• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2011 Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah. Ir. Sri Kuntarsih, MM NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2011 Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah. Ir. Sri Kuntarsih, MM NIP"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 1 KATA PENGANTAR

Rencana Strategis (Renstra) dirancang sebagai acuan untuk menyusun kebijakan, strategi, program dan kegiatan pengembangan hortikultura. Dokumen Renstra tersebut berisi visi, misi dan tujuan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah yang untuk selanjutnya dijabarkan dalam kegiatan Eselon III lingkup Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah dan pihak terkait.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Mentan Nomor 21/Permentan/OT.140/7/2006 tanggal 7 Juli 2006 dan dengan berpedoman kepada Rancangan Awal RPJMN serta Target Utama, Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pertanian Tahun 2010 - 2014 maka telah disusun Rancangan Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah tahun 2010 – 2014.

Penyusunan Rancangan Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah tahun 2010 – 2014 akan disempurnakan setelah mendapat masukan dari berbagai pihak menjadi Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah yang ditetapkan sebagai Keputusan Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah. Untuk itu saran dan kritik serta masukan untuk penyempurnaannya sangat diharapkan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pemikiran dalam penyusunan Rancangan Renstra ini diucapkan terimakasih.

Jakarta, Desember 2011 Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah

Ir. Sri Kuntarsih, MM NIP 19590921 198403 2 001

(2)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1 DAFTAR ISI ... 2 DAFTAR TABEL ... 3 DAFTAR GRAFIK ... 4 BAB I PENDAHULUAN ... 5 A. Latar Belakang ... 5

B. Tujuan Penyusunan Renstra ... 7

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI ... 8

A. Visi ... 8

B. Misi ... 8

C. Tujuan ... 9

D. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah ... 9

BAB III KERAGAAN INDUSTRI BUAH ... 10

A. Produksi ... 10

B. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 11

C. Produksi, Ekspor dan Impor ... 11

D. Ketersediaan dan Konsumsi... 13

E. Rumah Tangga Tani/ Tenaga Kerja ... 13

F. Nilai Tukar ... 14

BAB IV CAPAIAN KINERJA 2005-2009 ... 17

A. Pengembangan Kawasan ... 17

B. Penerapan GAP dan SOP ... 20

C. Kelembagaan/ Kemitraan ... 20

D. Promosi ... 21

BAB V LINGKUNGAN STRATEGIS ... 22

A. Kekuatan ... 22

B. Kelemahan ... 23

C. Peluang ... 25

D. Tantangan ... 26

BAB VI SASARAN PRODUKSI DAN STRATEGIS 2010-2014 ... 29

A. Sasaran Produksi ... 29

B. Sasaran Strategis ... 32

BAB VII ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ... 34

A. Arah Kebijakan ... 34

B. Strategi ... 35

BAB VIII PROGRAM DAN KEGIATAN ... 37

A. Program ... 37

(3)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 3

BAB IX PENUTUP ... 41

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan PDB Buah-Buahan Tahun 2005-2009 ... 11

Tabel 2. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Impor Buah Tahun 2005-2010 ... 12

Tabel 3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2005 – 2009 (orang) ... 14

Tabel 4. Nilai Tukar Petani Sektor Pertanian dan Buah-buahan dari Tahun 2005 – 2009 ... 16

(4)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 4 DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Perkembangan Produksi Buah-Buahan Tahun 2005-2009 (Ton) ... 10

Grafik 2. Ketersediaan dan Konsumsi Buah ... 13

Grafik 3. Perkembangan Produksi Buah Tahun 2005 - 2009... 17

Grafik 4. Sasaran Produksi Buah Nasional Tahun 2010 - 2014 ... 29

Grafik 5. Sasaran Produksi Buah Tanaman Pohon Tahun 2010 - 2014 ... 30

Grafik 6. Sasaran Produksi Buah Tanaman Perdu Tahun 2010 - 2014 ... 30

Grafik 7. Sasaran Produksi Buah Tanaman Terna Tahun 2010 - 2014 ... 30

(5)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar SOP (Standar Operasional Procedure yang sudah dicetak) ... 11 lampiran 2. Daftar Kemitraan Komoditas Buah-buahan Tahun 2009-2011 ... 12 Lampiran 3. Kebun Buah yang sudah teregistrasi Tahun 2008 – 2009 ... 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komoditas buah-buahan telah menunjukkan perkembangan yang nyata dalam memberikan sumbangsih dalam perekonomian masyarakat Indonesia. Indikator perkembangan subsektor buah-buahan dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Dalam perkembangannya, komoditas buah-buahan nasional selain diperdagangkan di dalam negeri, juga dipasarkan di tingkat internasional ke beberapa negara. Berbagai kegiatan ekonomi di bidang buah-buahan secara nyata telah menggerakkan perekonomian masyarakat di tingkat perdesaan hingga perkotaan. Berbagai upaya telah dan akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja industri perbuahan nasional yang berdaya saing.

Komoditas buah-buahan memiliki peran strategis dalam meningkatkan status kecukupan gizi masyarakat menuju masyarakat Indonesia Sehat. Oleh karena itu, perlu upaya untuk menjaga

(6)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 6 kesinambungan jumlah pasokan dan mutu produk di setiap saat. Hal tersebut masih perlu ditambah dengan jaminan keamanan untuk dikonsumsi pada harga jual yang kompetitif sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya saing produk sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Seperti halnya dengan komoditas hortikultura lainnya, buah-buahan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga melalui tatacara dan pengelolaan yang baik memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan petani, di samping itu agribisnis buah-buahan juga dapat diandalkan sebagai sumber penghasilan keluarga. Oleh karena itu, melalui kegiatan agribisnis buah-buahan yang dikelola secara profesional dan didukung oleh kelembagaan yang mandiri akan dapat menggerakkan perekonomian wilayah secara nyata dan pada gilirannya diharapkan juga akan memberi dampak bagi perekonomian nasional.

Ketersediaan sumber daya alam yang mendukung upaya pengembangan buah-buahan secara nasional ditunjang dengan keragaman hayati serta agroklimat yang bervariasi, memberi keunggulan tersendiri bagi Indonesia untuk menghasilkan buah bermutu dalam jumlah dan mutu yang relatif berkesinambungan dari waktu ke waktu. Kondisi tersebut berdampak pada kemampuan pelaku agribisnis buah-buahan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen pasar tradisional maupun pasar modern di dalam maupun luar negeri.

Pola perdagangan antar negara yang saat ini berlaku telah menuntut produsen buah-buahan di Indonesia untuk dapat bersaing dengan produsen buah dari negara lain. Impor buah yang cenderung meningkat akan memberi dampak negatif pada kemampuan pasar domestik untuk menyerap buah produk petani nasional. Namun demikian, di lain pihak terbukanya pasar internasional terhadap buah tropika nusantara juga membuka peluang ekspor buah Indonesia ke berbagai negara.

Tantangan yang dihadapi petani buah nasional adalah bagaimana menghasilkan buah yang berdaya saing dalam jumlah, harga dan mutu serta memberikan nilai tambah. Daya saing mencakup kriteria produk yang aman konsumsi, bermutu baik, terjaga konsistensi pasokannya dan dalam jumlah memadai. Hal tersebut diperlukan dalam rangka memenuhi persyaratan impor buah yang diberlakukan oleh negara tujuan ekspor. Dalam upaya memanfaatkan peluang pasar yang terbentuk, diperlukan pengelolaan berbagai sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja di lingkungannya. Tantangan lain yang dihadapi dalam pengembangan industri agribisnis buah nasional yang berdaya saing adalah kecilnya kepemilikan lahan, letak yang terpencar, kelembagaan yang belum mapan, aksesibilitas yang kurang baik, serta kurangnya dukungan infrastruktur juga adanya keterbatasan permodalan petani.

(7)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 7 B. Tujuan Penyusunan Renstra

Penyusunan Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah mengacu pada Renstra Direktorat Jendral Hortikultura, berisi dokumen perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan subsektor buah-buahan yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan (2010 - 2014). Renstra disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang, tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis terkini yang dihadapi selama lima tahun ke depan. Renstra ini juga dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari matriks kinerja program dan kegiatan, matriks pendanaan untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut, serta sasaran produksi komoditas utama hortikultura 2010 - 2014.

(8)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 8

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI

A. Visi

Pembangunan buah-buahan sebagai bagian dari pembangunan pertanian dan khususnya hortikultura harus dapat mendukung keberhasilan pembangunan Nasional yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khusus petani.

Memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika lingkungan strategis, serta visi Direktorat Jenderal Hortikultura, maka visi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah tahun 2010 - 2014 adalah “Terwujudnya sistem budidaya dan pascapanen buah-buahan yang efisien dan berkelanjutan untuk menghasilkan produk bermutu, aman konsumsi, dan berdayasaing guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor”.

B. Misi

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu :

1. Mewujudkan pengembangan kawasan buah yang berkelanjutan, efisien, berbasis IPTEK dan sumberdaya lokal serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan agribisnis.

2. Mewujudkan ketersediaan sarana produksi dan pascapanen secara tepat. 3. Meningkatkan penerapan teknik budidaya dan pascapanen yang baik dan

ramah lingkungan.

4. Mewujudkan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan buah segar. 5. Mendorong sumberdaya manusia (SDM) dan kelembagaan yang profesional 6. Mendorong terciptanya kebijakan dan regulasi untuk pengembangan

agribisnis buah serta meningkatnya investasi buah.

7. Mendorong tersedianya prasarana dan sistem logistik buah.

8. Mendorong terbinanya sistem penyuluhan, sistem informasi teknologi, pembiayaan dan pelayanan lainnya.

9. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas buah-buahan yang transparan.

10. Meningkatkan penerapan registrasi kebun buah GAP 11. nan keamanan pangan segar asal hortikultura.

(9)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 9 C. Tujuan

Tujuan pengembangan buah-buahan tahun 2010-2014 adalah : 1. Meningkatkan ketersediaan buah bermutu, dan aman konsumsi.

2. Meningkatkan daya saing buah di pasar domestik maupun internasional. 3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

D. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Pertanian. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen buah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang budidaya dan pascapanen tanaman pohon, perdu, terna, dan merambat;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya dan pascapanen tanaman pohon, perdu, terna dan merambat;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang budidaya dan pascapanen tanaman pohon, perdu, terna, merambat;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman pohon, perdu, terna, merambat;

(10)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 10

BAB III

KERAGAAN INDUSTRI BUAH

Keberhasilan pembangunan industri buah-buahan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan akan diukur dengan beberapa indikator antara lain : (a) Produksi, (b) Ketersediaan dan Konsumsi. Untuk keberhasilan pembangunan industri buah-buahan tersebut dibantu oleh Indikator pendukung meliputi : (a) Rumah Tanggga Tani/Tenaga Kerja), (b) Produk Domestik Bruto (PDB), (c) Nilai Tukar Petani (NTP) (d) Ekspor dan Impor. Kondisi saat ini dan yang diinginkan dari indikator tersebut diuraikan sebagai berikut :

A. Produksi

Perkembangan produksi komoditas buah-buahan dari tahun 2005 hingga 2009 disajikan pada grafik berikut.

Sumber : Badan Pusat Statistik, Pusdatin diolah

Produksi komoditi buah-buahan dari tahun 2005 sampai 2009 menunjukkan kecenderungan peningkatan rata-rata 5,76%/thn. Produksi buah tahun 2005 sebesar 14.786.599 ton meningkat menjadi 18.653.900 ton rata-rata sekitar 26% /th. Peningkatan produksi buah ditujukan terutama untuk memenuhi peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen yang terjadi sebagai akibat pertambahan penduduk, peningkatan kesejahteraan, peningkatan kesadaran penduduk akan manfaat buah bagi kesehatan dan

(11)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 11 serangkaian promosi yang terus-menerus dilakukan.

B.

Produk Domestik Bruto (PDB)

Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi subsektor buah-buahan terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi buah-buahan pada pembentukan PDB memperlihatkan kecenderungan meningkat, baik pada PDB beberapa jenis buah-buahan maupun keseluruhan PDB buah-buah-buahan. Pada tahun 2005 PDB buah sebesar Rp. 31,69 Trilliun naik menjadi Rp. 48,43 Trilyun pada tahun 2009 (1%). Perkembangan Nilai PDB buah Nasional sejak tahun 2005 sampai 2009 dapat dilihat pada tabel berikut.

Komoditas Nilai PDB (Milyar Rp.)

2005 2006 2007 2008 2009 Pisang 9.187,76 9.163,72 11.021,90 12.026,13 12.678,35 Jeruk Siam 5.969,94 6.887,19 10.278,96 8.975,21 8.131,99 Mangga 3.668,16 4.373,92 5.240,14 5.953,78 6.505,88 Durian 2.363,74 3.114,66 2.688,24 3.130,72 3.721,22 Nenas 3.215,33 3.048,71 3.297,44 Nangka 1.769,35 1.730,54 Rambutan 1.462,83 1.946,49 1.903,41 2.742,12 2.846,99 Salak 2.338,27 2.209,79 2.188,24 2.544,42 2.504,79 Buah Lainnya 4.934,33 6.021,28 5.826,25 8.638,60 8.750,03 Total Buah 31.694,38 35.447,59 42.362,47 47.059,69 48.436,69

Sumber : Badan Pusat Statistik, Pusdatin diolah

Pada sektor buah-buahan, PDB buah pisang menempati urutan pertama terbesar setelah PDB subsektor perkebunan. Gambaran umum tentang peranan subsektor hortikultura terhadap subsektor lain, sektor pertanian dan nasional dapat dilihat pada tabel berikut.

C. Produksi, Ekspor dan Impor

Produksi komoditi buah-buahan pada tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan baik dilihat dari volume maupun nilai produksi. Secara keseluruhan produksi buah-buahan dari tahun 2005 sebesar 14.786.599 naik menjadi 18. 300.332 sekitar 24% di tahun 2009. Peningkatan produksi buah-buahan digenjot melalui pengembangan kawasan buah, dan perbaikan mutu buah melalui pengelolaan pascapanen. Dengan meningkatnya produksi

(12)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 12 buah-buahan dapat mendorong peningkatan ekspor buah-buahan, sehingga impor buah bisa dapat ditekan.

Perkembangan ekspor komoditi buah-buahan pada tahun 2005-2009 cenderung mengalami fluktuatif, baik dilihat dari volume maupun nilai ekspor. Namun secara keseluruhan volume ekspor buah tahun 2005 sebesar 17.338.551 kg naik menjadi 24.336.989 kg pada tahun 2009. Perkembangan kinerja ekspor yang cenderung fluktuatif tersebut, segera diantisipasi oleh Direktorat Budidaya Tanaman Buah bersama instansi terkait untuk melakukan serangkaian langkah-langkah terobosan untuk menciptakan dukungan ekspor yang lebih kondusif, sehingga tahun 2010 kinerja ekspor bulan Januari sampai Desember telah meningkat terhadap kinerja 1 tahun sebelumnya. Perkembangan ekspor komoditas buah-buahan selama 5 tahun disajikan pada tabel dibawah ini.

Perkembangan impor komoditi buah-buahan pada tahun 2005-2009 cenderung mengalami kenaikan yang cukup tinggi, baik dilihat dari volume maupun nilai impor. Volume impor buah tahun 2005 sebesar 361.380.074 kg naik hampir dua kali lipat menjadi 601.927.163 kg pada tahun 2009. Perkembangan impor yang cenderung naik tersebut, segera diantisipasi oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah bersama instansi terkait untuk melakukan serangkaian langkah-langkah terobosan untuk

Tahun Volume (Ton) Nilai (US $)

Produksi Ekspor Impor Ekspor Impor 2005 14.786.599 17.338 361.380 11.582.589 181.438.828 2006 16.171.130 262.359 427.484 144.492.469 337.516.726 2007 17.116.622 157.621 502.156 93.652.526 449.163.864 2008 18.027.889 323.889 501.770 234.867.444 473 .985.519 2009 18.300.332 211.492 640.460 161.923.203 625 .932.971 Rata-rata 17.102.173 228.279 552.908 161.152.786 514.675.875 % trhp Produksi 1,6 3,5

(13)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 13 menciptakan dukungan menekan impor, sehingga tahun 2010 impor bulan Januari sampai Desember dapat ditekan dari 1 tahun sebelumnya.

D. Ketersediaan dan Konsumsi

Buah yang tersedia dari sentra-sentra produksi tidak seluruhnya dikonsumsi oleh masyarakat (dalam bentuk segar), tetapi sebagian diekspor, digunakan oleh industri sebagai bahan baku, mengalami kehilangan pada berbagai tahap penanganan panen, pasca panen dan pemasaran. Ketersediaan buah dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Ketersediaan buah selama tahun 2005 sampai dengan 2009 meningkat secara konsisten. Ketersediaan buah meningkat dari 64,47 kg/kapita/tahun pada tahun 2005 menjadi 77,03 kg/kapita/tahun pada tahun 2009. Konsumsi buah tahun 2005 hingga tahun 2009 menunjukan peningkatan yang konsisten, yaitu 25,17 kg/kapita/tahun pada tahun 2005 menjadi 32,59 kg/kapita/tahun pada tahun 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 Keterangan : 2009 Angka Sementara

E. Rumah Tangga Tani/ Tenaga Kerja

Badan Pusat Statistik (BPS) pada saat Sensus Pertanian (SP) 2003 memberikan batasan rumah tangga pertanian sebagai rumah tangga yang mengusahakan lahan untuk

(14)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 14 berbagai kegiatan budidaya dan memanfaatkan produk pertanian dalam usahanya (penangkaran, memungut hasil hutan), serta berusaha di bidang jasa pertanian (Buku A1, SP 1003, Angka Nasional Hasil Pendapatan Rumah Tangga). Berdasarkan batasan yang digunakan BPS di atas, akan banyak dijumpai masyarakat pedesaan yang termasuk kategori petani, karena dia memiliki lahan pertanian, namun bagian terbesar waktu dan sumber pendapatannya berasal dari luar pertanian.

Dari data yang diolah, dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 penyerapan tenaga kerja hortikultura telah meningkat menjadi 3.777.876 orang pada tahun 2008. Pada tahun 2009 subsektor hortikultura diramalkan akan menyerap tenaga kerja sebesar 4.061.433 orang seperti pada tabel 2

Tabel 3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2005 – 2009 (orang)

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009*)

Buah-buahan 607.184 738.571 898.435 901.467 961.172

Hortikultura 2.901.900 4.531.676 3.770.844 3.777.876 4.061.433

Share thd Horti (%) 20,9 16.3 23,8 23,9 23,7

Keterangan : *) Angka Ramalan Sumber : Ditjen Hortikultura, 2009

Pada subsektor buah-buahan, penyerapan tenaga kerja terus meningkat. Pada tahun 2005 penyerapan tenaga kerja berjumlah 607.184 orang atau 20,9% dari penyerapan tenaga kerja di subsector hortikultura dan terus meningkat pada tahun 2008 menjadi 901.467 orang atau 23,9% dari jumlah tenaga kerja yang diserap oleh subsector hortikultura, sedangkan untuk tahun 2009 diprediksi akan menyerap tenaga kerja sebanyak 961.172 orang atau meningkat 23,7% dari jumlah tenaga kerja yang diserap oleh subsektor hortikultura. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya masyarakat Indonesia masuk ke subsektor hortikultura dan mengandalkan pendapatannya dari komoditas hortikultura khususnya buah-buahan. Penambahan jumlah tenaga kerja ini, terutama pada umur produktif diharapkan akan berdampak pada semakin berkembangnya pengusahaan dibidang buah-buahan dari hulu sampai hilir dan meningkatnya potensi untuk mengelola sumberdaya buah di Indonesia.

Pada saat ini sumberdaya manusia pertanian pada umumnya menggambarkan keterbatasan keterampilan dan penguasaan teknologi, belum mengarah untuk memanfaatkan peluang ekonomi melalui pemanfaatan aksesibilitas terhadap berbagai informasi teknologi, permodalan dan pasar yang diperlukan bagi pengembangan usaha buah. Disisi lain, kelembagaan usaha di perdesaan seperti koperasi belum dapat sepenuhnya mengakomodir kepentingan petani sehingga mengakumulasi menjadikan posisi tawar petani dalam rangkaian rantai pasok buah menjadi sangat lemah, hal

(15)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 15 tersebut berdampak pada harga jual yang sering ditentukan oleh para pengumpul /

supplier. Berbagai kelembagaan yang sudah terbentuk ke depan dihadapkan dapat merevitalisasi diri menjadi kelembagaan yang solid sehingga dapat meningkatkan posisi tawar petani melalui pembentukan kelompok tani komoditas/Gapoktan/asosiasi dan mengoptimalkan kelembagaan yang ada menuju kelembagaan yang mandiri dan handal, hal ini dapat memberikan manfaat dalam penguatan posisi tawar, efisiensi biaya produksi, mempermudah koordinasi, kemudahan akses teknologi, informasi, permodalan dan pasar.

Pada tahap ini, maka pemerintah dapat mendorong kelompok berbasis masyarakat yang berminat dalam bidang pertanian khususnya hortikultura yang diwadahi dalam bentuk kelembagaan petani seperti Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), dan Penggerak Membangun Desa (PMD). Di samping itu, pemerintah juga perlu memberikan fasilitasi akses sumber permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Community Social Responsibility (CSR), dan lain-lain. Peran ini tidak terlepas dari dukungan para champion, penyuluh swakarsa yang menjadi penggerak usaha agribisnis hortikultura. Seiring dengan hal ini, peran sektor swasta seperti pekebun sebagai inti dari plasma petani, pemasar termasuk retailer, eksportir, dan industri diharapkan dapat membantu petani dalam meningkatkan insentif usahataninya melalui penguatan dan pemberdayaan rantai pasok, dan investasi.

F. Nilai Tukar Petani

Perkembangan Nilai Tukar Petani Buah.

Untuk saat ini, Badan Pusat Statistik menyusun NTP menggunakan tahun dasar 2007=100 untuk sektor tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat. Data dikumpulkan melalui survey harga produsen dan konsumen pedesaan di seluruh Indonesia, namun dalam penyajian datanya masih mencakup 32 provinsi. Adapun propinsi yang dicakup dalam penghitungan NTP meliputi 23 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nagroe Aceh D, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Kep. Riau, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Secara keseluruhan NTP Buah-buahan tahun 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 4.

(16)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 16 Tabel 4. Nilai Tukar Petani Sektor Pertanian dan Buah-buahan dari Tahun 2005 – 2009

TAHUN URAIAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) SELISIH NILAI BUAH-BUAHAN PERTANIAN 2005 Jawa 142,05 104,33 37,72 Luar Jawa 128,85 109,11 19,74 Total 270,90 213,44 57,46 2006 Jawa 140,05 108,16 31,89 Luar Jawa 120,59 108,53 12,06 Total 260,64 216,69 43,95 2007 Jawa 136,54 112,30 24,24 Luar Jawa 120,97 109,08 11,89 Total 257,51 221,38 36,13 2008 Jawa 99,63 99,79 -0,16 Luar Jawa 99,73 101,25 -1,52 Total 199,36 201,04 -1,68 2009 Jawa 124,43 106,15 18,28 Luar Jawa 111,65 116,60 4,95 Total 236,08 201,04 35,04

Bila kita cermati NTP buah dengan sektor pertanian pada tahun 2005 terlihat bahwa petani buah memiliki NTP lebih tinggi 37,72 poin dibanding pertanian artinya nilai tukar komoditas buah-buahan lebih tinggi sekitar 36,1% dibanding komoditas pertanian. Artinya nilai jual komoditas buah lebih tinggi 36,1% dibanding komoditas pertanian, sehingga hasil penjualan produk buah-buahan yang diterima oleh petani buah lebih tinggi 36,1%. Di sisi lain angka tersebut menunjukkan bahwa keuntungan dari hasil penjualan komoditas buah dapat menutupi biaya hidup sehari-hari petani buah. NTP buah terus meningkat dari tahun 2006 – 2007, akan tetapi pada tahun 2008 menurun sebesar 0,16 karena kenaikan indeks harga hasil komoditas pertanian lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Namun secara umum tingkat kesejahteraan petani hortikultura khususnya petani buah-buahan lebih baik dibandingkan tingkat kesejahteraan petani (pertanian) secara umum.

(17)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 17

BAB IV

CAPAIAN KINERJA 2005-2009

A. Pengembangan Kawasan

Produksi buah-buahan secara keseluruhan dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 3. Perkembangan Produksi Buah Tahun 2005 - 2009

a. Kawasan Buah-buahan dengan Pendampingan Intensif (KHPI) Nenas di Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat

1) Luas tanam nenas di Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya seluas 1.965 ha dengan luas panen 1.380 ha dan produksi sekitar 10.863 ton dengan tingkat rata-rata hasil sekitar 7,9 ton/ha. Luas areal kebun inti seluas 255 ha dan petani yang telah bermitra dengan industri pengolahan seluas 755 ha, mampu memasok kebutuhan bahan baku industri pengolahan sebesar 300 ton per hari.

2) Untuk menunjang pengembangan kawasan nenas di Propinsi Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Pontianak, dibentuk Focus Group Pengembangan Nenas yang merupakan bagian Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah Kalimantan Barat dengan anggota wakil dari instansi terkait seperti Bank Indonesia Kalimantan Barat, Bappeda Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Pontianak, PT.Agro Industri Sari Bumi Kalimantan Barat dan Disnakertrans. Pembiayaan difasilitasi oleh Bank Indonesia Propinsi Kalimantan Barat yang berkoordinasi dengan Bank Rakyat Indonesia, Bank

(18)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 18 Kalimantan Barat, Bank Perkreditan Central Kapuas dan PNM Madani yang telah menandatangani MOU pada tanggal 17 Mei 2008 untuk disalurkan kepada petani nenas.

b. Kawasan Buah-buahan dengan Pendampingan Intensif (KHPI) Manggis di Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1) Pengembangan kawasan manggis di Kabupaten Purwakarta, Subang, Bogor dan Tasikmalaya diarahkan untuk peningkatan ekspor. Telah dilakukan penerapan GAP registrasi kebun manggis di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 7 kebun. Total luas panen manggis tahun 2009 di Jawa Barat adalah 3.193 ha, produksi sebesar 35.484 ton dengan rata-rata hasil sekitar 11,11 ton/ha.

2) Volume ekspor manggis sebesar 11.318,63 ton dengan negara tujuan ekspor adalah China, Hongkong, Timur Tengah, Malaysia dan Singapura.

c. Kawasan Hortikultura dengan Pendampingan Intensif (KHPI) Mangga di Kabupaten Cirebon, Majalengka dan Indramayu (Provinsi Jawa Barat), kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, dan Bondowoso (Provinsi Jawa Timur)

1) Luas panen mangga di Provinsi Jawa Barat 23.855 ha, produksinya mencapai 398.159 ton dengan produktifitasnya 16,69 ton/ha; sedangkan luas panen mangga di Provinsi Jawa Timur 77.912 ha, produksinya mencapai 694.314 ton dengan produktifitasnya 8,91 ton/ha.

2) Pengembangan kawasan mangga “CIMAYU” (Cirebon, Majalengka, Indramayu) di Provinsi Jawa Barat dan kawasan mangga “PROPASIBO” (Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso) diarahkan untuk memenuhi pasar modern dan pasar ekspor melalui peningkatan mutu.

3) Peningkatan mutu mangga dilaksanakan melalui penerapan GAP. Kebun mangga yang telah teregistrasi dan telah menerapkan GAP di Kabupaten Cirebon (179 kebun), Majalengka (1 kebun), Indramayu (1 kebun), Pasuruan (12 kebun), Probolinggo (16 kebun), Situbondo (33 kebun) dan Bondowoso (3 kebun).

4) Volume ekspor mangga tahun 2009 sebesar 1.615,79 ton. Negara tujuan ekspor mangga adalah China, Hongkong, Timur Tengah, Singapore, Malaysia, Bahrain, Bangladesh, .

d. Kawasan Buah-buahan dengan Pendampingan Intensif (KHPI) Melon di Kabupaten Sragen, Pekalongan, Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah

1) Tahun 2009 luas panen melon di Provinsi Jawa Tengah mencapai 1.639 ha, produksi 30.531 ton dengan produktifitas 18,63 ton/ha

(19)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 19 2) Untuk mendukung kawasan melon di Jawa Tengah telah dibentuk Asosiasi

Agribisnis Melon Jawa Tengah.

3) Telah dilakukan upaya peningkatan mutu melon melalui penerapan GAP/SOP dan telah teregsitrasinya kebun melon sebanyak 91 kebun.

4) Untuk antisipasi serangan OPT telah dilakukan penerapan teknologi screen house pada melon

5) Melon yang dihasilkan dipasarkan ke beberapa negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

e. Kawasan Buah-buahan dengan Pendampingan Intensif (KHPI) Salak di Kabupaten Sleman (DIY), Magelang dan Banjarnegara (Provinsi Jawa Tengah)

1) Luas tanam/panen salak pada tahun 2009 di Provinsi DIY mencapai 2.418 ha (4.836.703 rumpun), produksinya sebesar 62.572 ton. Provinsi Jawa Tengah luas tanam/panen salak mencapai 8.095 ha (16.190.538 rumpun) dan produksinya sebesar 174.519 ton.

2) Pemasaran dalam negeri tujuannya pasar-pasar di kota besar dan di luar Jawa, serta pasar modern seperti Carefour, Ranch Market, Bali Deli, Kemchick (Jakarta) dan hotel (Safir dan Quality) di Yogyakarta. Pemasaran ke luar negeri terutama ke Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong dan Cina.

3) Kebun-kebun salak yang telah menerapkan IndoGAP yaitu Kabupaten Sleman sebanyak 1.071 kebun, dengan luas 156,02 ha, yang melibatkan 615 orang petani dan Kabupaten Magelang sebanyak 2.100 kebun, seluas 380,59 ha, yang melibatkan 1.565 orang petani. Tanggal 2 - 4 September 2009 yang diprakasai oleh ASSIBINDO (Asosiasi Eksportir dan Importir Buah dan Sayuran Indonesia) dan bersinergi dengan para para eksportir buah-buahan khususnya salak yaitu CV.Sumber Buah, PT.Escorindo dan PT.Agung Mustika Selaras (PT.AMS) telah melaksanakan ekspor salak ke Cina. Sejak 18 September 2008 sampai tahun 2009 jumlah expor ke China mencapai 475 ton.

4) Dalam rangka pemenuhan persyaratan ekspor yang meliputi penyusunan Pest List untuk salak dan penyusunan Pest Risk Analysis (PRA) telah dilakukan koordinasi dan sinergi dengan Pusat Karantina Tumbuhan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura. Telah dilaksanakan registrasi packing house sebagai tempat pengeluaran/ekspor salak di Kabupaten Sleman, Magelang dan di Jakarta, yang merupakan hasil sinergi dengan Direktorat Mutu dan Standarisasi. Serta telah dilakukan notifikasi kebun-kebun salak yang telah diregistrasi IndoGAP serta packing house yang telah diregister kepada pihak Cina melalui Badan Karantina Pertanian.

(20)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 20

5) Dilakukan kemitraan antara petani/POKTAN/GAPOKTAN/Asosiasi di Kabupaten Sleman dan Magelang dengan beberapa eksportir salak yaitu PT. Agung Mustika Selaras (AMS), PT. Escorindo, CV Sumber Buah, PT. Alamanda Sejati Utama dan CV. Viva Jaya serta Asosiasi Salak Prima Sembada.

6) Dalam rangka meningkatkan penerapan sistem jaminan mutu, telah dilakukan asesi GLOBAL GAP pada kebun salak di Kabupaten Sleman oleh auditor independent dari Q Point Belanda. Hasil asesi menunjukkan bahwa kebun salak yang telah mendapat nomor registrasi dalam penerapan IndoGAP telah memenuhi sebagian besar persyaratan dalam Global GAP. Namun demikian untuk memperoleh sertifikasi GLOBAL GAP diperlukan sedikit pembenahan terutama masalah administrasi, antara lain seperti belum adanya manual kegiatan, analisis resiko bagi pekerja, serta kelengkapan peralatan di packing house.

B. Penerapan GAP dan SOP

Penerapan GAP (Good Agricultural Practices) dan SOP (Standard Operasional Procedure) telah di inisiasi oleh Direktorat Budidaya Tanaman Buah yang sekarang menjadi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah sejak tahun 2003. Buku SOP spesifik komoditas dan daerah yang sudah disusun oleh pusat maupun daerah dari tahun 2004 – 2009 sebanyak 196 judul untuk 23 komoditas. Registrasi Kebun yang menerapkan GAP dan SOP sudah dilaksanakan sejak tahun 2008.

C. Kelembagaan/ Kemitraan

Keberadaan kelembagaan kelompoktani/gapoktan/asosiasi buah-buahan di Indonesia mempunyai peranan penting dalam peningkatan daya saing produk buah-buahan ke pasar internasional dan pasar dalam negeri (supermarket). Salah satu upaya untuk meningkatkan pemberdayaan kelembagaan tani buah-buahan dilakukan melalui kerjasama/kemitraan antara perusahaan bermitra (eksportir, supplier, pasar modern) dengan pelaku usaha (petani/kelompoktani/gapoktan/asosiasi) dengan memegang komitmen yang jelas sehingga terciptanya saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan yang sama.

Capaian Kinerja yang sudah terjalin sampai pada tahun 2009 dibidang kemitraan/kerjasama adalah terbentuknya sebanyak 87 kemitraan yang berada di 10 Provinsi, dan 38 Kabupaten/Kota untuk 19 komoditas buah-buahan. Adapun bentuk dari kemitraan/kerjasama antara pelaku usaha (petani/kelompoktani/gapoktan/ asosiasi) dengan perusahaan bermitra (eksportir, supplier, pasar modern) dilakukan dengan memakai MOU maupun tidak menggunakan MOU.

(21)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 21 D. Promosi

Promosi merupakan pengenalan atau pemasyarakatan produk, pencitraan, informasi peluang investasi serta informasi keberadaan dan jumlah produk. Dengan adanya promosi, para petani dan produsen dapat memamerkan produk unggulannya yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan pasar dalam negeri dan luar negeri. Promosi yang efektif dilakukan secara inovatif untuk menarik perhatian masyarakat luas yaitu dalam bentuk pameran dan media cetak maupun elektronik. Beberapa jenis promosi buah yang sudah dilakukan di dalam dan luar negeri adalah:

a. Dalam Negeri

1. ITF2 (Indonesian Tropical Fruit Festival), kegiatan ini setiap tahun dilakukan, dimulai dari tahun 2003 sampai sekarang.

2. PF2N (Pekan Flori dan Flora Nasional), kegiatan ini khususnya untuk buah baru dilaksanakan pada tahun 2009 di Tangerang, tahun 2010 di Batam dan tahun 2011 di Bali.

3. Gelar Buah Tropika Nusantara

Gelar Buah Tropika Nusantara merupakan suatu ajang promosi buah yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 16 Agustus dan 17 Agustus di Istana Negara Jakarta dengan tujuannya untuk memasyarakatkan buah Tropika Nusantara kepada masyarakat luas dalam negeri dan luar negeri.

4. Gerakan Peningkatan Konsumsi

Kegiatan ini diselenggarakan untuk memperkenalkan jenis-jenis buah-buahan kepada anak-anak sekolah SD dan TK, dengan tujuan agar lebih mengenal dan mencintai buah sehingga berkeinginan untuk mengkonsumsi sejak dari kecil. 5. Citrus dan Guava Vaganza serta Durian Fiesta

Suatu cara promosi memperkenalkan keanekaragaman buah-buahan nusantara yang mempunyai potensi untuk memasok pasar modern dan pasar ekspor, serta memperkenalkan manfaat buah-buahan yang sangat berguna bagi kesehatan kita.

4. Pasar Tani, kegiatan ini merupakan partisipasi daerah dalam mengenalkan materi buah spesifik daerah untuk dijual di pasar swalayan terkemuka di Jakarta.

b. Luar Negeri

Promosi yang diikuti antara lain Expo di Shanghai dan Nanning China. Dengan adanya promosi maka di setiap daerah dapat mendisplay produk yang dihasilkan yang berasal dari kawasan atau sentra sekaligus mengenalkan potensi daerah yang ada sebagai bahan acuan jika akan melakukan pengembangan investasi agribisnis buah maupun permintaan buah dari luar negeri.

(22)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 22

BAB V

LINGKUNGAN STRATEGIS

Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk pengembangan buah-buahan berupa iklim tropis yang didukung dengan keragaman agroekosistem yang luas. Dengan kondisi demikian, Indonesia mampu menghasilkan beraneka produk buah-buahan dengan waktu panen yang berbeda sehingga dapat menyediakan buah sepanjang tahun. Bahkan, beberapa buah subtropis mampu diproduksi di Indonesia. Keunggulan komparatif ini perlu dikembangkan untuk membentuk keunggulan kompetitif buah nasional. Untuk pengembangan tersebut perlu diketahui lingkungan strategis sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan.

A. Kekuatan

Kekuatan (strength) merupakan potensi yang mendukung pengembangan buah-buahan yaitu :

a. Iklim dan Agroekosistem yang Sesuai

Indonesia memiliki kondisi iklim yang mendukung budidaya beraneka jenis buah-buahan. Sementara itu, agroekosistem yang luas dan beragam yang dimiliki menjadikan Indonesia memiliki banyak waktu panen yang berbeda antara satu daerah dengan lainnya. Kombinasi keadaan iklim dan agroekosistim tersebut menjadikan Indonesia mampu menyediakan berbagai macam buah-buahan sepanjang tahun sesuai waktu panennya.

b. Tersedianya Sumberdaya Genetik yang Melimpah

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang sangat melimpah. Hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai jenis varietas unggul, khususnya untuk komoditas buah-buahan. Varietas buah unggul tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan permintaan pasar dengan skala ekonomi yang memadai untuk menghasilkan buah bermutu sehingga mampu bersaing di pasar lokal dan internasional.

c. Tenaga Kerja Petani

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, pada tahun 2011 mencapai 238 juta jiwa dan sebagian besarnya berada di pedesaan, dari jumlah tersebut sebanyak 24 juta merupakan rumah tangga tani atau setara dengan 72 juta jiwa yang

(23)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 23 merupakan sumber tenaga kerja yang potensial. Berdasarkan Sensus Pertanian tahun 2008, jumlah Rumah Tangga buah tahunan (pisang, mangga, jeruk, nangka, rambutan dan lainnya) sebesar 3.777.876 orang atau 1.58% dari jumlah penduduk. Selain itu, pengusaha informal yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia juga merupakan potensi kekuatan dalam pengembangan buah-buahan.

d. Dukungan Kebijakan Pemerintah

Adanya dukungan kebijakan pemerintah terhadap pengembangan buah-buahan diterbitkannya Undang Budidaya Pertanian No 12 Tahun 1992, Undang-undang Nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura, Peraturan Menteri Pertanian No 48/Permentan/OT.140/10/2009, tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik, Peraturan Menteri Pertanian No 61/Permentan/OT.140/10/2009, tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik dan Permentan No 44/Permentan/ OT.140/10/2009 tentang Penanganan Pascapanen yang Baik. Adanya UU dan berbagai Peraturan Menteri Pertanian tersebut merupakan payung hukum untuk mendorong pengembangan buah-buahan.

e. SDM (Petugas, Peneliti, Pengusaha)

Petugas pertanian yang mengawal pembangunan pertanian mulali di tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan termasuk petugas penyuluh, pengawas benih, serta pengamat hama dan organisme pengganggu tanaman, merupakan potensi kekuatan dalam mendukung keberhasilan pembangunan komoditas buah-buahan. Demikian pula peran peneliti dan pengusaha di bidang pertanian merupakan potensi pendukung keberhasilan pembangunan komoditas buah-buahan. Jumlah pegawai negeri yang aktif melayani sektor pertanian saat ini sekitar 22.000 orang, dari jumlah tersebut hanya sedikit atau sekitar 550 orang petugas dan 200 pengusaha yang khusus menangani buah-buahan.

B. Kelemahan

Pengembangan buah-buahan masih memiliki kelemahan antara lain: a. Kompetensi Tenaga Kerja Petani masih rendah

Tenaga kerja petani yang bergerak di bidang pengembangan komoditas buah-buahan masih memiliki tingkat pendidikan rendah, apalagi yang tinggal di pedesaan. Kondisi yang demikian menyebabkan lambatnya adopsi teknologi maju

(24)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 24 dalam pengembangan buah-buahan. Hal tersebut menyebabkan efisiensi usaha yang rendah.

b. Produksi Buah yang Belum Standar

Produksi buah di Indonesia belum menghasilkan tingkat kematangan, ukuran, bobot, dan varietas yang seragam sehingga menyulitkan dalam penanganan pascapanen dan pemasaran. Oleh karena itu dibutuhkan suatu standar dalam hal tingkat kematangan , ukuran, bobot, dan varietas buah yang didasarkan pada permintaan pasar. Untuk mencapai standar tersebut diperlukan adanya pedoman budidaya maupun pedoman pascapanen untuk menyeragamkan faktor-faktor mutu produk buah-buahan. Pedoman budidaya antara lain berisi standar varietas yang akan ditanam, umur tanam, perawatan, umur panen, dan pemanenan. Sedangkan pedoman pascapanen antara lain berisi tentang standar perlakuan pascapanen, seperti sortasi, garding, pengemasan, dan lainnya.

c. Kelembagaan Usaha Belum Berfungsi Optimal

Kelembagaan petani buah yang ada di perdesaan seperti kelompok tani, gabungan kelompok tani (Gapoktan), asosiasi, dan koperasi belum dapat sepenuhnya mengakomodasi kepentingan petani/kelompok tani sebagai wadah untuk mendorong pengembangan usaha buah-buahan. Hal ini disebabkan kelembagaan petani yang ada sebagian besar belum berfungsi secara mandiri dan mengarah untuk memanfaatkan peluang ekonomi pengembangan buah-buahan. Kelembagaan tani yang ada belum mampu memanfaat akan aksesibilitas terhadap informasi teknologi, permodalan dan pasar produk yang dihasilkan.

d. Penerapan Teknologi Belum Optimal

Rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar petani buah-buahan dan lemahnya permodalan menyebabkan penerapan teknologi masih belum optimal. Pengelolaan usaha budidaya buah-buahan yang dilakukan sebagian besar masih bersifat subsisten dengan penerapan teknologi sederhana belum banyak yang menerapkan teknologi maju sehingga sebagian besar produk yang dihasilkan masih bermutu rendah dibawah standard mutu tuntutan pasar.

e. Belum Tersedianya Informasi ketersediaan dan permintaan produk buah Informasi ketersediaan produk buah di tingkat lapang sebagian besar belum tersedia. Informasi ketersediaan produk tersebut sangat penting dalam menata rantai pasok. Dengan tidak adanya informasi ketersediaan produk, seringkali

(25)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 25 terjadi permintaan pasar tidak dapat dipenuhi, akan tetapi kadang terjadi sebaliknya, tersedia produk dalam jumlah banyak tetapi tidak dapat dipasarkan karena tidak ada informasi kebutuhan pasar.

f. Rantai Pendingin dan Manajemen Rantai Pasokan (SCM) belum berkembang optimal

Komoditas buah-buahan bersifat mudah rusak (perishable) sehingga membutuhkan penanganan yang baik untuk menjaga mutunya. Salah satu cara untuk menjaga mutu tersebut adalah dengan menerapkan rantai pendingin dalam manajemen rantai pasokan. Namun, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk hal tersebut memerlukan dana yang cukup besar sehingga sulit dipenuhi oleh petani yang memiliki modal terbatas.

C. Peluang

Peluang pengembangan buah-buahan Indonesia sangat besar, hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Tingkat konsumsi buah masih rendah

Konsumsi buah per kapita secara nasional masih rendah jika dibandingkan anjuran FAO. Saat ini konsumsi buah sebesar 35,52 kg/kapita/tahun, sementara anjuran FAO sebesar 64,45 kg/kapita/tahun. Selisih angka tersebut merupakan peluang pasar bagi peningkatan produksi komoditas buah-buahan di Indonesia. Hal ini juga ditunjang dengan meningkatnya kesadaran konsumen untuk menjalani pola hidup sehat, di anataranya dengan mengkonsumsi buah-buahan.

b Kekayaan hayati dan ketersediaan lahan untuk pengembangan buah

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang sangat melimpah. Hal tersebut merupakan merupakan potensi untuk pengembangan berbagai jenis varietas unggul, khususnya untuk komoditas buah-buahan. Varietas buah unggul tersebut dapat dikembangkan untuk produksi buah yang memiliki mutu yang tinggi sehingga memiliki daya saing yang tinggi di pasar lokal dan internasional. Selain itu, Indonesia dengan wilayah yang cukup luas masih memiliki lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan buah-buahan. Hal ini didukung dengan kondisi agroekosistem Indonesia yang sangat mendukung budidaya buah di hampir seluruh wilayaah, mulai dari dataran tinggi sampai dataran rendah.

(26)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 26 Dengan memanfaatkan lahan-lahan yang belum tergarap dengan optimal (seperti pekarangan, tegalan sawah, Daerah Aliran Sungai, dan Lahan rawa) merupakan peluang untuk meningkatkan produksi buah-buahan.

c Peluang Pasar Domestik

Beberapa industri olahan di Indonesia sebagian besar bahan bakunya masih diimpor dari luar negeri, padahal sebagian buah tersebut dapat dihasilkan Indonesia. Hal ini merupakan peluang pengembangan buah-buahan untuk memasok bahan baku industri olahan tersebut. Peluang pasar domestik lainnya terlihat dari semakin meningkatnya jumlah penduduk yang tentunya berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan buah-buahan terutama di kota-kota besar. Selain itu, meningkatnya jumlah pasar modern juga merupakan peluang pasar domestik yang cukup potensial.

d Peluang Pasar Internasional

Disamping kebutuhan buah-buahan dalam negeri yang sangat bear, par buah Indonesia sangat terbuka di pasar internasional. Buah Indonesia merupakan buah eksotis yang memiliki pangsa pasar yang baik di mancanegara seperti buah manggis Taiwan dan Hongkong. Selain itu dengan telah disepakatinya berbagai perjanjian perdagangan internasional, peluang pasar buah Indonesia di luar negeri akan semakin meningkat. Kondisi tersebut merupakan peluang yang harus dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan buah-buahan Indonesia sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun mengisi ekspor.

D. Tantangan

Meskipun pengembangan buah-buahan mempunyai peluang yang besar, namun dalam pelaksanaannya dijumpai tantangan antara lain:

a. Kepemilikan Lahan yang Sempit

Sebagian besar petani buah memiliki lahan usaha yang sempit dengan rata-rata sebesar 0,41 ha dan 0,69 ha masing-masing di Jawa dan Luar Jawa. Kondisi tersebut antara lain disebabkan terjadinya konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan fasilitas umum, serta terjadinya fragmentasi lahan karena proses pewarisan. Sempitnya kepemilikan lahan menyebakan usahatani buah-buahan yang dikelola tidak efisien dan tidak mencapai skala ekonom yang

(27)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 27 optimal. Disamping itu sebagian besar lahan usaha petani belum memiliki legalitas dalam bentuk sertifikat sehingga lahan belum bisa digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh modal usaha melalui perbankan.

b. Dukungan Instansi Lain

Program pengembangan buah-buahan tidak sepenuhnya dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura mengingat batasan-batasan tugas pokok dan fungsi yang ada. Ditjen Hortikultura menghadapi permasalahan dan tantangan yang melibatkan instansi terkait lain untuk dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, pengembangan buah-buahan memerlukan dukungan, peran, serta kebijakan instansi terkait lainnya.

Istansi terkait lain tersebut antara lian adalah Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) dalam hal promosi, pengolahan, dan pemasaran buah-buahan baik di dalam maupun di luar negeri; Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) dalam hal yang berkaitan dengan pengembangan lahan, pupuk, dan pestisida; Badan Karantina Pertanian dalam hal proteksi terhadap komoditas buah-buahan; Kementerian Kehutanan dalam hal pemanfaatan lahan hutan untuk pengembangan buah-buahan; Kemnterian Perdagangan dalam hal kebijakan pengaturan perdagangan seperti ekspor dan impor; sarana prasarana pendukung pertanian; Kementerian Perhubungan dalam hal pendistribusian komoditas pertanian, Kementerian Dalam Negeri dalam hal koordinasi pertanian antara pusat dan daerah; Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal perlindungan konsumen; dan lainnya.

c. Impor Buah Meningkat

Impor buah dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan baik volume maupun nilainya. Pada tahun 2010 impor buah Indonesia meningkat 17% dari tahun sebelumnya, yaitu mencapai 602 ribu ton dengan nilai 591 ke pelosok pedesaan. Kondisi ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk menghasilkan buah bermutu yang dapat mengurangi impor buah, terutama pada saat Indonesia tidak musm panen buah.

d. Mewujudkan Kawasan Sentra Produksi

Dengan sebagian besar pelaku usaha buah memiliki lahan yang sempit, sulit untuk menghasilkan buah dengan mutu yang baik, seragam, menguntungkan dan tersedia sepanjang tahun. Keberadaan kawasan sentra produksi yang terpadu dan

(28)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 28 dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung merupakan suatu yang sangat diperlukan agar mampu dihasilkan produk bermutu dan jaminan kontinuitas pasokan. Selain itu, dengan terbentuknya kawasan pengembangan buah akan memudahkan dalam pembinaan dan fasilitasinya.

d. Mewujudkan Harga Buah yang Kompetitif

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang berpenghasilan rendah buah – buahan belum menjadi prioritas bahan pangan untuk konsumsi sehari – hari,. Selain itu, sebagian buah-buahan Indonesia harganya lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk sejenis yang berasal dari impor. Kondisi ini merupakan tantangan bagi pengembangan buah-buahan agar buah Indonesia mudah diperoleh, tersedia sepanjang tahun dengan harga terjangkau dan bersaing dengan harga produk buah impor.

e. Mendorong Investasi Usaha Budidaya Buah

Saat ini sebagian besar buah Indonesia dihasilkan oleh petani buah dengan skala kecil. Perusahaan besar yang bergerak dibidang buah-buahan masih terbatas, hal ini disebabkan investasi di bidang budidaya buah – buahan belum banyak diminati oleh pengusaha. Hal ini karena usaha budidaya buah memerlukan biaya besar, memiliki resiko yang besar, dan untuk tanaman tertentu waktu menghasilkan buah dalam periode yang lama. Untuk mewujudkan Indonesia sebagai pemain utama buah tropis di pasar dunia, perlu didorong tumbuhnya pelaku usaha menengah ke atas serta industri yang bergerak di bidang buah.

(29)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 29

BAB VI

SASARAN PRODUKSI DAN STRATEGIS 2010-2014

A. Sasaran Produksi

Sasaran produksi dalam kurun waktu 5 tahun ke depan rata-rata kenaikannya mencapai 5 % dari tahun 2010 dengan sasaran produksi mencapai 18.853.058 ton menjadi 22.621.830 ton pada tahun 2014. Banyak faktor yang mempengaruhi sasaran produksi buah selama 5 tahun kedepan, namun dengan usaha dan dukungan kebijakan yang positif diharapkan mampu mencapai sasaran sesuai dengan yang diinginkan. Adapun sasaran produksi buah nasional dapat dilihat melalui grafik berikut ini :

Sumber : Data diolah oleh Direktorat Budidaya Tanaman Buah

Keragaman jenis komoditas buah yang begitu besar dan nilai ekonomi yang tinggi menimbulkan kesulitan tersendiri dalam memilah prioritas komoditas yang dikembangkan, karena hal tersebut sangat terkait dengan kekuatan pasar serta prioritas kebijakan pada komoditas unggulan yang mengacu pada besarnya pangsa pasar, keunggulan kompetitif, nilai ekonomi, sebaran wilayah produksi dan kesesuaian

(30)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 30 agroekosistem. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan beberapa komoditas unggulan buah-buahan sebagai berikut :

1. Tanaman Buah Pohon : Alpukat, Duku, Durian, Jambu Air, Mangga, Manggis, Nangka, Rambutan, Sawo dan Sukun

2. Tanaman Buah Perdu : Jeruk Siam/Keprok, Jeruk Besar, Belimbing, Salak, Sirsak, dan Jambu Biji

3. Tanaman Buah Terna : Nenas, Pepaya dan Pisang 4. Tanaman Buah Merambat : Markisa, Semangka, Melon

Sasaran produksi buah tahun 2010 sampai dengan 2014 untuk tanaman pohon, tanaman perdu, tanaman terna dan tanaman merambat dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 5. Sasaran Produksi Buah Tanaman Pohon Tahun 2010 - 2014

Grafik 6. Sasaran Prosuksi Buah Tanaman Perdu Tahun 2010 - 2014 Grafik 7. Sasaran Prosuksi Buah Tanaman Terna Tahun 2010 - 2014

ALPUKAT DUKU DURIAN JAMBU AIR MANGGA MANGGIS NANGKA RAMBUTAN SAWO SUKUN

2010 224.278 228.816 492.139 85.973 1.287.287 84.538 578.327 522.852 122.813 89.231 2011 262.630 267.863 567.519 101.141 1.842.036 97.487 673.908 625.936 146.624 104.898 2012 263.330 268.800 766.150 102.626 2.351.473 102.361 674.078 628.212 147.031 105.553 2013 276.317 282.056 803.935 107.688 2.467.440 107.409 707.322 659.194 154.282 110.759 2014 290.948 296.991 846.503 113.390 2.598.092 113.096 744.755 694.098 162.451 116.624 -500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000

(31)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 31 JERUK

SIAM/KEPROK JERUK BESAR TOTAL JERUK BELIMBING SALAK SIRSAK JAMBU BIJI

2010 1.937.773 91.131 2.028.904 69.089 749.876 60.754 204.551 2011 2.010.000 106.089 2.116.089 80.670 886.733 72.060 245.882 2012 2.030.845 107.843 2.138.688 81.275 887.852 72.229 246.553 2013 2.131.000 113.162 2.244.162 85.284 931.638 75.790 258.712 2014 2.243.837 119.154 2.362.991 89.800 980.969 79.809 272.411 -500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000

Sasaran Produksi Buah Tanaman Perdu 2010 -2014 (Ton)

2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 6. Sasaran Produksi Buah Tanaman Perdu Tahun 2010 - 2014

(32)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 32 B. Sasaran Strategis

Sasaran strategis yang hendak dicapai oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah dalam dalam kurun waktu 5 tahun ke depan (2010-2014) untuk pengembangan kawasan mencapai 6.100 hektar, registrasi kebun 900 kebun, perbaikan mutu dan pengelolaan kebun buah mencapai 418 SL GAP, pengembangan regsitrasi packing house mencapai 26 unit dan fasilitasi pengelolaan pascapanen tanaman buah 64 unit, serta jumlah kelembagaan usaha tanaman menjadi 253 lembaga. Adapun rincian pertahunnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5. Sasaran Strategis (2010 – 2014)

Sasaran Strategi Indikator Kinerja

Target kinerja No.

2010 2011 2012 2013 2014 1. Pengembangan Kawasan (ha)

Luas kawasan yang

dikembangkan (ha) 820 2.400 5.900 6.000 6.100 2. Registrasi Kebun (kebun)

Jumlah kebun buah yang

diregistrasi (kebun) 2.382 468 800 850 900 3. Perbaikan Mutu dan

Pengelolaan Kebun Buah/ SL GAP (kelompok)

Jumlah kelompok yang mengikuti SL-GAP (kelompok)

96 323 418 - -

4.

Pengembangan Registrasi

Packing House/Fasilitasi Pengelolaan pascapanen tanaman buah (unit)

Jumlah packing house

yang dibangun (unit) 2 3 90 84 100 5. Peningkatan Jumlah

Kelembagaan Usaha Tanaman Buah (lembaga)

Lembaga

253 - - Grafik 8. Sasaran Produksi Buah Tanaman Merambat Tahun 2010 - 2014

(33)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 33 1. Pengembangan Kawasan

Sasaran pengembangan kawasan buah seluas 6100 ha akan dilaksanakan pada kawasan pengembangan buah-buahan prioritas yang mengacu pada besarnya pangsa pasar, nilai ekonomi, sebaran wilayah produksi dan kesesuaian agroekosistem seperti manggis, jeruk, salak, mangga, durian, pisang, jambu biji, jambu air, alpukat, pepaya, nenas, rambutan, melon, sawo, sirsak, strawbery, dan buah naga. Dengan mempertimbangkan potensi daerah, ketersediaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia maka telah disusun rancangan pengembangan kawasan buah selama 5 tahun yaitu pada tahun 2010 – 2014.

2. Registrasi Kebun

Upaya yang perlu dilaksanakan untuk meningkatkan daya saing buah baik di pasar domestik maupun internasional antara lain penerapan GAP /SOP. Dengan penerapan GAP/SOP ini diharapkan para produsen buah di Indonesia akan mampu menghasilkan buah-buah bermutu tinggi, aman konsumsi dan dapat ditelusuri.

Registrasi kebun buah merupakan perwujudan penerapan GAP/SOP pada komoditas buah dimana proses budidaya yang dilakukan telah memenuhi persyaratan antara lain : prinsip-prinsip PHT, menerapkan SOP dan telah melakukan pencatatan.

3. Perbaikan Mutu dan Pengelolaan Kebun (SL GAP)

SL – GAP merupakan praktek lapang penerapan GAP/SOP budidaya dalam menghasilkan produk buah bermutu, sesuai permintaan pasar dan aman konsumsi. Melalui SL GAP diharapkan para petani mempunyai media untuk saling belajar dan bertukar pengalaman antar anggota dan integrasi antara petani dan pemandu lapang tentang budidaya yang baik

4. Pengembangan Registrasi Packinghouse

Pengembangan registrasi packinghouse akan dilakukan pada lokasi-lokasi pengembangan buah yang relatif telah mampu menghasilkan produk buah bermutu dalam jumlah yang memadai. Dengan adanya packinghouse beserta sarana pendukungnya diharapkan para pelaku usaha akan mampu melakukan penanganan pascapanen yang baik dan benar dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas dan mutu buah yang dihasilkan.

(34)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 34

BAB VII

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Arah Kebijakan

Arah kebijakan pengembangan buah-buahan mengacu pada arah kebijakan pengembangan hortikultura yang diselaraskan dengan visi, misi, tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah. Adapun arah kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri (konsumsi, industri, dan subtitusi impor) dan meningkatkan ekspor melalui penerapan GAP/SOP, GHP, perbaikan kebun, penerapan teknologi maju, penggunaan benih bermutu varietas unggul. 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk buah-buahan melalui perbaikan dan

pengembangan infrastruktur serta sarana budidaya dan pascapanen buah.

3. Pemberdayaan petani/pelaku usaha buah-buahan melalui bantuan sarana, sekolah lapang, magang, studi banding dan pendampingan.

4. Penguatan akses petani/pelaku usaha buah-buahan terhadap teknologi maju antara lain penggunaan benih hasil kultur jaringan, rekayasa genetik dan somatik embrio genetik, nano teknologi, dan penanganan pascapanen.

5. Penguatan akses petani/pelaku usaha buah-buahan terhadap pasar modern, pasar ekspor melalui pembenahan manajemen rantai pasokan, pembenahan rantai pendingin, kemitraan usaha.

6. Penguatan akses petani/pelaku usaha buah-buahan terhadap permodalan bunga rendah seperti PKBL/CSR, Skim kredit bersubsidi (KKPE) skim kredit penjaminan (KUR) serta bantuan sosial seperti PUAP, LM3, PMD.

7. Mendorong investasi buah-buahan melalui fasilitasi investasi terpadu, promosi baik didalam maupun di luar negeri dan dukungan iklim usaha yang kondusif melalui pengembangan dan dan penyempurnaan regulasi.

8. Pengembangan dan pengutuhan kawasan buah-buahan yang direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dengan instansi terkait.

9. Pemasyarakatan dan gerakan peningkatan konsumsi buah dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat dan mendukung diversifikasi pangan serta mendorong upaya pencapaian standar konsumsi perkapita yang diterapkan oleh FAO.

(35)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 35 10.Penanganan Pascapanen yang baik berbasis kelompok tani, pelaku usaha dan industri untuk

meningkatkan nilai tambah dan daya saing.

11.Berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk buah-buahan di pasar internasional melalui pemenuhan persyaratan perdagangan dan peningkatan mutu produk serta mendorong perlindungan produk buah dalam negeri melalui pengenaan tarif bea masuk maupun penerapan hambatan teknis dalam perdagangan internasional.

12.Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis buah-buahan.

13.Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel, transparansi, disiplin anggaran, efisien dan efektif, pencapaian indikator kinerja secara optimal.

B. Strategi

Strategi pengembangan buah-buahan sejalan dengan strategi pembangunan pertanian dan strategi pembangunan hortikultura selama 2010-2014 yaitu :

1. Pengembangan kawasan; melalui pewilayahan komoditas buah-buahan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR); pengembangan kawasan, penerapan Good Agriculture Practices (GAP), serta mendukung meningkatkan penggunaan sarana organik.

2. Revitalisasi prasarana dan sarana

a. Penyediaan prasarana kebun dan budidaya meliputi rumah lindung atau penaung tanaman, rumah lindung, bangunan pengolahan bahan organik, dan prasarana pascapanen meliputi : bangsal pascapanen, gudang penyimpanan, gudang pendingin, dan penataan rantai pasok.

b. Penyediaan sarana budidaya dan pascapanen meliputi sarana produksi, alat pengolah tanah, peralatan panen sarana budidaya dan pascapanen.

c. Mengembangkan percontohan prasarana kebun-kebun buah-buahan.

d. Mendorong pembangunan prasarana kebun khususnya jalan produksi, jalan penghubung dari lokasi budidaya, pascapanen sampai pasar, pengolahan limbah dan bahan organik, bangunan pasar, jaringan irigasi, jaringan komunikasi, dan sumber energi.

3. Revitalisasi Sumber Daya Manusia

a. Pelaksanaan sekolah lapang untuk penerapan GAP, GHP, dan SOP budidaya dan pascapanen buah.

(36)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 36 b. Pelaksanaan magang dan studi banding untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman petani di daerah sedang berkembang ke kawasan buah-buahan yang sudah maju.

c. Pengembangan pola pendampingan yang dilakukan oleh petugas lapang/champion/ akademisi/petani maju/peneliti dalam hal pengembangan bisnis buah-buahan. 4. Revitalisasi Pembiayaan Petani

a. Mengkonsolidasikan berbagai sumber pembiayaan seperti BUMN, BUMD, dan lembaga perbankan serta lembaga pembiayaan lainnya untuk dapat menyalurkan sumber pembiayaan yang dimiliki bagi pengembangan kawasan buah-buahan.

b. Mendorong mitra usaha sebagai penjamin kredit atau avalis.

c. Mendorong pemerintah daerah untuk mengalokasikan dana APBD bagi pengembangan buah-buahan.

d. Memfasilitasi dana bantuan sosial melalui PUAP, LM3, PMD, dan Bansos lainnya.

5. Revitalisasi Kelembagaan

a. Memfasilitasi tumbuh kembangnya kelompok tani, gapoktan, asosiasi, perhimpunan, lembaga pengembangan buah-buahan.

b. Mengembangkan wadah bagi masyarakat, praktisi, pakar dan pemerintah dalam bentuk konsorsium untuk pengembangan industri buah-buahan.

c. Penguatan akses petani/pelaku usaha buah-buahan terhadap teknologi maju antara lain kultur jaringan, rekayasa genetik, somatik embrio genetik, nano teknologi dan teknologi pascapanen serta pengolahan hasil.

6. Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir

a. Mendorong penerapan teknologi pengolahan hasil untuk mengembangkan industri pedesaan berbasis buah-buahan Indonesia.

b. Memfasilitasi penerapan teknologi pascapanen antara lain mempertahankan kesegaran , perpanjangan masa simpan, dan perbaikan warna buah.

(37)

Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2010 – 2014 37

BAB VIII

PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Program

Program Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah

Memperhatikan Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Departemen Pertanian dimana disebutkan bahwa Program Direktorat Jenderal Hortikultura hanya ada satu program yaitu “Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan”, sedangkan di level Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah akan dijabarkan melalui “Kegiatan “

B. Kegiatan

Sejalan dengan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura, Kegiatan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah adalah “Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Buah (Buah tahunan pohon dan perdu, buah semusim dan merambat, buah terna) Berkelanjutan”. Upaya peningkatan mutu, produktivitas dan mutu buah-buahan ini akan dilakukan melalui berbagai pendekatan antara lain :

a. Pengembangan Kawasan,

Kawasan agribisnis buah-buahan adalah merupakan fokus sasaran wilayah pengembangan buah-buahan. Melalui pengembangan kawasan buah-buahan harus mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap pengembangan buah seperti aspek agronomi, potensi wilayah, agroklimat, sumber daya manusia (petugas dan petani), sarana dan prasarana serta aspek ekonomi. Pengembangan kawasan buah-buahan juga memperhatikan luasan (skala ekonomi) untuk mendapatkan efesiensi yang tinggi.

Melalui pengembangan kawasan, akan terjadi sinergi yang saling melengkapi antara karakteristik buah-buahan yang spesifik maupun keragaman komoditas, dengan nilai ekonomi yang tinggi dan waktu panen yang berbeda, menjadi potensi ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di wilayah tersebut.

Pengembangan kawasan buah-buahan dilakukan melalui pengembangan kawasan baru maupun pengutuhan kawasan yang sudah ada sehingga mencapai skala ekonomi.

Gambar

Grafik 1. Perkembangan Produksi Buah-Buahan Tahun 2005-2009 (Ton)
Tabel 1. Perkembangan PDB Buah-Buahan Tahun 2005-2009
Tabel 2. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Impor Buah Tahun 2005-2010
Grafik 2. Ketersediaan dan Konsumsi Buah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang terjadi pada beberapa anggota komunitas Itasha Jepang Kota Bandung, dimana ada beberapa anggota yang merasa bahwa menjadi anggota Itasha dengan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pembuatan kebijakan manajerial keperawatan dalam hal penerapan gaya kepemimpinan yang

Penelitian oleh Wurtiningsih (2012), menyatakan klien paska stroke dukungan keluarga dengan activity daily living (ADL) beperan sangat penting untuk membantu dalam

Berpijak pada hasil pengukuran terhadap penguasaan KASIPA, kemampuan MASKIPA dan kemampuan MASKPS mahasiswa calon guru serta hasil analisis terhadap instrumen evaluasi yang

Peserta dan pimpinan Pontren sangat antusias, mereka baru mengetahui bahwa sayuran indigenous yang terdapat disekitar lingkungan mereka memiliki nilai gizi yang

Lampiran C.4 Hasil Epanet Pengembangan 2010 (Peta Jaringan) Lampiran C.5 Hasil Epanet Pengembangan Tahun 2010 (Junction) Lampiran C.6 Hasil Epanet Pengembangan Tahun 2010 (Pipe)

Amankan areal keramik yang baru dipasang dari lalu lalang orang selama 2-3 hari. Jangan biarkan ubin keramik akan ambles karena.. Periksa kembali semua ubin keramik yang

Objek yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah faktor- faktor yang mendukung eksistensi budaya tunggu tubang pada masyarakat semende