148 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diajukan. Jawaban atas pertanyaan penelitian ini sekaligus merupakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode mengajar tradisional dan metode mengajar creative movement melalui pendekatan bermain dan pendekatan kompetitif telah mampu meningkatkan proses asosiatif siswa sekolah dasar.
2. Metode mengajar tradisional melalui pendekatan bermain dan pendekatan kompetitif tidak memberikan pengaruh pada terjadinya peningkatan proses disosiatif siswa sekolah dasar. Metode mengajar creative movement melalui pendekatan bermain tidak memberikan pengaruh pada terjadinya peningkatan proses disosiatif siswa sekolah dasar sedangkan metode mengajar creative movement melalui pendekatan kompetitif telah memberikan pengaruh pada
peningkatan proses disosiatif siswa sekolah dasar.
besar dalam meningkatkan proses aosiatif siswa SD sehingga dapat dijadikan model yang baku dalam mengembangkan proses sosial siswa SD.
4. Metode mengajar tradisional dengan pendekatan kompetitif tidak memberikan pengaruh paling besar dalam meningkatkan proses disosiatif dibandingkan dengan metode mengajar yang diterapkan melalui pendekatan mengajar yang lainnya. Artinya, tidak ada metode mengajar, baik metode tradisional maupun metode creative movement yang diterapkan melalui pendekatan bermain maupun kompetitif yang memberikan pengaruh paling besar dalam meningkatkan proses disosiatif siswa SD sehingga dapat dijadikan model yang baku dalam mengembangkan proses sosial siswa SD.
Secara umum, hasil penelitian ini tidak menemukan suatu model yang baku yang dapat dijadikan strategi dalam mengembangkan proses sosial siswa SD. Hal ini dikarenakan setiap bentuk metode mengajar dan pendekatan mengajar tidak berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing metode mengajar dan pendekatan mengajar memberikan pengaruh sendiri-sendiri terhadap proses asosiatif dan proses disosiatif.
B. Rekomendasi
jasmani. Kenyataan ini juga menepis asumsi yang keliru, bahwa kegiatan pembelajaran penjas hanya mampu mengembangkan aspek fisik (psikomotor) siswa saja tanpa mampu mengembangkan aspek-aspek lainnya. Melalui penerapan metode dan pendekatan mengajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, aspek afektif juga dapat ditumbuhkembangkan.
Penerapan dua bentuk metode mengajar melalui dua bentuk pendekatan mengajar dalam penelitian ini telah menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran penjas dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tujuan yang harus dicapai. Pelaksanaan pembelajaran penjas tidak lagi harus terpaku pada model-model pengajaran tradisional yang bersifat statis yaitu segala keputusan proses pembelajaran sepenuhnya ditentukan oleh guru. Pada sebagian proses pengembangan keterampilan gerak hal ini mungkin masih dapat diterima, namun untuk pengembangan aspek-aspek sosial yang memerlukan luasnya interaksi antara siswa dengan lingkungan, pemegang keputusan yang lebih besar sebaiknya ditentukan oleh siswa. Guru hendaknya lebih berperan sebagai pengarah atau pembimbing.
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian dan uraian sebelumnya, penulis mengajukan rekomendasi bagi para guru penjas sebagai berikut:
penyajian bahan ajar yang dilakukan guru akan menyebabkan siswa menyenangi aktivitas jasmani dan akan tumbuh sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran penjas. Ini akan berdampak pada peningkatan jumlah waktu aktif berlatih, sehingga siswa memiliki kesempatan yang lebih besar dalam menguasai tugas gerak yang diinstruksikan guru. Dampak akhirnya adalah tujuan belajar yang diemban oleh setiap siswa akan dapat tercapai melalui kegiatan belajar yang lebih efektif dan efisien.
2. Pemilihan metode dan pendekatan mengajar harus selalu disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Guru sebaiknya tidak memaksakan menerapkan suatu metode dan pendekatan mengajar yang kompleks kepada siswa SD yang berada di tingkat kelas bawah. Misalnya untuk meningkatkan proses asosiatif siswa SD dapat dilakukan dengan menyajikan bahan ajar melalui metode tradisional melalui pendekatan kompetitif. Sedangkan untuk menurunkan pengaruh proses disosiatif, kegiatan pembelajaran penjas dapat diselenggarakan dengan metode mengajar creative movement melalui pendekatan bermain.
Indikasi dan harapan ini hanya dapat terjadi apabila interaksi dan komunikasi timbal balik diantara komponen yang terlibat (guru penjas, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat) mampu dijalin dengan terbuka secara harmonis. Upaya pengembangan proses sosial siswa SD dan sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran penjas harus dilakukan dan dibina sejak usia dini, dimulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), TK, dan SD. Prosesnya harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan memiliki arah dan tujuan yang sesuai dengan konsep kependidikan secara umum.