BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (major kinds of land use) adalah “penggolangan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi,
padang rumput, kehutanan dan daerah rekreasi”. Penggunaan lahan (land use)
adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (FAO,1976). Penggunaan lahan dapat dikelompokan menjadi dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian. (Jamulya dan Sartohadi, 2012).
Penggunaan lahan dibedakan dalam garis besar, yaitu pengunaan lahan berdasar atas penggunaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dapat dikenal berbagai macam-macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun. Hutan produksi, hutan lindung, dan lain sebagainya. Sedangkan pengunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan menjadi lahan permukiman, industri, dan lain sebagainya. Jamulya dan Sunarto (1996) dalam Sulton (2014).
daya alam beserta kondisi lingkungan yang menyertainya. Penggunaan lahan disuatu wilayah bersifat dinamis (Utoyo, 2012)
Ditinjau dari segi spasial (keruangan) dan temporal (kewaktu), penggunaan lahan oleh manusia di wilayah yang demikian luas dan tersebar, benar-benar sangat kompleks. Hal ini berakibat pada perlu dan pentingnya pelaksanaan inventarisasi dan yang lebih penting lagi untuk pemantauan, merupakan suatu tugas utama yang sangat besar. Bahkan pada periode di mana pemanfaatan lahan dan akibat pada kerusakan lahan sedang terjadi secara cepat, maka kebutuhan terhadap data penggunaan lahan yang mutakhir pada saat ini sangat dirasakan semakin penting. Penggunaan lahan pada saat sekarang (presen
land use) merupakan pertanda adanya dinamika dari eksploitasi sekumpulan
sumber daya alam oleh manusia (baik secara perorangan maupun masyarakat) untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, penggunaan lahan dapat dipandang sebagai hasil akhir dari berbagai pengaruh timbal balik, yang terjadi didalam suatu lingkungan tempat hidup manusia. (Ritohardoyo, 2013)
Klasifikasi penggunaan lahan tidak terlepas tentang lahan sebagai sumberdaya alam. Pola penggunaan lahan yang tepat dan terpadu, baik dalam usaha tani, komoditas, maupun dalam pembangunan wilayah sangat diperlukan. Agar status tidak berubah-ubah dalam waktu relative pendek, maka pembakuan
(standardized) klasifikasi penggunaan lahan dapat dilakukan, yakni
B.Kerawanan Longsor Lahan
Rawan bencana adalah keadaan atau ciri-ciri khusus geologi, biolagis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, poloitik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan, mencegah, mereda, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (UURI No 24 th 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Pasal ayat 14).
Pengertian kerawanan adalah ciri-ciri fisik atau karakteristik fisik dari kondisi suatu wilayah yang rentan terhadap bencana tertentu. Istilah kerawanan adalah suatu tahapan terjadinya bencana. Tingkat kerawanan adalah ukuran yang mengatakan tinggi rendahnya atau besar kecilnya suatu kawasan atau zona dapat mengalami bencana tanah longsor, serta besarnya jumlah korban dan kerugian bila terjadi longsor yang di ukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah dan tingkat kerawanan karena aktifitas manusia (Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 22/PRT/M/2007, tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor).
Penetapan kawasan rawan bencana longsorlahan dilakukan melalui proses identifikasi dan inventarisasi karakteristik (ciri-ciri) fisik alami yang merupakan faktor-faktor pendorong penyebab terjadinya longsor. Secara umum terdapat 14 faktor menurut (Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 22/PRT/M/2007, tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor), yaitu :
3) Lapisan tanah kurang padat dan tebal 4) Jenis batuan (litologi) yang kurang kuat
5) Jeis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng 6) Getaran yang kuat (peralatan berat,mesin pabrik, kendaraan bermotor) 7) Susutnya muka air danau/bendungan
8) Beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan 9) Adanya materian timbunan pada tebing
10) Adanya bidang diskontuinitas
11) Terjadinya pengikisan tanah atau erosi 12) Bekas longsoran lama yang tidak diatasi 13) Penggundulan hutan
14) Daerah pembuangan sampah
Kawasan longsorlahan dibedakan atas zona-zona berdasarkan karakter dan kondisi fisik alaminya sehingga pada setiap zona akan berbeda dalam penentuan struktur ruang dan pola ruangnya serta jenis dan intensitas kegiatan yang diperbolehkan tetapi dengan syarat atau melarangnya, 3 zona yang dibedakan tersebut adalah :
a. Zona Tipe A
b. Zona Tipe B
Zona berpotensi longsorlahan pada kaki gunung, pegunungan, bukit, perbukitan, dan tebing sungai yang memiliki kemiringan lereng antara 21% sampai dengan 40% dengan ketinggian 500 meter diatas permukan laut. c. Zone Tipe C
Zona berpotensi longsorlahan pada daerah dataran tinggi, tebing sungai atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai dengan 20% dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter diatas permukan laut (Permenpu, 2007).
C.Penelitian terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Septiono Nugroho (2013) melakukan
penelitian “Kajian Pola Persebaran Longsorlahan di Kecamatan Ajibarang
Kabupaten Banyumas”. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui frekuensi longsorlahan terhadap penggunan lahan di kecamatan Ajibarang. Menggunakan metode pendekatan kualitatif. Hasil yang diperoleh adalah Peta pola persebran longsorlahan di Kecamatan Ajibarang.
Setyo Aji, 2014 dalam penelitian yang berjudul “Analisis Tingkat
Boris Indracahya Mokhamad, 2014 dalam penelitiannya berjudul “Kajian
Penggunaan Lahan Terhadap Kerawanan Longsorlahan di Sub DAS Logawa,
Kabupaten Banyumas”. Tujuan penelitian tersebut adalah mengetahui bentuk penggunaan lahan yeng terdapat pada masing-masing kelas kerawanan longsorlahan di Sub DAS Logawa. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah survay. Hasil penelitiannya adalah hubungan antara penggunaan lahan dengan kerawanan longsorlahan.
Ibnu Afan, 2017 dalam penelitian yang berjudul “Kajian Kerawanan Longsor Lahan Dalam Penggunaan Lahan Di Sub-Das Kali Arus, Kabupaten Banyumas”. Tujuan penelitian tersebut adalah mengetahui kesesuaian penggunaan lahan yang terdapat pada masing-masing kelas kerawanan longsorlahan di Sub DAS Kali Arus. Metode yang digunakan penelitian adalah survay. Hasil penelitiannya adalah kelas kerawanan longsorlahan pada tiap-tiap penggunaan lahan di Sub-DAS Kali Arus Kabupaten Banyumas.
Tabel 2.1 Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu
Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil
Penelitian
Setyo Aji, 2014 “Analisis Tingkat Kerawanan
Longsor Lereng Di Desa Binangun
Ibnu Afan, 2017 “Kajian Kerawanan Longsor Lahan
D.Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut maka dapat dapat disusun landasan teori sebagai berikut ini.
Penggunaan lahan merupakan hasil olah dan perbuatan manusia terhadap lahan yang bertujuan untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Pada umumnya penggunaan lahan disuatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, perbedaan tersebut dikarenakan potensi sumberdaya, keadaan wilayah dan topografinya berbeda.
Penggunaan lahan dominan terjadi pada wilayah dengan topografi yang datar, karena pada wilayah tersebut umumnya dijadikan untuk aktivitas manusia seperti permukiman, perdagangan, industri dan lain-lain. Keanekaragaman penggunaan lahan disuatu wilayah yang datar, akan membuat wilayah menjadi semakin padat, lama kelamaan manusia akan menempati wilayah dengan topografi berbukit atau pada lereng pegunungan. Perubahan lahan pada lereng-lereng tersebut juga akan berpengaruh terhadap kestabilan tanah. Tanah yang stabil pada suatu lereng akan menjadi labil dan rawan longsor akibat dari perubahan penggunaan lahan.
Longsor lahan merupakan proses perpindahan massa tanah atau batuan dari kedudukan semula dengan arah miring, sehingga massa tanah atau batuan terpisah dari posisi yang semula. Longsorlahan banyak terjadi pada satuan bentuklahan struktural yang berbatuan batupasir dan tuffa, dengan kelas lereng IV (25 % - 40 %). Suwarno, (2014). Longsorlahan pada lahan permukiman merupakan kejadian yang memiliki dampak yang paling dirasakan pada manusia, baik itu kerugian material maupun moril. Longsorlahan pada lahan permukiman dengan lereng pegunungan dan tanah yang tidak stabil, mengakibatkan tanah tidak mampu menahan beban dan menyebabkan longsorlahan, hal ini berpengaruh terhadap manusia itu sendiri.
E.Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori diatas maka dapat disusun sebuah kerangka pikir berikut ini.
Gambar 2.1 Diagram alir kerangka pikir penelitian
Penggunaan Lahan
Jenis Penggunaan Lahan
Kerawanan Longsor
Kelas Kerawanan Longsor
F. Hipotesis