat menyembuhkan penyakit grastitis

(25)

BAB III

METODELOGI

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian identifikasi siklamat pada madu secara kualitatif dengan reaksi

pengendapan dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah yang bertempat

di Jl. Williem Iskandar Pasar V Barat I No.4 Medan–Estate.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara pemeriksaan langsung. Pemeriksaan dilakukan

melalui pengamatan dari hasil visual pada sampel yang diperiksa di Balai

Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

3.3 Sampel, Alat dan Bahan

Alat–alat yang digunakan untuk identifikasi siklamat pada madu secara

kualitaif dengan reaksi pengendapan adalah :

(26)

− Batang pengaduk

Bahan yang digunakan untuk identifikasi siklamat pada madu secara

kualitaif dengan reaksi pengendapan adalah :

− Akuades

− Disiapkan 100 ml sampel madu

− Dimasukkan ke dalam corong pisah

− Ditambahkan 50 ml HCL(p)

− Diekstraksi 3 kali, setiap kali ekstraksi dengan 50 ml etil asetat

− Dikumpulkan hasil lapisan etil asetat, diekstraksi kembali 3 kali dengan

(27)

− Dikumpulkan lapisan air lalu ditambahkan 5 ml HCl (p) dan 10 ml BaCl2

10 %, dibiarkan selama 5 menit

− Disaring bila terbentuk endapan

− Ditambahkan 10 ml NaNO2 10 %

− Dipanaskan campuran di atas penangas air

(28)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari identifikasi siklamat pada madu secara kualitatif dengan reaksi

pengendapan yang dilakukan, diketahui bahwa hasil yang didapat adalah negatif.

Sampel madu yang diperiksa tidak mengandung siklamat dengan tidak

terbentuknya endapan putih barium sulfat.

Tabel 4.1 Hasil identifikasi siklamat

Nama Zat Pereaksi Pengamatan Hasil

− Baku

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan pada sampel madu,

didapatkan hasil bahwa madu yang diuji memenuhi persyaratan pemanis, karena

menurut SNI-3543-2004 pemanis siklamat tidak boleh ada pada madu (BSN,

(29)

Prinsip identifikasi adanya siklamat dalam sampel yaitu dengan cara

pengendapan. Pengendapan dilakukan dilakukan dengan cara menambahkan

barium klorida (BaCl2) dalam suasana asam kemudian ditambah natrium nitrit

(NaNO2 ) sehingga akan terbentuk endapan barium sulfat (BaSO4).

Identifikasi siklamat dalam sampel madu dimulai dengan penambahkan

asam klorida pada sampel. Fungsi dari penambahan asam klorida adalah untuk

mengasamkan sampel. Setelah sampel bersifat asam kemudian sampel diekstraksi

dengan etil asetat. Fungsi etil asetat adalah untuk mengikat siklamat yang ada

dalam sampel. Setelah ekstraksi dilakukan, didapat lapisan etil asetat yang

kemudian di ekstraksi kembali dengan air. Air yang digunakan berfungsi untuk

menghidrolisis Na-siklamat menjadi io ��+ dan ion siklamat sehingga akan lebih

mudah sampel bereaksi dengan reagen yang akan direaksikan (Lestari, 2011).

Adapun fungsi dari reagen-reagen yang ditambahkan atau direaksikan

dalam uji analisis siklamat ini adalah:

1. Penambahan HCl(p) dalam sampel berfungsi untuk mengasamkan larutan.

Larutan dibuat dalam keadaan asam agar reaksi yang terjadi dapat lebih

mudah terjadi.

2. Penambahan BaCl2 10 % berfungsi untuk mengendapkan

pengotor-pengotor yang ada dalam larutan, seperti ion karbonat.

3. Penambahan NaNO2 10 % berfungsi untuk memutuskan ikatan sulfat

dalam siklamat.

Hasil uji secara kualitatif adanya siklamat pada madu ditunjukkan dengan

(30)

madu yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

diketahui bahwa mendapatkan hasil negatif dan madu yang diperiksa tidak

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil percobaan identifikasi siklamat pada madu secara kualitatif dengan

reaksi pengendapan, diketahui bahwa madu yang diuji tidak mengandung siklamat

sehingga memenuhi persyaratan SNI 01-3543-2004 yang menyatakan pemanis

buatan siklamat tidak diperbolehkan ada pada madu.

5.2 Saran

Sebaiknya pada pegujian selanjutnya dilakukan uji parameter syarat mutu

madu lainnya seperti uji pemanis sakarin, uji pewarna, uji pecemaran logam, uji

cemaran mikroba dan uji mutu syarat madu lainnya.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia dan Agnes, M. (2013). Panduan Penyiapan Pangan Sehat Untuk Semua.

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Halaman 165-170.

BSN. (2004). Syarat Mutu Madu. SNI 01-3543-2004. Jakarta: Badan Standarisasi

Nasional. Halaman 1-2.

Cahyadi, W. (2006). Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan..

Jakarta: PT.Bumi Aksara. Halaman 1, 2, 67, 70-75.

Lestari, D. (2011). Analisis Adanya Kandungan Pemanis Buatan sakarin dan Siklamat Pada Jamu Gendong di Pasar Grubug Grobogan . Skipsi: Institut Agama Islam Negeri Walisongo Malang.

Sarwono, B. (2001). Kiat Maengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu.

Jakarta: PT. Agro Media Pustaka. Halaman 61-70.

Sihombing, D.T.H. (1997). Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Halaman 144.

Sulami, E. (2009). Sehatkah Bahan Tambahan Makananmu?. Klaten:

PT.Macanan Jaya Cemerlang. Halaman 11-14.

Suprapto, A., dan Sumuprastowo, R.M. (1993). Beternak Lebah Madu Modern. Jakarta: Bhratara. Halaman 44-48.

Winarno, F.G. (1982). Madu Teknologi, Khasiat dan Analisa. Jakarta: Ghalia

(33)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Flowsheet

Dimasukkan kedalam corong pisah

Ditambahkan 50 ml HCL (p)

Diektraksi 3 kali, setiap kali ekstraksi

dengan 50 ml etil asetat

Dikumpulkan hasil lapisan etil asetat,

diekstraksi kembali 3 kali dengan

masing-masing 10 ml air

Dikumpulkan lapisan air lalu

ditambahkan 5 ml HCl (p) dan 10 ml

BaCl2 10 % biarkan selama 5 menit

Disaring bila terbentuk endapan

Ditambah 10 ml Na��2 10 %

Dipanaskan campuran diatas

penangas air

100 ml sampel madu

(34)

Lampiran 2

(35)

Lampiran 3

(36)

Lampiran 4

(37)

Lampiran 5

(38)

Lampiran 6

Hasil identifikasi siklamat

Gambar

Tabel 4.1 Hasil identifikasi siklamat

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi

Selama periode tahun 2013 telah dilaksanakan Musyawarah Besar Serikat Pekka tingkat propinsi di 9 wilayah dihadiri oleh 1.047 orang yang kemudian mendeklarasikan diri

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial, variabel persepsi pemanfaatan sistem informasi akuntansi dan motivasi kerja secara signifikan berpengaruh

judul “Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa Memilih Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNS (Studi Pada Angkatan 2014 dan 2015)”..

Timbre adalah suatu sifat dari suara manusia atau instrument karena beda intensitas dan banyaknya harmonic dan sub harmonic sehingga dapat membedakan instrument yang satu

Instansi Karantina Tumbuhan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, harus dapat memastikan bahwa pelaksanaan fumigasi kapal sebagai tindakan

Hasilnya menunjukkan bahwa daya cerna bahan kering pakan tertinggi diperoleh pada ternak yang memperoleh suplemeu mengandung urea yaitu sebesar 65,9%, kemudian 62,5% pada ternak

ii) untuk bahan lapisan perkuatan (HRS-Base, AC-BC dan AC-Base) jumlah meter kubik dari bahan yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi